Negara: Lebanon

  • Kehancuran Gaza Jangan Terulang di Lebanon

    Kehancuran Gaza Jangan Terulang di Lebanon

    Jakarta

    Amerika Serikat (AS) memperingatkan Israel untuk tidak melakukan aksi militer seperti Gaza di Lebanon. AS mewanti-wanti kehancuran seperti di Gaza terulang di Lebanon.

    Dilansir AFP, Kamis (10/10/2024), Hal ini disampaikan AS setelah Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengancam Lebanon bisa mengalami “kehancuran” yang serupa dengan Gaza.

    Namun, panglima militer Israel Herzi Halevi berjanji untuk terus melanjutkan bombardir intensif Israel terhadap target-target Hizbullah, yang telah menewaskan lebih dari 1.200 orang sejak 23 September, “tanpa memberi mereka waktu istirahat atau pemulihan”.

    Komentar tersebut muncul setelah percakapan via telepon antara Netanyahu dan Presiden AS Joe Biden, yang pertama dalam tujuh minggu, yang diharapkan akan berfokus pada tanggapan Israel terhadap rentetan rudal minggu lalu oleh Iran.

    Gedung Putih menyatakan selama panggilan telepon tersebut, Biden memberi tahu Netanyahu untuk “meminimalkan bahaya” bagi warga sipil di Lebanon, khususnya di “daerah padat penduduk di Beirut”.

    “Tidak boleh ada aksi militer di Lebanon yang mirip dengan Gaza dan menimbulkan hasil yang mirip dengan Gaza,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller kepada wartawan.

    Dalam pidato Netanyahu mengatakan kepada rakyat Lebanon pada hari Selasa: “Anda memiliki kesempatan untuk menyelamatkan Lebanon sebelum jatuh ke jurang perang panjang, yang akan menyebabkan kehancuran dan penderitaan seperti yang kita lihat di Gaza.”

    “Bebaskan negara Anda dari Hizbullah sehingga perang ini dapat berakhir,” imbuh Netanyahu.

    Netanyahu mengatakan Lebanon berada di persimpangan jalan. Dia meminta warga Lebanon kembali merebut negaranya dan mengancam Lebanon akan terseret ke dalam perang.

    “Anda berada di persimpangan jalan yang penting … Berdirilah dan rebut kembali negara Anda,” katanya.

    “Jika Anda tidak melakukannya, Hizbullah akan terus mencoba memerangi Israel dari daerah padat penduduk dengan mengorbankan Anda. Mereka tidak peduli jika Lebanon terseret ke dalam perang yang lebih luas,” cetus Netanyahu.

    Sebelumnya, Biden juga telah memperingatkan Israel agar tidak mencoba menyerang program nuklir Iran, yang berisiko menimbulkan pembalasan besar. Biden juga menentang serangan terhadap instalasi minyak negara republik Islam itu, yang akan menyebabkan harga minyak mentah dunia melonjak.

    AS Peringatkan Israel Tak Serang Bandara Beirut

    Amerika Serikat juga telah memperingatkan Israel untuk tidak menyerang Bandara Beirut, Lebanon serta jalan menuju ke sana. Peringatan ini dikeluarkan AS saat Israel melakukan serangan intensif terhadap Hizbullah di pinggiran selatan ibu kota Lebanon itu.

    “Kami pikir sangat penting bahwa tidak hanya bandara yang dibuka, tetapi jalan menuju bandara juga dibuka, sehingga warga negara Amerika yang ingin pergi bisa keluar, tetapi juga warga negara lain,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller kepada wartawan seperti dilansir AFP, Selasa (8/10).

    Selama seminggu terakhir, Amerika Serikat telah menyewa penerbangan hampir setiap hari untuk membawa warga negaranya dan keluarga mereka keluar dari negara itu karena konflik antara Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran meningkat.

    Miller mengatakan sekitar 900 orang telah menggunakan penerbangan sejauh ini. AS juga memesan tiket penerbangan komersial.

    Halaman 2 dari 2

    (lir/rfs)

  • Tank Israel Tembak Markas Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon, 2 Orang Luka

    Tank Israel Tembak Markas Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon, 2 Orang Luka

    Jakarta

    Pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon, UNIFIL, mengatakan tank Israel menembak ke markas besarnya di selatan negara itu. Tembakan tank Israel itu melukai dua anggota pasukan PBB saat pasukan Israel bertempur melawan Hizbullah di perbatasan.

    “Pagi ini, dua penjaga perdamaian terluka setelah tank IDF Merkava menembakkan senjatanya ke menara observasi di markas besar UNIFIL di Naqura, langsung mengenainya dan menyebabkan mereka jatuh,” kata pasukan itu, menggunakan akronim untuk militer Israel, dilansir AFP, Kamis (10/10/2024).

    “Cedera mereka untungnya, kali ini tidak serius, tetapi mereka masih dirawat di rumah sakit,” katanya, seraya menambahkan bahwa “markas besar UNIFIL Naqura dan posisi di dekatnya telah berulang kali terkena serangan”.

    Menurut UNIFIL, militer Israel juga menyerang posisi lain di Ras Naqura. Pasukan penjaga perdamaian mengatakan mereka menyerang “pintu masuk bunker tempat para penjaga perdamaian berlindung, dan merusak kendaraan dan sistem komunikasi”.

    “Sebuah pesawat nirawak IDF terlihat terbang di dalam posisi PBB hingga ke pintu masuk bunker,” katanya.

    UNIFIL, yang memiliki sekitar 10.000 pasukan penjaga perdamaian yang ditempatkan di Lebanon selatan, telah menyerukan gencatan senjata sejak eskalasi antara Israel dan Hizbullah pada 23 September lalu.

    Pada Rabu (9/10), “tentara IDF dengan sengaja menembaki dan menonaktifkan kamera pemantau perimeter posisi tersebut,” tambahnya.

    “Kami mengingatkan IDF dan semua aktor tentang kewajiban mereka untuk memastikan keselamatan dan keamanan personel dan properti PBB dan untuk menghormati keutuhan tempat PBB setiap saat,” katanya.

    Lihat juga Video ‘Israel Pamer Rekaman Serangan Gudang Senjata Milik Hizbullah’:

    (rfs/fas)

  • Heboh Peta Timur Tengah Baru yang Diusulkan Israel, Seperti Apa?

    Heboh Peta Timur Tengah Baru yang Diusulkan Israel, Seperti Apa?

    Jakarta

    Istilah Timur Tengah baru telah digunakan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, baru-baru ini.

    Dalam forum internasional, Netanyahu menunjukkan dua buah peta Israel dan kawasan sekitarnya. Dalam peta itu, tidak ada sama sekali nama maupun wilayah Palestina.

    Upaya Israel untuk mengubah tatanan kekuasaan regional dan merestrukturisasi peta politik bukanlah hal baru.

    Namun, dinamika kawasan yang semakin kompleks dan eskalasi konflik pasca serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan direspons dengan serangan Israel ke Gaza selama 12 bulan terakhir telah meyakinkan banyak pihak di Israel bahwa tujuan tersebut kini lebih realistis untuk dicapai.

    Peta Israel yang kontroversial

    Dalam pidatonya baru-baru ini di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Netanyahu menampilkan peta pertama, yang mencakup wilayah berwarna hijau untuk negara-negara yang memiliki perjanjian damai dengan Israel atau sedang dalam negosiasi untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.

    Peta yang dinamai “karunia” itu memuat negara-negara mencakup Mesir, Sudan, Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, Bahrain, dan Yordania.

    Sedangkan peta kedua menunjukkan wilayah yang diwarnai hitam. Netanyahu menyebutnya sebagai wilayah “kutukan”.

    EPAPerdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunjukkan peta wilayah “kutukan” ketika berbicara di Sidang Umum PBB di New York, pada 27 September 2024.

    Dalam pidatonya baru-baru ini, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, memperingatkan tentang apa yang disebutnya sebagai “ambisi penuh kebencian Israel.”

    Erdogan mengatakan, “Mereka [Israel] akan menginginkan tanah air kita di antara Tigris dan Efrat. Dan secara terbuka menyatakan melalui peta yang mereka tunjukkan bahwa mereka tidak akan puas dengan Gaza.”

    Yezid Sayigh, peneliti senior dari Carnegie Middle East Center, ragu bahwa ambisi pemerintahan Netanyahu itu merupakan indikasi dari agenda langsung atau tujuan sebenarnya.

    Sayigh memprediksi bahwa “Timur Tengah baru yang Netanyahu upayakan saat ini adalah tentang memungkinkan Israel menjajah sisa wilayah Palestina.”

    Baca juga:

    Hal itu terlihat dari upaya Israel yang ‘tidak malu’ dalam memperluas proyek permukimannya, terutama di Tepi Barat.

    Ditambah lagi, Israel juga telah secara terbuka mengumumkan niatnya untuk meningkatkan jumlah permukiman, meskipun ada kritik dari Arab dan dunia internasional.

    “Ada sejumlah menteri dalam pemerintahan sayap kanan Israel yang tidak percaya pada solusi dua negara, dan sekarang kita tampaknya semakin jauh dari solusi negara Palestina sejak Perjanjian Oslo pada 1993.”

    EPAPerdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunjukkan dua peta wilayah Timur Tengah yang dia namai “berkah” dan “kutukan” ketika berbicara di Sidang Umum PBB New York, pada 27 September 2024.

    “Tetapi saya tidak berpikir Amerika Serikat akan menyetujui peta Israel iniyang tidak mencakup wilayah Palestina,” kata David Schenker, peneliti senior di Washington Institute for Near East Policy.

    Sebelumnya, Schenker menjabat sebagai asisten menteri luar negeri untuk urusan wilayah timur dekat.

    “Pandangan Israel terhadap Timur Tengah baru adalah wilayah yang bebas dari ancaman Iran,” kata Schenker.

    Timur Tengah tanpa ‘ancaman Iran’

    Berbicara kepada BBC, Miri Eisen, pakar keamanan dan pensiunan perwira intelijen Israel, mengatakan: “Israel tidak ingin memaksakan Timur Tengah yang baru, tetapi untuk memastikan rezim mullah di Iran tidak mendefinisikan tatanan regional.”

    “Kata-kata Netanyahu ditujukan untuk mengakhiri program nuklir Iran dan memulihkan posisi historisnya setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menyebabkannya [Netanyahu] malu secara global,” kata Sayigh.

    Pembunuhan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallahsetelah serangan besar-besaran Israel yang menargetkan jantung pinggiran selatan Beirutdipandang sebagai titik balik ketegangan geopolitik dalam perang tersebut.

    Getty ImagesWarga Iran membakar bendera Israel dalam perayaan setelah serangan rudal terhadap Israel, 1 Oktober.

    Iran menembakkan rangkaian rudal balistik ke Israel. Negara itu menggunakan berbagai senjata yang telah lama membuat khawatir Barat, sebagai respons atas pembunuhan kepala politik Hamas, Ismail Haniyeh di wilayahnya.

    Di sisi lain, Israel berjanji untuk menanggapi serangan Iran pada waktu yang dipilihnya sendiri.

    Solusi militer tidaklah cukup

    Amerika Serikat (AS) memberikan dukungan signifikan kepada Israel untuk memastikan keunggulan strategisnya. AS juga telah mengintensifkan kehadiran militernya di kawasan tersebut, mengingat meningkatnya ketegangan belakangan.

    Namun, dukungan ini menyaratkan Israel agar tidak melewati batas merah yang diulang-ulang Washington dalam pidato resminya, yaitu menargetkan proyek nuklir Iran dan solusi dua negara.

    Eisen berkata: “Tindakan militer Israel dilakukan untuk melawan ekspor senjata dan ideologi Iran ke proksi-proksinya di kawasan yang mengancam Israel dan negara-negara lain, dan bertujuan untuk melemahkan kemampuan militernya.”

    David Schenker, peneliti senior di Washington Institute memandang bahwa Israel mungkin telah membuat kemajuan dalam melumpuhkan proksi Iran di kawasan tersebut. Tetapi, dia ragu bahwa Israel dapat menciptakan tatanan baru tanpa dukungan negara-negara Arab.

    EPAKendaraan militer Israel berkumpul di dekat perbatasan dengan Lebanon, 3 Oktober

    “Hamas dapat bangkit kembali tanpa otoritas Palestina, upaya Arab dan diplomasi internasional, serta begitu pula Hizbullah tanpa upaya masyarakat Lebanon.”

    Eisen menganalisis bahwa Israel berupaya memperkuat kemitraan keamanan, ekonomi, dan bahkan teknologi dengan para sekutu yang memiliki persepsi sama tentang “ancaman Iran”.

    Selama beberapa tahun terakhir, Washington telah memimpin proyek normalisasi di kawasan tersebut, dengan menawarkan bantuan ekonomi hingga militer.

    AS mempromosikan gagasan bahwa Israel bukanlah ancaman regional bagi negara-negara Arab, tetapi sebaliknya, mitra strategis dalam menghadapi Iran.

    Laju normalisasi hubungan negara-negara di kawasan dengan Israel telah meningkat selama empat tahun terakhir.

    Baca juga:

    Maroko, UEA, dan Bahrain telah menandatangani ‘Perjanjian Abraham’ dengan Israel, tetapi tersendat sejak serangan 7 Oktober 2023 dan serangan Israel di Gaza berikutnya.

    Israel telah berupaya menormalisasi hubungan dengan Arab Saudi yang menentang meningkatnya keterlibatan dan pengaruh Iran yang mayoritas Syiah di kawasan tersebut. Arab Saudi juga takut akan hegemoni Iran di Timur Tengah.

    Namun, Arab Saudi telah secara resmi menyatakan dalam sebuah artikel di Financial Times bahwa negara itu tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel sampai negara Palestina didirikan.

    Sebelum 7 Oktober 2023, pergeseran geopolitik dan ekonomi telah memainkan peran besar dalam mengubah sikap sejumlah negara Arab seperti Mesir, Suriah, Lebanon, dan Yordania.

    ReutersPengeboran gas alam lepas pantai Tamar dekat pantai Ashkalon

    Negara-negara itu sebelumnya menolak mengakui Israelsebagai protes atas pemisahan Palestinausai negara itu dideklarasikan pada tahun 1948.

    “Tidak diragukan lagi bahwa negara-negara ini bersimpati ke Palestina, tapi mereka menemukan Israel bukanlah satu-satunya masalah. Ada juga para pembuat keputusan di Palestina.”

    “Akhirnya negara-negara ini memutuskan untuk mengutamakan kepentingan mereka sendiri daripada menghubungkan normalisasi dengan konflik Palestina dan Israel,” kata Schenker.

    Kemitraan ekonomi

    Kesepakatan dan perjanjian Israel dengan negara-negara Timur Tengah ini diumumkan sebelum 7 Oktober 2023, mencakup investasi dalam pertahanan, keamanan siber, teknologi finansial, dan energi.

    Namun, perang sejak 7 Oktober 2023 mungkin telah memperlambat volume kerja sama perdagangan antara Israel dan mitra barunya dari negara-negara Arab.

    Walau demikian, data resmi Israel mengungkapkan bahwa perdagangan antara Israel dan lima negara Arab meningkat selama paruh pertama tahun fiskal ini, dipimpin oleh UEA, Mesir, Bahrain, dan Maroko.

    Surat kabar Israel Maariv mengungkapkan sebuah perjanjian telah ditandatangani antara UEA dan Israel untuk membungun rute perdagangan antara kedua negara, yang melewati Arab Saudi dan Yordania, dan juga meluas ke Mesir.

    Gas Israel juga merupakan sumber pasokan utama untuk beberapa jaringan listrik Mesir.

    “Israel harus menggabungkan diplomasi, kemitraan ekonomi, dan tindakan pertahanan dan militer yang kuat untuk membentuk tatanan regional baru,” kata Schenker.

    “Perubahan di Timur Tengah tidak dapat dilihat secara terpisah dari situasi internasional, yaitu konflik internasional lainnya antara AS, Rusia, dan China, serta perubahan politik dalam negeri di Eropa,” kata Sayigh.

    Peneliti dari Carnegie itu khawatir dengan percepatan perubahan regional dan globa, yang semuanya berkontribusi pada percepatan tren global menuju konflik.

    Lihat Video ‘Peringatan Israel untuk Iran: Lihat Gaza dan Beirut!’:

    (ita/ita)

  • Militer Suriah Panen Uang dari Pengungsi Krisis Lebanon

    Militer Suriah Panen Uang dari Pengungsi Krisis Lebanon

    Jakarta

    Perjalanan dari Lebanon untuk kembali ke Suriah panjang dan sulit dan, menurut mereka yang telah melakukannya, semakin mahal.

    Pria Suriah Khaled Massoud dan keluarganya butuh waktu tujuh hari dan uang sebesar $1.300 atau sekitar Rp20 juta agar bisa mencapai tempat yang aman di Suriah utara. Mereka melarikan diri dari pengeboman Israel di Lebanon.

    Keluarganya beranggotakan enam orang, ditambah keluarga putrinya. Mereka kini berada di kamp pengungsi dekat Maarat Misrin, utara Idlib, di daerah yang dikuasai oleh pasukan oposisi antipemerintah.

    Massoud adalah salah satu dari banyak orang. Minggu ini, kepala badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, Filippo Grandi, mengatakan sedikitnya 220.000 orang telah menyeberang dari Lebanon ke Suriah, menyusul pemboman Israel. Sekitar 80% dari mereka adalah warga Suriah. Sementara pihak berwenang Lebanon memperkirakan sebanyak 400.000 orang telah mengungsi ke Suriah.

    Bagi warga Suriah yang kembali ke negara mereka sendiri, menyeberangi perbatasan dari Lebanon bukanlah hal yang mudah. Sejak 2011, Suriah dilanda perang saudara antara pemerintah Bashar Assad dan pasukan antipemerintah.

    Siapa pun yang melarikan diri dari negara itu selama perang akan dicurigai, dan dipandang sebagai pengkhianat rezim Assad.

    Jadi, bagi banyak warga Suriah, menuju ke daerah yang masih dikuasai oleh kelompok oposisi antipemerintah adalah pilihan yang lebih aman. Hampir semua orang yang datang ke sini mengambil jalan pedesaan.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Raup uang dari kesengsaraan

    Seiring pengeboman oleh Israel ke Lebanon, pergerakan pengungsi di perbatasan pun menjadi bisnis yang menguntungkan.

    “Setiap pos pemeriksaan akan mengambil apa yang diinginkannya,” kata Hadi Othman, 20 tahun, warga Suriah yang baru saja melakukan perjalanan kembali ke Idlib. “Lebih seperti bisnis, dan berapa banyak yang mereka minta, suka-suka mereka saja.”

    Othman dan yang lainnya mengatakan kepada DW bahwa tiap orang membayar antara $300 dan $600 (sekitar Rp4,6 juta hingga Rp9,3 juta) untuk kembali ke wilayah yang dikuasai oposisi.

    Setiap perjalanan berbeda, kata sumber DW, penduduk setempat mengetahui cara kerja sistem tersebut. Ia mengatakan kepada DW bahwa berbagai cabang militer Suriah bekerja sama dengan milisi lain, termasuk pasukan Kurdi-Suriah, yang menguasai jalan, untuk memfasilitasi pembayaran tersebut.

    Pengungsi dianggap dolar berjalan

    Sering kali, pengungsi Suriah dilecehkan, diserang, atau bahkan ditangkap, sumber tersebut menambahkan. Menurutnya, jika bisa membayar, barulah mereka bisa melanjutkan perjalanan.

    Awal minggu ini, media independen Suriah Al Jumhuriya melaporkan sedikitnya 40 pemuda yang baru kembali dari Lebanon ditangkap di stasiun bus di Damaskus.

    “Orang-orang takut, lelah, dan mencari tempat tinggal. Jika perang di Lebanon tidak lebih buruk daripada situasi di Suriah, mereka akan tetap tinggal di sana, meskipun ada rasisme,” kata sumber tersebut.

    “Kini mereka dianggap sebagai uang dolar berjalan. Orang-orang yang meminta uang kepada mereka menuduh mereka sebagai pengkhianat dan mengatakan bahwa mereka kaya.”

    Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, sekitar 470 keluarga yang terdiri dari sekitar 2.500 orang, dan 200 pria lajang telah tiba di wilayah yang dikuasai oposisi. Masih banyak lagi yang sedang dalam perjalanan.

    Jika jumlah rata-rata uang yang dipungut yang dikatakan para pengungsi itu benar, ada kemungkinan berbagai pihak pasukan keamanan telah memeras lebih dari satu juta dolar dari pengungsi Suriah yang datang dari Lebanon.

    Biaya ini bukanlah kecil bagi kebanyakan warga Suriah yang mengungsi ke Lebanon karena perang saudara. Di sana, 90% warga Suriah hidup dalam kemiskinan dan mereka yang bisa bekerja secara legal menghasilkan sekitar $95 sebulan dari pekerjaan sambilan, menurut PBB. Undang-undang Lebanon tidak memperbolehkan para pengungsi Suriah bekerja.

    Othman mengatakan dia tinggal di Lebanon sejak 2012, setelah melarikan diri dari kampung halamannya di Binnish, di bagian barat laut Suriah.

    “Namun, hidup di Lebanon sangat sulit,” katanya kepada DW. “Dolar mahal, dan kondisi ekonomi buruk. Kami hidup dengan upah minimum dan tidak punya tabungan.”

    Di persimpangan Aoun al-Dadat, yang menghubungkan Kota Jarablus yang dikuasai oposisi dan Kota Manbij, yang dikuasai pasukan Kurdi, Othman mengatakan biaya pos pemeriksaan yang dikenakan di sana seharga $10.

    “Namun, di sana kami berdemonstrasi, dan tidak ada yang membayar,” kenangnya, menjelaskan bagaimana massa yang marah memprotes dan kemudian menerobos perbatasan tanpa membayar biaya apa pun.

    “Kami bersyukur kepada Tuhan karena kami berhasil kembali ke sini,” kata Othman. “Kami lelah, tetapi yang penting adalah kami telah mencapai desa, dan sekarang kami akan tinggal di rumah sendiri.”

    Diadaptasi dari artikel DW Inggris

    (ita/ita)

  • Timur Tengah Memanas, Putra Mahkota Saudi Bertemu Menlu Iran

    Timur Tengah Memanas, Putra Mahkota Saudi Bertemu Menlu Iran

    Jakarta

    Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman bertemu dengan menteri luar negeri (menlu) Iran di Riyadh, Saudi saat kawasan itu bersiap menghadapi kemungkinan serangan Israel terhadap Iran.

    Menlu Iran, Abbas Araghchi, sebelumnya telah bertemu dengan menlu Saudi Pangeran Faisal bin Farhan untuk membahas “hubungan bilateral dan cara-cara untuk meningkatkannya di berbagai bidang dan perkembangan regional, lapor kantor berita resmi Saudi Press Agency (SPA) dilansir Al Arabiya dan AFP, Kamis (10/10/2024).

    Sebelumnya, juru bicara kementerian luar negeri Iran Esmail Baghaei menuliskan di media sosial X, bahwa kunjungan Araghchi akan difokuskan pada penghentian “genosida & agresi rezim Israel” dan bertujuan untuk “meringankan rasa sakit dan penderitaan saudara-saudari kita di Gaza dan Lebanon.”

    Israel telah melancarkan perang selama setahun melawan Hamas di Gaza, yang dipicu oleh serangan besar-besaran kelompok militan Palestina tersebut terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.

    Hizbullah, yang bermarkas di Lebanon, mulai menggempur Israel utara setelah serangan itu, dan sejak bulan lalu Israel telah secara signifikan meningkatkan serangannya yang menargetkan para pemimpin dan infrastruktur Hizbullah.

    Hamas dan Hizbullah merupakan bagian dari apa yang disebut “Poros Perlawanan” Iran, yang terdiri dari kelompok-kelompok militan di wilayah tersebut.

    Kunjungan Araghchi ke Arab Saudi dilakukan saat wilayah tersebut menunggu respons Israel atas serangan rudal Iran di wilayahnya minggu lalu.

    Baghei mengatakan pertemuan di Riyadh itu “untuk melanjutkan upaya diplomatik kami, dalam koordinasi dengan negara-negara di kawasan.”

    Pemerintah Iran menyebut serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel sebagai “titik balik dalam sejarah perjuangan sah rakyat Palestina melawan Israel.”

    Iran dan Arab Saudi menjalin kembali hubungan diplomatik pada Maret 2023 berdasarkan kesepakatan mengejutkan yang dimediasi China, setelah putus hubungan selama tujuh tahun.

    Bulan lalu, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman secara tegas menyatakan bahwa Kerajaan tersebut tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel tanpa adanya “negara Palestina yang merdeka.”

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Israel Tewaskan Tokoh Hizbullah dalam Serangan di Suriah

    Israel Tewaskan Tokoh Hizbullah dalam Serangan di Suriah

    Jakarta

    Militer Israel mengatakan bahwa pasukannya telah menewaskan seorang tokoh Hizbullah dalam serangannya di dalam wilayah Suriah pada Rabu (9/10) waktu setempat. Ini terjadi seiring militer Israel terus menargetkan posisi dan petempur kelompok tersebut dengan serangan udara yang terus-menerus.

    Militer Israel dalam sebuah pernyataan dilansir Al Arabiya dan AFP, Kamis (10/10/2024), mengatakan bahwa Angkatan udara Israel menyerang dan melenyapkan Adham Jahout, seorang teroris dalam ‘Jaringan Teroris Golan’ milik Hizbullah, sel teror Hizbullah di Suriah.”

    Militer Israel menyebut Jahout sebagai perantara yang “menyampaikan informasi dari sumber-sumber rezim Suriah kepada Hizbullah”.

    Militer Israel mengatakan serangan udara tersebut terjadi di wilayah Quneitra di Suriah barat daya, dekat Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel.

    Otoritas Israel jarang mengomentari serangan-serangannya di Suriah, tetapi telah berulang kali mengatakan bahwa mereka tidak akan membiarkan musuh bebuyutan Iran memperluas kehadirannya.

    Pengumuman serangan udara itu muncul beberapa jam setelah panglima militer Israel Herzi Halevi bersumpah untuk terus menggempur Hizbullah. Dia mengatakan bahwa serangan akan terus berlanjut “tanpa henti” untuk mencegah kelompok itu bangkit kembali.

    Namun, sekutu utama Israel, Amerika Serikat, telah mengingatkan negeri Yahudi itu untuk tidak melakukan aksi militer seperti Gaza di Lebanon. Hal ini disampaikan setelah Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengancam Lebanon bisa mengalami “kehancuran” yang serupa dengan Gaza.

    Gedung Putih menyatakan, selama panggilan telepon antara Presiden AS Joe Biden dan Netanyahu pada Rabu (9/10) waktu setempat, Biden meminta Israel untuk “meminimalkan bahaya” bagi warga sipil di Lebanon, khususnya di “daerah padat penduduk di Beirut”.

    “Tidak boleh ada aksi militer di Lebanon yang mirip dengan Gaza dan menimbulkan hasil yang mirip dengan Gaza,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller kepada wartawan.

    Diketahui bahwa Hizbullah secara historis mengandalkan Suriah, yang menjadi sekutunya, untuk mengangkut senjata dan peralatan lain dari pendukung utamanya, Iran.

    Iran dan kelompok Hizbullah yang bermarkas di Lebanon itu, juga merupakan sekutu terpenting pemerintah Suriah dalam perang saudara, yang telah berlangsung lebih dari satu dekade di negara itu.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • AS Ingatkan Israel Jangan Ulangi Kehancuran Gaza di Lebanon!

    AS Ingatkan Israel Jangan Ulangi Kehancuran Gaza di Lebanon!

    Jakarta

    Sekutu utama Israel, Amerika Serikat, mengingatkan negeri Yahudi itu untuk tidak melakukan aksi militer seperti Gaza di Lebanon. Hal ini disampaikan setelah Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengancam Lebanon bisa mengalami “kehancuran” yang serupa dengan Gaza.

    Namun, panglima militer Israel Herzi Halevi berjanji untuk terus melanjutkan bombardir intensif Israel terhadap target-target Hizbullah, yang telah menewaskan lebih dari 1.200 orang sejak 23 September, “tanpa memberi mereka waktu istirahat atau pemulihan”.

    Komentar tersebut muncul setelah percakapan via telepon antara Netanyahu dan Presiden AS Joe Biden, yang pertama dalam tujuh minggu, yang diharapkan akan berfokus pada tanggapan Israel terhadap rentetan rudal minggu lalu oleh Iran.

    Dilansir kantor berita AFP, Kamis (10/10/2024), Gedung Putih menyatakan, selama panggilan telepon tersebut, Biden memberi tahu Netanyahu untuk “meminimalkan bahaya” bagi warga sipil di Lebanon, khususnya di “daerah padat penduduk di Beirut”.

    “Tidak boleh ada aksi militer di Lebanon yang mirip dengan Gaza dan menimbulkan hasil yang mirip dengan Gaza,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller kepada wartawan.

    Sebelumnya, Netanyahu mengatakan dalam pidato video kepada rakyat Lebanon pada hari Selasa: “Anda memiliki kesempatan untuk menyelamatkan Lebanon sebelum jatuh ke jurang perang panjang, yang akan menyebabkan kehancuran dan penderitaan seperti yang kita lihat di Gaza.”

    “Bebaskan negara Anda dari Hizbullah sehingga perang ini dapat berakhir,” imbuh Netanyahu.

    “Anda berada di persimpangan jalan yang penting … Berdirilah dan rebut kembali negara Anda,” katanya.

    “Jika Anda tidak melakukannya, Hizbullah akan terus mencoba memerangi Israel dari daerah padat penduduk dengan mengorbankan Anda. Mereka tidak peduli jika Lebanon terseret ke dalam perang yang lebih luas,” cetus Netanyahu.

    Sebelumnya, Biden juga telah memperingatkan Israel agar tidak mencoba menyerang program nuklir Iran, yang berisiko menimbulkan pembalasan besar. Biden juga menentang serangan terhadap instalasi minyak negara republik Islam itu, yang akan menyebabkan harga minyak mentah dunia melonjak.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Timur Tengah Memanas, Akankah Houthi Makin Kuat?

    Timur Tengah Memanas, Akankah Houthi Makin Kuat?

    Jakarta

    Dalam pidato terbaru, pemimpin kelompok pemberontak Houthi di Yaman dengan bangga mengumumkan pencapaian kelompoknya selama setahun terakhir: Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman, menyerang target 193 kapal yang melintas di sekitar negara mereka dan meluncurkan lebih dari 1.000 rudal serta drone kepada musuh-musuhnya, termasuk Israel, demikian diumumkan Abdul-Malik al-Houthi. Semua ini, katanya, adalah bentuk dukungan bagi kelompok Hamas di Gaza dan Hezbollah di Lebanon.

    Houthi yang sebelumnya digambarkan sebagai “milisi compang camping bersandal” atau “petani bersenjata,” kini mampu meluncurkan rudal balistik ke Israel dan baru-baru ini menembak jatuh drone AS.

    Dan sejauh ini, tampaknya tidak ada yang mampu menghentikan aksi kelompok Houthi, baik pasukan maritim internasional yang melindungi kapal barang di Laut Merah, maupun rangkaian pengeboman dari udara di wilayah yang mereka kuasai.

    “Pemberontak Houthi semakin kuat, lebih ahli secara teknis, dan lebih menonjol sebagai anggota Poros Perlawanan daripada di awal perang,” tulis Mike Knights, peneliti senior di Washington Institute for Near East Policy bulan ini dalam sebuah analisis.

    Apa yang disebut “Poros Perlawanan” ini terdiri dari kelompok milisi bersenjata yang berbasis di Gaza, Lebanon, Irak, dan Yaman, yang semuanya, hingga tingkat tertentu, didukung oleh Iran dan menentang Israel serta AS.

    “Milisi bersenjata Houthi bisa dikatakan telah melewati setahun perang tanpa mengalami kemunduran besar,… dan memberikan performa militer terbaik di antara semua pemain dalam Poros Perlawanan,” jelas Knights.

    Akibatnya, Houthi semakin menonjol sebagai anggota Poros Perlawanan, dan pemimpin mereka, al-Houthi, bahkan diproyeksikan untuk menggantikan pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah, yang dibunuh oleh Israel bulan lalu, dan berperan sebagai semacam pimpinan simbolis dari aliansi pro-Iran.

    Apakah Houthi akan semakin menjadi ancaman?

    Para ahli mengatakan sangat mungkin, dengan sejumlah faktor yang mendukung.

    Pertama, jarak mereka dari Israel menjadi keuntungan: Tidak seperti beberapa kelompok lain dalam Poros Perlawanan, seperti Hezbollah dan Hamas, Houthi berada pada posisi sejauh lebih dari 2.000 kilometer dari Israel, kata Albasha kepada DW.

    “Selain itu, Hezbollah telah berada di bawah pengawasan Israel selama empat dekade, sedangkan pengetahuan tentang Houthi masih terbatas jika membandingkan,” tambah analis tersebut.

    Milisi bersenjata Houthi juga telah terlibat dalam pertempuran selama beberapa dekade, pertama sebagai bagian dari pemberontakan melawan kediktatoran Yaman sejak 2004, lalu sejak 2014 dalam perang saudara melawan kekuasaan presiden Abed Rabbo Mansur Hadi yang didukung Arab Saudi , dan yang terbaru melawan koalisi internasional yang dipimpin Saudi yang mendukung lawan mereka dalam perang saudara tersebut.

    “Selama puluhan tahun konflik, Houthi telah mendesentralisasi semua aspek operasinya, mulai dari pasokan bahan bakar dan makanan hingga pembuatan senjata,” lanjut Albasha. Pangkalan mereka tersembunyi di pegunungan Yaman dan di terowongan bawah tanah, membuat serangan udara kurang efektif, dan “rekam jejak yang kuat dalam operasi darat” mereka membuat pasukan asing enggan melakukan invasi darat, katanya.

    Houthi juga telah menjalin kontak lebih jauh ke luar negeri. Mereka memiliki kantor di Irak dan mengklaim serangan terhadap Israel bekerja sama dengan milisi yang didukung Iran di Irak.

    Rudal dari Iran

    Houthi kemungkinan juga mendapatkan dukungan senjata yang lebih baik dari Iran. “Sebelum 7 Oktober 2023, Iran memasok Houthi dengan versi lama dari rudal dan drone,” jelas Albasha. “Sekarang Houthi meluncurkan varian modifikasi dari rudal balistik jarak menengah Iran, Kheibar Shekan. Hanya masalah waktu sebelum rudal hipersonik Fattah Iran muncul di Yaman, jika belum ada.”

    Seperti yang diuraikan Knights dalam studinya pada bulan Oktober, Yaman akan menjadi tempat ideal bagi rudal semacam itu karena lokasinya dan potensinya untuk menyembunyikan senjata di pegunungan.

    Mengingat lokasi mereka yang dekat dengan Arab Saudi dan UEA, Houthi juga memiliki potensi untuk menyerang tetangga mereka dan lebih jauh mengganggu perdagangan serta bisnis global. Minggu lalu, saat mengumumkan serangan rudal terhadap Israel, juru bicara Houthi menyatakan, mereka menganggap semua “kepentingan Amerika dan Inggris di kawasan berada dalam jangkauan serangan.”

    Jika Israel akhirnya menyerang fasilitas produksi energi Iran sebagai balasan atas serangan rudal Teheran baru-baru ini, Houthi kemungkinan akan merespons dengan menargetkan fasilitas energi sekutu AS. Mereka sebelumnya telah menembakkan roket ke fasilitas produksi minyak Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

    “Itu tentu hal yang perlu dikhawatirkan,” kata Mick Mulroy, peneliti senior di Middle East Institute yang berbasis di Washington dan mantan wakil asisten sekretaris pertahanan AS, kepada DW selama diskusi panel daring minggu lalu. “Houthi bisa menyerang infrastruktur negara tetangga dan Iran bisa memasang ranjau laut di Selat Hormuz. Iran jelas memiliki kapasitas untuk melakukan itu, yang pada dasarnya akan menghentikan transportasi energi dari kawasan tersebut, menyebabkan guncangan ekonomi global. Dan tentu saja, Houthi bisa terus menyerang kapal barang,” jelasnya.

    Houthi: ‘Kami tidak peduli’

    Alasan lain mengapa Houthi bisa menjadi lebih penting adalah sikap kelompok tersebut.

    “Dengan dua dekade kemenangan di belakang mereka, Houthi semakin berani,” jelas Albasha. “Banyak anggota milisi telah berperang sejak masa muda, dan tidak punya banyak beban takut kehilangan. Mentalitas ‘mengapa tidak?’ ini memberi mereka keuntungan strategis, dan mereka mungkin melanggar batas yang tidak berani dilintasi oleh orang lain,” tambahnya.

    “Bagi Iran, Houthi bisa dianggap sebagai beban sekaligus bentuk pengaruh,” kata Ibrahim Jalal, seorang peneliti non-residen dan ahli Yaman di Carnegie Middle East Center. “Mereka menjadi pengaruh karena sulit diprediksi, namun juga beban karena mereka terus-menerus memilih untuk meningkatkan eskalasi. Presiden Iran bahkan pernah menyebutkan bahwa orang-orang ini ‘gila’.”

    Jalal mengisahkan bagaimana pada suatu tahap, tak lama setelah AS mengancam akan memberikan tanggapan militer terhadap serangan Houthi terhadap kapal barang yang melintasi kawasan, milisi Houthi mulai meneriakkan, “kami tidak peduli, jadikan ini perang besar dunia” dalam rapat umum mereka.

    “Dan mereka benar-benar tidak peduli, ini sedikit gila,” kata Jalal. “Dan itu mencerminkan betapa mereka tidak peduli pada populasi sipil Yaman, yang telah mengalami penderitaan kemanusiaan dan ekonomi luar biasa selama dua dekade terakhir. Kini mereka [Houthi] mengundang lebih banyak masalah lagi, seperti serangan udara Israel terhadap infrastruktur sipil, yang berarti warga sipil Yaman akan semakin menderita.”

    Editor: Anne Thomas

    Artikel ini diterjemahkan dari DW bahasa Inggris

    (ita/ita)

  • Lebanon Membara, Turki Kirim Kapal untuk Evakuasi Ribuan Warganya

    Lebanon Membara, Turki Kirim Kapal untuk Evakuasi Ribuan Warganya

    Ankara

    Pemerintah Turki mengirimkan kapal untuk mengevakuasi sekitar 2.000 warganya dari Lebanon. Evakuasi lewat jalur laut ini dilakukan Ankara saat wilayah Lebanon terus digempur militer Israel yang berkonflik dengan kelompok Hizbullah.

    Kementerian Luar Negeri Turki dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan Reuters, Selasa (8/10/2024), mengumumkan bahwa dua kapal Angkatan Laut akan berangkat dari pelabuhan di Provinsi Mersin menuju ke Beirut pada Selasa (8/10) waktu setempat.

    Diperkirakan ada sekitar 14.000 warga negara Turki yang tinggal dan terdaftar di konsulat negara itu di Lebanon.

    Para pejabat Ankara mengatakan pihaknya telah menyusun rencana darurat untuk mengevakuasi warganya dari Lebanon, karena situasi keamanan yang memburuk di lapangan.

    Sekitar 2.000 warga Turki yang akan dievakuasi dari jalur laut itu merupakan orang-orang yang telah mengajukan permohonan untuk meninggalkan Lebanon.

    Sumber Kementerian Luar Negeri Turki secara detail mengatakan bahwa sekitar 2.500 warga Turki sebenarnya mengajukan permohonan untuk dievakuasi dari Lebanon, namun setelah pemeriksaan lanjutan ditentukan kapasitas kapal hanya memenuhi sebanyak 2.000 orang.

    Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan bahwa kapal-kapal yang mengevakuasi warga Turki itu diperkirakan akan meninggalkan Lebanon pada Rabu (9/10) besok waktu setempat.

    Disebutkan juga bahwa proses evakuasi akan dilanjutkan pada hari-hari berikutnya jika diperlukan. Selain menjemput warga Turki, kapal evakuasi itu juga akan mengangkut bantuan kemanusiaan ke Lebanon.

    Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Turki mengumumkan bahwa pedoman untuk evakuasi warga negara ketiga via Turki juga telah ditentukan, dan bahwa persiapan yang diperlukan sedang dilakukan melalui kerja sama dengan hampir 20 negara yang telah meminta dukungan.

    Simak: Video: Detik-detik Ledakan di Lebanon Imbas Serangan Israel

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Akan Serang Hizbullah dari Laut, Warga Lebanon Diminta Jauhi Pantai

    Israel Akan Serang Hizbullah dari Laut, Warga Lebanon Diminta Jauhi Pantai

    Tel Aviv

    Militer Israel merilis perintah evakuasi terbaru untuk warga sipil Lebanon yang diminta tidak memasuki laut atau berada di area pantai di wilayah selatan negara tersebut. Perintah evakuasi itu mengindikasikan militer Tel Aviv akan memulai operasi melawan kelompok Hizbullah dari area maritim.

    Juru bicara Angkatan Bersenjata Israel (IDF) khusus bahasa Arab, Kolonel Avichay Adraee, seperti dilansir The Times of Israel dan The National, Selasa (8/10/2024), mengumumkan perintah evakuasi terbaru itu pada Senin (7/10) malam waktu setempat.

    Perintah evakuasi itu meminta warga sipil Lebanon untuk menjauhi tepi pantai dan laut yang membentang sepanjang 60 kilometer di sepanjang Laut Mediterania.

    Dalam pengumumannya, Adraee menyebut “peringatan mendesak” itu berlaku untuk orang-orang yang sedang berlibur, para pengunjung pantai, dan siapa pun yang menggunakan kapal untuk memancing atau penggunaan lainnya dari Sungai Awali — yang terletak di utara Sidon — ke arah selatan Lebanon.

    Dia mengatakan bahwa Angkatan Laut Israel akan segera memulai operasi melawan Hizbullah di area tersebut.

    “(Militer Israel) Akan segera beroperasi di wilayah maritim (melawan Hizbullah),” sebut Adraee dalam pengumumannya via media sosial X.

    “Demi keselamatan Anda, jangan berada di laut atau area pantai mulai sekarang hingga pemberitahuan lebih lanjut. Berada di tepi pantai, dan pergerakan perahu di area jalur Sungai Awali ke arah selatan, menjadi ancaman bagi kehidupan Anda,” imbaunya dalam pesan untuk warga sipil Lebanon.

    Perintah evakuasi itu, menurut The National, secara efektif memisahkan sepertiga wilayah selatan negara itu dari seluruh wilayah Lebanon.

    Militer Israel terus menggempur Lebanon dari udara dan melancarkan operasi darat di wilayah selatan negara itu, yang diklaim fokus melawan Hizbullah. Pada Senin (7/10), Tel Aviv mengumumkan pasukannya telah melancarkan 120 serangan “dalam satu jam” terhadap posisi-posisi Hizbullah di Lebanon bagian selatan.

    Militer Israel juga mengumumkan penambahan pasukan dalam operasi darat di dalam wilayah Lebanon, dekat perbatasan. Diklaim oleh Tel Aviv bahwa operasi darat mereka di Lebanon dilakukan secara “terlokalisasi, terbatas dan tepat sasaran”, namun skalanya terus meningkat sejak pekan lalu.

    Terkait operasi darat itu, militer Israel mengakui dua tentaranya tewas dalam pertempuran melawan Hizbullah di Lebanon. Dengan demikian, jumlah korban tewas militer Israel di wilayah Lebanon sejauh ini bertambah menjadi 11 orang.

    Secara terpisah, Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan puluhan kematian baru, termasuk 10 petugas pemadam kebakaran yang tewas akibat serangan udara yang menghantam sebuah gedung di area perbatasan.

    Total sekitar 2.000 orang tewas di Lebanon sejak kelompok Hizbullah dan militer Israel terlibat serangan lintas perbatasan hampir setiap hari sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza setahun lalu. Hizbullah menyebut rentetan serangannya terhadap Israel sebagai solidaritas untuk Palestina dan Hamas.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)