Negara: Myanmar

  • Korban Tewas Gempa M 7,7 di Bangkok Bertambah Jadi 17 Orang, 83 Masih Hilang

    Korban Tewas Gempa M 7,7 di Bangkok Bertambah Jadi 17 Orang, 83 Masih Hilang

    Bangkok

    Korban tewas akibat gempa magnitudo (M) 7,7 di Bangkok, Thailand, bertambah jadi 17 orang. Gempa dahsyat itu sendiri berpusat di negara tetangga Thailand, Myanmar.

    Dilansir BBC, Minggu (30/3/2025), pihak berwenang di Bangkok menyatakan ada 32 orang lainnya yang terluka dan 83 orang masih hilang.

    Sebagian besar korban berasal dari lokasi bangunan 30 lantai yang sedang dibangun. Gedung yang belum selesai itu runtuh saat gempa mengguncang pada Jumat (28/3).

    Dalam video yang beredar di media sosial, tampak gedung yang sedang dibangun itu runtuh total. Para pekerja yang berada di bagian bawah gedung tampak berlarian menjauh saat gedung mulai runtuh.

    Selain itu, ada juga video yang menunjukkan crane yang roboh. Tampak ada orang yang jatuh dari atas crane itu.

    Ada pula ‘air terjun’ yang berasal dari kolam di lantai atas gedung-gedung tinggi Bangkok. Guncangan yang sangat kuat membuat air kolam tumpah hingga membentuk ‘air terjun’.

    Sementara, jumlah korban gempa di Myanmar telah menembus 1.644 orang. Jumlah korban diperkirakan terus bertambah seiring operasi pencarian yang sedang berlangsung.

    “Mengapa Bangkok bisa rusak akibat gempa Myanmar? Fenomena ini disebut efek Vibrasi Periode Panjang (Long Vibration Period) di mana gelombang gempa yang sumbernya jauh direspons tanah lunak. Tanah lunak tebal di Bangkok merespons gempa jauh membentuk resonansi mengancam gedung-gedung tinggi,” ujar Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam analisis yang disampaikannya.

    Lihat Video: Update Korban Tewas Gempa Myanmar Capai 1.002 Jiwa

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Gempa Myanmar Runtuhkan Lebih dari 50 Masjid, Ratusan Warga Diduga Tewas saat Salat

    Gempa Myanmar Runtuhkan Lebih dari 50 Masjid, Ratusan Warga Diduga Tewas saat Salat

    GELORA.CO – Gempa berkekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang Myanmar tengah pada Jumat (28/3) merusak lebih dari 50 masjid. Akibatnya, ratusan jemaah Muslim yang tengah menjalankan ibadah diduga meninggal dalam reruntuhan.

    Hingga Minggu (30/3), korban akibat gempa dahsyat yang terasa sampai Thailand dan China itu telah menembus 1.600 jiwa.

    Seorang Warga Mandalay, Htet Min Oo, sedang berwudu ketika rumah dan sebagian masjid di sebelahnya runtuh.

    Ia terjebak di bawah puing-puing bersama dua bibinya. Warga berusaha mengevakuasi mereka, namun hanya satu yang selamat.

    “Saya tidak tahu apakah mereka masih hidup di bawah reruntuhan. Setelah sekian lama, saya rasa tidak ada harapan,” katanya dengan suara bergetar, seperti diberitakan Al Jazeera.

    Video yang beredar di media sosial menunjukkan runtuhnya sejumlah masjid di Myanmar.

    Seorang warga di desa Sule Kone berusaha menyelamatkan seorang pria yang terjebak di bawah reruntuhan masjid, namun gempa susulan membuatnya mundur.

    “Saya kembali mencoba, tetapi terlambat. Saya menyelamatkan empat orang dengan tangan saya sendiri. Tiga sudah meninggal, satu meninggal di pelukan saya,” ujarnya.

    Di desa tersebut, 23 orang tewas akibat tiga masjid yang hancur. 

    Pembatasan pemerintah menghambat perbaikan masjid-masjid tua, membuat bangunan itu rentan.

    Seorang pria bernama Julian Kyle meminta bantuan alat berat melalui media sosial untuk mengevakuasi korban di Masjid Mandalay.

    “Di bawah reruntuhan, anggota keluarga saya tertimpa dan kehilangan nyawa mereka. Kami ingin menemukan jenazah mereka,” tulisnya.

    Dari Taungnoo, seorang saksi mata melihat dinding Masjid Kandaw ambruk menimpa dua baris jamaah.

    “Begitu banyak orang dikeluarkan dari masjid, beberapa meninggal di depan mata saya,” katanya.

    Militer Myanmar melaporkan 670 biara dan 290 pagoda rusak, tetapi tidak menyebutkan kerusakan masjid.

    Gempa juga menghancurkan banyak bangunan, jembatan, hingga jalan. Keterbatasan komunikasi membuat skala bencana belum sepenuhnya terungkap.

    Seorang relawan di Bangkok, Harry Roberts, mengatakan bantuan internasional sulit masuk karena pemerintah Myanmar jarang meminta pertolongan.

    “Yang terpenting sekarang adalah mengumpulkan informasi dan menilai akses ke daerah terdampak,” ujarnya.

  • Ternyata Ini Alasan Gempa Myanmar Tak Berdampak ke Indonesia

    Ternyata Ini Alasan Gempa Myanmar Tak Berdampak ke Indonesia

    Jakarta, Beritasatu.com – Gempa bumi dengan magnitudo 7,7 yang melanda Myanmar hingga mengguncang Thailand dan China tidak berdampak terhadap aktivitas kegempaan di Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan, hal ini dikarenakan beberapa faktor utama yang menjadikan gempa tersebut tidak mudah memicu gempa di wilayah Indonesia.

    Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, perbedaan sumber gempa menjadi alasan utama. Jalur sesar sagaing yang memicu gempa di Myanmar tidak berlanjut ke wilayah Indonesia.

    “Jaraknya cukup jauh dari Indonesia. Ujung selatan jalur sesar sagaing hingga Pulau Sabang memiliki jarak sekitar 1.256 kilometer,” ujar Daryono, Minggu (30/3/2025).

    Dikatakan Daryono, setiap segmen sumber gempa mengalami rilis energi secara mandiri tanpa saling memicu. Setiap segmen memiliki besaran laju geser (slip-rate) dan akumulasi tegangan masing-masing. Apabila akumulasi medan tegangan melampaui batas elastisitas batuan, barulah terjadi pergeseran tiba-tiba yang mengakibatkan gempa.

    Ia juga menegaskan, tidak ada konsep atau teori yang menyatakan bahwa gempa dapat saling memicu atau merambat dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Beberapa aktivitas gempa yang terjadi dalam waktu dan jarak berdekatan sebenarnya tidak memiliki keterkaitan. Apabila terjadi gempa yang berdekatan dalam jarak dan waktu, hal tersebut lebih bersifat kebetulan daripada saling berhubungan.

    Daryono menambahkan, hubungan antara gempa hanya berlaku untuk gempa utama dan gempa susulan. Pemicuan antar gempa bersifat statis, yang umumnya terjadi dalam jarak sangat dekat, misalnya gempa susulan (aftershocks) setelah gempa utama (mainshock).

    Teori pemicuan gempa secara dinamis memang memungkinkan, tetapi hanya berlaku pada gempa yang sangat dekat atau memiliki persyaratan kompleks tertentu. Transfer tegangan dinamis ini terjadi dalam skala yang lebih kecil dan melemah seiring bertambahnya jarak, sehingga sulit untuk menjelaskan secara empiris bahwa satu gempa dapat memicu gempa lain yang terjadi di lokasi jauh.

    Berdasarkan faktor-faktor tersebut, ia menegaskan aktivitas tektonik di zona sesar sagaing tidak serta-merta memengaruhi wilayah Indonesia. Indonesia memiliki sistem sumber gempa sendiri, baik dari sesar aktif maupun zona subduksi yang menjadi sumber utama aktivitas seismik.

    Meskipun gempa Myanmar tidak berdampak langsung terhadap Indonesia, BMKG tetap mengimbau masyarakat untuk selalu waspada terhadap potensi gempa di wilayahnya masing-masing. Sebagai langkah mitigasi, masyarakat yang tinggal di dekat jalur sesar aktif disarankan untuk membangun rumah dengan standar tahan gempa.

  • Korban Tewas Gempa Myanmar Capai 1.644 Orang, Infrastruktur Rusak Perlambat Proses Penyelamatan – Halaman all

    Korban Tewas Gempa Myanmar Capai 1.644 Orang, Infrastruktur Rusak Perlambat Proses Penyelamatan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah militer Myanmar mengatakan pada Sabtu (29/3/2025) bahwa jumlah korban tewas akibat gempa yang mengguncang Myanmar bertambah menjadi lebih dari 1.600 orang.

    Tidak hanya itu, gempa berkekuatan 7,7 SR ini juga mengakibatkan lebih dari 3.000 orang terluka.

    “Sebanyak 1.644 orang tewas dan lebih dari 3.400 orang terluka, dengan sedikitnya 139 orang masih hilang setelah gempa berkekuatan 7,7 skala Richter tersebut,” menurut pernyataan dari pemerintah militer Myanmar, dikutip dari Al Jazeera.

    Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan, upaya penyelamatan terhadap infrastruktur yang rusak.

    “Kerusakan pada jalan tol Yangon-Nay Pyi Taw-Mandalay mengakibatkan gangguan layanan, dengan retakan dan distorsi permukaan yang memaksa bus jalan raya menghentikan operasinya,” kata badan PBB itu dalam sebuah pernyataan.

    Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh militer Myanmar.

    Korban berjatuhan, tapi pihaknya sulit mengakses lokasi untuk menyelamatkan para korban.

    “Infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan bangunan terkena dampak, yang mengakibatkan jatuhnya korban dan cedera di kalangan warga sipil. “

    “Operasi pencarian dan penyelamatan saat ini sedang dilakukan di daerah yang terkena dampak,” kata militer Myanmar.

    Kekurangan Pasokan Medis

    OCHA juga melaporkan, saat ini pihaknya kekurangan pasokan medis untuk menyelamatkan para korban.

    “Kekurangan parah pasokan medis, termasuk peralatan trauma, kantong darah, anestesi dan alat bantu di negara yang diisolasi dari dunia luar oleh junta militer – juga telah mempersulit upaya bantuan, katanya, dikutip dari OCHA, dikutip dari CNN.

    Saat ini, puluhan petugas medis telah dikerahkan di beberapa wilayah di Myanmar.

    Beberapa wilayah di antaranya, Kota Mandalay, Magway, Nay Pyi Taw, dan Sagaing di Myanmar bagian tengah dan barat laut.

    Namun terdapat beberapa wilayah yang terdampak paling parah, tapi akses untuk menuju ke lokasi sulit.

    “Di bagian selatan, Kota Nyaungshwe, Kalaw dan Pinlaung merupakan wilayah yang paling parah terkena dampak gempa,” kata OCHA dalam sebuah pernyataan.

    OCHA juga mengatakan bahwa banyak korban yang masih berada di jalan-jalan sekitar rumahnya karena tempat tinggalnya hancur akibat gempa.

    Banyak dari mereka yang juga takut akan adanya gempa susulan.

    “Ribuan orang menghabiskan malam di jalan atau (di) ruang terbuka karena kerusakan dan kehancuran rumah atau takut akan gempa susulan,” kata badan tersebut.

    OCHA melaporkan bahwa terdapat sekitar 1.200 rumah, 3 sekolah dan satu hotel yang hancur akibat gempa.

    Tak ada sinyal dan padamnya listrik juga menjadi penyebab yang mengambat operasi penyelamatan.

    Oleh karena itu, OCHA meminta kepada semua pihak untuk segera mengirimkan bantuan.

    “Seiring dengan semakin meluasnya bencana ini, bantuan kemanusiaan yang mendesak sangat dibutuhkan untuk membantu mereka yang terkena dampak,” tambahnya.

    Sebagai informasi, gempa berkekuatan 7,7 SR mengguncang Myanmar pada Jumat (28/3/2025).

    Gempa terjadi sekitar pukul 12.50 siang waktu setempat di dekat Mandalay.

    Kemudian gempa susulan terjadi beberapa menit kemudian, berkekuatan 6,4 SR.

    Getaran gempa berkekuatan besar ini juga terasa hingga Thailand.

    Di Myanmar, gempa berkekuatan besar ini merobohkan bangunan, jambatan hingga merusak jalan.

    Setiap jalan khususnya di kota Mandalay, dipenuhi bangunan yang runtuh.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Gempa di Myanmar

  • Pakar Soroti Earthquake Drunk, Pusing Berkelanjutan Usai Gempa Thailand-Myanmar

    Pakar Soroti Earthquake Drunk, Pusing Berkelanjutan Usai Gempa Thailand-Myanmar

    Jakarta

    Pejabat kesehatan di Thailand mengingatkan warga untuk mewaspadai gejala ‘Earthquake Drunk’. Fenomena ini kerap muncul usai gempa besar.

    Varoth Chotpitayasunondh, juru bicara departemen kesehatan mental Thailand menjelaskan, gempa besar yang baru-baru ini terjadi di Myanmar dan Thailand memicu reaksi kuat. Anxiety atau kegelisahan adalah respons normal saat bencana, tapi ia mengingatkan pentingnya memonitor perubahan stres dan emosional yang persisten.

    “Masing-masing perlu menilai perasaan, pikiran, dan perubahan pada perilaku,” pesannya, dikutip dari Nation Thailand, Minggu (30/3/2025).

    “Mengidentifikasi rasa takut yang spesifik adalah krusial, karena bisa mengindikasikan kesulitan mengatur situasi, berpotensi memicu kondisi seperti post traumatic stress disorder,” jelasnya.

    Secara khusus, ia menyoroti fenomena Earthquake Drunk atau Post-Earthquake Dizziness Syndrome (PEDS). Kondisi ini dapat memicu pusing yang persisten atau tidak hilang meski getaran gempa sudah mereda.

    Untuk mengurangi pusing, Varoth menyarankan untuk istirahat, menghindari aktivitas fisik berlebihan, duduk, menjaga hidrasi, dan menghindari layar yang memantulkan bayangan. Jika tidak kunjung hilang, ia menyarankan untuk mencari pertolongan medis.

    Dampak psikis gempa yang terjadi baru-baru ini juga menjadi sorotan otoritas kesehatan Thailand. Deputi manajer ThaiHealth, Pairoj Saonoi, menyarankan warga untuk mengikuti panduan mengatasi distres emosional yang dikeluarkan.

    Dikutip dari Bangkok Post, Pairoj juga menyarankan untuk kembali menjalankan aktivitas sehari-hari untuk mempercepat pemulihan, serta mengikuti sumber berita yang terpercaya untuk mencegah kepanikan yang tidak perlu.

    (up/up)

  • Kelompok Antikudeta Myanmar Umumkan Gencatan Senjata 2 Pekan Akibat Gempa

    Kelompok Antikudeta Myanmar Umumkan Gencatan Senjata 2 Pekan Akibat Gempa

    Naypyidaw

    Pejuang antikudeta di Myanmar mengumumkan gencatan senjata parsial selama dua minggu. Pengumuman ini disampaikan saat militer mulai melakukan operasi penyelamatan dan penyaluran bantuan lainnya setelah gempa bumi bermagnitudo 7,7 melanda negara yang dilanda perang saudara itu.

    “Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) akan menerapkan jeda dua minggu dalam operasi militer ofensif, kecuali untuk tindakan defensif, di daerah yang terkena dampak gempa bumi mulai 30 Maret 2025,” kata ‘Pemerintah Persatuan Nasional’ bayangan dalam sebuah pernyataan seperti dilansir AFP, Minggu (30/3/2025).

    Mereka menyatakan siap bekerja sama dengan PBB dan lembaga lain untuk memastikan keamanan, transportasi, dan pendirian kamp penyelamatan dan medis sementara di daerah yang dikuasainya. Kelompok antikudeta sendiri menguasai beberapa wilayah di Myanmar.

    Gempa bumi M 7,7 melanda barat laut kota Sagaing di Myanmar tengah pada hari Jumat (28/3) dan juga mempengaruhi Thailand. Setidaknya, 1.644 orang tewas di Myanmar, sementara sekitar 10 lainnya tewas di Bangkok.

    Militer Myanmar telah terlibat dalam perang saudara di berbagai bidang sejak menggulingkan pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi pada Februari 2021. Perang ini ditentang oleh PDF dan organisasi etnis bersenjata, yang banyak di antaranya telah berperang selama beberapa dekade.

    ‘Pemerintah Persatuan Nasional’ sebagian besar terdiri dari anggota parlemen yang digulingkan setelah berusaha mengalahkan junta.

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Wanita Selamat Setelah 30 Jam Terperangkap di Reruntuhan Apartemen Mandalay Pasca-Gempa Myanmar – Halaman all

    Wanita Selamat Setelah 30 Jam Terperangkap di Reruntuhan Apartemen Mandalay Pasca-Gempa Myanmar – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang wanita terjebak di dalam reruntuhan sebuah apartemen Mandalay setelah gempa mengguncang wilayah tersebut pada Jumat (28/3/2025).

    Setelah terjebak selama 30 jam, tim penyelamat berhasil menyelamatkan wanita berusia 30 tahun tersebut dalam keadaan hidup pada hari Sabtu (29/3/2025).

    Wanita bernama Phyu Lay Khaing berhasil dibawa keluar dari Sky Villa Condominium oleh tim penyelamat dengan menggunakan tandu.

    Untuk mengecek kondisinya setelah terjebak, wanita tersebut segera dilarikan ke rumah sakit.

    Komunikasi Tak Putus meski Terjebak di Bawah Reruntuhan

    Kementerian Luar Negeri Taiwan (MOFA) mengatakan wanita berusia 30 tahun tersebut tetap menjalin komunikasi dengan sang suami saat terjebak.

    “Dia mampu tetap berkomunikasi dengan dunia luar di tengah upaya penyelamatan yang sedang berlangsung,” kata MOFA, dikutip dari Focus Taiwan.

    Sang suami, Ye Aung yang juga terjebak telah diselematkan terlebih dahulu.

    “Suaminya, yang bersamanya saat gempa terjadi, telah ditarik dari reruntuhan dan hanya menderita luka ringan,” tambahnya.

    Ye Aung mengaku dirinya tak menyangka jika sang istri berhasil ditemukan dengan kondisi masih hidup.

    “Awalnya saya tidak menyangka dia akan hidup,” kata Ye Aung kepada AFP, dikutip dari The Strait Times.

    Saat sang istri berhasil selamat, pria yang memiliki dua putra tersebut mengaku sangat senang.

    “Saya sangat senang mendengar kabar baik,” kata pria tersebut.

    Sebagai informasi, gempa berkekuatan 7,7 SR mengguncang Myanmar pada hari Jumat (28/3/2025).

    Gempa terjadi sekitar pukul 12.50 siang, waktu setempat di dekat Mandalay.

    Kemudian gempa susulan terjadi beberapa menit kemudian, berkekuatan 6,4 SR.

    Getaran gempa berkekuatan besar ini juga terasa hingga Thailand.

    Di Myanmar, gempa berkekuatan besar ini merobohkan bangunan, jambatan hingga merusak jalan.

    Setiap jalan khusunya di kota Mandalay, dipenuhi bangunan yang runtuh.

    Warga yang putus asa menunggu di luar rumah dan tempat usaha mereka yang rusak dan rata dengan tanah untuk menunggu tim penyelamat dan bantuan dari pemerintah, dikutip dari Al Jazeera.

    Gempa ini mengakibatkan listrik di kota berpenduduk lebih dari 1,5 juta jiwa ini padam.

    Oranng-orang berkerumun di sebuah pom bensin di Mandalay untuk mendapatkan bahan bakar.

    Toko-toko, restoran hingga kedai teh pun tutup akibat gempa.

    Sementara jumlah korban tewas akibat gempa bumi Myanmar telah meningkat menjadi 1.644 orang, dikutip dari The Guardian.

    Junta Myanmar mengatakan bahwa gempa ini mengakibatkan 3.408 orang terluka.

    Sekitar 139 orang masih dinyatakan hilang hingga saat ini.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Gempa di Myanmar

  • Pekerja Konstruksi Ungkap Detik-detik Mengerikan Gedung Ambruk Imbas Gempa

    Pekerja Konstruksi Ungkap Detik-detik Mengerikan Gedung Ambruk Imbas Gempa

    Jakarta

    Gedung pencakar langit di Bangkok, Thailand runtuh imbas gempa dahsyat yang terjadi Jumat kemarin. Meski berpusat di negara tetangga, Myanmar, dahsyatnya guncangan gempa terasa sampai ke Negeri Gajah Putih itu.

    Guncangan gempa menyebabkan gedung yang dalam proses konstruksi roboh hanya dalam hitungan detik. Sekelompok masyarakat langsung berdatangan ke lokasi demi memastikan nasib keluarga mereka yang bekerja di sana.

    Seorang pekerja konstruksi sempat menceritakan momen dirinya selamat dari maut dalam insiden tersebut. Menurutnya gedung itu runtuh dalam sekejap mata tepat saat masa shift kerjanya berakhir.

    “Saat giliran kerja saya berakhir sekitar pukul 1 siang, saya keluar untuk mengambil air dan saya melihat adik laki-laki saya sebelum saya keluar,” katanya kepada AFP, dikutip dari CNA, Sabtu (29/3/2025).

    Getaran dari gempa berkekuatan 7,7 skala magnitudo yang berpusat di negara tetangga, Myanmar turut menghantam Bangkok sekitar pukul 13.20 siang. Khin Aung menyebut dirinya langsung berupaya menyelamatkan diri dari gedung yang runtuh.

    “Saya melakukan panggilan video dengan saudara laki-laki dan teman-teman saya tetapi hanya satu yang mengangkat telepon. Tetapi saya tidak dapat melihat wajahnya dan saya mendengar dia berlari,” tuturnya

    “Saat itu seluruh gedung berguncang tetapi saat saya meneleponnya, saya kehilangan panggilan dan gedung itu runtuh,” tambah dia.

    Pihak berwenang mengatakan hingga 100 pekerja mungkin terjebak di antara tumpukan puing dan logam bengkok yang merupakan satu-satunya sisa menara. Setidaknya lima orang dipastikan tewas, tetapi jumlah korban hampir pasti akan bertambah.

    “Saya tidak dapat menggambarkan perasaan saya. Kejadiannya terjadi dalam sekejap mata,” imbuhnya

    “Semua teman dan saudara saya berada di dalam gedung ketika runtuh. Saya tidak dapat berkata apa-apa,” ujar Khin Aung.

    Cakrawala Bangkok terus mengalami perubahan. Gedung-gedung lama dirobohkan lalu diganti pencakar langit baru yang mengkilap. Mayoritas pekerja proyek diketahui berasal dari Myanmar.

    Mereka mencari nafkah di Negeri Gajah Putih karena prospek kerja yang tetap, negara yang damai, serta nominal upah yang lebih baik. Di sisi lain, Myanmar sendiri saat ini dipimpin oleh junta militer.

    Banyak kerabat pekerja dari Myanmar berkumpul di lokasi pada hari Sabtu dengan harapan mendengar kabar baik dari orang-orang yang tertimbun. Khin Aung dan saudara laki-lakinya telah bekerja di Bangkok selama enam bulan.

    “Saya mendengar mereka mengirim 20 pekerja ke rumah sakit, tetapi saya tidak tahu siapa mereka dan teman-teman serta saudara laki-laki saya termasuk di antara mereka,” katanya lagi.

    “Saya berharap saudara laki-laki dan teman-teman saya ada di rumah sakit. Jika mereka ada di rumah sakit, saya punya harapan. Jika mereka ada di bawah gedung ini, tidak ada harapan bagi mereka untuk selamat,” lanjut Khin Aung.

    Sementara itu, Wanita Thailand Chanpen Kaewnoi, 39 tahun, menunggu dengan cemas kabar tentang ibu dan saudara perempuannya yang berada di dalam gedung ketika gedung itu runtuh.

    “Rekan kerja saya menelepon dan mengatakan dia tidak dapat menemukan ibu atau saudara perempuan saya. Saya pikir ibu mungkin terpeleset dan mungkin saudara perempuan saya tetap tinggal untuk menolongnya,” ujarnya kepada AFP.

    “Saya ingin melihat mereka, saya harap saya dapat menemukan mereka. Saya harap mereka tidak hilang. Saya masih memiliki harapan, 50 persen,” sebut Chanpen.

    Sementara keluarga yang putus asa menunggu kabar, petugas penyelamat terus melanjutkan tugas rumit mencari reruntuhan tanpa memicu keruntuhan lebih lanjut.

    Lihat Video: Situasi Kepanikan Saat Gempa M 7,7 Guncang Myanmar

    (ily/hns)

  • PBB Ungkap Kondisi Terkini Myanmar Usai Dihantam Gempa Dahsyat 7,7 M

    PBB Ungkap Kondisi Terkini Myanmar Usai Dihantam Gempa Dahsyat 7,7 M

    Jakarta, CNBC Indonesia – Upaya tanggap darurat gempa bumi mematikan 7,7 M di Myanmar terkendala kurangnya pasokan medis. Demikian laporan badan kemanusiaan PBB, OCHA, sebagaimana dilansir AFP, Sabtu (29/3/2025).

    “Seiring dengan bencana yang terjadi, diperlukan bantuan kemanusiaan yang mendesak untuk mendukung mereka yang terkena dampak,” demikian laporan OCHA.

    “Kekurangan pasokan medis yang parah menghambat upaya tanggap darurat, termasuk kantong darah, obat-obatan hingga tenda untuk petugas kesehatan.”

    OCHA menyatakan, rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang ada telah mengalami kerusakan parah bahkan hancur.

    “Gangguan telekomunikasi dan internet menghambat komunikasi dan operasi kemanusiaan. Jalan yang rusak dan puing-puing menghalangi akses kemanusiaan dan mempersulit assessment kebutuhan upaya tanggap darurat,” demikian laporan OCHA.

    Menurut OCHA, upaya koordinasi sedang dilakukan demi meningkatkan respons darurat. Apalagi, gempa bumi telah menyebabkan kerusakan rumah yang meluas dan kerusakan parah pada infrastruktur penting.

    “Ribuah orang menghabiskan malam di jalan atau ruang terbuka karena kerusakan dan kehancuran rumah, takut terhadap gempa susulan,” demikian laporan OCHA.

    Masih menurut laporan OCHA, rumah sakit di Mandalay, Magway, dan ibu kota Myanmar Naypyidaw, “berjuang keras untuk mengatasi korban yang terluka”. Di bagian selatan negara bagian Shan, masyarakat membutuhkan pakaian, selimut, hingga makanan.

    Dalam pernyataan itu, OCHA menyampaikan konvoi 17 truk kargo berisi bantuan dari China diperkirakan akan tiba esok. Bantuan itu berupa tempat penampungan hingga pasokan medis.

    (miq/miq)

  • Mengapa Banyak Masjid Roboh Akibat Gempa di Myanmar?

    Mengapa Banyak Masjid Roboh Akibat Gempa di Myanmar?

    GELORA.CO – Ratusan umat Islam dikhawatirkan syahid di Myanmar setelah gempa dangkal melanda saat jamaah berkumpul di masjid untuk salat Jumat di bulan suci. Lebih dari 50 masjid mengalami kerusakan, menurut otoritas bayangan Pemerintah Persatuan Nasional.

    Banyaknya masjid yang roboh bisa jadi bukan semata karena dahsyatnya gempa bumi. Alasan lainnya terungkap dalam laporan Departemen Luar Negeri AS soal kebebasan beragama di Myanmar yang dilansir pada 2017 lalu. 

    “Komunitas agama di seluruh Myanmar, termasuk umat Buddha, Kristen, Hindu, dan Muslim, semuanya melaporkan kesulitan dan penundaan yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun dalam mendapatkan izin untuk pembangunan gedung baru dan rehabilitasi bangunan keagamaan yang sudah ada,” demikian tertulis dalam laporan Departemen Luar Negeri AS tersebut.

    Merujuk laporan itu, mendapatkan izin renovasi bangunan ibadah lebih sulit bagi kelompok selain mayoritas Buddha. Kelompok agama mengatakan banyaknya izin yang diperlukan, kewenangan yang tidak jelas di antara lembaga-lembaga pemerintah, dan penundaan yang berkepanjangan dalam menanggapi permohonan izin membuat mereka membangun tempat ibadah tanpa izin yang diperlukan. Yang lain mengatakan perlunya menyuap pihak berwenang untuk mendapatkan izin.

    Di Mandalay, wilayah terdampak paling parah, umat Islam mengatakan pihak berwenang melarang keras pembersihan, renovasi, bahkan memasuki delapan masjid yang ditutup setelah konflik antaragama pada 2014. Sedangkan lima masjid dalam kendali ketat pemerintah.

    Kelompok-kelompok Muslim melaporkan permintaan pembangunan resmi mengalami penundaan yang signifikan, dan bahkan ketika disetujui, hal itu dapat dibatalkan. Mereka juga melaporkan bahwa masih sangat sulit mendapatkan izin untuk memperbaiki masjid-masjid yang ada, meskipun pihak berwenang mengizinkan pemeliharaan internal dalam beberapa kasus. 

    Masjid bersejarah di Meiktila di Divisi Mandalay, Mawlamyine di Negara Bagian Mon, dan Sittwe di Negara Bagian Rakhine, serta di Rangoon dan daerah lainnya terus mengalami kerusakan karena pihak berwenang tidak mengizinkan pemeliharaan rutin.

    Muslim adalah minoritas di Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Buddha dan telah dipinggirkan oleh pemerintahan berturut-turut. Sementara kelompok ultranasionalis dan biksu ekstremis dalam beberapa tahun terakhir telah menghasut kekerasan. 

    Bangunan-bangunan Buddha juga terkena dampak parah akibat gempa tersebut, dengan 670 biara dan 290 pagoda rusak, menurut pemerintah militer. Mereka tidak menyebutkan satupun masjid dalam laporan kerusakannya. 

    Kesaksian penyintas Muslim

    Ketika gempa bumi dahsyat pada hari Jumat melanda Myanmar tengah, Htet Min Oo sedang melakukan wudhu sebelum salat Ramadhan di sebuah masjid di sebelah rumahnya di Mandalay. Rumahnya ambruk bersama sebagian masjid, separuh tubuhnya terjebak dengan puing-puing tembok yang mengubur dua orang bibinya. Warga berlomba-lomba menarik bibi-bibi itu keluar, katanya, namun hanya satu yang selamat.

    Htet Min Oo (25 tahun), mengatakan dua paman dan neneknya juga terjebak di bawah tumpukan beton. Karena tidak adanya alat berat, ia berusaha mati-matian membersihkan puing-puing dengan tangannya namun tidak dapat menggesernya.

    “Saya tidak tahu apakah mereka masih hidup di bawah puing-puing. Setelah sekian lama, saya rasa tidak ada harapan lagi,” katanya, Jumat. “Terlalu banyak puing-puing dan tidak ada tim penyelamat yang datang untuk menyelamatkan kami,” tambahnya, suaranya bergetar sambil menangis. 

    Seorang warga berusia 39 tahun di wilayah Mandalay menggambarkan pemandangan mengerikan ketika ia mencoba menyelamatkan seorang pria yang terjebak di bawah puing-puing masjid yang runtuh di desa Sule Kone, namun harus melarikan diri karena gempa susulan yang kuat. 

    “Saya harus meninggalkannya… Saya pergi untuk kedua kalinya mencoba menyelamatkannya,” katanya, menolak disebutkan namanya. “Saya mengambil empat orang dengan tangan saya sendiri. Namun sayangnya, tiga orang sudah tewas dan satu orang tewas di pelukan saya.”

    Dia mengatakan 10 orang tewas di sana, dan mereka termasuk di antara 23 orang yang tewas di tiga masjid yang dihancurkan di desa tersebut. Pembatasan pemerintah telah menghalangi perbaikan masjid-masjid itu, katanya. 

    Reuters tidak dapat menjangkau masjid-masjid tersebut atau memverifikasi laporan mengenai keruntuhan tersebut. Seorang pria, Julian Kyle, meminta melalui media sosial agar alat berat mengangkat pilar beton setelah gempa menghancurkan masjid Mandalay lainnya.

    “Di bawah reruntuhan, anggota keluarga saya dan orang lain tertimpa dan kehilangan nyawa,” tulisnya. “Kami sangat ingin memulihkan jenazah mereka.” Seorang warga dari kota Taungnoo sekitar 370 km jauhnya mengatakan dia sedang shalat ketika salah satu sisi masjid Kandaw ambruk sehingga dua baris pria yang duduk di depannya ambruk. 

    “Saya melihat begitu banyak orang dibawa keluar dari masjid, beberapa di antaranya meninggal tepat di depan mata saya,” ujarnya. “Sungguh memilukan.”