Negara: Niger

  • Daftar 31 Dubes yang Bakal Dilantik Prabowo Hari Ini (24/3)

    Daftar 31 Dubes yang Bakal Dilantik Prabowo Hari Ini (24/3)

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan akan melantik sejumlah Duta Besar (Dubes) Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) di Istana Kepresidenan pada Senin (24/3/2025) sore.

    Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Yusuf Permana mengatakan bahwa Duta Besar tersebut akan mewakili Indonesia di berbagai kawasan strategis dunia serta dalam beberapa organisasi internasional.

    “Pelantikan ini merupakan bagian dari komitmen Pemerintah Indonesia untuk terus memperkuat dan meningkatkan hubungan diplomatik serta memperluas kerja sama dengan negara-negara sahabat di berbagai belahan dunia,” ujarnya kepada wartawan melalui pesan teks, Senin (23/3/2025).

    Acara pelantikan ini diperkirakan akan dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi negara dan menjadi momentum penting bagi diplomasi Indonesia ke depan.

    Daftar Nama Dubes LBBP yang Bakal Dilantik Prabowo 

    1.    Sdri. Penny Dewi Herasati sebagai Duta Besar untuk Hungaria;

    2.    Sdri. Siti Ruhaini Dzuhayatin sebagai Duta Besar untuk Republik Uzbekistan, merangkap Republik Kyrgyzstan;

    3.    Sdr. Dicky Komar sebagai Duta Besar untuk Republik Lebanon;

    4.    Sdr. Agus Priyono sebagai Duta Besar untuk Republik Suriname, merangkap Republik Kooperatif Guyana;

    5.    Sdr. Andreano Erwin sebagai Duta Besar untuk Republik Serbia, merangkap Montenegro;

    6.    Sdr. Hersindaru Arwityo Ibnu Wiwoho Wahyutomo sebagai Duta Besar untuk Republik Finlandia, merangkap Republik Estonia;

    7.    Sdr. Yayan Ganda Hayat Mulyana sebagai Duta Besar untuk Kerajaan Swedia, merangkap Republik Latvia;

    8.    Sdr. Fikry Cassidy sebagai Duta Besar untuk Bolivarian Venezuela, merangkap Persemakmuran Dominika, Grenada, Saint Lucia, Saint Vincent dan The Grenadines, dan Republik Trinidad dan Tobango;

    9.    Sdr. Hendra Halim sebagai Duta Besar untuk Republik Panama, merangkap Republik Honduras, Republik Kosta Rika, dan Republik Nikaragua;

    10.    Sdr. Tyas Baskoro Her Witjaksono Adji sebagai Duta Besar untuk Republik Kenya, merangkap Republik Demokratik Kongo, Republik Federal Somalia, Republik Urganda, United Nation Environtmental Programme (UNEP), dan United Nation Human Settlement Programme (UN-HABITAT);

    11.    Sdr. Mirza Nurhidayat sebagai Duta Besar untuk Republik Namibia, merangkap Republik Angola;

    12.    Sdr. Ardian Wicaksono sebagai Duta Besar untuk Republik Senegal, merangkap Republik Cabo Verde, Repuiblik Gambia, Republik Guinea-Bissau, Republik Mali, Republik Pantai gading, dan Republik Sierra Leone;

    13.    Sdri. Siti Nugraha Mauludiah sebagai Duta Besar untuk Kerajaan Denmark, merangkap Republik Lithuania;

    14.    Sdr. Junimart Girsang sebagai Duta Besar untuk Republik Italia, merangkap Republik Malta, Republik San Marino, Republik Siprus, Food and Agriculture Organization (FAO), International Fund and Agriculture Development (IFAD), World Food Programme (WFP), dan International Institute for the Unification of Private Law (UNIDROIT);

    15.    Sdr. Cecep Herawan sebagai Duta Besar untuk Republik Korea;

    16.    Sdr. Agung Cahaya Sumirat sebagai Duta Besar untuk Republik Kamerun, merangkap Republik Chad, Republik Guinea Ekuatorial, Republik Gabon, Republik Kongo, dan Republik Afrika Tengah;

    17.    Sdr. Chandra Warsenanto Sukotjo sebagai Duta Besar untuk Republik Islam Pakistan;

    18.    Sdri. Listiana Operananta sebagai Duta Besar untuk Republik Bulgaria merangkap Republik Albania dan Republik Makedonia Utara;

    19.    Sdr. Manahan M. P. Sitompul sebagai Duta Besar untuk Bosnia dan Herzegovina;

    20.    Sdr. Rolliansyah Soemirat sebagai Duta Besar untuk Republik Islam Iran merangkap Turkmenistan;

    21.    Sdr. Kartika Candra Negara sebagai Duta Besar untuk Republik Mozambique merangkap Republik Malawi;

    22.    Sdr. Bambang Suharto sebagai Duta Besar untuk Republik Federal Nigeria merangkap Republik Benin, Republik Burkina Faso, Republik Ghana, Republik Kongo, Republik Liberia, Republik Niger, Republik Demokratik Sao Tome dan Principe, Republik Togo, dan ECOWAS;

    23.    Sdr. Muhsin Syihab sebagai Duta Besar untuk Kanada merangkap International Civil Aviation Organization (ICAO);

    24.    Sdr. Simon Djatmoko Irwantoro Soekarno sebagai Duta Besar untuk Republik Kuba merangkap Persemakmuran Bahama, Republik Dominika, Republik Haiti, dan Jamaika;

    25.    Sdri. Susi Marleny Bachsin sebagai Duta Besar untuk Republik Portugal;

    26.    Marsekal TNI (Purn.) Yuyu Sutisna sebagai Duta Besar untuk Kerajaan Maroko merangkap Republik Islam Mauritania;

    27.    Sdr. Arief Hidayat sebagai Duta Besar untuk Republik Zimbabwe, merangkap Republik Zambia;

    28.    Sdr. Didik Eko Pujianto sebagai Duta Besar untuk Republik Irak;

    29.    Sdri. Rina Prihtyasmiarsi sebagai Duta Besar untuk Republik Ceko;

    30.    Sdr. Vedi Kurnia Buana sebagai Duta Besar untuk Republik Chile;

    31.    Sdr. Faizal Chery Sidharta sebagai Duta Besar untuk Republik Demokratik Federal Ethiopia, merangkap Republik Djibouti, Negara Eritrea, dan African Union.

  • Masjid Diserang Saat Jemaah Salat di Niger, 44 Orang Tewas

    Masjid Diserang Saat Jemaah Salat di Niger, 44 Orang Tewas

    Niamey

    Kelompok bersenjata yang tergabung dalam Negara Islam di Sahara Raya menyerang sebuah masjid saat jemaah sedang melaksanakan salat di Niger. Sebanyak 44 orang dilaporkan tewas.

    “Para korban tewas dalam serangan biadab di sebuah masjid di kawasan Fonbita di kota pedesaan Kokorou,” kata Kementerian Dalam Negeri dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi pemerintah, seperti dilansir AFP, Sabtu (22/3/2025).

    Kementerian melaporkan bahwa sebanyak 44 orang meninggal dalam serangan ini. Dikatakan bahwa 13 orang lainnya terluka.

    Serangan itu terjadi pada sore hari saat orang-orang sedang menghadiri salat di masjid. Demikian pernyataan kementerian itu.

    “Para teroris bersenjata lengkap mengepung masjid untuk melakukan pembantaian dengan kekejaman yang tidak biasa,” katanya, seraya menambahkan bahwa para penyerang juga membakar pasar dan rumah-rumah setempat.

    Kementerian berjanji untuk memburu para pelaku dan mengadili mereka.

    Serangan itu terjadi di daerah yang dekat dengan perbatasan dengan Burkina Faso dan Mali. Wilayah tersebut menjadi tempat para jihadis yang berafiliasi dengan kelompok ISIS dan Al-Qaeda telah aktif selama bertahun-tahun.

    Sejak Juli 2023, setidaknya 2.400 orang telah tewas di Niger, menurut basis data ACLED, sebuah organisasi nonpemerintah yang memberikan data lokasi dan kejadian konflik bersenjata.

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kenapa Ghana Jadi Sasaran Jihadis Afrika Barat?

    Kenapa Ghana Jadi Sasaran Jihadis Afrika Barat?

    Accra

    Ghana tetap menjadi salah satu dari sedikit negara di Afrika Barat yang belum menjadi sasaran serangan jihadis, meski berbatasan langsung dengan Burkina Faso yang masih dihantui terorisme. Namun, para analis memperingatkan bahwa warga Ghana semakin berisiko direkrut oleh kelompok ekstremis untuk dikirim ke medan perang di negara jiran.

    Burkina Faso sejak lama menghadapi ancaman dari kelompok jihadis seperti Jama’at Nusrat al-Islam wal-Muslimin, JNIM, Negara Islam-Provinsi Sahel, ISGS, dan afiliasinya. Menurut Abdul Salifu Zanya, peneliti keamanan di Sahel, kemungkinan besar sudah ada warga Ghana yang bergabung dengan kelompok teror.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    “Saya berbicara dengan beberapa pemuda pengangguran di Accra pada 2023, dan mereka menyatakan minat untuk bergabung dengan kelompok jihad,” ungkap Zanya kepada DW.

    Koresponden DW Maxwell Suuk, yang meliput di utara Ghana, menjelaskan bahwa banyak warga lokal direkrut melalui hubungan keluarga di Burkina Faso.

    “Ada individu yang memiliki kerabat di Burkina Faso, lalu pergi ke sana, terlibat dalam aktivitas tertentu, dan kembali lagi,” ujarnya.

    Ia juga mengungkapkan bahwa baru-baru ini seorang pria ditangkap di wilayah perbatasan dan diketahui memiliki garis keturunan campuran Ghana-Burkina Faso—menunjukkan semakin eratnya hubungan lintas batas dalam jaringan perekrutan ini.

    Marjinalisasi dan kemiskinan

    Perekrutan demi jihad di Ghana semakin mengkhawatirkan, terutama di wilayah perbatasan. Mutaru Mumuni Muktar dari Pusat Kontra Ekstremisme Afrika Barat mengatakan bahwa perasaan terpinggirkan menjadi pemicu utama bagi sebagian warga Ghana untuk bergabung dengan kelompok ekstremis.

    “Ancaman ini kini semakin nyata, terutama karena adanya perasaan marginalisasi berbasis etnis. Hal ini mendorong individu-individu tertentu untuk bergabung dengan kelompok jihadis sebagai bentuk balas dendam terhadap negara maupun komunitas lokal,” ujar Muktar kepada DW.

    Peneliti keamanan Abdul Salifu Zanya menambahkan bahwa laporan mengenai warga Ghana yang bergabung dengan kelompok jihad tidak boleh diabaikan. Menurutnya, kemiskinan dan minimnya kesempatan kerja di Ghana utara membuat anak muda lebih rentan direkrut.

    “Mereka percaya bahwa dengan bergabung, mereka bisa mendapatkan uang untuk menghidupi keluarga,” kata Zanya.

    Statistik Ghana menunjukkan bahwa pada tahun 2024, hampir satu juta orang di Wilayah Utara Ghana hidup dalam kemiskinan multidimensi. Koresponden DW Maxwell Suuk menyoroti bahwa ketimpangan ekonomi, pengangguran, dan marjinalisasi menjadi faktor utama yang dimanfaatkan oleh kelompok jihad untuk menarik anggota baru.

    “Geng-geng kriminal ini lebih dulu memanfaatkan internet untuk menargetkan kaum muda dibandingkan pemerintah,” kata Suuk.

    Lemahnya penjagaan perbatasan juga menjadi celah bagi para perekrut. Sebuah laporan dari Clingendael, Institut Hubungan Internasional Belanda, pada 2024 menyebutkan bahwa kelompok jihadis menggunakan Ghana sebagai jalur logistik.

    “Tidak adanya serangan langsung di wilayah Ghana tampaknya merupakan keputusan strategis JNIM untuk menjaga jalur pasokan dan tempat peristirahatan mereka, serta menghindari konfrontasi dengan pasukan keamanan yang relatif kuat,” demikian bunyi laporan itu.

    Muktar, yang sejak lama memantau situasi di Ghana utara, mengonfirmasi temuan ini.

    “Kami telah mendengar dari penduduk setempat bahwa para jihadis mungkin datang ke sini untuk membeli perbekalan dan logistik. Mereka berasal dari seberang perbatasan dan memiliki latar belakang etnis yang sama dengan komunitas di sini,” ujarnya.

    Konflik di Ghana dimanfaatkan oleh kaum jihadis?

    Konflik suku yang berkepanjangan di Ghana utara dapat meningkatkan kerentanan negara terhadap perekrutan oleh kelompok jihadis, menurut sejumlah analis.

    Dr. Naazia Ibrahim, peneliti resolusi konflik di University of Development Studies, Tamale, menekankan bahwa stabilitas internal sangat penting agar Ghana tidak menjadi sasaran kelompok teroris.

    “Jika konflik di komunitas perbatasan, terutama yang berbatasan dengan Burkina Faso, tidak segera diselesaikan, risiko bagi Ghana akan semakin besar,” katanya kepada DW.

    Ia juga menyoroti dampak dari pertikaian yang tak kunjung usai. “Saat pertempuran berlangsung lama, semua pihak bisa mengalami kelelahan. Namun, pemerintah harus mengambil langkah tegas untuk menyelesaikannya,” tambahnya.

    Presiden Mahama cegah ancaman ekstremisme

    Presiden Ghana, John Mahama, baru-baru ini melakukan perjalanan ke Bawku, kota di wilayah timur yang selama beberapa dekade dilanda konflik suku dan sering kali berujung pada kekerasan serta pertikaian.

    Pemerintah menegaskan bahwa penyelesaian konflik di Bawku menjadi prioritas utama untuk mencegah kelompok jihad mendapatkan pijakan di Ghana.

    Selain itu, Presiden Mahama juga memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara Sahel, kawasan yang masih menghadapi ancaman terorisme. Bulan lalu, dia menunjuk Kolonel Larry Gbevlo-Lartey sebagai perwakilan utama Ghana di Aliansi Negara-Negara Sahel, AoSS. Lembaga baru ini bertugas membantu Ghana mengatasi potensi penyebaran ekstremisme dari wilayah tersebut.

    “Situasi ini serius. Kami harus bertindak cepat dan memberikan dukungan penuh kepada Burkina Faso, Mali, dan Niger dalam menghadapi krisis ini,” kata Mahama kepada DW, beberapa hari setelah memenangkan pemilu tahun lalu.

    Sementara itu, Abdul Salifu Zanya, peneliti keamanan Ghana, menyoroti pentingnya kebijakan sosial untuk mengatasi akar masalah yang membuat pemuda rentan terhadap rekrutmen oleh kelompok teroris.

    “Tingkat pengangguran terus meningkat, dan pemerintah harus menemukan cara untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja agar kaum muda tidak mudah dieksploitasi,” ujarnya.

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Ledakan Truk Tangki Bensin di Nigeria, 86 Orang Tewas setelah Truk Terbalik dan Meledak – Halaman all

    Ledakan Truk Tangki Bensin di Nigeria, 86 Orang Tewas setelah Truk Terbalik dan Meledak – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah truk tangki bensin di Nigeria meledak dan jumlah korban meningkat menjadi 86 orang pada hari Minggu (19/1/2025).

    Ledakan ini, terjadi setelah sebuah truk tangki yang membawa 60.000 liter bensin terbalik di jalan raya di wilayah Suleja, negara bagian Niger, pada Sabtu (18/1/2025), dini hari.

    Menurut Badan Manajemen Darurat Nasional, Hussaini Isah, ledakan itu terjadi setelah beberapa orang mencoba memindahkan bensin dari satu truk tangki ke truk lain menggunakan generator, dikutip dari AP News.

    Pemindahan bahan bakar tersebut memicu ledakan dahsyat.

    Ledakan ini mengakibatkan banyaknya korban jiwa, baik di kalangan mereka yang sedang memindahkan bensin maupun orang-orang yang berada di sekitar lokasi kejadian.

    Juru bicara Badan Manajemen Darurat Nasional (NEMA) negara bagian Niger, Ibrahim Audu Husseini, mengonfirmasi jumlah korban yang terus meningkat.

    Awalnya, jumlah korban tercatat sebanyak 70 orang.

    Namun pada hari Minggu, jumlah korban meningkat menjadi 86 orang yang meninggal dunia.

    “Jumlah korban tewas terakhir akibat ledakan tanker adalah 86,” kata Ibrahim Audu Husseini, dikutip dari France24.

    Puluhan jenazah ini langsung dikuburkan setelah ditemukan.

    “Kami menguburkan 86 mayat yang terbakar antara pukul 12.00 siang kemarin hingga pukul 02.00 dini hari ini,” katanya.

    Namun, upaya untuk menguburkan puluhan jenazah ini membutuhkan waktu yang lama.

    Hal tersebut, lantaran tidak adanya alat yang memadai.

    “Kami membutuhkan waktu 14 jam untuk menguburkan jenazah-jenazah tersebut karena kami tidak dapat memperoleh ekskavator dan harus meminta penduduk setempat untuk menggali kuburan massal secara manual,” jelasnya.

    Selain korban tewas, setidaknya 52 orang lainnya menderita luka bakar parah akibat ledakan tersebut.

    Keadaan Krisis Ekonomi Memicu Tragedi

    Ledakan ini terjadi di persimpangan Dikko, sebuah jalan utama yang menghubungkan ibu kota federal Abuja dengan kota utara Kaduna. 

    Sekelompok orang bergegas menuju lokasi truk tangki yang terbalik untuk mengambil bahan bakar.

    Di mana harga bahan bakar  telah melonjak tajam karena krisis ekonomi yang melanda Nigeria. 

    Kelangkaan bahan bakar dan tingginya harga bahan bakar semakin memicu warga untuk mencari cara-cara berbahaya demi memperoleh bensin.

    Kecelakaan Fatal yang Sering Terjadi

    Kecelakaan truk tangki bensin seperti ini bukanlah kejadian yang jarang terjadi di Nigeria. 

    Negara dengan populasi terbesar di Afrika ini, memiliki sistem transportasi yang kurang efisien, dengan minimnya sarana kereta api untuk mengangkut kargo. 

    Akibatnya, kecelakaan truk sering terjadi, terutama di jalan-jalan utama.

    Pada tahun 2020, Korps Keselamatan Jalan Raya Federal Nigeria mencatat, 1.531 kecelakaan truk tangki bensin, yang mengakibatkan 535 kematian dan 1.142 cedera.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Nigeria

  • Truk Tangki Meledak Sebabkan 70 Orang Tewas di Nigeria

    Truk Tangki Meledak Sebabkan 70 Orang Tewas di Nigeria

    Jakarta

    Sebuah truk tangki berisi bahan bakar bensin meledak setelah terbalik di Nigeria bagian tengah. Peristiwa itu tewaskan 70 orang, yang berusaha mengambil bahan bakal yang tumpah saat terbalik.

    “Jumlah korban tewas sejauh ini mencapai 70 orang,” kata Kumar Tsukwam, kepala Korps Keselamatan Jalan Raya Federal (FRSC) di Negara Bagian Niger, kepada AFP melalui telepon.

    Tsukwam mengatakan sebuah truk yang membawa 60.000 liter bensin mengalami kecelakaan sekitar pukul 10:00 pagi (0900 GMT) di persimpangan Dikko di jalan yang menghubungkan ibu kota federal Abuja dengan kota Kaduna di utara.

    “Sebagian besar korban terbakar hingga tidak dapat dikenali,” kata Tsukwam. “Kami berada di lokasi kejadian untuk membereskan semuanya.”

    Sebuah pernyataan FSRC mengatakan “sekelompok besar orang berkumpul untuk menyendok bahan bakar” ketika “tiba-tiba truk tangki terbakar, menelan truk tangki lainnya”.

    “Sejauh ini 60 mayat ditemukan di lokasi kejadian, sebagian besar korban adalah pemulung,” katanya.

    Tahun lalu, tak lama setelah pemilihannya, Presiden Bola Tinubu menghapus subsidi bahan bakar.

    Hal itu menyebabkan harga kebutuhan pokok dan barang-barang lainnya melonjak, memicu protes.

    Inflasi telah mencapai lebih dari 30 persen selama setahun terakhir, dan sebuah laporan akhir tahun lalu yang ditulis bersama oleh otoritas Nigeria, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan LSM mengatakan bahwa lebih dari 33 juta dari sekitar 230 juta penduduk Nigeria akan kelaparan pada tahun 2025.

    Bago dari Negara Bagian Niger mengatakan ledakan itu “mengkhawatirkan, memilukan, dan disayangkan”, tetapi ia menambahkan bahwa orang-orang harus “selalu bertanggung jawab dan mengutamakan keselamatan mereka”.

    Pada bulan Oktober, lebih dari 170 orang tewas dalam insiden serupa di Negara Bagian Jigawa, di Nigeria utara.

    Pada tahun 2020, FRSC mencatat 1.531 kecelakaan truk tangki bahan bakar yang menewaskan lebih dari 535 orang.

    (aik/aik)

  • Kelompok Jihadis Bunuh 40 Petani di Nigeria

    Kelompok Jihadis Bunuh 40 Petani di Nigeria

    Jakarta

    Kelompok jihadis melakukan penyerangan terhadap petani di negara bagian Borno, timur laut Nigeria yang dilanda konflik. Pejabat pemerintah setempat mengatakan sebanyak 40 petani tewas dibunuh.

    Dilansir AFP, Senin (13/1/2025), pejuang dari Provinsi Afrika Barat (ISWAP) yang berafiliasi dengan ISIS Minggu malam menangkap sejumlah besar petani di Dumba di tepi Danau Chad dan menembak mati mereka. Hal itu diungkap oleh komisaris informasi negara bagian Borno, Usman Tar, dalam sebuah pernyataan.

    “Laporan awal menunjukkan sekitar 40 petani telah terbunuh sementara keberadaan banyak orang yang lolos dari serangan itu sedang dilacak untuk dipertemukan kembali dengan keluarga mereka,” kata Tar.

    Pemerintah negara bagian telah memerintahkan pasukan yang memerangi para jihadis di wilayah tersebut untuk melacak dan melenyapkan elemen pemberontak yang beroperasi di sekitar Dumba. Tar mengatakan pasukan juga beroperasi di kantong-kantong mereka di wilayah Danau Chad yang lebih luas.

    Para petani yang melewati batas aman yang ditetapkan oleh pasukan untuk bertani dan memancing di wilayah yang merupakan tempat perlindungan bagi militan dari ISWAP dan saingannya Boko Haram. Daerah ini dipenuhi ranjau darat dan rentan terhadap serangan malam hari.

    Danau Chad, yang membentang di antara Nigeria, Niger, Kamerun, dan Chad, berfungsi sebagai tempat persembunyian bagi Boko Haram dan ISWAP yang menggunakannya sebagai pangkalan untuk melancarkan serangan ke negara-negara tersebut.

    Menurut laporan intelijen Nigeria yang dilihat oleh AFP, “korban bisa mencapai lebih dari 100 orang tewas dalam serangan itu” yang disalahkan pada para pejuang ISWAP.

    (lir/lir)

  • Pengaruh Rusia di Afrika Melemah Usai Jatuhnya Assad di Suriah – Halaman all

    Pengaruh Rusia di Afrika Melemah Usai Jatuhnya Assad di Suriah – Halaman all

    Setelah jatuhnya diktator Bashar Assad, ketidakpastian menaungi masa depan pangkalan militer Rusia di Suriah.

    Pangkalan angkatan laut di Tartus dan pangkalan udara di Hmeimim adalah satu-satunya pos militer Rusia di luar bekas Uni Soviet dan telah memainkan peran penting dalam aksi Kremlin di Afrika dan Timur Tengah.

    Hilangnya pangkalan militer di Suriah akan mempersulit operasi Korps Afrika, bekas Grup Wagner, di Mali, Burkina Faso, Niger, Republik Afrika Tengah, dan Libya, kata Beverly Ochieng, seorang analis keamanan di konsultan risiko Control Risks di Senegal. “Kami telah melihat kelompok al-Qaeda di Mali merayakan peristiwa di Suriah dan melihatnya sebagai jalan masuk yang potensial untuk lebih merusak kerja sama antara Rusia dan Mali,” kata Ochieng kepada BBC.

    Tentara bayaran menstabilkan junta

    Tentara bayaran Rusia telah membantu rezim militer tetap memegang kendali di negara-negara Sahel, yang kini berharap kepada Moskow atau Korps Afrika Rusia untuk mendapatkan dukungan.

    Korps Afrika Rusia menggantikan Grup Wagner, yang sebelumnya dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin yang tewas dalam kecelakaan pesawat pada bulan Agustus 2023. Kremlin membantah terlibat dalam kematian Prigozhin.

    Rezim militer di Mali, Burkina Faso, dan Niger, semua negara yang dulunya merupakan koloni Prancis, dalam beberapa tahun terakhir telah memaksa Paris untuk menarik ribuan pasukan. Prancis awalnya mengerahkan personel militer di Afrika Barat atas permintaan negara-negara yang mencari bantuan dalam memerangi kelompok teror jihadis, yang terus mengancam stabilitas regional.

    Setelah beralih ke Rusia untuk mendapatkan senjata dan personel militer, junta di Afrika juga diuntungkan karena Moskow tidak mendesakkan pemulihan demokrasi.

    Cara baru bangun ketahanan

    Dengan ketidakpastian di Suriah, Rusia kemungkinan harus menunda penambahan pasukan di Burkina Faso dan Niger. Ochieng menjelaskan, setelah mengusir pasukan Barat, kedua negara menunggu Rusia mengirimkan bantuan. “Kedua negara itu berpotensi berisiko. Mereka perlu mulai melatih pasukan lokal atau mencari cara lain untuk membangun ketahanan,” kata Ochieng.

    Pada tahun 2024, Rusia dan Sudan dilaporkan setuju untuk mendirikan pangkalan angkatan laut di Port Sudan, yang memungkinkan Rusia mengakses Laut Merah. Namun Sudan menghadapi ketidakstabilan politik di tengah perang saudara. Infrastruktur di Port Sudan juga dalam kondisi buruk, kata pengamat.

    Menurut Hager Ali, ilmuwan politik dan peneliti di Institut Jerman untuk Studi Global dan Area, GIGA, konflik di Sudan penting bagi Rusia dalam perangnya melawan Ukraina. Dengan memasok senjata ke Angkatan Bersenjata Sudan, SAF, dan Pasukan Dukungan Cepat, RSF, Rusia telah memperoleh akses ke tambang emas Sudan.

    Emas menjadi semakin penting bagi Rusia saat mencoba menghindari sanksi. “Memicu perang di Sudan membantu membebaskan ekonomi Rusia agar tidak bergantung pada dolar dan melawan sanksi internasional,” kata Ali kepada DW.

    Serdadu Rusia, banyak dari mereka adalah mantan tentara bayaran Wagner, juga menguasai tambang emas Intahaka di Mali utara, aset penting yang strategis yang telah lama diperebutkan oleh berbagai kelompok bersenjata.

    Di Niger, Rusia secara aktif mengejar konsesi uranium, yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh Prancis atas sumber daya penting. Analis mengatakan ini merupakan bagian dari strategi geopolitik Rusia yang lebih luas untuk menantang dominasi Barat atas mineral dan cadangan energi Afrika, dan memposisikan dirinya sebagai pemain kunci dalam persaingan sumber daya global.

    Akses ke Sahel dari Libya

    Libya secara logistik lebih dekat ke Sahel daripada Sudan, menurut Ochieng. Rusia saat ini memiliki hampir 2.000 personel bersenjata di Libya pada akhir tahun 2024. Negara yang luas dan kaya sumber daya itu terbagi. Pemerintah yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa berada di ibu kota Tripoli di barat, sementara pemerintahan saingan Jenderal Khalifa Haftar di Tobruk mengendalikan wilayah Libya timur, termasuk Benghazi.

    Libya tetap berada dalam kelumpuhan politik setelah penundaan pemilihan umum pada akhir tahun 2021. Meski demikian, negeri di utara Afrika itu merupakan pangkalan penting bagi Rusia, paling tidak karena terbatasanya kapasitas negara membuat Rusia mudah untuk bergerak diam-diam, kata Ali.

    Dari Libya, Rusia dapat memperoleh akses ke seluruh Sahel, kata Ali. “Rusia memasok perang di Libya melalui Khalifa Haftar dengan menyelundupkan senjata ke zona konflik dan emas keluar dari negara tersebut. Ada peluang untuk memperdalam hubungan dengan Haftar dan mengakses konflik lainnya,” katanya kepada DW.

    Ulf Laessing, direktur program Sahel di Konrad Adenauer Foundation (KAS) di Mali, berpendapat bahwa memasok pangkalan militer di benua Afrika dari Libya akan menjadi jauh lebih mahal. “Tidak mungkin lagi membawa material melalui kapal, jarak penerbangan jauh lebih jauh dan sangat tidak aman.”

    “Rusia pertama-tama harus berinvestasi besar di pangkalan ini untuk mengatur penerbangan ke negara-negara Afrika,” jelasnya.

    Tidak ada perluasan lebih lanjut di Afrika

    “Dalam beberapa minggu terakhir, kita telah melihat bagaimana peralatan militer telah diterbangkan keluar dari Suriah, beberapa di antaranya ke Libya dan Libya timur,” kata Laessing.

    Rusia telah mendukung Khalifa Haftar, yang telah menyerahkan empat pangkalan untuk digunakan oleh Rusia. Namun, masa depan Haftar yang berusia 81 tahun tidak pasti, kata Laessing. “Dia telah berupaya menjalin hubungan dengan Barat, Prancis, AS, dan Italia. Sejauh ini mereka telah memberikan tekanan kepada Haftar agar tidak memberi Rusia pangkalan lagi.”

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris

  • Ukraina: Rusia Bersiap Pindahkan Perlengkapan Militer dari Suriah ke Libya setelah Jatuhnya Assad – Halaman all

    Ukraina: Rusia Bersiap Pindahkan Perlengkapan Militer dari Suriah ke Libya setelah Jatuhnya Assad – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kapal-kapal Rusia sedang bersiap untuk mengangkut peralatan militer dari pangkalan angkatan laut di Suriah menuju Libya, setelah jatuhnya Bashar al-Assad pada akhir tahun lalu, menurut laporan intelijen Ukraina, dikutip Business Insider.

    Intelijen Pertahanan Ukraina melaporkan melalui Telegram pada Jumat (3/1/2025) bahwa dua kapal kargo Rusia, Sparta dan Sparta II, sedang dalam perjalanan menuju pelabuhan Tartus, Suriah.

    Kapal pertama dijadwalkan tiba pada 5 Januari.

    Menurut laporan tersebut, kapal-kapal ini akan digunakan untuk mengangkut peralatan dan senjata militer Rusia ke Libya.

    Intelijen Ukraina juga menyebutkan bahwa tiga kapal lainnya—Alexander Otrakovsky, kapal pendarat besar Ivan Gren, dan kapal tanker Ivan Skobelev—diperkirakan tiba di Tartus dalam beberapa hari mendatang.

    Namun, intelijen Ukraina tidak mengungkapkan bagaimana informasi tersebut diperoleh.

    Pergerakan ini terjadi sebulan setelah jatuhnya Bashar al-Assad, penguasa lama Suriah yang dikenal sebagai sekutu dekat Rusia.

    lihat foto
    Foto satelit pada tanggal 5 Desember sebelum Assad runtuh menunjukkan Pangkalan Angkatan Laut Rusia di Tartus Suriah

    Penggulingan Assad dianggap sebagai tanda melemahnya pengaruh Rusia di kawasan tersebut.

    Bulan lalu, Ukraina melaporkan bahwa Rusia telah mengirim kapal-kapal untuk mengevakuasi senjata dan peralatan militer dari Tartus.

    Sewa Rusia atas pangkalan angkatan laut di Tartus, serta pangkalan udara di Hmeimim, memberikan kemampuan strategis bagi Rusia untuk menjalankan operasi militer di seluruh Afrika dan Mediterania.

    Namun, kini penguasaan Rusia atas pangkalan-pangkalan tersebut tidak jelas.

    Meski demikian, dalam sebuah wawancara baru-baru ini, pemimpin de facto Suriah, Ahmed al-Sharaa, menyatakan bahwa pemerintahannya tidak ingin Rusia meninggalkan Suriah dengan cara yang dapat merusak hubungan bilateral keduanya.

    Dalam unggahan Telegram-nya, intelijen Ukraina juga mengungkapkan bahwa pasukan Africa Corps — tentara bayaran Rusia yang sebelumnya beroperasi di bawah kendali Grup Wagner, yang kini telah dibubarkan — juga telah berkumpul di Tartus.

    Selain itu, laporan tersebut menambahkan bahwa seorang komandan brigade angkatan laut Rusia, Davityan Yuriy Albertovich, diduga berada di salah satu kapal tersebut.

    Libya, yang disebut-sebut sebagai tujuan peralatan Rusia, telah menjadi pusat utama aktivitas Rusia di Afrika, seperti yang diungkapkan dalam laporan Dewan Atlantik pada Juli 2024.

    “Posisi strategis Libya, yang berada di persimpangan Afrika dan Eropa, memberikan Rusia akses untuk menjalankan operasi di Sudan, Chad, Niger, dan negara-negara di wilayah Sahel serta Afrika Tengah. Hal ini memungkinkan Rusia memproyeksikan kekuatan dan pengaruhnya di seluruh kawasan tersebut,” menurut laporan tersebut.

    Di sisi lain, Ukraina mengatakan siap meningkatkan keterlibatannya dengan Suriah, yang kini secara efektif berada di bawah kendali Hayat Tahrir al-Sham (HTS).

    Pada hari Kamis (2/1/2025), Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan rencananya untuk membangun kembali hubungan diplomatik dengan Suriah setelah bertahun-tahun intervensi Rusia.

    lihat foto
    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky

    “Kami tengah mempersiapkan pemulihan hubungan diplomatik dengan Suriah dan kerja sama dalam organisasi internasional,” kata Zelenskyy, mengutip Euronews.

    “Kami akan berkomunikasi dengan Eropa dan AS untuk memastikan dukungan sekuat mungkin,” jelasnya dalam sebuah posting di Telegram.

    “Stabilitas yang lebih baik di Timur Tengah berarti lebih banyak perdamaian dan perdagangan bagi semua mitra.”

    Zelenskyy juga mengatakan telah mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Suriah melalui program “Grain from Ukraine.”

    Program ini dibentuk pada tahun 2022 setelah invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada awal tahun itu.

    Sejak inisiatif tersebut diluncurkan, Ukraina telah mengirimkan lebih dari 221.000 ton produk pertanian ke berbagai negara di Afrika dan Asia.

    Menurut Zelenskyy, 500 ton tepung terigu telah dikirim ke Suriah sebagai bagian dari inisiatif kemanusiaan tersebut.

    Ia mengatakan bahwa tujuan dari program “Grain from Ukraine” adalah untuk menawarkan dukungan dan bekerja sama dengan pemerintah Suriah baru yang dipimpin HTS di Damaskus. 

    Minggu lalu, Zelenskyy mengatakan Ukraina memiliki peluang untuk berkontribusi dalam memulihkan stabilitas di Suriah setelah bertahun-tahun campur tangan Rusia.

    Ia mengatakan hal ini juga akan mendukung upaya Ukraina untuk mencapai perdamaian.

    “Ini akan menjadi langkah yang tepat untuk memulihkan hubungan diplomatik dan kerja sama ekonomi dengan Suriah,” katanya.

    “Dan saya sangat berharap Suriah pasca-al-Assad akan menghormati hukum internasional – sesuatu yang tidak dapat dan tidak ingin dilakukan oleh al-Assad.”

    Ukraina adalah produsen dan eksportir biji-bijian dan minyak sayur global.

    Ukraina telah mengatakan ingin memulihkan hubungan dengan Suriah setelah kelompok militan menggulingkan rezim al-Assad.

    Ukraina secara tradisional mengekspor barang-barang pertanian ke Timur Tengah tetapi tidak ke Suriah.

    Suriah menerima impor makanan dari Rusia pada era al-Assad.

    Rusia pun masih menjadi sekutu setia al-Assad, memberinya suaka politik setelah ia melarikan diri dari Suriah pada bulan Desember.

    (Tribunnews.com)

  • Rusia Tuding Ukraina Buka ‘Front Kedua’ di Afrika, Pakar: Zelenskiy c.s. Putus Asa, Pasti Akan Keok – Halaman all

    Rusia Tuding Ukraina Buka ‘Front Kedua’ di Afrika, Pakar: Zelenskiy c.s. Putus Asa, Pasti Akan Keok – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Luar Negeri Rusia mengklaim Ukraina telah membuka “front kedua” di Afrika di tengah kegagalannya mengalahkan Rusia

    “Setelah gagal mengalahkan Rusia di medan tempur, rezim [Presiden Ukraina] Volodymyr Zelensky memutuskan membuka front kedua di Afrika, mendukung kelompok ilegal bersenjata yang bertujuan melawan negara-negara yang bersahabat dengan Moskow di benua itu,” kata Duta Besar Rusia untuk Mali dan Niger, Igor Gromyko, kepada kantor berita TASS.

    Gromyko menyebut pada bulan Agustus kemarin pemerintahan transisional Mali telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Ukraina.

    Keputusan ini dipicu oleh pernyataan Duta Besar Ukraina untuk Senegal, Yury Pivovarov, tentang dugaan adanya bantuan Ukraina untuk para militan yang menyerang tentara Mali tanggal 25 hingga 27 Juli lalu.

    “Kami memahami motif yang mendorong orang Mali memutuskan hubungan dengan Kiev. Fakta bahwa Kiev bekerj asama dengan teroris tidaklah mengejutkan. Di negara kami, Kiev terus melakukan metode terlarang, yakni melakukan sabotase, pembunuhan politik, dan rutin menembaki infrastruktur warga sipil,” kata Gromyko.

    Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Mali Abdoulaye Diop mengatakan kelompok-kelompok bersenjata yang didukung Ukraina itu menginginkan perubahan rezim di Mali, Niger, dan Burkina Faso.

    Sementara itu, surat kabar Le Monde melaporkan bahwa Ukraina telah melatih kelompok bersenjata di Mali sejak tahun 2024 guna melawan pasukan pemerintah. Mereka diajari cara bertempur dan membuat drone yang membawa bom.

    Suatu “langkah putus asa” bagi Ukraina

    Profesor Alexis Habiyaremye, pakar perkembangan industri di Universitas Johannesburg, menyebut tindakan Ukraina membuka “front kedua” di Afrika merupakan suatu “langkah putus asa” demi memunculkan sensasi media.

    “Negara-negara Afrika didorong oleh tekad untuk merebut kemerdekaan penuh mereka dari kekuatan neokolonial Barat, sedangkan Ukraina bertindak tidak menentu berdasarkan amarah dan rasa frustrasi. Zelenskiy dan agennya pasti akan keok di Afrika,” ujar Habiyaremye dikutip dari Sputnik.

    Menurut dia, belum jelas apakah strategi Ukraina di Afrika akan “lebih dari keikutsertaannya dalam mendestabilisasi” Afrika.

    Di sisi lain, Konfederasi Negara-Negara Sahel dipimpin oleh “visi kedaulatan yang lebih kuat daripada kebencian dan rasisme Ukraina”.

    Konfederasi Negara-Negara Sahel adalah aliansi militer yang dibentuk oleh tiga negara di kawasan Sahel, yakni Mali, Niger, dan Burkina Faso.

    Habiyaremye menyebut dinas intelijen Ukraina tak punya malu bekerja sama dengan kelompok ilegal bersenjata di Afrika.

    “Berharap mendestabilisasi rekan keamanan Rusia, dan dengan melakukan hal itu, mendiskreditkan Rusia,” kata dia.

    Dia menyebut Ukraina di kawasan Sahel bergantung  pada logistik Prancis dan teknologi satelit Amerika Serikat untuk membantu “teroris menyergap pasukan Angkatan Bersenjata Mali”.

    Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova sebelumnya menyinggung tindakan Mali dan Niger memutuskan hubungan diplomatik dengan Ukraina.

    Menurut Zakharova, tindakan itu menandakan bahwa negara-negara Afrika makin paham akan “sifat teroris” rezim Ukraina.

    (Tribunnews/Febri)

  • Putin Masih Bungkam soal Suriah Semenjak Runtuhnya Pemerintah Assad, Ini Kata Analis – Halaman all

    Putin Masih Bungkam soal Suriah Semenjak Runtuhnya Pemerintah Assad, Ini Kata Analis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Rusia, Vladimir Putin, tampil dalam sebuah pertemuan tahunan yang disiarkan di televisi pada Senin (16/12/2024).

    Selama pertemuan tersebut, Putin tampak berusaha menjaga fokus pembicaraan pada keberhasilan Rusia di Ukraina, menurut laporan Business Insider.

    Putin tidak memberikan komentar apa pun mengenai perkembangan terbaru di Suriah, di mana sekutu lama Rusia, Bashar al-Assad, digulingkan oleh kelompok bersenjata awal bulan ini.

    Rusia telah lama mendukung rezim Assad dengan bantuan militer.

    Namun, serangan kilat oleh kelompok bersenjata yang tak terdeteksi oleh intelijen Rusia, berhasil menggulingkan Assad hanya dalam dua minggu.

    Peristiwa ini menyoroti batasan ambisi Putin dalam membangun kembali Rusia sebagai kekuatan global, kata para analis.

    “Runtuhnya rezim Assad menandakan kelemahan Rusia dalam melindungi sekutunya,” ujar Yaniv Voller, dosen senior politik Timur Tengah di Universitas Kent, kepada Business Insider.

    Jatuhnya Assad juga memicu pertanyaan tentang masa depan pangkalan militer strategis Rusia di Suriah, yang semakin membuat Putin membutuhkan kemenangan di Ukraina lebih dari sebelumnya.

    Respons Lambat Rusia terhadap Suriah

    Dalam foto tanggal 20 November 2017 ini, Presiden Rusia Vladimir Putin, kiri, memeluk Presiden Suriah Bashar Assad di kediaman Bocharov Ruchei di resor Laut Hitam Sochi, Rusia. (Mikhail Klimentyev, Kremlin Pool Photo via AP, File)

    Putin sebelumnya sering membanggakan keberhasilan intervensi militer Rusia di Suriah.

    Pada 2015, Rusia meluncurkan misi militer asing pertamanya sejak berakhirnya Perang Dingin, dan berhasil membantu Assad mempertahankan kekuasaannya.

    Keberhasilan itu digunakan oleh Kremlin untuk mengejek kebijakan Timur Tengah Amerika Serikat dan sekutunya yang dianggap gagal.

    Rusia juga memanfaatkan pangkalan militer di Suriah untuk memperluas pengaruhnya ke Afrika dan kawasan sekitarnya.

    Namun, dengan angkatan bersenjata Rusia yang kewalahan oleh perang di Ukraina, Putin tampak tidak mampu atau tidak bersedia mengirimkan pasukan tambahan untuk menyelamatkan Assad.

    Sejauh ini, Kremlin hanya mengonfirmasi bahwa mereka telah memberikan suaka kepada Assad dan keluarganya, yang melarikan diri dengan pesawat Rusia saat kelompok bersenjata mendekati Damaskus.

    Media Rusia yang berada di bawah kontrol ketat Kremlin juga bungkam dalam meliput peristiwa di Suriah.

    Sementara itu, para blogger militer menyalahkan kegagalan ini pada pemimpin militer Rusia dan pasukan Assad.

    Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mencoba mengalihkan kesalahan dengan menyalahkan Amerika Serikat dan sekutunya.

    “Ini adalah pengulangan pola lama: menciptakan kekacauan, lalu mengambil keuntungan dari situasi,” kata Lavrov.

    Apa Dampaknya bagi Rusia?

    Runtuhnya pemerintahan Assad mungkin berdampak besar pada jejak militer global Rusia, yang menjelaskan mengapa Putin tetap bungkam soal isu ini.

    Nikolay Kozhanov, profesor di Gulf Studies Center, Qatar University, menyebutkan dalam artikelnya untuk Chatham House minggu lalu bahwa runtuhnya Assad merusak reputasi Rusia sebagai sekutu yang dapat diandalkan.

    Stefan Wolff, profesor Keamanan Internasional di University of Birmingham, berpendapat dalam artikelnya di The Conversation.

    Ia menyatakan bahwa kegagalan Rusia dalam menyelamatkan Assad menunjukkan kelemahan signifikan dalam kemampuannya bertindak sebagai negara adidaya.

    Beberapa mantan pejabat AS dan peneliti militer bahkan memprediksi bahwa negara-negara di bawah pengaruh Rusia mungkin segera melepaskan diri, seperti yang terjadi pada tahun 1991 setelah Uni Soviet runtuh.

    “Bangunan kekuasaan yang dibangun dengan hati-hati oleh Vladimir Putin selama lebih dari dua dekade kini mulai runtuh di depan mata kita,” tulis mantan pejabat itu dalam Majalah Time.

    Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam kunjungannya ke Kazakhstan. (EPA Photo)

    Namun, beberapa analis lebih berhati-hati dalam menyikapi situasi ini.

    Mohammed Albasha, pendiri Basha Report, konsultan yang berbasis di Virginia, mengatakan kepada Business Insider bahwa penarikan militer Rusia dari Suriah mungkin akan mempengaruhi pengaruhnya di Timur Tengah.

    Hal ini juga dapat mendorong pemerintah di Armenia atau negara-negara di wilayah Sahel seperti Niger dan Burkina Faso untuk mempertimbangkan kembali aliansi mereka dengan Rusia, dan mulai beralih dengn menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Barat atau China.

    Namun, negara-negara yang berbatasan langsung dengan Rusia seperti Georgia, Tajikistan, dan Belarus kemungkinan akan tetap setia karena hubungan ekonomi dan keamanan nasional yang kuat dengan Rusia.

    Alasan Putin Tetap Bungkam

    Beberapa analis percaya bahwa diamnya Putin mengenai Suriah bukan sekadar pengalihan perhatian dari kekalahan memalukan, tetapi mungkin juga bagian dari upaya untuk menegosiasikan kesepakatan dengan pemerintah baru Suriah.

    Hal itu dilakukan agar Rusia bisa mempertahankan sebagian aset militernya di negara tersebut.

    Laporan menyebutkan bahwa Rusia telah menarik kapal-kapal angkatan laut dari pangkalan Tartus, tetapi masih mempertahankan pesawat dan aset angkatan udara lainnya di pangkalan Hmeimim.

    “Bahkan jika Rusia menarik pasukannya dari Suriah, Moskow tetap akan berupaya menjaga penarikan ini agar tidak terlihat sebagai tanda kekalahan,” kata Voller kepada Business Insider.

    Fokus Putin pada Ukraina dalam pertemuan hari Senin itu menegaskan bahwa ia sangat membutuhkan kemenangan di sana.

    Kemenangan di Ukraina akan membantu Rusia mempertahankan citranya sebagai kekuatan militer yang kuat, meskipun ada kemunduran baru-baru ini.

    “Tidak ada keraguan bahwa Rusia akan terus meningkatkan upayanya di Ukraina,” tulis Wolff dalam posting blog minggu lalu.

    “Putin membutuhkan keberhasilan yang segera untuk memulihkan kepercayaan domestik dan internasional.”

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)