Negara: Libya

  • Sejarah Milad GAM yang Diperingati Tiap 4 Desember

    Sejarah Milad GAM yang Diperingati Tiap 4 Desember

    Jakarta, Beritasatu.com – Milad Gerakan Aceh Merdeka (GAM) diperingati setiap 4 Desember. Sebelum GAM berdamai dengan Pemerintah Indonesia pada 15 Agustus 2005, peringatan hari ulang tahun GAM dilakukan dengan upacara militer dan pengibaran bendera bulan bintang. Sekarang, perayaannya lebih sederhana, hanya dengan doa bersama.

    Sejarah milad GAM dimulai dari deklarasi Aceh merdeka oleh Muhammad Hasan di Tiro atau Hasan Tiro pada 4 Desember 1976 di Gunung Halimon, Kabupaten Pidie. Hasan Tiro memposisikan dirinya sebagai wali nanggroe atau wali negara Aceh. 

    Hasan Tiro merupakan cicit dari Teungku Muhammad Saman atau Teungku Chik di Tiro (1836-1891), ulama sekaligus pemimpin perang Aceh melawan Belanda yang diangkat sebagai pahlawan nasional. 

    Teungku Chik di Tiro pernah dinobatkan menjadi wali negara Aceh. Ia bertugas memimpin Kesultanan Aceh saat Sultan Muhammad Daud Syah masih kecil.   

    Hasan Tiro menasbihkan dirinya sebagai wali nanggroe dalam struktur GAM untuk melanjutkan perjuangan Teungku Chik di Tiro. Bagi Hasan Tiro, Aceh tidak pernah menyerah ke Belanda. Menurutnya, Aceh adalah negara berdaulat yang tidak pernah ditaklukkan oleh Belanda, sehingga ia menggugat penggabungan Aceh dalam NKRI.

    Deklarasi Aceh merdeka yang dikumandangkan oleh Hasan Tiro menjadi titik awal GAM melawan Pemerintah Indonesia yang dianggap bertindak tidak adil dan sewenang-wenang terhadap Aceh. 

    Berbeda dengan perlawanan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang dipimpin Teungku Daud Beureueh sebelumnya, tujuan perjuangan GAM adalah menjadikan Aceh sebagai negara berdaulat, pisah dari Indonesia. Meskipun perjuangan GAM ada benang merah dengan DI/TII. Pasalnya, Hasan Tiro adalah orang kepercayaan Daud Beureueh.

    Hasan Tiro sangat marah dengan militer Indonesia yang membantai ratusan orang dalam tragedi Pulot Cot Jeumpa di Leupung, Aceh Besar pada 1954. Pembantaian yang dikaitkan dengan DI/TII itu dimuat di beberapa media ternama seperti koran Indonesia Raya, Keng Po, bahkan New York Times, dan Washington Post yang terbit di Amerika Serikat.

    Hasan Tiro pernah menjadi perwakilan Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ia melaporkan pembantaian di Pulot Cot Jeumpa ke PBB dan membuat surat protes dengan menyatakan Indonesia melakukan genosida terhadap Aceh. Pemerintah Indonesia berang, akhirnya mencabut kuasa diplomat dari Hasan Tiro. 

    Hasan Tiro kemudian balik mendukung DI/TII dan ia pernah diminta agar diekstradisi oleh Indonesia. Tetapi, Pemerintah Amerika Serikat menjamin hidupnya di Negeri Paman Sam.

    Hasan Tiro hidup mapan sebagai pengusaha di New York dengan istrinya Dora, dan anak sematawayang Karim Tiro. Namun, Hasan Tiro tetap memikirkan Aceh meski paspor Indonesianya sudah dicabut pemerintah. 

    Hasan Tiro diam-diam pulang ke Aceh melalui Kuala Lumpur. Ia mengajak beberapa tokoh pemuda Aceh untuk membahas gagasan perjuangan. Kemudian diproklamasikan Aceh merdeka di Gunung Halimon, Pidie pada 4 Desember 1976.

    Setelah mendeklarasikan Aceh merdeka, Hasan Tiro sebagai wali nanggroe membentuk kabinet pemerintahan negara Aceh Sumatera. Menteri-menterinya terdiri dari anak-anak muda Aceh terdidik kala itu, seperti Husaini Hasan, Zubir Mahmud, Zaini Abdullah, Muchtar Lubis, Malik Mahmud Al-Haytar, Teungku Muhammad Usman Lampoih Awe, Amir Rasyid Mahmud, Daud Panuek, Ilyas Leubei, dan lainnya. 

    Setelah GAM berdiri, Hasan Tiro dan kawan-kawan gencar mengkampanyekan perlawanan terhadap Indonesia dan penyadaran sejarah Aceh. Akibatnya, Hasan Tiro menjadi buronan nomor satu Pemerintah Indonesia. Jakarta menggelar operasi militer dan mengirimkan pasukan dalam jumlah besar untuk menumpas GAM.

    Sikap represif pemerintah menghadapi GAM membuat Hasan Tiro dan kawan-kawan menyiapkan perlawanan secara militer. Hasan Tiro merekrut ratusan pemuda Aceh kemudian dikirim ke Libya untuk latihan militer. Sejak 1989, sebagian pasukan GAM lulusan Libya itu mulai menyusup ke Aceh. 

    Pemerintah Orde Baru kemudian menjadikan Aceh sebagai daerah operasi militer (DOM). Presiden Soeharto mengirim banyak tentara untuk membasmi GAM dengan sandi “operasi jaring merah”. Selama DOM diterapkan di Aceh sampai 1998, banyak pelanggaran HAM terjadi. Ribuan orang menjadi korban pembunuhan, penculikan, pemerkosaan, dan penyiksaan oleh tentara.

    Alih-alih menumpas GAM, pemberlakuan DOM justru membuat konflik Aceh makin panas. Tindakan brutal aparat keamanan selama DOM, membuat rakyat Aceh marah kepada Pemerintah Indonesia, sehingga banyak pemuda, terutama mereka keluarganya jadi korban kekejaman TNI, memilih bergabung dengan GAM untuk “tueng bila” . 

    Tueng bila atau balas dendam merupakan fenomena yang muncul dalam masyarakat Aceh jika merasa harga dirinya sudah dilecehkan. Tradisi tueng bila sudah ada sejak zaman kesultanan dan membudaya lagi di Aceh saat konflik GAM dan RI.

    Setelah gerakan reformasi meruntuhkan dinasti Soeharto pada 1998, pemberlakuan DOM di Aceh dicabut. Sejak itulah pasukan GAM yang pernah latihan militer di Libya pulang semua ke Aceh. Mereka turut merekrut pemuda-pemuda lokal, kemudian dilatih menjadi tentara. GAM makin kuat. Persenjataan mereka pun cukup lengkap.

    Awal 2000-an, konflik Aceh mencapai puncaknya. Hampir di setiap wilayah terjadi baku tembak antara GAM dengan pasukan TNI/Polri. Kecamuk perang di Aceh membuat sendi-sendi ekonomi lumpuh, bahkan pemerintah daerah tidak berjalan normal. Satu per satu nyawa melayang di tangan pihak bertikai. 

    Pemerintah Indonesia dan GAM sempat berupaya berunding dengan difasilitasi oleh lembaga Henry Dunant Center (HDC) yang berkedudukan di Swiss. Namun, perdamaian itu gagal sehingga Presiden Megawati Soekarnoputri memberlakukan darurat militer di Aceh sejak 19 Mei 2003 hingga 18 Mei 2004.

    Sejak darurat militer diumumkan Menkopolkam Susilo Bambang Yudhoyono, kondisi Aceh makin menjadi-jadi. Jakarta mengirim puluhan ribu TNI-Polri untuk melawan GAM yang diperkirakan hanya sekitar 5.000 orang. Kontak senjata antara GAM dan TNI-Polri terjadi di sana-sini. Korban jiwa terus berjatuhan. Dalam dua tahun darurat militer di Aceh, ribuan orang tewas.

  • Tindak Pidana Perdagangan Orang di NTB, Seorang Perempuan Ditangkap
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        24 November 2024

    Tindak Pidana Perdagangan Orang di NTB, Seorang Perempuan Ditangkap Regional 24 November 2024

    Tindak Pidana Perdagangan Orang di NTB, Seorang Perempuan Ditangkap
    Tim Redaksi
    SUMBAWA, KOMPAS.com
    – Seorang perempuan berinisial ES (58) ditetapkan sebagai tersangka oleh Satreskrim
    Polres Sumbawa Barat
    , Nusa Tenggara Barat (NTB), dalam kasus dugaan tindak pidana perdagangan orang (
    TPPO
    ).
    Kasat Reskrim Iptu I Kadek Suadaya Atmaja mengonfirmasi, kasus ini telah naik ke tahap penyidikan.
    “Benar, sudah ditetapkan tersangka yaitu seorang perempuan berinisial ES atas kasus TPPO,” kata Kadek saat dihubungi, Minggu (24/11/2024).
    Korban dalam kasus ini adalah seorang perempuan berinisial RL (39) tahun, warga Desa Tamekan, Kecamatan Taliwang, yang merupakan
    Pekerja Migran Indonesia
    (PMI) dan dipulangkan karena tidak sampai ke tujuan yang dijanjikan.
    Kadek menjelaskan, berdasarkan hasil penyidikan, tersangka menggunakan modus operandi dengan mendatangi rumah korban bersama suaminya untuk menawarkan pekerjaan di Abu Dhabi dengan iming-iming menjadi
    baby sitter
    .
    Untuk menarik minat korban, pelaku menjanjikan uang saku sebesar Rp 2 juta untuk keberangkatan, sehingga suami korban setuju untuk memberangkatkan istrinya.
    “Modus utama tersangka ini adalah iming-iming bekerja di Abu Dhabi, tetapi setelah korban diberangkatkan, ternyata ia dipekerjakan di Libya,” ujar dia.
    Rute penerbangan yang dilalui saat pemberangkatan adalah dari Bandara Sukarno Hatta menuju Abu Dhabi, kemudian ke Turki, dan akhirnya ke Libya.
    Rute ini dapat dibuktikan melalui paspor milik korban.
    Dalam praktiknya, tersangka ES bertindak sebagai perekrut, sementara RL sebagai calon PMI diantar untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di RSUD Asyi-Syifa Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat.
    Setelah hasil pemeriksaan, RL diserahkan kepada SL, yang bertugas mengurus pemberangkatan korban ke Bandara Internasional Zainudin Abdul Majid (Bizam) Lombok menuju Jakarta.
    “Setelah tiba di Jakarta, pengurusan paspor dan pemberangkatan dilakukan oleh seorang perempuan. Selama menunggu di penampungan rumah B selama satu bulan, RL baru diterbangkan ke luar negeri,” ungkap Kadek.
    Berdasarkan keterangan SL, ia memberikan keuntungan kepada tersangka ES sebesar Rp 5 juta sebagai perekrut.
    Polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti, termasuk paspor atas nama RL dengan nomor E1567126, fotokopi tiket pesawat BERNIQ tertanggal 23 Februari 2024, serta barang bukti lainnya.
    “Semua bukti ini memperkuat dugaan tindak pidana perdagangan orang yang dilakukan oleh tersangka,” tambahnya.
    Sementara itu, Kasi Humas Polres Sumbawa Barat Iptu Zainal Abidin menyatakan, pengungkapan kasus TPPO ini merupakan bagian dari upaya Polres KSB untuk mendukung Program 100 Hari Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto, khususnya dalam penegakan hukum dan perlindungan hak asasi manusia.
    “Kami berharap masyarakat terus berperan aktif memberikan informasi kepada pihak kepolisian jika menemukan aktivitas mencurigakan di lingkungan mereka,” kata dia.
    Polres Sumbawa Barat berkomitmen untuk meningkatkan pengawasan dan memperkuat sinergi dengan masyarakat dalam memerangi TPPO.
    “Kasus ini diharapkan menjadi peringatan keras bagi pelaku kejahatan serupa serta membangun kesadaran bersama untuk melindungi kelompok rentan dari eksploitasi dan tindak pidana perdagangan orang,” sebut Zainal.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pesawat Latih Mendarat Darurat, Kepala SAR Cilacap: Ada Masalah di Mesin

    Pesawat Latih Mendarat Darurat, Kepala SAR Cilacap: Ada Masalah di Mesin

    Cilacap, Beritasatu.com – Pesawat latih mendarat darurat di Pantai Cemara Sewu, Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, pada Senin (11/11/2024). Kedua awak pesawat  selamat.

    Kepala Kantor SAR Cilacap, M. Abdullah mengatakan sinyal distress atau tanda bahaya dari lokasi kejadian terdeteksi sekitar pukul 9.32 WIB.

    “Kami segera mengirim satu tim rescue ke lokasi kejadian untuk memeriksa kondisi pesawat dan personelnya,” jelas Abdullah kepada awak media di lokasi, Senin (11/11/2024).

    Abdullah menambahkan, pesawat latih dengan kode registrasi PK-PBC tersebut dikendalikan oleh dua siswa asal Libya, Rashid dan Yousuf. Mereka terbang dari Bandara Tunggul Wulung, Cilacap, dan berhasil selamat dari insiden tersebut.

    “Saat ini, keduanya dalam keadaan selamat,” kata Abdullah.

    Sementara itu, Kepala Bandara Tunggul Wulung, Suroso menjelaskan pesawat tersebut mendarat darurat karena ada engine failure.

    “Informasi terbang dari sana itu jam 08.30, 9.30 kontak tower untuk memberitahu kalau engine failure, jadi mereka cari tempat landing yang lebih dekat. Landing sekitar 150 m, kondisi pasir agar lembek jadi roda depannya langsung  menancap, amblas,” katanya.

    Terkait penyebab pasti insiden tersebut, pihaknya masih menunggu hasil investigasi dari KNKT.

    “Kami menunggu pihak KNKT untuk melakukan investigasi lebih lanjut guna mengetahui penyebab insiden ini serta memastikan pesawat bisa dikembalikan dengan aman ke Bandara Tunggul Wulung,” tandasnya.

  • Langkah OPEC+ Dorong Harga Minyak Naik Lebih dari 2 Persen

    Langkah OPEC+ Dorong Harga Minyak Naik Lebih dari 2 Persen

    Jakarta, Beritasatu.com – Keputusan OPEC+ terkait penundaan rencana peningkatan produksi selama satu bulan mendorong harga minyak dunia menguat lebih dari 2% pada perdagangan Senin (4/11/2024). Selain itu, hasil Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) juga memengaruhi harga minyak.

    Mengutip Reuters, Selasa (5/11/2204), harga minyak Brent naik 2,7% atau sebesar US$ 1,98 menjadi US$ 75,08 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS meningkat 2,85% atau US$ 1,98 menjadi US$ 71,47 per barel. Diketahui pada pekan lalu, harga Brent sempat anjlok 4% dan WTI turun 3%.

    OPEC+ pada Minggu (3/11/2024), umumkan perpanjangan pemotongan produksi sebesar 2,2 juta barel. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan produksi bulanan sebesar 180.000 bpr mulai Desember.

    Ahli strategi energi Macquarie Walt Chancellor mengatakan, perpanjangan ini memunculkan keraguan terhadap komitmen OPEC+ untuk meningkatkan pasokan pada 2025.

    “Pengumuman ini mungkin meredakan kekhawatiran akan perang harga OPEC+ yang baru,” ucapnya.

    Produksi minyak OPEC meningkat pada Oktober setelah Libya menyelesaikan krisis politik. Namun, peningkatan produksi dibatasi oleh komitmen Irak untuk memenuhi pemotongan produksi yang telah disepakati dalam aliansi OPEC+.

    Perusahaan Minyak Nasional (NOC) Libya menyebut, produksi minyak negara itu mendekati 1,5 juta bph.

    Selain itu, Pilpres AS juga membuat harga minyak naik karena persaingan dua kandidat yang kuat. Kamala Harris dan Donald Trump bersaing ketat di survei, sehingga memicu ketidakpastian pasar.

  • 10
                    
                        Kenapa Negara Arab Tidak Membantu Palestina atau Bersatu Melawan Israel?
                        Internasional

    10 Kenapa Negara Arab Tidak Membantu Palestina atau Bersatu Melawan Israel? Internasional

    Kenapa Negara Arab Tidak Membantu Palestina atau Bersatu Melawan Israel?
    Tim Redaksi
    GAZA, KOMPAS.com
    – “Di mana orang-orang Arab?! Di mana orang-orang Arab?!”
    Pertanyaan itu dilontarkan seseorang yang muncul dari puing-puing seraya menggendong anak-anak yang sudah meninggal. Dia berteriak tanpa daya ke arah kamera yang menyorotnya.
    Pertanyaan ini terus diulang oleh warga Gaza yang keheranan mengapa orang-orang di negara kawasan Arab tidak melindungi mereka dari pengeboman Israel.
    Setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 menewaskan 1.200 warga Israel terbunuh dan 250 orang lainnya diculik, semua mata langsung tertuju pada Timur Tengah.
    Seberapa jauh pembalasan yang akan dilakukan Israel? Bagaimana penduduk dan pemerintah Arab menanggapi guncangan kemanusiaan yang terjadi di wilayah tersebut?
    Pertanyaan pertama masih belum terjawab: Pengeboman Israel telah menghancurkan Jalur Gaza, merenggut nyawa lebih dari 42.500 warga Palestina, tetapi belum ada titik terang.
    Yang kedua adalah benar: Jika ada orang yang mengharapkan adanya protes besar di ibu kota utama dunia Arab, mereka akan kecewa.
    Adapun pemerintah negara-negara itu, “tanggapannya suam-suam kuku atau tidak sama sekali,” menurut Walid Kazziha, profesor ilmu politik di American University in Cairo (AUC), kepada
    BBC Mundo
    .
    Di luar kritik retoris terhadap Israel atau peran mediasi yang diadopsi oleh pemerintah seperti Qatar atau Mesir yang “murni sebagai perantara dan tidak mendukung Palestina,” kata Kazziha, tak satu pun negara-negara Arab memutuskan hubungan dengan Israel atau melakukan tindakan diplomatik dan tekanan ekonomi apa pun untuk mengakhiri perang.
    Mengapa perjuangan Palestina kehilangan relevansinya di antara pemerintah-pemerintah Arab di wilayah ini? Seperti hampir semua hal di Timur Tengah, jawabannya cukup rumit.
    Wilayah Timur Tengah tidak pernah benar-benar menjadi blok yang utuh dan homogen.
    Sepanjang sejarah, masyarakat Arab telah berbagi rasa identitas, bahasa, dan sebagian besar agama, serta kekhawatiran yang timbul dari pengaruh kolonial Eropa di wilayah tersebut.
    Namun, kepentingan pemerintah mereka terkadang berseberangan.
    Hubungan antara Palestina dan negara-negara Arab juga tidak mudah, terutama dengan negara-negara yang menerima sejumlah besar pengungsi setelah proklamasi Negara Israel pada 1948.
    Namun, perjuangan Palestina juga merupakan faktor pemersatu negara-negara Arab selama beberapa dekade.
    Selama periode ini, negara Israel dipandang “sebagai perpanjangan tangan dari kekuatan kolonial sebelumnya, yang telah menarik diri dari Timur Tengah,” menurut profesor kebijakan publik di Institut Pascasarjana Doha, Tamer Qarmout.
    “Israel sengaja ditempatkan di sana sebagai agen untuk melindungi kepentingan mereka, yang sebelumnya merupakan kepentingan Inggris dan Perancis, dan sekarang kepentingan Amerika Serikat,” ujar Tamer Qarmout kepada
    BBC Mundo
    .
    Perang yang dilancarkan terhadap Israel di masa lalu oleh negara-negara seperti Mesir, Suriah, dan Yordania tidak hanya untuk membela kepentingan nasional mereka, tetapi juga kepentingan Palestina, kata para analis.
    Namun, perang tersebut kini telah berlalu. Mesir dan Yordania telah menandatangani perjanjian damai dengan Israel beberapa dekade yang lalu.
    Maroko, Uni Emirat Arab dan Bahrain telah menormalisasi hubungan dengan Israel—negara yang hingga beberapa tahun lalu merupakan negara paria di wilayah tersebut.
    Bahkan Arab Saudi pun hampir melakukan hal yang sama sebelum 7 Oktober dan serangan Hamas.
    Bagi Dov Waxman, direktur Y&S Nazarian Center for Israel Studies di University of California, sejak awal konflik hingga hari ini, selama beberapa dekade terakhir, “masing-masing negara Arab mengikuti kepentingannya sendiri”.
    “Mereka berbicara tentang mendukung Palestina dan solidaritas, dan bukan berarti perasaan itu tidak tulus, tetapi pada akhirnya mereka mengikuti kepentingan nasional mereka.”
    “Ada banyak simpati terhadap bencana kemanusiaan yang dihadapi warga Gaza, dan mereka ingin pemerintah mereka berbuat lebih banyak. Mereka ingin hubungan diplomatik diputus. Mereka ingin para duta besar diusir, setidaknya ada tanggapan semacam itu,” ujar Fakhro.
    Namun, hal ini tidak terjadi.
    Menurut Imad K. Harb, direktur Riset dan Analisis di lembaga riset Arab Center di Washington, DC, “Pemerintah Arab telah lama meninggalkan Palestina.”
    Bagi Tamer Qarmout, ada sebuah titik balik yang telah mengubah seluruh dinamika di kawasan ini: pemberontakan rakyat yang mengguncang Timur Tengah dan Afrika Utara antara tahun 2010 dan 2012, yang dikenal dengan sebutan Kebangkitan Arab
    (Arab Spring).
    “Sejak saat itu, gelombang telah berubah sepenuhnya dan kegagalan pemberontakan ini telah membuat kawasan ini berada dalam ketidakpastian: banyak negara yang masih terbenam dalam konflik sipil, seperti Yaman, Suriah, atau Irak,” kata profesor dari universitas di Qatar ini.
    “Dua negara terakhir, yang merupakan negara sentral dan kuat dengan ide-ide politik yang dapat menantang AS, telah lenyap.”
    Di tengah keadaan krisis permamen ini, kendati bersimpati kepada Palestina, masyarakat Arab “merasa tak berdaya”, menurut Qarmout.
    “Mereka sendiri hidup di bawah tirani, otokrasi, dan kediktatoran. Dunia Arab berada dalam kondisi yang menyedihkan, orang-orang tidak memiliki kebebasan atau kemampuan dan aspirasi untuk hidup bermartabat,” kecam Qarmout.
    Meski begitu, respons sosial jauh lebih kuat daripada respons pemerintah, meskipun hal ini berkembang terutama di media sosial.
    Sejak
    Arab Spring
    , jalan-jalan di banyak negara di kawasan ini, seperti Mesir, menjadi terlarang bagi aktivisme.
    Jika dulu pemerintah otoriter mengizinkan masyarakat untuk melampiaskan rasa frustasi mereka dalam aksi demonstrasi membela Palestina, kini mereka khawatir protes semacam itu akan berujung pada hal yang lebih besar.
    Namun, itu bukan satu-satunya hal yang berubah dalam tahun-tahun penuh gejolak ini, ketika jutaan orang Arab turun ke jalan di negara-negara seperti Tunisia, Mesir, Libya, Suriah, Bahrain, dan Maroko untuk menuntut demokrasi dan hak-hak sosial.

    Arab Spring
    benar-benar merupakan guncangan dan mengubah dinamika dan prioritas banyak negara,” kata Qarmout.
    “Beberapa rezim lama tidak ada lagi dan yang lainnya berpikir bahwa mereka akan tertinggal, sehingga mereka panik, melihat ke kiri dan ke kanan dan mencari perlindungan.”
    “Banyak yang percaya pada gagasan yang dijual oleh Amerika Serikat bahwa Israel, sekutunya di kawasan itu, dapat melindungi mereka,” ujarnya.
    Perjanjian itu menjadi kesepakatan hubungan Barhain dan Uni Emirat Arab dengan Israel—perjanjian ini kemudian diikuti oleh Maroko dan Sudan.
    Lalu, dampak perjanjian ini kemudian datang. Washington, misalnya, mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Barat, yang membuat referendum penentuan nasib sendiri menjadi tidak mungkin.
    “Ketika kita melihat hubungan yang telah dibangun oleh negara-negara ini dengan Israel, kita melihat bahwa pada dasarnya bermuara pada Israel yang menjual sistem untuk memata-matai penduduk mereka sendiri,” kata Walid Kazziha.
    Dugaan kasus spionase menggunakan program Pegasus—yang dikembangkan oleh perusahaan Israel NSO Group—telah mempengaruhi Maroko, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan bahkan Arab Saudi, meskipun tidak memiliki hubungan resmi dengan Israel.
    Menurut
    The New York Times
    , Riyadh membeli program tersebut pada 2017 dan kehilangan akses ke program tersebut setelah pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada tahun berikutnya.
    Namun, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman berhasil memulihkan layanan setelah menelepon Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang melakukan intervensi untuk mengizinkan Saudi menggunakan perangkat lunak itu lagi, demikian laporan surat kabar Amerika tersebut.
    Hubungan Hamas dan Hizbullah dengan Iran juga menimbulkan kecurigaan di negara-negara Arab.
    Bagi negara-negara Teluk, misalnya, Iran adalah ancaman yang lebih besar daripada Israel. Banyak pemerintah Arab “telah mengadopsi narasi Israel dan Amerika bahwa gerakan-gerakan ini adalah perpanjangan tangan Iran di wilayah tersebut, dan bahwa mereka diciptakan untuk menyabotase proyek perdamaian regional dengan mengabaikan Palestina,” kata Qarmout.
    Ini adalah narasi yang didorong oleh sebagian besar media resmi di dunia Arab—sebuah wilayah di mana hampir tidak ada media independen, menurut para analis.
    “Bagi media Saudi, misalnya, perhatian utama bukanlah Palestina, tetapi bagaimana Iran mendapatkan tempat,” Kazziha berpendapat.
    Akan tetapi, negara-negara ini kemudian menjadi waspada terhadap kekuatan gerakan yang terus meningkat.
    “Ketika pintu-pintu tertutup bagi mereka dan tidak ada yang mau memberi mereka senjata untuk melawan Israel, mereka bersedia membantu penjahat untuk mendapatkannya,” tambahnya.
    Hal yang sama berlaku untuk Hizbullah dan kelompok-kelompok lain yang menerima dukungan dari Iran, tetapi juga ingin membela Palestina,
    Menurut Kazziha, ketika Iran dikedepankan sebagai promotor, maka orang-orang Arab tidak lagi menjadi tokoh utama.
    “Saya pikir ada beberapa gerakan Arab yang benar-benar tertarik untuk mendukung Palestina dan bahkan mati untuk mereka, seperti Hizbullah, Houthi di Yaman, dan beberapa gerakan Syiah di Irak,” ujar peneliti AUC tersebut.
    Selain kepentingan geostrategis dan krisis di negara-negara Arab, perjuangan Palestina telah dilupakan seiring berlalunya waktu.
    Konsep-konsep yang pernah membuat jantung Timur Tengah berdegup kencang, seperti pan-Arabisme, kini hanya menjadi gema masa lalu.
    “Sebagian besar generasi muda di wilayah ini bersimpati kepada Palestina, tetapi mereka tidak mengetahui dinamika konflik karena hal-hal tersebut tidak lagi diajarkan di sekolah-sekolah,” jelas Qarmout.
    “Pada 1960-an dan 1970-an, banyak negara Arab yang memiliki kurikulum sekolah yang lengkap tentang Palestina, namun saat ini masyarakat telah berubah dengan kekuatan globalisasi, bahkan identitas,” jelas Qarmout,” katanya.
    Hal yang sama juga terjadi pada para pemimpin baru.
    “Di negara-negara Teluk, misalnya, ada generasi pemimpin baru seperti Mohamed Bin Salman dari Arab Saudi, yang sebagian besar berpendidikan Barat, yang tidak pan-Arab dan tidak melihat Palestina sebagai sebuah isu,” jelas Qarmout.
    “Prioritas mereka berbeda dan begitu pula ambisi mereka,” cetusnya.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Meta AI Kantongi 500 Juta Pengguna, Mau Jadi Asisten AI Paling Banyak Dipakai – Page 3

    Meta AI Kantongi 500 Juta Pengguna, Mau Jadi Asisten AI Paling Banyak Dipakai – Page 3

    Di samping itu, Meta juga telah mengumumkan kalau Meta AI akan menjangkau lebih banyak pengguna di seluruh dunia. Lewat pengumuman terkini, perusahaan telah menambah daftar negara yang mendukung layanan tersebut.

    Mengutip informasi dari GSM Arena, Kamis (10/10/2024), Meta AI kini secara resmi hadir di enam negara baru yakni Inggris, Brasil, Bolivia, Guatemala, Paraguay, dan Filipina.

    Khusus pengguna di Filipina, Meta bahkan memungkinkan mereka untuk berinteraksi menggunakan bahasa Tagalog. Selain enam negara tersebut, chatbot AI ini juga dipersiapkan untuk hadir ke 15 negara lainnya.

    Negara itu adalah Algeria, Mesir, Indonesia, Irak, Yordania, Libya, Malaysia, Maroko, Arab Saudi, Sudan, Thailand, Tunisia, Uni Emirat Arab, Vietnam, dan Yaman.

    Adapun bahasa yang didukung di wilayah ini termasuk Arab, Indonesia, Thailand, dan Vietnam. Dengan ekspansi ini, Meta AI akan tersedia di 43 negara dan dapat berkomunikasi dalam beragam bahasa.

     

  • 3 Perempuan Terlupakan Tapi Berpengaruh pada Pengetahuan Soal Mesir Kuno

    3 Perempuan Terlupakan Tapi Berpengaruh pada Pengetahuan Soal Mesir Kuno

    Jakarta

    Pada era 1800-an, tiga perempuan mengubah pengetahuan dan pemahaman khalayak luas tentang Mesir Kuno untuk selamanya. Namun, mengapa warisan mereka masih diabaikan?

    Pada tahun 1864, penulis perjalanan asal Inggris, Lucie Duff Gordon, berdiri di rumahnya di atas Kuil Luxor. Ia memandang ke luar jendela di seberang tepi barat Sungai Nil yang mengarah ke pegunungan Libya.

    Wajahnya disengat sinar matahari kala mendengarkan hiruk-pikuk suara unta yang melenguh, keledai yang meringkik, dan anjing yang menggonggong dari bawah rumahnya.

    Ia sedang merindukan keluarganya yang telah dia tinggalkan di London ketika sedang memulihkan diri dari gejala tuberkulosis di tengah cuaca gurun Mesir yang panas.

    Lucie tinggal di di Maison de France atau Rumah Prancis, yang dibangun oleh pasukan militer di daerah tersebut sekitar tahun 1815. Dia sangat mencintai rumah yang disebutnya sebagai “Istana Theban” dan menulis surat kepada keluarganya dari balkonnya setiap hari.

    Surat-surat dari Mesir ini, yang secara rinci menceritakan kesehariannya di negara tersebut, diterbitkan setahun kemudian ke dalam sebuah buku.

    Di situ, Lucie menuliskan dengan sangat detail dan gamblang mengenai kondisi politik di Mesir, adat istiadat, serta hubungannya dengan tetangga-tetangganya di Mesir.

    Kisah perjalanan dan kehidupan Lucie di Mesir sebagai seorang perempuan Inggris yang mandiri segera menginspirasi pelancong perempuan lain untuk mengikuti jejaknya.

    Setidaknya lebih dari satu dekade kemudian, novelis Amelia Edwards, yang tergerak oleh pengalaman Lucie, mengunjungi Mesir dan menerbitkan catatan perjalanan terlarisnya berjudul A Thousand Miles up the Nile.

    Karya Amelia, pada gilirannya, membangkitkan minat Emma Andrews, seorang pelancong Amerika kaya yang memajukan arkeologi di Mesir pada awal abad ke-20 dengan mendanai puluhan penggalian makam – banyak di antaranya masih dipelajari hingga saat ini.

    Meskipun ketiga perempuan ini awalnya bepergian ke negara itu sebagai turis, masing-masing memberikan dampak yang mendalam pada Egyptology (studi ilmiah tentang Mesir Kuno).

    Dan dengan melakukan itu, mereka tidak hanya membentuk pandangan kita tentang salah satu peradaban terpenting di dunia kuno, tapi juga menggambarkan bagaimana wisatawan bepergian ke Mesir pada pergantian abad ke-20.

    AlamyTulisan Amelia Edwards yang menggugah dan ilustrasi yang hidup menarik banyak wisatawan ke Mesir.

    Dari November 1873 hingga Maret 1874, Amelia dan rekannya Lucy Renshaw berlayar menyusuri Sungai Nil dengan perahu kecil, Philae.

    Mereka mengunjungi semua situs yang direkomendasikan dalam panduan perjalanan Murray: piramida Giza; piramida Saqqara; pemakaman Beni Hasan; kuil Dendera; kuil-kuil di Luxor; Lembah Para Raja dan makam-makam lain di Thebes; ditambah situs-situs di Esna, Aswan, dan Abu Simbel.

    Kegiatan untuk melestarikan situs-situs ini belum dimulai, jadi sebagian besar tempat yang mereka kunjungi rusak. Amelia berniat mengubahnya.

    Pada bulan Maret itu, para perempuan ini tinggal beberapa minggu di Luxor. Amelia tertarik dengan bekas rumah yang sempat ditinggali Lucie Duff Gordon.

    Namun, saat dia melihat tumpukan batu bata di atas kuil, ia terkejut dengan kondisinya.

    Setelah nyaris ambruk karena diterjang banjir dari Sungai Nil, rumah kesayangan Lucie yang disebut sebagai “istana Theban” kini hampir tidak layak huni.

    Amelia lantas memanjat masuk dan menuju jendela, melihat ke luar sungai dan dataran Theban di sisi lain.

    Menyaksikan apa yang dilihat Lucie, Amelia menulis bahwa pemandangan itu, “memperindah ruangan dan menyulap reyotnya rumah ini menjadi sangat elok”.

    Baca juga:

    Ia bermimpi bahwa dia bisa tinggal di sana: “Andai saja saya memiliki pemandangan yang indah ini, dengan keindahan cahaya, warna, dan ruang yang tak terbatas, serta sejarah dan misterinya… selalu ada di depan jendelaku”.

    Itu adalah satu-satunya perjalanan Amelia ke Mesir, tapi catatan perjalanannya yang puitis mengundang banyak pelancong perempuan lainnya ke negara tersebut.

    Diterbitkan pada tahun 1877, A Thousand Miles up the Nile akan menjadi salah satu buku perjalanan terlaris sepanjang masa.

    Isi buku itu sebagian berupa jurnal perjalanan dan sebagian lagi sejarah yang diteliti dengan baik. Narasi Amelia sangat jelas menggambarkan pemandangan di sepanjang Sungai Nil.

    Akan tetapi, Amelia tidak hanya merekomendasikan pengunjung untuk berhenti melihat monumen dan situs-situs yang ada; dia menganjurkan pelestarian tempat-tempat itu kepada generasi mendatang.

    Baca juga:

    Popularitas bukunya secara efektif menjadikan piramida Giza, Lembah Para Raja, dan makam-makam lain yang sekarang terkenal sebagai tempat persinggahan penting bagi para pelancong yang ingin ke Mesir untuk 50 tahun ke depan.

    Tapi yang lebih penting dari itu, jangkauan buku Amelia yang luas di antara para sarjana, telah menghasilkan penelitian atau kajian dari situs-situs tersebut hingga sekarang.

    Keberhasilan buku Amelia juga mendorongnya untuk ikut mendirikan Egypt Exploration Society (EES) pada 1882.

    Terinspirasi oleh tujuannya melakukan eksplorasi guna melestarikan monuman di Mesir, ESS mengumpulkan dana dari para donatur untuk penggalian.

    Para donatur ini, yang sebagian besar berasal dari kelas menengah Inggris, menerima laporan penggalian dan lokasinya setiap tahun. Laporan-laporan ini -yang berisi peta, daftar, gambar, dan pengetahuan baru- telah mendidik dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang Mesir Kuno selama hampir 150 tahun.

    AlamyBuku Amelia Edwards juga mendorong paket liburan lengkap ke Mesir.

    Buku A Thousand up the Nile juga secara bersamaan mendorong dan diuntungkan oleh munculnya paket liburan yang menawarkan wisata arkeologi.

    Dimulai pada tahun 1855, perusahaan perjalanan dengan nama yang sama milik pengusaha Inggris, Thomas Cook, mulai mengajak orang-orang untuk berlibur dengan paket lengkap di seluruh Eropa.

    Karena populer di kalangan kelas menengah atas dan aristokrat, paket wisata ini mendorong orang-orang untuk bepergian ke destinasi seperti Athena dan Roma – tidak hanya menjelajahi budaya kontemporer mereka, tapi juga menyaksikan monumen-monumen kuno mereka serta mempelajari pentingnya sejarah mereka.

    Jadi Anda menghabiskan banyak uang untuk liburan, demikian argumennya, Anda harus belajar dari tempat-tempat itu dan mendukung ekonomi lokal juga.

    Perusahaan Thomas Cook melebarkan sayapnya ke Mesir pada tahun 1869, menyediakan wisata arkeologi di Afrika Utara untuk masyarakat umum – dan bagi perempuan yang ingin melancong sendiri dengan aman.

    Baca juga:

    Pada akhir tahun 1880-an, perusahaan Cook memandu lebih dari 5.000 orang menyusuri Sungai Nil setiap tahun -menjejaki perjalanan Amelia kala itu.

    Berkat popularitas liburan pelancong itu, perusahaan Cook pun memegang kendali atas perjalanan perahu menelusuri Sungai Nil untuk semua pengunjung.

    Di tahun 1889, kira-kira 15 tahun setelah Amelia meninggalkan Mesir, Emma Andrews dan pasangannya Theodore Davis (dua jutawan Amerika dan kolektor arkeologi) tiba di Mesir dengan membawa buku Amelia serta beberapa brosur Cook.

    Pasangan itu adalah anggota cabang EES di Amerika, yang telah menyebar ke Amerika Serikat hanya beberapa tahun setelah didirikan.

    Terinspirasi oleh catatan perjalanan Amelia, mereka segera menyewa dan melengkapi rumah perahu pribadinya untuk melakukan perjalanan pertama menyusuri sungai.

    Baca juga:

    Brosur Cook dan buku A Thousand Miles up the Nile memandu pasangan ini saat mereka berlayar ke hulu dan kemudian kembali ke hilir Sungai Nil.

    Mereka berhenti di semua lokasi yang disarankan Amelia (dan brosur Cook).

    Seperti Lucie Duff Gordon dan Amelia sebelumnya, mereka langsung jatuh cinta dengan Mesir. Pasangan ini lantas melakukan perjalanan ke hulu Sungai Nil setiap tahun selama 25 tahun setelahnya.

    Mereka adalah turis arkeologi sejati: anggota kelas atas yang ingin berlibur sambil mempelajari situs-situs kuno yang mereka temui.

    Keduanya juga membeli artefak kuno, mengumpulkan koleksi mereka sendiri.

    Emma mengaku terinspirasi oleh perjalanannya sendiri dan nasihat Amelia dari catatannya yang berisi: “Kita selalu belajar dan selalu ada lebih banyak yang harus dipelajari; kita selalu mencari dan selalu ada lebih banyak yang harus ditemukan.”

    Dari tahun 1900 hingga mereka meninggalkan Mesir pada 1914, Emma dan Davis akan membayar dan secara pribadi menggali sekitar 25 hingga 30 makam di Lembah Para Raja, termasuk beberapa penyelidikan arkeologi paling penting di negara tersebut.

    AlamyEmma Andrews dan rekannya membayar dan menggali sekitar 25 hingga 30 makam di Lembah Para Raja, termasuk makam Yuya dan Thuya.

    Undang-undang penggalian di Mesir pada saat itu mengharuskan sebagan besar artefak disimpan di Museum Kairo, sedangkan duplikatnya menjadi milik pribadi pelindung atau arkeolog.

    Pada tahun 1905, pasangan Emma dan Davis serta kru mereka menemukan makam nomor 46, makam Yuya dan Thuya, orang tua Ratu Tiye (istri pertama Firaun Amenhotep III) serta kakek buyut Tutankhamun.

    Kala itu, makam ini adalah makam Mesir yang paling terawat yang pernah ditemukan, dengan sebagian besar peralatan pemakaman masih ada di dalamnya.

    Penutup peti mati yang menakjubkan masih dipajang di Kairo dan kereta perang yang utuh – yang kedua dari jenisnya pernah ditemukan – berada tepat di belakang mereka.

    Artefak-artefak tersebut penting, tapi buku harian Emma sangat penting bagi pengetahuan kita tentang situs-situs tersebut.

    Baca juga:

    Catatannya memberikan penjelasan rinci tentang aktivitasnya dan Davis selama seperempat abad.

    Dia sangat cermat mencatat penggalian yang dilakukan mereka, lengkap dengan peta dan laporan harian tentang pengunjung maupun artefak yang mereka temukan.

    Davis menggunakan banyak buku harian Emma dalam laporan situsnya yang diterbitkan sendiri, tapi tidak pernah memberikan penghargaan yang pantas kepada Emma.

    Namun yang terpenting, Emma memasukkan dalam catatannya orang-orang yang diabaikan oleh begitu banyak penulis pria: pekerja Mesir, pedagang barang antik, kapten kapal dan awak kapal.

    Bagi Emma, itu semua adalah dasar untuk memahami sejarah Mesir selama berabad-abad.

    AlamyEmma Edwards menyumbangkan sebagian besar koleksinya ke Museum Seni Metropolitan Kota New York namun tidak pernah mendapatkan penghargaan yang layak atas karyanya.

    Warisan Emma masih tersimpan di Museum Seni Metropolitan Kota New York.

    Dia dan Davis masing-masing menyumbangkan sebagian besar koleksi mereka – lebih dari 1.600 artefak Mesir – dan kekayaan mereka ke Museum Seni Metropolitan.

    Setiap tahun, jutaan pengunjung melihat artefak tersebut, seperti guci kanopik dari makam kontroversial KV 55.

    Tapi akibat dari aktivitas penggalian Davis yang buruk, para arkeolog masih belum bisa menyimpulkan siapa yang menyimpan sisa-sisa mumi di dalamnya.

    Di Museum itu juga terdapat botol air berhias yang telah dipugar dari prosesi pemakaman Raja Tutankhamun, salah satu dari sedikit artefak Tutankhamun di luar Mesir.

    Hasil kerja Emma bahkan membuat fragmen-fragmen kehidupan dan kematian Mesir kuno ini bisa diakses oleh para sarjana dan anak-anak sekolah, dan memberikan pandangan ‘langka’ kepada negara Barat tentang bagaimana orang Mesir kuno menghormati orang yang telah mati.

    Ketertarikan dan pemahaman kita soal Mesir kuno sekarang sebagian besar dipengaruhi oleh tiga perempuan yang terlupakan ini.

    Seperti halnya para pelancong sekaligus arkeolog pria, karya mereka tidak lepas dari kontroversi: mereka adalah orang-orang yang relatif kaya bisa bepergian, menetap, dan mendapatkan keuntungan secara profesional dari Mesir dengan memindahkan artefak kuno dari tanah air bersejarah mereka.

    Namun, warisan mereka yang sering diabaikan telah meletakkan dasar ilmu pengetahuan Mesir Kuno modern dan memengaruhi pemahaman kita tentang ‘dunia kuno’ sejak awal mulanya.

    Kathleen Sheppard adalah seorang profesor di Fakultas Sejarah dan Ilmu Politik di Missouri S&T dan penulis buku Women in the Valley of the Kings.

    Artikel ini dapat Anda baca dalam versi bahasa Inggris berjudul The female travellers who shaped the ancient world pada BBC Travel

    (ita/ita)

  • Negara Mana Saja yang Tegas Menentang Israel, Apa Dampaknya?

    Negara Mana Saja yang Tegas Menentang Israel, Apa Dampaknya?

    Jakarta

    Tentara Israel pada Senin (06/05) memerintahkan warga Palestina meninggalkan wilayah bagian timur Kota Rafah di bagian selatan Jalur Gaza sebelum menggelar operasi militer.

    Melalui pesan teks, selebaran, dan unggahan di media sosial, militer Israel memerintahkan sekitar 100.000 orang untuk bermigrasi ke kamp-kamp di kota-kota tetangga, yaitu Khan Younis dan al-Mawasi.

    Sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, telah memperingatkan Israel untuk menghindari serangan terhadap Rafah tempat perlindungan terakhir bagi satu juta lebih warga Palestina.

    ReutersPengungsi Palestina yang melarikan diri dari Rafah ke Khan Younis pada 6 Mei 2024.

    Sementara itu, semakin banyak suara dari komunitas internasional menyerukan agar Israel menghentikan serangan di seluruh wilayah tersebut.

    Beberapa negara bahkan telah mengambil langkah-langkah konkret menekan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, baik dengan memutus hubungan diplomatik, menangguhkan penjualan senjata, hingga menempuh jalur hukum internasional.

    Pekan lalu, Kolombia mengumumkan bahwa mereka memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.

    ReutersAsap mengepul setelah serangan Israel di Rafah, selatan Jalur Gaza pada 6 Mei 2024 di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok milisi Palestina Hamas.

    Dampak dari tindakan-tindakan ini bisa jadi “hanya bersifat simbolis”, ujar Yossi Mekelberg, seorang pengamat Timur Tengah dan Afrika Utara di Chatham House, sebuah lembaga konsultasi dan penelitian di London, kepada BBC News Mundo.

    “Namun, efek kumulatifnya terhadap isolasi diplomatik atau apa yang mereka sampaikan tentang Israel, dan bagaimana Israel melakukan perang adalah penting.”

    Ini bukan pertama kalinya Israel menghadapi kecaman dari negara-negara lain atas tindakannya di Gaza atau Tepi Barat.

    Namun, tekanan internasional tidak pernah sekuat sekarang, terutama mengingat skala kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Serangan ini merupakan aksi balasan Israel atas serangan Hamas pada 7 Oktober.

    Saat itu Israel mendapat serangan terburuk selama 75 tahun terakhir yang menewaskan 1.200 orang, dan juga 253 orang disandera.

    Israel merespons dengan sangat keras: lebih dari 34.000 orang tewas di Gaza sejak saat itu akibat serangan bom tentara Israel; 85% penduduk telah mengungsi dari rumah mereka; dan sekitar setengahnya atau sekitar 1,1 juta orang berada di ambang kelaparan, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Dengan latar belakang ini, kami akan menjelaskan negara mana saja yang telah memutuskan untuk mengambil tindakan nyata terhadap Israel.

    Memutus hubungan diplomatik

    Setelah perang pecah, dan seiring meningkatnya kehancuran di Gaza, sejumlah negara menarik duta besar mereka atau menangguhkan hubungan diplomatik dengan Israel.

    Negara-negara di wilayah Timur Tengah seperti Yordania, Bahrain dan Turki, memulangkan duta besar mereka. Aksi ini disusul oleh Chad dan beberapa negara di Amerika Latin, seperti Cile, Honduras, dan Kolombia.

    Mereka kini memutuskan untuk mengambil langkah lebih jauh dengan menangguhkan hubungan diplomatik. Langkah ini juga diikuti Bolivia dan Belize.

    Baca juga:

    Getty ImagesPresiden Kolombia Gustavo Petro mengumumkan pada tanggal 1 Mei bahwa ia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.

    “Hari ini umat manusia, di semua jalan, setuju dengan kami. Era genosida, pemusnahan seluruh bangsa di depan mata kita, di depan kemanusiaan kita, tidak dapat kembali,” kata Presiden Kolombia Gustavo Petro dalam pidatonya saat mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel beberapa waktu lalu.

    Enam bulan sebelumnya, pada 31 Oktober, juru bicara pemerintah Bolivia mengumumkan keputusan yang sama, dengan menggunakan kata-kata serupa.

    “(Bolivia) mengambil keputusan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Negara Israel sebagai bentuk penolakan dan kecaman atas serangan militer Israel yang agresif dan tidak proporsional yang dilakukan di Jalur Gaza,” ujar Wakil Menteri Luar Negeri, Freddy Mamani pada saat itu.

    Getty ImagesDi jantung Universitas California, Los Angeles (UCLA) salah satu kampus paling bergengsi di Amerika Serikat tengah berlangsung unjuk rasa menentang kondisi di Gaza saat ini.

    Dua minggu kemudian, Belize mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka menangguhkan hubungan diplomatik dengan Israel karena “pengeboman tanpa pandang bulu yang tak henti-hentinya” di Gaza, karena Israel “terus-menerus” melanggar hukum internasional sejak 7 Oktober.

    Namun, apa arti pemutusan hubungan ini?

    Faktanya, tidak jelas. Tak satu pun dari ketiga negara ini yang memiliki pengaruh politik yang besar di Timur Tengah. Hubungan perdagangan dan diplomatik mereka dengan Israel sebelum krisis ini juga tidak banyak.

    Namun, Kolombia adalah mitra dagang terbesar kedua Israel di Amerika Latin, setelah Brasil.

    Kolombia dan Israel menandatangani perjanjian perdagangan bebas pada tahun 2020. Angkatan Darat Kolombia menggunakan pesawat serta senjata Israel untuk memerangi kartel narkoba dan kelompok pemberontak.

    Namun untuk saat ini, perjanjian ini tampaknya tidak berpengaruh, dan Kementerian Luar Negeri Kolombia telah mengumumkan niatnya untuk “mempertahankan aktivitas masing-masing bagian konsuler di Tel Aviv dan Bogota”.

    ReutersPengunjuk rasa pro-Palestina berfoto di depan Mahkamah Internasional (ICJ) ketika hakim memutuskan putusan sela atas gugatan Afrika Selatan terhadap Israel

    Efek dari pemutusan hubungan diplomatik ini, bersifat “simbolis, dan menunjukkan rasa terisolasi dan perubahan sikap terhadap Israel,” demikian analisis Mekelberg.

    Namun, pakar dari Chatham House ini juga menunjukkan bahwa keputusan semacam ini biasanya memiliki muatan ideologis dan pengaruh politik dalam negeri.

    “Ini seperti yang terjadi di Brasil; dengan [mantan presiden Jair] Bolsonaro, yang dulu mendukung penuh Israel, tapi ketika sayap kiri kembali [berkuasa], kritik itu kembali muncul.”

    Memutus hubungan perdagangan

    Pekan lalu, Turki mengumumkan bahwa mereka akan menangguhkan semua perdagangan dengan Israel sampai pemerintah pimpinan Benjamin Netanyahu itu menerima “aliran bantuan kemanusiaan yang tidak terputus dan cukup” ke Gaza.

    Menurut menteri perdagangan Turki, “transaksi ekspor dan impor yang terkait dengan Israel, yang mencakup semua produk, telah dihentikan”.

    Perdagangan antara kedua negara mencapai Rp111,7 triliun tahun lalu.

    ReutersBenjamin Netanyahu menjawab dengan mengatakan Turki di bawah “kediktatoran kelam”.

    Turki adalah negara mayoritas Muslim pertama yang mengakui Israel pada tahun 1949. Namun hubungan bilateralnya memburuk dalam beberapa dekade terakhir.

    Episode paling menegangkan terjadi pada tahun 2010, ketika Turki memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.

    Saat itu, Israel menyerang enam armada kapal Turki di perairan internasional yang mencoba mencapai Gaza. Mereka menerobos blokade maritim yang diberlakukan Israel di wilayah tersebut.

    Serangan oleh militer Israel tersebut mengakibatkan tewasnya 10 aktivis pro-Palestina asal Turki.

    Hubungan kedua negara kembali membaik pada tahun 2016, namun kedua negara kembali mengusir duta besar masing-masing dua tahun kemudian karena konflik baru terkait pembunuhan warga Palestina di perbatasan Gaza.

    Getty ImagesPresiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengeraskan sikapnya terhadap Israel.

    Situasinya makin memburuk sejak 7 Oktober. Netanyahu dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan makin sering saling baku tuduh.

    Erdogan membandingkan pemimpin Israel seperti Hitler, Mussolini dan Stalin – dan menyebut Netanyahu “penjagal Gaza”.

    Sebaliknya, Netanyahu mengeklaim bahwa presiden Turki “mendukung pembunuhan masal dan pemerkosaan oleh Hamas, menyangkal genosida Armenia (dan) membantai orang-orang Kurdi di negaranya sendiri”.

    Penangguhan penjualan senjata

    Beberapa negara seperti Kanada, Italia, Jepang, Belgia dan Spanyol telah mengumumkan dalam beberapa bulan terakhir ini bahwa mereka akan menghentikan penjualan senjata ke Israel.

    Tetapi jika kita menganalisa keputusan-keputusan ini secara lebih rinci, kenyataan yang ada agak berbeda.

    Di Belgia, hanya wilayah Walloon yang memutuskan untuk menangguhkan penjualan mesiu ke Israel.

    ReutersSistem anti-rudal Iron Dome Israel mencegat roket yang diluncurkan dari Gaza, seperti yang terlihat dari Ashkelon, pada 7 Mei 2024.

    Italia juga mengumumkan penangguhan ekspor senjata mulai 7 Oktober. Namun, menteri pertahanannya mengatakan tetap mengirim senjata ke Israel yang sudah dipesan sebelum tanggal tersebut, dengan jaminan senjata-senjata itu tidak akan digunakan di Gaza.

    Hal serupa juga terjadi di Spanyol, yang juga mengumumkan bahwa mereka akan menangguhkan pengiriman senjata dan kemudian diketahui bahwa mereka tetap mengirimkan amunisi. Namun, Madrid mengatakan bahwa senjata-senjata itu dimaksudkan untuk latihan militer.

    Situasi di Kanada juga serupa. Perdana Menteri negara itu, Justin Trudeau, mengumumkan bahwa kemungkinan perjanjian penjualan senjata baru dengan Israel ditangguhkan, tetapi tidak untuk perjanjian yang sudah disepakati sebelumnya.

    Di Jepang, sebuah perusahaan, Itochu Corporation yang menangguhkan kolaborasinya dengan produsen senjata Israel. Dan di Belanda, sebuah pengadilan memaksa negara itu untuk menghentikan penjualan pesawat militer ke Israel.

    Getty ImagesSebagian besar senjata yang diimpor Israel berasal dari Amerika Serikat dan Jerman.

    Namun, keputusan-keputusan ini sepertinya tidak akan berdampak pada serangan di Gaza.

    Lebih dari 95% impor senjata Israel berasal dari Amerika Serikat dan Jerman, yang tidak jelas memberikan tanda-tanda bahwa mereka akan menghentikannya.

    Dampak langkah penangguhan ini penjualan senjata “terbatas, karena Amerika Serikat dan Jerman-lah yang memasok sebagian besar senjata, sementara yang lain terutama mengirim komponen atau peralatan yang sangat spesifik yang mungkin bisa digantikan oleh yang lain, sehingga tidak akan mengubah apa pun,” kata Yossi Mekelberg.

    Pengadilan internasional

    Menghadapi serangan Israel di Gaza dan meningkatnya jumlah korban jiwa di wilayah tersebut, pada bulan Desember lalu, Afrika Selatan memilih strategi yang berbeda untuk mencoba menghentikan Israel: Afrika Selatan beralih ke peradilan internasional.

    Para pengacaranya mengajukan kasus ke Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, di mana mereka menuduh Israel melakukan genosida terhadap penduduk Palestina di Gaza, yang dibantah oleh negara Israel.

    Bagaimana dengan Indonesia?

    Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan Indonesia “secara moral dan politis” mendukung sepenuhnya upaya hukum Afrika Selatan atas dugaan genosida Israel di Gaza.

    “Namun secara hukum Indonesia tidak bisa ikut menggugat karena dasar gugatan adalah Konvensi Genosida dimana Indonesia bukan Negara Pihak,” ujar juru bicara Kemenlu Lalu Muhammad Iqbal melalui pesan teks yang diterima BBC Indonesia.

    Baca juga:

    Getty ImagesMenteri Kehakiman Afrika Selatan Ronald Lamola menjelaskan kasus yang diajukan negaranya terhadap Israel di Mahkamah Internasional.

    Pada bulan Januari, pengadilan, yang mengadili sengketa antarnegara, mengeluarkan keputusan sementara: memerintahkan Israel mengambil langkah-langkah mencegah tindakan genosida di Gaza. Tapi pengadilan tidak sampai menuntut Israel menghentikan serangan militer.

    “Israel muncul relatif tanpa cedera dari proses ini, tetapi fakta bahwa proses [pengadilan] ini terbuka, berarti Israel telah kalah dalam pertarungan,” kata Michael Oren, duta besar Israel untuk Amerika Serikat periode 2009-2013, kepada BBC.

    Namun, saat ini, ada kekhawatiran yang kuat di antara para petinggi Israel, terutama karena langkah-langkah yang mungkin diambil oleh pengadilan internasional lainnya.

    Kemungkinan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap para pemimpin politik dan militer Israel, termasuk Netanyahu sendiri, merupakan sumber ketegangan.

    EPA-EFE/REX/SHUTTERSTOCKPutusan pengadilan dibacakan oleh Hakim Joan E. Donoghue (kedua dari kiri) pada Jumat (26/01).

    ICC, yang memiliki wewenang untuk mendakwa dan mengadili individu atas kejahatan perang atau kejahatan terhadap kemanusiaan, telah menyelidiki tindakan Israel di wilayah pendudukan selama tiga tahun – dan, baru-baru ini, tindakan Hamas.

    Di masa lalu, ICC telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap para pemimpin negara seperti Vladimir Putin dari Rusia, Muammar Gaddafi dari Libya, dan gerilyawan Uganda, Joseph Kony.

    Meskipun ICC belum mengkonfirmasi apa pun, ketika kepala jaksa penuntut mahkamah, Karim Khan, mengunjungi Israel dan Tepi Barat yang diduduki pada bulan Desember tahun lalu, ia menegaskan bahwa “semua protagonis harus mematuhi hukum kemanusiaan internasional”.

    “Jika Anda tidak melakukan hal ini, jangan mengeluh ketika kantor saya dipaksa untuk bertindak,” tambahnya pada saat itu.

    Mekelberg mengatakan: “Ke mana arahnya (keputusannya), saya tidak tahu, tetapi ini seharusnya mengirimkan pesan kepada Israel bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi.”

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Senjata Korut Dipakai Rusia Serang Ukraina, Kenapa Temuan Ini Penting?

    Senjata Korut Dipakai Rusia Serang Ukraina, Kenapa Temuan Ini Penting?

    Jakarta

    Pada 2 Januari 2024, seorang peneliti senjata bernama Khrystyna Kimachuk mendapat kabar tentang rudal dengan bentuk tidak biasa menghantam sebuah gedung di Kota Kharkiv. Kimachuk menghubungi kontak-kontaknya di militer Ukraina supaya bisa memeriksanya secara langsung. Dalam waktu satu minggu, puing-puing misil yang remuk berserakan itu ada di hadapannya di lokasi yang aman di Kyiv.

    Perempuan muda itu mulai mempreteli puing-puing rudal dan memotret setiap serpihan termasuk baut-baut dan chip komputer yang lebih kecil dari kuku jarinya. Kimachuk langsung tahu rudal itu bukan buatan Rusia. Tapi, ada satu tantangan: bagaimana cara membuktikannya.

    Terkubur di antara tumpukan logam dan kabel yang menyeruak, mata Kimachuk tertuju pada sebaris aksara Korea. Dia kemudian menemukan detail lain yang lebih mencolok: cap 112 di bagian cangkang rudal. Di kalender Korea Utara, 112 merujuk tahun 2023.

    Kimachuk pun menyadari dirinya tengah melihat bukti pertama penggunaan senjata Korea Utara dalam invasi Ukraina.

    “Kami sudah dengar kalau mereka [Korea Utara] mengirim sejumlah senjata ke Rusia, tapi [sekarang] saya bisa melihatnya, memegangnya, dan menyelidikinya sebelumnya tidak ada yang bisa. Ini sungguh menarik,” ujar Kimachuk kepada saya.

    Sejak penemuan itu, militer Ukraina menyatakan puluhan rudal Korea Utara telah ditembakkan Rusia ke wilayah Ukraina. Senjata-senjata ini menewaskan setidaknya 24 orang dan melukai lebih dari 70 orang.

    Kim Jong Un baru-baru ini diyakini sedang bersiap memulai perang nuklir. Akan tetapi, ancaman yang lebih mendesak adalah Korea Utara kini mampu menyulut sejumlah perang yang sedang berlangsung serta mendorong ketidakstabilan global.

    Setelah semua puing rudal selesai dipotret dan ratusan komponen dianalisa, temuan mengejutkan baru bisa diperoleh.

    Dalam kasus rudal buatan Korea Utara yang ditembakkan ke Ukraina, Kimachuk mendapati bahwa rudal tersebut memiliki teknologi asing termutakhir. Sebagian besar perangkat elektronik diproduksi di AS dan Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan ada chip komputer AS yang dibuat pada Maret 2023.

    Ini artinya Korea Utara memperoleh komponen-komponen penting secara ilegal, menyelundupkannya ke wilayah Korut, merakitnya, dan mengirimnya ke Rusia secara diam-diam. Oleh Rusia, rudal buatan Korea Utara ini dikirim ke garis depan pertempuran lalu diluncurkan.

    Semuanya ini hanya memakan waktu beberapa bulan.

    “Ini adalah kejutan terbesar. Meski di bawah sanksi berat selama dua dekade, Korea Utara masih bisa mendapatkan apa yang diperlukan untuk memproduksi senjata, dalam waktu yang sungguh kilat,” tutur Damien Spleeters, wakil direktur CAR.

    BBC

    Di London, Joseph Byrne, pakar Korea Utara di lembaga kajian Royal United Services Institute (RUSI), juga terkesima akan temuan itu.

    “Tidak pernah terbersit di benak saya bahwa saya akan melihat rudal Korea Utara digunakan untuk membunuh orang-orang di daratan Eropa,” ujarnya.

    Baca juga:

    Byrne dan timnya di RUSI telah melacak pengiriman senjata Korea Utara ke Rusia semenjak Kim Jong Un bertemu dengan Vladimir Putin di Rusia pada September tahun lalu diduga guna menandatangani kesepakatan dalam bidang persenjataan.

    RUSI menggunakan foto-foto satelit untuk mengamati empat kapal kargo Rusia yang berjalan bolak-balik antara Korea Utara dan pelabuhan militer Rusia. Masing-masing kapal membawa ratusan kontainer sekali perjalanan.

    RUSI memperkirakan sebanyak 7.000 kontainer berisikan lebih dari satu juta amunisi dan roket grad – jenis yang dapat ditembakkan dari truk secara beruntun.

    Tinjauan ini didukung informasi intelijen AS, Inggris, dan Korea Selatan kendati Rusia dan Korea Utara membantah adanya perdagangan tersebut.

    BBC

    “Peluru dan roket ini termasuk yang paling dicari di dunia sekarang ini. Rusia menjadi mampu untuk terus menghancurkan kota-kota Ukraina pada saat AS dan Eropa ragu-ragu menentukan senjata apa yang akan mereka kirim,” ucap Byrne.

    Bagaimana Korut bisa memproduksi rudal?

    Yang paling menjadi perhatian Byrne dan kolega-koleganya adalah kehadiran rudal balistik Korea Utara di medan perang. Kenapa? Karena fakta ini mengungkap persenjataan Korea Utara.

    Sejak 1980-an, Korea Utara menjual senjatanya ke luar negeri kebanyakan ke negara-negara di Afrika Utara dan Timur Tengah, termasuk Libya, Suriah, dan Iran.

    Senjata Korea Utara cenderung berupa rudal tua ala Soviet dengan reputasi yang jelek. Terdapat bukti bahwa kelompok milisi Hamas kemungkinan menggunakan beberapa granat berpeluncur roket dari Pyongyang yang sudah uzur dalam serangan 7 Oktober silam.

    Namun, rudal yang ditembakkan pada 2 Januari 2024 yang dipreteli Khrystyna Kimachuk bisa dibilang merupakan rudal jarak dekat buatan Korut paling mutakhir Hwasong 11, yang mampu mencapai jarak 700 kilometer.

    Walaupun Ukraina meremehkan akurasi misil ini, Dr. Jeffrey Lewis, pakar senjata dan non-proliferasi Korea Utara di Middlebury Institute of International Studies, menyebut keakurasian rudal Korea Utara ini terlihat tidak jauh lebih buruk dibandingkan rudal buatan Rusia.

    Dr. Lewis mengatakan nilai plus rudal Korea Utara ini adalah harganya yang sangat murah. Ini artinya Rusia dapat membeli dan menembakkan lebih banyak rudal dengan harapan dapat melumpuhkan pertahanan udara Ukraina.

    BBC

    Pertanyaan selanjutnya adalah seberapa banyak Korea Utara bisa memproduksi rudal ini?

    Observasi pemerintahan Korea Selatan baru-baru ini menunjukkan Korea Utara telah mengirim 6.700 kontainer berisi amunisi ke Rusia. Lebih lanjut, Korea Selatan mengemukakan pabrik senjata Korea Utara beroperasi penuh.

    Dr. Lewis, yang telah mempelajari pabrik-pabrik ini melalui satelit, berpendapat Korea Utara dapat memproduksi beberapa ratus rudal per tahun.

    Damien Spleeters dan timnya di CAR yang masih tidak habis pikir atas temuan mereka kini berupaya mencari tahu bagaimana ini bisa terjadi mengingat perusahaan-perusahaan sudah dilarang menjual bahan baku dan suku cadang ke Korea Utara.

    Baca juga:

    Spleeters menjelaskan bahwa sebagian besar chip komputer pada senjata-senjata modern yang memandu senjata tersebut mencapai sasarannya adalah chip yang sama pada telepon genggam, mesin cuci, dan mobil.

    Chip-chip ini dijual di seluruh dunia dalam jumlah yang sangat besar. Produsen menjualnya ke distributor dalam jumlah miliaran, kemudian dijual lagi dalam jumlah jutaan. Artinya mereka seringkali tidak tahu ke mana produk mereka berujung.

    Sebagai penyelidik jaringan pengadaan Korea Utara, Byrne mengaku frustrasi begitu tahu seberapa banyak komponen rudal buatan Korut yang berasal dari Barat. Ini membuktikan bahwa jaringan Korea Utara lebih kuat dan efektif daripada yang disadarinya.

    Dari pengalaman Byrne, warga Korea Utara yang berbasis di luar negeri mendirikan perusahaan palsu di Hong Kong atau negara Asia Tengah lainnya untuk membeli komponen menggunakan uang tunai yang sebagian besar adalah hasil curian.

    Mereka kemudian mengirimnya ke Korea Utara, biasanya melalui perbatasan China. Jika sebuah perusahaan palsu ditemukan dan dikenai sanksi, perusahaan lain akan segera muncul menggantikannya.

    Sanksi sudah lama dipandang anggap sebagai alat yang tidak sempurna untuk memerangi jaringan ini. Meski begitu, supaya tetap bisa berfungsi, sanksi perlu diperbarui dan ditegakkan secara teratur.

    Baik Rusia maupun China menolak memberlakukan sanksi baru terhadap Korea Utara sejak 2017.

    Dengan membeli senjata buatan Korut, Moskow melanggar sanksi yang pernah mereka setujui sebagai anggota Dewan Keamanan PBB. Pada awal tahun ini, Rusia secara efektif membubarkan panel PBB yang memantau pelanggaran-pelanggaran sanksi kemungkinan untuk menghindari pengawasan.

    “Kita sedang menyaksikan runtuhnya sanksi PBB terhadap Korea Utara secara langsung ini memberi Pyongyang banyak ruang untuk bernapas,” ucap Byrne.

    Implikasi dari semua ini melampaui perang di Ukraina.

    “Pemenang sebenarnya di sini adalah Korea Utara”, ujar Byrne. “Korea Utara membantu Rusia secara signifikan, dan ini memberi mereka banyak pengaruh”.

    Pada bulan Maret, RUSI mendokumentasikan sejumlah besar minyak yang dikirim dari Rusia ke Korea Utara. Pada saat yang sama, gerbong kereta api yang diduga berisikan beras dan tepung terdeteksi melintasi perbatasan darat kedua negara.

    Kesepakatan yang diperkirakan bernilai ratusan juta pound ini tidak hanya akan meningkatkan ekonomi Pyongyang, tetapi juga sektor militernya.

    BBC

    Rusia juga bisa memasok Korea Utara dengan bahan baku supaya negara itu bisa terus membuat rudal atau bahkan peralatan militer seperti jet tempur. Yang paling ekstrem? Rusia bisa memberi bantuan teknis untuk meningkatkan senjata nuklir Korut.

    Selain itu, Korea Utara untuk pertama kali mendapat kesempatan untuk menguji rudal terbarunya dalam perang sungguhan. Dengan data berharga ini, ke depannya Korut bisa membuat rudal yang lebih baik.

    Pyongyang: Pemasok rudal utama?

    Yang lebih meresahkan adalah perang Ukraina seolah memberikan etalase bagi Korea Utara ke seluruh dunia.

    Setelah memproduksi senjata ini secara massal, Pyongyang tentu ingin menjualnya ke lebih banyak negara.

    Menurut Dr. Lewis, apabila rudal buatan Korut cukup bagus di mata Rusia, tentunya negara-negara lain bisa berpandangan sama apalagi Rusia sudah memberi contoh bahwa melanggar sanksi itu tidak apa-apa.

    Kim Jong Un hancurkan patung reunifikasi, mungkinkah Korut berperang dengan Korsel?

    Kisah anak muda Korsel yang ‘siap perang’ jika Korut menyerang

    Dr. Lewis memperkirakan ke depannya Korea Utara akan menjadi pemasok besar rudal ke negara-negara di blok China-Rusia-Iran.

    Setelah serangan Iran ke Israel bulan ini, AS mengatakan “sangat khawatir” bahwa Korea Utara bisa bekerja sama dengan Iran dalam program senjata nuklir dan balistiknya.

    “Saya melihat banyak wajah muram saat kita berbicara tentang masalah ini,” ujar Spleeters. “Tapi kabar baiknya adalah sekarang kita tahu betapa [Korea Utara] bergantung pada teknologi asing kita bisa melakukan sesuatu di sini.”

    Spleeters optimistis bahwa bekerja sama dengan pihak produsen dapat memutus rantai pasokan Korea Utara. Timnya sebelumnya sudah berhasil mengidentifikasi dan menutup sebuah jaringan ilegal sebelum jaringan tersebut menjual persenjataannya.

    Namun, Dr Lewis tidak yakin ini bisa dilakukan dalam konteks Korea Utara.

    “Kita bisa membuat prosesnya lebih sulit, lebih repot. Atau mungkin membuat biayanya lebih tinggi, tetapi semua ini tidak akan mencegah Korea Utara memproduksi senjata,” tutur Dr. Lewis.

    Dr. Lewis menambahkan bahwa Barat pada akhirnya gagal dalam upaya membendung negara itu.

    Selain itu, sambung dia, rudal-rudal Kim Jong Un sekarang tidak hanya menjadi sumber prestise dan kekuatan politik baginya, tetapi juga menghasilkan banyak uang.

    Kalau sudah begini, bagaimana mungkin Kim Jong Un menyia-nyiakannya?

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Krisis Iklim Bahayakan Hidup Anak-Anak, Juga di Jerman

    Krisis Iklim Bahayakan Hidup Anak-Anak, Juga di Jerman

    Berlin

    Organisasi Jerman Caritas memperingatkan bahwa anak-anak adalah kaum yang paling menderita akibat krisis iklim. Bersama para ahli organisasi itu berusaha mencari solusi, dan bertanya pula kepada anak-anak.

    “Saya pikir, terlalu sedikit orang berusaha melindungi iklim, banyak yang berbicara tapi terlalu sedikit yang dilakukan,” Begitu kata Laura (16), Veronika (13), Luca (11) und Jimmi (11). Mereka datang ke kota Frankfurt dari Berghäusle, sebuah instansi pertolongan bagi remaja di negara bagian Bayern.

    Mereka berbicara dalam rangka hari “Krisis Iklim sebagai Ancaman terhadap Hak Anak-Anak” yang diadakan organisasi Katolik Caritas November lalu, di depan 120 orang dewasa yang berkecimpung dalam bidang perlindungan bagi anak-anak dan remaja. Mereka memberikan informasi dan berdiskusi tentang akibat buruk krisis iklim terhadap anak-anak.

    Juga tentang kesehatan, kekhawatiran akan iklim dan hak anak-anak. 2023 kemungkinan besar akan jadi tahun terpanas yang tercatat selama ini.

    Krisis berdampak lebih buruk terhadap orang miskin dan anak-anak

    Organisasi Caritas sangat aktif di bidang perlindungan iklim karena politik iklim adalah masalah sosial. Demikian ditekankan Astrid Schaffert, kepala bagian Politik Iklim Sosial pada Caritas.

    “Orang-orang yang berpenghasilan rendah bukanlah yang menyebabkan krisis iklim. Tapi dilihat secara global, juga di Jerman, merekalah yang paling menderita akibat krisis iklim.”

    Selain itu, politik iklim Jerman selama ini tidak adil. Pajak emisi CO2 misalnya lebih membebani orang-orang dengan pendapatan rendah daripada yang berpendapatan lebih besar, karena mereka harus memberikan lebih banyak bagian pendapatan mereka bagi energi dan pemanas.

    Anak-anak sekarang pun sudah menderita akibat krisis iklim, kata Schaffert. Tubuh mereka tidak bisa mengontrol suhu tinggi dengan baik. Dia memperingatkan, kalau anak-anak yang sekarang berusia 10 tahun, nanti berusia 30, 40 dan 50 tahun, suhu bumi akan semakin bertambah.

    Ditambah lagi dengan cuaca ekstrem berupa panas, kemarau atau banjir. Hak anak-anak adalah hak untuk berkembang di dalam lingkungan yang masih utuh.

    Tanggung jawab di tangan orang dewasa

    “Saya khawatir, nantinya tidak bisa main bola lagi,” kata Luca.

    Latihan kerap dibatalkan karena suhu terlalu tinggi. “Dan saya tidak suka kalau tanaman mati, dan musim panas begitu panasnya sampai orang kulitnya terbakar dengan mudah,” katanya.

    Laura juga khawatir, karena anak-anak yang lahir setelah mereka akan mengalami situasi yang lebih buruk lagi.

    Selina Bitzer, yang memimpin organisasi Berghäusle, mengatakan anak-anak harus mendapat pendampingan jika mereka merasa khawatir. Tapi tanggung jawab tetap berada di tangan orang dewasa.

    “Di saat bersamaan saya pikir penting untuk mempersiapkan anak-anak dan remaja untuk menghadapi perubahan iklim, apa yang harus mereka lakukan di masa depan, agar dampaknya tidak terlalu parah.”

    Anak-anak di Berghäusle menghemat listrik, juga air untuk mandi dan mencuci, serta hanya makan sedikit daging, menghemat penggunaan plastik dan membeli baju “second hand”.

    Luca menunjuk dengan bangga ke sepatunya: “Bagus bukan?” Peserta pertemuan menyambut dengan tepuk tangan, juga saat Luca mengkritik bahwa di Berlin ada lebih banyak tempat parkir daripada tempat bermain bagi anak-anak.

    Krisis iklim rugikan kesehatan

    Orang-orang yang bermukim di sebelah selatan khatulistiwa, yang melepas lebih sedikit emisi gas rumah kaca dibanding negara-negara industri maju, lebih menderita daripada yang di bagian utara Bumi.

    Di negara-negara itu, anak-anak dan terutama bayi serta anak kecil lebih terancam kesehatannya akibat suhu tinggi, pancaran sinar ultra violet, debu halus, mikroplatik dan zat kimia dari pembakaran bahan bakar fosil. Itu hasil pengumpulan data oleh Deutsche Allianz Klimawandel und Gesundheit.

    Dengan pemanasan global, kanker kulit, asma dan alergi juga bertambah. Demikian pula dengan beban psikis dan kekhawatiran akan masa depan.

    Sebenarnya ada undang-undang dan kesepakatan internasional untuk melindungi anak-anak. Barbara Schramkowski, profesor bidang pekerjaan sosial pada sekolah tinggi Dualen Hochschule Baden-Württemberg menyebut sebagai contoh antara lain “Keterangan Umum No.26” dalam Konvensi PBB bagi Anak-Anak.

    Isinya adalah tuntutan agar hak anak-anak dari segi ekologi diperhatikan, juga peralihan dari energi fosil ke energi terbarukan, juga sudut pandang anak-anak dalam berbagai keputusan menyangkut lingkungan hidup.

    Yang terutama bertanggungjawab bagi kesejahteraan anak-anak adalah orang tua mereka. Jika orang tua tidak mampu mengurus anak mereka, maka badan pertolongan anak-anak dan remaja berkewajiban untuk mengadakan kondisi hidup yang baik bagi mereka. Barbara Schramkowski menegaskan, “Itu hanya bisa kita lakukan, jika kita juga memperhatikan perlindungan iklim dan keanekaragaman hayati.”

    “Krisis iklim adalah krisis hak anak”

    Organisasi bantuan bagi anak-anak PBB, UNICEF memperingatkan, 99% dari semua anak di dunia setidaknya menghadapi satu bahaya dan dibebani dampak perubahan iklim, yaitu gelombang suhu tinggi, banjir atau polusi udara.

    Di Libya, tahun 2023 ribuan orang antara lain sejumlah besar anak meninggal akibat bencana banjir. Selain itu juga terjadi penyebaran penyakit, pengungsian dan kekurangan pangan. 2021, akibat bencana yang terjadi di kawasan sungai Ahr di Jerman, sejumlah besar anak meninggal. Yang termuda baru berusia empat tahun.

    “Krisis iklim adalah krisis hak anak-anak,” demikian ditekankan Paloma Escudero, Pejabat Khusus UNICEF untuk hak anak-anak dan politik iklim. “Setiap pemerintah negara bertanggungjawab melindungi hak-hak mereka di setiap pelosok dunia.”

    Anak-anak dan remaja dari Berghäusle di Bayern menyatakan tuntutan dengan berani dalam pertemuan khusus tentang iklim yang diadakan organisasi Caritas di Frankfurt.

    Dalam demonstrasi Fridays-for-Future mereka menuntut penghentian penggunaan batu bara sebagai bahan bakar dan keadilan. Komisaris Uni Eropa untuk Iklim, Wopke Hoekstra mengatakan di akhir COP28, “Nanti kalau kita semua sudah meninggal, anak-anak kita dan anak-anak merekalah yang menderita akibat apa yang kita tinggalkan, baik yang baik maupun yang buruk”.

    (ml/hp)

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu