Negara: Mesir

  • Desakan Hamas Agar Agresi Israel Setop atau Tak Ada Sandera Dibebaskan

    Desakan Hamas Agar Agresi Israel Setop atau Tak Ada Sandera Dibebaskan

    Jakarta

    Hamas mendesak agar agresi Israel segera disetop. Jika tidak, kelompok yang menguasai Jalur Gaza itu memastikan tidak akan ada pembebasan sandera lagi sampai Israel menyetujui ‘penghentian agresi sepenuhnya’.

    Dilansir BBC, Jumat (22/12/2023), Hamas menyampaikan desakan ini di tengah upaya perundingan gencatan senjata. Israel menyatakan telah membunuh lebih dari 2.000 pejuang Hamas di Gaza sejak gencatan senjata awal bulan ini ketika lebih dari 100 sandera dibebaskan. Sekitar 120 orang yang diculik dari Israel pada 7 Oktober diyakini masih ditahan di Gaza.

    Upaya terus dilakukan di PBB untuk mengeluarkan resolusi mengenai perang. Amerika Serikat (AS), yang mendukung Israel, mengatakan pihaknya mempunyai kekhawatiran serius terhadap rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB.

    Gencatan senjata selama seminggu pada bulan ini juga membawa peningkatan aliran bantuan ke Gaza di mana PBB telah memperingatkan bahwa penduduk Gaza berisiko mengalami kelaparan jika perang antara Israel dan Hamas terus berlanjut. Negosiasi mengenai gencatan senjata baru juga sedang berlangsung di Kairo, Mesir, meski pembicaraan awal pada pekan ini tidak menghasilkan kesepakatan apapun.

    “Ada keputusan nasional Palestina bahwa tidak boleh ada pembicaraan mengenai tahanan atau kesepakatan pertukaran kecuali setelah penghentian agresi sepenuhnya,” demikian pernyataan Hamas.

    Namun, Hamas tidak menyebut faksi Palestina mana yang dimaksud dalam pernyataan tersebut. Jihad Islam, sebuah kelompok kecil di Jalur Gaza, termasuk di antara mereka yang diketahui juga menyandera Israel.

    Pernyataan Hamas itu telah menempatkan pemerintah Israel pada posisi yang sangat sulit. Mereka berpendapat bahwa cara terbaik untuk membebaskan sandera adalah dengan memberikan tekanan militer terhadap Hamas dan dengan melakukan operasi penyelamatan.

    Pemerintah Israel juga mendapat tekanan besar dari keluarga para sandera yang masih ditahan dan beberapa orang mengatakan bahwa strategi kekerasan tidak berhasil. Hamas terus memberikan tekanan pada Israel untuk menghentikan perang tersebut, namun tanpa adanya jaminan bahwa kelompok tersebut akan menghentikan aksi bersenjatanya.

    Pemerintah Israel pun enggan untuk menghentikan pertempuran sampai mereka merasa telah benar-benar menurunkan kemampuan Hamas dan mereka merasa belum melakukan hal tersebut. Hal tersebut akan menjadi kekecewaan besar bagi masyarakat Gaza, yang sangat ingin menghentikan perang ini.

    Sebagai informasi, perang di Gaza pecah usai Hamas dan sekutunya menerobos perimeter yang dijaga ketat Israel pada tanggal 7 Oktober. Serangan Hamas itu menyebabkan 1.200 orang tewas.

    Israel kemudian mendeklarasikan perang dan menyerang Gaza. Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas menyebutkan jumlah korban tewas secara keseluruhan di Gaza sejak 7 Oktober mencapai lebih dari 20.000 orang, termasuk 8.000 anak-anak dan 6.200 wanita.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Gaza Bakal Hadapi Kelaparan Jika Perang Israel Vs Hamas Lanjut

    Gaza Bakal Hadapi Kelaparan Jika Perang Israel Vs Hamas Lanjut

    Gaza

    Badan Pangan PBB mengatakan seperempat rumah tangga atau sekitar 500.000 orang menghadapi ‘kondisi bencana’ di Gaza, Palestina. Badan Pangan PBB mengatakan penduduk di wilayah tersebut, yang berjumlah sekitar 2,2 juta orang, menderita kekurangan pangan akut.

    “Tidak ada seorang pun di Gaza yang aman dari kelaparan,” kata Cindy McCain dari Program Pangan Dunia (WFP) PBB seperti dilansir BBC, Jumat (22/12/2023).

    “Akses kemanusiaan diperlukan saat ini agar pasokan dapat mengalir ke dan ke seluruh Gaza dan agar warga sipil dapat menerima bantuan penyelamatan nyawa dengan aman,” sambungnya.

    Laporan tersebut diterbitkan pada hari Kamis (21/12) oleh Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC), yang merupakan badan PBB dengan fungsi menilai status ketahanan pangan di tempat-tempat yang terkena dampak konflik atau bencana alam.

    “Jumlah komoditas, termasuk makanan, yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza sebagian besar tidak mencukupi,” demikian isi pernyataan itu.

    Truk-truk memang telah membawa bantuan ke Gaza dari Mesir selama berminggu-minggu, namun WFP baru-baru ini memperkirakan bahwa hanya 10% dari makanan yang dibutuhkan saat ini sudah masuk ke wilayah tersebut. Pada hari Rabu, konvoi yang membawa bantuan dari Yordania menyeberang ke Gaza melalui Israel untuk pertama kalinya sejak dimulainya perang.

    Sementara itu, Dewan Keamanan PBB sedang berusaha menyetujui pemungutan suara yang menyerukan lebih banyak bantuan untuk masuk ke Gaza. Pemungutan suara telah ditunda selama beberapa hari karena perdebatan soal isinya.

    Rancangan baru ini bertujuan untuk menciptakan mekanisme untuk mempercepat bantuan, namun jelas bahwa hal itu akan melibatkan pihak-pihak terkait seperti Israel. Pernyataan tersebut juga menyerukan agar semua rute yang tersedia digunakan untuk pengiriman tetapi tidak berupaya untuk segera mengakhiri pertempuran.

    Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, menggambarkannya sebagai ‘resolusi sangat kuat yang didukung penuh oleh kelompok Arab’. Sementara itu, pertempuran di dalam dan sekitar Gaza terus berlanjut.

    Pihak berwenang Hamas pada hari Kamis menuduh Israel menyerang penyeberangan Rafah – menewaskan empat orang, termasuk direktur penyeberangan Kerem Shalom yang baru dibuka kembali. Militer Israel belum mengomentari insiden yang dilaporkan tersebut.

    Pembicaraan telah berlangsung di Mesir untuk mencapai gencatan senjata baru – serupa dengan jeda pertempuran selama seminggu bulan lalu yang menyebabkan para sandera dibebaskan. Namun pada hari Kamis, mereka mengalami kemunduran ketika Hamas mengatakan mereka tidak akan menyetujui pembebasan beberapa sandera sebagai imbalan atas gencatan senjata parsial.

    Dikatakan bahwa kelompok-kelompok Palestina telah menolak prospek pembebasan lebih banyak sandera sampai Israel setuju untuk mengakhiri perang. Israel telah berulang kali menolak gencatan senjata permanen dengan Hamas, dan mengatakan bahwa hal itu bertujuan untuk menghancurkan kelompok tersebut.

    Lebih dari 240 sandera Israel ditangkap pada tanggal 7 Oktober ketika Hamas menerobos perimeter yang dijaga ketat dengan Israel, menewaskan 1.200 orang. Sebanyak 110 sandera dibebaskan dalam gencatan senjata bulan lalu.

    Awal pekan ini, Hamas mengatakan jumlah orang yang tewas di Gaza dalam 10 minggu pertempuran telah melampaui 20.000 orang.

    (haf/dhn)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kesaksian WN Thailand 51 Hari Disandera Hamas di Terowongan Bawah Tanah Gaza

    Kesaksian WN Thailand 51 Hari Disandera Hamas di Terowongan Bawah Tanah Gaza

    Jakarta

    “Saya beruntung atau tidak?” Wichian Temthong merenungkan pertanyaan ini. “Saya kira saya beruntung, sebab saya masih di sini, masih hidup.”

    Pria yang bekerja sebagai buruh tani ini adalah satu dari 23 warga Thailand yang disandera, kemudian dibebaskan Hamas bulan lalu.

    Kini pria berusia 37 tahun ini kembali ke negaranya, tinggal di kamar kecil di kota pinggiran selatan Bangkok yang menjadi kawasan industri bersama istrinya, Malai.

    Walaupun dia selamat, tapi tiga pria muda Israel yang ditemuinya sewaktu ditahan rupanya tidak selamat. Mereka ditembak mati secara tidak sengaja oleh tentara Israel.

    Wichian bertandang ke Israel akhir September silam, seperti kebanyakan orang Thailand dari kawasan miskin di bagian timur laut negara itu, yang mencari nafkah di ladang-ladang Israel dengan harapan gaji lebih tinggi.

    Setelah sembilan hari, Wichian ditugaskan di perkebunan alpukat di Kibbutz Kfar Aza.

    Pada pagi pertamanya di sana – tanggal 7 Oktober – Wichian terbangun mendengar suara tembakan.

    Namun seiring dengan tembakan yang makin intens menjelang tengah hari, mereka memutuskan untuk mengunci diri di salah satu bangunan.

    Belum selesai menutup pintu bangunan, pria-pria bersenjata sudah mendobraknya, salah satu dari mereka memegang granat.

    Mereka mulai memukuli orang-orang Thailand ini dengan popor senapan.

    “Saya tengkurap seperti ini dan berteriak Thailand, Thailand, Thailand,” tutur Wichian seraya menunjukkan bagaimana kedua tangannya diletakkan di belakang kepala.

    “Tetapi mereka tetap memukuli saya. Yang bisa saya lakukan adalah tetap menundukkan kepala. Satu orang menghentakkan kakinya kepada saya. Saya merangkak ke bawah tempat tidur untuk bersembunyi.

    Saya berusaha mengirim pesan teks kepada istri saya, untuk bilang kepadanya saya diculik, tetapi mereka memboyong saya keluar dengan menarik kaki saya.”

    HOSTAGE AND MISSING FAMILIES FORUMDari kiri ke kanan: Alon Shamriz, Yotam Haim dan Samer Talalka

    Wichian akhirnya dibawa ke dalam terowongan-terowongan yang terletak jauh di bawah tanah Gaza, dan ditahan di sana selama 51 hari.

    Ini adalah cobaan yang menyedihkan, sebab dia satu-satunya orang Thailand di selnya.

    Dia tidak bisa berbahasa Inggris, sehingga hanya bisa berkomunikasi melalui gambar-gambar dan gerakan tangan.

    Kondisinya sangat muram. Para sandera hanya diberi makan sehari sekali; terkadang tidak lebih dari sepotong roti dan satu buah kurma kering.

    “Ketika saya mengalami stres berat mereka akan datang dan berbincang dengan saya, untuk menenangkan, tetapi saya tidak mengerti mereka.

    “Satu-satunya cara saya bertahan adalah dengan memikirkan wajah anak-anak saya, istri saya, dan ibu saya.”

    “Saat tidak ada lagi yang bisa dilakukan, saya cuma duduk bersandar ke dinding dan meditasi. Saya terus membatin mengenai hal yang sama berulang-ulang, bahwa saya harus bertahan hidup.”

    Wichian mengenang sandera-sandera lain yang disekap bersamanya di dalam terowongan; tiga orang Israel – Yotam, Sammy dan Alon – yang tetap berada di tahanan setelah Wichian dibebaskan, tetapi kemudian ditembak mati tentara-tentara Israel yang gugup setelah mereka keluar dari sekapan dan mengibarkan bendera putih, Jumat lalu.

    Wichian baru saja membaca berita tersebut, lengkap dengan foto-foto mereka, ketika kami datang untuk mewawancarainya.

    “Setiap hari teman-teman asing saya berusaha untuk saling mendukung satu sama lain. Kami akan berjabat tangan dan adu kepalan tangan.

    “Mereka menghibur saya dengan memeluk saya dan menepuk pundak saya. Tapi kami hanya bisa berkomunikasi dengan gerakan tangan.”

    Wichian mengetahui bahwa Yotam adalah pemain drum, dan Sammy gemar mengendarai motornya, dan bekerja di peternakan ayam. Wichian berupaya mengajarkan mereka beberapa kata dalam bahasa Thailand.

    Dia bercerita dua dari sandera Israel itu sudah disekap bersamanya sejak hari pertama. Yang ketiga bergabung bersama mereka pada 9 Oktober.

    Wichian berkisah para penyekap mereka tidak memperlakukan sandera dengan kejam, tetapi dalam beberapa minggu pertama di bawah tanah kadang-kadang mereka dipukuli dengan kabel listrik.

    “Kami selalu lapar. Kita hanya bisa menyesap air. Sebuah botol besar harus bisa untuk bertahan empat hingga lima hari, botol kecil untuk dua hari.”

    BBC/LULU LUOWichian dalam foto-foto ini bersama istri dan kedua anaknya. Ia mengatakan, akan kembali ke Israel untuk mendapatkan kesempatan menambah penghasilan dan menabung lebih banyak lagi.

    Dia benar-benar menderita karena tidak bisa mandi. Mereka diperbolehkan tidur siang hari, tidak pada malam hari. Mereka selalu dalam keadaan lembab – tidak ada yang bisa kering di terowongan bawah tanah.

    Wichian menyibukkan diri dengan berusaha membersihkan area tempat hidup mereka. Dia bahkan membantu penjaga-penjaga Hamas yang datang ke dalam terowongan setelah bom menghantam tempat itu.

    Satu bulan kemudian, keempat sandera dipindahkan ke terowongan baru. “Sekitar pukul 19.00, mereka membawa kami ke atas. Tapi begitu saya melihatnya, hati ini rasanya ingin lari kembali ke terowongan bawah tanah.

    “Anda bisa melihat cahaya terang di mana-mana dari pertempuran udara. Saya mendengar pesawat tanpa awak, terbang dari segala penjuru, dan suara tembakan. Kami harus berlari selama 20 menit, berusaha untuk menghindari pesawat tanpa awak.”

    Wichian berujar para penyekapnya mendorong dirinya untuk menghitung hari di sebuah kalender, dan bahkan membawakannya jam, sebab Wichian terus menanyakan waktu kepada mereka.

    Akhir dari penderitaan Wichian tiba-tiba saja datang. “Mereka datang menunjuk ke saya dan berkata kamu, kamu pulang, Thailand.”

    Dia melihat sinar mentari siang hari untuk pertama kalinya setelah 51 hari, dan dirinya diserahkan kepada Palang Merah, lalu dibawa melintasi perbatasan ke Mesir.

    “Selama saya di bawah sana tidak pernah sekalipun saya meneteskan air mata. Namun begitu saya naik, dan melihat dua orang Thailand lainnya dibebaskan, saya memeluk mereka dan menangis sejadi-jadinya.”

    “Kami berpelukan bersama, dan duduk dengan air mata berlinang, bertanya kepada diri kami sendiri bagaimana bisa kami selamat.”

    “Begitu saya kembali ke Thailand mereka memberi saya nama baru. Mereka memanggil saya si penyintas dan Tuan Banyak Untung.”

    Kendati demikian, Wichian tetap harus membayar utang yang cukup besar – sekitar 230,000 Thai baht (Rp101,9 juta) – untuk membayar ongkos kepergiannya ke Israel. Dia tidak sempat memperoleh penghasilan selama berada di sana.

    Jadi, sama seperti istrinya, Wichian mengambil pekerjaan di sebuah pabrik. Gajinya rendah – hanya sekitar 800 baht (Rp354,851) per hari. Mereka tidak bisa menabung banyak. Kedua anak mereka tinggal bersama kakek dan neneknya di kampung halaman mereka di Provinsi Buri Ram.

    Wichian sesekali susah tidur, dan terbangun memanggil-manggil ibunya. Tapi, dia mengaku berkeinginan untuk kembali ke Israel, demi kesempatan untuk menambah penghasilan, dan menabung lebih banyak lagi.

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel-Hamas Terbuka untuk Gencatan Senjata Terbaru, Tapi…

    Israel-Hamas Terbuka untuk Gencatan Senjata Terbaru, Tapi…

    Gaza City

    Israel dan Hamas dilaporkan sama-sama terbuka untuk gencatan senjata terbaru dan pembebasan sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza. Namun demikian, masih ada sejumlah perbedaan pendapat soal bagaimana hal itu akan dilaksanakan.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (18/12/2023), informasi tersebut diungkapkan oleh dua sumber keamanan Mesir, yang menjadi salah satu mediator dalam kesepakatan gencatan senjata yang dicapai oleh Israel dan Hamas pada akhir November lalu.

    Qatar dan Amerika Serikat (AS) juga turut menjadi mediator dalam kesepakatan gencatan senjata yang berlangsung selama sepekan pada akhir November lalu, dan diwarnai pembebasan sandera oleh Hamas yang ditukar dengan pembebasan tahanan Palestina oleh Israel.

    Dituturkan oleh dua sumber keamanan itu bahwa Mesir dan Qatar bersikeras mempercepat bantuan dan pembukaan perlintasan perbatasan Kerem Shalom sebelum negosiasi terbaru dimulai. Kerem Shalom merupakan perlintasan perbatasan yang menghubungkan Jalur Gaza dengan Israel dan Mesir.

    Meskipun perlintasan perbatasan itu dibuka, menurut sumber keamanan yang dikutip Reuters, bantuan kemanusiaan masih tertunda karena adanya inpeksi di perbatasan dan masih belum bisa masuk ke wilayah Jalur Gaza.

    Harapan untuk perdamaian mencuat pada Sabtu (16/12) waktu setempat, ketika seorang sumber mengungkapkan bahwa kepala badan intelijen Israel telah berbicara dengan Perdana Menteri (PM) Qatar sehari sebelumnya atau pada Jumat (15/12) waktu setempat.

    Hamas, menurut sumber-sumber yang dikutip Reuters, bersikeras menetapkan secara sepihak daftar sandera yang akan dibebaskan, dan menuntut agar pasukan militer Israel mundur ke posisi di belakang garis yang telah ditetapkan di Jalur Gaza.

    Sementara Israel, masih menurut sumber-sumber tersebut, menyetujui jika Hamas yang menetapkan daftar sandera yang akan dibebaskan tersebut.

    Namun Tel Aviv juga menuntut adanya batas waktu dan meminta diperbolehkan melihat daftar sandera sebelum menetapkan waktu maupun durasi gencatan senjata terbaru.

    Disebutkan juga oleh sumber-sumber itu bahwa Israel menolak untuk menarik mundur posisi pasukan militernya di Jalur Gaza.

    Pertempuran antara Israel dan Hamas berlanjut di Jalur Gaza sejak gencatan senjata berakhir pada awal Desember. Laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza menyebut sedikitnya 18.800 orang tewas akibat rentetan serangan Israel sejak awal Oktober lalu.

    Sebanyak 70 persen dari angka tersebut merupakan wanita dan anak-anak.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Silakan Kontak Hamas jika Mau Resolusi

    Silakan Kontak Hamas jika Mau Resolusi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Duta Besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Gilad Erdan melontarkan pernyataan nyinyir di PBB dengan meminta para anggota mengontak Hamas jika mau resolusi soal gencatan senjata.

    Saat sidang Majelis Umum yang ditayangkan saluran Youtube PBB pada Rabu (13/12), Erdan terlihat mengangkat papan yang bertuliskan “untuk panggilan gencatan senjata: +970-599373765 bertanya kepada Yahya Sinwar (pemimpin Hamas).”

    “Ini adalah nomor telepon untuk kantor Hamas di Gaza,” ungkap Erdan dalam rekaman video akun Youtube Sidang Majelis Umum PBB.

    Pada sidang tersebut, Erdan menyatakan kekecewaan atas resolusi DK PBB yang tidak menyebutkan Hamas sama sekali.

    Resolusi ini hanya akan memperpanjang kematian dan kehancuran di regional.

    “Pada 6 Oktober, terjadi gencatan senjata dan itu dilanggar bukan oleh Israel, tetapi oleh 3.000 Nazi yang menginvasi kota, memperkosa perempuan, berperilaku buruk kepada bayi, membakar kehidupan keluarga dan dengan sengaja memusnahkan penduduk sipil yang tidak bersalah,” kata Erdan

    “Dengan memberikan suara mendukung resolusi ini, Anda mendukung kelangsungan teror Jihadis dan penderitaan yang terus berlanjut bagi masyarakat Gaza,” imbuhnya.

    Erdan mempertanyakan tindakan negara-negara yang memperhatikan penduduk Yahudi di Israel dengan menyetujui gencatan senjata.

    Kesepakatan gencatan senjata yang berakhir pada 1 Desember juga dilanggar oleh Hamas dengan menolak membebaskan perempuan, sandera medis, dan melanjutkan penembakan roket ke Israel.

    Menurut Edan tidak ada hukuman yang dijatuhkan kepada Hamas atas pelecehan yang dilakukan kepada perempuan Israel dan tindakannya memulai perang. Justru adanya resolusi semakin mendukung perbuatan terorisme Hamas.

    “Gencatan senjata berarti satu hal dan hanya satu hal, memastikan bertahannya Hamas, memastikan bertahannya genosida teroris yang berkomitmen untuk menolak pemilihan Israel dan Yahudi,” kata Erdan.

    Sidang Majelis umum ini dilaksanakan sehari sebelum pemungutan suara resolusi yang menghasilkan suara 153 negara mendukung, 10 menentang, dan 23 abstain.

    Duta Besar Mesir Osama Mahmoud Abdel Khalek Mahmoud mengatakan bahwa pengadopsian dan implementasi rancangan resolusi oleh Majelis Umum secara khusus menyerukan gencatan senjata untuk satu-satunya jaminan untuk menyelamatkan warga sipil yang tidak bersalah.

    “Kekerasan harus dihentikan. Oleh karena itu, saya sekali lagi menyuarakan tuntutan saya untuk segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan. Kami memiliki satu prioritas tunggal – untuk menyelamatkan nyawa.” kata Presiden Majelis Umum Dennis Francis.

    Amerika Serikat menjadi salah satu negara yang memberikan suara menentang resolusi tersebut. Mereka mengusulkan amandemen terhadap resolusi tersebut, namun tidak memperoleh suara mayoritas dalam pemungutan suara terpisah.

    “Kami mendukung pernyataan satu suara untuk mengecam Hamas atas tindakan terorisnya pada tanggal 7 Oktober. Mengapa begitu sulit untuk mengatakan dengan tegas bahwa membunuh bayi dan menembak mati orang tua di depan orang banyak? anak-anak mereka mengerikan, bahwa membakar rumah-rumah sementara keluarga berlindung di dalam dan menyandera warga sipil adalah hal yang menjijikkan?” ungkap Duta Besar Amerika Serikat Linda Thomas-Greenfield.

    (cpa/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Hanya 10 Negara di PBB Tolak Gencatan Israel-Hamas, Ada Tetangga RI

    Hanya 10 Negara di PBB Tolak Gencatan Israel-Hamas, Ada Tetangga RI

    Jakarta, CNN Indonesia

    Hasil pemungutan suara sesi khusus Sidang Majelis Umum (SMU) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York telah dilakukan untuk mendesak gencatan senjata antara pasukan Israel dan Hamas di Palestina, Selasa (12/12) sore waktu setempat.

    Hasilnya, 153 negara mendukung gencatan senjata dan hanya 10 negara yang menolak. Di antara negara yang menolak selain Israel dan Amerika Serikat terdapat negara tetangga Indonesia.

    Sementara sebanyak 23 negara lainnya memilih abstain. Di antara negara yang abstain yaitu Inggris, Argentina, Italia, dan Ukraina.

    Dikutip dari CNN, voting dilakukan setelah Mesir menggunakan resolusi 377A untuk mendesak Majelis Umum PBB membahas situasi di Gaza yang makin mengkhawatirkan.

    Resolusi 377A itu dipakai Mesir demi “melawan” Amerika Serikat yang memveto draf resolusi Dewan Keamanan PBB terbaru terkait gencatan senjata di Gaza pada pekan lalu.

    Upaya perancangan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) terkait gencatan senjata kemanusiaan di Gaza terus dicetuskan oleh berbagai negara untuk menghentikan perang.

    Resolusi ini kembali gagal mencapai kesepakatan karena veto yang diberikan Amerika Serikat.

    Resolusi yang diajukan Uni Emirat Arab (UEA) tidak hanya berkaitan dengan gencatan senjata, tetapi juga menuntut pembebasan tanpa syarat semua sandera dan pembukaan akses kemanusiaan, dikutip dari UN Press.

    Walaupun diblok oleh anggota tetap, naskah resolusi tersebut mendapat dukungan dari 13 anggota Dewan, termasuk tiga anggota tetap (Tiongkok, Perancis dan Federasi Rusia) dan Inggris abstain.

    Berikut daftar 10 negara yang tolak gencatan senjata terkait perang Israel-Hamas di PBB, salah satunya tetangga Indonesia.

    1. Austria
    2. Ceko
    3. Guatemala
    4. Israel
    5. Liberia
    6. Mikronesia
    7. Nauru
    8. Papua Nugini
    9. Paraguay
    10. Amerika Serikat

    (cpa/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Menlu Palestina: Israel Sengaja Bikin Warga Gaza Menderita Kelaparan

    Menlu Palestina: Israel Sengaja Bikin Warga Gaza Menderita Kelaparan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Menteri Luar Negeri Palestina Riyad Al Maliki Israel sengaja membuat warga di Gaza kelaparan, sebagai “senjata” untuk menduduki wilayah itu.

    Pernyataan itu muncul saat Al Maliki menyampaikan pidato di acara peringatan 75 tahun Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pada Selasa (12/12).

    “Saat ini, setidaknya satu juta warga Palestina di Jalur Gaza, setengah dari mereka adalah anak-anak, kelaparan, bukan karena bencana alam atau karena kurang bantuan,” kata Al Maliki, dikutip Reuters.

    Dia kemudian berujar, “Tidak, mereka kelaparan karena Israel sengaja menggunakan kelaparan sebagai senjata perang melawan penduduk [di wilayah] yang didudukinya.”

    Senada, Komisaris Tinggi PBB Volker Turk menggambarkan situasi di Gaza diambang kehancuran.

    “Ini adalah seruan tegas bagi semua orang dan lembaga internasional yang menangani masalah ini, agar menanggapi masalah ini dengan sangat serius dan mengambil tindakan,” ucap Turk.

    Sementara itu, pejabat Israel membantah tuduhan Menlu Palestina.

    Pejabat tersebut mengklaim Israel justru mendorong peningkatan pengiriman makanan ke Gaza dari Mesir. Ia lalu menyalahkan kelambanan sebagai penyebab bantuan macet.

    “Ini, tentu saja tak senonoh. Tuduhan yang mencemarkan nama baik dan bersifat khayalan,” ungkap pejabat itu.

    Israel melancarkan agresi ke Palestina pada 7 Oktober. Mereka juga mendeklarasikan perang terhadap Hamas.

    Selama operasi, Israel menyerang warga dan objek sipil seperti rumah sakit hingga kamp pengungsian.

    Israel dan Hamas sempat gencatan senjata pada 24 November dan diperpanjang dua kali hingga berakhir pada 30 November.

    Usai gencatan senjata berakhir, Israel kian brutal menyerang Gaza. Imbas agresi mereka, total korban meninggal di Palestina mencapai lebih dari 18.000 jiwa.

    (isa/dna)

  • VIDEO: Majelis Umum PBB Sahkan Resolusi Gencatan Senjata di Gaza

    VIDEO: Majelis Umum PBB Sahkan Resolusi Gencatan Senjata di Gaza

    Jakarta, CNN Indonesia

    Majelis Umum PBB berhasil mengesahkan resolusi berisikan gencatan senjata segera antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza Palestina pada Selasa (12/12).

    Hal ini disahkan dalam rapat darurat, usai Mesir menggunakan resolusi 377A demi “melawan” AS yang memveto draft Dewan Keamanan PBB terbaru terkait gencatan senjata di Gaza pekan lalu.

    Sebanyak 153 negara mendukung resolusi tersebut, 10 negara menentang dan 23 negara lainnya abstain.

    Resolusi Majelis Umum PBB memang memiliki arti penting secara politis dan dipandang memiliki bobot moral yang tinggi.

    Namun, resolusi ini tidak mengikat seperti resolusi yang disahkan Dewan Keamanan PBB sehingga tak menjamin Israel bakal mematuhinya.

  • Apakah Resolusi 377A PBB Bisa Bantu Loloskan Resolusi soal Gaza?

    Apakah Resolusi 377A PBB Bisa Bantu Loloskan Resolusi soal Gaza?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Mesir dan Mauritania memakai Resolusi 377A untuk menggelar rapat darurat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), merespons kegagalan Dewan Keamanan (DK) PBB mengadopsi resolusi gencatan senjata di Gaza.

    Kedua negara memanfaatkan resolusi 377A untuk mendesak majelis umum bersidang dan membuat rekomendasi usai DK PBB gagal mengeluarkan resolusi buntut veto Amerika Serikat.

    “Dengan tidak adanya gencatan senjata dan mengingat pelanggaran berat yang sedang berlangsung terhadap hukum internasional, termasuk hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia, dan pelanggaran terhadap resolusi PBB yang relevan… situasi di Wilayah Pendudukan Palestina, termasuk Yerusalem Timur, khususnya di Jalur Gaza, kondisinya terus memburuk secara dramatis,” bunyi surat bersama yang dibagikan Majelis Umum PBB seperti dikutip CNN.

    Presiden Majelis Umum PBB Dennis Francis mengatakan rapat darurat akan berlangsung pada Selasa (12/12) sekitar pukul 15.00 waktu New York, AS.

    Apakah Resolusi 377A bisa bantu meloloskan resolusi di Dewan Keamanan PBB soal gencatan senjata di Gaza?

    Resolusi UNGA (United Nations General Assembly) 377A dikenal sebagai “Uniting for Peace” atau “Resolusi Bersatu untuk Perdamaian”.

    Resolusi tersebut menyatakan jika DK PBB tak mampu melaksanakan tanggung jawab utama menjaga perdamaian global karena kurang suara, maka Majelis Umum PBB bisa mengambil tindakan.

    Majelis Umum bakal memiliki wewenang untuk menggelar pertemuan melalui Sekretaris Jenderal PBB, demikian dikutip Al Jazeera.

    Pertemuan ini bertujuan membuat rekomendasi soal tindakan kolektif termasuk “penggunaan kekuatan bersenjata bila diperlukan.”

    Setidaknya satu anggota DK PBB atau sekelompok anggota Majelis Umum harus mendukung resolusi agar ini bisa berlaku.

    Pada 1956, Resolusi 377A digunakan untuk merespons Krisis Suez. Berkat resolusi ini, pasukan penjaga perdamaian pertama PBB dibentuk.

    Resolusi ini pada akhirnya membantu menyelesaikan invasi tripartit Israel, Inggris, dan Prancis ke Mesir dan Gaza, demikian dikutip dari The New Arab.

    Kendati begitu, semua resolusi dan rekomendasi Majelis Umum PBB tak mengikat secara hukum. Artinya, usulan itu bisa saja diabaikan tanpa konsekuensi apa pun.

    Pakar studi konflik dari Universiti Malaya, Muhammad Danial Azman, mengatakan badan yang memiliki pengaruh dan otoritas tertinggi di PBB ialah Dewan Keamanan.

    “DK PBB adalah badan tertinggi dari sistem PBB dan memiliki keputusan akhir terhadap status quo sebuah resolusi,” kata Azman, seperti dikutip New Straits Times.

    Ia menegaskan, “Hanya resolusi yang disahkan DK PBB yang merupakan hukum internasional yang nyata dan bersifat mengikat.”

    Resolusi 377A ini sendiri diciptakan oleh Amerika Serikat dan disahkan Majelis Umum PBB pada 1950.

    Tujuan awal resolusi dibentuk yaitu untuk melawan Uni Soviet dan mencegah negara itu menghentikan Dewan Keamanan membantu Korea Selatan, yang diserang oleh sekutu Kremlin, Korea Utara.

    (blq/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Mesir Lawan AS Pakai Resolusi 377A sampai Hamas Balas ‘Ancaman’ Israel

    Mesir Lawan AS Pakai Resolusi 377A sampai Hamas Balas ‘Ancaman’ Israel

    Daftar Isi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Mesir menggunakan Resolusi 377A untuk melawan Amerika Serikat, yang kembali memveto resolusi soal Gaza di Dewan Keamanan PBB.

    Sementara itu usai diultimatum PM Israel Benjamin Netanyahu untuk menyerah di Gaza, kelompok Hamas membalas dengan menyebut tidak akan melepas sandera sebelum agresi Zionis dihentikan.

    Berikut Kilas Internasional hari ini, Rabu (13/12).

    Mesir dan Mauritania menggunakan Resolusi 377A untuk melawan Amerika Serikat yang memveto resolusi soal Gaza di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada pekan lalu.

    Resolusi UNGA (United Nations General Assembly) 377A ini dikenal juga sebagai “Resolusi Bersatu untuk Perdamaian”.

    Resolusi tersebut menyatakan jika DK PBB tak mampu melaksanakan tanggung jawab utama menjaga perdamaian global karena kurang suara, maka Majelis Umum PBB bisa mengambil tindakan.

    Untuk melawan veto AS, Mesir menggunakan Resolusi 377A (V) mengingat Gaza kian krisis.

    Sebuah rudal jelajah anti-kapal yang diluncurkan dari kawasan di bawah kendali kelompok Houthi Yaman menghantam sebuah kapal tanker komersial hingga menyebabkan kebakaran dan kerusakan.

    Seorang pejabat militer Amerika Serikat mengatakan serangan itu menghantam kapal tanker STRINDA di sekitar 60 mil laut utara Selat Bab al-Mandab, yang menghubungkan Laut Merah dan Teluk Aden, sekitar pukul 21.00 waktu setempat.

    Kapal tanker kimia itu berbendera Norwegia. STRINDA membawa minyak nabati dan biofuel di Malaysia dan sedang menuju Venesia, Italia, berdasarkan data perusahaan pelacakan kapal, Kpler.

    Tidak diketahui apakah STRINDA memiliki hubungan dengan Israel atau tidak.

    Kelompok Hamas menegaskan tidak akan ada pelepasan sandera Israel, sebelum agresi Negeri Zionis di Gaza berakhir.

    Hal ini disampaikan pejabat senior Hamas di Beirut, Osama Hamdan, yang menanggapi laporan bahwa Israel siap bernegosiasi untuk pertukaran tawanan.

    “Tujuan Israel, lewat kebocoran [pernyataan Netanyahu] yang sedang berlangsung, adalah untuk menghadapi tekanan internal,” kata Hamdan dikutip Al Jazeera.

    Sebelumnya isi percakapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan parlemen Knesset beberapa waktu lalu, bocor ke publik. Netanyahu mengatakan Israel akan terus melancarkan agresi, sampai Hamas kalah.

    (tim/dna)

    [Gambas:Video CNN]