Negara: Meksiko

  • Ekonom: Indonesia Perlu Bentuk Poros Ketiga Sikapi Perang Dagang AS-China – Halaman all

    Ekonom: Indonesia Perlu Bentuk Poros Ketiga Sikapi Perang Dagang AS-China – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ekonom senior Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini, melihat Indonesia perlu melakukan konsolidasi politik dengan membuat poros ketiga.

    Poros tersebut dinilai penting untuk menyikapi kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menetapkan tarif impor barang asal Indonesia sebesar 32 persen.

    “Pemerintah dalam hal ini presiden harus mengambil jalan politik juga karena akar masalah dari masalah ini adalah politik,” ujar Didik saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (10/4/2025).

    Ekspor Indonesia ke  Amerika Serikat sekitar 11-13 persen dari total ekspor ke seluruh dunia. Menurut Didik, bagian ini yang akan terkena dampak langsung.

    Jika ke depan ekspor ke AS ini terkena dampak penurunan sekitar 30 persen, maka dampaknya terhadap total ekspor Indonesia sekira 3-4 persen.

    “Porsi inilah yang harus segera digantikan dengan pasar baru dan kesepakatan baru dengan negara-negara lain, yang juga terkena dampaknya,” tutur Didik.

    Karena itu, ucap Didik, Indonesia sebagai negara besar perlu melakukan konsolidasi politik membuat poros ketiga, yakni bersama negara yang tergabung di Asean, Asia Timur dengan Jepang, Korea Selatan, Taiwan, India. Lalu juga dengan Amerika Latin, yakni Brazil dan Meksiko.

    “Sejatinya dan secara politik kesintingan Trump ini adalah head to head dengan China, kita tidak perlu masuk ke dalam kutub tersebut,” kata Didik.

    Didik mengatakan, penampilan dan langkah politik, diplomasi, diplomasi ekonomi dalam situasi ekonomi terguncang seperti ini perlu dilakukan mengingat akar masalah dari tarif Trump yang muncul tidak lain adalah langkah politik murni.

    “Jadi, sangat naif jika kita hanya merespon dengan kebijakan ekonomi dimana menurut Menteri Keuangan asas hukum dan teori ekonomi sudah tidak berlaku lagi,” sambungnya.

    Politik luar negeri ini, lanjutnya, juga mutlak harus ditumpangi dengan politik perdagangan, yang berorientasi di luar Amerika serikat dimana ada 88 persen ekspor Indonesia.  

    Diplomasi politik ke kawasan-kawasan Asean, Asia Timur, India, Amerika latin adalah peluang baru dalam era baru ketika AS sudah kalah bersaing dengan Cgina.

    “Kepanikan Trump hanyalah krisis transisi sejarah dimana kekuatan ekonomi yang bergeser dari Atlantik ke Pasifik,” ucapnya.

    Pemerintah di dalam negeri harus menata kebijakan ekonomi dengan menjaga ketenangan makro ekonomi, menjaga tingkat inflasi agar kesejahteraan rakyat tidak tergerus, menjaga nilai tukar yang menjadi tanggung jawab Bank Indonesia (BI) agar tidak merosot.

    “Rencana industrialisasi dan hilirisasi tetap dijalankan sesuai rencana untuk memperkuat ekonomi dalam negeri,” imbuh Didik.

  • 11 Mayat Ditemukan di Meksiko Selatan, Diduga Korban Pembunuhan

    11 Mayat Ditemukan di Meksiko Selatan, Diduga Korban Pembunuhan

    Jakarta

    Sebanyak 11 mayat ditemukan di negara bagian Guerrero di Meksiko selatan. Mayat tersebut diduga korban pembunuhan antara geng-geng di wilayah tersebut.

    Dilansir AFP, Rabu (9/4/2025), Jaksa mengatakan mayat-mayat itu ditemukan Selasa malam di kotamadya Tecoanapa. Sementara media lokal melaporkan pembunuhan itu terjadi selama bentrokan antara geng-geng kejahatan terorganisir yang bersaing.

    Guerrero, yang terletak di pantai Pasifik selatan Meksiko, adalah satu dari enam dari 32 negara bagian yang menyumbang hampir setengah dari pembunuhan di Meksiko. Sebagian besar terkait dengan perdagangan narkoba.

    Pada bulan Oktober, wali kota ibu kota negara bagian Chilpancingo dipenggal hanya beberapa hari setelah menjabat.

    Guerrero juga merupakan rumah bagi resor pantai populer seperti Acapulco dan Zihuatanejo.

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ini bukti ekonomi Indonesia kuat dan tahan guncangan akibat aksi Trump

    Ini bukti ekonomi Indonesia kuat dan tahan guncangan akibat aksi Trump

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia di Jakarta, Selasa (8/4/2025) (ANTARA/Bayu Saputra)

    Ini bukti ekonomi Indonesia kuat dan tahan guncangan akibat aksi Trump
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 09 April 2025 – 14:21 WIB

    Elshinta.com – Kebijakan tarif Amerika Serikat kembali menjadi pusat guncangan pasar global. Kali ini, kebijakan tersebut datang dari pemerintahan Trump yang baru kembali berkuasa. 

    Dalam langkah agresifnya, AS menaikkan tarif impor terhadap produk-produk utama dari Tiongkok, memicu aksi balasan dari Beijing. 

    Efek domino langsung terasa di pasar keuangan global: investor global buru-buru melepas aset berisiko dan memindahkan portofolionya ke safe haven assets seperti dolar AS, emas, dan obligasi negara maju.

    Namun di tengah kepanikan ini, Indonesia justru menunjukkan ketahanan yang relatif baik dibandingkan banyak negara lain.

    Rupiah Stabil, Meski Tertekan

    Dari sisi nilai tukar, data Bloomberg yang diolah Kemenkeu menunjukkan rupiah hanya melemah 0,8% terhadap dolar AS dalam periode 2 hingga 8 April 2025. Ini tergolong stabil jika dibandingkan dengan negara lain seperti Brasil (-4,5%), Meksiko (-2,2%), atau bahkan Euro dan Yen yang masing-masing turun lebih dari 1%.

    Ini menunjukkan bahwa pasar valuta asing tidak terlalu panik terhadap kondisi di Indonesia, bahkan ketika pengumuman kebijakan tarif itu bertepatan dengan masa libur Lebaran di dalam negeri.

    “Nilai tukar rupiah relatif stabil meski ada pelemahan, tetapi dibandingkan negara lain seperti Jepang, kita masih lebih baik,” klaim Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

    IHSG Terkoreksi, Tapi Masih Dalam Kendali

    Meski begitu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi cukup tajam, yaitu -7,8% selama periode yang sama. Namun jika dilihat secara global, koreksi ini masih lebih baik dibandingkan Argentina (-14,0%), Vietnam (-13,8%), atau bahkan indeks Italia dan Jerman yang masing-masing turun lebih dari -10%.

    “Investor portfolio merespons negatif kebijakan RRT. Kita semuanya hari ini adalah hari pertama pembukaan bursa dan kita sudah melihat Indonesia tadi sesi yang kedua di bawah 8%,” sebut Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (8/4/2025).

    Artinya, pasar saham Indonesia masih mampu menahan tekanan eksternal lebih baik dari banyak negara lain, bahkan negara-negara maju.

    Obligasi Masih Diincar Investor

    Yang paling mencolok adalah kinerja pasar obligasi pemerintah Indonesia, yang justru mencatat inflow. Imbal hasil obligasi naik 9 basis poin, mengindikasikan adanya permintaan yang tetap kuat dari investor, terutama saat negara lain seperti Jepang (-24 bps), Arab Saudi (-20 bps), dan bahkan AS (-2 bps) mengalami penurunan yield akibat lonjakan permintaan yang menandakan flight to safety.

    Ini menandakan bahwa Indonesia masih dianggap memiliki daya tarik di mata investor, bahkan di tengah gejolak kebijakan proteksionis AS.

    Kenapa Kebijakan Tarif AS Picu Kepanikan?

    Kebijakan tarif yang diumumkan Trump bertujuan melindungi industri domestik AS, khususnya manufaktur dan teknologi. Namun, langkah ini langsung dibalas oleh Tiongkok dengan menaikkan tarif impor barang-barang dari AS, memperuncing tensi dagang dua ekonomi terbesar dunia.

    Efek langsungnya adalah peningkatan ketidakpastian global, perlambatan perdagangan, dan potensi inflasi karena naiknya harga barang impor. Bagi pasar keuangan, ini adalah sinyal bahaya, terutama bagi negara berkembang yang selama ini bergantung pada ekspor dan aliran modal asing.

    Apa Artinya untuk Indonesia?

    Meskipun IHSG terkoreksi dan rupiah melemah, pasar obligasi yang tetap diminati menunjukkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia dinilai cukup kuat oleh investor global. Cadangan devisa yang tinggi, inflasi yang terkendali, serta prospek pertumbuhan yang stabil menjadi bantalan penting di tengah ketidakpastian global.

    “Saya akui memang jauh lebih baik, sebab market merespon positif resiliensi perekonomian Indonesia,” kata Analis Mirae Asset Nafan Aji Gusta Utama.

    Namun, ke depan, pemerintah dan pelaku pasar tetap perlu waspada terhadap risiko lanjutan dari tensi dagang global ini. Koordinasi antara kebijakan fiskal, moneter, dan stabilitas pasar keuangan menjadi kunci menjaga kepercayaan investor di tengah guncangan eksternal.

    Sumber : Elshinta.Com

  • Tarif Trump Berisiko Sebabkan Inflasi dan Resesi Ekonomi AS Sendiri – Halaman all

    Tarif Trump Berisiko Sebabkan Inflasi dan Resesi Ekonomi AS Sendiri – Halaman all

    Tarif Trump Berisiko Sebabkan Inflasi dan Resesi Ekonomi AS Sendiri

    TRIBUNNEWS.COM – Tarif timbal balik yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump , yang diumumkannya pada Rabu (9/4/2025) sebagai “Deklarasi Kemerdekaan Ekonomi,” akan mengawali era baru dalam perdagangan global sekaligus meningkatkan kekhawatiran inflasi dan resesi bagi ekonomi AS .

    Trump menandatangani perintah eksekutif untuk mengenakan tarif timbal balik yang luas pada lebih dari 180 negara, mulai dari 10 persen hingga 50%, untuk mengakhiri praktik perdagangan, yang menurut pemerintahannya tidak adil.

    Pemerintahan Trump bermaksud menghasilkan hampir $700 miliar melalui tarif tambahan ini untuk membiayai pemotongan pajak bagi orang kaya.

    Tetapi para ekonom memperingatkan kalau hal ini akan mengakibatkan biaya impor yang lebih tinggi dan menaikkan harga bagi konsumen akhir sekaligus menghambat pertumbuhan ekonomi.

    Trump mengklaim AS “diperas” oleh semua negara, kawan atau lawan, dan bermaksud merevitalisasi produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan asing melalui tarif ini.

    Presiden AS lalu menandatangani perintah eksekutif untuk mengenakan tarif pada sektor otomotif, baja, dan aluminium serta tarif pada Kanada, Meksiko, dan China karena dugaan perdagangan gelap fentanil dan masuknya migran tak berdokumen ke AS.

    Presiden AS juga menunjuk negara-negara yang memiliki defisit perdagangan luar negeri dengan AS, yang menunjukkan kalau mereka tidak cukup membeli produk buatan Amerika.

    Sebagai informasi, Impor AS mencapai $4,1 triliun, dan ekspor mencapai $3,2 triliun tahun lalu, menurut Departemen Perdagangan AS.

    Khusus untuk China, AS awalnya mematok tarif 34% sebelum menaikkannya menjadi 104 persen hanya dalam beberapa hari.

    Adapun Uni Eropa dipatok tarif impor sebesar 20%, Vietnam 46%, Taiwan 32%, Jepang 24%, India 26%, Korea Selatan 25%, Thailand 36%, Swiss 31%, Indonesia 32%, Malaysia 24%,
    Kamboja 49%, Afrika Selatan 30%, Bangladesh 30%, dan Israel 17?lam tarif timbal balik.

    Beberapa negara, seperti Turki, Inggris, Brasil, Australia, Uni Emirat Arab, Selandia Baru, Mesir, dan Arab Saudi, masing-masing dikenakan tarif timbal balik sebesar 10%.

    Hal yang mengejutkan, beberapa negara yang paling terkena sanksi di dunia, yaitu Rusia, Kuba, Belarus, dan Republik Demokratik Korea, tidak dikenakan tarif timbal balik, sementara Kepulauan Heard dan McDonald yang tidak berpenghuni di Australia disertakan.

    PRESIDEN AS – Tangkapan layar YouTube White House pada Rabu (26/3/2025) yang menunjukkan Presiden Trump Singgah Bertemu Duta Besar AS pada Selasa (25/3/2025). Trump menanggapi sebuah artikel di The Atlantic yang mengungkapkan bahwa percakapan pejabat keamanan nasional AS tentang rencana menyerang Houthi Yaman bocor di sebuah grup chat. (Tangkapan layar YouTube White House)

    Dampak Tarif Trump Bagi AS

    Lab Anggaran di Yale memperkirakan kalau tarif Trump akan menyebabkan inflasi meningkat dan membebani biaya rata-rata $3.800 per rumah tangga di AS.

    Anderson Economic Group memperkirakan kalau tarif otomotif sebesar 25% yang diberlakukan Trump akan menambah biaya sebesar $2.500 hingga $5.000 untuk mobil-mobil Amerika berbiaya terendah dan hingga $20.000 untuk beberapa model impor.

    Perkiraan biaya tarif otomotif bagi konsumen akhir di AS adalah $30 miliar untuk tahun pertama.

    Sementara itu, inflasi AS terakhir tercatat sebesar 0,2% secara bulanan dan 2,8% secara tahunan pada bulan Februari.

    Menurut Boston Fed, dampak tarif pada inflasi AS diperkirakan akan menyebabkan peningkatan 1,4 hingga 2,2 poin persentase, yang selanjutnya membatasi kemampuan Fed (Bank Federal AS) untuk memerangi inflasi.

    Kepercayaan konsumen di AS telah menurun sejak Trump menjabat pada 20 Januari, dengan indeks kepercayaan konsumen Universitas Michigan mencapai titik terendah sejak November 2022 di angka 57,9, sementara ekspektasi inflasi konsumen jangka pendek naik menjadi 4,9%, level tertinggi sejak waktu yang sama.

    Mengenai pertumbuhan ekonomi, Fitch Ratings memperkirakan bahwa AS akan tumbuh lebih lambat dari tingkat yang diproyeksikan sebesar 1,7% pada bulan Maret karena adanya tarif Trump, sementara Oxford Economics memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS sebesar 1,4% tahun ini.

    Departemen Perdagangan AS mengatakan ekonomi AS tumbuh 2,8% tahun lalu, menandai perbedaan mencolok dalam proyeksi pertumbuhan tahun ini sejak masa jabatan kedua Trump dimulai pada bulan Januari.

    Analisis lembaga pemikir Tax Foundation yang berkantor pusat di Washington menunjukkan bahwa tarif Trump diperkirakan menghasilkan $3,2 triliun selama dekade berikutnya tetapi mengakibatkan kerugian 0,8?lam produk domestik bruto (PDB) negara tersebut.

     

    (oln/anews/*)

  • Korsel Guyur Insentif Rp33 Triliun untuk Sektor Otomotif yang Terdampak Tarif AS

    Korsel Guyur Insentif Rp33 Triliun untuk Sektor Otomotif yang Terdampak Tarif AS

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Korea Selatan resmi meluncurkan paket pendanaan darurat senilai 3 triliun won atau sekitar US$2 miliar untuk menopang industri otomotif yang terdampak kebijakan tarif impor terbaru dari Amerika Serikat (AS).

    Jika dikonversi ke rupiah, maka nilai insentif tersebut sekitar Rp33,6 triliun (asumsi kurs Rp16.800 per dolar AS). Langkah ini diambil sebagai bentuk respons terhadap kebijakan Presiden AS Donald Trump berupa tarif baru sebesar 25% atas seluruh impor kendaraan ke AS.

    Pasalnya, kebijakan Trump tersebut dinilai memberikan tekanan berat pada para produsen otomotif Negeri Ginseng, mengingat Amerika Serikat merupakan pasar ekspor utama bagi sektor tersebut.

    “Pemerintah Korea Selatan menyebut paket stimulus ini akan meningkatkan total pembiayaan berbiaya rendah yang tersedia bagi industri otomotif melalui lembaga-lembaga keuangan milik negara, naik 15% menjadi 15 triliun won,” tulis laporan Bloomberg, dikutip Rabu (9/4/2025).

    Alhasil, peningkatan bantuan ini diharapkan dapat menjaga likuiditas para pelaku industri, khususnya produsen komponen otomotif skala kecil dan menengah.

    Sebagai bagian dari rencana pemulihan ini, Hyundai Motor Co. dan Kia Corp juga akan membentuk program pembiayaan senilai 1 triliun won. Skema tersebut akan melibatkan kolaborasi dengan lembaga keuangan dan dana jaminan kredit, yang ditujukan untuk mempermudah akses terhadap obligasi dan pinjaman bagi para pemasok komponen.

    Selain itu, pemerintah juga memperpanjang masa berlaku subsidi pembelian kendaraan listrik hingga akhir tahun ini, guna mendorong permintaan domestik di tengah menurunnya ekspor. Di sisi lain, teknologi kendaraan otonom kini resmi ditetapkan sebagai teknologi strategis nasional dan akan mendapatkan insentif pajak tambahan.

    “Tarif impor baru ini diperkirakan akan memberikan dampak yang signifikan terhadap industri otomotif kami,” ungkap pemerintah Korea Selatan dalam pernyataan resminya.

    Diketahui, pada 2024, sektor otomotif menyumbang hampir separuh dari nilai ekspor Korea Selatan ke AS yang mencapai US$70,8 miliar.

    Bloomberg Economics mencatat bahwa Korea Selatan saat ini menghadapi kombinasi beban tarif ganda, yakni tarif timbal balik sebesar 25% dan tarif global 25% lainnya yang telah diterapkan untuk produk otomotif, baja dan aluminium.

    “Ini merupakan pukulan berat bagi ekonomi yang sangat mengandalkan ekspor,” ujar Analis Bloomberg Economics, Adam Farrar.

    Lebih lanjut, Farrar juga memperkirakan bahwa kebijakan tarif ini dapat memangkas ekspor Korea Selatan ke AS hingga 50% dan mengancam sekitar 2,5% dari produk domestik bruto (PDB) nasional.

    Sementara itu, Bloomberg Intelligence memproyeksikan dampak langsung terhadap pertumbuhan PDB sebesar 0,1 poin persentase.

    Perlu diketahui, Korea Selatan menempati peringkat ketiga sebagai eksportir kendaraan terbesar ke AS, setelah Meksiko dan Jepang, berdasarkan data dari Administrasi Perdagangan Internasional Departemen Perdagangan AS. Ketergantungan terhadap pasar Amerika menjadi perhatian serius bagi pelaku usaha dan regulator di Seoul.

    Meskipun Presiden Trump telah memuji komitmen Hyundai untuk menginvestasikan hingga US$21 miliar di AS dalam empat tahun ke depan, apresiasi tersebut tampaknya belum cukup untuk menghindarkan Korea Selatan dari kebijakan tarif yang agresif.

    Untuk mengantisipasi dampak lebih lanjut, pemerintah Korea Selatan telah mengutus Menteri Perdagangan Cheong Inkyo ke Washington guna melakukan perundingan bilateral. Tujuannya adalah menegosiasikan kemungkinan keringanan tarif terhadap ekspor otomotif Korea Selatan.

    Namun, hingga kini belum ada kepastian apakah lobi diplomatik tersebut akan membuahkan hasil. Kendati demikian, Trump menyatakan bahwa peluang kesepakatan dagang dengan Korea Selatan tampak menjanjikan usai melakukan pembicaraan via telepon dengan penjabat Presiden Korea Selatan, Han Duck-soo.

  • Harga HP dan Laptop Meroket Drastis Gara-gara Tarif Trump

    Harga HP dan Laptop Meroket Drastis Gara-gara Tarif Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kebijakan tarif yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump menimbulkan gejolak dan perang dagang. Tarif untuk semua impor sebesar 10% berlaku sejak 5 April 2025.

    Selanjutnya, tarif resiprokal ke 60 negara, termasuk Indonesia, efektif berlaku mulai 9 April 2025.

    Tarif merupakan biaya bea masuk yang harus dibayar oleh perusahaan AS yang mengimpor barang tertentu dari negara lain. Adapun besaran tarif resiprokal yang mulai berlaku hari ini beragam.

    Di Indonesia, tarif resiprokal yang diberlakukan Trump sebesar 32%. Sementara di China, tarif resiprokal 34%. Namun, seiring perkembangannya, tarif barang masuk dari China bisa menjadi 104%.

    Ketika perusahaan AS mengimpor barang dari negara dengan tarif tinggi, pada akhirnya biaya tambahan tersebut akan dibebankan ke konsumen akhir.

    Artinya, barang-barang impor dari negara lain yang masuk ke AS akan membuat harga jual ke masyarakat AS melambung tinggi.

    Profesor manajemen rantai pasokan dari Michigan State University, Jason Miller, memberikan contoh kenaikan harga barang elektronik di AS imbas tarif yang ditetapkan Trump.

    Misalnya, laptop seharga US$400 diimpor oleh peritel AS. Lantas, peritel itu menambah biaya margin kotor rata-rata 30%. Maka, konsumen akan membayar US$571.

    China mengekspor banyak laptop dan HP ke AS. Miller mengatakan perlu ditambahkan faktor tarif 104% untuk menentukan harga jual. Menurut hitungannya, kenaikan harga barang impor akan melambung mulai US$395-795, jika importir sepenuhnya membebankan biaya tarif tambahan ke konsumen.

    Alhasil, harga jual akhirnya menjadi US$966 atau setara Rp16 jutaan. Hal ini merepresentasikan inflasi 69% dan margin kotor peritel lebih rendah 18%. Singkatnya, konsumen akan membayar lebih dan peritel akan meraup untung lebih kecil.

    Banyak negara yang terdampak petaka tarif Trump. Secara umum, produk dari berbagai kategori akan mengalami lonjakan harga bagi pasar AS. Namun, Miler mengatakan barang elektronik akan menjadi salah satu yang harga jualnya paling naik, dikutip dari Wired, Rabu (9/4/2025).

    “Tak ada satu pun negara produsen barang elektronik yang tak terdampak tarif secara signifikan,” kata Miller. Negara-negara itu termasuk Vietnam, Taiwan, Jepang, India, dan China.

    Ia memprediksi penetapan tarif Trump bisa dinegosiasi untuk beberapa negara kecuali China. Hal ini, menurut Miller, akan membuat harga elektronik seperti laptop, HP, dan konsol game, naik gila-gilaan di AS.

    Miller juga menggarisbawahi bahwa AS selama ini memang sudah memberikan tarif impor untuk barang-barang dari China. Namun, hingga Januari 2025, AS memberlakukan kebebasan tarif (zaro-tariff) untuk barang-barang elektronik seperti HP dan laptop.

    Menurut Miller, jika masyarakat AS ingin mengganti HP dan laptop, sebaiknya membeli secepatnya sebelum harga naik. Meski tarif sudah berlaku sejak 9 April 2025, tetapi kenaikan harga akan membutuhkan waktu beberapa bulan. Pasalnya, peritel masih akan menghabiskan inventoris yang sudah tersedia sebelum kebijakan tarif berlaku.

    “Beli sekarang [barang elektronik]. Jangan menunggu karena itu tak masuk akal,” ujarnya.

    Miller juga membeberkan kategori produk lain yang akan terdampak selain elektronik, secara khusus produk yang berasal dari China. Sebagai catatan, China merupakan sumber impor terbesar kedua AS setelah Meksiko. Berikut daftar barang yang akan naik di AS menurut Miller:

    Perabot
    Sepatu
    Microwave dan oven
    Piring
    Linen dan gorden
    Mainan
    Panel surya
    Bahan bagunan
    kacang mete
    Lilin
    Kipas angin
    Komponen AC
    Alat golf
    Alat olahraga
    Keyboard
    Suku cadang otomotif
    Dekorasi rumah dan ornamen Natal
    Blender makanan
    Seafood

    Selain harga barang yang lebih mahal, Miller juga mewanti-wanti masyarakat AS untuk siap-siap melihat variasi produk yang lebih sedikit.

    “Importir akan memilih mengimpor barang yang paling menguntungkan dan laku di pasaran di tengah rezim tarif,” kata Miller.

    Ia mengatakan Apple masih akan mengimpor iPhone dari China, India, dan negara perakit lainnya. Namun, model-model HP lain yang kurang diminati di AS kemungkinan tak akan tersedia.

    Secara garis besar, iklim jual-beli di AS akan menantang ketika barang dijual dengan harga mahal. Pasalnya, di tengah tantangan ekonomi, masyarakat akan lebih berhati-hati mengeluarkan uang.

    (fab/fab)

  • Perang Dagang Berkobar, Ini Daftar Negara yang Pilih Balas Tarif AS

    Perang Dagang Berkobar, Ini Daftar Negara yang Pilih Balas Tarif AS

    Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah negara memilih untuk menyerang balik kebijakan tarif impor yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Negara tersebut di antaranya China, Kanada, dan Uni Eropa.

    Pekan lalu, Trump mengumumkan kebijakan tarif timbal balik kepada negara-negara yang dianggap merugikan AS. Merujuk pernyataan resmi Trump di situs resmi Gedung Putih AS, alasan pemberlakuan tarif impor bea masuk perdagangan itu adalah kurangnya timbal balik dalam hubungan dagang antara AS dengan negara-negara mitranya.

    Kemudian, faktor perbedaan tarif dan hambatan non-tarif, serta kebijakan ekonomi negara mitra dagang AS yang dinilai menekan dan upah konsumsi dalam negeri, dipandang sebagai ancaman yang tidak biasa terhadap ketahanan ekonomi negara adidaya itu.

    Melalui kebijakan itu, Trump menetapkan tarif impor sebesar 10% untuk semua negara, sedangkan negara-negara yang dianggap memiliki hambatan tinggi terhadap barang-barang AS menghadapi tarif lebih besar. 

    “Ini adalah deklarasi kemerdekaan kita,” kata Trump di Rose Garden, Gedung Putih, melansir Reuters pada Kamis (3/4/2025).

    Mengutip data Bloomberg Economics, sebanyak 15 negara menjadi penyumbang defisit neraca perdagangan terbesar dengan AS. China menempati posisi pertama dengan total nilai defisit mencapai US$295 miliar pada 2024.

    Posisi selanjutnya ditempati oleh Meksiko yakni sebesar US$172 miliar, diikuti Vietnam US$123 miliar, Irlandia US$87 miliar, Jerman US$85 miliar, dan Taiwan US$74 miliar.

    Jepang menyumbang defisit terhadap neraca perdagangan AS sebesar US$68 miliar, Korea Selatan US$66 miliar, Kanada US$64 miliar, dan India US$46 miliar.

    Kemudian, Thailand menyumbang defisit US$46 miliar, Italia US$44 miliar, Swiss US$38 miliar, Malaysia US$25 miliar, dan Indonesia US$18 miliar.

    Kendati begitu, tak semua negara penyumbang defisit terbesar diganjar tarif tinggi oleh Trump. Hanya Vietnam yang diketahui masuk dalam daftar negara penyumbang defisit neraca dagang AS terbesar, dan turut diganjar dengan tarif bea impor jumbo oleh Trump.

    Adapun, tarif yang dikenakan ke Vietnam adalah 46%, menjadikannya sebagai negara terbesar kelima yang dikenakan tarif jumbo oleh Trump. Posisi pertama ditempati Lesotho yakni 50%, diikuti Kamboja 49%, Laos 48%, dan Madagaskar 47%.

    Sementara itu, China dikenakan tarif sebesar 34%, Uni Eropa 20%, Bangladesh 37%, Thailand 36%, serta Taiwan dan Indonesia 32%.

  • Elon Musk Murka, Sebut Penasihat Trump Idiot

    Elon Musk Murka, Sebut Penasihat Trump Idiot

    Jakarta, CNBC Indonesia – Saham Tesla terus anjlok selama 4 hari berturut-turut gara-gara kebijakan tarif Trump yang menggemparkan dunia. Kondisi ini membuat CEO Elon Musk melontarkan kritik tajam terhadap penasihat perdagangan Presiden AS Donald Trump, Peter Navarro.

    Musk mulai menyindir Navarro sejak akhir pekan lalu lewat platform media sosial X. Ia menyebut gelar PhD ekonomi dari Harvard yang dimiliki Navarro sebagai hal buruk dan tidak ada manfaatnya. Namun, sindiran itu berubah menjadi hujatan terbuka seiring berjalannya waktu.

    Musk menyebut Navarro “benar-benar idiot” sebagai tanggapan atas pernyataan sang penasihat yang menyebut Tesla lebih sebagai “perakit mobil” ketimbang produsen mobil sejati.

    Musk menambahkan bahwa klaim Navarro itu salah dan menyebutnya lebih bodoh dari sekantong batu bata. Ia bahkan secara sarkastik meminta maaf kepada batu bata, lalu menyebut Navarro “berbahaya karena kebodohannya.”

    Pertikaian ini menjadi salah satu konflik publik paling panas antara tokoh dalam lingkaran Trump sejak sang mantan presiden menjabat pada 2017.

    Kritik Musk muncul di tengah pengumuman Trump soal tarif dagang baru terhadap lebih dari 180 negara dan wilayah, kebijakan yang ternyata juga menuai penolakan dari dalam kubu konservatif sendiri.

    Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt merespons konflik ini dengan santai.

    “Keduanya jelas punya pandangan berbeda tentang perdagangan dan tarif. Laki-laki ya seperti itu, kita biarkan saja mereka saling adu argumen di ruang publik,” ujarnya, dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (9/4/2025).

    Adik Musk, Kimbal Musk, yang juga duduk di dewan direksi Tesla, ikut menyuarakan kritik. Ia menyebut tarif itu sebagai pajak permanen untuk konsumen Amerika. Ia kemudian menyindir Navarro sebagai siswa C-minus yang seharusnya tidak main-main dengan isu serius seperti ini.

    Kritik tajam Elon Musk ini tak lepas dari tekanan yang dihadapi Tesla. Saham perusahaan anjlok 22% hanya dalam empat hari perdagangan, dan sudah turun 45% sepanjang tahun ini.

    Nilai pasar Tesla menyusut lebih dari US$585 miliar sejak awal tahun, menyebabkan kerugian besar bagi Musk secara pribadi.

    Kendati mobil Tesla dijual di AS dan dirakit secara lokal, yang membuatnya relatif aman dari tarif 25% atas mobil impor, biaya produksi perusahaan diprediksi melonjak karena tarif atas bahan baku dan komponen dari luar negeri, seperti baja dari Kanada dan Meksiko, serta sirkuit cetak dari Tiongkok.

    Berbicara di sebuah acara di Italia akhir pekan lalu, Musk justru mengungkapkan pandangan yang kontras dengan Trump. Ia menyuarakan dukungan terhadap zona perdagangan bebas antara Eropa dan Amerika Utara, tanpa tarif sama sekali.

    Masalah Tesla bukan cuma soal tarif. Pada Rabu, perusahaan melaporkan penurunan pengiriman kendaraan sebesar 13% dibanding tahun lalu pada kuartal pertama 2025, jauh di bawah ekspektasi analis. Laporan ini datang hanya dua hari setelah saham Tesla menutup kuartal terburuk sejak 2022.

    (fab/fab)

  • Tarif Trump Berisiko Sebabkan Inflasi dan Resesi Ekonomi AS Sendiri – Halaman all

    Trump Tuduh China Manipulasi Mata Uang untuk Meredam Dampak Tarif – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menyulut ketegangan dengan China.

    Kali ini terkait manipulasi mata uang untuk meredam dampak tarif perdagangan.

    Pernyataan ini disampaikan Trump dalam pertemuan Komite Kongres Nasional Republik, Selasa (8/4/2025) malam waktu setempat.

    “Anda harus mengakuinya. Mereka memanipulasi mata uang mereka hari ini sebagai kompensasi terhadap tarif,” ujar Trump seperti dikutip dari Al Jazeera.

    Komentar tersebut muncul di tengah jatuhnya nilai tukar Renminbi (RMB) atau yuan China ke titik terendah sejak tahun 2023.

    Pada minggu ini, RMB tercatat diperdagangkan pada 7,20 terhadap dolar AS, mencerminkan tren depresiasi yang memicu kekhawatiran di pasar global.

    Fluktuasi nilai tukar biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ketidakseimbangan perdagangan dan ketidakpastian politik.

    Namun dalam beberapa kasus, depresiasi mata uang bisa terjadi karena intervensi pemerintah secara langsung.

    Menurut analis, penurunan nilai RMB bisa memperkuat daya saing ekspor China di pasar global, sekaligus menyerap sebagian beban dari tarif tinggi yang diberlakukan Trump sebelumnya, yang mencapai 104 persen untuk produk tertentu dari China.

    Dengan RMB yang lebih murah terhadap dolar, harga barang-barang ekspor dari China menjadi relatif lebih terjangkau di pasar internasional, memberikan ruang manuver bagi Beijing dalam menghadapi tekanan dagang dari Washington.

    Profesor Oxford: Tarif Trump Bukan Obat

    Kebijakan tarif mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuai kritik keras dari kalangan akademisi.

    Ian Goldin, profesor globalisasi dan pembangunan di Universitas Oxford, menyebut kebijakan tarif Trump bukan solusi, melainkan bencana ekonomi.

    “Ini adalah ekonomi yang sangat buruk. Ini bukan, seperti katanya, obat untuk menyembuhkan penyakit. Ini racun,” ujarnya dalam wawancara dengan Al Jazeera.

    Goldin memperingatkan kalau rencana Trump akan membawa dampak besar, tidak hanya terhadap perekonomian AS, tetapi juga terhadap stabilitas ekonomi global.

    Diskriminatif dan Merusak Lapangan Kerja

    Menurut Goldin, tarif yang diusulkan Trump bersifat “sangat diskriminatif” terhadap negara-negara miskin, karena negara-negara tersebut kemungkinan akan menghadapi beban tarif yang lebih tinggi.

    Ia juga menilai kebijakan itu sangat merugikan bagi sektor lapangan kerja dan rantai pasokan dalam negeri Amerika Serikat sendiri.

    Ancaman terhadap Kerja Sama Global

    Goldin memperingatkan eskalasi kebijakan proteksionis ini dapat memperburuk ketegangan internasional dan menghambat kerja sama di berbagai bidang penting.

    Hal ini mencakup respons terhadap pandemi, krisis keuangan berikutnya, serta upaya global dalam menangani perubahan iklim.

    Risiko Resesi dan Sejarah yang Berulang

    Lebih jauh, ia memprediksi langkah-langkah Trump berpotensi memicu resesi, baik di AS maupun di negara-negara lain yang terdampak.

    “Dampaknya meluas hingga melampaui ekonomi dan memasuki periode yang sangat berbahaya,” katanya.

    Goldin bahkan membandingkan situasi saat ini dengan dekade 1930-an, ketika proteksionisme memicu naiknya gelombang nasionalisme dan akhirnya perang dunia.

    “Kita benar-benar harus berharap hal ini mereda sekarang, sehingga kita tidak sampai pada titik itu,” kata dia.

    Tidak Semua Kena Tarif

    Kebijakan tarif impor baru yang diterapkan Trump memicu dampak luas di berbagai sektor ekonomi global.

    Meski begitu, tidak semua produk impor terkena beban tarif baru ini.

    Secara umum, Amerika Serikat kini memberlakukan tarif dasar sebesar 10 persen pada seluruh impor, serta tambahan bea masuk lebih tinggi terhadap puluhan negara lainnya, sebagaimana dikutip dari lembar fakta resmi Gedung Putih.

    Trump juga menerapkan tarif timbal balik atau reciprocal tariff terhadap negara-negara yang dianggap memiliki defisit perdagangan besar dengan AS.

    Akibatnya, negara seperti China terkena tarif hingga 54 persen (20 persen tarif impor umum ditambah 34 persen tarif timbal balik).

    Sementara itu, total tarif yang dikenakan ke Indonesia bisa mencapai 64 persen.

    Namun, terdapat enam jenis barang yang dikecualikan dari tarif timbal balik tersebut, yaitu:

    Barang yang tercakup dalam ketentuan 50 USC 1702(b).
    Produk baja, aluminium, serta mobil dan suku cadangnya yang sudah dikenai tarif khusus lewat Section 232.
    Barang yang berkaitan dengan tembaga, farmasi, semikonduktor, dan kayu.
    Barang-barang yang berpotensi terkena Section 232 di masa depan.
    Emas batangan.
    Energi dan mineral tertentu yang tidak tersedia di wilayah Amerika Serikat.

    Khusus untuk Kanada dan Meksiko, tarif mengikuti peraturan berdasarkan International Emergency Economic Powers Act of 1977 (IEEPA) yang tetap berlaku dan tidak terpengaruh oleh aturan tarif baru ini.

    Artinya, selama barang yang diimpor dari Kanada dan Meksiko memenuhi ketentuan United States-Mexico-Canada Agreement (USMCA), maka tarif tetap 0 persen.

    Jika tidak memenuhi, tarif yang berlaku adalah 25 persen atau 10 persen untuk energi dan kalium.

    Namun jika perintah IEEPA soal migrasi atau fentanyl dihentikan, barang yang memenuhi USMCA tetap mendapat perlakuan khusus, sementara yang tidak memenuhi akan dikenakan tarif timbal balik sebesar 12 persen.

    Gedung Putih menegaskan kebijakan tarif timbal balik akan terus berlaku sampai Presiden Trump memutuskan ancaman defisit perdagangan dan perlakuan tidak adil dari negara mitra dagang telah diatasi.

    Bahkan, Trump membuka kemungkinan untuk menaikkan tarif jika negara mitra melakukan aksi balasan atau tidak menunjukkan itikad baik dalam perdagangan.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Lady Gaga Umumkan Konsernya di Australia Akhir Tahun Ini

    Lady Gaga Umumkan Konsernya di Australia Akhir Tahun Ini

    Saatnya Anda mengikuti rangkuman berita-berita yang bisa meningkatkan ‘mood’ dan membuat semangat.

    Kami akan membawa Anda ke festival multikultural di negara bagian Victoria, dalam Kabar Australia, edisi Rabu, 9 April 2025.

    Merayakan keberagaman budaya di Melbourne

    Saat Anda merasa dunia sedang terpecah akibat sejumlah konflik dan perang, sebuah festival besar di Spotswood, pinggiran barat Melbourne, hadir sebagai pengingat kalau dunia itu indah saat beragam budaya bertemu.

    Melalui seni, musik, makanan, dan cerita, Festival Multikultural Victoria (VMF) menjembatani perbedaan budaya dengan cara merayakannya bersama.

    Festival ini diselenggarakan oleh Komisi Multikultural Victoria, dengan merayakan berbagai budaya bangsa, termasuk budaya Aborigin Australia, kemudian Afrika, Yunani, Italia, Timur Tengah, Meksiko, Prancis, hingga India.

    Kurator Nardia Brancatisano mengikutsertakan musik tradisional Yunani dengan sentuhan kontemporer dalam grup Anagennisi Melbourne; tarian K-Pop dari grup 155cm; pertunjukan oleh grup Arab Marcel Khalife; tarian Bollywood oleh NB Dance; dan grup Afrika Firefly, menampilkan tarian dan permainan drum Afrika Barat, dalam festival yang digelar selama tiga hari tahun ini.

    Laporan selengkapnya bisa dibaca di sini.

    Harapan untuk katak Gippsland yang nyaris punah

    Bukan hanya budaya yang beragam, Australia juga dikenal dengan keberagaman flora dan faunanya.

    Di Kebun Binatang Melbourne, sebuah langkah kecil bagi sains, tetapi lompatan besar bagi dua katak Victoria, tengah berlangsung.

    Spesialis amfibi Zoos Victoria berhasil mengembangbiakkan dua spesies katak Victoria untuk pertama kalinya, yakni katak pohon Watson (Litoria watsonia) dan katak raksasa penggali dari selatan.

    Kedua katak tersebut berasal dari wilayah Gippsland di Victoria timur dan terancam punah.

    Katak pohon Watson terdaftar sebagai spesies yang terancam punah pada tahun 2022 karena kerusakan habitat yang besar yang disebabkan oleh kebakaran hutan.

    Para ilmuwan di Kebun Binatang Melbourne kini berharap bahwa langkah selanjutnya ini akan memastikan kelangsungan hidup spesies tersebut.

    Simak di sini untuk laporannya.

    Lady Gaga umumkan konser di Australia

    Lady Gaga mengumumkan tur dunianya, MAYHEM Ball, akan membawanya ke Australia setelah ia terakhir kali bernyanyi di sini 11 tahun yang lalu.

    Konser tersebut juga akan menjadi konser stadion pertamanya di Australia, dengan jadwal konser di Stadion Marvel Melbourne (5 Desember), Stadion Suncorp Brisbane (9 Desember), dan Stadion Accor Sydney (12 Desember).

    Lady Gaga terakhir kali tampil di Australia selama tur ArtRave: The Artpop Ball tahun 2014.

    Tur MAYHEM Ball, yang diproduksi oleh perusahaan hiburan raksasa Live Nation, akan dimulai di Mexico City pada tanggal 26 April dan akan melewati Singapura, Amerika Utara, Inggris, dan Eropa sebelum berakhir di Australia.

    Bisa diterusin bacanya di sini.