Negara: Lebanon

  • AS Bicara Peluang Gencatan Senjata Gaza Usai Pembunuhan Ismail Haniyeh

    AS Bicara Peluang Gencatan Senjata Gaza Usai Pembunuhan Ismail Haniyeh

    Washington

    Amerika Serikat (AS) meyakini Israel dan Hamas masih berpeluang mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza, Palestina. Namun, AS tetap khawatir perang meletus menyusul pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.

    Dilansir AFP, Rabu (7/8/2024), AS menegaskan masih terlibat dalam ‘diplomasi intensif’ untuk mencegah eskalasi lebih lanjut setelah Iran mengancam akan membalas dendam atas pembunuhan Haniyeh.

    Hamas telah menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpin barunya. Dia disebut dalang serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Serangan itu kemudian dijadikan alasan Israel menyerang Gaza habis-habisan hingga menewaskan sekitar 40 ribu warga Palestina.

    “Kita hampir mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby kepada wartawan.

    Para pejabat AS mengatakan kesepakatan telah tercapai dan mendesak Israel seta Hamas untuk menerima proposal saat ini yang akan mengarah pada gencatan senjata awal selama enam minggu.

    Pada Selasa kemarin, Gedung Putih menyebut negosiasi telah ‘mencapai tahap akhir’ dalam pembacaan percakapan telepon antara Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin Qatar dan Mesir, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut.

    AS kini berupaya mencegah perang habis-habisan di wilayah tersebut. AS telah mengerahkan pesawat serta kapal perang ke wilayah tersebut untuk membantu membela Israel jika diperlukan.

    Kirby mengatakan dia ‘tidak akan berbicara tentang penilaian intelijen’ mengenai kapan atau apakah Iran dan sekutunya di Lebanon, Hizbullah, akan menyerang Israel. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dia telah memberi tahu Iran dan sekutu AS, Israel, untuk menghindari eskalasikonflik.

    (fas/haf)

  • Korsel Serukan Warganya Tinggalkan Lebanon dan Israel Segera!

    Korsel Serukan Warganya Tinggalkan Lebanon dan Israel Segera!

    Jakarta

    Kementerian Luar Negeri Korea Selatan (Korsel) pada hari Selasa (6/8) ikut menyerukan warga negaranya di Lebanon dan Israel untuk segera meninggalkan negara-negara itu. Seruan ini disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

    Lee Jae-woong, juru bicara Kementerian Luar Negeri Korsel mengatakan, seruan ini dikeluarkan setelah tewasnya komandan kelompok Hizbullah dan pemimpin politik kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza.

    Pembunuhan keduanya terjadi setelah serangan roket mematikan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, akhir bulan lalu.

    “Pemerintah Korea Selatan… berharap bahwa upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan seperti negosiasi gencatan senjata dan pembebasan sandera tidak akan berhenti,” kata Lee dalam sebuah briefing, dilansir kantor berita Reuters dan Al Arabiya, Selasa (6/8/2024).

    Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh tewas di ibu kota Iran, Teheran, minggu lalu, dalam sebuah serangan yang memicu ancaman balas dendam terhadap Israel. Pembunuhan ini juga memicu kekhawatiran lebih lanjut bahwa konflik di Gaza berubah menjadi perang Timur Tengah yang lebih luas.

    Washington telah mendesak negara-negara lain melalui jalur diplomatik untuk memberi tahu Iran, bahwa eskalasi di Timur Tengah tidak menguntungkan mereka, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS pada hari Senin (5/8) waktu setempat.

    Kementerian Luar Negeri Korsel mengatakan bahwa lebih dari 500 warga negara Korea Selatan saat ini tinggal di Israel dan sekitar 120 warga Korsel tinggal di Lebanon hingga hari Selasa ini.

    (ita/ita)

  • Pemimpin Hamas Dibunuh untuk Perpanjang Perang Gaza

    Pemimpin Hamas Dibunuh untuk Perpanjang Perang Gaza

    Jakarta

    Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dimaksudkan untuk memperpanjang konflik di Gaza, dan akan mempersulit pembicaraan untuk menyelesaikan krisis tersebut. Hal ini disampaikan Abbas kepada kantor berita Rusia, RIA dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan pada hari Selasa (6/8).

    “Tidak diragukan lagi bahwa tujuan pembunuhan Haniyeh adalah untuk memperpanjang perang dan memperluas cakupannya,” lapor RIA mengutip pernyataan Abbas, dilansir Reuters dan Al Arabiya, Selasa (6/8/2024).

    “Ini akan berdampak negatif pada negosiasi yang sedang berlangsung untuk mengakhiri agresi dan menarik pasukan Israel dari Gaza,” imbuh pemimpin Otoritas Palestina itu.

    Haniyeh tewas di ibu kota Iran, Teheran, minggu lalu, dalam sebuah serangan yang memicu ancaman balas dendam terhadap Israel. Pembunuhan ini pun memicu kekhawatiran bahwa konflik di Gaza akan berubah menjadi perang Timur Tengah yang lebih luas.

    “Kami menganggap ini sebagai tindakan pengecut dan perkembangan berbahaya dalam politik Israel,” kata Abbas dalam pernyataan yang dipublikasikan dalam bahasa Rusia oleh kantor berita RIA.

    “Otoritas pendudukan Israel harus meninggalkan ambisi mereka dan menghentikan tindakan agresif mereka terhadap rakyat kami dan tujuan kami, mematuhi hukum internasional dan melaksanakan Inisiatif Perdamaian Arab, serta gencatan senjata dan penarikan pasukan dari Jalur Gaza segera dan berkelanjutan,” tandas Abbas.

    Sementara itu, terkait memanasnya situasi di Timur Tengah, militer Amerika Serikat memindahkan sedikitnya dua kapal perangnya yang sudah berada di Timur Tengah, menjadi lebih dekat ke Israel. Ini dilakukan di tengah ancaman Iran akan aksi pembalasan atas pembunuhan Haniyeh.

    Dilansir Al Arabiya, Selasa (6/8/2024), Presiden AS Joe Biden juga memimpin rapat dengan tim keamanan nasionalnya di Gedung Putih pada hari Senin (5/8) waktu setempat untuk membahas perkembangan terbaru di Timur Tengah. Para pejabat AS tidak dapat memperkirakan kapan Iran dan proksi-proksinya di Lebanon, Irak, Yaman, atau Suriah akan melakukan serangan terhadap Israel untuk membalas pembunuhan Ismail Haniyeh dan seorang komandan tinggi kelompok Hizbullah beberapa hari lalu.

    Pemindahan kapal perusak USS Cole dan USS Laboon dari Teluk Oman ke Laut Merah dilakukan setelah Pentagon atau Departemen Pertahanan AS pada hari Jumat lalu, memerintahkan untuk mengerahkan jet tempur tambahan beserta kapal penjelajah dan kapal perusak berkemampuan pertahanan rudal balistik ke Eropa dan Timur Tengah sebagai tanggapan atas ancaman Iran dan sekutunya.

    Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin juga memerintahkan kapal induk USS Abraham Lincoln dan kelompok penyerangnya untuk menggantikan kapal induk USS Theodore Roosevelt guna mempertahankan keberadaan kapal perang di wilayah tersebut.

    Pentagon juga mengambil langkah-langkah untuk mengirimkan skuadron jet tempur lainnya.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Iran Mengancam, AS Pindahkan 2 Kapal Perang Lebih Dekat ke Israel

    Iran Mengancam, AS Pindahkan 2 Kapal Perang Lebih Dekat ke Israel

    Jakarta

    Militer Amerika Serikat memindahkan sedikitnya dua kapal perangnya yang sudah berada di Timur Tengah, menjadi lebih dekat ke Israel. Ini dilakukan di tengah ancaman Iran akan aksi pembalasan atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, Iran minggu lalu.

    Dilansir Al Arabiya, Selasa (6/8/2024), Presiden AS Joe Biden juga memimpin rapat dengan tim keamanan nasionalnya di Gedung Putih pada hari Senin (5/8) waktu setempat untuk membahas perkembangan terbaru di Timur Tengah. Para pejabat AS tidak dapat memperkirakan kapan Iran dan proksi-proksinya di Lebanon, Irak, Yaman, atau Suriah akan melakukan serangan terhadap Israel untuk membalas pembunuhan Ismail Haniyeh dan seorang komandan tinggi Hizbullah beberapa hari lalu.

    Pemindahan kapal perusak USS Cole dan USS Laboon dari Teluk Oman ke Laut Merah dilakukan setelah Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada hari Jumat lalu, memerintahkan untuk mengerahkan jet tempur tambahan beserta kapal penjelajah dan kapal perusak berkemampuan pertahanan rudal balistik ke Eropa dan Timur Tengah sebagai tanggapan atas ancaman Iran dan sekutunya.

    Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin juga memerintahkan kapal induk USS Abraham Lincoln dan kelompok penyerangnya untuk menggantikan kapal induk USS Theodore Roosevelt guna mempertahankan keberadaan kapal perang di wilayah tersebut.

    Pentagon juga mengambil langkah-langkah untuk mengirimkan skuadron jet tempur lainnya.

    Kepala Komando Pusat AS (CENTCOM) Jenderal Erik Kurilla berada di Israel pada hari Senin untuk bertemu dengan rekan-rekannya, untuk membahas apa yang disebut Israel sebagai “penilaian keamanan.”

    Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa dunia memperhatikan dengan prihatin pada “momen kritis” saat ini.

    “Kami terlibat dalam diplomasi yang intens hampir sepanjang waktu dengan pesan yang sangat sederhana: Semua pihak harus menahan diri dari eskalasi, semua pihak harus mengambil langkah-langkah untuk meredakan ketegangan,” kata Blinken.

    “Eskalasi tidak menguntungkan siapa pun. Itu hanya akan menyebabkan lebih banyak konflik, lebih banyak kekerasan, lebih banyak ketidakamanan. Sangat penting bagi kita untuk memutus siklus ini dengan mencapai gencatan senjata di Gaza,” ujar Blinken, seraya menambahkan bahwa ini akan memungkinkan lebih banyak ketenangan di wilayah tersebut, tidak hanya di Gaza.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Memanas! Serangan Roket Lukai 5 Tentara AS di Pangkalan Militer Irak

    Memanas! Serangan Roket Lukai 5 Tentara AS di Pangkalan Militer Irak

    Baghdad

    Sedikitnya lima tentara Amerika Serikat (AS) luka-luka akibat serangan roket yang menghantam sebuah pangkalan militer di Irak, yang menjadi markas pasukan AS. Serangan ini terjadi saat AS dan Israel bersiap menghadapi gelombang serangan Iran dan sekutunya menyusul pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.

    Seperti dilansir Reuters, Selasa (6/8/2024), dua sumber keamanan Baghdad mengungkapkan bahwa dua roket Katyusha ditembakkan ke arah pangkalan udara al-Asad di Irak bagian barat pada Senin (5/8) waktu setempat.

    Salah satu sumber keamanan Irak itu mengatakan bahwa roket-roket tersebut terjatuh di dalam kompleks pangkalan udara yang menjadi markas pasukan AS itu.

    Belum ada kelompok maupun pihak tertentu yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan roket tersebut. Tidak diketahui juga apakah rentetan serangan roket itu terkait dengan ancaman Iran untuk membalas pembunuhan Haniyeh.

    Pada Rabu (31/7) lalu, Iran mengatakan AS turut bertanggung jawab atas pembunuhan Haniyeh di Teheran, karena dukungannya terhadap Israel.

    Beberapa pejabat AS, yang enggan disebut namanya, mengatakan kepada Reuters bahwa salah satu tentara AS di antaranya mengalami luka serius. Jumlah lima korban luka itu didasarkan pada laporan awal, yang menurut para pejabat AS itu, masih bisa berubah.

    “Personel pangkalan itu sedang melakukan penilaian kerusakan pasca serangan,” tutur salah satu pejabat AS yang enggan disebut namanya itu.

    Pekan lalu, AS melancarkan serangan di Irak terhadap individu-individu, yang menurut Washington, merupakan militan yang siap meluncurkan serangan drone dan menimbulkan ancaman bagi AS dan pasukan koalisi internasional di negara tersebut.

    AS telah mengamati apakah Iran akan menepati janjinya untuk membalas pembunuhan Haniyeh, yang terjadi sehari setelah seorang komandan senior Hizbullah bernama Fuad Shukr tewas dalam serangan Israel di pinggiran Beirut, Lebanon. Hizbullah yang didukung Iran, juga bertekad membalas dendam kepada Tel Aviv.

    Pentagon, dalam pernyataannya, mengumumkan pihaknya akan mengerahkan jet-jet tempur dan kapal perang tambahan ke Timur Tengah, seiring upaya AS meningkatkan pertahanan menyusul ancaman dari Iran dan sekutunya, terutama Hamas dan Hizbullah.

    Irak, yang merupakan sekutu baik bagi AS maupun Iran, menampung sekitar 2.500 tentara AS dan memiliki milisi yang didukung Teheran terkait pasukan keamanannya. Negara ini telah menyaksikan peningkatan serangan sejak perang berkecamuk antara Israel dan Hamas pada Oktober tahun lalu.

    Beberapa waktu terakhir, Irak menginginkan pasukan koalisi militer pimpinan AS menarik diri dari wilayahnya mulai September mendatang dan secara resmi mengakhiri kerja sama koalisi pada September 2025. Namun menurut para sumber, sejumlah pasukan AS akan tetap ada di Irak dalam kapasitas penasihat yang akan dinegosiasikan kemudian.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Pemakaman Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Digelar di Qatar

    Pemakaman Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Digelar di Qatar

    Jakarta

    Pemakaman pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh berlangsung di Doha, Qatar pada hari Jumat (2/8), setelah pembunuhannya dua hari lalu di ibu kota Iran, Teheran.

    Dilansir kantor berita Reuters dan Al Arabiya, Jumat (2/8/2024), para pelayat berkumpul di masjid besar Imam Muhammad ibn Abd al-Wahhab di sebelah utara Doha, tempat berlangsungnya prosesi pemakaman. Mereka yang hadir termasuk Khaled Meshaal, yang diperkirakan akan menjadi pemimpin politik baru Hamas. Para pejabat senior Hamas lainnya dan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani juga hadir.

    Haniyeh akan dimakamkan di sebuah pemakaman di kota Lusail, sebelah utara Doha.

    Peti jenazah Haniyeh, yang dibungkus bendera Palestina, dibawa melintasi masjid melewati ratusan orang bersama dengan peti jenazah pengawalnya, yang tewas dalam serangan yang sama di Teheran, ibu kota Iran pada hari Rabu lalu.

    Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters melalui telepon saat menghadiri pemakaman: “Pesan kami kepada pendudukan (Israel) hari ini adalah bahwa kalian tenggelam dalam lumpur dan akhir kalian semakin dekat dari sebelumnya. Darah Haniyeh akan mengubah semuanya.”

    Sebelumnya, pejabat senior Hamas, Khalil Al-Hayya mengatakan dalam konferensi pers bahwa Haniyeh tewas karena rudal yang menghantamnya di wisma tamu negara di Teheran, tempat ia menginap. Saat itu, Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri pelantikan presiden baru negara tersebut.

    Pemerintah Iran dan Hamas sama-sama menuduh Israel melakukan pembunuhan itu, dan telah bersumpah untuk membalas dendam. Israel sendiri, hingga kini tidak mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut ataupun membantahnya.

    Serangan itu adalah salah satu dari beberapa serangan yang telah menewaskan tokoh senior di Hamas atau gerakan Hizbullah di Lebanon. Rentetan serangan tersebut memicu kekhawatiran bahwa perang di Gaza antara Israel dan Hamas bisa berubah menjadi konflik regional yang membentang dari Laut Merah hingga perbatasan Lebanon-Israel dan sekitarnya.

    Di Amerika Serikat, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan pembunuhan Haniyeh tidak membantu upaya internasional untuk mencapai gencatan senjata dalam perang di Gaza, yang kini telah berlangsung selama 10 bulan.

    “Itu tidak membantu,” kata Biden kepada wartawan pada hari Kamis (1/8) waktu setempat, ketika ditanya apakah tindakan tersebut merusak peluang gencatan senjata.

    Haniyeh telah menjadi wajah diplomasi internasional Hamas saat perang berkecamuk di Gaza, dan telah mengambil bagian dalam perundingan gencatan senjata tidak langsung.

    Haniyeh dipandang oleh banyak diplomat sebagai seorang moderat dibandingkan dengan anggota kelompok garis keras Hamas di Gaza. Meskipun menurut beberapa komentator Israel, ia dianggap oleh beberapa pihak di Israel sebagai hambatan untuk mencapai sebuah kesepakatan.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Gempuran Israel Tewaskan Komandan Senior Jihad Islam di Gaza

    Gempuran Israel Tewaskan Komandan Senior Jihad Islam di Gaza

    Gaza City

    Militer Israel mengklaim seorang komandan senior kelompok militan Jihad Islam tewas dalam serangan udara mereka di Jalur Gaza bagian utara. Pasukan Israel terus melanjutkan operasi militer di area Rafah dan Koridor Netzarim, yang dibangun Tel Aviv untuk menghubungkan timur dan barat Jalur Gaza.

    Seperti dilansir The Times of Israel, Jumat (2/8/2024), Angkatan Bersenjata Israel (IDF), nama resmi militer Israel, menyebut Muhammad al-Jabari yang merupakan wakil kepala unit manufaktur senjata pada kelompok Jihad Islam telah tewas dalam serangan Tel Aviv di Jalur Gaza.

    Disebutkan oleh militer Israel bahwa Al-Jabari yang merupakan salah satu komandan senior Jihad Islam juga bertanggung jawab atas keuangan unit tersebut.

    Tidak disebutkan secara jelas soal kapan serangan yang menewaskan Al-Jabari itu dilancarkan. Jihad Islam merupakan sekutu kelompok Hamas, yang menguasai Jalur Gaza.

    “Dia (Al-Jabari) dipercayakan dengan produksi senjata organisasi tersebut di Jalur Gaza bagian utara, distribusi gaji dan uang kepada para teroris dari organisasi tersebut, dan mengambil bagian secara aktif dalam upaya memulihkan kemampuan dan infrastruktur produksi roket organisasi tersebut,” sebut militer Israel.

    Militer Israel mengatakan bahwa “banyak langkah” telah dilakukan untuk mengurangi kerugian warga sipil dalam serangannya tersebut, termasuk menggunakan pengintaian udara dan amunisi presisi.

    Belum ada tanggapan kelompok Jihad Islam atas klaim Israel tersebut.

    Kematian Al-Jabari diumumkan Israel setelah kematian dua pejabat tinggi kelompok Hamas dan Hizbullah pekan ini.

    Pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh tewas dalam serangan di Teheran, Iran, pada Rabu (31/7), sedangkan komandan senior Hizbullah Fuad Shukr tewas dalam serangan terpisah di pinggiran Beirut, Lebanon, pada Selasa (30/7).

    Tel Aviv mengklaim bertanggung jawab atas serangan udara yang menewaskan Shukr, yang diyakini oleh Israel sebagai dalang di balik serangan roket yang menewaskan 12 remaja dan anak-anak di area Dataran Tinggi Golan pada Sabtu (27/7) lalu.

    Hizbullah telah membantah keterlibatan dalam serangan itu, meskipun pada awalnya kelompok itu mengklaim telah melancarkan serangan terhadap pangkalan militer Israel di area tersebut, yang memicu dugaan bahwa serangan itu tidak tepat sasaran.

    Namun untuk kematian Haniyeh di Teheran, Israel belum juga memberikan komentarnya. Baik Iran maupun Hamas menuduh Tel Aviv sebagai dalang utama di balik pembunuhan Haniyeh.

    Terlepas dari itu, militer Israel dalam pernyataannya melaporkan bahwa pasukannya melanjutkan operasi di Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, yang diyakini menjadi benteng terakhir Hamas. Tel Aviv bersumpah menghancurkan Hamas setelah serangan mematikan pada Oktober tahun lalu.

    Dalam pernyataannya, militer Israel menyebut pasukan Divisi ke-162 telah menewaskan lebih dari 30 pria bersenjata dalam pertempuran jarak dekat dan dengan menyerukan serangan udara di area Rafah dalam sehari terakhir.

    Di Koridor Netzarim yang ada di Jalur Gaza bagian tengah, yang menjadi lokasi pasukan Divisi ke-252 dikerahkan, menurut militer Israel, pasukan cadangan Brigade Yerusalem dari divisi tersebut melihat sekelompok pria bersenjata muncul dari sebuah terowongan, dan menyerukan serangan drone di area tersebut.

    Pada area yang sama, sebut militer Israel, Brigade Lapis Baja Cadangan Harel menggelar operasi, dengan sebuah helikopter tempur menghantam sebuah bangunan yang digunakan sebagai gudang senjata oleh militan Gaza.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Teleponan dengan Biden, Erdogan Bilang Israel Coba Perluas Perang Gaza

    Teleponan dengan Biden, Erdogan Bilang Israel Coba Perluas Perang Gaza

    Jakarta

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada Presiden Amerika Serikat Joe Biden bahwa Israel berusaha menyebarkan perang Gaza ke wilayah yang lebih luas dan tidak menginginkan gencatan senjata.

    Hal itu disampaikan Erdogan kepada Biden dalam percakapan via telepon pada Kamis (2/8) waktu setempat, menurut kantor kepresidenan Turki seperti dilansir Al Arabiya dan Reuters, Jumat (2/8/2024).

    Dalam sebuah pernyataan, kantor kepresidenan Turki mengatakan Erdogan memberi tahu Biden bahwa pemerintah Israel telah menunjukkan keengganannya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza “di setiap langkah”.

    Erdogan juga mengatakan bahwa pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kepada Kongres AS beberapa waktu lalu telah memicu “kekecewaan yang mendalam” di Turki dan dunia.

    Erdogan juga mengatakan bahwa pembunuhan Ismail Haniyeh, kepala biro politik kelompok Hamas, telah memberikan “pukulan berat” bagi upaya gencatan senjata. Dalam percakapan telepon dengan Biden tersebut, Erdogan juga berjanji untuk terus berupaya meningkatkan hubungan antara sekutu-sekutu NATO tersebut.

    Pembunuhan Haniyeh dan tewasnya komandan utama Hizbullah dalam serangan Israel di Beirut, Lebanon telah membuat Timur Tengah mendidih. Terkait perkembangan ini, Presiden Amerika Serikat Joe Biden memerintahkan militer Amerika Serikat untuk mengerahkan “aset-aset pertahanan” baru di Timur Tengah.

    Ini dilakukan setelah Iran dan kelompok Hizbullah bersumpah untuk membalas dendam terhadap Israel dan “mereka yang berada di balik” pembunuhan dua petinggi Hizbullah dan Hamas tersebut.

    “Presiden membahas upaya untuk mendukung pertahanan Israel terhadap ancaman-ancaman, termasuk terhadap rudal balistik dan drone, dengan mencakup pengerahan militer AS yang baru untuk pertahanan,” kata Gedung Putih dalam pernyataan tentang percakapan telepon antara Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dilansir Al Arabiya, Jumat (2/8/2024).

    Rencana baru tersebut disusun selama pertemuan mingguan antara menteri pertahanan AS, ketua Kepala Staf Gabungan, dan komandan Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) sebagai tanggapan atas kemungkinan serangan balasan oleh Iran dan Hizbullah. Demikian disampaikan sumber yang mengetahui perencanaan tersebut kepada Al Arabiya English.

    Gedung Putih mengatakan, sementara Biden menekankan komitmen AS untuk membantu pertahanan Israel, ia juga “menekankan pentingnya upaya berkelanjutan untuk meredakan ketegangan yang lebih luas di kawasan tersebut.”

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Pelayat Berebut Angkat Peti Mati Komandan Hizbullah yang Dibunuh Israel

    Pelayat Berebut Angkat Peti Mati Komandan Hizbullah yang Dibunuh Israel

    Beirut

    Pemakaman komandan kelompok Hizbullah, Fuad Shukr, digelar di Lebanon dengan dihadiri ratusan pelayat. Beberapa pelayat bahkan tampak berebut mengangkat peti jenazah Shukr.

    Seperti dilansir Associated Press dan BBC, Jumat (2/8/2024), kerumunan besar orang yang mengenakan pakaian serba hitam bergabung dalam pemakaman Shukr yang digelar di pinggiran selatan Beirut pada Kamis (1/8) waktu setempat.

    Para pelayat tampak membawa poster bergambar wajah mendiang Shukr, sembari mengibarkan bendera Hizbullah yang berwarna kuning-hijau. Ada juga pelayat yang meneriakkan sejumlah slogan kelompok yang didukung Iran tersebut, terkadang dengan kepalan tangan terangkat ke udara.

    Ketika peti jenazah Shukr dibawa ke lokasi seremoni pemakaman, beberapa pelayat bergerak mendekat untuk menyentuh atau ikut mengangkat peti jenazah tersebut.

    Ratusan pelayat kemudian menghadiri seremoni pemakaman Shkur yang digelar di sebuah auditorium di Beirut. Para pengawal memakai baret merah mengangkat peti jenazah Shukr yang diselimuti bendera Hizbullah, menyusuri lorong dengan diiringi band militer kelompok tersebut.

    Shukr menjadi komandan senior Hizbullah yang paling terkenal, sejauh ini, yang tewas dibunuh oleh Israel sejak konflik memanas beberapa bulan terakhir.

    Israel telah mengaku bertanggung jawab atas serangan udara yang menewaskan Shukr di Beirut pada Selasa (30/7) waktu setempat. Seorang penasihat militer Iran dan beberapa warga sipil tewas dalam serangan yang sama.

    Disebutkan oleh Tel Aviv bahwa Shukr merupakan dalang di balik serangan roket yang menewaskan 12 remaja dan anak-anak di sebuah lapangan sepakbola di area Dataran Tinggi Golan pada Sabtu (27/7) lalu.

    Seremoni pemakaman komandan Hizbullah, Fuad Shukr, yang tewas dibunuh Israel Foto: AP Photo/Hussein Malla

    Hizbullah telah membantah keterlibatan dalam serangan itu, meskipun pada awalnya kelompok itu mengklaim telah melancarkan serangan terhadap pangkalan militer Israel di area tersebut, yang memicu dugaan bahwa serangan itu tidak tepat sasaran.

    Sosok Shukr yang juga dikenal sebagai al-Hajj Mohsin, merupakan penasihat dekat pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah.

    Dalam pidatonya via video link saat seremoni pemakaman Shukr, Nasrallah memuji Shukr sebagai seorang komandan veteran dan kembali membantah bahwa Hizbullah mendalangi serangan mematikan di Golan.

    “Kita memiliki keberanian untuk bertanggung jawab atas tindakan yang kita lakukan, meskipun itu sebuah kesalahan. Jika kita melakukan kesalahan, kita akan mengakuinya dan meminta maaf. Musuh menjadikan dirinya sebagai hakim, juri, dan algojo tanpa bukti apa pun,” tegas Nasrallah.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Iran dan Kawan-kawan Bertemu Bahas Pembalasan untuk Israel

    Iran dan Kawan-kawan Bertemu Bahas Pembalasan untuk Israel

    Teheran

    Para pejabat tinggi Iran menggelar pertemuan dengan perwakilan sekutu regional Teheran dari Lebanon, Yaman dan Irak. Pertemuan itu dimaksudkan untuk membahas potensi pembalasan terhadap Israel, setelah pembunuhan pemimpin biro politik kelompok Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran.

    Seperti dilansir Reuters, Jumat (2/8/2024), kawasan Timur Tengah menghadapi risiko konflik yang meluas antara Israel, Iran dan proksi-proksinya usai pembunuhan Haniyeh di Teheran pada Rabu (31/7) dan pembunuhan komandan senior Hizbullah, Fuad Shukr, dalam serangan di pinggiran Beirut pada Selasa (30/7).

    Lima sumber yang dikutip Reuters mengungkapkan bahwa para perwakilan dari sekutu-sekutu Iran di Palestina, Hamas dan Jihad Islam, kemudian dari kelompok Houthi di Yaman, kelompok Hizbullah di Lebanon, dan kelompok perlawanan Irak menghadiri pertemuan di Teheran pada Kamis (1/8) waktu setempat.

    “Iran dan para anggota perlawanan akan melakukan penilaian menyeluruh setelah pertemuan di Teheran untuk menemukan cara terbaik dan paling efektif untuk membalas rezim Zionis (Israel),” sebut seorang pejabat senior Iran yang enggan disebut namanya, tapi mengetahui secara langsung pertemuan itu.

    Seorang pejabat Iran lainnya, yang juga tidak bersedia disebut namanya, mengatakan bahwa pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan anggota senior Garda Revolusi Iran akan turut hadir dalam pertemuan tersebut.

    “Bagaimana respons Iran dan kelompok perlawanan saat ini sedang ditinjau… Ini sudah pasti akan terjadi dan rezim Zionis (Israel) pasti akan menyesalinya,” tegas Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Jenderal Mohammad Baqeri, saat berbicara kepada televisi pemerintah Teheran pada Kamis (1/8).

    Iran dan Hamas menuduh Israel mendalangi serangan yang menewaskan Haniyeh, hanya beberapa jam setelah dia menghadiri seremoni pelantikan Masoud Pezeshkian sebagai Presiden baru Teheran. Namun Tel Aviv belum memberikan komentar, bahkan mengaku bertanggung jawab, atas kematian Haniyeh.

    Hal itu memicu ancaman balas dendam terhadap Israel dari Hamas, Iran dan proksi-proksinya, yang semakin menambah kekhawatiran meluasnya perang yang berkecamuk di Jalur Gaza menjadi perang besar-besaran di kawasan Timur Tengah.

    “Semua front perlawanan akan membalas dendam untuk darah Haniyeh,” tegas Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Akbar Ahmadian, saat berbicara kepada kantor berita Mehr.

    Pada 13 April lalu, Iran melancarkan rentetan serangan rudal dan drone terhadap Israel untuk membalas dugaan serangan mematikan Tel Aviv terhadap kompleks kedutaannya di Damaskus, Suriah, pada 1 April. Namun hampir semua serangan rudal dan drone Teheran diklaim berhasil ditembak jatuh oleh Tel Aviv.

    “Respons Iran terhadap pembunuhan Haniyeh yang mati syahid akan lebih kuat dari sebelumnya,” cetus mantan komandan senior Garda Revolusi Iran, Esmail Kosari, saat berbicara kepada televisi pemerintah Teheran.

    Sementara itu, Panglima Angkatan Udara Israel, Tomer Bar, saat berbicara dalam seremoni wisuda militer di Israel pada Rabu (31/7) malam, memperingatkan bahwa Tel Aviv akan mengambil tindakan terhadap siapa saja yang berencana melukai warganya.

    “Kita juga sangat siap dalam pertahanan. Ratusan tentara pertahanan udara, bersama dengan para personel kendali udara, ditempatkan di seluruh negeri dengan sistem terbaik, siap menjalankan misinya,” tegasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)