Negara: Lebanon

  • Israel Ledakkan Mobil di Lebanon, Klaim Tewaskan Komandan Hizbullah

    Israel Ledakkan Mobil di Lebanon, Klaim Tewaskan Komandan Hizbullah

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan serangan Israel di Lebanon Selatan pada Jumat (20/6) menewaskan satu orang. Korban meninggal adalah anggota kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran.

    Dilansir AFP, Jumat (20/6), Israel terus melakukan serangan hampir setiap hari di Lebanon, meskipun ada gencatan senjata dengan Hizbullah pada bulan November serta pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dilancarkannya terhadap Iran minggu lalu.

    Dalam pernyataannya di Kantor Berita Nasional Lebanon, kementerian mengatakan pesawat tak berawak Israel menyerang sebuah kendaraan menewaskan satu orang dekat Desa Abbassiyeh bagian selatan.

    Tentara Israel menyebut targetnya sebagai Mohammed Khadr al-Husseini dan mengatakan bahwa ia adalah “Komandan dari susunan senjata Hizbullah di sektor Litani”.

    Militer menuduh bahwa Husseini “melancarkan sejumlah serangan ke Nahariya, Haifa dan kota-kota lain” selama perang. Mereka juga menuduhnya mendukung upaya-upaya untuk membangun kembali persenjataan Hizbullah.

    Israel telah berulang kali mengebom negara tetangganya di utara itu, meskipun gencatan senjata pada November lalu telah mengakhiri lebih dari satu tahun permusuhan dengan Hizbullah.

    Israel mengatakan akan melanjutkan serangannya ke Lebanon sampai Hizbullah dilucuti sepenuhnya.

    “Jika ada terorisme, maka tidak akan ada Hizbullah,” kata Katz.

    Utusan khusus AS untuk Suriah Thomas Barrack pada Kamis lalu mengatakan bahwa setiap intervensi oleh Hizbullah akan menjadi “keputusan yang sangat, sangat, sangat buruk”.

    (wnv/jbr)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Video: Konflik Israel-Iran Memanas, Hizbullah Angkat Suara

    Video: Konflik Israel-Iran Memanas, Hizbullah Angkat Suara

    Jakarta, CNBC Indonesia – Penguasa Lebanon, Hizbullah, memberi respons terkait situasi Israel dan Iran. Pemimpinnya Naim Qassem berkomentar setelah utusan khusus AS untuk suriah memperingatkan hizbullah agar tidak terlibat dalam perang.

    Selengkapnya dalam program Nation Hub CNBC Indonesia, Jumat (20/06/2025).

  • Wartawan Israel Dilarang Bagikan Video ke Medsos, Hukumannya Ngeri

    Wartawan Israel Dilarang Bagikan Video ke Medsos, Hukumannya Ngeri

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang antara Israel dan Iran kian memanas. Serangan bertubi-tubi dari kedua pihak menyebabkan kerusakan parah dan telah merenggut banyak nyawa.

    Kendati demikian, organisasi media dan jurnalis di Israel dibatasi untuk menyiarkan informasi tertentu terkait perang. Hal ini tertulis dalam surat edaran dari badan sensor militer Israel.

    Brigadir Jenderal Kobi Mandelblit mengumumkan peraturan baru tentang apa diizinkan dan dilarang untuk dipublikasikan organisasi media dan jurnalis Israel di negara tersebut tentang dampak serangan Iran, dalam surat edaran yang disebar pada Rabu (18/6) pekan ini, dikutip dari Aljazeera, Jumat (20/6/2025).

    Sebagai konteks, penyensoran media di Israel bukan hal baru. Pembatasan kebebasan media di negara Zionis tersebut pertama kali ditetapkan oleh Inggris dalam mandat untuk Palestina pada tahun 1945.

    Tiga tahun kemudian, regulasi penyensoran dimasukkan ke dalam hukum Israel ketika terbentuk sebagai entitas negara.

    Namun, pembatasan kebebasan pers di Israel lebih dari sekadar pelarangan aspek pelaporan jurnalis.

    Menurut data dari Federasi Jurnalis Internasional (IFJ), Israel telah menewaskan sedikitnya 164 jurnalis di Gaza sejak 7 Oktober 2023. Lebih banyak lagi yang terbunuh di Lebanon, wilayah Tepi Barat yang telah diduduki, dan sekarang Iran.

    Sejak Mei 2024, pemerintah Israel telah melarang Al Jazeera dari wilayahnya. Selanjutnya pada November 2024, Israel memberikan sanksi kepada harian liberal Haaretz atas liputannya yang dianggap kritis terhadap tindakan pemerintah.

    Peraturan baru Israel terhadap gerak-gerik media dan jurnalis secara khusus terkait dengan perang melawan Iran. Peraturan tersebut memberikan pembatasan khusus terhadap cara jurnalis dan editor melaporkan dampak serangan Iran terhadap Israel.

    Dalam surat edaran berjudul ‘Rising Lion – Pedoman Sensor IDF untuk Liputan Media tentang Serangan di Front Dalam Negeri Israel’, kantor kepala sensor militer Israel memerintahkan editor untuk mengambil tindakan tegas saat jurnalis melaporkan serangan rudal dan pesawat drone.

    Sensor juga memperingatkan agar tidak melaporkan apa pun yang dapat menunjukkan posisi serangan atau operasi pertahanan udara, atau penilaian kerusakan yang dapat membantu musuh dan menimbulkan ancaman nyata bagi keamanan negara.

    Berikut poin-poin pelarangan secara khusus bagi media dan jurnalis Israel, dikutip dari Aljazeera:

    Memfilmkan atau menyiarkan gambar dari lokasi terdampak perang, terutama di dekat instalasi militer.
    Menggunakan pesawat drone atau kamera sudut lebar untuk menunjukkan area terdampak serangan Iran.
    Memberikan perincian lokasi pasti area yang terkena dampak serangan di dekat instalasi keamanan.
    Menyiarkan gambar rudal Israel yang diluncurkan atau rudal Iran yang dicegat.

    Perintah tersebut juga melarang berbagi video dari media sosial tanpa peninjauan. Pembatasan baru tersebut berlaku segera setelah surat edaran disebar.

    Fotografer di kota pelabuhan Haifa ditangkap pada Selasa (17/6) dini hari saat memasang kamera untuk menangkap gambar potensi serangan di pelabuhan.

    Penyensoran yang Selama Ini Berlaku di Israel

    Jurnalis dan editor sebelumnya sudah menghadapi penyensoran gila-gilaan dari pemerintah. Organisasi media diharuskan untuk menyerahkan artikel apa pun yang dapat menyinggung keamanan Israel kepada tim sensor militer untuk mendapatkan persetujuan sebelum dipublikasikan.

    Berdasarkan peraturan yang berlaku, penyensor memiliki kewenangan untuk menghentikan penerbitan artikel apa pun jika terdeteksi bisa membawa ancaman bagi keamanan nasional Israel.

    Namun, penyensor tidak boleh membatasi artikel atau laporan dengan alasan isi berita dapat merusak reputasi oknum tentara Israel atau politisi negara tersebut.

    Pada tahun 2023, pembatasan ketat Israel ditingkatkan melalui amandemen undang-undang antiterorisme negara tersebut. Aturan itu memungkinkan hukuman bagi mereka yang secara sistematis dan terus-menerus mengonsumsi publikasi teroris atau yang menyiarkan seruan langsung untuk melakukan tindakan terorisme.

    Menurut organisasi kebebasan media, seperti Index on Censorship, bahkan sebelum pembatasan baru pada pelaporan konflik Iran diperkenalkan, definisi penyensoran tentang “masalah keamanan” sangat luas dan subjektif.

    Topiknya beragam, seperti tentara, badan intelijen, transaksi senjata, tahanan administratif, aspek urusan luar negeri Israel, dan banyak lagi.

    Jurnalis, penerbit, atau kelompok media mana pun dapat mengajukan banding atas keputusan sensor ke Mahkamah Agung, yang berwenang membatalkan keputusannya.

    Penyensoran sudah menjadi makanan sehari-hari bagi media Israel. Pada Mei lalu, majalah Israel-Palestina, +972, melaporkan tentang peningkatan sensor media yang belum pernah terjadi sebelumnya, sejak dimulainya perang di Gaza.

    Menurut majalah tersebut, sepanjang tahun 2024, sensor militer Israel memblokir sepenuhnya 1.635 artikel agar tidak diterbitkan dan memberlakukan pembatasan sebagian pada 6.265 artikel lainnya.

    Artinya, rata-rata ada sekitar 21 intervensi dalam berita yang dipublikasikan setiap harinya. Angka itu 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan penyensoran harian tertinggi selama konflik Gaza 2014, yakni sekitar 10 intervensi per hari.

    Menurut Indeks Kebebasan Pers Dunia Reporters Sans Frontieres (RSF), Israel saat ini berada di peringkat ke-112 dari 180 negara dalam hal kebebasan pers. Israel berada di bawah Haiti, Guinea Bissau, Sudan Selatan, dan Chad.

    “Kebebasan pers, pluralitas media, dan independensi editorial makin dibatasi di Israel sejak dimulainya perang di Gaza, yang dilancarkan oleh Israel pada 7 Oktober 2023 setelah serangan mematikan Hamas,” menurut pernyataan RSF.

    RSF juga mencatat pentingnya koneksi politik dalam memilih pimpinan badan pengatur penyiaran Israel. Hanya jaringan yang sangat pro-pemerintah, seperti Channel 14 Israel, yang umumnya dipilih untuk menyelenggarakan wawancara dengan tokoh-tokoh senior.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ini Mobil Toyota Buatan Indonesia yang Terlaris di Luar Negeri

    Ini Mobil Toyota Buatan Indonesia yang Terlaris di Luar Negeri

    Jakarta

    Toyota jadi produsen yang paling banyak mengekspor mobil buatan Indonesia ke berbagai negara. Ini model mobil Toyota buatan Indonesia yang paling laris di luar negeri.

    Toyota berada di posisi teratas daftar pabrikan yang mengekspor mobilnya dari Indonesia. Tercantum dalam data distribusi ekspor yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Toyota mengirim 66.543 unit mobil buatan RI ke mancanegara selama Januari-Mei 2025.

    PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) diketahui memproduksi lima model utama yaitu Avanza, Veloz, Fortuner, Innova Zenix, dan Yaris Cross. Dari kelima model itu, rupanya Avanza jadi yang paling banyak peminatnya. Total ada 16.353 unit Avanza hasil produksi PT TMMIN yang dikirim ke Bahrain, Bangladesh, Bolivia, Kamboja, Kosta Rika, Filipina, Arab Saudi, sampai Vietnam.

    Toyota Fortuner tak kalah diminati. Sepanjang lima bulan tahun 2025, ada 16.235 unit Fortuner yang dikirim ke luar negeri. Negara tujuannya pun beragam mulai dari Brunei Darussalam, Kuwait, Oman, Filipina, Arab Saudi, Lebanon, Australia, hingga Ekuador. Soal tipe mesinnya cukup beragam ada 2.400 cc, 2.700 cc, 2.800 cc, dan 4.000 cc.

    Mobil Toyota Buatan Indonesia Paling Laris di Luar Negeri

    Selanjutnya ada Yaris Cross yang terdistribusi sebanyak 15.281 unit. Yaris Cross itu diminati di Antigua, Bahrain, Brunei Darussalam, Filipina, Srilanka, hingga Guatemala.

    Berikut urutan mobil Toyota yang paling banyak diekspor:

    1. Toyota Avanza: 16.353 unit
    2. Toyota Fortuner: 16.235
    3. Toyota Yaris Cross: 15.281 unit
    4. Toyota Veloz: 10.399 unit
    5. Toyota Innova Zenix: 8.275 unit

    Secara keseluruhan ekspor mobil buatan Indonesia pada Januari-Mei 2025 mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Sebagai perbandingan pada periode yang sama tahun 2024, ekspor mobil di Indonesia hanya mencapai 179.857 unit sementara pada tahun 2025 sudah menyentuh 192.501 unit. Ekspor mobil buatan Indonesia itu sudah merambah ke 93 negara. Saat ini, Filipina tercatat sebagai negara yang terbanyak mendatangkan mobil dari Indonesia.

    (dry/rgr)

  • Pascabombardir Israel, Iran Tuntut Ganti Rugi dan Bersumpah Lanjutkan Pembalasan

    Pascabombardir Israel, Iran Tuntut Ganti Rugi dan Bersumpah Lanjutkan Pembalasan

    PIKIRAN RAKYAT – Pada 29 Juni 2025 lalu, pihak Iran mengatakan bahwa mereka akan terus menyerang Israel sampai mereka membayar ganti rugi. Hal tersebut dikatakan langsung oleh oleh Dewan Keamanan Nasional tertinggi Iran.

    Pembalasan (terhadap Israel) akan terus dilakukan sampai musuh kita dihukum dan ganti rugi (kepada Iran) dibayar,” ucapnya.

    Diketahui, sebelumnya Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap Iran pada Jumat, 13 Juni 2025 dini hari dengan tuduhan Iran sedang menjalankan program nuklir militer secara rahasia.

    Serangan tersebut mengatakan sejumlah wilayah di Iran, termasuk ibu kota Teheran dan menewaskan beberapa pejabat tinggi militer dan sejumlah ilmuwan nuklir Iran.

    Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyebut serangan itu sebagai kejahatan dan mengancam Israel dengan “nasib yang pahit dan mengerikan.”

    Iran membalas serangan Israel itu dengan meluncurkan “Operasi True Promise 3” pada Jumat malam yang menyerang target-target militer Israel.

    Iran menyangkal program nuklir memiliki tujuan militer, Direktur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi menyatakan badan tersebut belum menemukan bukti kuat bahwa Iran sedang Mengembangkan senjata nuklir.

    Laporan intelijen AS juga menunjukan kesimpulan serupa bahwa Iran tidak mengembangkan senjata nuklir.

    Mantan Duta Besar Inggris dan Uzbekistan dan aktivis HAM Craig Murray mengatakan Iran telah menunjukkan tanggung jawab dan kesabaran luar biasa selama beberapa tahun terakhir meskipun menghadapi berbagai tindakan dari Israel.

    Lalu, kabar terbaru datang dari kelompok Hizbullah di Lebanon yang menegaskan bahwa mereka tidak netral dan berpihak pada Iran dalam konflik melawan Israel.

    Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem mengatakan bahwa kelompok mendukung hak dan kemerdekaan Iran yang sah.

    Amerika Serikat bersama Israel yang disebutnya sebagai tumor kanker melakukan kebohongan dan tindakan agresif terhadap iran.

    “Kami berdiri bersama Iran untuk menghadapi ketidakadilan global ini, karena kami juga memperjuangkan kemerdekaan, pembebasan tanah kami, serta kebebasan membuat keputusan dan pilihan kami sendiri,” ucapnya.

    Ia juga menegaskan bahwa Hizbullah bertindak sesuai penilaian mereka untuk membalas agresi brutal Israel dan AS. ***

  • Lihai Bermanuver dan Menghindari Deteksi

    Lihai Bermanuver dan Menghindari Deteksi

    JAKARTA – Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengklaim untuk pertama kalinya menggunakan rudal Sejjil untuk menyerang target-target di wilayah Israel dalam gelombang ke-12 serangan rudal balasan yang juga bagian dari “Operasi True Promise III” pada Rabu malam waktu setempat.

    Dalam sebuah pernyataan, kantor hubungan masyarakat IRGC mengumumkan peluncuran operasi tersebut, memperingatkan para pemukim Israel untuk meninggalkan wilayah yang diduduki.

    “Gelombang kedua belas Operasi True Promise III dimulai dengan penembakan rudal Sejjil dua tahap yang sangat berat dan jarak jauh,” menurut IRGC, dikutip dari Tasnim 19 Juni.

    IRGC mengatakan serangan rudal akan tepat menyasar sasaran seperti sebelumnya, Markas Mossad dan pangkalan militer Israel di seluruh wilayah negara itu.

    Sejjil adalah rudal balistik permukaan-ke-permukaan berbahan bakar padat dua tahap yang dikembangkan oleh Iran, dikutip dari The Economic Times.

    Jangkauannya diperkirakan mencapai 2.000 kilometer (1.242 mil), yang dapat menyerang jauh di dalam wilayah musuh, termasuk semua wilayah Israel dan Eropa tenggara. Rudal tersebut berukuran panjang 18 meter (59 kaki) dan dapat membawa muatan sekitar 700 kilogram (1.543 pon).

    Laporan yang belum dikonfirmasi mengatakan rudal ini memiliki varian lain yang memiliki jangkauan maksimum hingga 4.000 kilometer.

    Tidak seperti rudal berbahan bakar cair yang lebih tua, propulsi berbahan bakar padat Sejjil berarti waktu peluncuran yang lebih cepat, mobilitas yang lebih mudah, dan kemampuan bertahan yang lebih besar terhadap serangan pendahuluan.

    Rudal tersebut sangat mudah bermanuver dan dirancang untuk menghindari sistem deteksi musuh, meningkatkan peluangnya untuk menembus perisai pertahanan udara canggih seperti sistem Iron Dome dan Arrow milik Israel.

    Sejak meluncurkan serangan balasan, rudal serta drone Iran diketahui mampu menembus pertahanan Israel dan menghantam sejumlah sasaran. IRGC mengklaim telah menyerang kantor Mossad, pangkalan angkatan udara, dan pusat intelijen di seluruh Israel.

    Terbaru, rentetan rudal Iran kembali menyasar sejumlah wilayah Israel pada Hari kamis. Israel Defense Forces (IDF) sebelumnya mengidentifikasi rudal yang diluncurkan dari Iran pada Kamis pagi waktu setempat. Sirine diaktifkan di seluruh Israel.

    “Sistem pertahanan beroperasi untuk mencegat ancaman tersebut,” kata IDF, dikutip dari Reuters.

    Penggunaan rudal Sejjil dapat menjadi titik balik dalam konflik Israel-Iran. Jangkauan rudal yang jauh memungkinkan Iran untuk menyerang Israel tanpa meluncurkan rudal dari proksi seperti Hizbullah di Lebanon atau milisi di Suriah atau Irak.

    Penggunaan bahan bakar padat mempersingkat persiapan peluncuran Sejjil, sehingga sistem pertahanan Israel memiliki sedikit waktu untuk peringatan dan reaksi.

  • Ulama Irak Teriak, Serangan ke Khamenei Picu Petaka di Timur Tengah

    Ulama Irak Teriak, Serangan ke Khamenei Picu Petaka di Timur Tengah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ulama Syiah paling berpengaruh di Irak, Ayatollah Agung Ali Sistani, mengingatkan agar komunitas internasional tidak menargetkan pemimpin tertinggi Iran. Ia memperingatkan bahwa langkah tersebut bisa memicu kekacauan luas dan memperburuk situasi di Timur Tengah.

    “Setiap penargetan terhadap kepemimpinan agama dan politik tertinggi Iran akan membawa konsekuensi mengerikan bagi kawasan,” tegas Sistani dalam pernyataan resminya, seperti dikutip AFP, Kamis (19/6/2025).

    Peringatan ini muncul di tengah memanasnya konflik Iran-Israel setelah serangan mendadak Israel pekan lalu yang menargetkan situs militer dan nuklir Iran serta menewaskan sejumlah komandan dan ilmuwan tinggi. Iran membalas dengan rentetan rudal ke wilayah Israel, memicu ketegangan regional yang lebih luas.

    Sistani, yang merupakan warga negara Iran namun dikenal menentang dominasi Teheran di Irak, menyerukan penyelesaian damai.

    “Masyarakat internasional harus melakukan segala upaya untuk mengakhiri perang yang tidak adil ini dan menemukan solusi damai terkait program nuklir Iran,” ujarnya.

    Kekhawatiran akan eskalasi makin meningkat setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak menutup kemungkinan menyerang atau bahkan membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. “Itu bisa mengakhiri konflik,” klaim Netanyahu awal pekan ini.

    Presiden AS Donald Trump juga menekan Iran agar menyerah tanpa syarat, meski menegaskan belum akan menyerang Khamenei “untuk saat ini”.

    Sementara itu, aksi solidaritas bermunculan di Irak dan Lebanon. Di Irak selatan, ulama Syiah turun ke jalan dengan mengenakan seragam militer, membawa bendera Irak dan Iran, serta meneriakkan slogan anti-Israel.

    Sementara di Lebanon, kelompok Hizbullah memperingatkan Israel agar tidak mengancam Khamenei, menyebutnya sebagai tindakan “sembrono dan bodoh” yang akan menimbulkan “konsekuensi serius”.

    “Ancaman terhadap Khamenei adalah penghinaan terhadap ratusan juta orang beriman,” kata pernyataan resmi Hizbullah.

    Sejak 12 Juni lalu, Iran dan Israel telah terlibat dalam eskalasi paling parah hingga saat ini. Iran telah meluncurkan sekitar 400 misil balistik dan 1.000 drone ke wilayah Israel, termasuk serangan ke Soroka Hospital di Beersheba dan kawasan sipil seperti Tel Aviv dan Haifa, yang menyebabkan puluhan kematian dan ratusan luka, serta kerusakan besar pada bangunan dan infrastruktur penting.

    Sebagai balasan, Israel menggempur hampir seluruh fasilitas nuklir dan militer Iran, mencakup reaktor Arak, Natanz, Isfahan, dan pangkalan IRGC, menghancurkan 35-40% stok misil Iran. Serangan ini menewaskan antara ratusan orang di Iran, termasuk ratusan warga sipil.

    Konflik ini kian meluas dengan meningkatnya ketegangan sipil, evakuasi skala internasional, dan ancaman militer lebih lanjut dari AS dan Rusia di tengah upaya diplomasi internasional.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Seberapa Tangguh Ekonomi Israel?

    Seberapa Tangguh Ekonomi Israel?

    Jakarta

    Perang adalah perkara mahal. Selain menciptakan kehancuran, tragedi perorangan, dan korban jiwa, biaya pengadaan dan pengerahan peralatan militer menelan biaya besar.

    Perang juga menguras tenaga kerja, sebagaimana yang saat ini dirasakan perekonomian Israel.

    Sejak kelompok militan Islam Hamas melancarkan serangan mendadak pada 7 Oktober 2023, Israel meluluhlantakkan Jalur Gaza, yang diikuti serangan udara ke Lebanon sebagai balasan atas serangan rudal dan drone oleh Hezbollah.

    Pekan lalu, Israel juga menyerang sasaran di dalam wilayah Iran untuk melumpuhkan program nuklir milik Teheran.

    Masalah besar, anggaran besar

    Bagi negara sekecil Israel, eskalasi konflik dengan cepat berimbas terhadap perekonomian. Banyak tentara cadangan yang dipanggil untuk bertempur, misalnya, terpaksa meninggalkan pekerjaan untuk sementara.

    Selain itu, izin kerja bagi warga Palestina juga banyak yang dibatalkan, ketika akses lintas perbatasan makin sulit, yang memperparah kekurangan tenaga kerja.

    Di saat bersamaan, pemerintah menggandakan belanja pertahanan. Tahun 2024, anggaran militer naik 65% menjadi 46,5 miliar dolar AS, menurut laporan Stockholm International Peace Research Institute.

    Jumlah tersebut setara dengan 8,8% dari PDB, tertinggi kedua di dunia setelah Ukraina.

    Dari jumlah itu, sekitar USD38,6 miliar dialokasikan untuk pertahanan, menurut laporan The Times of Israel.

    Masa depan ekonomi penuh ketidakpastian

    Profesor ekonomi dari Coller School of Management, Universitas Tel Aviv, Itai Ater, mengatakan saat ini perang menelan biaya yang “sangat mahal” dan memicu “ketidakpastian besar dalam jangka pendek dan panjang.”

    “Biaya militer, baik di fron ofensif maupun defensif, sangat tinggi. Beban ini pasti akan berdampak pada anggaran, defisit, PDB, dan utang negara,” kata Ater kepada DW.

    Selama 20 bulan terakhir, banyak warga sipil Israel yang menjalani tugas militer selama berbulan-bulan. Banyak pula yang dievakuasi dari rumah mereka di daerah perbatasan, menyebabkan disrupsi besar dalam kehidupan warga.

    Sejak serangan terakhir pekan lalu, banyak pekerja, terutama di sektor manufaktur, perdagangan, teknologi, dan pendidikan yang menganggur, tambah Ater.

    Penerbangan komersial dari dan ke Israel juga masih ditangguhkan. Sebagian besar maskapai telah mengevakuasi armada pesawatnya, dan wilayah udara di hampir penjuru Timur Tengah juga ditutup.

    Kenaikan pajak demi tutupi biaya perang

    Untuk mengendurkan tekanan fiskal, pemerintah akhirnya menaikkan pajak. Awal tahun ini, pajak pertambahan nilai (PPN) untuk sebagian besar barang dan jasa naik dari 17% menjadi 18%. Pajak kesehatan yang dipotong dari gaji karyawan, serta iuran asuransi nasional, juga meningkat.

    Menurut profesor emeritus ekonomi dari Universitas Haifa, Benjamin Bental, ekonomi Israel terpukul dalam satu setengah tahun terakhir, namun “menunjukkan ketahanan yang mengejutkan,” kata dia.

    Karena ketika sektor pariwisata, manufaktur, konstruksi dan pertanian tertekan, industri teknologi tinggi, pertahanan, dan ritel makanan tetap kuat. Pada 2024, PDB Israel mencapai lebih dari USD540 miliar, melampaui tahun-tahun sebelumnya.

    Bental menyoroti keberhasilan sektor teknologi tinggi dan ketatnya pasar tenaga kerja. Hingga kini, kekhawatiran bahwa infrastruktur energi dan internet akan diserang oleh Hezbollah atau Iran juga belum terbukti, sehingga aktivitas bisnis tetap berjalan.

    Ketergantungan pada industri teknologi tinggi

    Israel dikenal sebagai negara industri teknologi tinggi. Selain mempekerjakan 12% dari total tenaga kerja, sektor ini menyumbang sekitar 25% dari total penerimaan pajak penghasilan berkat tingginya upah rata-rata, menurut laporan Jefferies, bank investasi asal AS.

    Produk dan layanan teknologi tinggi mencakup 64% dari ekspor negara dan sekitar 20% dari PDB.

    Namun, jumlah pekerja di sektor teknologi mengalami stagnasi sejak tahun 2022, menurut laporan Otoritas Inovasi Israel pada April. Untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir, jumlah tenaga kerja lokal di sektor teknologi menurun, sementara semakin banyak pekerja yang memilih pindah ke luar negeri untuk jangka panjang.

    Saat ini, sekitar 390 ribu pekerja teknologi berada di Israel, sementara 440 ribu lainnya bermukim di luar negeri. Kenaikan pajak dikhawatirkan mendorong lebih banyak perusahaan atau tenaga kerja yang fleksibel untuk hengkang.

    Risiko jangka panjang

    Ketidakpastian situasi di Israel dan sekitarnya menjadi faktor utama yang mempengaruhi pasar tenaga kerja, pelaku usaha, dan investor.

    “Namun, jika melihat pasar saham dan nilai tukar, investor terlihat cukup optimistis, karena mungkin berharap perang akan segera berakhir, atau ancaman nuklir Iran bisa dinetralisir, dan ekonomi akan pulih,” ujar Ater.

    Kendati risiko jangka pendek meningkat, risiko bagi investor akan bergantung pada berapa lama konflik berlangsung dan bagaimana akhirnya.

    “Jika skenario alternatif terjadi, yakni perang jangka panjang dengan Iran, maka perekonomian sulit berkembang,” tambahnya.

    Ke depan, Ater menilai persoalan keamanan, terutama konflik Israel-Palestina, tetap menjadi tantangan jangka panjang bagi perekonomian.

    Selain itu, dia menyoroti pentingnya mencermati perpecahan sosial di dalam negeri serta reformasi yudisial yang bisa berdampak pada institusi demokrasi.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh: Rizki Nugraha
    Editor: Hendra Pasuhuk

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Memiliki Bom Nukir, tapi Ketakutan pada Iran yang Tak Memilikinya

    Israel Memiliki Bom Nukir, tapi Ketakutan pada Iran yang Tak Memilikinya

    GELORA.CO – Israel meluncurkan perang melawan Iran sejak Jumat pekan lalu dengan dalih ketakutan rezim Zionis bahwa Teheran akan memiliki senjata nuklir. Ironisnya, rezim Zionis justru memiliki bom nuklir sejak puluhan tahun lalu dan memilih bungkam.

    Iran membantah bahwa mereka berusaha memproduksi senjata nuklir, dan bahwa program nuklirnya saat ini ditujukan untuk tujuan sipil.

    Iran merupakan penanda tangan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT), yang menyatakan bahwa negara-negara yang belum memiliki senjata nuklir tidak dapat memperolehnya.

    NPT memberikan wewenang kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk memantau dan memverifikasi bahwa negara-negara non-nuklir mematuhinya. Minggu lalu, IAEA mengatakan bahwa Iran telah melanggar kewajibannya—sebuah tuduhan yang dikecam keras oleh Teheran, dan diklaim sebagai dalih untuk serangan mendadak Israel.

    Beberapa situs nuklir dan militer Iran telah dibombardir Israel sejak Jumat pekan lalu dalam Operasi Rising Lion. Hingga hari ini, lebih dari 200 orang tewas akibat agresi militer Zionis.

    Iran telah membalas dengan meluncurkan gelombang serangan rudal dan drone ke Israel dengan nama sandi Operasi True Promise III. Situs militer dan intelijen Zionis diserang, lebih dari 20 orang tewas.

    Sejarah Israel Memiliki Bom Nuklir

    Tidak seperti Iran, Israel tidak menandatangani NPT, dan merupakan satu dari lima negara yang tidak menjadi pihak dalam perjanjian 1968. Ini berarti bahwa IAEA tidak memiliki cara untuk memantau atau memverifikasi persenjataan nuklir Israel.

    Sedikit yang diketahui tentang program nuklir Israel, yang memiliki kebijakan untuk tidak mengonfirmasi atau menyangkalnya.

    Namun, dokumen yang dideklasifikasi, dokumen investigasi, dan pengungkapan whistleblower dari tahun 1980-an telah menunjukkan Israel memiliki bom nuklir.

    Israel adalah satu dari sembilan negara yang diketahui memiliki senjata nuklir, bersama dengan AS, Rusia, Inggris, Prancis, China, India, Pakistan, dan Korea Utara.

    Israel diyakini memiliki sekitar 90 hulu ledak nuklir dan cukup plutonium untuk menghasilkan sekitar 200 senjata nuklir lagi, menurut Nuclear Threat Initiative.

    Menurut laporan Middle East Eye, Kamis (19/6/2025), Israel memiliki antara 750 dan 1.110 kg plutonium, yang cukup untuk membuat 187 hingga 277 senjata nuklir.

    Senjata-senjata nuklir Israel dapat ditembakkan dari udara, laut, dan darat.

    Israel memiliki pesawat F-15, F-16, dan F-35 produksi AS, yang semuanya dapat dimodifikasi untuk membawa bom nuklir. Israel juga diyakini memiliki enam kapal selam kelas Dolphin, yang diproduksi oleh perusahaan Jerman, yang kemungkinan mampu meluncurkan rudal jelajah nuklir.

    Rezim Zionis juga memiliki beragam rudal balistik Jericho yang berbasis di darat dengan jangkauan hingga 4.000 km. Para peneliti memperkirakan bahwa sekitar 24 di antaranya dapat membawa hulu ledak nuklir, meskipun jumlah pastinya tidak jelas.

    Bagaimana program nuklir Israel dimulai? David Ben Gurion, perdana menteri pertama Israel, meluncurkan proyek nuklir pada pertengahan hingga akhir 1950-an. Sebuah kompleks besar dibangun di Dimona, sebuah kota di gurun Negev (situs tersebut disebut sebagai Dimona).

    Di sanalah produksi plutonium tahap pertama, dengan bantuan dari pemerintah Prancis.

    “Sebagian besar catatan yang kredibel menunjukkan peran Prancis pada akhir 1950-an,” kata Shawn Rostker, seorang analis riset di Pusat Pengendalian Senjata dan Non-Proliferasi, kepada Middle East Eye.

    “Prancis membantu membangun reaktor Dimona, memasok teknologi reaktor utama, dan mendukung kemampuan pemrosesan ulang plutonium, yang menjadi dasar bagi kemajuan nuklir Israel,” paparnya.

    Koordinasi antara Paris dan Israel lahir dari permusuhan bersama terhadap Gamal Abdel Nasser, presiden Mesir saat itu, menurut para sejarawan Prancis.

    Kerja sama Prancis-Israel dirahasiakan. Bahkan Amerika Serikat; sekutu terdekat Israel, awalnya tidak mengetahuinya.

    Avner Cohen, seorang sejarawan dan profesor Israel-Amerika, adalah salah satu peneliti paling terkemuka tentang sejarah nuklir Israel dan telah menulis beberapa buku tentang subjek tersebut, termasuk “Israel and the Bomb”.

    “Sekitar setengah abad yang lalu Israel memperoleh kemampuan senjata nuklir, tetapi telah melakukannya dengan cara yang tidak seperti yang dilakukan negara pemilik senjata nuklir lainnya, baik sebelum maupun sesudahnya,” katanya kepada Middle East Eye.

    Penelitiannya, yang mencakup analisis dokumen AS yang baru-baru ini dideklasifikasi, menemukan bahwa Washington selama akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an berulang kali menanyai Israel tentang apa yang dilakukan di Dimona.

    Akhirnya, di bawah tekanan AS, Ben Gurion mengatakan kepada Knesset (Parlemen Israel) pada bulan Desember 1960 bahwa reaktor Dimona adalah “reaktor penelitian” yang akan melayani “industri, pertanian, kesehatan, dan sains”.

    Maka dimulailah penipuan yang rumit dan berlangsung lama, karena pejabat AS memeriksa lokasi tersebut sebanyak delapan kali antara tahun 1961 dan 1969.

    Selama kunjungan tersebut, pabrik pemisahan bawah tanah, yang penting untuk produksi plutonium tingkat senjata, disembunyikan. Bagian lain dari lokasi tersebut disamarkan untuk menyamarkan tujuan kompleks tersebut.

    Israel membuat kemajuan yang signifikan di antara kunjungan tersebut.

    Diyakini bahwa Israel telah menyelesaikan pabrik pemisahan bawah tanah rahasianya pada tahun 1965; telah mulai memproduksi plutonium tingkat senjata pada tahun 1966; dan telah merakit senjata nuklir sebelum bulan Juni 1967 dan dimulainya perang Timur Tengah.

    Misteri Kesepakatan Nixon-Meir Tahun 1969?

    Pada akhir tahun 1960-an, AS akhirnya mengetahui tujuan sebenarnya dari Dimona. Menurut Cohen, sebuah kesepakatan rahasia telah dibuat, yang masih berlaku, bahwa Washington tidak akan mengajukan pertanyaan jika Israel tetap diam.

    “Pada tahun 1969, AS menerima status nuklir Israel yang luar biasa, selama Israel berkomitmen untuk menjaga kehadirannya tetap tidak terlihat dan tidak transparan. Ini dikenal sebagai kesepakatan nuklir Nixon-Meir tahun 1969,” kata Cohen kepada Middle East Eye, merujuk pada para pemimpin saat itu, Presiden AS Richard Nixon dan Perdana Menteri Israel Golda Meir.

    Sejak saat itu, Israel tetap berada di pihaknya dan menjalankan kebijakan yang sengaja dibuat samar, dengan para pejabat tidak mengakui atau menyangkal keberadaan persenjataan nuklir.

    AS pun menyetujuinya, bahkan dilaporkan mengeluarkan ancaman tindakan disipliner terhadap pejabat AS mana pun yang secara terbuka mengakui program tersebut.

    Pada tahun 2009, Presiden AS Barack Obama ditanya apakah ada negara di Timur Tengah yang memiliki senjata nuklir. Dia menjawab bahwa dia tidak akan berspekulasi.

    Apakah Israel Telah Menguji Senjata Nuklir?

    Dari sembilan negara pemilik senjata nuklir, Israel adalah satu-satunya yang tidak secara terbuka melakukan uji coba nuklir.

    Bukti terdekat adalah apa yang dikenal sebagai “insiden Vela” pada bulan September 1979, ketika Israel dan Afrika Selatan era apartheid mungkin telah melakukan uji coba nuklir bersama di sebuah pulau tempat Atlantik Selatan bertemu dengan Samudra Hindia.

    Satelit AS pada saat itu mendeteksi kilatan cahaya ganda yang tidak dapat dijelaskan, yang biasanya merupakan tanda ledakan nuklir.

    Pemerintah apartheid Afrika Selatan mengembangkan senjata pemusnah massal selama lima dekade, tetapi mengakhiri program nuklirnya pada tahun 1989. Negara ini adalah satu-satunya yang telah mencapai kemampuan senjata nuklir tetapi melepaskannya secara sukarela.

    Jimmy Carter, yang menjabat sebagai presiden AS pada saat insiden tersebut, mengatakan bahwa dia yakin insiden Vela adalah uji coba nuklir Israel.

    “Kami memiliki keyakinan yang berkembang di antara para ilmuwan kami bahwa Israel memang melakukan uji coba ledakan nuklir di lautan dekat ujung selatan Afrika Selatan,” tulisnya dalam White House Diary, versi jurnal beranotasi yang ditulis selama masa jabatannya sebagai presiden yang diterbitkan pada tahun 2010.

    Kapan Senjata Nuklir Israel Mulai Dikenal?

    Program nuklir Israel menjadi berita utama pada bulan Oktober 1986, ketika mantan teknisi nuklir Mordechai Vanunu mengungkapkan rincian tentang Dimona kepada Sunday Times.

    Vanunu, yang telah bekerja di lokasi tersebut selama sembilan tahun, mengatakan bahwa lokasi tersebut mampu memproduksi 1,2 kg plutonium seminggu, yang cukup untuk sekitar 12 hulu ledak nuklir setahun.

    Dia mengatakan bahwa selama kunjungan AS pada tahun 1960-an, pejabat Amerika telah ditipu oleh dinding palsu dan lift tersembunyi, dan bahwa mereka tidak menyadari bahwa ada enam lantai tersembunyi di bawah tanah.

    Vanunu mengambil 60 foto Dimona, beberapa di antaranya diterbitkan oleh surat kabar Inggris.

    Pada tahun-tahun menjelang kebocoran informasi, Vanunu menjadi kecewa dengan tindakan Israel, menentang invasinya ke Lebanon pada tahun 1982 dan menyerukan hak yang sama bagi warga Palestina.

    Namun sebelum ceritanya dipublikasikan, Vanunu diculik oleh agen Israel. Tinggal di London dengan biaya The Sunday Times, dia dibujuk oleh seorang agen Mossad wanita untuk pergi ke Roma. Di sanalah dia, dibius, dibawa ke Israel, dinyatakan bersalah atas spionase dan menjalani hukuman 18 tahun penjara—lebih dari separuhnya di sel isolasi.

    Setelah dibebaskan pada tahun 2004, dia dilarang bepergian ke luar negeri atau bertemu wartawan asing. Pembatasan tersebut tetap berlaku.

    Apa Strategi Israel dalam Menggunakan Senjata Nuklir?

    Pada tahun 2011, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu diminta oleh Piers Morgan untuk mengonfirmasi bahwa Israel tidak memiliki senjata nuklir. Dia menjawab: “Itu kebijakan kami. Bukan menjadi yang pertama memperkenalkan senjata nuklir ke Timur Tengah.”

    Itu adalah kalimat yang sering diulang oleh pejabat Israel ketika didesak mengenai masalah tersebut.

    “Israel tidak pernah menjelaskan secara terbuka apa arti ‘pengenalan’,” kata Cohen, seraya menambahkan bahwa Israel memperlakukan aktivitas nuklir sebagai sesuatu yang rahasia dan di luar kebijakan pertahanan dan luar negerinya.

    “Oleh karena itu, Israel tidak memiliki strategi publik yang melibatkan penggunaan nuklir. Dapat dipahami bahwa Israel tidak melihat penggunaan senjata nuklir kecuali dalam skenario paling ekstrem dari ‘upaya terakhir’,” paparnya.

    “Juga dipahami secara luas bahwa selama Israel mempertahankan monopoli regionalnya yang jinak, ia tidak melihat kemampuannya sebagai senjata.”

    “Skenario pilihan terakhir” terkadang disebut sebagai “Opsi Samson”, merupakan sebuah frasa yang diyakini dicetuskan oleh para pemimpin Israel pada pertengahan tahun 1960-an. Prinsipnya adalah Israel akan menggunakan pembalasan nuklir jika menghadapi ancaman eksistensial.

    Samson adalah tokoh Yahudi dalam Alkitab yang, dirantai oleh musuh-musuhnya; orang Filistin, di sebuah kuil, menggunakan kekuatan yang diberikan Tuhan untuk merobohkan sebuah pilar, membunuh dirinya sendiri dan para penculiknya.

    Menurut para analis, hal ini sangat kontras dengan doktrin Mutually Assured Destruction (MAD), di mana jika satu kekuatan nuklir menyerang yang lain terlebih dahulu, maka negara yang menjadi sasaran masih akan punya waktu untuk membalas, memastikan tidak ada yang akan selamat.

    Namun secara teori, Opsi Samson dapat diterapkan jika Israel menghadapi kekalahan militer yang dianggapnya eksistensial, bahkan dari kekuatan non-nuklir.

    Cohen dan beberapa peneliti lain mengatakan bahwa selama perang Timur Tengah tahun 1973, ketika Mesir dan Suriah melancarkan serangan mendadak, Israel mempertimbangkan pilihan.

    Namun, meski tidak pernah mengakui keberadaan senjata nuklir, para pemimpin Israel menyiratkan bahwa senjata itu dapat digunakan jika diperlukan.

    “Armada kapal selam kami bertindak sebagai pencegah bagi musuh-musuh kami,” kata Netanyahu dalam pidatonya tahun 2016. “Mereka perlu tahu bahwa Israel dapat menyerang, dengan kekuatan besar, siapa pun yang mencoba melukainya.”

    Baru-baru ini, pada bulan November 2023, seorang menteri pemerintah Israel secara terbuka menyatakan bahwa menjatuhkan bom nuklir di Jalur Gaza oleh Israel adalah “sebuah pilihan”.

    Amichai Eliyahu, menteri warisan Israel, sempat diskors dari rapat-rapat pemerintah karena komentarnya itu, dan kemudian menggunakan media sosial untuk menyatakan bahwa komentar itu dimaksudkan sebagai “metaforis”.

  • Israel Luncurkan Serangan Terbaru ke Iran, Ledakan Terdengar di Teheran-Karaj

    Israel Luncurkan Serangan Terbaru ke Iran, Ledakan Terdengar di Teheran-Karaj

    Jakarta

    Israel meluncurkan serangan terbaru ke Iran hari ini. Gelombang serangan itu menyasar ke sejumlah kota di Iran.

    “Angkatan Udara Israel saat ini tengah melancarkan “serangkaian serangan” di Teheran dan wilayah lain di Iran, kata Pasukan Pertahanan Israel pada Kamis pagi dilansir CNN, Kamis (19/6/2025).

    Korps Garda Revolusi Iran juga telah membenarkan serangan terbaru dari Israel tersebut. Sistem pertahanan udara di Teheran telah diaktifkan.

    Dilansir Al Jazeera, bunyi ledakan juga terdengar di beberapa kota Iran hari ini. Serangan terbaru militer Israel itu tidak hanya menyasar kota Teheran.

    Laporan reporter lapangan kantor berita Lebanon, Al Mayadeen, mengatakan serangan telah dilaporkan terjadi di ibu kota, Teheran. Sementara ledakan juga terdengar di dekat kota Karaj, sebelah barat Teheran.

    Koresponden tersebut menambahkan bahwa pertahanan udara Iran saat ini tengah mencegat target-target Israel di langit Karaj dan sekitarnya.

    (ygs/zap)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini