Negara: Mongolia

  • Honor Kembali ke Indonesia: Siap Luncurkan Produk Perdana 26 Februari 2025 – Page 3

    Honor Kembali ke Indonesia: Siap Luncurkan Produk Perdana 26 Februari 2025 – Page 3

    Sebelumnya, Honor yang baru saja Kembali ke pasar Indonesia mengumumkan kemitraan strategis melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Erajaya Group (Erajaya).

    Kerja sama ini menandai langkah penting bagi Honor untuk memperkuat kehadirannya di pasar Indonesia, dengan menghadirkan rangkaian produk dan layanan.

    Antara lain mencakup berbagai perangkat seperti ponsel pintar (smartphone) atau HP, laptop, tablet, wearables, dan lain sebagainya.

    Dalam hal ini Erajaya akan memegang peranan penting dalam berbagai aspek, termasuk distribusi produk, pengembangan jaringan penjualan, operasional ritel, serta pelaksanaan aktivitas pemasaran lokal di seluruh Indonesia.

    President Honor Pasifik Selatan, Justin Li, menilai Erajaya adalah merek terpercaya bagi jutaan konsumen Indonesia, termasuk segmen premium menengah yang memiliki potensi tinggi untuk tertarik dengan produk dan penawaran.

    “Kami tidak sabar untuk menyambut masa depan cerah dari kolaborasi yang luar biasa ini,” ujar Justin melalui keterangannya, Kamis (9/1/2025).

    Penandatanganan MoU yang berlangsung di Shenzhen, Tiongkok, dihadiri oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok dan Mongolia, H.E. Djauhari Oratmangun; CEO Honor, George Zhao; President HONOR Pasifik Selatan, Justin Li; President Director/CEO Erajaya Group, Budiarto Halim; dan Deputy CEO Erajaya Digital, Jong Woon Kim.

    Sebelumnya, Honor mengumumkan rencananya untuk memasuki pasar Indonesia dan berencana membuka 10 experience stores hingga akhir 2025.

    Honor berkomitmen untuk membawa berbagai produk dari setiap kategori dalam portofolionya ke pasar Indonesia, dengan target total sekitar 30 produk dalam tahun pertama operasinya.

  • Batu Purba Berusia 2 Miliar Tahun dari Antartika Dihibahkan ke UGM, Simak Ekspedisi Peneliti UGM di Antartika
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        8 Februari 2025

    Batu Purba Berusia 2 Miliar Tahun dari Antartika Dihibahkan ke UGM, Simak Ekspedisi Peneliti UGM di Antartika Regional 8 Februari 2025

    Batu Purba Berusia 2 Miliar Tahun dari Antartika Dihibahkan ke UGM, Simak Ekspedisi Peneliti UGM di Antartika
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com
    – Sebuah batu berwarna hitam dalam kotak transparan diserahkan oleh Nugroho Imam Setiawan kepada Rektor Universitas Gadjah Mada (
    UGM
    ), Prof. Ova Emilia.
    Sekilas, batu tersebut tampak biasa, namun sebenarnya batu ini sangat spesial bagi ilmu pengetahuan.
    Batu tersebut berusia kurang lebih 2 miliar tahun dan berasal dari Antartika.
    Selain menyerahkan sampel batuan kepada pihak UGM, Nugroho juga menyumbangkan sampel serupa ke Museum Geologi dan Teknik Geologi UGM sebagai media pembelajaran.
    “Saya membawa sampel batuan metamorf dan saya hibahkan ke Museum Geologi. Jadi, civitas akademika dan masyarakat Indonesia sudah bisa belajar serta melihat langsung batuan dari Antartika. Sampel tersebut sudah saya sumbangkan ke sana,” ujar Nugroho Imam Setiawan saat ditemui
    Kompas.com
    di UGM, Senin (3/2/2025).
    Nugroho Imam Setiawan adalah dosen Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM).
    Lahir pada tahun 1982, ia menjadi salah satu peneliti Indonesia yang mendapatkan kesempatan melakukan penelitian langsung di Antartika.
    “Waktu itu umur saya 34 tahun. Saya sudah menyelesaikan S3 dan sudah menjadi dosen UGM, tetapi masih dalam tahap awal karier,” tuturnya.
    Kesempatan menginjakan kaki dan meneliti langsung di Antartika masih sangat langka bagi peneliti dari Indonesia.
    Nugroho awalnya tidak pernah menyangka bahwa ia akan mendapatkan kesempatan meneliti di daerah yang sebagian besar wilayahnya diselimuti salju.
    Pada tahun 2010, ia melanjutkan studi S3 di Jepang. Saat itu, ia berinisiatif melamar untuk bisa ikut dalam penelitian di Antartika. Jepang memang secara rutin mengadakan ekspedisi ke Antartika melalui Japan Antarctic Research Expedition (JARE), yang juga mengajak peneliti dari Asia.
    Namun, harapan Nugroho pupus karena bencana tsunami melanda Jepang pada 2011.
    “Saya melamar, tetapi kemudian dibatalkan karena Jepang pada waktu itu mengalami tsunami. Sehingga dananya digunakan untuk pemulihan (recovery),” ujarnya.
    Setelah gagal berangkat, Nugroho kembali fokus menyelesaikan S3 dan akhirnya lulus pada tahun 2013.
    Di luar dugaan, pada tahun 2015, Nugroho dihubungi kembali oleh JARE yang menanyakan apakah ia masih tertarik untuk bergabung dalam ekspedisi ke Antartika.
    “Ternyata lamaran saya masih tersimpan di sana, dan saya dihubungi lagi tahun 2015. Mereka menawari saya untuk ikut ekspedisi ke Antartika. Saya langsung menyatakan berminat,” tuturnya.
    Sebelum berangkat, Nugroho harus menjalani serangkaian seleksi untuk memastikan ia siap menghadapi kondisi ekstrem di Antartika.
    Seleksi yang harus dilewati meliputi administrasi, pemeriksaan kesehatan, serta latihan fisik.
    “Saya mengikuti rangkaian seleksi, mulai dari administrasi hingga tes fisik,” ucapnya.
    Setelah dinyatakan lolos, ia masih harus mengikuti pelatihan selama satu pekan di salah satu pegunungan di Jepang, yang suhunya mendekati kondisi di Antartika.
    “Suhunya kurang lebih sama. Saat saya latihan di sana, suhunya mencapai minus 20 derajat Celsius,” katanya.
    Dalam pelatihan ini, ia belajar bertahan hidup di kondisi ekstrem, seperti mendirikan tenda, memasak di dalam tenda, serta menggunakan berbagai peralatan di daerah bersalju.
    Selain itu, ia juga mendapatkan pelatihan khusus tentang cara buang air di daratan Antartika, di mana feses manusia harus dibawa kembali ke kapal dan dibakar.
    Suhu ekstrem di Antartika tidak memungkinkan bakteri pengurai berkembang.
    “Kami dilatih berjalan di salju, bermain ski, serta melakukan flying camp di dalam tenda. Termasuk bagaimana cara memasak di kondisi dingin,” ucapnya.
    Pada November 2016, Nugroho akhirnya memulai ekspedisi ke Antartika, bergabung dalam tim geologi yang terdiri dari delapan orang.
    “Ada tiga perwakilan dari negara Asia yang belum tergabung dalam Traktat Antartika. Saat itu, saya dari Indonesia, kemudian ada dari Mongolia dan Vietnam. Selebihnya adalah orang Jepang,” ucapnya.
    Perjalanan menuju Antartika dimulai dari Australia, lalu tim menaiki kapal ekspedisi menuju Antartika.
    “Setelah sampai di tepian benua Antartika, kami dijemput dengan helikopter dan didrop di lokasi penelitian,” ungkapnya.
    Penelitian berlangsung selama empat bulan, dari November 2016 hingga Maret 2017. Tim berpindah-pindah lokasi setiap satu hingga dua minggu dan tidur di dalam tenda satu orang per tenda.
    “Kami melakukan flying camp. Jadi, kami tinggal di dalam tenda, satu orang satu tenda. Setelah sekitar seminggu atau sepuluh hari, kami dijemput dan dipindah ke lokasi lain,” tuturnya.
    Total ada delapan lokasi penelitian yang dikunjungi, yaitu Akebono, Akarui, Tenmodai, Skallevikhalsen, Rundvageshtta, Langdove, West Ogul, dan Mt. Riiser Larsen.
    Selama ekspedisi, Nugroho dan tim mengambil sampel batuan metamorf untuk meneliti evolusi benua Antartika.
    “Kami mengambil sampel batuan metamorf dengan menggunakan palu geologi, lalu menyimpannya dalam kantong sampel,” ujarnya.
    Menurut Nugroho, batuan di Antartika berusia sekitar 2,5 miliar hingga 500 juta tahun.
    “Batuan di sana masih sangat segar dan tidak mengalami pelapukan seperti di daerah tropis, sehingga menyimpan informasi geologi yang sangat primer,” ungkapnya.
    Saat ini, penelitian terhadap sampel batuan tersebut masih terus dilakukan dan telah dipublikasikan dalam tujuh jurnal internasional.
    Nugroho menilai bahwa Indonesia perlu mulai melakukan studi ke Antartika, meskipun tantangannya cukup besar, terutama dari segi biaya.
    “Saya pikir, Indonesia sebagai negara besar perlu melakukan penelitian di Antartika,” katanya.
    Beberapa negara tetangga, seperti Malaysia dan Papua Nugini, telah bergabung dengan Traktat Antartika. Nugroho berharap Indonesia juga dapat segera melakukan penelitian sendiri di sana.
    “Sumber daya manusia Indonesia sudah mampu melakukan penelitian di Antartika, walaupun saat ini masih harus bergabung dengan ekspedisi negara lain,” pungkasnya.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ahn Bo-hyun dan Claudia Kim Jadi Pemeran Utama pada Drama God’s Beads

    Ahn Bo-hyun dan Claudia Kim Jadi Pemeran Utama pada Drama God’s Beads

    Seoul, Beritasatu.com – Aktor asal Korea Selatan, Ahn Bo-hyun dan Claudia Kim resmi menjadi pemeran utama dalam drama sejarah terbaru yang berjudul God’s Beads yang akan tayang di JTBC.

    Dilansir dari Soompi, Sabtu (8/2/2025) drama ini akan dibintangi oleh beberapa aktor ternama lainnya, seperti Lee Sung-min dan Ha Yun-kyung.

    God’s Beads digambarkan sebagai sebuah drama romantis laga militer yang berlatar pada 1258, ketika perang besar antara dinasti Goryeo dan Kekaisaran Mongolia mencapai puncaknya.

    Drama ini akan mengisahkan perjuangan heroik sekelompok ekspedisi yang berusaha menemukan relik suci negara mereka, serta perjuangan sang putri yang bertekad untuk menyelamatkan mereka.

    Ahn Bo-hyun akan memerankan karakter Baek Gyeol, seorang pemimpin tim ekspedisi yang penuh semangat dan berhati tulus dalam pencariannya terhadap manik-manik suci yang menjadi inti cerita. 

    Dahulu, ia adalah seorang prajurit berpangkat tinggi yang bertugas menjaga keluarga kerajaan, tetapi ia diangkat ke posisi yang lebih berbahaya sebagai komandan konvoi dan dikirim dalam misi tersebut setelah jatuh cinta pada putri kaisar.

    Lee Sung-min akan berperan sebagai Choi Koo, seorang perwira tinggi dalam pasukan khusus Goryeo. Ketika ia terpilih menjadi anggota tim ekspedisi, ia bertemu dengan Baek Gyeol yang baru diangkat sebagai komandan.

    Claudia Kim akan memerankan Wang Hee, putri bungsu kaisar, yang hidup terisolasi karena perjodohan yang dipaksakan. Hidupnya yang membosankan di dalam istana berubah ketika ia bertemu dengan Baek Gyeol yang sederhana dan penuh gairah, hingga ia pun jatuh cinta padanya.

    Terakhir, Ha Yun-kyung akan kembali beradu akting dengan Ahn Bo-hun, yang sebelumnya menjadi lawan mainnya dalam See You in My 19th Life.

    Peran Geol Seung, yaitu seorang pemandu tim ekspedisi. Geol Seung yang sebelumnya menjalani kehidupan nyaman dengan usaha yang sukses di Pulau Ganghwa, harus mengubah segalanya ketika Baek Gyeol memintanya untuk memandu timnya dalam misi yang penuh tantangan.

    Setelah penantian, akhirnya JTBC mengumumkan pemeran dalam drama terbaru God’s Beads yang akan dibintangi oleh Ahn Bo-hyun dan Claudia Kim.

  • Juara Olimpiade Matematika di Malaysia, Siswa SD Kelas 1 Ini Buat Bangga Indonesia

    Juara Olimpiade Matematika di Malaysia, Siswa SD Kelas 1 Ini Buat Bangga Indonesia

    Jakarta, Beritasatu.com – Ragnar Azhar Saddiq Lasabuda, siswa kelas 1 Sekolah Dasar Kharisma Bangsa di Pamulang, Tangerang Selatan, membuat bangga Indonesia. Ini setelah Ragnar menjadi satu-satunya pelajar Indonesia yang meraih medali emas pada Olimpiade Matematika South Asean Minister Education Organization (SEAMO) X 2025 untuk kategori Grade 1.

    Kompetisi yang berlangsung di Kuala Lumpur Convention Centre, Malaysia, pada 17-20 Januari 2025 ini diikuti 1.200 peserta dari 20 negara, di antaranya adalah China, India, Australia, Singapura, Bahrain, Mongolia, dan Uzbekistan.

    SEAMO X adalah babak final global yang mempertemukan para peserta terbaik yang telah lolos seleksi SEAMO di negara asal mereka. Hanya para peraih medali emas, perak, dan perunggu yang dapat maju ke tahap SEAMO X.

    Syahidah, ibu Ragnar, mengaku terkejut ketika mendengar anaknya berhasil meraih medali emas. Hal ini mengingat ini adalah kali pertama Ragnar mengikuti lomba matematika internasional. Bahkan, Ragnar tidak pernah mengikuti les matematika, melainkan belajar secara mandiri di rumah.

    “Sejak kecil, Ragnar memang tertarik dengan angka dan memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang berbagai hal, meskipun dia jarang mengerjakan soal matematika di kertas. Namun, ketika memasuki kelas 1 SD, wali kelasnya menyarankan untuk memberinya tantangan berupa soal-soal yang lebih sulit untuk mengasah kemampuannya dalam matematika,” ujar Syahidah dalam keterangannya, Sabtu (25/1/2025).

    Sejak saat itu, Ragnar mulai mengenal soal-soal Olimpiade matematika dan akhirnya ikut serta dalam kompetisi serupa.

    “Melalui lomba seperti ini, saya berharap Ragnar bisa mendapatkan pengalaman berharga, seperti bertemu teman-teman baru, berinteraksi dengan pelajar dari berbagai negara, serta terinspirasi oleh orang-orang hebat yang ditemuinya,” tambah Syahidah.

    Prestasi yang diraih di Malaysia tak lantas membuat Ragnar puas. Setelah Olimpiade matematika di Malaysia, Ragnar berencana akan mengikuti ajang Thailand International Mathematical Olympiad (TIMO) pada 21-23 Februari 2025 di Chiang Mai, Thailand.

  • Dari Gaza hingga Bulan: Daftar 25 Situs yang Terancam Punah Versi World Monuments Watch 2025 – Halaman all

    Dari Gaza hingga Bulan: Daftar 25 Situs yang Terancam Punah Versi World Monuments Watch 2025 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Bulan masuk dalam daftar 25 situs yang terancam punah versi World Monuments Watch (WMW) untuk tahun 2025, bersama dengan warisan budaya Gaza dan patung terakota di sebuah biara di Portugal.

    World Monuments Watch adalah program advokasi unggulan dari organisasi nirlaba swasta berbasis di New York, World Monuments Fund (WMF), yang menyerukan perhatian internasional terhadap warisan budaya di seluruh dunia yang terancam oleh kelalaian, vandalisme, konflik, atau bencana.

    Dikutip dari Euronews, World Monuments Watch menerbitkan daftar dua tahunan situs-situs yang terancam punah, yang menyoroti tidak hanya tempat-tempat di Bumi tetapi, untuk pertama kalinya, satu tempat di luar Bumi, yaitu Bulan.

    Sejak didirikan pada 1996, inisiatif nirlaba ini telah menyoroti 904 situs di 135 negara, termasuk Antartika.

    Daftar yang dikeluarkan WMW bertujuan meningkatkan kesadaran dan menggalang dana guna melindungi tempat-tempat budaya dan sejarah yang terancam.

    Tambahan paling mengejutkan dalam Daftar Pantauan 2025 adalah Bulan.

    Menurut WMF, Bulan kini menghadapi potensi risiko dari aktivitas manusia di masa mendatang, terutama karena semakin diminatinya perjalanan ruang angkasa komersial.

    Misi ke Bulan SpaceX

    “Meskipun Bulan mungkin tampak berada di luar isu-isu ini, Bulan mewakili warisan manusia bersama yang signifikan, mulai dari kehadirannya dalam narasi budaya hingga perannya dalam sejarah terkini. Namun, Bulan kini menghadapi tekanan yang meningkat dari kepentingan pribadi,” kata Presiden dan CEO World Monuments Fund (WMF), Bénédicte de Montlaur, dalam sebuah pernyataan.

    Peringatan ini muncul saat SpaceX meluncurkan dua wahana robotik pribadi ke Bulan pada 15 Januari, hari yang sama saat WMW merilis laporannya.

    Program Artemis NASA juga bertujuan membawa manusia ke Bulan dalam dekade ini, dengan rencana membangun pangkalan permanen di Bulan guna mendukung misi ke Mars.

    Ancaman ini diperparah dengan meningkatnya akumulasi “sampah antariksa” yang mengorbit Bulan, serta maraknya pariwisata antariksa.

    Situs apa lagi yang masuk dalam daftar terancam punah tahun 2025?

    Daftar tahun ini menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi warisan global, termasuk konflik manusia, perubahan iklim, urbanisasi yang cepat, dan pariwisata yang berlebihan.

    Beberapa situs yang terancam perubahan iklim, antara lain Pantai Swahili di Afrika, di mana naiknya permukaan air laut dan cuaca ekstrem membahayakan lanskap budaya berusia berabad-abad, termasuk masjid dan makam.

    Selain itu, ada 67 mercusuar bersejarah di garis pantai Maine, yang menghadapi risiko serupa akibat erosi pantai dan badai yang semakin kuat.

    Bencana alam juga meninggalkan dampak signifikan.

    Kota bersejarah Antakya di Turki termasuk dalam daftar tersebut, yang rusak parah akibat gempa bumi dahsyat berkekuatan M 7,8 pada 2023.

    Daftar ini juga mencakup beberapa lokasi yang terkena dampak konflik manusia, seperti Rumah Guru di Kyiv, Ukraina.

    Bangunan berkubah besar ini, yang menaungi Museum Pedagogis, mengalami kerusakan parah ketika rudal Rusia menghancurkan jendela, pintu, dan kubah kaca ikoniknya pada 2022.

    “Itu adalah salah satu dari ribuan situs budaya Ukraina yang rusak atau hancur sejak perang dengan Rusia dimulai pada tahun 2022,” catat WMF di situs webnya.

    Gaza juga masuk dalam daftar, sebuah wilayah yang hancur akibat konflik.

    Tenda-tenda pengungsian di Gaza (Instagram @anasjamal44 @anas.jamal33)

    Setelah perang pecah pada 7 Oktober 2023, warisan budaya Gaza berada di bawah ancaman besar.

    Namun, kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang diumumkan pada 15 Januari memberikan harapan akan adanya jeda dalam permusuhan dan pembebasan sandera.

    “Seperti yang kita semua tahu, Timur Tengah adalah tempat lahir peradaban. Dan di Gaza, Anda memiliki contoh-contoh dari berbagai komunitas dan warisan mereka yang telah tinggal di sana,” kata Bénédicte de Montlaur.

    Situs terkenal lainnya dalam daftar tersebut adalah patung terakota Biara Alcobaça di Portugal, Kapel Sorbonne yang bersejarah di Prancis, dan Ruang Pertemuan Belfast di Irlandia Utara, Inggris.

    Berikut daftar lengkapnya:

    Biara Lembah Drino, Albania
    Studio Sinema Namibe, Angola
    Qhapaq Ñan, Sistem Jalan Andes, Argentina, Bolivia, Cile, Kolombia, Ekuador, Peru
    Gua Buddha Maijishan dan Yungang, Tiongkok
    Situs Warisan Pantai Swahili, Komoro, Kenya, Mozambik, Tanzania
    Kapel Sorbonne, Prancis
    Bentang Alam Pertambangan Bersejarah Serifos, Yunani
    Sistem Air Bersejarah Bhuj, India
    Bangunan Bersejarah Sungai Musi, India
    Situs Warisan Semenanjung Noto, Jepang
    Biara Buddha Erde Zuu, Mongolia
    Warisan Yahudi Debdou, Maroko
    Rumah Kepala Suku Ogiamien, Nigeria
    Jaringan Perkotaan Bersejarah Gaza, Palestina
    Ladang Pertanian Waru Waru, Peru
    Patung Terakota Biara Alcobaça, Portugal
    Reruntuhan Belchite Lama, Spanyol
    Waduk Air Tunis Medina, Tunisia
    Kota Bersejarah Antakya, Turki
    Rumah Guru Kyiv, Ukraina
    Ruang Pertemuan Belfast, Irlandia Utara, Inggris Raya
    Jalur Perdagangan Besar, Amerika Serikat
    Mercusuar Bersejarah Maine, Amerika Serikat
    Pemandangan Budaya Dataran Banjir Barotse, Zambia
    Bulan

    (Tribunnews.com)

  • Benarkah Dunia Butuh Energi Nuklir demi Capai Target Iklim?

    Benarkah Dunia Butuh Energi Nuklir demi Capai Target Iklim?

    Jakarta

    Ketahanan energi kian menjadi isu di tengah digitalisasi teknologi yang mensyaratkan produksi berkapasitas tinggi.

    Pencarian daring berbasis kecerdasan buatan atau AI, misalnya, menyedot 10 kali lipat lebih besar energi listrik ketimbang melalui mesin pencarian seperti Google.

    Akibatnya, nuklir kembali dilirik, terutama oleh perusahaan teknologi, demi mengamankan pasokan listrik tanpa menambah beban emisi gas rumah kaca, GHG. Partai konservatif terbesar Jerman, CDU, misalnya menetapkan kembalinya riset nuklir sebagai tema kampanye jelang pemilu dini, Februari nanti.

    Henry Preston, juru bicara World Nuclear Association, WNA, meyakini pemerintahan di sejumlah negara telah menjadi lebih “pragmatis” dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, tuntutan saat ini adalah menyeimbangkan ketahanan energi dan krisis iklim, sembari mempertimbangkan peningkatan biaya dan jadwal pembangunan proyek energi bersih dengan “kapasitas besar”.

    Namun, kelompok lingkungan secara konsisten menunjukkan, proyek energi nuklir baru berbiaya mahal, dan biasanya memakan waktu sekitar satu dekade untuk dibangun setelah semua perencanaan dan perizinan. Akibatnya, pembangkit nuklir yang baru tidak bisa beroperasi tepat waktu untuk membantu memenuhi tujuan iklim.

    “Transisi energi memerlukan peralihan teknologi dalam tempo cepat. Sementara jenis solusi yang dapat diluncurkan paling cepat adalah energi terbarukan, terutama tenaga surya dan angin, dengan efisiensi energi, dan fleksibilitas sistem,” kata pegiat iklim global Climate Action Network Europe dalam pemeriksaan fakta daring.

    “Energi terbarukan secara konsisten mengungguli tenaga nuklir dalam hal biaya dan kecepatan distribusi dan oleh karena itu lebih dipilih daripada tenaga nuklir di sebagian besar negara,” demikian bunyi laporan Status Industri Nuklir Dunia, WNISR 2024. Riset tersebut menyebut rencana untuk meningkatkan kapasitas nuklir dalam beberapa dekade mendatang “tidak realistis.”

    Reaktor mini alternatif aman?

    SMR diklaim lebih aman, lebih murah dan lebih cepat dibangun ketimbang reaktor berukuran normal, serta bisa diadopsi oleh pembangkit fosil yang ada. Proyek yang sedang dikerjakan Amazon dan Google, misalnya, direncanakan akan mulai beroperasi awal tahun 2030an.

    Namun, organisasi lingkungan Climate Action Network membantah keunggulan SMR sebagai “janji kosong.” Perkaranya, “teknologi SMR belum diuji pada skala komersial.” Secara global, sejauh ini hanya dua proyek SMR yang telah dibangun, yakni di Rusia dan China dengan desain yang berbeda. Proyek-proyek tersebut terhubung ke jaringan listrik masing-masing pada tahun 2019 dan 2021.

    Laporan WNISR, yang sebagian didanai oleh Kementerian Lingkungan Hidup Jerman, menunjukkan bahwa proyek SMR di kedua negara mengalami penundaan konstruksi yang signifikan, dan memakan waktu dua atau tiga kali lebih lama dari yang direncanakan semula. Proyek-proyek tersebut juga melampaui anggaran dan sejauh ini belum memproduksi listrik hingga kapasitas maksimal.

    Namun, industri nuklir mengatakan penundaan tersebut sudah diantisipasi karena proyek di Rusia dan China baru sekadar percontohan. Proyek-proyek mendatang, yang sekarang dalam tahap perencanaan,”berpotensi bisa beroperasi lebih cepat,” kata Preston dari WNA.

    Walau begitu Mycle Schneider, analis kebijakan nuklir independen dan penerbit laporan WNISR, mengatakan dalam email, hal ini hanya mungkin dilakukan dengan “reproduksi unit yang identik atau hampir identik,” dan bukan SMR dengan desain beragam, seperti di Rusia dan China.

    Schneider mengatakan, produksi panel surya, baterai yang terhubung ke jaringan, dan turbin angin yang meningkat pesat, dengan puluhan ribu unit dibuat setiap tahun, merupakan “manufaktur yang benar-benar modular” yang memungkinkan industri berinovasi dan menurunkan biaya dengan cepat.

    “Industri nuklir telah belajar dari pilot SMR di China dan Rusia bahwa tidak ada yang ingin mereproduksinya, dan tidak ada upaya untuk mendapatkan lisensi di negara Barat mana pun,” kata Schneider.

    Perlukah energi nuklir untuk tujuan iklim?

    Pada pertemuan puncak iklim 2023 di Dubai, energi nuklir untuk pertama kalinya tercantum di antara teknologi rendah emisi yang dibutuhkan untuk mencapai “pengurangan emisi gas rumah kaca yang luas, cepat, dan berkelanjutan.”

    Laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim 2022 PBB juga menyebutkan nuklir, dengan mengatakan bahwa “tidak mungkin semua sistem energi rendah karbon di seluruh dunia akan bergantung sepenuhnya pada sumber energi terbarukan.”

    Meskipun mengakui bahwa angin dan matahari bisa berperan besar dalam mendorong transformasi energi, analis masih mengeluhkan ketidakandalan energi terbarukan, yang bergantung pada ketersediaan matahari dan angin.

    Sejak konferensi iklim Dubai, sebanyak 31 negara — di antaranya negara nuklir utama seperti Prancis, Inggris, Amerika Serikat, dan Jepang — telah berjanji untuk melipatgandakan kapasitas pada tahun 2050. Negara-negara non-nuklir seperti El Salvador, Jamaika, Moldova, dan Mongolia juga berniat serupa.

    Namun, laporan WNISR 2024 bernada skeptis terhadap janji pengembangan energi nuklir. Dengan mencantumkan serangkaian potensi hambatan seperti biaya tinggi, waktu konstruksi, dan kurangnya kapasitas industri, laporan tersebut menunjukkan bahwa untuk melipatgandakan kapasitas terpasang saat ini, lebih dari 1.000 reaktor baru akan dibutuhkan.

    Bahkan dengan SMR yang menyumbang sejumlah besar energi, “ratusan atau bahkan ribuan pembangkit perlu dibangun untuk mendekati tujuan itu,” kata Schneider dalam wawancara Desember 2023 dengan Bulletin of the Atomic Scientists.

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris

    (haf/haf)

  • HONOR-Erajaya Teken MoU Penjualan Online, Ritel & Distribusi di Indonesia

    HONOR-Erajaya Teken MoU Penjualan Online, Ritel & Distribusi di Indonesia

    Jakarta

    HONOR dan Erajaya Group (Erajaya) menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk penjualan online, ritel dan distribusi di Indonesia. Melalui kerja sama ini, HONOR dan Erajaya akan menyediakan produk dan layanan berkualitas.

    Adapun produk yang disediakan antara lain smartphone, laptop, tablet, wearables, dan lainnya. Erajaya bersama HONOR juga akan berkolaborasi dalam kegiatan distribusi, membangun channel penjualan, kegiatan ritel, dan aktivitas pemasaran lokal di Indonesia.

    “Kami sangat antusias dapat bermitra dengan Erajaya Group untuk melayani pelanggan di Indonesia. Erajaya adalah merek terpercaya bagi jutaan konsumen Indonesia, termasuk bagi banyak masyarakat di segmen premium menengah yang memiliki potensi tinggi untuk tertarik dengan produk dan penawaran kami. Kami tidak sabar untuk menyambut masa depan cerah dari kolaborasi yang luar biasa ini,” kata President HONOR of South Pacific Justin Li dalam keterangannya, Kamis (9/1/2024).

    Sebelumnya, HONOR baru saja mengumumkan rencananya untuk masuk ke Indonesia dan membuka 10 experience stores pada akhir tahun ini. HONOR akan membawa produk dari setiap kategori dalam portofolionya ke pasar, dengan total sekitar 30 produk dalam tahun pertamanya.

    Sebagai informasi, penandatanganan MoU berlangsung di Shenzhen, Tiongkok. Acara ini turut dihadiri antara lain, H.E. Djauhari Oratmangun, Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok dan Mongolia; George Zhao, CEO of HONOR; Justin Li, President of HONOR Pasifik Selatan; Budiarto Halim, President Director/CEO of Erajaya Group; dan Jong Woon Kim, Deputy CEO of Erajaya Digital.

    Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi HONOR secara online di www.honor.com.

    (sls/Honor)

  • China Bangun Tembok Tenaga Surya Raksasa, Buat Pasokan Listrik Beijing

    China Bangun Tembok Tenaga Surya Raksasa, Buat Pasokan Listrik Beijing

    Jakarta, CNN Indonesia

    China tengah membangun tembok tenaga surya raksasa sepanjang 400 kilometer dengan produksi listrik mencapai 100 gigawatt.

    Tembok tenaga surya ini berada di desa Chaideng di kota Ordos, wilayah otonom Mongolia Dalam. Tembok tenaga surya ini merupakan bagian dari proyek reklamasi gurun energi surya yang ambisius yang dikenal sebagai “tembok fotovoltaik besar”, yang membentang di sepanjang tepi utara Gurun Kubuqi.

    Proyek besar ini tidak dapat menyaingi Tembok Besar China yang telah ada saat ini. Namun,menurut wakil direktur biro kehutanan dan padang rumput Ordos Liu Tianyun, tembok ini direncanakan akan membentang sekitar 400 kilometer dengan lebar rata-rata 5 kilometer.

    Target tersebut akan membuat proyek ini menjadi rekor baru dalam hal luas area untuk ladang fotovoltaik di China dan akan menghasilkan kapasitas terpasang sebesar 100 gigawatt pada saat seluruh tembok rampung.

    Sebagai perbandingan, Beijing mengonsumsi 135,8 miliar kWh listrik per tahun atau sekitar 372 juta kWh listrik per hari. Dengan solar panel berkapasitas 100 gigawatt, tembok ini bisa memasok keseluruhan kebutuhan listrik kota tersebut.

    Hingga saat ini, kota Ordos sendiri telah menginstalasi 5,42 gigawatt tenaga surya di atas lebih dari 133 km2 lahan berpasir.

    Dikutip dari China Daily, Gurun Kubuqi memiliki lahan yang luas dan terbuka yang sempurna untuk pembangkit listrik tenaga surya. Selain menghasilkan listrik, proyek tenaga surya lokal juga telah terbukti membantu mengurangi badai pasir dan desertifikasi yang sering terjadi di daerah tersebut.

    Lebih lanjut, proyek tembok tenaga surya ini memelopori pendekatan inovatif, dengan panel surya penghasil listrik yang ditempatkan di bagian atas, sehingga memungkinkan tanaman tumbuh di atas tanah dan ternak kecil dapat merumput.

    Panel surya juga dapat mengurangi penguapan air tanah sekitar 20 hingga 30 persen sekaligus memberikan keteduhan dari sinar matahari dan tempat berlindung dari angin, yang mendukung pertumbuhan tanaman. Dengan tanaman dan unggas yang tumbuh subur di tempat teduh, pendekatan ini disebut memberikan manfaat ekonomi dan ekologi.

    Di beberapa daerah gersang, irigasi bertenaga surya juga diadopsi untuk lanskap gurun yang hijau. Untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan gurun yang menantang, Negeri Tirai Bambu terus mengembangkan inovasi dalam modul fotovoltaik.

    Modul fotovoltaik menggunakan teknologi bifasial dan sel efisiensi tinggi yang dapat menangkap sinar matahari dari kedua sisi, memanfaatkan reflektivitas permukaan berpasir yang tinggi untuk meningkatkan produksi tenaga listrik sekitar 8 persen.

    Masa pakai modul juga telah diperpanjang dari 25 tahun menjadi 30 tahun dengan penggunaan bahan enkapsulasi kaca ganda. Jarak minimum antara panel fotovoltaik dan tanah telah disesuaikan menjadi sekitar 2,5 meter, sehingga memberikan ruang yang cukup bagi orang dan alat berat agar dapat bergerak dengan mudah untuk pekerjaan pertanian.

    Kota Ordos, yang juga dikenal dengan sumber daya batu baranya yang melimpah, memiliki beberapa tambang batu bara besar yang tersebar di seluruh Gurun Kubuqi. Air buangan yang telah diolah dari tambang batu bara tersebut disalurkan dari tambang-tambang ke pembangkit listrik tenaga surya dan dimanfaatkan untuk membersihkan panel-panel surya dan menyirami tanaman.

    (lom/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • China Bangun ‘Tembok Besar’ PLTS 400 Km, Bisa Listriki Seisi Beijing

    China Bangun ‘Tembok Besar’ PLTS 400 Km, Bisa Listriki Seisi Beijing

    Jakarta

    China membangun proyek ambisius untuk menopang kebutuhan energi dengan sumber yang ramah lingkungan bernama Solar Great Wall. Panel surya dipasang di sekitar kawasan gurun di Kota Ordos, Mongolia Dalam membentuk model seperti Tembok Besar China.

    Proyek ini dikembangkan untuk menggabungkan produksi listrik dengan energi terbarukan dan upaya untuk mencegah degradasi lahan di Ordos. Mengingat banyak daerah di Ordos minim penghuni dan memiliki sinar matahari yang optimal setiap tahun.

    Dikutip dari laporan China Daily, Kamis (2/1/2024), proyek raksasa ini membentang sepanjang 400 kilometer (km) dengan lebar rata-rata jajaran panel surya 5 km. Proyek ini tidak hanya menjanjikan untuk memasok listrik berkelanjutan ke Beijing dan daerah sekitarnya, tetapi juga akan memberikan kontribusi substansial bagi pelestarian Sungai Kuning yang menjadi sungai induk China.

    Dengan total kapasitas terpasang sebesar 100 juta kilowatt, proyek yang diluncurkan awal 2024 lalu itu diharapkan dapat menghasilkan 180 miliar kWh listrik per tahun pada 2030 saat sudah mulai beroperasi. Jumlah listrik sebesar itu, bisa dijadikan sumber utama untuk menghidupi kebutuhan energi Beijing.

    Pada tahun lalu, konsumsi listrik Beijing hanya 135,8 miliar kWh saja. Artinya, apabila produksi dari Ordos 180 miliar kWh listrik dialirkan ke Beijing, jumlahnya masih sisa banyak.

    Proyek Solar Great Wall ini terletak di tepi selatan Sungai Kuning dan tepi utara Gurun Kubuqi, salah satu gurun besar di China. Secara keseluruhan, pemasangan panel surya dilakukan di hampir 27 juta hektare (ha) padang pasir. Pemasangan panel surya ini juga akan membantu mencegah erosi tanah karena panasnya matahari dan angin gurun, dengan demikian hal tersebut dapat mengurangi sedimen yang masuk ke Sungai Kuning.

    Rencananya, 133 km Solar Great Wall akan dibangun di wilayah tersebut, dan lebar rata-rata bagian tersebut dirancang sepanjang 25 km. Total kapasitas energi terbarukan yang bisa dibuat akan mencapai 19 juta kWh pada akhir dekade ini.

    Itu akan menghasilkan produksi daya hijau tahunan 38 miliar kWh, yang mengarah pada penghematan yang setara dengan hampir 12,6 juta metrik ton batu bara standar dan pengurangan emisi karbon dioksida 31,3 juta ton. Pada 2030, proyek ini akan mampu menyalurkan 48 miliar kWh listrik hijau setiap tahunnya ke wilayah Beijing-Tianjin-Hebei melalui saluran transmisi listrik tegangan sangat tinggi yang sedang dibangun.

    (hal/ara)

  • Pertemuan bilateral RI – Mongolia bahas peningkatan kerja sama

    Pertemuan bilateral RI – Mongolia bahas peningkatan kerja sama

    Selasa, 10 Desember 2024 09:10 WIB

    Duta Besar Republik Indonesia untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun (kanan) memberikan karangan bunga kepada Menteri Luar Negeri Mongolia Battsetseg Batmunkh (kiri) saat melakukan pertemuan bilateral di Kementerian Luar Negeri Mongolia di Ulan Bator, Mongolia, Senin (09/12/2024). Dalam pertemuan tersebut membahas peningkatan kerja sama di bidang investasi, perdagangan, pariwisata hingga rencana kunjungan pejabat tinggi negara guna mempererat hubungan bilateral kedua negara. ANTARA FOTO/Desca Lidya Natalia/foc.

    Duta Besar Republik Indonesia untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun (kiri) melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Mongolia Battsetseg Batmunkh (kanan) di Kementerian Luar Negeri Mongolia di Ulan Bator, Mongolia, Senin (09/12/2024). Dalam pertemuan tersebut membahas peningkatan kerja sama di bidang investasi, perdagangan, pariwisata hingga rencana kunjungan pejabat tinggi negara guna mempererat hubungan bilateral kedua negara. ANTARA FOTO/Desca Lidya Natalia/foc.