Negara: Oman

  • Pertamina Pilih Rute Kapal Alternatif Hindari Perang Iran-Israel

    Pertamina Pilih Rute Kapal Alternatif Hindari Perang Iran-Israel

    Bisnis.com, JAKARTA – Pertamina International Shipping (PIS) menyiapkan jalur alternatif, yakni melalui pelabuhan di wilayah Oman, India, hingga Amerika Serikat (AS), sebagai respons terhadap eskalasi konflik Iran-Israel.

    “Untuk menjamin kelangsungan rantai pasok, beberapa alternatif tersebut adalah melalui wilayah Oman, atau kami cari jalur di Amerika dan India,” ucap Corporate Secretary PT Pertamina International Shipping (PIS) Muhammad Baron di Jakarta, Jumat.

    Baron memastikan bahwa PIS meningkatkan kewaspadaan dan pemantauan secara intensif terhadap pergerakan operasional kapal, terutama untuk kapal-kapal yang beroperasi di rute internasional dengan tingkat keamanan tertentu, dalam hal ini yang terdampak oleh konflik Iran-Israel.

    Rute tersebut, lanjut dia, termasuk yang melintasi Laut Merah dan Terusan Suez.

    “Saat ini juga, PIS memastikan seluruh kapal yang beroperasi di rute internasional dalam kondisi aman,” kata Baron.

    Terkait dengan pembengkakan biaya kirim sebagai akibat dari pengalihan jalur, Baron menyampaikan bahwa PIS belum melakukan kalkulasi secara detail. Yang menjadi fokus dari PIS saat ini adalah menciptakan skenario-skenario yang dipengaruhi oleh dinamika kawasan itu.

    Dinamika regional Timur Tengah menuai perhatian perusahaan guna menyiapkan langkah-langkah antisipasi. PIS berkomitmen untuk menjaga keselamatan armada guna memastikan kelancaran operasional dan keamanan pengangkutan energi ke Indonesia.

    “Ini terkait dengan antisipasi kami di rute-rute internasional untuk mendukung ketahanan energi,” ucapnya.

    Ketegangan antara Iran dan Israel meningkat sejak Jumat (13/6) ketika Israel melancarkan serangan udara di sejumlah lokasi di Iran, termasuk fasilitas militer dan nuklir.

    Serangan Israel memicu Teheran untuk melancarkan serangan balasan ke sejumlah titik di negara tersebut pada hari yang sama.

    Otoritas Israel menyebut sekurangnya 24 orang tewas dan ratusan lainnya terluka akibat serangan balasan Iran. Sementara, 639 orang tewas dan lebih dari 1.300 orang lainnya terluka di Iran imbas serangan Israel, menurut media Iran.

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Kamis (19/6), menyatakan akan memutuskan dalam waktu dua pekan apakah akan memberi lampu hijau terhadap keterlibatan AS dalam serangan ke Iran atau tidak.

  • Dunia Bisa Kacau Kalau Iran Tutup Selat Hormuz, Begini Antisipasi Pertamina

    Dunia Bisa Kacau Kalau Iran Tutup Selat Hormuz, Begini Antisipasi Pertamina

    Jakarta

    Pertamina International Shipping (PIS) buka suara soal rencana Iran menutup Selat Hormuz di tengah konfliknya dengan Israel. Jalur tersebut merupakan jalur vital yang sangat penting dengan sekitar 20% konsumsi minyak dunia mengalir melalui selat ini.

    Lebar Selat Hormuz hanya sekitar 33 kilometer dan jalur pelayaran di dalamnya bahkan lebih sempit, menjadikannya sangat rentan terhadap serangan atau ancaman penutupan. PIS menyatakan, jika penutupan benar terjadi maka hal pertama yang dilakukan adalah memastikan keamanan kapal-kapal mereka.

    “Selama memang itu sudah dilakukan secara internasional, kalau memang Iran melakukan itu kan dampaknya ke seluruh jalur pelayaran. Tentu PIS akan melaksanakan pengamanan armada yang pertama,” ujar Corporate Secretary PIS, Muhammad Baron dalam temu media di kawasan Jakarta Pusat, Jumat (20/6/2025).

    Selain itu PIS juga akan mencari jalur alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi nasional, misalnya memasok minyak dari Oman, Amerika Serikat hingga India. Sebagai informasi, selat Hormuz merupakan satu-satunya pintu masuk laut menuju Teluk Persia.

    Selat ini memisahkan Iran di satu sisi, dan Oman serta Uni Emirat Arab di sisi lainnya. Selat ini menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman dan Laut Arab di kawasan Samudera Hindia.

    Terkait potensi membengkaknya biaya dalam operasional perusahaan, hal itu masih dalam perhitungkan. Menurut Baron pihaknya masih memetakan skenario-skenario yang mungkin terjadi di area tersebut.

    “Kita belum menghitung secara detail atas konteks hal tersebut. Yang kita bisa lakukan memang mengantisipasi dengan skenario-skenario yang mungkin terjadi di area tersebut. Alternatif itu yang kita coba buat dan antisipasi di internal PIS,” imbuhnya.

    Ia juga menyinggung kesiapan PIS dalam mengangkut minyak dari Amerika Serikat. Baron menyatakan kesiapan perusahaan mendapat penugasan itu, meskipun tak memungkiri jika akan ada perbedaan dari segi durasi pelayaran dan ongkos yang harus dikeluarkan.

    “Kita cek, cuman secara jarak terjadi perbedaan dengan yang eksisting dan baru. Tapi tentu tadi ya jarak yang bisa mempengaruhi terhadap tarif,” tutup Baron.

    (ily/rrd)

  • Kapal Pertamina pilih rute alternatif hindari perang Iran-Israel

    Kapal Pertamina pilih rute alternatif hindari perang Iran-Israel

    Jakarta (ANTARA) – Pertamina International Shipping (PIS) menyiapkan jalur alternatif, yakni melalui pelabuhan di wilayah Oman, India, hingga Amerika Serikat (AS), sebagai respons terhadap eskalasi konflik Iran-Israel.

    “Untuk menjamin kelangsungan rantai pasok, beberapa alternatif tersebut adalah melalui wilayah Oman, atau kami cari jalur di Amerika dan India,” ucap Corporate Secretary PT Pertamina International Shipping (PIS) Muhammad Baron di Jakarta, Jumat.

    Baron memastikan bahwa PIS meningkatkan kewaspadaan dan pemantauan secara intensif terhadap pergerakan operasional kapal, terutama untuk kapal-kapal yang beroperasi di rute internasional dengan tingkat keamanan tertentu, dalam hal ini yang terdampak oleh konflik Iran-Israel.

    Rute tersebut, lanjut dia, termasuk yang melintasi Laut Merah dan Terusan Suez.

    “Saat ini juga, PIS memastikan seluruh kapal yang beroperasi di rute internasional dalam kondisi aman,” kata Baron.

    Terkait dengan pembengkakan biaya kirim sebagai akibat dari pengalihan jalur, Baron menyampaikan bahwa PIS belum melakukan kalkulasi secara detail.

    Yang menjadi fokus dari PIS saat ini adalah menciptakan skenario-skenario yang dipengaruhi oleh dinamika kawasan itu.

    Dinamika regional Timur Tengah menuai perhatian perusahaan guna menyiapkan langkah-langkah antisipasi. PIS berkomitmen untuk menjaga keselamatan armada guna memastikan kelancaran operasional dan keamanan pengangkutan energi ke Indonesia.

    “Ini terkait dengan antisipasi kami di rute-rute internasional untuk mendukung ketahanan energi,” ucapnya.

    Ketegangan antara Iran dan Israel meningkat sejak Jumat (13/6) ketika Israel melancarkan serangan udara di sejumlah lokasi di Iran, termasuk fasilitas militer dan nuklir.

    Serangan Israel memicu Teheran untuk melancarkan serangan balasan ke sejumlah titik di negara tersebut pada hari yang sama.

    Otoritas Israel menyebut sekurangnya 24 orang tewas dan ratusan lainnya terluka akibat serangan balasan Iran. Sementara, 639 orang tewas dan lebih dari 1.300 orang lainnya terluka di Iran imbas serangan Israel, menurut media Iran.

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Kamis (19/6), menyatakan akan memutuskan dalam waktu dua pekan apakah akan memberi lampu hijau terhadap keterlibatan AS dalam serangan ke Iran atau tidak.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Adi Lazuardi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Iran-Israel Perang, Kapal Pertamina Waswas Lewati Laut Merah-Terusan Suez

    Iran-Israel Perang, Kapal Pertamina Waswas Lewati Laut Merah-Terusan Suez

    Jakarta

    Pertamina International Shipping (PIS) merespons memanasnya hubungan Iran dan Israel yang terjadi belakangan. Corporate Secretary PIS, Muhammad Baron mengatakan, saat ini pihaknya melaksanakan peningkatan kewaspadaan terhadap kapal-kapal yang berlayar di rute internasional.

    “Jadi PIS saat ini melaksanakan peningkatan kewaspadaan dan pemantauan secara intensif terhadap pergerakan operasional kapal terutama untuk kapal-kapal yang beroperasi di rute internasional, khususnya di Laut Merah,” ujarnya dalam temu media di kawasan Jakarta Pusat, Jumat (20/6/2025).

    Menurutnya ada beberapa area yang perlu ditingkatkan keamanannya, seperti Teluk Arab atau Teluk Persia. Lalu Terusan Suez yang menghubungkan Laut Mediterania di utara dan Laut Merah di selatan juga menjadi perhatian.

    “Kemudian ada beberapa area strategis juga yang kita perlu tingkatkan keamanan, Arabian Gulf dan Terusan Suez, itu juga jadi potensi yang harus kita perhatikan,” tambah dia.

    Baron pun memastikan seluruh kapal PIS yang saat ini beroperasi di rute internasional berada dalam kondisi aman. Di samping itu, PIS terus menjajaki sejumlah rute alternatif untuk menjamin kelangsungan rantai pasok.

    “Saat ini PIS juga memastikan seluruh kapal yang beroperasi di rute internasional dalam kondisi aman. PIS juga sudah menyiapkan sejumlah rute alternatif untuk menjamin kelangsungan rantai pasok. Beberapa alternatif tersebut adalah melalui pelabuhan di wilayah Oman atau cari jalur di Amerika dan India,” ujarnya.

    “Perusahaan juga terus mengantisipasi dinamika regional dan berkomitmen untuk menjaga keselamatan armada untuk memastikan kelancaran operasional dan keamanan pengangkutan ke domestik,” tambah Baron.

    Sebagai informasi, PIS bertugas mengangkut pasokan energi, termasuk minyak dan gas melalui jalur laut menggunakan kapal-kapalnya. PIS mengoperasikan kapal untuk jalur domestik dan juga rute-rute internasional.

    (ily/rrd)

  • Ini Mobil Toyota Buatan Indonesia yang Terlaris di Luar Negeri

    Ini Mobil Toyota Buatan Indonesia yang Terlaris di Luar Negeri

    Jakarta

    Toyota jadi produsen yang paling banyak mengekspor mobil buatan Indonesia ke berbagai negara. Ini model mobil Toyota buatan Indonesia yang paling laris di luar negeri.

    Toyota berada di posisi teratas daftar pabrikan yang mengekspor mobilnya dari Indonesia. Tercantum dalam data distribusi ekspor yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Toyota mengirim 66.543 unit mobil buatan RI ke mancanegara selama Januari-Mei 2025.

    PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) diketahui memproduksi lima model utama yaitu Avanza, Veloz, Fortuner, Innova Zenix, dan Yaris Cross. Dari kelima model itu, rupanya Avanza jadi yang paling banyak peminatnya. Total ada 16.353 unit Avanza hasil produksi PT TMMIN yang dikirim ke Bahrain, Bangladesh, Bolivia, Kamboja, Kosta Rika, Filipina, Arab Saudi, sampai Vietnam.

    Toyota Fortuner tak kalah diminati. Sepanjang lima bulan tahun 2025, ada 16.235 unit Fortuner yang dikirim ke luar negeri. Negara tujuannya pun beragam mulai dari Brunei Darussalam, Kuwait, Oman, Filipina, Arab Saudi, Lebanon, Australia, hingga Ekuador. Soal tipe mesinnya cukup beragam ada 2.400 cc, 2.700 cc, 2.800 cc, dan 4.000 cc.

    Mobil Toyota Buatan Indonesia Paling Laris di Luar Negeri

    Selanjutnya ada Yaris Cross yang terdistribusi sebanyak 15.281 unit. Yaris Cross itu diminati di Antigua, Bahrain, Brunei Darussalam, Filipina, Srilanka, hingga Guatemala.

    Berikut urutan mobil Toyota yang paling banyak diekspor:

    1. Toyota Avanza: 16.353 unit
    2. Toyota Fortuner: 16.235
    3. Toyota Yaris Cross: 15.281 unit
    4. Toyota Veloz: 10.399 unit
    5. Toyota Innova Zenix: 8.275 unit

    Secara keseluruhan ekspor mobil buatan Indonesia pada Januari-Mei 2025 mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Sebagai perbandingan pada periode yang sama tahun 2024, ekspor mobil di Indonesia hanya mencapai 179.857 unit sementara pada tahun 2025 sudah menyentuh 192.501 unit. Ekspor mobil buatan Indonesia itu sudah merambah ke 93 negara. Saat ini, Filipina tercatat sebagai negara yang terbanyak mendatangkan mobil dari Indonesia.

    (dry/rgr)

  • Mungkinkah Iran Tutup Selat Hormuz? Apa Akibatnya?

    Mungkinkah Iran Tutup Selat Hormuz? Apa Akibatnya?

    Jakarta

    Pertikaian antara Israel dan Iran kembali menimbulkan kekhawatiran bahwa Iran akan mencoba menutup Selat Hormuz, jalur perdagangan minyak paling vital di dunia.

    Sekitar seperlima dari minyak mentah di dunia hilir mudik melalui jalur selebar 40 km pada bagian tersempitnya.

    Awal tahun ini, Komandan Angkatan Laut Garda Revolusi, Alireza Tangsiri, mengemukakan kemampuan pihaknya.

    “Kami punya kemampuan menutup Selat Hormuz,” kata Alireza sebagaimana dikutip berbagai media.

    Kekhawatiran soal penutupan selat tersebut bukan tanpa alasan.

    Mantan kepala badan intelijen Inggris MI6, Sir Alex Younger, mengungkapkan kepada terkait risiko penutupan Selat Hormuz.

    “Menutup Selat [Hormuz] jelas akan menjadi masalah ekonomi yang luar biasa mengingat dampaknya terhadap harga minyak.”

    Berapa banyak minyak yang melewati Selat Hormuz?

    Jumlah itu setara dengan perdagangan energi senilai hampir US$600 miliar per tahun yang diangkut melalui rute maritim.

    Gangguan dalam bentuk apa pun di jalur laut dapat menyebabkan penundaan pengiriman minyak global secara signifikan, yang segera berdampak pada harga minyak.

    Stocktrek / Getty ImagesFoto satelit Selat Hormuz

    Namun, para analis memperingatkan konsekuensi yang berpotensi lebih serius adalah peningkatan konflik antara Israel dan Iran.

    Sebab, hal ini dapat menyeret negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat, ke dalam pertikaian karena mereka bergantung pada impor minyak dari negara-negara Teluk.

    Seberapa sempit Selat Hormuz?

    Selat Hormuz merupakan jalur perairan sempit yang terletak antara Iran dan Oman.

    Jalur masuk dan keluarnya memiliki lebar sekitar 50 km, dan sekitar 40 km pada titik tersempitnya.

    BBC

    Kendati demikian, selat itu cukup dalam untuk dilalui kapal besar di bagian tengahnya.

    Peta navigasi maritim menunjukkan jalur masuk yang aman, jalur keluar yang aman, dan zona penyangga di antara keduanya.

    Semuanya khusus untuk kapal tanker besar pengangkut minyak.

    Gallo Images via Getty ImagesIran terletak di bagian atas foto satelit Selat Hormuz ini. Di bagian bawah terdapat Pulau Qeshm dan Uni Emirat Arab.

    Saat kapal-kapal tanker itu melalui Teluk Persia, posisi mereka akan berada di dekat pulau Greater dan Lesser Tunbwilayah sengketa antara Iran dan negara-negara Arab.

    Lalu lintas maritim itu akan sangat terganggu jika terjadi pertikaian militer. Ini pernah terjadi selama perang Iran-Irak antara 1980 hingga 1988.

    Doktrin pertahanan?

    Analis mengatakan bahwa bagi Iran, menutup Selat Hormuz merupakan bentuk “daya cegah”mirip dengan kepemilikan senjata nuklir.

    Artinya, pihak luar akan berpikir beberapa kali untuk bertikai dengan Iran karena Teheran mampu menutup Selat Hormuzyang kemudian akan mengganggu perekonomian.

    Baca juga:

    Karena itu, sejumlah negara menyatakan tidak bakal mengizinkan Teheran menggunakan posisi geografisnya yang strategis itu untuk menghambat aliran pasokan energi global.

    Menurut para ahli, Iran mungkin memblokir selat untuk sementara waktu.

    Akan tetapi, banyak yang juga yakin bahwa Amerika Serikat dan sekutunya dapat dengan cepat memulihkan arus lalu lintas maritim dengan memanfaatkan kekuatan militer.

    Seberapa besar kemungkinan Iran menutup Selat Hormuz?

    NurPhoto via Getty Images Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) punya speed boat yang bisa dipakai untuk memblokade Selat Hormuz.

    Sebuah laporan tahun 2012 oleh Layanan Penelitian Kongres AS menilai Iran bisa melakukan pendekatan bertahap.

    Langkah-langkah itu meliputi:

    Mengumumkan larangan navigasi di Selat Hormuz, tanpa secara terang-terangan menyatakan konsekuensi dari pelanggaran atas larangan tersebut.Menyatakan bahwa kapal yang melintas berpotensi diperiksa atau bahkan disita.Tembakan peringatan pada kapal-kapal.Menargetkan kapal-kapal tertentu berkekuatan militer.Meletakkan ranjau laut di Selat dan Teluk Persia.Menggunakan kapal selam dan rudal untuk menargetkan kapal komersial dan militer.

    AFP via Getty ImagesKapal tanker Adriande diserang Iran pada 1987.

    Dalam perang Iran-Irak sebelumnya, Iran mengerahkan rudal Silkworm melawan kapal tanker minyak dan meletakkan ranjau laut di perairan Teluk.

    Salah satu ranjau ini menghantam kapal USS Samuel B Roberts yang kemudian memicu aksi pembalasan militer AS.

    Saat itu, Iran gagal total menutup Selat Hormuz, tetapi secara signifikan menaikkan premi asuransi pengiriman dan menciptakan kemacetan maritim yang mahal di jalur keluar Teluk.

    Norbert Schiller via Getty ImagesHelikopter AL AS dari kapal perang USS Chandler bergerak menyelamatkan awak kapal tanker Pivot pada perang Iran-Irak 1980-1988.

    Kemampuan militer Iran

    Dua hari sebelum serangan udara Israel menghantam Teheran dan menewaskan Komandan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), Mayor Jendral Hossein Salami, dia berkunjung ke markas Angkatan Laut di Selat Hormuz.

    Ia menggambarkan Teluk Persia dan sekelilingnya sebagai salah satu zona pertahanan Iran yang kritis.

    Secara spesifik, ia menunjuk pada kapal-kapal peluncur rudal yang mampu menempuh perjalanan sejauh 10 km di bawah tiga menit.

    NurPhoto via Getty ImagesKomandan Korps Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Hossein Salami, tewas dalam serangan Israel pada 13 Juni 2025.

    Jenderal Salami menyampaikan kapal serang cepat, kapal tempur yang lebih berat, dan rudal akan diaktifkan dalam operasi pertahanan.

    Ia juga menyoroti ranjau laut penghancur kapal sebagai salah satu senjata paling menentukan dalam perang di laut.

    Salami juga mengatakan drone angkatan laut telah diperluas jangkauannya dan keragamannya.

    Apa prediksi para pakar?

    Para ahli memperkirakan cara Iran paling efektif untuk menghentikan sekitar 3.000 kapal yang berlayar tiap bulan melalui Selat Hormuz adalah dengan menebar ranjau menggunakan kapal serang cepat dan kapal selam.

    Angkatan Laut Iran dan Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Iran berpotensi menyerang kapal perang asing dan kapal komersial.

    Akan tetapi, kapal militer besar tersebut bisa juga menjadi sasaran empuk serangan udara Israel dan AS.

    Getty ImagesMiliter Iran memiliki beragam kapal.

    Kapal cepat Iran kerap dilengkapi dengan rudal anti-kapal, dan negara itu juga mengoperasikan kapal reguler, kapal perang hibrid, dan kapal selam.

    Saat ini, situs pelacakan maritim yang menggunakan citra satelit melaporkan pergerakan kapal militer Iran di dekat perbatasan laut bagian selatan.

    Negara mana yang paling terdampak penutupan Selat Hormuz?

    Penelitian lembaga kajian Vortexa mengindikasikan bahwa ekspor minyak mentah dari Arab Saudi mencapai sekitar enam juta barel per hari melalui jalur Selat Hormuz.

    Jumlah ini melebihi pengiriman dari negara-negara lain di kawasan tersebut.

    China, India, Jepang, dan Korea Selatan masuk di antara importir teratas minyak mentah.

    EIA memperkirakan bahwa pada 2022, sekitar 82% minyak mentah dan kondensat (hidrokarbon cair berkepadatan rendah yang mirip gas alam) melintasi selat menuju ke negara-negara di Asia.

    Pada 16 April 2025, tiga hari sebelum rudal Israel menerjang pertahanan udara Iran, kantor berita Iran IRNA mengutip Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol yang mengatakan bahwa sebanyak 60% pasokan minyak di negaranya melalui Selat Hormuz.

    EIA juga mengungkapkan AS mengimpor sekitar 700.000 barel minyak mentah dan kondensat dari selat per harikira-kira 11% dari keseluruhan impor minyak dan 3% dari konsumsi bensin.

    Sementara itu, minyak yang diangkut ke Eropa melalui Selat Hormuz mencapai kurang dari 1 juta barel per hari.

    Mengacu pada kondisi tersebut, negara-negara Arab dan Asia sepertinya akan mengalami kerugian cukup besar ketimbang AS dan Eropa apabila Selat Hormuz ditutup.

    Terlebih lagi, AS dan Eropa secara politik sejalan dengan Israel dalam konflik baru-baru ini. Sedangkan, sejumlah negara Asia masih menjaga hubungan baik dengan Iran.

    Pengaruh China

    China merupakan konsumen terbesar minyak yang melintasi Selat Hormuz. Sebagian besar minyak ini dijual Iran dengan harga di bawah harga pasar global.

    Cara ini merupakan jaring pengaman ekonomi yang membantu Teheran bertahan dari rentetan sanksi AS.

    Sebagai pembeli utama minyak milik Iran, Beijing tidak menyambut baik kenaikan harga minyak atau gangguan dalam rute pengiriman logistiknya.

    CFOTO / Future Publishing via Getty ImagesKilang minyak China memproses minyak dalam jumlah besar dari pasokan yang melalui Selat Hormuz.

    China diharapkan bisa menggunakan kekuatan diplomatiknya untuk mencegah penutupan jalur energi yang penting ini.

    Anas Alhajji, mitra dari konsultan energi Outlook Advisors, menyampaikan pada CNBC, penutupan Selat Hormuz bisa merugikan sekutu Iran ketimbang musuh-musuhnya.

    “Mereka [Iran] tidak mau melakukan sesuatu yang mampu merugikan mereka sendiri,” ujar Alhajji.

    Rute alternatif mengatasi blokade?

    Ancaman penutupan Selat Hormuz selama bertahun-tahun mendorong negara-negara pengekspor minyak di wilayah Teluk untuk mengembangkan jalur ekspor alternatif.

    Berdasarkan laporan EIA, Arab Saudi telah mengaktifkan pipa Timur-Barat, jalur sepanjang 1.200 km yang mampu mengangkut hingga lima juta barel minyak mentah per hari.

    Pada 2019, Arab Saudi menggunakan kembali pipa gas alam untuk mengangkut minyak mentah sementara waktu.

    Chip Hires via Getty ImagesSekitar seperlima minyak mentah dunia diangkut melalui Selat Hormuz.

    Uni Emirat Arab juga telah menyambungkan ladang minyaknya ke Pelabuhan Fujairah di Teluk Oman melalui pipa dengan kapasitas harian 1,5 juta barel.

    Pada Juli 2021, Iran meresmikan pipa Goreh-Jask, yang dimaksudkan untuk mengalirkan minyak mentah dari Teluk Oman.

    Belakangan ini, pipa-pipa ini bisa membawa 350.000 barel per harimeski dari laporan menunjukkan Iran belum melakukannya.

    EIA juga memperkirakan rute-rute alternatif ini secara kolektif dapat menampung 3,5 juta barel minyak mentah per harisekitar 15% dari minyak mentah yang saat ini dikirimkan melalui Selat Hormuz.

    Tonton juga “Rudal Iran Hantam Gedung Tingkat Israel, 25 Orang Terluka” di sini:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ekspor Telur Indonesia ke Amerika Serikat Terkendala Jarak

    Ekspor Telur Indonesia ke Amerika Serikat Terkendala Jarak

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkap Indonesia telah mengekspor telur hingga daging ayam olahan ke Timur Tengah hingga Singapura. Namun untuk ke Amerika Serikat (AS) pemerintah sedikit kesulitan.

    Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Agung Suganda mengatakan pihaknya terus mendorong untuk mengekspor telur dan daging ayam.

    Dalam hal ini, Kementan akan mendorong perusahaan integrator yang siap dan memenuhi sejumlah syarat teknis untuk mengekspor telur dan daging ayam.

    “Kita saat ini sudah mengekspor telur, daging ayam olahan kita ke Timur Tengah, cuma ke Arab Saudi yang belum. Oman, Dubai, UAE, dan sebagainya sudah kita kirim, termasuk Singapura,” kata Agung saat ditemui di Kantor Kementan, Jakarta, Rabu (18/6/2025).

    Adapun, Agung mengungkap Indonesia juga rutin mengekspor telur ke Singapura hampir setiap pekan.

    Di samping itu, Kementan juga mendorong agar telur daging ayam olahan masuk ke pasar Timor Leste. Agung menuturkan bahwa saat ini pemerintah juga mencoba menjajaki ekspor telur ke AS Serikat (AS) seiring Negeri Paman Sam yang tengah dilanda krisis telur.

    Namun, Agung menjelaskan ekspor telur juga membutuhkan riset agar kualitas telur tidak menurun, mengingat jauhnya perjalanan menuju negara tujuan ekspor.

    “Tetapi kan dengan pengapalan yang cukup lama ini, umur telur kan juga ada batasnya. Sehingga risetnya atau studinya untuk menjaga agar telur bisa sampai ke sana dalam waktu yang cukup lama dan tidak turun kualitasnya, ini butuh waktu,” terangnya.

    Agung menuturkan bahwa saat ini beberapa negara produsen ayam tengah dilanda wabah flu burung yang berdampak pada melonjaknya harga komoditas ini.

    Di sisi lain, Agung menuturkan bahwa saat ini kondisi produksi ayam di Indonesia yang melimpah alias surplus. Meski begitu, persoalan yang tengah dihadapi ada pada pendistribusian agar harga yang diterima konsumen tetap terjangkau.

    “Di Indonesia, alhamdulillah kita tidak terganggu dengan flu burung, produksinya bagus, justru masalahnya sekarang adalah bagaimana mengatur tata niaganya agar kelebihan ini tidak menjadikan masalah, tetapi justru memberikan manfaat harga di tingkat konsumen menjadi jauh lebih terjangkau,” pungkasnya.

  • Infografis Ketegangan Perang Iran vs Israel hingga Dampak bagi Dunia – Page 3

    Infografis Ketegangan Perang Iran vs Israel hingga Dampak bagi Dunia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Ketegangan perang antara Iran vs Israel sampai saat ini masih terus berlangsung. Hingga Senin 16 Juni 2025, konflik masih terus berlangsung tanpa ada indikasi penurunan tensi dari kedua belah pihak.

    Serangan udara dan peluncuran rudal masih terjadi secara bergantian. Iran dan Israel sama-sama sesumbar melanjutkan operasi militer jika diperlukan, seperti dirangkum dari Al Jazeera dan Euronews.

    Namun rupanya, konflik antara Iran vs Israel telah berlangsung sejak 2019. Kala itu, Israel melakukan serangkaian serangan di Suriah, Lebanon, dan Irak untuk mencegah Iran melengkapi sekutu Arabnya dengan rudal berpemandu presisi, pesawat nirawak, dan senjata canggih lainnya.

    Lalu pada Juli 2021, sebuah kapal tanker minyak yang dikelola oleh perusahaan pelayaran milik Israel diserang di lepas pantai Oman.

    Menurut perusahaan dan tiga pejabat Israel serangan ini menewaskan dua awak kapal. Dua pejabat mengatakan, serangan itu tampaknya dilakukan oleh pesawat nirawak Iran.

    Lalu, bagaimana dampaknya bagi dunia? Sejumlah pemimpin dunia pun telah angkat bicara. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Sekjen PBB Antonio Guterres menyerukan penahanan maksimum guna menghindari jatuh ke dalam konflik yang lebih dalam.

    “Sekretaris Jenderal mengecam segala bentuk eskalasi militer di Timur Tengah,” kata Juru Bicaranya, Farhan Haq.

    Kemudian, Presiden RI Prabowo Subianto dan Perdana Menteri atau PM Singapura Lawrence Wong juga menyampaikan keprihatinan mendalam atas eskalasi konflik di Timur Tengah, khususnya di Gaza, Palestina serta meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran.

    Kedua pemimpin negara menyerukan gencatan senjata segera dilakukan untuk mengakhiri perang.

    “Kami menyatakan keprihatinan mendalam atas situasi di Gaza dan eskalasi konflik Israel-Iran. Kami menekankan pentingnya solusi damai, negosiasi, dan kami menyerukan gencatan senjata segera,” ujar Prabowo.

    Lantas, bagaimana perjalanan konflik Iran vs Israel yang masih berlangsung hingga saat ini? Apa dampaknya bagi dunia? Simak selengkapnya dalam rangkaian Infografis berikut ini:

  • Selat Hormuz Terancam Ditutup, Harga Minyak Dunia Bisa Meroket hingga 130 Dolar AS per Barel!

    Selat Hormuz Terancam Ditutup, Harga Minyak Dunia Bisa Meroket hingga 130 Dolar AS per Barel!

    PIKIRAN RAKYAT – Harga minyak terancam melonjak hingga 130 dolar AS atau sekitar Rp 2.115.203,75 (kurs 1 USD = 16.270,80) per barel jika Iran memutuskan untuk menutup Selat Hormuz. Sebelumnya diketahui, Esmail Kowsari anggota Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran mengatakan Teheran sedang mempertimbangkan untuk menutup selat tersebut.

    Selat Hormuz disebutkan 20 persen pengiriman minyak global dan 80 persen perdagangan minyak dan gas alam cair (LNG) untuk Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

    Surat kabar tersebut memperkirakan konflik Israel dan Iran akan berlangsung selama beberapa waktu dan menambah dampak perang terhadap ekonomi bergantung pada durasi dan eskalasi serangan.

    Selain itu, konflik yang berkepanjangan dapat menghancurkan ekonomi tetapi jika berakhir dalam 14 hari seperti yangs sebelumnya direndanakan dampaknya akan terbatas.

    Selat Hormuz menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman, lalu kapal-kapal kemudian memasuki Laut Arab dan Samudra Hindia.

    Kawasan pesisir selat ini merupakan wilayah Iran, sedangkan bagian selatannya milik Oman dan Uni Emirat Arab. Selat dilalui sekitar 10-20 persen minyak dunia dan sekitar 20 persen pengiriman LNG.

    Sebelumnya, Direktur Eksekutif Center of Reforn on Economic (CORE) Mohammad Faisal menilia kenaikan harga minyak dunia akibat dampak konflik Iran dan Israel menjadi momentum untuk percepatan transisi energi baru dan energi terbarukan.

    “Ketika energi fosil sudah mahal, tentu menjadi kurang kompetitif. Ini semestinya dimanfaatkan untuk mendorong pengembangan energi terbarukan,” ucapnya.

    Faisal menjelaskan selama ini menjadi kendala dari pengembangan energi baru dan energ terbarukan adalah murahnya harga energi fosil. Kendala tersebut menyebabkan energi baru terbarukan kurang kompetitif apabila dibandingkan dengan fosil.

    Oleh karena itu, melonjaknya harga minyak dunia di tengah-tengah konflik Iran dan Israel harus dimanfaatkan sebagai momentum bagi pemerintah untuk mengembangkan proyek-proyek energi baru dan terbarukan.

    Pada 3 Juni 2025 lalu angkatan bersenjata Israel (IDF) meluncurkan operasi skala besar yang dijuluki Rising Lion, dimana angkatan udara rezim zionis itu menyerang sejumlah target dan fasilitas militer program nuklir yang dimiliki Iran.

    Angkatan udara Israel telah melakukan beberapa gelombang serangan di berbagai bagian Iran, termasuk Teheran dimana beberapa pejabat militer senior Iran tewa termasuk kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran dan komandan IRGC juga beberapa ilmuwan nuklir.

    Beberapa fasilitas nuklir termasuk Natanz dan Fordow dan posisi militer Iran di berbagai bagian negara juga ikut terkena serangan.

    Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dalam pidatonya mengatakan bahwa serangan terhadap Iran sebagai bentuk kejahatan, seraya mengatakan bahwa Israel akan menghadapi nasib yang pahit dan mengerikan.

    IRGC menyatakan bahwa Republik Islam telah meluncurkan Operasi True Promise III kepada target ,militer di Israel sebagai tanggapan atas serangan pasukan Zionis. ***

  • Ada Perang Iran vs Israel, Trump Tinggalkan KTT G7 Lebih Awal

    Ada Perang Iran vs Israel, Trump Tinggalkan KTT G7 Lebih Awal

    Ottawa

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump meninggalkan pertemuan puncak konferensi tingkat tinggi (KTT) G7 sehari lebih awal. Hal ini imbas perang Israel vs Iran.

    “Karena apa yang terjadi di Timur Tengah, Presiden Trump akan meninggalkan tempat itu malam ini setelah makan malam dengan para Kepala Negara,” tulis Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt di X dilansir AFP, Selasa (17/6/2025).

    Sebelumnya, Donald Trump sendiri tidak berniat untuk menandatangani pernyataan bersama yang menyerukan de-eskalasi antara Israel dan Iran yang telah disusun oleh para pemimpin G7 di Kanada. Keputusan ini menimbulkan perpecahan dengan rekan-rekannya saat KTT berlangsung di Canadian Rockies.

    Rancangan pernyataan yang dipelopori oleh para pejabat Eropa di KTT tersebut mengatakan bahwa Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri dan bahwa Iran tidak dapat memperoleh senjata nuklir.

    Trump yang telah mempertanyakan manfaat organisasi multilateral seperti G7, untuk saat ini tidak berniat untuk menandatangani tersebut. “Di bawah kepemimpinan yang kuat dari Presiden Trump, Amerika Serikat kembali memimpin upaya untuk memulihkan perdamaian di seluruh dunia. Presiden Trump akan terus berupaya untuk memastikan Iran tidak dapat memperoleh senjata nuklir,” demikian pernyataan resmi Gedung Putih.

    Israel diketahui telah melancarkan serangan ke pusat Teheran mulai Jumat (13/6/2025). Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan serangan balasan kepada Israel setelah sejumlah fasilitas nuklir dan militernya diserang.

    Teheran membalas dengan rentetan serangan drone dan rudal pada Jumat (13/6) malam dan Sabtu (14/6) pagi yang menargetkan wilayah Israel.

    Pada Senin (16/6), Iran telah menginformasikan kepada mediator Qatar dan Oman pihaknya menutup melakukan negosiasi gencatan senjata saat diserang Israel. Iran menyampaikan tidak akan berunding kala diserang.

    (isa/wnv)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini