Negara: Lebanon

  • Sinyal Waspada Ekonomi Global Imbas Serangan AS ke Iran

    Sinyal Waspada Ekonomi Global Imbas Serangan AS ke Iran

    Bisnis.com, JAKARTA – Serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir Iran berisiko menimbulkan efek berantai yang dapat berdampak buruk terhadap perekonomian global.

    Hal ini diungkapkan oleh Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva yang mengingatkan bahwa serangan udara AS dapat memicu dampak lanjutan yang meluas, jauh melampaui sektor energi.

    “Ini kami lihat sebagai sumber ketidakpastian tambahan dalam lingkungan yang sudah sangat tidak stabil,” kata Georgieva seperti dilansir Bloomberg, Senin (23/6/2025).

    Ia menyebut gejolak terbesar sejauh ini tercermin pada lonjakan harga energi, yang kini tengah diawasi ketat oleh IMF. Namun, ia menambahkan bahwa bisa saja muncul dampak sekunder dan tersier dari lonjakan harga energi tersebut.

    ”Misalnya, jika turbulensi ini mulai memukul prospek pertumbuhan ekonomi besar, maka kita berhadapan dengan risiko revisi turun terhadap proyeksi pertumbuhan global,” lanjutnya.

    Harga acuan minyak dunia, Brent, sempat melesat hingga 5,7% ke US$81,40 per barel pada perdagangan pagi di Asia, sebelum terkoreksi sebagian akibat aksi jual intensif.

    IMF sendiri telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini pada April lalu, ketika memperingatkan bahwa upaya “reboot” perdagangan global yang dipimpin AS justru memperlambat laju pertumbuhan.

    Georgieva mengatakan, data kuartal pertama dan kedua menunjukkan tren tersebut masih berlangsung. Meskipun dunia diperkirakan terhindar dari resesi, lonjakan ketidakpastian terus menekan ruang pertumbuhan.

    Ketegangan geopolitik meningkat tajam setelah Presiden Donald Trump memerintahkan serangan dengan bom penembus bunker ke situs nuklir Iran. Langkah ini mendorong kawasan Timur Tengah ke wilayah risiko yang belum terpetakan, dan mengguncang sentimen global di saat perekonomian dunia masih belum pulih dari tekanan perang dagang.

    Secara spesifik, Georgieva menyatakan IMF kini tengah mencermati premi risiko energi — terutama di pasar minyak dan gas. Volume transaksi opsi meningkat tajam, sementara kurva kontrak berjangka mengalami pergeseran mencerminkan kekhawatiran terhadap potensi keketatan pasokan jangka pendek.

    “Kita masih harus melihat bagaimana peristiwa ini akan berkembang,” ujarnya, seraya menyampaikan kekhawatiran akan kemungkinan terganggunya jalur distribusi energi atau meluasnya dampak ke negara-negara lain. “Saya hanya bisa berdoa agar itu tidak terjadi.”

    Mengenai kondisi ekonomi AS, Georgieva melihat tren disinflasi masih berjalan, namun The Fed belum berada dalam posisi untuk segera memangkas suku bunga.

    “Menjelang akhir tahun, kami memperkirakan The Fed mungkin akan menilai bahwa waktunya telah tiba untuk melakukan penyesuaian ke bawah pada suku bunga,” tuturnya. Ia menunjuk pada kekuatan pasar tenaga kerja dan pertumbuhan upah yang menopang daya beli rumah tangga sebagai faktor utama.

    Namun, Georgieva menegaskan bahwa semakin tinggi gejolak dan ketidakpastian, semakin besar pula tekanan yang dihadapi dunia usaha.

    “Dalam situasi tidak pasti, apa yang terjadi? Investor menunda investasi, konsumen menahan belanja, dan prospek pertumbuhan pun tertahan,” pungkasnya.

    Antisipasi Balasan Iran

    Sebagai langkah awal, Iran membalas dengan meluncurkan gelombang rudal ke wilayah Israel, menimbulkan puluhan korban luka dan meratakan sejumlah bangunan di Tel Aviv.

    Kendati belum ada aksi langsung terhadap pangkalan militer AS atau penutupan jalur minyak global, para pengamat menilai bahwa situasi dapat berubah sewaktu-waktu.

    Dalam pernyataannya di Istanbul, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menegaskan bahwa segala opsi masih di atas meja. Jalur diplomasi, kata dia, hanya akan dibuka setelah Teheran memberikan respons militer.

    “Amerika telah menginjak-injak hukum internasional. Mereka hanya paham bahasa ancaman dan kekuatan,” ujar Araqchi, dikutip Reuters, Senin (23/6/2025).

    Penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yakni Ali Shamkhani, menulis di platform X (dulu Twitter): “Kejutan akan terus berlanjut!”

    Di sisi lain, Departemen Luar Negeri AS memerintahkan evakuasi keluarga staf diplomatik dari Lebanon dan mengimbau warganya di Timur Tengah untuk membatasi mobilitas dan menjaga profil rendah. Peringatan keamanan domestik juga diperketat, dengan patroli dan pengamanan ditingkatkan di lokasi-lokasi strategis, keagamaan, dan diplomatik.

    Ancaman Penutupan Selat Hormuz

    Parlemen Iran telah menyetujui langkah awal untuk menutup Selat Hormuz—jalur strategis yang dilalui hampir 25% dari total perdagangan minyak dunia dan berbatasan langsung dengan Oman serta Uni Emirat Arab.

    Meski keputusan akhir masih berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran yang diketuai oleh pejabat pilihan Ayatollah Khamenei, upaya ini dipandang sebagai potensi pemicu gejolak besar di pasar minyak global.

    Penutupan jalur ini diperkirakan akan mengerek harga minyak secara drastis, mengguncang perekonomian dunia, dan meningkatkan risiko konfrontasi langsung dengan Armada Kelima Angkatan Laut AS yang ditugaskan menjaga kelancaran lalu lintas di kawasan Teluk.

    Analis keamanan juga memperingatkan bahwa bila Iran terdesak, mereka dapat beralih ke strategi tidak konvensional, termasuk serangan bom atau siber.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dalam wawancara dengan Sunday Morning Futures menegaskan bahwa jika Iran membalas, itu akan menjadi kesalahan terburuk yang pernah mereka buat.

    Dalam pernyataan terpisah kepada CBS, Rubio menambahkan bahwa meskipun tidak ada rencana operasi lanjutan saat ini, AS memiliki target lain yang siap diserang jika diperlukan.

    “Tidak ada rencana aksi militer tambahan terhadap Iran, kecuali mereka bertindak sembrono,” ujarnya.

    Sementara itu, Dewan Keamanan PBB dijadwalkan menggelar pertemuan darurat pada Minggu malam waktu New York atas permintaan Iran. Teheran menyerukan agar badan beranggotakan 15 negara itu mengecam tindakan AS yang dinilai sebagai agresi terang-terangan dan ilegal.

  • Breaking: Pemerintah AS Beri Warning ke Warga Amerika di Seluruh Dunia

    Breaking: Pemerintah AS Beri Warning ke Warga Amerika di Seluruh Dunia

    Jakarta, CNBC Indonesia -Pemerintah Amerika Serikat (AS), mengeluarkan peringatan di seluruh dunia bagi seluruh warga AS, Minggu waktu setempat. Negeri itu mengatakan konflik di Timur Tengah dapat meningkatkan risiko keamanan bagi mereka yang bepergian atau tinggal di luar negeri.

    “Konflik antara Israel dan Iran telah mengakibatkan gangguan perjalanan dan penutupan wilayah udara secara berkala di seluruh Timur Tengah. Ada potensi demonstrasi terhadap warga negara AS dan kepentingan di luar negeri,” kata peringatan keamanan Departemen Luar Negeri, dikutip AFP, Senin.

    “Departemen Luar Negeri menyarankan warga negara AS di seluruh dunia untuk lebih berhati-hati.”

    Pernyataan tersebut tidak menyebutkan bagaimana AS ikut campur dalam konflik tersebut Sabtu malama atau Minggu dini hari. Diketahui pesawat Amerika mengebom fasilitas nuklir di Iran, sebuah tindakan yang menurut Teheran akan memiliki “konsekuensi yang tidak dapat diperbaiki”.

    Minggu, Iran telah mengancam pangkalan-pangkalan AS di Timur Tengah. Teheran memperingatkan bahwa pasukan AS dapat diserang sebagai balasan atas serangan udara yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menurut Pentagon telah menghancurkan program nuklir Iran.

    “Setiap negara di kawasan ini atau di tempat lain yang digunakan oleh pasukan Amerika untuk menyerang Iran akan dianggap sebagai target yang sah bagi angkatan bersenjata kami,” kata seorang penasihat pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Ali Akbar Velayati, dalam sebuah pesan yang disiarkan oleh kantor berita resmi IRNA.

    Evakuasi Besar-besaran AS di Israel, Irak, Lebanon

    Sebelumnya pada hari Sabtu, AS memulai penerbangan evakuasi dari Israel untuk warga negara Amerika dan penduduk tetap AS yang tinggal di Israel atau Tepi Barat. Amerika Serikat juga memerintahkan staf di misi diplomatiknya di Irak dan Lebanon untuk meninggalkan negara-negara tersebut.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Serangan Israel ke Iran Termasuk Tindakan Agresi, Lembaga Internasional Harus Turun Tangan

    Serangan Israel ke Iran Termasuk Tindakan Agresi, Lembaga Internasional Harus Turun Tangan

    JAKARTA – Pakar Hukum Internasional Universitas Muhammadiyah Surabaya, Satria Unggul Wicaksana menilai serangan militer Israel ke wilayah yang disebut sebagai pangkalan Iran pada 13 Juni 2025 merupakan pelanggaran prinsip-prinsip dasar Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kini memicu eskalasi konflik global.

    “Dalam Piagam PBB Pasal 2 Ayat 4 ditegaskan bahwa setiap negara anggota wajib menahan diri dari ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik negara lain. Serangan ini jelas mencederai prinsip tersebut,” ujarnya, Minggu 22 Juni 2025.

    Menurut dia, meski Israel mengklaim serangan tersebut ditujukan untuk mencegah penguatan militer Iran di tengah proses perundingan antara Amerika Serikat dan Iran, tindakan sepihak semacam ini dapat menimbulkan ketegangan yang lebih luas.

    Terlebih, Israel bukan pertama kali melakukan serangan ke negara-negara lain, di mana sebelumnya mereka juga melakukan operasi militer ke Lebanon, Suriah, hingga Irak. “Serangan terbaru yang dinamai Rising Lion ini sangat berbahaya karena bisa memicu keterlibatan sekutu-sekutu besar seperti Rusia, Tiongkok, dan Korea Utara yang dikenal memiliki kedekatan dengan Iran,” tambah Satria.

    Dia mengungkapkan, kemungkinan Iran akan menggunakan hak untuk membela diri sebagaimana diatur dalam Pasal 51 Piagam PBB, yang mengizinkan negara melakukan pertahanan diri atau retaliasi jika diserang terlebih dahulu. Dalam konteks ini, langkah Israel bisa dianggap sebagai agresi militer yang sah untuk direspons menurut hukum internasional.

    Dia menambahkan, konflik yang dibiarkan tanpa penyelesaian objektif oleh lembaga internasional seperti Dewan Keamanan PBB berisiko berkembang menjadi perang berskala global. “Bila negara-negara yang seharusnya berperan sebagai mediator justru tidak mampu menengahi atau bersikap objektif, maka potensi meletusnya Perang Dunia Ketiga menjadi sangat nyata. Kita harus dudukkan persoalan ini secara jernih, siapa yang melakukan serangan lebih dulu, dialah yang bertanggung jawab secara hukum internasional,” tukasnya.

    Satria menegaskan, serangan Israel ke wilayah Iran bisa dikategorikan sebagai agresi berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB Tahun 1974 tentang Definisi Agresi, Pasal 5 Ayat 1. “Jika konflik ini bisa diselesaikan melalui jalur damai, seperti melalui Mahkamah Internasional, tentu akan lebih baik. Namun jika tidak, kita sedang berdiri di ambang krisis global yang bisa berkembang menjadi bencana besar,” tutupnya.

  • Ini Opsi Iran Buat Balas Serang AS

    Ini Opsi Iran Buat Balas Serang AS

    Jakarta, CNBC Indonesia — Iran telah berupaya untuk mencegah Presiden AS Donald Trump bergabung dengan Israel. Negara tersebut sempat mengancam AS dengan pembalasan yang mengerikan, tetapi pilihannya sekarang terbatas dan penuh dengan risiko.

    Melansir The Guardian, Minggu (22/6/2025), para pejabat Iran telah mengatakan secara khusus bahwa kapal-kapal dan pangkalan militer AS akan menjadi sasaran, tetapi sebagian besar kapasitas yang diandalkannya sebagai penangkal telah dilucuti selama beberapa hari terakhir oleh serangan Israel.

    Serangan-serangan Israel berfokus pada peluncur rudal balistik jarak jauh. Meski begitu, Iran masih memiliki persenjataan rudal jarak pendek dan pesawat tak berawak yang tangguh.

    Perlu diingat, AS telah mengambil tindakan pencegahan selama beberapa minggu terakhir, menyebarkan kehadiran angkatan lautnya di wilayah tersebut dan meningkatkan pertahanan udara, untuk mencoba memastikan bahwa mereka merupakan target yang sulit.

    Lebih jauh, Trump memperingatkan keterlibatan AS yang lebih luas dalam perang Israel jika Iran mencoba untuk menyerang balik, dan dalam beberapa hari terakhir menyarankan bahwa salah satu target pesawat pengebom AS adalah pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

    Senjata utama Iran lainnya, yang dibangun selama beberapa dekade, adalah jaringan aliansinya dengan milisi regional, “poros perlawanannya”, tetapi itu juga telah terkuras.

    Persenjataan rudal Hizbullah yang luas dihancurkan oleh angkatan udara Israel tahun lalu. Pesawat-pesawat Israel telah kembali untuk mengendalikan pasukan Syiah Lebanon, dengan mengebom dugaan persediaan rudal di Beirut selatan pada bulan April.

    Milisi Syiah yang didukung Teheran di Irak, Kata’ib Hizbullah, telah mengancam akan menargetkan “kepentingan AS” di Timur Tengah sebagai tanggapan atas partisipasi Washington dalam dukungan Israel.

    Salah satu komandannya, Abu Ali al-Askari, dikutip dari CNN mengatakan bahwa pangkalan-pangkalan AS di wilayah tersebut “akan menjadi seperti tempat berburu bebek”. Amerika Serikat memiliki fasilitas militer di sedikitnya 19 lokasi di Timur Tengah, delapan di antaranya permanen.

    Mitra Iran lainnya, pasukan Houthi di Yaman, menyetujui gencatan senjata dengan AS pada bulan Mei, tetapi mereka telah memperingatkan bahwa mereka akan menganggap kebenaran telah terungkap jika Trump memutuskan untuk mengambil bagian dalam serangan terhadap Iran, dan akan menargetkan kapal-kapal AS di Laut Merah, sesuatu yang telah dilakukan Houthi dengan hasil yang beragam di masa lalu.

    Masuknya salah satu milisi ini ke dalam perang akan memicu respons yang menghancurkan dari AS, yang telah mempersiapkan diri untuk kemungkinan seperti itu selama berbulan-bulan ketika Israel mempersiapkan serangannya.

    Iran juga memiliki opsi untuk menyerang pengiriman, dengan opsi terakhir menggunakan ranjau, menenggelamkan kapal atau mengeluarkan ancaman yang kredibel untuk menutup selat Hormuz, pintu gerbang sempit ke Teluk Persia yang hanya selebar 55 km di beberapa tempat, yang dilalui lebih dari seperlima pasokan minyak dunia, 20 juta barel, dan sebagian besar gas cairnya setiap hari.

    Politisi garis keras Iran telah menyerukan agar selat itu ditutup selama beberapa hari terakhir. Hal ini memiliki keuntungan karena dapat menjadi alat untuk memukul Trump, karena akan memicu lonjakan harga minyak dengan efek inflasi yang hampir seketika di AS menjelang pemilihan kongres tahun depan.

    Sayangnya, hal ini juga akan menjadi tindakan yang sangat merugikan ekonomi. Minyak Iran menggunakan gerbang yang sama, dan menutup Hormuz berisiko membawa negara-negara Teluk Arab, yang sangat kritis terhadap serangan Israel, ke dalam perang untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.

    Untuk menghindari melibatkan lebih banyak musuh dalam konflik atau mengundang kampanye pemboman AS habis-habisan, Teheran dapat memutuskan untuk membalas dendamnya pada kemudian hari. Di masa lalu, ia telah menunda tanggapannya terhadap serangan dari luar.

    Menteri luar negeri, Seyed Abbas Araghchi mengisyaratkan pembalasan terbuka seperti itu ketika ia mengatakan pada hari Minggu bahwa keputusan Trump “akan memiliki konsekuensi yang abadi”.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ini Opsi Iran Buat Balas Serang AS

    Ini Opsi Iran Buat Balas Serang AS

    Jakarta, CNBC Indonesia — Iran telah berupaya untuk mencegah Presiden AS Donald Trump bergabung dengan Israel. Negara tersebut sempat mengancam AS dengan pembalasan yang mengerikan, tetapi pilihannya sekarang terbatas dan penuh dengan risiko.

    Melansir The Guardian, Minggu (22/6/2025), para pejabat Iran telah mengatakan secara khusus bahwa kapal-kapal dan pangkalan militer AS akan menjadi sasaran, tetapi sebagian besar kapasitas yang diandalkannya sebagai penangkal telah dilucuti selama beberapa hari terakhir oleh serangan Israel.

    Serangan-serangan Israel berfokus pada peluncur rudal balistik jarak jauh. Meski begitu, Iran masih memiliki persenjataan rudal jarak pendek dan pesawat tak berawak yang tangguh.

    Perlu diingat, AS telah mengambil tindakan pencegahan selama beberapa minggu terakhir, menyebarkan kehadiran angkatan lautnya di wilayah tersebut dan meningkatkan pertahanan udara, untuk mencoba memastikan bahwa mereka merupakan target yang sulit.

    Lebih jauh, Trump memperingatkan keterlibatan AS yang lebih luas dalam perang Israel jika Iran mencoba untuk menyerang balik, dan dalam beberapa hari terakhir menyarankan bahwa salah satu target pesawat pengebom AS adalah pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

    Senjata utama Iran lainnya, yang dibangun selama beberapa dekade, adalah jaringan aliansinya dengan milisi regional, “poros perlawanannya”, tetapi itu juga telah terkuras.

    Persenjataan rudal Hizbullah yang luas dihancurkan oleh angkatan udara Israel tahun lalu. Pesawat-pesawat Israel telah kembali untuk mengendalikan pasukan Syiah Lebanon, dengan mengebom dugaan persediaan rudal di Beirut selatan pada bulan April.

    Milisi Syiah yang didukung Teheran di Irak, Kata’ib Hizbullah, telah mengancam akan menargetkan “kepentingan AS” di Timur Tengah sebagai tanggapan atas partisipasi Washington dalam dukungan Israel.

    Salah satu komandannya, Abu Ali al-Askari, dikutip dari CNN mengatakan bahwa pangkalan-pangkalan AS di wilayah tersebut “akan menjadi seperti tempat berburu bebek”. Amerika Serikat memiliki fasilitas militer di sedikitnya 19 lokasi di Timur Tengah, delapan di antaranya permanen.

    Mitra Iran lainnya, pasukan Houthi di Yaman, menyetujui gencatan senjata dengan AS pada bulan Mei, tetapi mereka telah memperingatkan bahwa mereka akan menganggap kebenaran telah terungkap jika Trump memutuskan untuk mengambil bagian dalam serangan terhadap Iran, dan akan menargetkan kapal-kapal AS di Laut Merah, sesuatu yang telah dilakukan Houthi dengan hasil yang beragam di masa lalu.

    Masuknya salah satu milisi ini ke dalam perang akan memicu respons yang menghancurkan dari AS, yang telah mempersiapkan diri untuk kemungkinan seperti itu selama berbulan-bulan ketika Israel mempersiapkan serangannya.

    Iran juga memiliki opsi untuk menyerang pengiriman, dengan opsi terakhir menggunakan ranjau, menenggelamkan kapal atau mengeluarkan ancaman yang kredibel untuk menutup selat Hormuz, pintu gerbang sempit ke Teluk Persia yang hanya selebar 55 km di beberapa tempat, yang dilalui lebih dari seperlima pasokan minyak dunia, 20 juta barel, dan sebagian besar gas cairnya setiap hari.

    Politisi garis keras Iran telah menyerukan agar selat itu ditutup selama beberapa hari terakhir. Hal ini memiliki keuntungan karena dapat menjadi alat untuk memukul Trump, karena akan memicu lonjakan harga minyak dengan efek inflasi yang hampir seketika di AS menjelang pemilihan kongres tahun depan.

    Sayangnya, hal ini juga akan menjadi tindakan yang sangat merugikan ekonomi. Minyak Iran menggunakan gerbang yang sama, dan menutup Hormuz berisiko membawa negara-negara Teluk Arab, yang sangat kritis terhadap serangan Israel, ke dalam perang untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.

    Untuk menghindari melibatkan lebih banyak musuh dalam konflik atau mengundang kampanye pemboman AS habis-habisan, Teheran dapat memutuskan untuk membalas dendamnya pada kemudian hari. Di masa lalu, ia telah menunda tanggapannya terhadap serangan dari luar.

    Menteri luar negeri, Seyed Abbas Araghchi mengisyaratkan pembalasan terbuka seperti itu ketika ia mengatakan pada hari Minggu bahwa keputusan Trump “akan memiliki konsekuensi yang abadi”.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Sejarah Hubungan Iran-Israel, Dulu Pernah Mesra

    Sejarah Hubungan Iran-Israel, Dulu Pernah Mesra

    Jakarta, CNBC Indonesia — Iran telah melakukan serangan militer ke Israel sejak Sabtu, 13 April 2024 silam. Lebih dari 100 drone milik Iran berhasil masuk ke wilayah Israel.

    Gempuran militer tersebut merupakan balasan Iran atas serangan yang dilakukan oleh Israel terhadap konsulatnya di Damaskus pada 1 April 2024. Dalam serangan tersebut, terdapat tujuh petugas Garda Revolusi termasuk dua komandan senior dinyatakan tewas.

    Peristiwa tersebut tentu membuat ketegangan kedua negara semakin meningkat, bahkan sampai sekarang. Dalam sejarah, Iran memang tidak senang terhadap keberadaan Israel sejak 1979 lantaran faktor ideologi. Petinggi Iran menganggap Israel sebagai penjajah karena telah terbukti menindas bangsa Palestina.

    Berawal dari situ, Iran kemudian sangat galak terhadap Israel dan sekutu setianya, Amerika Serikat (AS). Sama halnya dengan Israel dan AS yang kerap bertindak agresif terhadap Iran. Permusuhan ini tumbuh selama beberapa dekade ketika kedua belah pihak berusaha untuk memperkuat dan mengembangkan kekuatan dan pengaruh mereka di wilayah Timur Tengah.

    Kini, Iran mendukung jaringan “poros perlawanan” yang terdiri dari kelompok-kelompok politik dan bersenjata di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman. Israel juga telah beberapa kali melakukan serangan terhadap Iran, baik itu melalui upaya spionase atau sabotase.

    Meski sekarang saling baku hantam, pernah ada suatu periode di mana Iran dan Israel punya hubungan spesial. Sebelum tahun 1979 atau saat Republik Islam Iran belum berdiri, Iran-Israel merupakan sekutu mesra.

    Pada saat Israel diproklamirkan, banyak negara Arab yang mayoritas Muslim menentang pendiriannya. Salah satu cara untuk meredam tentangan tersebut adalah lewat kerja sama. Pada titik ini, Iran jadi salah satu negara yang menerima dengan tangan terbuka kerja sama Israel.

    Di bawah kuasa Mohammad Reza Pahlavi, Iran akhirnya menyetujui proposal kerja sama diplomatik dengan Israel. Reza yang cenderung pro-Barat sejak awal telah melihat cerahnya masa depan Iran jika hubungan dengan Israel terjalin. Pasalnya, dia takut terhadap agresi Uni Soviet di Timur Tengah. Tidak menutup kemungkinan, sewaktu-waktu Iran terpengaruh oleh rezim komunis bawaan Soviet.

    Sebagai upaya mencari bekingan, Iran aktif menjalin hubungan dengan Israel pada 1953. Seperti dugaan Reza, hubungan bersama Israel membuat Iran menjadi jadi cerah, terutama dari sisi ekonomi.

    Dalam studi yang dilakukan Marta Furlan dengan judul “Israeli-Iranian Relations” (2022), disebut bahwa beberapa kali Iran mendapat proyek menguntungkan hasil kerja sama Israel dan AS. Proyek ini lantas membuat pendapatan negara meningkat pesat. Selain itu, kedua negara juga saling terlibat di sektor militer.

    Kemlu Iran Buka Suara

    Pada 1960-an, Iran dan Israel menganggap Irak sebagai ancaman bersama. Keduanya terbukti membantu gerakan Kurdi yang memberontak di Irak. Tak hanya itu, kedua negara tersebut juga sempat mengerjakan persenjataan rudal bersama.

    Semua itu dilakukan selama lebih kurang 20 tahun, atau saat berulangkali terjadi aksi penindasan Israel terhadap Palestina, negara yang sangat dibela oleh negara Muslim di seluruh dunia.

    Namun, hubungan mesra itu sirna pada 1979. Revolusi Iran membuat Reza Pahlavi terguling dari kursi pemimpin. Revolusi itu juga mengubah Iran menjadi Republik Islam Iran. Kini, Iran menjadi negara yang sangat garang terhadap Israel dan AS.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Israel Klaim Bunuh Komandan Kedua Iran dari Pasukan Quds Behnam Shahriyari

    Israel Klaim Bunuh Komandan Kedua Iran dari Pasukan Quds Behnam Shahriyari

    Jakarta

    Militer Israel mengatakan telah ‘melenyapkan’ komandan kedua Iran dalam pasukan elit Quds dari Korps Garda Revolusi Islam, Behnam Shahriyari. Shahriyari menjadi sasaran serangan Israel semalam.

    Dilansir CNN, Sabtu (21/6/2025) pasukan pertahanan Israel dalam sebuah pernyataan menyampaikan membunuh Shariyari saat tengah berkendara di Iran Barat. Shariyari dibunuh angkatan udara Israel.

    Shahriyari disebut bertanggung jawab atas transfer senjata dari Iran ke proksinya di seluruh Timur Tengah, dan bekerja selama bertahun-tahun untuk mempersenjatai berbagai organisasi militan.

    Shahriyari juga dikenai sanksi oleh Amerika Serikat. Menurut pemerintah Inggris, Shahriyari telah terlibat dalam aktivitas permusuhan oleh kelompok bersenjata yang didukung oleh pemerintah Iran, yang memfasilitasi destabilisasi Israel, Irak, Yaman, dan Lebanon.

    Pasukan Quds merupakan bagian dari IRGC yang bertanggung jawab atas operasi di luar Iran dan bertugas untuk berkoordinasi dengan kelompok militan sekutu seperti Hizbullah dan Hamas.

    Sebelumnya, IDF mengatakan telah menewaskan Saeed Izadi, komandan Iran lainnya dalam pasukan Quds. Kepala Juru Bicara IDF Ephraim Defrin menggambarkan Izadi dan Shahriyari sebagai orang-orang yang berada di “garis depan proyek Iran untuk mendorong perang ke wilayah Israel.”

    Berpotensi berkepanjangan, Defrin juga mengatakan Angkatan Udara Israel terus menyerang fasilitas nuklir di kota Isfahan, Iran. Defrin mengatakan militer Israel terlibat dalam “salah satu perang paling rumit dalam sejarah Israel” dan memperingatkan masyarakat Israel untuk bersiap menghadapi “berkepanjangan” karena IDF masih memiliki “target dan tujuan” di Iran.

    (dek/isa)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Turki Sebut Israel Bawa Timur Tengah Menuju ‘Bencana Total’

    Turki Sebut Israel Bawa Timur Tengah Menuju ‘Bencana Total’

    Istanbul

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki, Hakan Fidan, menuduh Israel sedang membawa kawasan Timur Tengah menuju “bencana total” dengan menyerang Iran secara besar-besaran pada 13 Juni lalu.

    “Israel sekarang membawa kawasan ini ke ambang bencana total dengan menyerang Iran, tetangga kita,” ucap Fidan saat berbicara dalam pertemuan puncak Organisasi Kerja Sama Islam di Istanbul, seperti dilansir AFP, Sabtu (21/6/2025).

    “Tidak ada masalah Palestina, Lebanon, Suriah, Yaman atau Iran, tetapi jelas ada masalah Israel,” sebutnya.

    Fidan menyerukan diakhirinya apa yang disebutnya sebagai “agresi tanpa batas” oleh Israel terhadap Iran.

    “Kita harus mencegah situasi memburuk menjadi kekerasan yang meluas, yang akan semakin membahayakan keamanan regional dan global,” cetusnya.

    Konflik terbaru antara Israel dan Iran pecah pada 13 Juni, atau sepekan lalu, ketika Tel Aviv melancarkan serangan besar-besaran terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran yang diklaim bertujuan mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir.

    Iran membalas dengan rentetan serangan rudal dan drone terhadap wilayah Israel. Teheran juga kembali menegaskan bahwa program nuklirnya bersifat damai.

    Lihat juga Video Erdogan: Iran Membela Diri dari Israel, Wajar dan Sah

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Rentetan serangan terus saling dilancarkan oleh kedua negara hingga saat ini, dengan Tel Aviv dan Teheran saling menuding menargetkan warga sipil.

    Menurut laporan Human Rights Activists News Agency, sedikitnya 639 orang tewas di berbagai wilayah Iran akibat serangkaian serangan udara Israel. Mereka yang tewas termasuk pejabat eselon atas militer dan para ilmuwan nuklir Iran, serta para warga sipil.

    Sementara otoritas Tel Aviv melaporkan sedikitnya 25 orang tewas akibat serangan-serangan rudal Iran.

    Lihat juga Video Erdogan: Iran Membela Diri dari Israel, Wajar dan Sah

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Tewaskan Komandan Senior Iran yang Jadi Koordinator dengan Hamas

    Israel Tewaskan Komandan Senior Iran yang Jadi Koordinator dengan Hamas

    Tel Aviv

    Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Israel Katz, mengklaim pasukan negaranya telah menewaskan seorang komandan veteran Pasukan Quds, sayap luar negeri Garda Revolusi Iran, dalam serangan di wilayah Qom, sebelah selatan Teheran.

    Komandan veteran yang tewas itu, seperti dilansir Reuters dan AFP, Sabtu (21/6/2025), diidentifikasi bernama Saeed Izadi, yang juga merupakan koordinator militer utama antara Iran dengan Hamas, kelompok yang berperang melawan Israel di Jalur Gaza selama dua tahun terakhir.

    “Jet-jet tempur (Israel) menyerang dan menyingkirkan komandan Korps Palestina dari Pasukan Quds, dan koordinator utama antara rezim Iran dan organisasi teroris Hamas, Saeed Izadi, di wilayah Qom,” sebut militer Israel dalam pernyataannya.

    Katz, dalam pernyataannya, menyebut Izadi tewas dalam serangan Israel yang menghantam sebuah apartemen di wilayah Qom, Iran.

    Menurut Katz, Izadi mendanai dan mempersenjatai Hamas selama serangan awal. Dia menggambarkan pembunuhan komandan veteran Iran itu sebagai “pencapaian besar bagi intelijen dan Angkatan Udara Israel”.

    Sejauh ini belum ada tanggapan langsung dari Garda Revolusi Iran.

    Sosok Izadi telah dikenai sanksi oleh Amerika Serikat (AS) dan Inggris atas apa yang mereka sebut sebagai keterkaitannya dengan Hamas, dan faksi militan Jihad Islam, yang terlibat dalam serangan 7 Oktober 2023 lalu, yang memicu perang tanpa henti di Jalur Gaza.

    Lihat juga Video Iran Vs Israel: Dulu Kawan, Sekarang Lawan

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Pasukan Quds yang merupakan sayap luar negeri Garda Revolusi Iran, membangun jaringan sekutu Teheran yang dikenal sebagai Poros Perlawanan. Pasukan Quds mendirikan Hizbullah di Lebanon pada tahun 1982 silam dan mendukung kelompok militan Hamas di Jalur Gaza.

    Namun, jaringan yang mendukung Iran itu mengalami pukulan besar selama dua tahun terakhir akibat serangan-serangan Israel sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza. Rentetan serangan Tel Aviv itu diklaim telah melemahkan Hizbullah dan Hamas.

    Serangan Israel yang menewaskan komandan veteran Iran itu dilancarkan saat kedua negara terlibat perang udara sengit selama sepekan terakhir. Pada Sabtu (21/6), laporan media Iran menyebut Israel menyerang sebuah gedung di Qom, yang disebut menewaskan satu orang berusia 16 tahun dan melukai 2 orang lainnya.

    Sementara kantor berita Fars melaporkan Tel Aviv menyerang fasilitas nuklir Isfahan, salah satu yang terbesar di negara itu, namun tidak ada kebocoran bahan berbahaya dan tidak ada risiko bagi penduduk setempat.

    Militer Israel juga mengklaim pasukannya melancarkan rentetan serangan terhadap lokasi penyimpanan rudal dan infrastruktur peluncuran rudal di Iran.

    Lihat juga Video Iran Vs Israel: Dulu Kawan, Sekarang Lawan

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Misteri Suara Robot Saat Telepon ke Iran: Perang AI Dimulai?

    Misteri Suara Robot Saat Telepon ke Iran: Perang AI Dimulai?

    Jakarta

    Pascaserangan Israel ke Iran seminggu lalu, dunia digemparkan tak hanya oleh gejolak geopolitik, tetapi juga oleh fenomena aneh yang menimpa warga Iran di diaspora. Mereka melaporkan pengalaman ganjil saat mencoba menghubungi keluarga di Teheran dan kota-kota lain: suara robot misterius yang menjawab panggilan, memicu spekulasi apakah ini merupakan permulaan dari perang kecerdasan buatan (AI).

    Salah satunya adalah Ellie, seorang warga Inggris-Iran berusia 44 tahun yang tinggal di Inggris. Ketika ia menelepon ibunya di Teheran, suara robot perempuan menjawab, “Alo? Alo? Siapa yang menelepon?” dalam bahasa Inggris yang kurang sempurna.

    Suara yang mengaku bernama “Alyssia” itu melanjutkan, “Saya tidak bisa mendengar Anda. Anda ingin bicara dengan siapa? Saya rasa saya tidak tahu siapa Anda.”

    Ellie bukan satu-satunya. Setidaknya sembilan warga Iran di diaspora, termasuk di Inggris dan Amerika Serikat, melaporkan pengalaman serupa kepada The Associated Press. Mereka memilih untuk merahasiakan identitas atau hanya menggunakan nama depan karena kekhawatiran akan keselamatan keluarga di Iran.

    Fenomena ini muncul berbarengan dengan serangan Israel yang menargetkan situs nuklir dan militer Iran, yang kemudian dibalas oleh Iran dengan ratusan rudal dan drone. Pemerintah Iran juga memberlakukan pemblokiran internet besar-besaran, yang diklaim untuk melindungi negara, namun justru mengisolasi warga Iran dari dunia luar.

    Suara Robot: AI, Chatbot, atau Rekaman?

    Lima ahli yang menganalisis rekaman suara tersebut untuk AP menduga itu bisa berupa kecerdasan buatan berteknologi rendah, chatbot, atau pesan rekaman yang mengalihkan panggilan dari luar negeri. Namun, siapa dalang di baliknya masih menjadi misteri besar. Empat ahli menduga pemerintah Iran sebagai pelaku, sementara satu ahli menunjuk Israel sebagai pihak yang lebih mungkin.

    Amir Rashidi, pakar keamanan siber Iran yang berbasis di AS, menyebut suara itu sebagai bagian dari pola pemerintah Iran dalam menangani situasi darurat, seperti pesan suara dan teks massal yang dikirimkan untuk menyebarkan kepanikan selama dua hari pertama serangan Israel. “Ini mirip dengan taktik yang digunakan selama perang Iran-Irak pada 1980-an,” ujar Rashidi, direktur Miaan, sebuah kelompok yang memantau hak digital di Timur Tengah.

    Namun, Marwa Fatafta dari Access Now, sebuah organisasi hak digital di Berlin, berpendapat bahwa ini bisa menjadi bentuk perang psikologis oleh Israel. Ia melihat kemiripan dengan pesan langsung yang pernah dikirimkan ke warga Lebanon dan Palestina selama konflik di Gaza dan melawan Hizbullah. “Pesan ini seolah dirancang untuk menyiksa warga Iran di diaspora yang sudah cemas,” katanya.

    Dampak Emosional pada Diaspora Iran

    Foto: Getty Images/miniseries

    Bagi warga Iran di luar negeri, pengalaman ini sangat mengganggu. Seorang wanita berusia 30 tahun di New York menyebutnya sebagai “perang psikologis.” “Menelepon ibumu, berharap mendengar suaranya, tapi malah mendengar suara AI adalah salah satu hal paling menakutkan,” ujarnya.

    Pesan-pesan yang sering muncul pun aneh, seperti satu rekaman yang mengucapkan, “Terima kasih telah meluangkan waktu untuk mendengarkan. Hidup ini penuh dengan kejutan yang tak terduga…” atau bahkan meminta penelepon membayangkan “berjalan di hutan yang tenang” atau “di tepi pantai.”

    Ellie, yang ibunya menderita diabetes dan kekurangan insulin di pinggiran Teheran, merasa putus asa karena tak bisa menyampaikan pesan untuk mengungsi. “Saya tidak tahu mengapa mereka melakukan ini,” katanya. Ia akhirnya berhasil berkomunikasi melalui seseorang di perbatasan Iran-Turki yang memiliki dua kartu SIM, memungkinkan panggilan domestik di Iran disambungkan ke luar negeri.

    Upaya Menembus Blokade Komunikasi

    Pemblokiran internet oleh pemerintah Iran telah mempersulit komunikasi. Banyak panggilan hanya berdering tanpa jawaban atau diarahkan ke pesan robot. Beberapa warga Iran terpaksa menggunakan antena parabola ilegal untuk mengakses berita internasional. Di sisi lain, Elon Musk mengklaim telah mengaktifkan Starlink di Iran, meskipun penggunaannya dianggap ilegal dan diawasi ketat oleh otoritas setempat.

    Bagi sebagian diaspora, seperti M., seorang wanita di Inggris, pengalaman ini meninggalkan rasa tak berdaya. Ia gagal menghubungi ibu mertuanya, yang kini dirawat di ICU di Teheran akibat masalah pernapasan setelah serangan Israel. “Ketika saya menelepon, saya hanya mendengar pesan aneh tentang hutan dan ombak. Itu hanya membuat saya merasa semakin tidak berdaya,” katanya.

    Siapa di Balik Suara Robot?

    Hingga kini, belum ada kejelasan tentang tujuan atau pelaku di balik suara robot ini. Colin Crowell, mantan wakil presiden Twitter, menduga perusahaan telekomunikasi Iran mengalihkan panggilan ke sistem pesan default. Sementara itu, Mehdi Yahyanejad, aktivis kebebasan internet, menyebut sistem telekomunikasi Iran yang diawasi ketat oleh Kementerian Informasi dan Teknologi Komunikasi membuat peretasan oleh pihak luar, termasuk Israel, menjadi sulit.

    Baik misi Iran di PBB maupun militer Israel tidak memberikan tanggapan atas permintaan komentar terkait fenomena ini. Yang jelas, fenomena suara robot ini telah memperdalam kecemasan dan isolasi warga Iran, baik di dalam negeri maupun di diaspora, di tengah ketegangan geopolitik yang terus memanas.

    Apakah ini pertanda awal dari perang AI yang semakin canggih, ataukah hanya taktik psikologis di tengah konflik yang memanas? Misteri ini masih menunggu jawaban.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Iran Usai Diserang AS: Kami Akan Konsultasi dengan Putin”
    [Gambas:Video 20detik]
    (afr/afr)