Negara: Laos

  • WHO Dukung RI Terapkan Aturan Kemasan Rokok Polos

    WHO Dukung RI Terapkan Aturan Kemasan Rokok Polos

    Bisnis.com, JAKARTA — World Health Organization (WHO) mengapresiasi pemerintah Indonesia dalam menekan penggunaan tembakau, khususnya pada kalangan muda.

    Adapun, langkah pemerintah membatasi penggunaan tembakau itu ditandai dengan pengesahan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan.

    Aturan-aturan utama dalam PP ini meliputi peningkatan batas usia minimum untuk membeli tembakau, rokok elektronik, dan produk nikotin lainnya menjadi 21 tahun. Lalu, larangan penjualan rokok ecer per batang, syarat peringatan kesehatan bergambar mencakup 50% kemasan, larangan penggunaan perisa dan zat aditif, serta larangan iklan tembakau pada media sosial. 

    Perwakilan WHO untuk Indonesia Paranietharan menilai langkah-langkah ini menjadi tonggak penting dalam melindungi penduduk Indonesia, khususnya generasi muda, dari bahaya mematikan produk tembakau dan nikotin.

    “Langkah-langkah ini menunjukkan kemauan politik yang kuat dan kesadaran yang jelas bahwa melindungi kesehatan kalangan muda saat ini penting untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045,” katanya melalui keterangan resmi dikutip Jumat (30/5/2025).

    Menurut Paranietharan, kebutuhan akan tindakan tegas yang berbasis bukti sangatlah nyata. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa 30,8% orang berusia 15 tahun atau lebih menggunakan tembakau, dengan angka penggunaan pada laki-laki sebanyak 57,9% dan pada perempuan 3,3%. 

    Selain rokok konvensional, meningkatnya rokok elektronik dan produk nikotin lain menjadi ancaman baru yang terus berkembang. Menurut Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021, prevalensi penggunaan rokok meningkat sebanyak sepuluh kali lipat dari 0,3% pada tahun 2011 menjadi 3,0% pada 2021.

    Paranietharan mengatakan, kekhawatiran khususnya muncul dari tingginya angka penggunaan rokok elektronik di kalangan muda. Data GATS 2021 menunjukkan bahwa 7,5% orang usia 15–24 tahun menggunakan rokok elektrik, lebih tinggi dibandingkan 3,1% pada kelompok usia 25–44 tahun.

    Lebih mengejutkan lagi, Global School-Based Health Survey 2023 mencatat 12,4% siswa usia 13–17 tahun saat ini menggunakan rokok elektronik.

    Merespons tren-tren ini, WHO menyerukan kepada Indonesia untuk melanjutkan momentum dan menerapkan kemasan standar untuk semua produk tembakau dan nikotin. Kemasan standar atau disebut juga kemasan polos tidak mencantumkan logo merek, warna, maupun unsur promosi pada kemasan produk, melainkan hanya menyebutkan merek dalam bentuk huruf standar disertai peringatan kesehatan berukuran besar. 

    Paranietharan berpendapat, bukti menunjukkan bahwa intervensi ini dapat mengurangi daya tarik produk tembakau dan nikotin, terutama bagi anak muda. Lalu, menghilangkan fungsi kemasan sebagai alat pemasaran, mencegah desain yang memberi kesan keliru tentang keamanan produk, serta meningkatkan visibilitas dan dampak dari peringatan kesehatan.

    Paranietharan lagi-lagi mengatakan bahwa kemasan standar adalah upaya yang telah terbukti mampu menangkal kemampuan industri tembakau memasarkan produk berbahaya menjadi seolah-olah aman atau menarik. 

    “Kebijakan ini akan meredam pengaruh industri, melindungi generasi berikutnya dari jeratan pembentukan citra yang menyesatkan, dan menyelamatkan banyak nyawa. Indonesia telah menyiapkan landasan hukumnya, sekarang dibutuhkan aksi nyata,” katanya.

    Secara global, 25 negara telah mengadopsi dan menerapkan kebijakan kemasan standar dan empat negara lainnya sedang dalam tahap implementasi. Di antara negara-negara G20, Arab Saudi, Australia, Inggris, Kanada, Prancis, dan Türkiye telah memberlakukan kebijakan ini.

    Di kawasan Asean, Laos, Myanmar, Singapura, dan Thailand juga telah mengadopsi kemasan standar dan tengah berada di berbagai tahap pelaksanaan, menunjukkan bahwa langkah ini layak dan efektif dalam konteks regional.

    Di sisi lain, Paranietharan menuturkan, industri tembakau terus menentang kemasan standar dengan klaim yang tidak berdasar, seperti memicu perdagangan ilegal, merugikan pelaku usaha kecil, dan melanggar hukum perdagangan. Namun, argumen-argumen ini tidak dapat dibuktikan. 

    Menurutnya, data langsung dari negara-negara yang telah menerapkannya, terutama Australia, menunjukkan penurunan angka merokok, peningkatan upaya berhenti merokok, dan hasil kesehatan masyarakat yang membaik.

    Secara hukum, Indonesia berada pada posisi yang kuat untuk melangkah lebih jauh. Pasal 435 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 memberikan dasar hukum yang solid untuk mengadopsi kemasan standar. 

  • Dunia Ketergantungan Batu Bara RI, Ini Buktinya

    Dunia Ketergantungan Batu Bara RI, Ini Buktinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa batu bara Indonesia menyuplai sekitar 50% perdagangan dunia. Bahkan, ada negara Eropa yang kerap ‘kampanye’ energi bersih masih menggunakan batu bara RI.

    “Sekarang Eropa (bilang) tidak pakai batu bara, ah pesan di Indonesia kok kontrak 20 tahun. Jangan bohong-bohong lah, aku gak sebut negara mana tapi kita kirim (batu bara),” kata Bahlil dalam 2025 Energi and Mineral Forum, di Kempinski Jakarta, dikutip Rabu (28/5/2025).

    Di samping itu, Bahlil mengatakan konsumsi batu bara dunia saat ini mencapai 8,9 miliar ton per tahun, sedangkan yang diperdagangkan mencapai 1,3 miliar ton per tahun. Indonesia sendiri melakukan ekspor sebanyak 600 sampai 650 juta ton per tahunnya.

    “Jadi kita 50% suplai batu bara dunia. Batu bara yang beredar itu dari Indonesia,” jelasnya.

    Bahlil juga melaporkan kepada Presiden RI Prabowo Subianto soal batu bara Indonesia yang dianggap sebagai energi kotor. Kendati demikian, Indonesia masih terus melanjutkan upaya transisi energi sesuai kemampuan seperti yang sudah disepakati dalam Paris Agreement.

    “Batu bara kita dianggap kotor terus, padahal nggak juga. Kita ini sebenarnya kondisi dunia kayak gini tentang transisi energi gak usah sok-sokan lebih hebat dari negara G7,” ujar Bahlil.

    Pasar ekspor batu bara RI

    Asal tahu saja, Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor batu bara terbesar di Dunia. Produksinya dinikmati oleh puluhan negara-negara di dunia, baik di Asia, Eropa hingga Timur Tengah.

    Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang tahun 2024, Indonesia tercatat mengekspor batu baranya sebanyak 405,76 juta ton atau meningkat sebesar 6,86% dibandingkan dengan jumlah ekspor tahun 2023 lalu yang tercatat mencapai 379,71 juta ton.

    Tiga negara terbesar tujuan ekspor batu bara Indonesia adalah India yang menempati posisi pertama, diikuti oleh China, dan yang ketiga adalah Filipina.

    Menduduki posisi pertama India menikmati batu bara dari Indonesia sebanyak 108,07 juta ton di 2024 atau dengan nilai FOB US$ 6,24 miliar setara Rp 103,16 triliun (asumsi kurs Rp 16.532 per US$).

    Angka tersebut tercatat menurun 0,79% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Indonesia mengekspor batu bara ke India tahun 2023 sebesar 108,93 juta ton dengan nilai FOB US$ 7,25 miliar setara Rp 119,86 triliun.

    Negara kedua tujuan ekspor batu bara Indonesia adalah China. Sepanjang tahun 2024, China menikmati sebanyak 93,16 juta ton dengan nilai FOB US$ 6,55 miliar setara Rp 108,28 triliun.

    Angka tersebut terpantau meningkat 14,06% dibandingkan dengan jumlah ekspor ke China tahun 2023 yang tercatat mencapai 81,68 juta ton dengan nilai FOB US$ 6,97 miliar setara Rp 115,23 triliun.

    Lalu posisi ketiga adalah Filipina dengan jumlah sebanyak 38,94 juta ton dengan nilai FOB US$ 2,76 miliar setara Rp 45,63 triliun.

    Angka tersebut tercatat meningkat hingga 7,82% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 36,11 juta ton dengan nilai FOB US$ 3,38 miliar setara Rp 55,88 triliun.

    Berikut negara-negara tujuan ekspor batu bara Indonesia sepanjang tahun 2024 (dalam satuan juta ton):

    1. India – 108,07

    2. China – 93,16

    3. Filipina – 38,94

    4. Jepang – 28,99

    5. Malaysia – 27,18

    6. Vietnam – 27,18

    7. Korea – 26,29

    8. Taiwan – 15,31

    9. Thailand – 13,82

    10. Bangladesh – 13,24

    11. Kamboja – 5,13

    12. Hong Kong – 3,96

    13. Brunei Darussalam – 1,09

    14. Selandia Baru – 0,91

    15. Pakistan – 0,84

    16. Romania – 0,45

    17. Kroasia – 0,38

    18. Singapura – 0,29

    19. Italia – 0,15

    20. Australia – 0,13

    21. Slovenia – 0,08

    22. Sri Lanka – 0,06

    23. Laos – 0,03

    24. Papua Nugini – 0,004

    (pgr/pgr)

  • Gelar Pertemuan Bilateral dengan Laos dan Singapura, Prabowo Dorong Penguatan Ekonomi

    Gelar Pertemuan Bilateral dengan Laos dan Singapura, Prabowo Dorong Penguatan Ekonomi

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto memaksimalkan kehadirannya di forum regional Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-46 Asean dengan menggelar sejumlah pertemuan bilateral.

    Menteri Luar Negeri Sugiono menjelaskan bahwa setelah menghadiri sidang pleno pembukaan, Prabowo melanjutkan agenda diplomatiknya dengan menggelar sejumlah pertemuan bilateral di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC), Malaysia.

    Dalam kesempatan tersebut, Presiden Ke-8 RI itu mengadakan pertemuan tertutup yang berlangsung terpisah dengan Perdana Menteri Laos, Sonexay Siphandone, dan Perdana Menteri Singapura, Lawrence Wong Shyun Tsai.

    Kedua pertemuan tersebut digambarkan berlangsung dalam suasana yang hangat dan dinamis, dengan fokus pada penguatan kerja sama konkret di antara negara-negara anggota Asean. 

    Sugiono mengatakan bahwa fokus utama dalam pembicaraan bilateral tersebut adalah peningkatan hubungan kerja sama di bidang ekonomi.

    “Dalam perbicaraan kedua pertemuan bilateral tersebut sudah menyampaikan bahwa perlu ada peningkatan hubungan kerjasama khususnya di sektor-sektor ekonomi,” lanjutnya.

    Sugiono juga menekankan bahwa pendekatan Indonesia dalam KTT Asean kali ini tidak berhenti pada simbolisme, tetapi bertujuan mendorong kolaborasi yang konkret dan berkelanjutan antarnegara kawasan.

    Setelah menyelesaikan agenda bilateral, Prabowo kembali bergabung dalam sesi utama KTT Asean untuk menandatangani Deklarasi Kuala Lumpur tentang Asean 2045: Masa Depan Kita yang Bersama (Kuala Lumpur Declaration on Asean 2045: Our Shared Future) bersama para kepala negara dan pemerintahan ASean lainnya.

    Penandatanganan dilakukan secara bergantian oleh para pemimpin, dan acara ini juga turut disaksikan oleh Perdana Menteri Timor Leste, Kay Rala Xanana Gusmao, yang hadir sebagai pengamat. Walaupun Timor Leste belum menjadi anggota penuh Asean, kehadiran mereka mencerminkan semangat inklusivitas yang terus dijunjung tinggi oleh organisasi kawasan ini.

    Turut mendampingi Prabowo dalam pertemuan bilateral itu sejumlah pejabat tinggi negara, antara lain Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Budi Santoso, Menko Investasi dan Hilirisasi Rosan P. Roeslani, serta Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya. 

  • Tingkatkan Peran ASEAN di Dunia

    Tingkatkan Peran ASEAN di Dunia

    JAKARTA – Presiden RI Prabowo Subianto menilai bergabungnya Timor Leste dan Papua Nugini (PNG) akan meningkatkan peran ASEAN di dunia.

    Hal itu disampaikan Presiden Prabowo dalam sesi pleno KTT ke-46 ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (26/5).

    Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menyambut baik partisipasi Timor Leste dalam KTT kali ini, kembali mengutarakan dukungan Indonesia terhadap keanggotaan penuh ASEAN untuk Timor Leste.

    “Sesegera mungkin, jika memungkinkan, pada tahun ini,” kata Presiden Prabowo, mengutip naskah pidatonya, Senin (26/5).

    Dalam kesempatan yang sama, Presiden Prabowo mengusulkan keikutsertaan Papua Nugini (PNG), mengatakan negara itu telah menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan ASEAN.

    “Saya pikir dalam situasi ketidakpastian geopolitik saat ini, semakin kuat ASEAN, semakin kita akan didengar dalam wacana negara-negara besar. Kita tahu sekarang, hanya mereka yang memiliki kekuatan yang akan dihormati,” kata Presiden Prabowo.

    Lebih jauh Presiden Prabowo mengatakan, dalam hal populasi, ASEAN saat ini dinilai sama besar dengan Uni Eropa. Ia juga mengatakan pertumbuhan ekonomi merupakan yang tercepat di dunia.

    Presiden Prabowo Subianto saat menghadiri KTT ke-46 ASEAN di Malaysia. (Sumber: Kemlu RI)

    “Abad ini diproyeksikan sebagai abad Asia. Janganlah kita selalu meremehkan kekuatan dan kekuasaan kita,” serunya.

    “Oleh karena itu, dengan bertambahnya keanggotaan Timor Leste dan Papua Nugini, saya kira hal ini juga akan meningkatkan peran ASEAN di dunia. Kita harus memastikan ASEAN menjadi relevan dan oleh karena itu, kami menyambut baik kemitraan yang lebih dalam. Misalnya, kerja sama ASEAN-GCC (Dewan Kerja Sama Negara Teluk) dan ASEAN-GCC-Tiongkok. Kami yakin, hari esok akan memberikan hasil yang nyata dalam hal ini,” urainya.

    “Kita harus terus bekerja keras agar ASEAN tetap kuat, kohesif, dan adaptif. Biarkan ASEAN bangkit lebih kuat, lebih berani, dan lebih relevan dari sebelumnya,” tandas Presiden Prabowo.

    Terpisah, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya mengatakan dalam keterangan tertulisnya, Presiden Prabowo mengusulkan dan mendukung upaya agar PNG menjadi anggota ASEAN.

    “Dengan total populasi anggota ASEAN yang diperkirakan mencapai sekitar 700 juta jiwa pada tahun 2025, atau hampir setara dengan jumlah penduduk di benua Eropa, ASEAN merupakan kekuatan yang sangat diperhitungkan di dunia,” kata Seskab Teddy.

    Presiden Prabowo menyatakan, bergabungnya PNG dalam ASEAN akan memberi dampak positif dalam memperluas jejaring kerja sama dan memperkuat ketahanan kawasan. Secara geografis, PNG merupakan negara tetangga yang berbatasan langsung dengan wilayah timur Indonesia.

    “Tidak hanya untuk menjaga stabilitas kawasan di ASEAN, bergabungnya Papua Nugini juga akan membuat ASEAN lebih berpengaruh di tataran global,” kata Seskab Teddy.

    Diketahui ASEAN saat ini memliki 10 anggota, yakni Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

    Sementara, Timor Leste saat ini telah berstatus sebagai pengamat dan dijadwalkan secara resmi menjadi anggota ke-11 ASEAN pada Oktober 2025 mendatang.

  • Momen Prabowo Hadiri Gala Dinner KTT ke-46 ASEAN di Kuala Lumpur – Page 3

    Momen Prabowo Hadiri Gala Dinner KTT ke-46 ASEAN di Kuala Lumpur – Page 3

    Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengusulkan dan menyatakan dukungannya agar Papua Nugini dapat bergabung sebagai anggota ASEAN.

    Hal ini disampaikan Sekretaris Kabinet, Teddy Indra Wijaya usai mendampingi Prabowo pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-46 ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (26/5/2025).

    “Presiden Prabowo mengusulkan dan mendukung upaya agar Papua Nugini menjadi anggota ASEAN,” kata Teddy dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Senin (26/5/2025).

    Saat ini, ASEAN memiliki 10 negara anggota, yakni Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

    Sementara itu, Timor Leste saat ini telah berstatus sebagai pengamat dan dijadwalkan secara resmi menjadi anggota ke-11 ASEAN pada Oktober 2025.

     

  • Prabowo dukung Timor Leste dan Papua Nugini jadi anggota ASEAN

    Prabowo dukung Timor Leste dan Papua Nugini jadi anggota ASEAN

    Presiden RI Prabowo Subianto saat menghadiri KTT Ke-46 ASEAN yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (26/5/2025). (ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden)

    Prabowo dukung Timor Leste dan Papua Nugini jadi anggota ASEAN
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 26 Mei 2025 – 22:12 WIB

    Elshinta.com – Presiden RI Prabowo Subianto menyambut positif partisipasi Timor Leste dan mendukung penuh upaya negara tersebut untuk menjadi anggota penuh ASEAN sesegera mungkin, bahkan berharap bisa terealisasi tahun ini.

    Selain itu, Prabowo juga mengusulkan keikutsertaan Papua Nugini, yang telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan ASEAN. Hal tersebut disampaikan Presiden Prabowo saat berbicara pada sesi pleno Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-46 ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (26/5).

    “Kami juga menyambut partisipasi Timor Leste dan mendukung upaya Timor Leste untuk menjadi anggota penuh ASEAN secepat mungkin, jika memungkinkan, tahun ini. Selain itu, kami ingin mengusulkan partisipasi tetangga dekat kami, yaitu Papua Nugini. Mereka juga telah menyatakan keinginan untuk bergabung dengan ASEAN,” ucap Prabowo, dikutip dari pidato tertulis yang disiarkan di situs resmi Kementerian Luar Negeri, Senin.

    Menurut Presiden, di tengah situasi ketidakpastian geopolitik saat ini, kekuatan kolektif ASEAN dinilai akan meningkatkan posisi tawar kawasan di hadapan kekuatan-kekuatan besar dunia.

    “Semakin kuat ASEAN, semakin besar suara kita dalam diskursus kekuatan-kekuatan besar. Kita tahu sekarang bahwa hanya mereka yang memiliki kekuatan yang akan dihormati,” ucap Prabowo.

    Presiden mengatakan bahwa dalam hal populasi, ASEAN setara dengan Uni Eropa. Selain itu, pertumbuhan ekonomi ASEAN juga disebut yang tercepat di dunia.

    “Abad ini diproyeksikan sebagai abad Asia. Jangan selalu meremehkan kekuatan dan kemampuan kita sendiri,” kata Presiden.

    Kepala Negara yakin dengan dengan bertambahnya keanggotaan Timor Leste dan Papua Nugini, hal tersebut akan memperkuat peran ASEAN di dunia.

    Saat ini, ASEAN memiliki 10 negara anggota, yakni Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Sementara itu, Timor Leste saat ini telah berstatus sebagai pengamat dan dijadwalkan secara resmi menjadi anggota ke-11 ASEAN pada Oktober 2025.

    Sumber : Antara

  • Prabowo Ajak PM Laos Kerja Sama Perangi TPPO-Narkoba

    Prabowo Ajak PM Laos Kerja Sama Perangi TPPO-Narkoba

    Jakarta

    Di sela-sela rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-46 ASEAN, Presiden Prabowo Subianto melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) Laos, Sonexay Siphandone. Dalam pertemuan itu, Prabowo mengajak PM Siphandone untuk memerangi kasus transnasional mulai dari perdagangan orang hingga narkoba.

    Pertemuan kedua pemimpin itu berlangsung di Ruang Meeting, Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC), Malaysia. Pertemuan ini menjadi momen penting bagi kedua pemimpin dalam memperkuat hubungan bilateral serta kerja sama di berbagai bidang strategis.

    “Yang Mulia mungkin masih ingat kunjungan saya terakhir ke Laos. Saat itu saya belum menjadi Presiden, tetapi sebagai Presiden terpilih. Saya sangat berterima kasih atas sambutan yang sangat baik saat itu,” kata Prabowo dikutip Biro Sekretariat Presiden, Senin (26/5/2025).

    Dalam kesempatan itu juga, Prabowo menyampaikan apresiasi atas keberhasilan Laos dalam memimpin ASEAN pada periode sebelumnya. Prabowo menegaskan komitmen Indonesia untuk terus bekerja sama dalam kerangka ASEAN di bawah keketuaan Malaysia.

    “Saya ingin menyampaikan selamat kepada Lao PDR atas keberhasilannya dalam memimpin ASEAN dan terus bekerja sama sebagai bagian dari ASEAN, serta mendukung kepemimpinan Malaysia,” ujarnya.

    Prabowo menekankan bahwa hubungan bilateral Indonesia dan Laos selama ini terjalin sangat baik. Namun demikian, Prabowo menilai perlu adanya upaya lebih lanjut untuk meningkatkan volume perdagangan kedua negara.

    Prabowo juga menyampaikan kesiapan Indonesia untuk bekerja sama di berbagai sektor potensial, termasuk mineral, pertanian, dan pupuk. Sementara itu pada isu keamanan regional, Prabowo menyoroti pentingnya kerja sama dalam memerangi kejahatan transnasional, perdagangan narkoba, perdagangan manusia, serta penipuan dan perjudian online.

    “Saya pikir jika kita bekerja sama, saya yakin ini akan sangat bermanfaat bagi kedua negara,” tutur Prabowo.

    (eva/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Seskab Teddy: Presiden Prabowo usulkan Papua Nugini jadi anggota ASEAN

    Seskab Teddy: Presiden Prabowo usulkan Papua Nugini jadi anggota ASEAN

    Jakarta (ANTARA) – Presiden RI Prabowo Subianto mengusulkan dan menyatakan dukungannya agar Papua Nugini (PNG) dapat bergabung sebagai anggota ASEAN.

    Usulan Presiden tersebut disampaikan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya dalam keterangan tertulisnya usai mendampingi Presiden Prabowo pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-46 ASEAN di Malaysia, Senin.

    “Presiden Prabowo mengusulkan dan mendukung upaya agar Papua Nugini menjadi anggota ASEAN,” kata Seskab Teddy.

    Saat ini, ASEAN memiliki 10 negara anggota, yakni Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Sementara itu, Timor Leste saat ini telah berstatus sebagai pengamat dan dijadwalkan secara resmi menjadi anggota ke-11 ASEAN pada Oktober 2025.

    Menurut Seskab Teddy, saat berbicara pada sesi pleno yang mengangkat topik terkait langkah ASEAN ke depan, Presiden Prabowo menegaskan pentingnya memperkuat solidaritas, menjaga stabilitas kawasan, serta meningkatkan pengaruh ASEAN di peta internasional.

    “Dengan total populasi anggota ASEAN yang diperkirakan mencapai sekitar 700 juta jiwa pada tahun 2025, atau hampir setara dengan jumlah penduduk di benua Eropa, ASEAN merupakan kekuatan yang sangat diperhitungkan di dunia,” ucapnya.

    Untuk itu, Presiden Prabowo menyatakan bahwa bergabungnya Papua Nugini dalam ASEAN akan memberi dampak positif dalam memperluas jejaring kerja sama dan memperkuat ketahanan kawasan. Secara geografis PNG merupakan negara tetangga yang berbatasan langsung dengan wilayah timur Indonesia.

    “Tidak hanya untuk menjaga stabilitas kawasan di ASEAN, bergabungnya Papua Nugini juga akan membuat ASEAN lebih berpengaruh di tataran global,” kata Seskab Teddy.

    Pewarta: Fathur Rochman
    Editor: Imam Budilaksono
    Copyright © ANTARA 2025

  • Khofifah kenalkan keunggulan Jatim kepada atase 17 negara

    Khofifah kenalkan keunggulan Jatim kepada atase 17 negara

    Surabaya (ANTARA) – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengenalkan keunggulan Provinsi Jawa Timur sebagai Center of Gravity kepada para atase pertahanan dari 17 negara sahabat, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin.

    Dalam forum yang dihadiri perwakilan Kementerian Pertahanan RI tersebut, Khofifah memaparkan potensi strategis Jatim dari sisi geografis, ekonomi, pertanian, industri, hingga kebudayaan.

    “Jawa Timur memiliki luas wilayah 36,75 persen dari Pulau Jawa dan populasi mencapai 41,31 juta jiwa. Provinsi ini juga menyumbang 12,10 persen terhadap sektor pertanian nasional,” ujar Khofifah.

    Ia menambahkan perekonomian Jatim pada triwulan I 2025 tumbuh sekitar 5 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan nasional, dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor industri, perdagangan, dan pertanian.

    “Jatim merupakan penyumbang terbesar kedua bagi perekonomian nasional, sekitar 14,42 persen,” katanya.

    Di bidang logistik dan pertahanan, Khofifah menyoroti peran Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya sebagai jalur strategis menuju Kawasan Indonesia Timur. Dari total 39 alur laut, 19 di antaranya dilayani melalui pelabuhan ini.

    “Artinya, sekitar 80 persen logistik untuk 20 provinsi di Indonesia Timur disuplai dari Jatim,” ucapnya.

    Selain itu, Jatim juga memiliki dua Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Gresik dan Singhasari, 13 kawasan industri, dan satu kawasan industri halal.

    Dalam sektor budaya dan pariwisata, Jatim memiliki kekayaan budaya lokal seperti Arek, Osing, Tengger, Madura, Pantura, dan Mataraman.

    Destinasi wisata unggulan antara lain Air Terjun Madakaripura, Tumpak Sewu, dan kawasan Bromo Tengger Semeru.

    Khofifah juga mengapresiasi upaya perwakilan Serbia, Colonel Miloje Zdarvkovic, yang melafalkan dan memahami makna motto Jawa Timur “Jer Basuki Mawa Beya”.

    “Tidak ada hasil tanpa kerja keras. Motto ini kami pegang dalam membangun Jawa Timur,” tuturnya.

    Sementara itu, Kolonel Czi Sugeng Haryadi Yogopranowo dari Kementerian Pertahanan RI menyatakan kunjungan ini bertujuan memperkuat kolaborasi antara pemerintah daerah dan atase pertahanan negara sahabat.

    Delegasi pertahanan berasal dari Serbia, Australia, Brasil, Kamboja, Kanada, Jerman, Kenya, Laos, Myanmar, Belanda, Selandia Baru, Qatar, Rusia, Sri Lanka, UEA, Inggris, dan Amerika Serikat.

    Pewarta: Willi Irawan
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

  • Meneguhkan peran media dalam menyuarakan isu kawasan

    Meneguhkan peran media dalam menyuarakan isu kawasan

    Di tengah era digital yang kerap menukar kedalaman dengan kecepatan dan menggantikan verifikasi dengan viralitas, EAMC menawarkan sesuatu yang justru langka, yakni ruang untuk berpikir, menyimak, dan menyelami kompleksitas zaman.

    Jakarta (ANTARA) – Dalam dunia yang ditandai oleh ketidakpastian, polarisasi informasi, dan meningkatnya ketegangan geopolitik, jurnalisme tidak lagi hanya berperan sebagai penyampai kabar.

    Ia menjadi medan pertarungan gagasan, arena etik, dan bahkan dalam banyak kasus, satu-satunya ruang publik yang masih berani merawat kebenaran.

    Di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, yang tengah bergerak cepat menuju integrasi ekonomi namun sekaligus rapuh oleh retakan politik dan lingkungan, peran media bukan sekadar penting, ia menentukan arah sejarah.

    Maka penyelenggaraan East Asia Media Caucus (EAMC) oleh Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) tidak datang begitu saja.

    Ia muncul dari kesadaran yang mendalam bahwa media, bila dibekali dengan pengetahuan dan jejaring lintas disiplin, dapat menjadi fondasi moral dan intelektual kawasan ini.

    Di tengah era digital yang kerap menukar kedalaman dengan kecepatan, dan menggantikan verifikasi dengan viralitas, EAMC menawarkan sesuatu yang justru langka yakni ruang untuk berpikir, menyimak, dan menyelami kompleksitas zaman.

    Pertemuan ini tidak hanya mempertemukan jurnalis dan pakar. Ia mempertemukan dua dunia yang sering terpisah, dunia narasi dan dunia kebijakan.

    Chief Operating Officer ERIA Toru Furuichi mengatakan, peran jurnalis sangat penting dalam membantu masyarakat memahami isu-isu kompleks dan menjembatani komunikasi antara publik dan pembuat kebijakan.

    Ketika dunia yang bekerja dengan bahasa manusia disatukan dalam forum seperti ini bersama dunia yang sibuk dengan rumus, strategi, dan data, lahirlah kemungkinan baru yaitu informasi yang bukan hanya faktual, tapi juga transformatif; bukan hanya benar, tetapi juga bermakna.

    Pembahasan isu Myanmar misalnya, bukan semata-mata soal instabilitas politik atau kekerasan militer.

    Ia juga tentang bagaimana krisis satu negara dapat menjalar secara sistemik ke negara-negara lain melalui migrasi, perdagangan, jaringan sosial, hingga narasi publik yang membentuk persepsi regional.

    Ketika jurnalis memahami itu tidak sebagai berita satu hari, tapi sebagai fenomena yang berlapis dan penuh implikasi, maka mereka mulai menulis bukan hanya untuk mengejar eksklusivitas, tetapi untuk menciptakan kesadaran kolektif.

    Di titik inilah jurnalisme melampaui dirinya sendiri sebagai profesi dan menjelma menjadi etika publik.

    Jurnalisme seperti itu tentu tidak lahir dalam ruang tertutup. Ia butuh ekosistem yang sehat, interaksi lintas sektor, dan yang sering dilupakan kemauan untuk belajar bersama.

    Inilah yang dibangun perlahan oleh ERIA melalui Media Welcome Day dan pembukaan akses ke dalam laboratorium-laboratorium pengetahuan mereka.

    Ketika pusat seperti Asia Zero Emission Center atau E-DISC diperkenalkan bukan hanya sebagai proyek, tapi sebagai visi bersama yang harus didebatkan dan dikritisi, maka media tidak ditempatkan sebagai penonton, tetapi sebagai mitra strategis dalam membentuk masa depan kawasan.

    Namun relasi antara media dan lembaga riset tidak pernah sederhana. Ada ketegangan laten yang mesti diakui bahwa media bekerja dengan waktu yang cepat, sementara riset berjalan lambat, media bicara dalam bahasa emosional yang mudah dipahami publik, sementara riset sering tenggelam dalam abstraksi dan istilah teknis.

    Di sinilah pentingnya forum seperti EAMC, yang tidak berpretensi menyelesaikan semua perbedaan itu, tapi berani membukakan ruang dialog yang jujur.

    Sebab ketika dialog dimulai dari kesediaan untuk mendengarkan, bukan dari keinginan untuk mendominasi, maka percakapan bisa berubah menjadi pembelajaran.

    Penafsir dunia

    Hal yang kerap terlupakan adalah bahwa wartawan bukanlah sekadar penyampai fakta. Mereka adalah penafsir dunia.

    Dalam tradisi jurnalisme yang matang, kerja wartawan adalah kerja intelektual yang memadukan observasi, penalaran, dan empati. Ketika jurnalis Indonesia bisa duduk berdampingan dengan jurnalis dari Laos, Jepang, atau Filipina, bukan hanya informasi yang mereka tukar.

    Senior Communications Advisor di ERIA Kavi Chongkittavorn juga percaya percaya bahwa media memiliki peran strategis dalam membentuk narasi publik yang sehat.

    Mereka saling memperkaya perspektif, memahami konteks sosial masing-masing, dan pada akhirnya mengikis prasangka yang sering dibangun oleh media yang tertutup pada lintas budaya.

    Di sini, solidaritas kawasan tidak dibentuk oleh kesepakatan politik, melainkan oleh perjumpaan manusia yang tulus.

    Tentu kita tidak naif. Forum seperti ini bukan tanpa keterbatasan. Tidak semua media memiliki kebebasan yang sama. Tidak semua jurnalis bekerja dalam lingkungan yang suportif.

    Bahkan dalam forum seperti EAMC pun, ada ketimpangan representasi yang bisa menyulitkan dialog setara.

    Tetapi semua juga tahu, bahwa perubahan besar sering kali berawal dari pertemuan-pertemuan kecil yang jujur.

    Dan mungkin inilah kontribusi terbesar EAMC yaitu menciptakan ruang, bukan hanya untuk berbagi data, tetapi juga untuk saling melihat dan memahami.

    Pada akhirnya, pertanyaan mendasarnya bukan apakah media bisa berperan dalam membentuk masa depan kawasan.

    Pertanyaannya adalah apakah masyarakat, sebagai komunitas kebijakan dan pengetahuan, bersedia mempercayakan masa depan itu juga pada mereka?

    Apakah kita bersedia mengubah relasi kita dengan media, dari relasi instrumen menjadi relasi kolaboratif?

    Dan apakah kita cukup rendah hati untuk menerima bahwa jurnalis bukan hanya mereka yang melaporkan apa yang terjadi, tetapi juga mereka yang bisa membayangkan dunia yang belum ada?

    Jika jawabannya ya, maka forum seperti EAMC bukan hanya penting untuk diadakan sekali dalam setahun.

    Ia harus menjadi kultur baru dalam hubungan antara pengetahuan dan komunikasi, antara kebijakan dan publik, antara data dan cerita.

    Sebab pada akhirnya, masa depan kawasan ini tidak akan ditentukan hanya oleh para pemimpin atau ekonom.

    Tetapi akan ditentukan oleh bagaimana semua, termasuk para jurnalis, memilih untuk memahami, menyampaikan, dan membentuk dunia bersama.

    Copyright © ANTARA 2025