Negara: Oman

  • BREAKING NEWS: Ledakan Besar Guncang Iran, 14 Orang Tewas – Halaman all

    BREAKING NEWS: Ledakan Besar Guncang Iran, 14 Orang Tewas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, IRAN – Sebuah ledakan dahsyat terjadi di Pelabuhan Shahid Rajaee di Provinsi Hormozgan, Iran Selatan, Sabtu (26/4/2025) pagi ini.

    Ledakan tersebut setidaknya telah  mengakibatkan delapan 14 orang tewas dan 750 orang cidera.

    Jumlah korban tewas diperkirakan masih ada mengingat upaya penyelamatan korban masih terjadi.

    Ledakan diduga terjadi di tangki gas di bagian Shahid Rajaee, kompleks Pelabuhan Bandar Abbas, yang menyebabkan kerusakan parah pada bangunan dan mobil di dekatnya.

    Dalam sebuah unggahan di platform media sosial X, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyampaikan simpati kepada para korban ledakan tersebut.

    “Saya mengeluarkan perintah untuk menyelidiki situasi dan penyebab insiden tersebut. Menteri Dalam Negeri diutus ke wilayah tersebut sebagai perwakilan khusus untuk memeriksa secara saksama dimensi kecelakaan, melakukan koordinasi yang diperlukan, dan menangani kondisi para korban luka,” tulis  Presiden Iran Masoud Pezeshkian dari laman X-nya.

    Diduga Terkait Pembuatan Rudal

    Ledakan besar itu terjadi diduga terkait dengan pengiriman bahan kimia yang digunakan untuk membuat propelan rudal.

    Helikopter menyiramkan air dari udara ke api yang berkobar beberapa jam setelah ledakan awal.

    Ledakan ini terjadi di tengah pertemuan pejabat Iran dan Amerika Serikat di Oman terkait perundingan mengenai program nuklir Teheran yang berkembang pesat.

    Tidak seorang pun di Iran secara langsung menyatakan bahwa ledakan itu berasal dari sebuah serangan.

    Akan tetapi, sebelumnya Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengakui bahwa “dinas keamanan Iran dalam keadaan siaga tinggi mengingat adanya contoh-contoh sebelumnya tentang upaya sabotase dan operasi pembunuhan”.

    Menteri Dalam Negeri Iran Eskandar Momeni menyampaikan jumlah korban kepada media pemerintah.

    Namun, hanya ada sedikit rincian tentang apa yang memicu kebakaran di luar Bandar Abbas, yang terjadi hingga Sabtu malam, yang menyebabkan kontainer lain dilaporkan meledak.

    Perusahaan keamanan mengatakan pelabuhan menerima bahan kimia untuk bahan bakar rudal.

    Pelabuhan tersebut menerima kiriman bahan kimia bahan bakar rudal pada bulan Maret, kata firma keamanan swasta Ambrey.

    Bahan bakar tersebut merupakan bagian dari kiriman amonium perklorat dari Cina oleh dua kapal ke Iran yang pertama kali dilaporkan pada bulan Januari oleh Financial Times.

    Bahan kimia yang digunakan untuk membuat propelan padat untuk roket tersebut akan digunakan untuk mengisi kembali persediaan rudal Iran, yang telah habis akibat serangan langsungnya terhadap Israel selama perang dengan Hamas di Jalur Gaza .

    “Kebakaran itu dilaporkan terjadi akibat penanganan yang tidak tepat terhadap pengiriman bahan bakar padat yang dimaksudkan untuk digunakan dalam rudal balistik Iran,” kata Ambrey.

    Data pelacakan kapal yang dianalisis oleh The Associated Press menyebutkan salah satu kapal diyakini membawa bahan kimia di sekitar lokasi pada bulan Maret, seperti yang dikatakan Ambrey.

    Iran belum mengakui telah menerima kiriman tersebut.

    Misi Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak menanggapi permintaan komentar pada hari Sabtu.”

    Tidak jelas mengapa Iran tidak memindahkan bahan kimia dari pelabuhan, terutama setelah ledakan pelabuhan Beirut pada tahun 2020.

     Ledakan itu, yang disebabkan oleh penyalaan ratusan ton amonium nitrat yang sangat mudah meledak, menewaskan lebih dari 200 orang dan melukai lebih dari 6.000 orang lainnya.

    Namun, Israel memang menargetkan lokasi rudal Iran tempat Teheran menggunakan mixer industri untuk membuat bahan bakar padat .

    Rekaman media sosial tentang ledakan pada hari Sabtu di Shahid Rajaei memperlihatkan asap berwarna kemerahan mengepul dari api sesaat sebelum ledakan.

    Hal itu menunjukkan adanya senyawa kimia yang terlibat dalam ledakan tersebut — seperti dalam ledakan di Beirut.

    Pada Sabtu malam, kantor berita milik pemerintah IRNA mengatakan bahwa Administrasi Bea Cukai Iran menyalahkan “tumpukan barang berbahaya dan bahan kimia yang disimpan di area pelabuhan” atas ledakan tersebut, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Pelabuhan menjadi tujuan utama kargo Iran

    Shahid Rajaei pernah menjadi target sebelumnya.

    Serangan siber tahun 2020 yang dikaitkan dengan Israel menargetkan pelabuhan tersebut.

     Serangan itu terjadi setelah Israel mengatakan bahwa mereka menggagalkan serangan siber yang menargetkan infrastruktur airnya, yang dikaitkan dengan Iran.

    Pejabat Israel tidak menanggapi permintaan komentar terkait ledakan hari Sabtu tersebut.

    Video di media sosial menunjukkan asap hitam mengepul setelah ledakan.

    Video lainnya menunjukkan kaca-kaca pecah dari gedung-gedung yang jaraknya beberapa kilometer dari episentrum ledakan.

    Rekaman media pemerintah menunjukkan korban luka berdesakan di sedikitnya satu rumah sakit, dengan ambulans berdatangan saat petugas medis bergegas membawa satu orang dengan tandu.

    Hasanzadeh, pejabat penanggulangan bencana provinsi, sebelumnya mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa ledakan itu berasal dari kontainer di pelabuhan Shahid Rajaei di kota itu, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

     Televisi pemerintah juga melaporkan bahwa telah terjadi keruntuhan bangunan akibat ledakan itu, meskipun tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan.

    Kementerian Dalam Negeri mengatakan bahwa pihaknya telah memulai penyelidikan atas ledakan tersebut.

    Pelabuhan Shahid Rajaei di provinsi Hormozgan terletak sekitar 1.050 kilometer (650 mil) di tenggara ibu kota Iran, Teheran, di Selat Hormuz, muara sempit Teluk Persia yang dilalui 20 persen dari seluruh minyak yang diperdagangkan.

    Sumber: Associated Press

     

  • Iran dan AS Buka Peluang Kesepakatan soal Nuklir

    Iran dan AS Buka Peluang Kesepakatan soal Nuklir

    Bisnis.com, JAKARTA—Iran dan Amerika Serikat (AS) membuka peluang kesepakatan soal nuklir dalam diskusi terbaru oleh kedua negara tersebut.

    Dikutip dari Bloomberg, Sabtu (26/4/2025) pukul 23.42 WIB, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan bahwa terdapat negosiasi yang lebih serius tentang peluang kerja sama program nuklir. Pernyataan itu dia ungkapkan kepada saluran televisi pemerintah setelah babak ketiga diskusi dilakukan di Muscat, Oman.

    “Kami secara bertahap memasuki diskusi yang lebih detail dan teknis,” katanya.

    Diskusi berlangsung selama 5 jam, menandai pertemuan paling lama antara pihak Iran dan AS sejak Oman memediasi pertemuan pada awal bulan ini. Delegasi pun menyetujui perbincangan keempat pada pekan depan, ujar Araghchi, tnpa menyebutkan tempatnya.

    Araghchi yang memimpin tim negosiasi Iran, bermitra dengan pihak AS Steve Witkoff, menyebut bahwa dia puas dengan laju dan progress diskusinya. Namun, dia mengakui tetap berhati-hati dengan perbedaan utama.

    “Terkadang, keinginan saja tak cukup dan perbedaan bisa begitu serius sehingga kesepakatan tak bisa tercapai,” katanya.

    Menteri Luar Negeri Oman Badr Albusaidi yang memfasilitasi perbincangan menyebut melalui kanal X, bahwa kedua negara telah mengidentifikasi aspirasi bersama untuk mencapai kesepakatan berdasarkan rasa saling menghormati dan komitmen bersama.

    “Prinsip utama, objektif, dan kekhawatiran teknis akan disinggung,” katanya.

    Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei mengatakan perbincangan berada di suasana serius. Hal itu terlihat dengan ahli ekonomi, perbankan, dan nuklir terlibat dalam diskusi tersebut yang fokus pada membangun kepercayaan terhadap program nuklir Iran, menjaga hak Iran untuk menggunakan energi nuklir dengan prinsip perdamaian, dan mengamankan bantuan dari sanksi.

    Perbincangan terbaru ini hadir di tengah optimisme terkait kemungkinan kesepakatan baru. Dalam wawancara terbaru yang dilansir Majalah Time, Presiden AS Donald Trump menyebut Israel bisa menetapkan keputusannya untuk mengarahkan serangan ke fasilitas nuklir Iran kendati bisa juga kesepakatan dibuat tanpa serangan.

    Sebelumnya, Trump berjanji tak akan membuka peluang Iran mengembangkan senjata nuklir dan mencari kesempatan melakukan negosiasi untuk menggantikan kesepakatan pada 2015. Di sisi lain, Iran masih mempertahankan sikapnya untuk mengembangkan nuklir dengan perdamaian sebagai tujuannya sambil menjaga kemampuannya memperkaya uranium.

  • Kontainer Bahan Kimia Meledak di Pelabuhan Iran, 4 Tewas-Ratusan Luka

    Kontainer Bahan Kimia Meledak di Pelabuhan Iran, 4 Tewas-Ratusan Luka

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ledakan besar mengguncang Pelabuhan Shahid Rajaee di Bandar Abbas, Iran, pada Sabtu (26/4/2025) waktu setempat, menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai lebih dari 500 orang, menurut laporan media pemerintah Iran.

    Melansir Reuters, ledakan itu terjadi saat Iran memulai putaran ketiga perundingan nuklir dengan Amerika Serikat (AS) di Oman. Namun, sejauh ini belum ada indikasi bahwa kedua peristiwa tersebut saling berkaitan.

    Juru Bicara Organisasi Manajemen Krisis Iran Hossein Zafari menyebut ledakan itu kemungkinan besar dipicu oleh buruknya penyimpanan bahan kimia di dalam kontainer pelabuhan.

    “Penyebab ledakan itu adalah bahan kimia di dalam kontainer,” ujarnya kepada kantor berita ILNA, dikutip dari Reuters, Sabtu (26/4/2025).

    Ia juga menambahkan, “Sebelumnya, Direktur Jenderal Manajemen Krisis telah memberikan peringatan kepada pelabuhan ini selama kunjungan mereka dan telah menunjukkan kemungkinan bahaya.”

    Meski bahan kimia diduga kuat menjadi pemicu, juru bicara pemerintah Iran menegaskan, penyebab pasti ledakan masih dalam penyelidikan.

    Dari insiden ini, saluran berita resmi Iran menayangkan rekaman dramatis, asap hitam dan jingga pekat membubung di atas pelabuhan, gedung-gedung perkantoran hancur, dengan puing-puing berserakan di mana-mana.

    Pelabuhan Shahid Rajaee merupakan pelabuhan terbesar di Iran, menangani sebagian besar lalu lintas kontainer negara tersebut. Ledakan ini begitu kuat hingga memecahkan jendela dalam radius beberapa kilometer, bahkan suara dentumannya terdengar sampai ke Pulau Qeshm, sekitar 26 kilometer dari Bandar Abbas.

    Kantor berita Tasnim juga mengunggah video suasana kacau, memperlihatkan korban-korban yang terluka tergeletak dan tengah mendapatkan perawatan darurat.

    Sebelumnya, TV pemerintah melaporkan kelalaian dalam penanganan bahan mudah terbakar merupakan “faktor penyebab” ledakan. Seorang pejabat manajemen krisis menyebutkan ledakan bermula dari beberapa kontainer yang meledak.

    Dalam upaya penyelamatan, truk-truk dievakuasi dari pelabuhan, dan aktivitas di sana sementara dihentikan. Para pejabat memperingatkan area kontainer kemungkinan menyimpan “barang-barang berbahaya dan bahan kimia.”

    Serangkaian Insiden Mematikan

    Ledakan di pelabuhan ini menambah daftar panjang insiden mematikan yang terjadi di Iran dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah kecelakaan seperti kebakaran kilang minyak, ledakan gas di tambang batu bara, hingga insiden perbaikan darurat di Bandar Abbas pada 2023 lalu, yang merenggut nyawa seorang pekerja, sebagian besar disebabkan oleh kelalaian.

    Namun, tidak semua insiden murni kecelakaan. Iran juga menuduh Israel berada di balik beberapa serangan terhadap infrastruktur strategis mereka. Teheran menyalahkan Israel atas serangan terhadap jaringan pipa gas pada Februari 2024, serta serangan siber yang melumpuhkan sistem komputer di pelabuhan Shahid Rajaee pada tahun 2020 silam. Washington Post sebelumnya melaporkan, serangan siber itu merupakan balasan atas operasi siber Iran terhadap Israel.

    Meski begitu, hingga saat ini belum ada komentar resmi dari militer Israel maupun dari kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengenai dugaan keterlibatan mereka dalam ledakan Sabtu ini.

    Yang pasti, otoritas Iran memastikan fasilitas minyak di sekitar pelabuhan tetap aman. Dalam pernyataannya, Perusahaan Penyulingan dan Distribusi Minyak Nasional Iran menegaskan bahwa insiden ini “tidak ada kaitannya dengan kilang minyak, tangki bahan bakar, kompleks distribusi, maupun jaringan pipa minyak.”

    (dce)

  • 45 Tahun Lalu: Operasi Militer Amerika di Iran Bersandi ‘Eagle Claw’ Gagal Total, 8 Tentara AS Tewas – Halaman all

    45 Tahun Lalu: Operasi Militer Amerika di Iran Bersandi ‘Eagle Claw’ Gagal Total, 8 Tentara AS Tewas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tanggal 25 April 1980 atau 45 tahun silam, Amerika Serikat (AS) meluncurkan operasi militer rahasia di gurun Tabas, timur laut Iran.

    Operasi tersebut diberi nama sandi Eagle Claw atau Cakar Elang

    Operasi militer ini bertujuan untuk mengevakuasi personel Kedutaan Besar AS yang ditahan di Teheran. 

    Namun, operasi ini berakhir dengan kegagalan total karena badai pasir. 

    Awal Masalah

    Pada tanggal 4 November 1979, hampir 3.000 mahasiswa Iran menyerbu Kedutaan Besar Amerika Serikat di Teheran dan menyandera 63 personel Amerika. 

    Penyerbuan Kedutaan Besar terjadi setelah jatuhnya rezim Reza Pahlevi yang didukung AS oleh kekuatan Revolusi Islam Iran. 

    Amerika Serikat, sebagai negara super power merasa direndahkan akibat penyanderaan tersebut.

    Sebagai hasilnya, pada tanggal 16 April 1980, setelah berbulan-bulan sandera ditahan, Presiden AS Jimmy Carter menyetujui operasi penyelamatan militer untuk membebaskan para sandera dan mengakhiri krisis, dengan nama sandi Eagle Claw.

    Rencana Operasi

    Operasi tersebut melibatkan Angkatan Darat, Angkatan Laut, Korps Marinir, dan Angkatan Udara militer Amerika Serikat dalam sebuah perencanaan misi multi-tahap yang kompleks.

    Tahap pertama mengharuskan pesawat AS ke masuk ke zona pendaratan Desert One, 320 kilometer tenggara Teheran. 

    Keberhasilan mencapai Lokasi persiapan ini akan memungkinkan pesawat dapat mengisi bahan bakar dan memungkinkan helikopter dalam misi tersebut untuk berhasil menyelesaikan penerbangan pulang pergi, mengangkut pasukan serbu. 

    Menurut Angkatan Udara Amerika Serikat, pesawat-pesawat berikut direncanakan akan digunakan selama operasi:

    3 – USAF Lockheed MC-130
    3 – USAF Lockheed EC-130
    8 – Helikopter USMC Sikorsky RH-53D
    USAF Lockheed C-141
    USAF AC-130 Gunship

    Sedangkan pasukan darat yang dikerahkan untuk melaksanakan misi:

    Detasemen Operasional Pasukan Khusus ke-1 Angkatan Darat AS – Delta
    Resimen Ranger ke-75 Angkatan Darat AS
    Divisi Kegiatan Khusus CIA

    Operasi Eagle Claw akan menjadi operasi pertama bagi Delta Force yang baru dibentuk. 

    Unit tersebut dipimpin oleh pendiri mereka Kolonel Charles Beckwith yang menjabat sebagai Komandan Angkatan Darat dalam operasi tersebut.

    Operasi yang Direncanakan

    Setelah waktu yang dihabiskan untuk pelatihan dan persiapan, Pemerintahan Carter mulai melaksanakan operasi penyelamatan dua hari yang direncanakan. 

    Operasi akan dimulai dengan MC-130 yang membawa pasukan penyerang yang terdiri dari 118 orang. 

    Selain itu, EC-130 membawa bahan bakar untuk melakukan pengisian bahan bakar selama operasi, lepas landas dari Pulau Masirah di Oman menuju Desert One.

    Pada saat yang sama, delapan helikopter RH-53D akan berangkat dari USS Nimitz dalam perjalanan menuju Desert One. 

    Setelah proses pengisian bahan bakar, pasukan penyerang akan terbang menuju tujuan yang berjarak lebih dari 100 kilometer di luar Teheran.

    Di pos pemeriksaan ini, tim penyerang bersembunyi bersama personel CIA dari Divisi Aktivitas Khusus dan aset lokal.

    Keesokan harinya, personel dan aset CIA akan membawa pasukan penyerang ke Kedutaan. 

    Pada saat itu, para sandera akan diamankan dan sebuah helikopter akan menjemput semua orang di Kedutaan dan mengangkut mereka sejauh 55 kilometer ke selatan ke daerah yang diamankan oleh anggota Resimen Ranger ke-75 di Manzariyeh. 

    Pada saat ini, pesawat angkut C-141 akan menerbangkan para sandera keluar dari negara tersebut.

    Misi Gagal

    Hingga kemudian pada tanggal 24 April atau 25 April waktu Iran, Operasi Eagle Claw yang telah direncanakan berminggu-minggu akhirnya dilaksanakan.

    Pesawat MC-130 dan EC-130 lepas landas dari Pulau Masirah dan menuju Desert One. 

    Setelah memasuki wilayah udara Iran, pesawat itu tiba-tiba menghadapi apa yang disebut orang Iran sebagai “haboob.” 

    Haboob adalah badai debu dahsyat yang melanda bagian selatan negara itu. 

    Pesawat itu tidak terpengaruh oleh badai debu tetapi awak pesawat mengirim pesan radio untuk memperingatkan helikopter RH-53D yang rentan yang mengikuti di belakang. 

    Namun yang jadi masalah, pesan itu tidak diterima oleh awak helikopter yang sudah dalam perjalanan.

    Masalah Pertama

    Prioritas utama komandan operasi, dari delapan helikopter, setidaknya enam harus mencapai Desert One agar misi dapat dilanjutkan. 

    Sepanjang perjalanan, salah satu helikopter menghadapi peringatan yang merinci kebocoran nitrogen di rotor. 

    Awak helikopter terpaksa meninggalkan helikopter dan dijemput oleh salah satu dari tujuh helikopter lainnya. Pada titik ini, helikopter baru saja menghadapi haboob pertama mereka.

    Terbongkar

    Pada saat ini, MC-130 dan EC-130 mulai mendarat di Desert One ketika mereka melihat sebuah bus penumpang di dekat zona pendaratan. 

    Tak mau ambil risiko ada penumpang bus tersebut yang membahayakan kerahasiaan operasi, pasukan AS menahan 45 penumpang bus.

    Segera setelah itu, sebuah truk bahan bakar melaju di jalan raya yang berdekatan dengan landasan pendaratan Desert One. 

    Setelah memberi perintah kepada pengemudi truk untuk menghentikan kendaraan, yang tidak mereka patuhi, pasukan Amerika menembakkan rudal antitank M72 LAW ke truk bahan bakar tersebut yang meledak. 

    Sebuah truk pikap yang mengikuti truk bahan bakar tersebut mengangkat satu-satunya penumpang kendaraan tersebut dan dengan cepat melarikan diri ke arah yang berlawanan dengan pasukan Amerika. 

    Meskipun terjadi kekacauan ini, komandan pasukan penyerang memutuskan untuk melanjutkan operasi.

    Saat helikopter melanjutkan perjalanan, sejumlah besar debu menyebabkan masalah kritis. Salah satu helikopter mengalami kebocoran hidrolik meskipun awak pesawat terus melaju. 

    Helikopter lain kurang beruntung, mengalami masalah kelistrikan dan kehilangan instrumen penerbangan saat terbang melalui apa yang digambarkan pilot sebagai “terbang di mangkuk susu yang gelap.” 

    Hal ini memaksa helikopter untuk berbalik dan kembali ke Kapal Induk USS Nimitz, meninggalkan enam helikopter

    Saat pasukan bersiap untuk berangkat, sebuah helikopter RH-53D justru menabrak sebuah C-130 yang membawa bahan bakar tambahan untuk pengisian bahan bakar.

    Insiden ini menewaskan 5 Penerbang dan 3 Marinir.

    Operasi Eagle Claw menjadi bencana. Gagal total.

    Banyak orang percaya bahwa insiden ini memainkan peran besar dalam kekalahan Carter dalam pemilihan presiden AS 1980. 

    Pendiri Revolusi Islam Iran. Imam Khomeini, pada saat itu menggambarkan badai pasir dan partikel pasir sebagai agen Tuhan Yang Maha Kuasa yang datang untuk menghukum penyerang. 

    Pemimpin Revolusi Islam lebih lanjut mengatakan bahwa perintah Carter untuk melanggar integritas teritorial Iran dengan operasi agresif ini bertujuan untuk mengamankan kemenangannya dalam pemilihan tahun itu.

    Sejak operasi AS Eagle Claw yang gagal 45 tahun yang lalu, Iran telah meningkatkan dan memodernisasi kemampuan pertahanannya dan dapat menahan berbagai ancaman.

    Kemarin, publik Iran kembali memperingati kegagalan AS menggelar operasi militer 45 tahun silam.

    Teheran mengingatkan Amerika Serikat tentang kekalahan yang memalukan dalam agresi terhadap integritas teritorialnya, menyarankan Washington untuk belajar dari pelajaran itu.

    Teheran juga menyerukan akhir dari lebih dari empat dekade permusuhan terhadap bangsa Iran yang tangguh.

    Perlu dicatat bahwa Iran kini jauh lebih kuat dibandingkan dengan tahun-tahun awal setelah Revolusi Islam 1979.

    Iran telah membuat sanksi dan ancaman Amerika tidak efektif.

    Dianggap sebagai pukulan besar bagi militer AS, pengamat berpendapat bahwa Operasi Eagle Claw berfungsi sebagai peringatan bagi Presiden Donald Trump untuk tidak memulai perang.

  • Trump Ancam Pimpin Serang Iran Jika Tak Ada Kesepakatan Baru soal Nuklir

    Trump Ancam Pimpin Serang Iran Jika Tak Ada Kesepakatan Baru soal Nuklir

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan AS akan memimpin dalam menyerang Iran jika pembicaraan mengenai program nuklir Teheran tidak menghasilkan kesepakatan baru. Trump mengungkapkan hal itu dalam wawancara Majalah Time.

    Dilansir AFP, Jumat (25/4/2025), Presiden AS dalam wawancara Majalah Time tetap menyatakan harapan bahwa kesepakatan tersebut dapat dicapai, sementara juga mengatakan bahwa ia terbuka untuk bertemu langsung dengan pemimpin tertinggi atau presiden Iran.

    “Ada kemungkinan kita harus menyerang karena Iran tidak akan memiliki senjata nuklir,” kata Trump kepada Time.

    Ancaman baru itu muncul saat Washington dan Teheran melanjutkan pembicaraan mengenai program nuklir negara itu, dengan putaran ketiga dijadwalkan pada Sabtu (26/4), di Oman. Kedua belah pihak menyatakan optimisme pada akhir pertemuan terakhir di Roma, tanpa memberikan rincian apa pun.

    Negosiasi sejauh ini telah mengecualikan musuh bebuyutan Iran, Israel, meskipun Trump pada Selasa (22/4), mengatakan setelah panggilan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa “kami berada di pihak yang sama dalam setiap isu.”

    Trump, ditanya oleh Time tentang laporan bahwa ia telah menghalangi Israel untuk melakukan serangan sepihak terhadap Iran, menjawab: “Itu tidak benar.”

    “Akhirnya saya akan menyerahkan pilihan itu kepada mereka, tetapi saya katakan saya lebih suka kesepakatan daripada bom yang dijatuhkan.”

    Trump membantah bahwa ia khawatir Netanyahu akan menyeret Amerika Serikat ke dalam perang dengan Iran, dengan mengatakan: “Ia mungkin akan berperang. Tetapi kita tidak akan terseret ke dalamnya.”

    Trump pada tahun 2018 membatalkan kesepakatan nuklir dengan Iran yang dinegosiasikan di bawah Presiden Barack Obama dan memberlakukan kembali sanksi besar-besaran terhadap Teheran.

    Kekuatan Barat dan Israel, yang oleh para ahli dianggap sebagai satu-satunya negara bersenjata nuklir di Timur Tengah, telah lama menuduh Teheran berupaya mengembangkan senjata nuklir.

    Iran selalu membantah tuduhan tersebut, bersikeras bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan sipil. Ketika ditanya apakah ia bersedia bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei atau Presiden Masoud Pezeshkian, Trump menjawab: “Tentu.”

    (rfs/aud)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Mobil Jetour Laku Keras di Negara-negara Ini

    Mobil Jetour Laku Keras di Negara-negara Ini

    Shanghai

    Meski berstatus sebagai pendatang baru, namun mobil-mobil Jetour sangat diminati konsumen global. Bahkan, penjualan merek China tersebut menjadi yang tertinggi di sejumlah negara!

    Presiden Jetour International, Ke Chuandeng mengatakan, pihaknya menempati urutan pertama dalam daftar merek terlaris di Qatar, Myanmar dan Angola. Namun, dia tak mengurai lebih detail mengenai angkanya.

    “Kami menempati urutan pertama dalam market share di Qatar, Myanmar dan Angola. Kami juga menjadi merek China terlaris di beberapa negara, seperti UAE, Peru, Oman dan Kazakhstan,” ujar Chuandeng di Shanghai, China, Rabu (23/4).

    Jetour. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Lebih jauh, dia juga mengklaim, Jetour menjadi raja SUV di enam negara berbeda, termasuk Iraq dan Qatar. Selain itu, penjualan SUV boxy-nya juga menjadi yang tertinggi di tujuh negara di dunia.

    “Kami mendapat dukungan melalui lebih dari 50 juta penggemar di seluruh dunia. Tahun lalu, Jetour menjual lebih dari 560 ribu kendaraan atau naik 80 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” ungkapnya.

    Secara total, Jetour telah menjual 1,68 juta unit mobil di dunia sejak tujuh tahun silam. Nominalnya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

    “Sejak kami pertama kali mengenalkan diri di tahun 2018, Jetour telah mencatat pencapaian luar biasa dengan penjualan 1,68 juta unit mobil dalam tujuh tahun,” tegasnya.

    Jetour. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Bukan hanya fokus ke produk, Jetour juga sangat memerhatikan aftersales kendaraannya. Bahkan, mereka mengklaim sudah punya ribuan jaringan dealer yang tersebar di puluhan negara. Hal tersebut, kata Chuandeng, membuktikan betapa seriusnya Jetour di pasar mobil dunia.

    “Kami menyebut pencapaian ini sebagai Jetour Speed. Kami juga telah mengembangkan lebih dari 2.000 jaringan sales dan service di 67 negara. Kami menawarkan ketenangan berkendaran bagi konsumen di manapun dan menghadirkan kenyamanan untuk perbaikan,” kata dia.

    (sfn/din)

  • Bukan Main! Penjualan Mobil Jetour di Dunia Tembus 1,68 Juta Unit

    Bukan Main! Penjualan Mobil Jetour di Dunia Tembus 1,68 Juta Unit

    Shanghai

    Meski berstatus sebagai pendatang baru, namun penetrasi Jetour di pasar global tak bisa dipandang remeh. Bahkan, anak perusahaan Chery Group tersebut telah menjual jutaan unit kendaraan sepanjang kiprahnya di industri otomotif dunia!

    Presiden Jetour International, Ke Chuandeng mengatakan, sejak perusahaannya diresmikan tujuh tahun lalu, pihaknya telah menjual 1,68 juta unit mobil ke seluruh dunia. Nominalnya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

    “Sejak kami pertama kali mengenalkan diri di tahun 2018, Jetour telah mencatat pencapaian luar biasa dengan penjualan 1,68 juta unit mobil dalam tujuh tahun,” ujar Ke Chuandeng saat menyampaikan materi di Shanghai, China, Rabu (23/4).

    Penjualan Jetour di pasar global. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Chuandeng menjelaskan, pasar utama Jetour berada di Angola, Qatar dan Myanmar. Selain itu, penjualan mereka juga cukup menjanjikan di Uni Emirates Arab, Peru, Oman dan Kazakhstan. Sementara mobil-mobil yang paling diminati ada Jetour T2, X70, X90 dan Dashing.

    “Kami mendapat dukungan melalui lebih dari 50 juta penggemar di seluruh dunia. Tahun lalu, Jetour menjual lebih dari 560 ribu kendaraan atau naik 80 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” ungkapnya.

    Penjualan Jetour di pasar global. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Bukan hanya fokus ke produk, Jetour juga sangat memerhatikan aftersales kendaraannya. Bahkan, mereka mengklaim sudah punya ribuan jaringan dealer yang tersebar di puluhan negara. Hal tersebut, kata Chuandeng, membuktikan betapa seriusnya Jetour di pasar mobil dunia.

    “Kami menyebut pencapaian ini sebagai Jetour Speed. Kami juga telah mengembangkan lebih dari 2.000 jaringan sales dan service di 67 negara. Kami menawarkan ketenangan berkendara bagi konsumen di mana pun dan menghadirkan kenyamanan untuk perbaikan,” kata dia.

    (sfn/rgr)

  • Kami Berada di Pihak yang Sama

    Kami Berada di Pihak yang Sama

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melakukan pembicaraan via telepon dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu membahas berbagai isu, termasuk Iran. Trump menegaskan bahwa dirinya dan Netanyahu telah sepakat mengenai berbagai isu dalam pembicaraan itu.

    “Percakapan telepon itu berjalan dengan sangat baik — Kami berada di pihak yang sama dalam setiap isu,” kata Trump dalam pernyataan via media sosial, seperti dilansir AFP, Rabu (23/4/2025).

    Percakapan telepon antara Trump dan Netanyahu itu dilakukan pada Selasa (22/4) waktu setempat.

    AS dan Iran sedang melakukan pembicaraan membahas program nuklir Teheran pada bulan ini, dengan pertemuan pertama digelar di Oman dan pertemuan kedua di Roma, Italia. Pertemuan ketiga diperkirakan akan dilanjutkan pada pekan ini, dengan lokasinya belum diumumkan.

    Trump, pada Senin (21/4) waktu setempat, mengatakan kepada wartawan pada pemerintahannya telah melakukan pembicaraan yang baik dengan Iran. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut maksud pernyataannya itu.

    Pada hari yang sama, Teheran menuduh Israel berusaha untuk “merusak” perundingan yang sedang berlangsung antara negaranya dengan AS membahas program nuklirnya. Iran menyebut Tel Aviv mengerahkan upaya-upaya untuk mengganggu pembicaraan yang sedang berlangsung antara kedua negara.

    “Semacam koalisi sedang terbentuk… untuk merusak dan mengganggu proses diplomatik,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmail Baqaei, kepada wartawan setempat, dengan mengatakan Israel berada di balik upaya tersebut.

    Pekan lalu, media terkemuka AS, New York Times (NYT), melaporkan bahwa Trump telah mencegah Israel untuk menyerang situs nuklir Iran dalam jangka pendek, dengan alasan dirinya ingin memberikan kesempatan pada diplomasi.

    Sementara itu, Netanyahu memperingatkan meskipun AS melanjutkan perundingan dengan Iran, Israel tidak akan pernah membiarkan Teheran untuk mengembangkan senjata nuklir.

    Negara-negara Barat dan Israel, yang dianggap oleh para pakar sebagai satu-satunya negara bersenjata nuklir di kawasan Timur Tengah, telah sejak lama menuduh Iran berusaha mendapatkan senjata nuklir.

    Teheran selalu membantah tuduhan tersebut dan bersikeras menyatakan program nuklirnya hanya untuk tujuan sipil.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Redam Tensi, Iran Akan Beri Penjelasan ke China, Tuding Israel Ganggu Perundingan Nuklir dengan AS – Halaman all

    Redam Tensi, Iran Akan Beri Penjelasan ke China, Tuding Israel Ganggu Perundingan Nuklir dengan AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Iran akan memberi pengarahan kepada China pekan ini menjelang putaran ketiga perundingan nuklir dengan Amerika Serikat.

    Menurut laporan AFP, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi dijadwalkan mengunjungi Beijing pada Selasa (22/4/2025).

    Selama di China, Araghchi bakal mendiskusikan mengenai perkembangan terakhir dialog nuklir antara Teheran dan Washington.

    Kunjungan ini dilakukan setelah Iran sebelumnya juga berkonsultasi dengan Rusia.

    Pertemuan dengan Rusia itu terjadi beberapa hari sebelum Iran dan Amerika Serikat mengadakan putaran kedua pembicaran langsung pada akhir pekan lalu.

    Putaran ketiga perundingan antara Araghchi dan utusan khusus AS Steve Witkoff direncanakan berlangsung di Oman pada Sabtu (26/4/2025) mendatang.

    “Iran secara konsisten menjalin konsultasi erat dengan Rusia dan China dalam isu nuklir,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, seperti dikutip dari AFP pada Senin (21/4/2025).

    Menurutnya, adalah hal wajar jika Teheran akan memberi pengarahan kepada Beijing terkait perkembangan terbaru dalam pembicaraan tidak langsung dengan AS.

    Baik Rusia maupun China merupakan negara penandatangan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) tahun 2015.

    Sebagai pengingat, JCPOA merupakan kesepakatan nuklir antara Iran dan negara-negara besar yang bertujuan membatasi program nuklir Teheran dengan imbalan pelonggaran sanksi.

    Kesepakatan itu menjadi tidak berlaku sejak Presiden AS Donald Trump menarik negaranya keluar pada 2018 dan kembali memberlakukan sanksi maksimum terhadap Iran.

    Sementara AS dan Israel menuduh Iran menggunakan program nuklirnya untuk mengembangkan senjata, Teheran membantahnya dan menegaskan program tersebut sepenuhnya untuk tujuan sipil.

    Kementerian Luar Negeri China pada Senin (21/4/2025) menyatakan pihaknya menjalin komunikasi erat dengan Iran di berbagai bidang, namun belum bisa mengonfirmasi rencana kunjungan Araghchi.

    “China dan Iran memiliki kontak aktif di semua level. Untuk kunjungan yang disebutkan, saya belum punya informasi lebih lanjut,” ujar juru bicara Guo Jiakun, dikutip dari Al Jazeera.

    Perang Israel di Gaza telah memperkuat hubungan Iran dengan Rusia dan China, termasuk dalam bidang diplomatik terkait isu nuklir.

    Pekan lalu, Araghchi bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menjelang perundingan dengan Witkoff.

    Sementara itu, Presiden Vladimir Putin menandatangani perjanjian kemitraan strategis selama 20 tahun dengan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.

    Di sisi lain, hubungan Iran dengan Israel dan sekutunya, Amerika Serikat, terus memburuk.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Baqaei, menuduh Israel berusaha merusak proses diplomatik yang sedang berlangsung.

    Dalam pernyataan kepada AFP, ia menyebut Israel sebagai dalang “koalisi” yang ingin menggagalkan negosiasi dan mendorong eskalasi konflik.

    Ia juga menyinggung adanya tekanan dari sejumlah tokoh politik AS untuk mengakhiri diplomasi dan mempertimbangkan opsi militer.

    Pernyataan ini muncul setelah PM Israel Benjamin Netanyahu kembali menegaskan, negaranya tidak akan membiarkan Iran memperoleh senjata nuklir.

    Sehari sebelumnya, The New York Times melaporkan, Trump telah melarang Israel melancarkan serangan ke situs nuklir Iran untuk sementara, karena Washington ingin fokus pada jalur diplomatik.

    Meski demikian, Iran telah meningkatkan pengayaan uraniumnya secara signifikan setelah AS keluar dari JCPOA.

    Menurut Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Iran kini memperkaya uranium hingga tingkat 60 persen—mendekati 90 persen yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir.

    Sebagai perbandingan, JCPOA membatasi pengayaan hanya sampai 3,67 persen untuk keperluan sipil.

    Utusan AS, Steve Witkoff, menyampaikan sinyal yang beragam soal tuntutan negaranya.

    Dalam satu wawancara, ia menyebut Teheran harus kembali ke tingkat pengayaan 3,67 persen, namun kemudian mengklarifikasi tujuan Washington adalah penghentian total program pengayaan Iran.

    Iran menyatakan, konsultasi dengan negara-negara penandatangan JCPOA tetap harus dilanjutkan demi menjaga jalur diplomatik tetap terbuka.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Iran Tuduh Israel Coba Rusak Perundingan Nuklir dengan AS

    Iran Tuduh Israel Coba Rusak Perundingan Nuklir dengan AS

    Teheran

    Iran menuduh Israel mencoba untuk “merusak” perundingan yang sedang berlangsung antara negaranya dengan Amerika Serikat (AS) membahas program nuklirnya. Teheran menyebut Tel Aviv mengerahkan upaya-upaya untuk mengganggu pembicaraan yang sedang berlangsung antara kedua negara.

    Program nuklir Iran selama ini menjadi titik utama yang memicu ketegangan dengan Barat. Beberapa waktu terakhir, Iran dan AS telah menggelar dua putaran perundingan nuklir, dengan yang pertama digelar di Oman dan yang kedua di Roma, Italia.

    Teheran dan Washington yang merupakan musuh bebuyutan sejak Revolusi Islam tahun 1979, dijadwalkan akan kembali bertemu untuk putaran ketiga perundingan nuklir yang dimediasi oleh Oman.

    Di tengah upaya diplomatik yang sedang berlangsung itu, seperti dilansir AFP, Selasa (22/4/2025), Kementerian Luar Negeri Iran melontarkan tuduhan terhadap Israel yang disebutnya berupaya mengganggu dan merusak perundingan nuklir itu.

    “Semacam koalisi sedang terbentuk… untuk merusak dan mengganggu proses diplomatik,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmail Baqaei, kepada wartawan setempat, dengan mengatakan Israel berada di balik upaya tersebut.

    “Bersamaan dengan itu, ada serangkaian arus yang menghasut perang di Amerika Serikat dan tokoh-tokoh dari berbagai faksi,” sebutnya.

    Media terkemuka AS, New York Times (NYT), melaporkan pada Kamis (17/4) lalu bahwa Presiden AS Donald Trump telah mencegah Israel untuk menyerang situs nuklir Iran dalam jangka pendek.

    Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bersikeras menyatakan negaranya tidak akan pernah membiarkan Teheran untuk memperoleh senjata nuklir.

    Negara-negara Barat dan Israel, yang dianggap oleh para pakar sebagai satu-satunya negara bersenjata nuklir di kawasan Timur Tengah, telah sejak lama menuduh Iran berusaha mendapatkan senjata nuklir.

    Teheran selalu membantah tuduhan tersebut dan bersikeras menyatakan program nuklirnya hanya untuk tujuan sipil.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini