Negara: Norwegia

  • Dibekali Rudal Jelajah Oniks dan Kalibr

    Dibekali Rudal Jelajah Oniks dan Kalibr

    JAKARTA – Kementerian Pertahanan Rusia akhir bulan lalu mengumumkan, Angkatan Laut negara itu resmi mengoperasionalkan kapal selam bertenaga nuklir keempat dari Project 885M (Kelas Yasen-M) (K-564) Arkhangelsk yang dibangun di Galangan Kapal Sevmash.

    “Upacara resmi diadakan di Galangan Kapal Sevmash untuk menyerahkan kapal selam bertenaga nuklir keempat Kelas Yasen-M Arkhangelsk ke Angkatan Laut Rusia. Upacara tersebut diadakan di bawah arahan Panglima Tertinggi Angkatan Laut Rusia Laksamana Alexander Moiseyev,” kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan, dikutip dari TASS 5 Januari.

    Dalam upacara tersebut, Panglima Angkatan Laut Rusia Laksamana Alexander Moiseyev menyerahkan bendera Angkatan Laut St. Andrew kepada komandan kapal selam, Captain First Rank Alexander Gladkov Alexander Gladkov, untuk kemudian dikibarkan di atas kapal, kata kementerian.

    Kapal selam bertenaga nuklir ini diberi nama sesuai dengan kota kejayaan militer Arkhangelsk, ibu kota wilayah luas Pomorye di utara bagian Eropa Rusia.

    Arkhangelsk adalah kapal selam ketiga yang dibangun secara serial dalam keluarga kapal selam bertenaga nuklir serbaguna kelas Yasen-M.

    Sebelumnya, upacara peluncuran kapal selam dari landasan peluncuran Galangan Kapal berlangsung pada tanggal 29 November 2023.

    Ditambahkan olehnya, kapal selam bertenaga nuklir Arkhangelsk membawa semua jenis persenjataan rudal laut yang mampu menyerang target laut dan pesisir secara efektif.

    Namun, senjata serang utama kapal selam ini adalah rudal jelajah Oniks dan/atau Kalibr-PL.

    Dikutip dari The Defense Forces, kapal ini juga dirancang untuk menggabungkan rudal jelajah hipersonik antikapal Zircon yang kabarnya dapat mengenai target dari jarak 600 mil (965 kilometer) dan melaju dengan kecepatan Mach 9, sehingga dapat mengalahkan sistem pertahanan udara tradisional.

    Kapal ini memiliki teknologi siluman yang ditingkatkan ditambah dengan kemampuan serangan jarak jauh.

    “Hal ini memungkinkan kapal selam kelas Yasen-M tetap menjadi senjata yang efektif dan canggih. Berkat hal ini, mereka memberikan kontribusi yang tak ternilai untuk menjaga keamanan global dan regional di masa damai,” tegas Laksamana Moiseyev.

    Diketahui, Arkhangelsk merupakan kapal selam bertenaga nuklir ke-141 yang dibangun untuk Angkatan Laut Rusia di Galangan Kapal Sevmash. Proyek ini dirancang oleh Biro Desain Teknik Kelautan Malakhit yang berpusat di St. Petersburg.

    “Pembangunan serangkaian kapal selam Proyek ini akan terus berlanjut,” kata Panglima AL Rusia.

    “Dalam waktu dekat, empat kapal selam bertenaga nuklir serbaguna, Perm, Ulyanovsk, Voronezh dan Vladivostok akan bergabung dengan Angkatan Laut Rusia,” tambahnya.

    Rencananya, Kremlin berniat untuk menambah jumlah kapal selam yang memiliki panjang 130 meter dan membawa 64 awak ini menjadi sebanyak 12 unit.

    Kapal selam bertenaga nuklir terbaru ini ditugaskan ke Armada Utara yang beroperasi di Samudra Arktik, Laut Norwegia, Laut Barents dan Laut Kara, bersama dengan Kapal Selam Severodvinsk dan Kapal Selam Kazan.

    Sementara itu, dua kapal selam lainnya, Novosibirsk dan Krasnoyarsk ditugaskan bergabung dengan Armada Pasifik.

  • Sosok Todung Mulya Lubis Penasihat Hukum Hasto, Makin Ragukan KPK saat Muncul Seruan Megawati Mundur

    Sosok Todung Mulya Lubis Penasihat Hukum Hasto, Makin Ragukan KPK saat Muncul Seruan Megawati Mundur

    GELORA.CO  – Ketua tim penasihat hukum Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristianto, Todung Mulya Lubis, meragukan kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam pemberantasan korupsi. 

    Kekhawatirannya itu disampaikan saat menanggapi penetapan tersangka dan penggeledahan rumah Hasto dalam kasus suap mantan caleg PDIP, Harun Masiku.

    Termasuk terkait narasi permintaan mundur Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.  

    “Mantan kader PDIP, Effendi Simbolon, beberapa hari setelah bertemu mantan Presiden Jokowi juga meminta Bu Mega mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PDIP,  buntut penetapan HK sebagai tersangka di KPK,” kata Todung, Kamis (9/1/2025) .

    Todung menilai, pernyataan Effendi semakin menegaskan serangan itu memang diarahkan ke PDIP dan Megawati, dan mengaitkannya dengan kasus Hasto.

    “Kami semakin meragukan perkara ini adalah murni penegakan hukum,” ucap Todung.

    Meski demikian, Todung berharap KPK benar-benar bekerja secara profesional, tanpa ditunggangi kepentingan pihak tertentu.

    Lantas. siapakah sosok Todung Mulya Lubis ini? Berikut profilnya.

    Profil Todung Mulya Lubis

    Todung Mulya Lubis lahir pada 4 Juli 1949 di Muara Botung, Sumatra Utara (Sumut).

    Todung adalah mantan Duta Besar Indonesia untuk Norwegia. 

    Pria berusia 75 tahun ini diketahui merupakan seorang diplomat, ahli hukum, penulis, dan tokoh gerakan hak asasi manusia di Indonesia.

    Ia mendirikan The Law of Mulya Lubis and Partners pada 1991.

    Dilansir Tribun-Medan.com, Todung merupakan lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) dan lulus tahun 1974.

    Sementara pendidikan S2 ia jalani di University of California di Berkeley pada tahun 1978 dan Harvard University pada 1987.

    Kemudian, Todung memperoleh gelar doktor pada 1990, yakni Doctor of Juridical Science (SJD) dari University of California di Berkeley dengan disertasi berjudul In Search of Human Rights: Legal-Political Dilemmas of Indonesia’s New Order 1966-1990.

    Deputi Hukum TPN Ganjar-Mahfud 

    Pada Pilpres 2024 lalu, Todung Mulya Lubis bergabung dengan Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

    Saat itu, Todung diposisikan sebagai Deputi Hukum TPN Ganjar-Mahfud.

    Lalu, pada saat sengketa perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Pilpres 2024 bergulir, Todung berposisi sebagai Ketua Tim Hukum Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

    Ketua Tim Hukum Pramono-Rano 

    Todung juga ditunjuk sebagai pasangan Gubernur Jakarta Terpilih Pramono Anung-Rano Karno sebagai kuasa hukum untuk menghadapi sengketa Pilkada Jakarta 2024. 

    Todung Mulya Lubis berada di kubu yang melawan kubu Ridwan Kamil-Suswono atau RIDO yang telah siap melayangkan gugatan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) hasil Pilkada Jakarta 2024 ke Mahkamah Konstitusi (MK)

    Selengkapnya, berikut jejak karier Todung Mulya Lubis yang dirangkum Tribunnews: 

    Pengacara bisnis terkemuka dalam penyelesaian sengketa di Indonesia;

    Anggota Asosiasi Advokat Indonesia (IKADIN);

    Asosiasi Konsultan Hukum Pasar Modal (Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal/HKHPM);

    International Bar Association (IBA);

    Kurator berlisensi dan Administrator serta Konsultan Paten Terdaftar;

    Panel arbiter Dewan Arbitrase Nasional Indonesia (Badan Arbitrase Nasional Indonesia/BANI) dan Chambers of Commerce Internasional (ICC) Paris;

    Dosen di beberapa Universitas di Indonesia, antara lain Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, Fakultas Hukum Universitas Atmajaya, Yogyakarta dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan;

    Pembicara dalam lokakarya di darat maupun lepas pantai, seminar atau konferensi di bidang hukum dan hak asasi manusia;

    Duta Besar Indonesia untuk Norwegia (2018-2023

  • Ada Fitur Baru Transkrip Suara di WhatsApp, Ini Cara Pakainya

    Ada Fitur Baru Transkrip Suara di WhatsApp, Ini Cara Pakainya

    Jakarta, CNBC Indonesia – WhatsApp kedatangan fitur baru bernama Voice Message Transcripts atau Transkrip Pesan Suara.

    Sebagian pengguna mungkin sudah ada yang kebagian menu ini di aplikasi WhatsApp. Tapi mungkin juga masih ada yang belum menerima karena kemungkinan fitur ini dirilis secara bertahap.

    Lantas, apa fungsi Transkrip Pesan Suara di WhatsApp?

    Seperti namanya, fitur ini berfungsi untuk mentranskrip pesan suara yang Anda terima menjadi teks. Cara seperti ini memudahkan pengguna ketika menerima pesan suara tetapi tidak dapat memutarnya karena sedang bepergian, di tempat yang bising, atau di sekitar orang lain.

    Fitur Transkrip Pesan Suara juga berguna jika Anda mengalami kesulitan mendengar audio atau memiliki gangguan pendengaran.

    Untuk mulai mendapatkan transkrip pesan suara, Anda harus mengaktifkan fitur pada aplikasi dengan cara di bawah ini:

    Buka Pengaturan
    Pilih Obrolan
    Klik Transkrip Pesan Suara jika tersedia dan pilih bahasa transkrip Anda
    Pengguna iOS juga harus mengaktifkan Siri untuk menggunakan fitur ini

    Setelah diatur, Anda dapat melihat transkrip dengan menahan pesan suara dan memilih “Transkrip”. Hanya penerima yang dapat melihat transkrip pada aplikasi terenkripsi ujung ke ujung.

    Di Android, transkrip suara WhatsApp akan didukung dalam bahasa Inggris, Spanyol, Portugis, dan Rusia. Di iOS 16 dan yang lebih baru, transkrip suara akan didukung dalam bahasa Inggris, Spanyol, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Korea, Portugis, Rusia, Turki, China, dan Arab.

    Pengguna iPhone dengan iOS 17 dan yang lebih baru juga dapat memperoleh transkrip suara dalam bahasa Denmark, Finlandia, Ibrani, Melayu, Norwegia, Belanda, Swedia, dan Thailand di aplikasi.

    (dem/dem)

  • PM Greenland akan Temui Raja Denmark setelah Donald Trump Ingin Rebut Wilayahnya – Halaman all

    PM Greenland akan Temui Raja Denmark setelah Donald Trump Ingin Rebut Wilayahnya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Greenland, Mute Egede, diperkirakan akan bertemu dengan Raja Denmark, Raja Frederik X, di Kopenhagen pada Rabu (8/1/2025).

    Istana kerajaan tidak memberikan rincian tentang rencana pertemuan mereka.

    Pertemuan itu dilakukan setelah baru-baru ini Presiden terpilih AS Donald Trump mengulangi ambisinya untuk mengambil alih Greenland, pulau Arktik luas yang merupakan wilayah otonomi Denmark.

    Kemarin, Selasa (7/1/2025), Donald Trump mengatakan ia tidak akan mengesampingkan kemungkinan menggunakan tindakan militer atau ekonomi untuk menjadikan Greenland bagian dari Amerika Serikat. 

    Pada hari yang sama, putra tertua Trump, Donald Trump Jr., melakukan kunjungan pribadi ke Greenland.

    Komentar Donald Trump mendorong menteri luar negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, untuk mengatakan pada hari ini bahwa Uni Eropa tidak akan membiarkan negara lain menyerang perbatasan kedaulatannya, seperti diberitakan Reuters.

    “Saya tidak percaya AS akan menyerang Greenland,” kata Jean-Noel Barrot, merujuk pada pulau yang telah menjadi bagian dari Denmark selama lebih dari 600 tahun.

    Selain Greenland, Donald Trump juga mengincar tetangganya, Kanada, yang ditawari untuk bergabung menjadi negara bagian AS.

    Diketahui Greenland memiliki sejarah panjang sebelum menjadi wilayah Denmark.

    Pada tahun 1721, Denmark mulai mendirikan koloni di Greenland.

    Pada tahun 1931, ahli meteorologi Norwegia Hallvard Devold yang didukung pemerintah Norwegia menduduki Greenland timur yang tak berpenghuni, mengklaimnya sebagai Tanah Erik si Merah. 

    Namun, Mahkamah Tetap Keadilan Internasional mendukung Denmark dan mengakhiri pendudukan Norwegia pada tahun 1933.

    Pada tahun 1953, Greenland terintegrasi sepenuhnya ke Denmark berdasarkan Konstitusi Denmark dan diberikan otonomi pada tahun 1979.

    Pada tahun 2009, Greenland menjadi negara yang memiliki pemerintahan sendiri di dalam Kerajaan Denmark.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Antara Trump, Denmark dan Aspirasi Kemerdekaan

    Antara Trump, Denmark dan Aspirasi Kemerdekaan

    Jakarta

    Grinlandia, atau Geenland ,sudah menjadi incaran Donald Trump sejak masa jabatan pertamanya sebagai presiden Amerika Serikat pada tahun 2019. Ketika keinginannya itu ditolak oleh Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen, dia sontak membatalkan kunjungan kenegaraan ke Kopenhagen.

    Jelang pelantikan Trump pada 20 Januari mendatang, gagasan membeli wilayah konstituen Kerajaan Denmark itu kembali merebak.

    Grinlandia bukan satu-satunya wilayah negara lain yang ingin dicaplok pemerintahan Trump. Sejak kemenangannya pada pemilu November lalu, Trump telah menuntut kendali atas Terusan Panama dan bahkan penggabungan Kanada ke dalam wilayah Amerika Serikat.

    Di tengah perdebatan tersebut, putra sang presiden, Donald Trump Junior, berkunjung ke Grinlandia dalam kapasitas “sebagai wisatawan saja,” kata dia kepada stasiun radio lokal setelah mendarat di bandar udara Nuuk, ibu kota Greenland.

    Sebelum kepergian putranya, Trump sempat mengunggah video yang menunjukkan seorang simpatisan Partai Republik meminta AS membebaskan Grinlandia dari “pemerintahan kolonial” Denmark.

    Trump menjanjikan perlindungan bagi Greenland dan sekitar 56.000 penduduknya. Namun hingga kini, dia belum mengungkapkan alasan di balik niatan tersebut.

    AS telah mengoperasikan pangkalan udara di barat laut Grinlandia sejak tahun 1951. Dilihat secara ekonomi dan geopolitik, negeri es itu akan menambah jangkauan AS di wilayah Arktik yang kaya sumber daya alam. Di sana, Rusia dan Cina juga semakin giat menegaskan klaim teritorial pada saat lapisan es mencair. AS sendiri termasuk negara Arktik karena terhubung melalui negara bagian Alaska.

    Aspirasi kemerdekaan Grinlandia

    Aaja Chemnitz, seorang anggota parlemen Denmark yang berasal dari Grinlandia, menolak kampung halamannya dijadikan instrumen geopolitik. “Saya tidak ingin menjadi pion dalam mimpi liar Trump untuk memperluas imperialisme AS dan memasukkan negara kita ke dalamnya,” tulis Chemnitz di Facebook.

    Klaim teritorial AS atas Greenland datang pada saat ketika seisi negeri sedang ingin melepas ikatan dengan Kerajaan Denmark. Dalam pidato Tahun Barunya, Perdana Menteri Múte Egede menyerukan “langkah-langkah penting menuju kemerdekaan. Masa depan negara adalah milik kita!,” serunya.

    Pulau yang dihuni bangsa Inuit ini sempat dijajah oleh Denmark dan Norwegia pada abad ke-18, sebelum akhirnya kembali dikuasai kerajaan di Kopenhagen. Setelah Perang Dunia Kedua, Denmark mengabulkan tuntutan dekolonialisasi Grinlandia secara resmi.

    Tetapi pada saat yang sama, perempuan Inuit dipaksa menggunakan alat kontrasepsi dan anak-anak dideportasi ke daratan Denmark tanpa persetujuan orang tua mereka. Sejarah tersebut ikut melandasi keinginan banyak warga Grinlandia untuk akhirnya melepaskan diri dari Denmark.

    Ketika parlemen baru terpilih di daerah otonom pada bulan April, para pendukung kemerdekaan berharap adanya upaya yang lebih signifikan. PM Egede mengatakan dalam pidato bahwa parlemen telah mulai menyusun konstitusi untuk Grinlandia yang berdaulat.

    Denmark tegaskan klaim teritorial

    Salah satu isu yang ramai dibahas menyangkut kemampuan Grinlandia untuk merdeka secara ekonomi. Selama ini, pemerintah di Kopenhagen mengirimkan dana senilai sekitar 550 juta euro, sekitar sepertiga dari total anggaran negara, setiap tahunnya.

    Denmark tidak berniat membebaskan Grinlandia, terutama karena sumber daya alam dan nilai geostrategisnya. Sikap itu diperjelas oleh Menteri Pertahanan Troels Lund Poulsen yang tak lama setelah ucapan Trump menerbitkan daftar belanja untuk memperkuat infrastruktur militer di Grinlandia.

    Pada saat yang sama, Kerajaan Denmark menepatkan simbol beruang kutub khas Grinlandia dan domba jantan dari Kepulauan Faroe ke dalam desain lambang nasional yang baru. “Kita saling memiliki,” kata Raja Frederik ke10 dalam pidato tahun barunya.

    Aspirasi warga Grinlandia kemungkinan besar akan disuarakan melalui pemilu. Apakah memilih kemerdekaan, penggabungan ke AS atau tetap bersama Denmark, pencairan Arktik akan semakin meningkatkan nilai strategis Grinlandia.

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman

    (ita/ita)

  • Virus HMPV di China Makin Meluas, Kemenkes: Belum Masuk Indonesia – Halaman all

    Virus HMPV di China Makin Meluas, Kemenkes: Belum Masuk Indonesia – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh meminta pemerintah mencegah masuknya virus Human Metapneumovirus (HMPV) ke Indonesia.

    Virus ini tengah mewabah secara cepat di China.

    Kata Nihayatul, pemerintah harus bisa mengantisipasi terjadinya penyebaran wabah tersebut di Indonesia. Salah satunya dengan memperketat pemantauan di pintu-pintu masuk negara.

    “Pemerintah perlu meningkatkan sistem pemantauan di pintu-pintu masuk negara, seperti bandara dan pelabuhan, untuk memeriksa gejala-gejala yang mirip dengan infeksi saluran pernapasan akut.”

    “Ini termasuk penggunaan tes diagnostik yang tepat untuk mendeteksi virus HMPV lebih awal,” ujar Nihayatul dalam keterangannya, Minggu (5/1/2025).

    Pemerintah kata dia juga perlu berkoordinasi dengan World Health Organization (WHO) dan negara lain untuk mendapatkan informasi mengenai penyebaran virus HMPV dan vaksinasi yang diperlukan.

    Menurut dia, upaya itu menjadi salah satu deteksi dini bagi pemerintah untuk bisa mengantisipasi terjadinya penyebaran virus secara masif.

    “Pemerintah perlu terus berkoordinasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan negara-negara yang terdampak untuk mendapatkan informasi terkini mengenai virus ini, termasuk pola penyebaran, tingkat virulensi, dan vaksinasi yang diperlukan,” jelas Nihayatul.

    Pemerintah juga perlu mengedukasi kepada masyarakat tanpa memberi rasa khawatir.

    “Edukasi Masyarakat tanpa memberikan rasa khawatir: Menyampaikan informasi yang jelas dan tepat kepada masyarakat mengenai cara-cara pencegahan infeksi, seperti mencuci tangan, menggunakan masker jika sakit, dan menjaga kebersihan lingkungan, tetap penting untuk mencegah penyebaran virus,” kata dia.

    Meski wabah HMPV ini belum menunjukkan ancaman sebesar Covid-19 namun kata dia, pemerintah perlu menerapkan langkah-langkah pencegahan yang proaktif dan berbasis data. 

    Kepastian rumah sakit dan tenaga kesehatan untuk siap menangani virus HMPV juga harus menjadi salah satu fokus.

    HMPV merupakan jenis virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, dengan gejala yang mirip flu biasa seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas.  

    Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.

    Virus ini biasanya tidak berbahaya bagi orang dewasa yang sehat, tetapi berisiko lebih tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

    Virus Human Metapneumovirus (HMPV) merebak di China (Kolase Tribunnews/net)

    Termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.

    Hingga saat ini, belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk HMPV.  

    Meski demikian, perawatan suportif seperti rehidrasi, pengendalian demam, dan istirahat cukup efektif dalam membantu meringankan gejala.

    Terkait hal tersebut Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, drg. Widyawati, MKM  menyebut jika saat ini belum ada laporan kasus virus HMPV di Indonesia.  

    “Saat ini belum ada laporan kasus HMPV di Indonesia,” ungkap Widyawati.

    Walau begitu, pihaknya mengimbau pada masyarakat tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai langkah pencegahan.  

    “Hal ini penting untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah penularan berbagai virus yang berpotensi mengancam kesehatan,” jelas Widyawati.

    Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara sekaligus ahli paru Prof Tjandra Yoga Aditama menegaskan, wabah Human Metapneumovirus (HMPV) yang sedang merebak di China  tidak sama dengan Covid-19.

    “Banyak yang ‘mensejajarkan’ infeksi HMPV ini mirip dengan Covid-19. Itu pernyataan yang tidak tepat,” kata dia.

    Prof Tjandra menyebut, HMPV bukanlah virus atau varian baru. HMPV sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Sementara, Covid-19 adalah varian baru dari virus korona.

    “Jika gejalanya adalah serupa, seperti batuk, demam, mungkin sesak dan nyeri dada dan kalau memberat dapat masuk rumah sakit.”

    “Perlu diketahui bahwa semua infeksi paru dan saluran napas memang gejalanya seperti itu,” tutur Direktur Pascasarjana Universitas YARSI ini.

    Dia menuturkan, peningkatan kasus HMPV di China yang dikhawatirkan sama seperti Covid-19 juga tidak tepat. Hal ini karena dari waktu ke waktu, selalu saja ada peningkatan kasus infeksi saluran napas, apalagi di musim dingin di negara empat musim seperti China. 

    “Sehingga tidak tepatlah kalau kita terlalu cepat mengkorelasikan kenaikan kasus HMPV ini dengan Covid-19, walaupun tentu kita perlu tetap waspada,” jelas dia.

    HMPV pertama kali dilaporkan di jurnal ilmiah di Belanda pada Juni 2001 yang berjudul “A newly discovered human pneumovirus isolated from young children with respiratory tract disease”.

    Pasca temuan di berbagai negara seperti Norwegia, Rumania, Jepang dan juga tentu China, para peneliti bahkan memperkirakan HMPV sudah puluhan tahun bersirkulasi.

    Virus ini tidak hanya ada pada manusia melainkan juga pada hewan atau Animal Metapneumovirus. AMPV bahkan sudah lebih awal ditemukan, yaitu di tahun 1978 di Afrika Selatan, yang awalnya diberi nama “Turkey Rhinotracheitis Virus” (TRTV)  lalu menjadi AMPV Animal Metapneumovirus.

    Ini adalah penyakit pada unggas, yang punya 4 sub tipe, dari A sampai D. Para pakar berpendapat bahwa penyakit pada manusia akibat HMPV nampaknya akibat evolusi dari AMPV sub tipe C. (Tribun Network/ais/rin/riz/wly)

  • Virus HMPV Mewabah di China, Apa Sudah Masuk ke Indonesia? Ini Kata Kemenkes  – Halaman all

    Virus HMPV Mewabah di China, Apa Sudah Masuk ke Indonesia? Ini Kata Kemenkes  – Halaman all

    Wabah Virus HMPV Merebak di China, Apakah Sudah Masuk ke Indonesia? Ini Kata Kemenkes 

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wabah virus Human Metapneumovirus (HMPV) yang sedang merebak di China telah menjadi perhatian internasional dalam beberapa waktu terakhir. 

    Virus ini menyebar dengan sangat luas dan cepat, menyebabkan lonjakan kasus yang signifikan di wilayah China bagian utara. 

    Lantas, apakah virus HMPV sudah ada di Indonesia? 

    Terkait hal ini, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, drg. Widyawati, MKM beri jawaban. 

    Ia mengungkapkan jika saat ini belum ada laporan kasus virus HMPV di Indonesia. 

    “Saat ini belum ada laporan kasus HMPV di Indonesia,” ungkap Widyawati pada keterangannya, Minggu (5/1/2024). 

    Walau begitu, pihaknya mengimbau pada masyarakat tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai langkah pencegahan. 

    “Hal ini penting untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah penularan berbagai virus yang berpotensi mengancam kesehatan,” jelas Widyawati.

    Sebagai informasi, HMPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, dengan gejala yang mirip flu biasa seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas. 

    Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.

    Virus ini biasanya tidak berbahaya bagi orang dewasa yang sehat, tetapi berisiko lebih tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

    Termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.

    Hingga saat ini, belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk HMPV. 

    Meski begitu, perawatan suportif seperti rehidrasi, pengendalian demam, dan istirahat cukup efektif dalam membantu meringankan gejala.

    Kemenkes mengajak masyarakat untuk tetap memantau informasi resmi terkait perkembangan virus ini. 

    Pemerintah juga menekankan pentingnya kerja sama masyarakat dalam menerapkan langkah pencegahan.

     

    Jangan lupa segera berkonsultasi ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala infeksi saluran pernapasan.

     

     HMPV Tidak Sama dengan Covid-19, HMPV Bukan Virus atau Varian Baru

    Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara sekaligus ahli paru Prof Tjandra Yoga Aditama menegaskan, wabah Human Metapneumovirus (HMPV) yang sedang merebak di China tidak sama dengan Covid-19.

    “Banyak yang ‘mensejajarkan’ infeksi HMPV ini mirip dengan Covid-19. Itu pernyataan yang tidak tepat,” kata Tjandra Yoga kepada wartawan, Sabtu (4/1/2024).

    Prof Tjandra menyebut, HMPV bukanlah virus atau varian baru.

    HMPV sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.

    Sementara, Covid-19 adalah varian baru dari virus corona.

    “Jika gejalanya adalah serupa, seperti batuk, demam, mungkin sesak dan nyeri dada dan kalau memberat dapat masuk rumah sakit. Perlu diketahui bahwa semua infeksi paru dan saluran napas memang gejalanya seperti itu,” tutur Direktur Pascasarjana Universitas YARSI ini.

    Lebih jauh ia menuturkan, peningkatan kasus HMPV di China yang dikhawatirkan sama seperti Covid-19 juga tidak tepat.

    Hal ini dikarenakan dari waktu ke waktu, selalu saja ada peningkatan kasus infeksi saluran napas, apalagi di musim dingin di negara empat musim seperti China.

    “Sehingga tidak tepatlah kalau kita terlalu cepat mengkorelasikan kenaikan kasus HMPV ini dengan Covid-19, walaupun tentu kita perlu tetap waspada,” jelas dia.

    Asal Usul HMPV

    HMPV pertama kali dilaporkan di jurnal ilmiah di Belanda pada Juni 2001 yang berjudul “A newly discovered human pneumovirus isolated from young children with respiratory tract disease”.

    Pasca temuan di berbagai negara seperti Norwegia, Rumania, Jepang dan juga tentu China, para peneliti bahkan memperkirakan HMPV sudah puluhan tahun bersirkulasi.

    Virus ini tidak hanya ada pada manusia melainkan juga pada hewan atau Animal Metapneumovirus.

    AMPV bahkan sudah lebih awal ditemukan, yaitu di tahun 1978 di Afrika Selatan, yang awalnya diberi nama “Turkey Rhinotracheitis Virus” (TRTV)  lalu menjadi AMPV Animal Metapneumovirus.

    Ini adalah penyakit pada unggas, yang punya 4 sub tipe, dari A sampai D.

    Para pakar berpendapat bahwa penyakit pada manusia akibat HMPV nampaknya akibat evolusi dari AMPV sub tipe C.

  • Video Tren Otomotif Norwegia di 2024: Mobil Listrik Laku Keras

    Video Tren Otomotif Norwegia di 2024: Mobil Listrik Laku Keras

    Mobil listrik telah menyumbang 88,9% penjualan mobil baru di Norwegia. Meningkat dari 82,4% pada tahun 2023, menurut data dari Federasi Transportasi dan Jalan Norwegia (OFV). Gegara kebijakan di Norwegia yang memberikan pajak yang tinggi untuk mobil berbahan bakar bensin.

  • Eks Direktur WHO Beberkan 4 Fakta Seputar HMPV, Virus yang Mewabah di China

    Eks Direktur WHO Beberkan 4 Fakta Seputar HMPV, Virus yang Mewabah di China

    Jakarta

    Wabah virus Human Metapneumovirus (HMPV) saat ini sedang merebak di China dan tengah menjadi perhatian internasional, termasuk Indonesia. Hal ini karena HMPV menyebar dengan sangat luas dan cepat, menyebabkan lonjakan kasus meningkat, khususnya di China bagian Utara.

    Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) drg Widyawati, MKM, mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir terkait HMPV ini. Terpenting saat ini adalah tetap melakukan langkah-langkah preventif seperti menjaga pola hidup sehat, mencuci tangan secara teratur, dan menggunakan masker di tempat umum.

    “Saat ini belum ada laporan kasus HMPV di Indonesia. Meski begitu, kami mengimbau agar masyarakat tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini penting untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah penularan berbagai virus yang berpotensi mengancam kesehatan,” jelas Widyawati, dikutip dari laman Kemkes, Sabtu (4/1/2025).

    Terkait hal ini, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menjelaskan setidaknya ada empat fakta yang masyarakat harus tahu terkait virus ini.

    1. Bukan Virus Baru

    Prof Tjandra mengatakan HMPV pertama kali dilaporkan di jurnal ilmiah di Belanda pada Juni 2021 yang berjudul ‘A newly discovered human pneumovirus isolated from young children with respiratory tract disease’.

    “Sesudah itu ada lagi laporan temuan di berbagai negara seperti Norwegia, Rumania, Jepang dan juga tentu China,” ujar Prof Tjandra kepada detikcom, Sabtu (4/1/2025).

    “Para peneliti bahkan memperkirakan bahwa sebelum resmi dilaporkan di 2001 itu maka HMPV sudah puluhan tahun bersirkulasi. HMPV bukan virus baru,” sambungnya.

    2. HMPV Memiliki Kaitan dengan AMPV

    Prof Tjandra menjelaskan bahwa kata ‘human’ dalam HMPV sebenarnya memiliki kaitan dengan Animal Metapneumovirus (AMPV). AMPV atau yang dulunya dikenal sebagai Turkey Rhinotracheitis Virus (TRTV) sudah ditemukan sejak tahun 1978 di Afrika Selatan.

    “Ini adalah penyakit pada unggas, yang punya 4 sub tipe, dari A sampai D,” ucapnya.

    Para pakar berpendapat bahwa penyakit pada manusia akibat HMPV nampaknya akibat semacam evolusi dari AMPV yang sub tipe C.

    3. Pemerintah China Belum Menerapkan Keadaan Darurat

    Prof Tjandra juga menegaskan bahwa kabar yang menyebut pemerintah China menyatakan ‘state of emergency’ atau keadaan darurat yang mulai bertebaran di grup WhatsApp adalah hoaks.

    Pasalnya belum ada sumber resmi dari pemerintah China maupun World Health Organization (WHO) terkait hal itu.

    4. Tidak Bisa Disejajarkan dengan COVID-19

    Terkait kabar bahwa HMPV yang coba “disejajarkan” dengan COVID-19, Prof Tjandra mengatakan bahwa ini tidaklah tepat. Menurutnya, ada tiga alasan mengapa HMPV tidak bisa sejajar dengan COVID-19.

    “Pertama, ini (HMPV) bukanlah virus atau varian baru, ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Di sisi lain COVID-19 adalah varian baru dari virus corona,” katanya.

    Kedua terkait gejala HMPV yang dinilai sama dengan COVID-19, menurut Prof Tjandra gejala yang muncul dari masalah pernapasan dan infeksi paru-paru umumnya akan seperti batuk, demam, mungkin sesak dan nyeri dada dan kalau memberat dapat masuk rumah sakit.

    “Ketiga, ada juga yang menyebut HMPV mirip COVID-19 karena sekarang ada peningkatan kasus di China. Ini juga tidak tepat karena dari waktu ke waktu memang selalu saja ada peningkatan kasus infeksi saluran napas, apalagi di musim dingin di negara empat musim seperti China,” tutur Prof Tjandra.

    “Jadi, tidak tepatlah kalau kita terlalu cepat mengorelasikan kenaikan kasus HMPV ini dengan COVID-19, walaupun tentu kita perlu tetap waspada,” tutupnya.

    (dpy/suc)

  • Ahli Tegaskan HMPV Tidak Sama dengan Covid-19, HMPV Bukan Virus atau Varian Baru – Halaman all

    Ahli Tegaskan HMPV Tidak Sama dengan Covid-19, HMPV Bukan Virus atau Varian Baru – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara sekaligus ahli paru Prof Tjandra Yoga Aditama menegaskan, wabah Human Metapneumovirus (HMPV) yang sedang merebak di China tidak sama dengan Covid-19.

    “Banyak yang ‘mensejajarkan’ infeksi HMPV ini mirip dengan Covid-19. Itu pernyataan yang tidak tepat,” kata Tjandra Yoga kepada wartawan, Sabtu (4/1/2024).

    Prof Tjandra menyebut, HMPV bukanlah virus atau varian baru.

    HMPV sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.

    Sementara, Covid-19 adalah varian baru dari virus corona.

    “Jika gejalanya adalah serupa, seperti batuk, demam, mungkin sesak dan nyeri dada dan kalau memberat dapat masuk rumah sakit. Perlu diketahui bahwa semua infeksi paru dan saluran napas memang gejalanya seperti itu,” tutur Direktur Pascasarjana Universitas YARSI ini.

    Lebih jauh ia menuturkan, peningkatan kasus HMPV di China yang dikhawatirkan sama seperti Covid-19 juga tidak tepat.

    Hal ini dikarenakan dari waktu ke waktu, selalu saja ada peningkatan kasus infeksi saluran napas, apalagi di musim dingin di negara empat musim seperti China.

    “Sehingga tidak tepatlah kalau kita terlalu cepat mengkorelasikan kenaikan kasus HMPV ini dengan Covid-19, walaupun tentu kita perlu tetap waspada,” jelas dia.

    Asal Usul HMPV

    HMPV pertama kali dilaporkan di jurnal ilmiah di Belanda pada Juni 2001 yang berjudul “A newly discovered human pneumovirus isolated from young children with respiratory tract disease”.

    Pasca temuan di berbagai negara seperti Norwegia, Rumania, Jepang dan juga tentu China, para peneliti bahkan memperkirakan HMPV sudah puluhan tahun bersirkulasi.

    Virus ini tidak hanya ada pada manusia melainkan juga pada hewan atau Animal Metapneumovirus.

    AMPV bahkan sudah lebih awal ditemukan, yaitu di tahun 1978 di Afrika Selatan, yang awalnya diberi nama “Turkey Rhinotracheitis Virus” (TRTV)  lalu menjadi AMPV Animal Metapneumovirus.

    Ini adalah penyakit pada unggas, yang punya 4 sub tipe, dari A sampai D.

    Para pakar berpendapat bahwa penyakit pada manusia akibat HMPV nampaknya akibat evolusi dari AMPV sub tipe C. (Tribunnews.com/Rina Ayu)