Sepak Terjang Dewi Astutik: Pamit Jadi TKW, Pulang Jadi Bos Narkoba
Tim Redaksi
KOMPAS.COM
– Nama Dewi Astutik ramai dibicarakan lagi usai dirinya ditangkap di Sihanoukville, Kamboja oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerja sama dengan sejumlah institusi lintas negara pada 1 Desember 2025.
Dewi alias alias Mami merupakan buronan kelas kakap karena ia terlibat dalam jaringan narkotika Golden Triangle (kawasan Indochina Asia Tenggara penghasil opium) dan Golden Crescent (kawasan Asia Tengah penghasil opium).
Jejaring peredaran
narkoba
dari
Dewi Astutik
beroperasi di Asia Tenggara, Asia Timur, hingga Afrika.
Bahkan, Dewi menjadi aktor utama penyelundupan 2 ton sabu senilai Rp 5 triliun di wilayah Indonesia pada Mei 2025 lalu.
Dia terdeteksi terlibat dalam bisnis narkoba pada awal tahun 2024.
Kepala Badan Narkotika Nasional (
BNN
) Komjen Pol Suyudi Ario Seto mengungkap, Dewi berangkat ke Kamboja untuk bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW).
“Keberadaan PAR alias Dewi yang pernah menjadi TKW di Taiwan dan Hong Kong, maka sebelum di Kamboja tahun 2023, PAR alias Dewi belum memiliki rekam jejak kriminal,” kata Komjen Suyudi saat dihubungi, Jumat (5/12/2025).
Dewi diketahui pamit ke keluarga untuk untuk berangkat ke Kamboja pada tahun 2023.
Tapi, Dewi terjerumus ke bisnis ilegal setelah tergiur untuk mencari uang dengan cepat. Saat operasi penipuan daring atau
online scamming
merebak, Dewi ikut di dalamnya.
“PAR alias Dewi Astutik awalnya menjadi TKW di Kamboja lalu mulai bersentuhan dengan fenomena
scamming
yang marak di Kamboja karena cepat menghasilkan uang,” ujar Suyudi.
Kamboja bukan negara pertama yang dikunjungi Dewi. Sebelumnya, ia juga telah menjadi TKW di Taiwan dan Hong Kong.
Suyudi mengatakan, Dewi mulai terlibat dalam jaringan narkoba usai ia bertemu dengan seorang warga negara asing (WNA) asal Nigeria berinisial DON.
Saat itu, keduanya bertemu di Kamboja. Pertemuan inilah yang menjerumuskan Dewi untuk masuk ke dunia peredaran narkoba.
“DON inilah yang menjadi
caretaker
dan
godfather
PAR alias Dewi Astutik selama di Cambodia dan memulai merambah ke bisnis Narkotika, dan PAR bertugas merekrut para kurir,” kata Suyudi.
Usai bertemu dengan DON, Dewi pun mulai bekerja sebagai perekrut kurir narkoba. BNN mencatat, keterlibatan Dewi di bisnis ilegal ini terjadi sejak awal tahun 2024.
Berdasarkan temuan sementara, Dewi tidak punya rekam jejak kriminal di Indonesia. Namun, aparat masih terus mendalami apakah Dewi sudah terlibat bisnis ilegal selama berada di tanah air.
Suyudi menegaskan, keterlibatan Dewi dengan gembong narkoba terjadi saat ia berada di Kamboja.
“Bisnis narkoba justru tidak dimulai dari Indonesia. (Dewi) masuk kamboja tahun 2023, lakukan kejahatan narkotika awal 2024,”
Saat ini, aparat juga masih melakukan pengejaran terhadap DON yang menjerumuskan Dewi ke dunia ilegal.
Kepada keluarga, Dewi pamit untuk bekerja sebagai TKW di negeri orang.
Lantas, penangkapan pada awal Desember membuat pihak keluarga terkejut. Bahkan, suami Dewi tidak mengetahui kalau istrinya terlibat dalam bisnis terlarang.
“Suaminya sampai tidak tahu kalau PAR alias Dewi terlibat jaringan narkotika,” ungkap Suyudi.
Keluarga Dewi di Ponorogo, Jawa Timur mengaku pasrah atas keadaan yang ada.
“Saya syok, tapi saya pasrah. Lihat di foto, benar itu istri saya (Dewi Astutik alias Pariyatin),” ujar Sarno, suami Dewi, saat ditemui di rumahnya di Lingkungan Jepun, Desa/Kecamatan Balong, Ponorogo, Rabu (3/12/2025).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Negara: Nigeria
-
/data/photo/2025/12/03/692f8e5abd053.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Sepak Terjang Dewi Astutik: Pamit Jadi TKW, Pulang Jadi Bos Narkoba Nasional 6 Desember 2025
-

Fakta-fakta Penangkapan Dewi Astutik, Gembong Narkoba Jaringan Internasional Asal Ponorogo
Bisnis.com, JAKARTA — Gembong narkoba asal Indonesia, Dewi Astutik telah ditangkap di sebuah Hotel, wilayah Sihanoukville, Kamboja pada Senin (1/12/2025).
Dewi ditangkap berkat kolaborasi BNN bersama Kepolisian Kamboja, KBRI Phnom Penh, Atase Pertahanan RI, Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI serta Bea Cukai berhasil menangkap Dewi.
Penangkapan ini dilakukan setelah intelijen melaporkan lokasi Dewi yang terlacak di wilayah Kamboja ke otoritas RI.
Dewi ditangkap di dalam kendaraan Toyota Prius di lobi hotel. Setelah melakukan verifikasi dan klarifikasi fisik, Dewi langsung diterbangkan ke ke Indonesia pada Selasa (2/12/2025).
Lantas, bagaimana fakta-fakta penangkapan Dewi Astutik?
Awal Mula Terendus
Nama Dewi mulai terendus setelah BNN menemukan 67 kardus berisi 2.000 bungkus sabu seberat 2.115.130 gram atau 2 ton. Dari pendalaman itu, petugas menangkap sejumlah pelaku berkebangsaan WNI dan WNA.
Dari hasil penyelidikan, nama Dewi akhirnya mencuat. Tak hanya sekedar keroco. Dewi pun digadang-gadang sebagai pengendali atas barang haram tersebut untuk masuk ke Indonesia.
Berdasarkan penyidikan terungkaplah sosok nama Dewi Astutik. yang diduga sebagai pengendali penyelundupan barang haram tersebut.
Daerah Operasi Dewi
Dewi yang merupakan DPO sekaligus buruan Interpol merupakan sindikat narkoba yang beroperasi di kawasan segitiga emas Asean. Wilayah ini terkenal sebagai pusat jaringan narkoba Asia Tenggara, yang meliputi perbatasan Thailand, Myanmar, dan Laos.
BNN juga menyatakan Dewi Astutik juga aktif beroperasi di wilayah bulan sabit emas (Golden Crescent) atau Asia Selatan. Di wilayah ini Dewi memproduksi sekaligus distribusi opium global yang mencakup pegunungan Afghanistan, Iran, dan Pakistan.
Tak hanya itu, wilayah Laos, Hong Kong, Korea, Brasil, hingga Ethiopia juga menjadi daerah operasi Dewi Astutik dan kaki tangannya.
Punya Rekanan Buron Asal Nigeria
Kepala BNN Komjen Suyudi Ario Seto menyatakan Dewi sempat terlibat terlibat dalam sindikat penipuan daring di Kamboja. Perempuan asal Ponorogo ini sempat bekerja sebagai penerjemah di kelompok penipuan tersebut.
Namun, Dewi hanya satu bulan bekerja dalam praktik scam love itu. Tak selang lama keluar di tempat scam, Dewi bertemu warga Nigeria berinisial DON. Rekan Dewi ini kerap disebut sebagai “caretaker” sekaligus “Godfather” Dewi selama berada di Kamboja.
“DON inilah yang menjadi caretaker dan Godfather PAR alias DA selama di Cambodia.
Karena di Cambodia PAR merasa bs kendalikan semua jaringan dengan uang,” ujar Suyudi kepada wartawan, Rabu (3/12/2025).
Sementara itu, berdasarkan informasi yang diterima BNN, DON telah ditangkap oleh otoritas Amerika dan saat ini telah berada di USA.
Peran Dewi
Berdasarkan catatan perjalanannya, Dewi sempat melakukan kejahatan terkait narkoba pada 2024. Dia termonitor dua kali ke Thailand dan Hongkong. Dewi dinyatakan sudah tidak berani berani masuk, karena sudah menjadi buronan.
Wanita berusia 43 tahun ini memiliki peran sebagai pencari dan mengatur perjalanan kurir. Selain itu, Dewi juga bertanggungjawab dalam penyiapan narkoba untuk nantinya diselundupkan ke beberapa negara.
“DA yang supply dan atur kurir. DON yang supply barang atau narkoba ke DA. DA siapkan pengemasan barangnya. DON yang membiayai jaringan melalui Dewi,” pungkas Suyudi.
-

Menhan Nigeria Mengundurkan Diri di Tengah Maraknya Penculikan Massal
Abuja –
Menteri Pertahanan (Menhan) Nigeria, Mohammed Badaru Abubakar, mengundurkan diri dari jabatannya saat krisis keamanan menyelimuti negara tersebut, termasuk maraknya penculikan massal terhadap anak-anak sekolah.
Pengunduran diri Abubakar, seperti dilansir AFP, Selasa (2/12/2025), diumumkan oleh kantor kepresidenan Nigeria dalam pernyataannya pada Senin (1/12) waktu setempat.
Pengunduran diri Menhan ini terjadi setelah pekan lalu, Presiden Bola Tinubu menetapkan “darurat keamanan nasional” saat Nigeria berupaya mengatasi gelombang penculikan massal yang mengakibatkan ratusan orang, sebagian besar anak sekolah, diculik dalam hitungan hari sepanjang bulan lalu.
Juru bicara kantor kepresidenan Nigeria, Bayo Onanuga, mengatakan bahwa Abubakar, yang berusia 63 tahun, mengundurkan diri dengan segera karena alasan kesehatan.
“Pengunduran dirinya terjadi di tengah pernyataan Presiden Tinubu tentang darurat keamanan nasional, dengan rencana untuk menguraikan cakupannya pada waktunya nanti,” kata Onanuga dalam pernyataannya.
Nigeria yang merupakan negara paling padat penduduk di Afrika ini telah sejak lama dilanda situasi tidak aman, namun rentetan penculikan massal yang terjadi baru-baru ini telah membuatnya terpuruk.
Geng-geng bersenjata menculik lebih dari 300 guru dan staf di Sekolah St Mary di wilayah utara negara tersebut pada 21 November lalu. Sebanyak 50 orang di antaranya berhasil melarikan diri, tetapi sisanya masih ditawan.
“Anak-anak baik-baik saja dan akan segera kembali,” kata penasihat keamanan nasional Nigeria, Nuhu Ribadu, dalam kunjungan ke kota Kontagora, negara bagian Niger, yang menjadi lokasi penculikan massal.
Sejak kelompok jihadis Boko Haram menculik hampir 300 siswi sekolah dari kota Chibok lebih dari satu dekade lalu, Nigeria masih berjuang keras untuk mengatasi penculikan massal. Selain penculikan, negara itu juga memerangi pemberontakan jihadis yang mematikan di barat laut wilayahnya sejak tahun 2009 silam.
Merespons penculikan massal yang marak baru-baru ini, Presiden Tinubu menetapkan keadaan darurat, dan memerintahkan perekrutan massal untuk personel kepolisian serta militer.
Penculikan massal terbaru di Nigeria menargetkan anak sekolah dan guru, jemaat gereja dan para pendeta, pengantin wanita dan para pengiring pengantin wanita, para petani, serta para perempuan dan anak-anak.
Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)
-

Epidemiolog Wanti-wanti Risiko Polio Muncul Lagi Pasca Bencana Aceh hingga Sumut
Jakarta –
Ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengingatkan wilayah terdampak banjir dan longsor di Aceh serta Sumatera Utara perlu berada dalam kondisi siaga terhadap kemungkinan munculnya kembali kasus polio. Meski Indonesia telah menerima sertifikat bebas polio pada 2014, risiko kemunculan kembali penyakit lumpuh layu itu tidak pernah benar-benar hilang, seperti yang dilaporkan pada Juni 2024.
Menurut Dicky, deklarasi bebas polio berarti tidak ada virus polio yang sedang beredar secara aktif di masyarakat, baik virus polio liar (WPV) maupun vaccine-derived poliovirus (VDPV). Namun, kondisi tersebut tidak menghapus potensi reemergensi, terutama di daerah dengan sanitasi buruk dan cakupan imunisasi rendah.
“Risiko kembali munculnya kasus tetap ada. Wilayah dengan sanitasi rendah dan imunisasi buruk seperti Aceh, termasuk Pidie Jaya, secara epidemiologis berada dalam status kewaspadaan,” bebernya saat dihubungi detikcom Senin (1/12/2025).
Bencana Perparah Risiko
Dicky menegaskan bencana banjir dan longsor menciptakan lingkungan yang ideal bagi transmisi virus polio. Mekanisme penularan polio yang melalui feses (tinja) membuat penyakit ini sangat sensitif terhadap kerusakan infrastruktur sanitasi.
“Pasca bencana, jamban rusak, akses air bersih terbatas, dan kontaminasi air meningkat. Kondisi seperti ini membuka jalur fecal oral transmission, bahkan dari kasus polio asimptomatik yang tanpa gejala,” kata Dicky.
Ia mencontohkan beberapa negara yang pernah mengalami lonjakan polio setelah banjir besar, seperti Nigeria, Pakistan, dan Yaman, ketika virus yang semula tak terdeteksi kembali menyebar cepat akibat penurunan kualitas sanitasi.
Selain faktor lingkungan, bencana juga menyebabkan terganggunya layanan kesehatan dasar. Di beberapa wilayah Aceh dan Sumut, pelayanan puskesmas terhenti sementara karena fasilitas terdampak atau akses jalan terputus. Kondisi ini membuat imunisasi rutin, termasuk imunisasi polio, menurun drastis.
“Ketika layanan vaksinasi berhenti dan imunisasi anak tertunda, terbentuklah immunity gap di kelompok bayi dan anak kecil. Mereka menjadi kelompok paling rentan ketika virus polio kembali beredar,” jelasnya.
Dicky menekankan pentingnya langkah cepat pemerintah daerah dan pusat, termasuk penilaian risiko epidemiologis, pendirian posko imunisasi kejar, serta pemulihan sanitasi dasar di lokasi pengungsian. Edukasi mengenai kebersihan tangan dan penggunaan fasilitas sanitasi aman juga harus diperkuat.
“Bencana harus direspons bukan hanya dengan bantuan logistik, tetapi juga kesiapsiagaan penyakit menular, termasuk polio. Kita tidak boleh mengulang pengalaman negara lain yang kecolongan setelah bencana,” tegasnya.
Halaman 2 dari 2
(naf/kna)
-

Kriminal sepekan, kematian Alvaro hingga penggerebekan di Matraman
Jakarta (ANTARA) – Sejumlah peristiwa yang berkaitan dengan keamanan dan kriminalitas terjadi di Jakarta dan sekitarnya pada Senin (24/11) hingga Sabtu (29/11), mulai dari kronologi kematian Alvaro Kiano Nugroho hingga penggerebekan di Matraman, Jakarta Timur.
Berikut sejumlah berita pilihan yang dapat Anda simak kembali:
1. Kronologi kematian Alvaro hingga ditemukan di Bogor
Jakarta (ANTARA) – Polda Metro Jaya mengungkap kronologi kematian Alvaro Kiano Nugroho (6) atau AKN yang diduga dilakukan oleh ayah tirinya bernama Alex Iskandar (AI) dengan cara dibekap.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Budi Hermanto saat konferensi pers di Mapolres Metro Jakarta Selatan, Senin, menjelaskan hal tersebut diakui oleh tersangka yang berawal menculik korban AKN.
Selengkapnya
2. Imigrasi Jakpus amankan tiga WNA yang langgar izin tinggal
Jakarta (ANTARA) – Kantor Imigrasi Kelas I Non TPI Jakarta Pusat mengamankan tiga warga negara asing (WNA) Nigeria karena melanggar ijin tinggal dalam operasi gabungan yang dilakukan Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora) di salah satu apartemen di Jakpus.
Selanjutnya
3. Polda Metro Jaya diminta gelar perkara kematian Arya Daru
Jakarta (ANTARA) – Kuasa hukum keluarga diplomat muda Kemlu RI, Arya Daru Pangayunan (ADP), Nicholay Aprilindo meminta kepada Polda Metro Jaya untuk melakukan gelar perkara terkait kasus kematian ADP.
Selengkapnya
4. Delapan pemuda yang terlibat tawuran di Jakpus ditangkap
Jakarta (ANTARA) – Polres Metro Jakarta Pusat menangkap delapan pemuda beserta dua bilah senjata tajam jenis celurit karena terlibat tawuran di bawah Flyover Roxy, Gambir, Jakarta Pusat, pada Sabtu dini hari.
“Tim kami menerima laporan warga terkait aksi tawuran di lokasi. Setelah mendatangi tempat kejadian, tim berhasil menangkap delapan pemuda yang sedang terlibat tawuran serta mengamankan senjata tajam yang mereka bawa,” kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol KBP Susatyo Condro Purnomo di Jakarta, Sabtu.
Selanjutnya
5. Penggerebekan di Matraman, BNN tangkap 25 orang pengedar narkoba
Jakarta (ANTARA) – Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia (RI) menangkap 25 orang terduga pengedar narkoba saat penggerebekan di kawasan Berlan, Matraman, Jakarta Timur (Jaktim).
Selengkapnya
Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Usia Tanaman Menua: Urgensi Peremajaan Kakao
Bisnis.com, DENPASAR – Aksi peremajaan kakao tak bisa lagi dihindari. Produksi dalam negeri yang terus menyusut dalam sepuluh tahun terakhir memberikan sinyal awal perlunya upaya mengakselerasi hasil yang lebih optimal.
Apalagi, angka importasi biji kakao juga terus meningkat yang mengindikasikan bahwa kebutuhan dalam negeri juga terus bertumbuh seiring aksi penghiliran kakao di berbagai daerah.
Meskipun, Ketua Umum Dewan Kakao Indonesia Soetanto Abdoellah menyebut bahwa kakao Indonesia masih perkasa di tingkat Asia. Walau, imbuhnya, Indonesia kini turun peringkat dan menempati posisi ketujuh dunia sebagai produsen kakao terbesar.
Jika dikomposisikan, produksi kakao Indonesia menyumbang 3% dari pasokan global. Porsi Indonesia tersebut kalah jauh dibandingkan Pantai Gading dan Ghana dengan komposisi masing-masing 43% dan 20%.
“Kedua negara ini juga menjadi pemasok untuk kebutuhan biji kakao domestik [Indonesia],” katanya dalam forum Kontribusi Kakao untuk APBN & Perekonomian Nasional di Denpasar, Bali, Senin (24/11/2025), sore.
Selain Pantai Gading dan Ghana, peringkat Indonesia juga di bawah Ekuador, Kamerun, Nigeria, dan Brasil. Keempat negara ini memiliki porsi masing-masing 7%, 6%, 6%, dan 4%.
Soetanto menjelaskan bahwa secara regional, para produsen kakao di kawasan Asia memang memiliki tren yang menurun, setelah mencapai level tertingginya pada 2006. Berbeda, produsen kakao di Afrika dan Amerika Latin terus menunjukkan tren yang positif dalam lima belas tahun terakhir.
Tak ayal, Indonesia sebagai jawara produsen kakao di Asia juga turut mencatatkan tren produksi yang menurun. Menurutnya, hal ini tak terlepas dari berbagai tantangan yang dihadapi kakao nasional.
“Areal dan produksi terus menurun. Tanaman dan petani mayoritas sudah tua, regenerasi dan mekanisasi lambat,” ujarnya.
Kondisi ini juga diakui oleh Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Dewa Ayu Nyoman Budiasih. Dia mengungkapkan bahwa usia tanaman kakao di Bali mulai menua yang mengakibatkan produktivitas rendah.
“Produktivitas rendah karena usia tanaman tua dan budi daya yang dilakukan belum maksimal untuk pemeliharaan tanaman. Selain itu, pekebun juga sudah tua. Pekebun milenial untuk kakao masih rendah, mereka kebanyakan di hortikultura,” jelasnya dalam kesempatan yang sama.
Padahal, imbuhnya, Bali memiliki areal perkebunan Kakao mencapai 13.398,01 hektare (ha). Dari luasan itu, tanaman yang menghasilkan berada di area sekitar 10.566,87 ha. Sementara tanaman yang rusak dan butuh diremajakan mencapai 2.087,13 ha.
Tak ayal, kondisi ini menempatkan Bali sebagai produsen kecil untuk kakao nasional yang selama ini didominasi oleh Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara yang produksinya lebih dari 100.000 ton. Amat kontras dengan produksi kakao Bali yang hanya 4.868,32 ton.
Tanaman perkebunan kakao Bali sendiri sejatinya telah masuk sebagai salah satu komoditas unggulan Pulau Dewata. Bahkan, Dewa Ayu menyebut bahwa Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Tabanan masih menyimpan potensi untuk pengembangan kakao.
“Dari kedua wilayah ini masih ada potensi 2.417,06 ha lahan yang dapat dioptimalkan,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Bali membutuhkan bibit untuk memprioritaskan aksi peremajaan kakao, termasuk untuk pengembangan potensi di kedua wilayah itu. Menurutnya, setiap satu hektare lahan membutuhkan seribu bibit pohon kakao.
“Kebanyakan pekebun kakao di Bali, itu jarak tanamnya tiga kali tiga. Namun, ini hanya untuk perluasan. Kami juga membutuhkan bibit untuk peremajaan,” katanya.
AKSI PEREMAJAAN
Sementara itu, Kepala Divisi Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Adi Sucipto menegaskan komitmennya untuk memberikan dukungan penuh terhadap aksi peremajaan kakao di berbagai daerah. Akan tetapi, untuk aksi awal, pihaknya hanya menargetkan sekitar 5.000 ha lantaran keterbasan ketersediaan bibit.
“Yang kita hadapi sekarang ini, bukan hanya masalah bibit, tapi bagaimana legalitas lahan, kemudian kesediaan pekebun kakao untuk ikut program, karena sifatnya volunter, bukan mandatory,” jelasnya.
Dia menambahkan bahwa hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan pengajuan terkait jumlah untuk peremajaan kakao tersebut. Angka 5.000 ha merupakan target awal nasional yang akan dilakukan.
“Kemarin kesepakatan kita, kita akan fokus ke sentra-sentra kakao. Salah satunya Jawa Timur, kemudian Bali, dan Yogyakarta. Sulawesi sudah mengajukan, tetapi kita ingin ada kepastian bahwa lahannya mereka itu clean and clear,” katanya.
Hanya saja, aksi peremajaan kakao tak serta merta bakal mengungkit produksi kakao nasional. Hal ini, imbuhnya, lantaran proses panen sekitar tiga hingga empat tahun setelahnya.
Oleh sebab itu, selain peremajaan kakao, pihaknya juga akan menggenjot intensifikasi lewat pembelian sarana dan prasarana serta pupuk. “Selama ini kan yang dihadapi oleh teman-teman itu harga pupuk yang komoditas ini termasuk non-subsidi, jadi lumayan tinggi.”
-

Imigrasi Jakpus amankan tiga WNA yang langgar izin tinggal
Jakarta (ANTARA) – Kantor Imigrasi Kelas I Non TPI Jakarta Pusat mengamankan tiga warga negara asing (WNA) Nigeria karena melanggar ijin tinggal dalam operasi gabungan yang dilakukan Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora) di salah satu apartemen di Jakpus.
“Dalam pemeriksaan, didapatkan informasi bahwa OVO (24), OFE (25), dan NCC (24) merupakan orang asing berkebangsaan Nigeria. Mereka telah tinggal di Indonesia melebihi batas dari izin tinggal yang diberikan,” kata Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Imigrasi DKI Jakarta Pamuji Raharja di Jakarta, Senin.
Pamuji mengatakan bahwa penangkapan WNA tersebut berawal dari operasi gabungan bersama dengan instansi terkait yang tergabung dalam Timpora.
Pada saat petugas mendatangi unit apartemen orang asing tersebut sempat mendapatkan perlawanan dari penghuni yang berusaha menghindari pemeriksaan dengan tidak membukakan pintu.
“Operasi ini dilakukan di salah satu apartemen di kawasan Rajawali, Kemayoran, Jakarta Pusat,” ujarnya.
Kemudian, petugas berkoordinasi dengan pihak pengelola apartemen untuk membuka pintu. Setelah petugas berhasil masuk, petugas mendapatkan tiga orang asing dengan paspor kebangsaan Nigeria di dalam unit.
Ketiganya dikenakan Pasal 78 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yaitu orang asing pemegang izin tinggal yang telah berakhir masa berlakunya dan masih berada di wilayah Indonesia lebih dari 60 hari dari batas waktu izin tinggal dikenai tindakan adminstratif. Keimigrasian.
“Mereka dikenakan tindakan administratif keimigrasian berupa deportasi disertai penangkalan,” katanya.
Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Syaiful Hakim
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Kisah Perempuan Ubah Jalan Hidup dari Tunawisma Jadi Ilmuwan Ternama
Jakarta –
Pada 1990, Profesor Dame Ijeoma Uchegbu turun dari pesawat di London bersama ketiga putrinya yang masih kecil, salah satunya masih bayi. Dari Nigeria, dia membawa satu koper dan sedikit uang.
Ijeoma kembali ke London, kota kelahirannya 30 tahun lalu, untuk memulai hidup baru.
Tapi selama beberapa minggu, dia dan anak-anaknya terpaksa tinggal di tempat penampungan tunawisma karena keterbatasan uang.
Beberapa dekade kemudian, dia kini telah menjadi ilmuwan yang dikenal luas dan diakui dunia.
Perjalanannya yang luar biasa diwarnai oleh keberanian, ketangguhan, dan beberapa lika-liku yang tidak terduga.
Masa kecil
Ijeoma UchegbuIjeoma berarti “perjalanan yang baik”nama yang diberikan saat orang tua Prof Ijeoma Uchegbu tiba di Inggris.
Ketika ayah dan ibu Ijeoma tiba di Britania Raya dari Nigeria pada 1960, Ijeoma sedang berada di dalam kandungan ibunya. Saat dia lahir, mereka memberinya nama yang penuh harapan dan makna.
Kedua orang tuanya adalah mahasiswa, sehingga mereka menitipkan Ijeoma yang masih bayi kepada sebuah keluarga asuh di Kent, wilayah di tenggara Inggris.
Ini merupakan praktik umum di antara para mahasiswa Afrika Barat yang memiliki anak.
Ijeoma Uchegbu saat masih kecil bersama saudara angkatnya di Kent, Inggris. (Ijeoma Uchegbu)
Ijeoma menghabiskan empat tahun yang bahagia bersama keluarga ini, yang dia yakini sebagai keluarganya sendiri.
Suatu hari ayah kandungnya datang menjemputnya.
“Saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya hanya ingat bahwa ibu asuh saya tiba-tiba pergi, dan ayah saya ada di sana.”
Ayahnya saat itu telah berpisah dari ibu kandungnya. Ijeoma baru mengetahui ibu tirinya bukanlah ibu kandungnya ketika dia berusia sekitar 10 tahun.
Pertanyaan yang tak terucapkan
Ijeoma akhirnya bertemu ibu kandungnya kala berusia 13 tahun.
“Ia sangat, sangat senang bertemu saya, dan sangat gugup; ia gemetar ketika kami berpelukan. Bagi saya, dia seperti orang asing, tetapi kami menikmati akhir pekan yang indah.”
Saat itu, Ijeoma adalah salah satu dari enam bersaudara. Sehingga menghabiskan waktu bersama ibunya yang tinggal bersama seorang adik perempuan, merupakan suasana baru.
“Saya sendirian dengan dua orang dewasa dan mendapatkan semua perhatian mereka. Kami pergi berbelanja, dan akhirnya saya membawa koper penuh hadiah. Saya hanya perlu melihat sesuatu, dan dia akan bertanya, ‘Apakah kamu menginginkannya?’”
Yang tidak pernah mereka bicarakan dalam pertemuan itu adalah mengapa ibunya begitu jauh dari kehidupannya.
“Saya merasa jika saya bertanya, jawabannya akan sulit untuknya, dan mungkin juga bagi saya, jadi saya urungkan. Saya hanya menikmati momen itu.”
Setahun setelah pertemuan tersebut, ibunya pindah ke Amerika Serikat, dan meninggal dunia tak lama kemudian di usia 33 tahun.
“Saya menangis, menjerit, saya tidak pernah membayangkan tidak akan bertemu dengannya lagi,” kenang Ijeoma.
Ia telah kehilangan ibu angkat, ibu tiri, dan ibu kandungnya. Tetapi dia masih memiliki ayahnya.
“[Dia] sungguh orang yang luar biasa. Di akhir hayatnya dia punya banyak anak, total 11, tapi dia selalu sangat peduli kepada saya. Dia tidak pernah melupakan hari ulang tahun saya, sering bermain dengan kami, membacakan cerita untuk kami [dan] mengajak kami ke kebun binatang,” tuturnya.
Ijeoma mengenang bahwa dia selalu bermimpi untuk kembali ke Nigeria, tapi rasanya mustahil karena perang Biafra tengah berkecamuk di sana.
Ia ingat ucapan ayahnya: “Aku akan kembali tahun depan. Kita akan kembali.”
Pindah ke Nigeria
Ijeoma tumbuh besar di Inggris, saat rasisme merajalela.
Meskipun dia memiliki guru yang luar biasayang selalu berkata, “Kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau,” dia merasa sulit untuk melakukannya.
“Saya tidak menganggap diri saya seorang profesional, karena saya tidak melihat orang seperti saya di profesi-profesi itu,” katanya.
Namun, hal itu berubah drastis ketika ayahnya akhirnya membawa keluarganya kembali ke Nigeria.
“Saya meninggalkan semua teman saya untuk pergi ke tempat yang jauh dan tidak saya kenal,” ujar Ijeoma.
“Saya mencoba untuk tegar, tapi saya ingat ketika saya masuk ke kantor kepala sekolah untuk memberi tahu beliau bahwa saya akan pergi, saya pun menangis tersedu-sedu. Saya tak terhibur, dan untuk menghibur saya, beliau berkata, ‘Natalmu akan cerah!’ Dan saya semakin menangis.”
Nyatanya, matahari pun tidak bersahabat dengan Ijeoma.
Tak lama setelah tiba di Nigeria, ia mengalami sengatan matahari yang parah dan terbaring di tempat tidur selama berbulan-bulan.
Dokter menyebut dia alergi terhadap paparan sinar matahari yang intens.
Perubahan cara pandang
Ijeoma UchegbuAyah Dame Ijeoma terus berbicara tentang kembali bersama anak-anaknya ke Nigeria.
Ketika dia akhirnya bisa bersekolah, keadaannya tidak banyak membaik.
“Sangat sulit untuk diterima. Saya tampak seperti mengalami luka bakar parah, bicara saya aneh, dan saya tidak mengalami perang. Orang-orang bilang saya kembali hanya karena keadaan sudah membaik,” jelasnya.
Namun, di sekelilingnya masih terlihat “kehancuran”, diperparah oleh pasokan listrik dan air yang tak menentu.
Di Inggris, dia selalu menjadi juara kelas di sekolah, dan juga sangat populer. Di Nigeria, dia harus menyesuaikan diri dengan mempelajari mata pelajaran yang asing.
“Satu-satunya yang sama adalah sains dan matematika, jadi saya mengandalkan keduanya karena saya paham.”
Rupanya, hal itu sangat menguntungkan bagi kariernya kelak, dan jika dipikir-pikir lagi, memicu keinginannya untuk kuliah.
“Itu adalah hal terbaik yang pernah terjadi pada saya,” ucapnya.
Menemukan cinta
Pada usia 16 tahun, Ijeoma mendaftar di universitas untuk mempelajari farmasi. Dia kemudian meraih gelar magister, menikah, dan memiliki tiga putri. Tetapi hubungannya dengan suaminya akhirnya kandas.
Inilah salah satu alasan dia kembali ke Inggris. Alasan lainnya adalah peluang pekerjaan di sana.
“Saya ingin menjadi ilmuwan, dan dengan infrastruktur yang ada di Nigeria, hal itu sulit,” jelasnya.
Namun, hanya sedikit yang percaya padanya.
“Mereka menertawakan saya, mengatakan saya tidak punya cukup uang dan kemiskinan akan membawa saya kembali.”
Dengan sedikit uang dan bersama tiga putrinya, dia tiba di London. Karena hanya punya sedikit uang itulah, dia dan anak-anaknya berada di tempat penampungan tunawisma.
Semuanya jadi sangat tidak menentu.
“Pada suatu ketika, 11 keluarga berbagi kamar mandi yang sama; terkadang dapurnya ditutup dan kami tidak bisa memasak. Dan staf memperlakukan kami dengan sangat buruk. Saya tinggal di sana selama tujuh bulan, dan ketika saya pergi, rasanya seperti dibebaskan dari penjara.”
Terlepas dari kesulitan yang dihadapi, ia mengatakan dia tidak pernah sekalipun mempertimbangkan untuk kembali ke Nigeria.
Ijeoma UchegbuIjeoma bertemu dengan ibu kandungnya di London setelah beberapa tahun.
Ia pun segera mencari posisi penelitian doktoral di bidang nanoteknologi, studi partikel-partikel kecil.
Beasiswanya tidak terlalu besar, tapi dia menerima bantuan pemerintah untuk membayar sewa rumahnya.
Tiga tahun kemudian, dia menghadiri sebuah konferensi yang kembali mengubah hidupnya “dengan cara yang tak terbayangkan”.
Di sana, dia bertemu dengan Profesor Andreas Schtzlein, seorang ilmuwan Jerman. Hanya dalam empat hari, ia mengaku “jatuh cinta setengah mati”.
Nanopartikel
Akhirnya Andreas pindah ke Inggris. “Dia meninggalkan segalanya demi saya,” kata Ijeoma.
Profesor Andreas Schtzlein tak hanya menjadi suaminya, tetapi juga rekan profesionalnya.
Bayangkan sebuah nanopartikel yang begitu kecil, kurang dari seperseribu lebar rambut manusia dan begitu presisi sehingga bisa menyalurkan obat tepat ke tempat yang dibutuhkan di dalam tubuh, meningkatkan efektivitas, dan mengurangi efek samping.
Itulah yang mereka lakukan.
“Ketika Anda mengonsumsi obat, baik secara oral (sebagai tablet) maupun melalui suntikan, obat tersebut akhirnya mencapai aliran darah dan dengan demikian ke semua organ.”
Namun terkadang hal itu tidak diinginkan, karena tidak semua organ perlu terpengaruh. Solusinya terletak pada obat-obatan berbasis nanopartikel,” jelas Ijeoma.
“Jika nanopartikel ini hanya menargetkan area yang terdampak dan bukan jaringan sehat, risiko efek samping akan berkurang.”
Efek samping ini bisa berkisar dari dampak kemoterapi yang menghancurkan hingga kecanduan yang disebabkan oleh obat-obatan yang diresepkan untuk nyeri hebat, seperti morfin atau fentanil.
Pasutri ini sedang mengembangkan nanopartikel untuk menyalurkan obat ke area tubuh yang sulit dijangkau, seperti bagian belakang mata dan otak.
Dengan uji klinis yang sedang berlangsung, mereka berharap bisa mengobati kebutaan dengan obat tetes mata, mengubah pereda nyeri, dan membantu mengatasi krisis opioid.
Ijeoma UchegbuDame Ijeoma pada usia 16, di Universitas Benin di Nigeria.
Menemukan waktu untuk tertawa
Ijeoma kini berafiliasi dengan University College London (UCL) dan University of Cambridge di Inggris.
Namun, kecintaannya pada sains juga mendorongnya untuk mengeksplorasi humor sebagai cara untuk menyampaikan pesannya.
“Saya menyadari lelucon saya lebih menarik perhatian mahasiswa. Jadi saya memutuskan untuk menjadi lebih baik dan mengikuti kursus komedi selama 10 minggu.”
Kursus itu termasuk pertunjukan stand-up comedy di sebuah teater di London.
“[Itu] menakutkan, tetapi pada akhirnya, saya bisa bersenang-senang.”
Sentimen yang tampaknya mencerminkan perjalanan hidupnya yang luar biasa hingga saat ini.
Berdasarkan siaran Outlook di BBC World Service.
(ita/ita)
-

China Gulirkan ‘Bola Panas’ Rare Earths di KTT G20, Redam Kegelisahan Negara Berkembang
Bisnis.com, JAKARTA — China memanfaatkan pertemuan akbar KTT G20 untuk membela kebijakan pembatasan ekspor mineral kritis yang dilakukan pihaknya sekaligus menawarkan inisiatif baru guna meredakan kegelisahan negara berkembang yang bergantung pada pasokan logam tanah jarang (rare earths).
Isu mineral kritis menjadi sorotan utama pada KTT G20 pertama yang digelar di Afrika selama akhir pekan.
Sejumlah sesi khusus membahas topik tersebut, ketika para pemimpin Eropa menghadapi persoalan rantai pasok dan negara-negara belahan dunia selatan (Global South) meminta dukungan agar dapat memperoleh manfaat dari industri yang tengah berkembang pesat, di mana Beijing mendominasi proses pengolahannya.
Melansir Bloomberg pada Senin (24/11/2025), dalam pidatonya, Perdana Menteri China Li Qiang membela kebijakan China yang harus mengelola secara hati-hati ekspor mineral yang digunakan untuk kebutuhan militer.
Beberapa jam kemudian, Beijing mengumumkan rincian prakarsa pertambangan global baru bersama negara-negara mitra—langkah yang dipandang sebagai respons atas upaya Amerika Serikat membangun rantai pasok alternatif untuk tanah jarang.
Li menegaskan China akan mendorong kerja sama yang saling menguntungkan dan penggunaan damai mineral penting, sembari memastikan kepentingan negara berkembang terlindungi dan tetap berhati-hati terhadap penggunaan untuk keperluan militer.
Presiden Xi Jinping selama ini menggunakan dominasi China atas pasokan tanah jarang—komponen vital untuk berbagai produk mulai dari rudal hingga ponsel—sebagai alat bertahan menghadapi tarif impor tinggi yang diberlakukan Donald Trump.
Ketidakhadiran Xi Jinping dan Trump di KTT G20 membuat Li menjadi figur utama yang menjawab pertanyaan mengenai respons perdagangan Beijing.
Bahkan sebelum pertemuan dimulai, G20 sudah menyinggung China melalui deklarasi bersama yang mengkritik ‘tindakan perdagangan unilateral’ yang membatasi akses terhadap mineral kritis—masalah berulang bagi negara industri seperti Jerman dan Jepang.
Deklarasi itu juga memuat komitmen untuk menyusun cetak biru sukarela guna memastikan mineral kritis dapat menjadi pendorong kemakmuran dan pembangunan berkelanjutan, mencerminkan tuntutan negara berkembang.
“Negara-negara tidak hanya ingin China atau Amerika Serikat datang dan menggali sumber daya. Mereka ingin, sebagai imbalan akses mineral, ada investasi dalam fasilitas pemurnian,” kata Kevin Gallagher, profesor kebijakan pembangunan global di Boston University.
Dialog Panas soal Rare Earths di G20 Afrika Selatan
Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menegaskan bahwa Brasil tidak ingin sekadar menjadi pengekspor bahan mentah.
“Kami ingin menjadi mitra dalam rantai nilai global untuk mineral kritis,” ujarnya.
Menjelang penutupan KTT, China mengumumkan peluncuran inisiatif pertambangan hijau bersama 19 negara—termasuk Kamboja, Nigeria, Myanmar, dan Zimbabwe—bekerja sama dengan Organisasi Pembangunan Industri PBB (UNIDO). Namun, Beijing tidak mencantumkan komitmen pembiayaan, dan dokumen yang dirilis minim detail.
Media pemerintah China menyebut inisiatif itu bertujuan membangun jaringan inklusif untuk menjaga proses penambangan mineral kritis agar berjalan adil, wajar, stabil, dan lancar.
Perdana Menteri Irlandia Micheál Martin mengatakan diskusi soal mineral kritis di G20 cukup meyakinkan.
“Saya berharap lewat pertemuan ini, kita dapat menghindari situasi serupa di masa depan dan memperoleh akses yang nyata terhadap mineral tanah jarang,” ujarnya.
Eropa menjadi pihak yang paling terdampak kebijakan China yang mewajibkan izin ekspor untuk logam berfungsi militer. Serangkaian pemimpin dari Prancis, Jerman, Inggris, dan Irlandia dijadwalkan berkunjung ke China dalam beberapa bulan ke depan, dengan akses tanah jarang kemungkinan menjadi agenda prioritas.
China dan AS saat ini tengah merampungkan negosiasi penerapan general licenses untuk memperlancar aliran ekspor tanah jarang, setelah Xi dan Trump mencapai gencatan dagang bulan lalu—yang disebut Trump sebagai kesepakatan untuk seluruh dunia.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menekankan pentingnya menjamin keamanan rantai pasok komponen esensial bagi produksi industri, menurut keterangan resmi Italia. Tidak jelas bagaimana respons Li, karena pernyataan China tidak menyinggung diskusi tersebut.
Sementara itu, Wakil Menteri Hubungan Internasional dan Kerja Sama Afrika Selatan Thandi Moraka menegaskan bahwa bagi banyak negara Afrika, prioritas utama adalah meningkatkan kemampuan teknis.
“Banyak negara berkembang yang kaya mineral, khususnya di Afrika, belum memperoleh manfaat penuh karena kurangnya investasi,” ujarnya.
-

303 Anak di Nigeria Diculik Kelompok Bersenjata, 50 Berhasil Kabur
Jakarta –
Sebanyak 315 siswa dan guru diculik dari sebuah sekolah Katolik di Nigeria. 50 orang di antaranya berhasil kabur dan menyelamatkan diri.
“Kami telah menerima kabar baik karena 50 murid telah melarikan diri dan bersatu kembali dengan orang tua mereka,” bunyi keterangan Asosiasi Kristen Nigeria sebagaimana dilansir AFP, Senin (24/11/2025).
Jumlah anak laki-laki dan perempuan yang diculik dari St. Mary’s hampir setengah dari populasi siswa sekolah yang berjumlah lebih dari 600 orang. — Anak-anak yang diculik berusia antara delapan hingga 18 tahun.
Diketahui, orang-orang dengan senjata menyerbu sekolah St. Mary di negara bagian Nigeria. Mereka menculik 303 anak dan 12 guru dalam satu penculikan.
Penculikan itu terjadi beberapa hari setelah orang-orang bersenjata menyerbu sebuah sekolah menengah di negara bagian tetangga, Kebbi, dan menculik 25 siswi beberapa hari sebelum penculikan di St. Mary.
Orang-orang bersenjata menyerbu sebuah gereja di negara bagian Kwara dalam sebuah serangan yang direkam dan disiarkan daring. Serangan tersebut menunjukkan ibadah terganggu oleh tembakan, para jemaat melarikan diri, dan teriakan terdengar di luar.
Pemerintah Nigeria belum berkomentar mengenai jumlah anak yang diculik dari sekolah tersebut, tetapi Tinubu, mengatakan dalam unggahannya di X bahwa “51 dari siswa sekolah Katolik yang hilang” telah “ditemukan”.
“Saya tidak akan menyerah, dan di bawah pengawasan saya, kami akan mengamankan negara ini dan melindungi rakyat kami,” katanya.
Kekhawatiran keamanan yang meningkat di negara terpadat di Afrika ini telah memicu gelombang penutupan sekolah di beberapa wilayah negara tersebut.
Tonton juga video “Geng Bersenjata Serang Sekolah di Nigeria, Wakepsek Tewas-25 Siswi Diculik”
(zap/yld)