Negara: Kuwait

  • Menag Mau Bentuk Lembaga Pengelolaan Dana Umat, Potensinya Rp320 T

    Menag Mau Bentuk Lembaga Pengelolaan Dana Umat, Potensinya Rp320 T

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan pihaknya akan membentuk Lembaga Pengelolaan Dana Umat (LPDU). Lembaga ini bentuk untuk memperkuat dan mengintegrasikan pengelolaan dana umat. LPDU ini akan melibatkan Baznas, Badan Wakaf Indonesia (BWI), BPJPH, BPKH, dan instansi terkait lainnya.

    “Insyaallah dalam waktu dekat ini kita akan mulai bangun LPDU. Yang di satu gedung itu rencananya akan diisi oleh Baznas, BWI, BPJPH, BPKH, dan semua yang berkaitan dengan dana-dana umat,” ungkap Menag dalam FGD (Focus Group Discussion) dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), di Jakarta, dikutip Jumat (18/4/2025).

    Menag menegaskan bahwa potensi dana zakat dan wakaf di Indonesia belum terkelola dengan optimal. Padahal itu dapat digunakan untuk mengentaskan kemiskinan mutlak di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), disebutkan bahwa potensi zakat dari dana yang tersimpan di bank bahkan dapat mencapai Rp320 triliun.

    “Diperoleh data bahwa uang yang tersimpan di bank, apakah dalam bentuk wadiah atau tabungan atau bentuk deposito. Kalau kita kenakan zakat maka zakatnya itu terkumpul Rp320 triliun,” ujarnya.

    Hal itu belum menghitung potensi zakat dari aset yang tidak tersimpan di bank, baik dalam bentuk perhiasan, tanah, dan rumah kontrakan.

    “Itu bisa lebih dari Rp320 triliun,” katanya. Selain itu, ada wakaf produktif yang potensinya mencapai sekitar Rp178 triliun per tahun.

    Dalam forum itu, Menag juga berbagi cerita tentang hasil kunjungan kerjanya ke Yordania. Dia bertemu dengan Menteri Wakaf Jordan, Menteri Wakaf Kuwait, dan juga Direktur Urusan Keagamaan Turki. Dia lalu menjelaskan data-data yang didapat dan membandingkan pengelolaan zakat dan wakaf di Indonesia dengan sejumlah. Ia menyampaikan bahwa negara-negara dengan jumlah penduduk kecil memiliki capaian pengumpulan dana wakaf yang sangat besar.

    “Yordan, zakat itu 20 Miliar Dinar per tahun. Tapi Wakaf uangnya, per tahun itu 600 miliar. Padahal negara kecil 10 juta orang kan penduduknya Yordan,” ujar Nasaruddin.

    Menag juga menyoroti pentingnya peningkatan pemahaman dan optimalisasi infaq dan sedekah dalam skema ZIS (Zakat, Infaq, dan Sedekah). Kepada Baznas, dia berpesan agar tidak hanya fokus pada zakat, tapi juga pada infaq dan sedekah.

    “Teman-teman Baznas mungkin ke depan (perlu dipikirkan), bagaimaan caranya supaya dari ZIS tidak hanya Z-nya saja yang dominan, tapi juga infaq dan sedekah,” jelasnya.

    Menag pun menutup sambutannya dengan menegaskan bahwa pengelolaan dana umat secara terorganisir melalui LPDU akan membawa dampak signifikan bagi pemberdayaan masyarakat miskin di Indonesia.

    “Tidak boleh lagi ada orang miskin. Karena orang miskin mutlak sekitar 2 juta orang ya kan. Nah membutuhkan dana sekitar 24 triliun. Nah separuhnya Baznas saja itu sudah bisa menghilangkan kemiskinan mutlak di Indonesia,” pungkasnya.

    (haa/haa)

  • Bukan Dolar AS yang Paling Berpengaruh, Daftar 10 Mata Uang Paling Kuat di Dunia

    Bukan Dolar AS yang Paling Berpengaruh, Daftar 10 Mata Uang Paling Kuat di Dunia

    PIKIRAN RAKYAT – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali melemah, menyentuh angka Rp16.787 pada pagi hari tanggal 14 April 2025. Angka ini mendekati level kritis yang pernah terjadi saat krisis moneter 1998, ketika nilai tukar rupiah sempat terpuruk hingga menyentuh kisaran Rp16.800 per dolar AS.  

    Namun, menariknya, pelemahan rupiah ini tidak semata disebabkan oleh kekuatan dolar AS sebagai mata uang utama dunia. Faktanya, dolar AS sendiri bukanlah mata uang yang paling kuat secara nilai nominal jika dibandingkan dengan beberapa mata uang lain. 

    Apa saja mata uang terkuat di dunia? Simak daftarnya.

    1. Dinar Kuwait

    Dinar Kuwait menempati posisi teratas sebagai mata uang dengan nilai tukar tertinggi terhadap dolar AS, di mana satu dolar hanya setara sekitar 0,31 unit mata uang ini. Salah satu faktor utama penguatannya adalah cadangan minyak Kuwait yang sangat besar—sekitar 7 persen dari total global—yang mendukung kestabilan ekonominya.

    Kurs terkini: Rp54.674 per 1 KWD

    2. Dinar Bahrain

    Dinar Bahrain menduduki peringkat kedua dalam daftar mata uang terkuat dunia. Nilai tukarnya berada di kisaran 0,38 terhadap satu dolar AS. Selain kekayaan sumber daya minyak, kondisi iklim investasi yang kondusif turut memperkuat nilai mata uang negara tersebut. 

    Kurs terkini: Rp44.628 per 1 BHD

    3. Riyal Oman

    Mata uang Oman berada di posisi ketiga dalam daftar ini, dengan nilai tukar sekitar 0,39 per dolar AS. Sejak dekade 1960-an, Oman secara konsisten memproduksi lebih dari satu juta barel minyak per hari, yang berkontribusi besar terhadap kekuatan mata uangnya.

    Kurs terkini: Rp43.536 per 1 OMR

    4. Dinar Yordania

    Dinar Yordania termasuk dalam deretan mata uang terkuat di dunia, dengan nilai tukar sekitar 0,71 terhadap dolar AS. Meskipun Yordania tidak kaya akan minyak, kekuatan mata uangnya didukung oleh keberadaan sektor mineral dan diversifikasi ekonominya.

    Kurs terkini:  Rp23.641 per 1 JOD

    5. Pound Inggris

    Pound Inggris berada di peringkat kelima dalam hal kekuatan nilai tukar, dengan 1 dolar AS bernilai sekitar £0,82. Stabilitas ekonomi, peran historis sterling, dan posisi London sebagai pusat keuangan global menjadi faktor utama yang menopang kekuatan mata uang ini.

    Kurs terkini:  Rp21.976 per 1 GBP

    6. Pound Gibraltar

    Mata uang ini memiliki nilai tukar yang setara dengan Pound Inggris, yaitu sekitar 0,82 per dolar AS. Keterkaitannya yang erat dengan sterling serta sektor wisata dan jasa keuangan yang berkembang menjadikan nilai tukarnya tetap kuat.
    Kurs terkini: Rp21.976 per 1 GIP

    7. Dolar Kepulauan Cayman

    Dolar dari Kepulauan Cayman menempati posisi ketujuh dengan nilai tukar sekitar 0,83 per dolar AS. Sistem pajak yang tidak mengenakan pajak langsung serta aktivitas ekonomi yang dinamis menjadikan mata uang ini relatif kuat.

    Kurs terkini:  Rp20.209 per 1 KYD

    8. Franc Swiss

    Mata uang Swiss dikenal sebagai pilihan aman bagi investor dalam masa ketidakpastian global. Dengan nilai tukar sekitar 0,92 terhadap dolar AS, franc Swiss menonjol karena stabilitas politik, rendahnya tingkat utang, dan kebijakan moneter yang hati-hati.
    Kurs terkini: Rp20.527 per 1 CHF

    9. Euro

    Euro digunakan oleh 20 negara anggota Uni Eropa dan memiliki nilai tukar sekitar 0,98 terhadap dolar AS. Kekuatan ekonomi dari negara-negara seperti Jerman dan Spanyol memberikan fondasi kokoh bagi mata uang ini.

    Kurs terkini: Rp19.075 per 1 EUR

    10. Dolar AS

    Meski hanya menempati peringkat kesepuluh dalam daftar mata uang paling kuat secara nilai tukar, dolar AS tetap menjadi standar utama dalam transaksi internasional. Sejak akhir Perang Dunia II, statusnya sebagai mata uang cadangan global memungkinkan Amerika Serikat untuk mengakses pembiayaan global dengan bunga rendah.

    Kurs terkini: Rp16.762 per 1 USD

    Disclaimer: Artikel ini sebelumnya tayang di Pikiran Rakyat Bekasi dengan judul Mata Uang Terkuat Dunia: Rahasia Kekuatan Ekonomi di Balik Angka

     

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Sinyal dari Pejabat Iran: Negara Arab Sekutu AS Terancam Diserang jika Perundingan Nuklir Gagal – Halaman all

    Sinyal dari Pejabat Iran: Negara Arab Sekutu AS Terancam Diserang jika Perundingan Nuklir Gagal – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang anggota dewan Iran mengisyaratkan risiko munculnya serangan terhadap negara-negara Arab yang menjadi sekutu Amerika Serikat (AS) jika perundingan nuklir antara Iran dan AS gagal.

    Ebrahim Rezaei, legislator Iran, mengungkapkan bahwa Iran akan membalas setiap tindakan keji.

    “Amerika masihlah Amerika yang sama, dan Trump masihlah Trump yang sama,” kata Rezaei di media sosial X hari Jumat, (11/4/2025).

    “Jika mereka menginginkan perundingan (dan bukannya kekerasan atau perundungan), kita akan duduk di meja perundingan. Namun, jika mereka bertindak jahat dan membalikkan meja, harga yang dibayar akan sangat mahal.”

    Rezaei lalu menyebutkan target-target yang bisa diserang oleh Iran.

    “(a) mungkin pangkalan Amerika, (b) mungkin gedung pencakar langit milik para pendukungnya, (c) mungkin fasilitas minyak yang melayani mereka, (c) mungkin semua itu,” ujarnya.

    Peringatan untuk Negara-Negara Arab

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump sudah meminta Iran untuk menggelar perundingan mengenai program nuklirnya.

    Trump juga mengancam akan menyerang Iran jika perundingan itu gagal mencapai kesepakatan.

    Setelah mendapai ancaman itu, Iran dilaporkan memperingatkan negara-negara Arab yang jadi tetangganya agar tidak tidak membantu AS.

    Seorang pejabat Iran mengatakan Iran telah meminta negara-negara tetangga seperti Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Turki, dan Bahrain untuk tidak membantu AS.

    Mereka diminta untuk tidak mengizinkan pasukan AS melintasi wilayah udara mereka karena hal itu akan dianggap sebagai tindakan permusuhan.

    “Tindakan seperti itu akan punya dampak besar terhadap mereka,” ungkap pejabat tersebut secara anonim, dikutip dari Russia Today.

    Iran Siap Hadapi Perang

    Panglima Tertinggi Korps Garda Revolusioner Islam Iran (IRGC) Mayjen Hossein Salami menegaskan bahwa Iran siap menghadapi perang.

    “Kita tidak akan memulai perang, tetapi siap menghadapi perang apa pun,” katanya dalam rapat dengan para pembesar IRGC, dikutip dari Press TV.

    Salami menambahkan bahwa Iran memiliki cara untuk mengatasi musuh-musuhnya dan sudah mengumpulkan kekuatan untuk menargetkan musuh.

    Ia juga menyinggung serangan yang dilakukan Iran ke Israel tahun lalu, yang dianggap sukses, dengan menyebutkan bahwa Iran telah menggunakan sedikit dari kekuatan militernya dalam dua serangan besar yang dinamai Operasi Janji Sejati I dan II.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Negara-Negara Arab Sekutu AS Terancam Diserang Iran jika Perundingan Nuklir Gagal – Halaman all

    Negara-Negara Arab Sekutu AS Terancam Diserang Iran jika Perundingan Nuklir Gagal – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang anggota dewan Iran memberikan sinyal, negaranya bisa saja menyerang negara-negara Arab yang menjadi sekutu Amerika Serikat (AS)

    Serangan itu mungkin saja terjadi apabila perundingan nuklir antara Iran dan AS menemui kegagalan.

    Ebrahim Rezaei, nama legislator itu, mengatakan setiap tindakan keji akan dibayar sangat mahal.

    “Amerika masihlah Amerika yang sama, dan Trump masihlah Trump yang sama,” kata Rezaei di media sosial X hari Jumat, (11/4/2025).

    “Jika mereka menginginkan perundingan (dan bukannya kekerasan atau perundungan), kita akan duduk di meja perundingan. Namun, jika mereka bertindak jahat dan membalikkan meja, harga yang dibayar akan sangat mahal.”

    Dia kemudian merinci target-target potensial yang bisa diserang oleh Iran.

    “(a) mungkin pangkalan Amerika, (b) mungkin gedung pencakar langit milik para pendukungnya, (c) mungkin fasilitas minyak yang melayani mereka, (c) mungkin semua itu,” katanya.

    Peringatan keras Iran untuk negara Arab

    Presiden AS Donald Trump sudah meminta Iran untuk menggelar perundingan mengenai program nuklirnya.

    Trump juga mengancam akan menyerang Iran jika perundingan itu gagal mencapai kesepakatan.

    Setelah mendapai ancaman itu, Iran dilaporkan memperingatkan negara-negara Arab yang jadi tetangganya agar tidak tidak membantu AS.

    Spejabat Iran mengklaim negaranya telah mengeluarkan peringatan kepada Irak, Kuwait Uni Emirat Arab, Qatar, Turki, dan Bahrain.

    Negara-negara itu diminta tidak mengizinkan pasukan AS lewat di langit karena hal itu akan dianggap sebagai tindakan permusuhan.

    “Tindakan seperti itu akan punya dampak besar terhadap mereka,” kata pejabat itu secara anonim.

    Di samping itu, dia mengatakan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei telah meminta angkatan bersenta Iran untuk bersiaga tinggi.

    Iran siap hadapi perang

    ALI KHAMENEI – Pemimpin Tertinggi Ira, Ali Khamenei menyapa hadirin yang datang dalam acara peringatan dakwah Nabi Muhammad SAW, dengan sekelompok pejabat Iran, perwakilan dan duta besar negara-negara Islam di Teheran, Iran pada Selasa (28/1/2025). (Kantor berita resmi negara Iran, IRNA)

    Panglima Tertinggi Korps Garda Revolusioner Islam Iran (IRGC), Mayjen Hossein Salami, mengatakan Iran siap menghadapi perang apa pun.

    “Kita sama sekali tidak khawatir tentang perang. Kita tidak akan memulai perang, tetapi siap menghadapi perang apa pun,” kata Salami saat rapat dengan para pembesar IRGC hari Sabtu lalu, dikutip dari Press TV.

    “Kita bersiap menghadapi skenario operasi psikologi musuh atapun aksi militer musuh. Namun, kita tidak akan mundur selangkah pun dalam menghadapi musuh.”

    Dia mengatakan musuh Iran memaksa Iran untuk memilih salah satu dari dua pilihan, yakni konfrontasi atau menerima syarat-syarat dari musuh.

    Kemudian, dia menegaskan Iran sudah punya cara untuk mengatasi musuh-musuhnya. Kata dia, Iran punya peralatan untuk mengalahkan rezim Israel yang didukung oleh AS.

    “Kita sudah mengumpulkan kekuatan dan bisa menjangkau serta menargetkan musuh, dan kita siap menunjukkan kemampuan kita yang sebenarnya,” katanya.

    Salami lalu menyinggung serangan Iran yang ke Israel tahun lalu yang menurutnya sukses. Dua serangan yang dinamai Operasi Janji Sejati I dan II itu menjadi contoh kemampuan militer Iran.

    Dua operasi itu dilakukan menggunakan ratusan rudal balistik dan drone atau pesawat tanpa awak. Salami mengklaim ada 581 rudal Iran yang sukses mendarat di wilayah Israel.

    Para pejabat Iran mengklaim negaranya baru menggunakan sedikit kekuatannya dalam dua serangan besar itu.

    Dalam kesempatan yang sama, Salami turut memuji kekuatan front perlawanan yang menurutnya makin kuat. Front itu belum menunjukkan semua kekuatannya.

  • Puji Iran, Eks Dubes Israel: Iran Negosiator Kelas Dunia, Israel Punya Alasan untuk Cemas – Halaman all

    Puji Iran, Eks Dubes Israel: Iran Negosiator Kelas Dunia, Israel Punya Alasan untuk Cemas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel disebut punya alasan untuk takut atau khawatir akan perundingan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat (AS).

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump sudah meminta Iran untuk duduk di meja perundingan guna membahas program nuklirnya.

    Trump bahkan mengancam akan menyerang Iran jika perjanjian nuklir baru dengan Iran tidak terwujud. Di lain pihak, Iran menyatakan tidak gentar terhadap ancaman Trump.

    Michael Oren, mantan Duta Besar Israel untuk AS, menganggap perundingan Iran dengan AS akan menjadi hal yang krusial bagi Israel.

    Dalam tulisannya yang terbit di Yedioth Ahronoth hari Kamis, (10/4/2025), Oren menyinggung Trump yang terang-terangan mengaku ingin berunding dengan Iran.

    “Saat konferensi pers gabungan di Ruang Oval kemarin, Presiden Trump membuat pernyataan singkat, tetapi mengherankan: ‘Kami berbicara langsung dengan Iran,’” kata Oren.

    “Sebelumnya, Presiden tidak berusaha menyembunyikan keinginannya untuk berunding dengan Iran. Tak lama setelah dia kembali ke Gedung Putih pada bulan Januari, dia menyurati Pemimpin Tertinggi Iran Khamenei dan mengundangnya untuk memperbarui pembicaraan.”

    Namun, tiba-tiba Trump mengaku bahwa pembicaraan itu sedang dilakukan dan dia menyebutnya sebagai “pertemuan yang sangat besar”.

    “Yang lebih mengejutkan adalah pemberitahuan bahwa AS dan Iran sedang menggelar perundingan secara langsung,” ucap mantan dubes itu.

    Menurut Oren, hal seperti ini bahkan tidak berani dilakukan oleh Presiden AS sebelumnya, yakni Joe Biden. Para juru runding Biden tidak duduk di ruang yang sama dengan juru runding Iran karena kedua belah pihak menggunakan juru penengah.

    ALI KHAMENEI – Foto ini diambil dari akun X Khamenei pada Kamis (13/3/2025) memperlihatkan Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, bertemu dengan sejumlah pimpinan dan fakultas Universitas Shahid Motahari di Teheran pada 3 Juli 2024. Pada Rabu (12/3/2025), Khamenei menyampaikan pidato yang menantang keinginan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk negosiasi perjanjian nuklir yang baru. (X Khamenei/@khamenei_ir)

    Dia mengatakan Israel pasti mengetahui pembicaraan secara langsung itu. Kata dia, kemungkinan adanya perjanjian nuklir baru menjadi sumber kekhawatiran besar di Israel.

    “Pertanyaan pertama adalah berapa lama perundingan itu akan berlanjut,” ujar Oren.

    “Pertanyaan kedua adalah apa  tujuan perundingan itu. Apakah akan terwujud perundingan yang hnya sedikit lebih baik daripada perundingan tahun 2015 dan sekali lagi menunda program nuklir Iran untuk sementara waktu? Terakhir, apa sikap AS jika perundingan gagal?” tanya dia.

    Dia menyatakan pertanyaan di atas sangat penting bagi keamanan Israel. Lalu, dia memuji kemampuan Iran dalam berunding.

    “Orang-orang Iran adalah negosiator kelas dunia dan pastinya akan berusaha menyeret mereka cukup jauh agar memungkinkan Rusia untuk membangun kembali dan menguatkan pertahanan udara (Iran) yang dihancurkan angkatan udara.”

    “Mereka (Iran) mungkin akan menyetujui syarat-syarat yang lebih baik daripada saat perundingan tahun 2015, tetapi sekali lagi mengamankan fasilitas nuklirnya.”

    Sebagai imbalannya, Iran akan meminta AS untuk mencabut sanksi yang diberlakukan oleh Trump dan menyingkirkan opsi tindakan militer.

    Oren mengatakan Israel sebagai sekutu AS hanya akan menerima perjanjian yang bakal menyingkirkan fasilitas nuklir Iran. Perjanjian seperti itu bisa menjaga kepentingan keamanan Israel.

    TRUMP DAN NETANYAHU – Tangkapan layar The White House pada Selasa (8/4/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan Presiden AS Donald Trump (kanan) melakukan konferensi pers di Ruang Oval, Gedung Putih, pada hari Senin (7/4/2025). (YouTube The White House)

    Iran siaga tinggi

    Sementara itu, Iran dilaporkan menyiagakan pasukannya untuk menghadapi kemungkinan serangan besar AS

    Seorang pejabat Iran yang mengetahui hal itu berkata kepada Reuters bahwa Iran memperingatkan negara-negara tetangganya agar tidak membantu AS.

    Iran sudah membantah ingin membuat senjata nuklir. Negara Timur Tengah itu menolak permintaan AS mengenai perjanjian nuklir karena tak punya arti.

    “Jika kalian (AS) menginginkan negosiasi, apa tujuan kalian mengancam?” tanya Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dikutip dari Russia Today.

    Minggu kemarin Aragchi menyebut Iran menginginkan pembicaraan yang para pesertanya punya peluang setara.

    Dia menuding AS sebagai pihak yang terus mengancam menggunakan kekerasan yang melanggar piagam PBB.

    Lalu, seorang pejabat Iran mengklaim negaranya telah mengeluarkan peringatan kepada Irak, Kuwait Uni Emirat Arab, Qatar, Turki, dan Bahrain. Negara-negara itu diminta tidak mengizinkan pasukan AS lewat di langit karena hal itu akan dianggap sebagai tindakan permusuhan.

    “Tindakan seperti itu akan punya dampak besar terhadap mereka,” kata pejabat itu secara anonim.

    Di samping itu, dia mengatakan Khamenei telah meminta angkatan bersenta Iran untuk bersiaga tinggi.

  • Google Siapkan Dana Jumbo untuk AI

    Google Siapkan Dana Jumbo untuk AI

    Jakarta: Google tak main-main dalam menyambut masa depan berbasis kecerdasan buatan (AI). 
    Di tahun 2025, raksasa teknologi ini berencana menggelontorkan dana hingga USD75 miliar atau sekitar Rp1.200 triliun lebih untuk memperkuat semua lini infrastruktur digital mereka mulai dari server, pusat data, hingga layanan AI dan cloud.
     
    “Pada tahun 2025, kami berencana untuk menginvestasikan sekitar 75 miliar dolar AS dalam belanja modal,” ujar CEO Google and Alphabet Sundar Pichai saat memberikan keynote di Google Cloud Next 2025 di Mandalay Bay, Las Vegas, Amerika Serikat, dilansir Antara, Kamis, 10 April 2025.
     
    Investasi besar-besaran ini diumumkan langsung oleh CEO Google dan Alphabet, Sundar Pichai, dalam acara Google Cloud Next 2025 yang digelar di Las Vegas, Amerika Serikat, pada 8 April 2025.
    Google Berinvestasi dari A sampai Z dalam AI
    Sundar menegaskan bahwa Google saat ini tengah berinvestasi di seluruh lapisan inovasi AI, dari pondasi infrastruktur fisik hingga kemampuan pemrosesan data yang canggih.

    Jaringan global mereka kini mencakup lebih dari 200 negara dan wilayah, ditopang oleh 2 juta mil kabel bawah tanah, yang menjadi tulang punggung konektivitas super cepat untuk mendukung teknologi berbasis AI.
     

    Jaringan cloud super cepat kini bisa diakses siapa saja
    CEO Google Cloud, Thomas Kurian, menambahkan bahwa infrastruktur global Google kini mencakup 42 wilayah data center, termasuk ekspansi baru di Swedia, Afrika Selatan, dan Meksiko, serta pengembangan cepat di Kuwait, Malaysia, dan Thailand.
     
    “Mulai hari ini, jaringan ini yang bergerak dengan ‘kecepatan Google’ atau hampir tanpa latensi untuk miliaran pengguna di seluruh dunia, kini tersedia untuk perusahaan di mana saja. Kami menyebutnya Cloud Wide Area Network (atau Cloud WAN),” papar Thomas.
     
    Cloud Wide Area Network (Cloud WAN) merupakan jaringan privat global yang kini bisa diakses oleh semua pelanggan Google Cloud. Teknologi ini diklaim bisa meningkatkan performa jaringan hingga 40 persen dan menghemat biaya hingga 40 persen.
    Teknologi AI makin canggih
    Dalam kesempatan yang sama, Google juga memperkenalkan beberapa inovasi penting untuk mendukung lompatan AI mereka:
     
    TPU Ironwood, chip generasi ketujuh Google yang dirancang untuk mempercepat efisiensi komputasi AI.
     
    Gemini 2.5, model kecerdasan buatan baru yang mampu menalar sebelum merespons, memberikan hasil lebih akurat dan kinerja lebih tinggi.
     
    Gemini 2.5 Pro, difokuskan untuk tugas-tugas pemrograman dan masalah kompleks. Gemini 2.5 Flash, dibuat untuk kebutuhan AI sehari-hari yang ringan namun efisien.
     
    “Fitur-fitur baru ini membuat AI yang kuat menjadi lebih mudah digunakan dan terjangkau untuk kebutuhan sehari-hari, memungkinkan pelanggan membangun AI yang dapat menyelesaikan masalah kompleks dan memahami nuansa,” ujar Thomas.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Daftar Lengkap Negara yang Kena Dampak Usai Jeda 90 Hari

    Daftar Lengkap Negara yang Kena Dampak Usai Jeda 90 Hari

    Jakarta: Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kembali mengambil langkah tegas soal perdagangan internasional. Kali ini, ia mengumumkan jeda tarif selama 90 hari bagi sebagian besar negara kecuali kepada Tiongkok, yang justru mengalami kenaikan tarif signifikan.
     
    Melansir The Guardian, Kamis, 10 April 2025, kemarin Trump menaikkan tarif impor untuk produk dari Tiongkok dari 34 persen menjadi 125 persen.
     
    Sementara untuk negara lain yang belum menerapkan balasan terhadap tarif dari AS, akan diberikan penangguhan dan hanya dikenakan tarif sebesar 10 persen hingga bulan Juli.

    Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan bahwa kenaikan tarif terhadap Tiongkok diambil karena “Saat Amerika Serikat diserang, Presiden Trump akan membalas dengan lebih keras,”
     

    Tarif awal vs tarif baru sementara
    Berikut daftar lengkap tarif yang awalnya diancamkan Trump dan tarif terbaru yang diperbarui per negara:

    Tiongkok: dari 34% menjadi 125%
    Uni Eropa: dari 20% menjadi 10%
    Vietnam: dari 46% menjadi 10%
    Taiwan: dari 32% menjadi 10%
    Jepang: dari 24% menjadi 10%
    India: dari 26% menjadi 10%
    Korea Selatan: dari 25% menjadi 10%
    Thailand: dari 36% menjadi 10%
    Swiss: dari 31% menjadi 10%
    Indonesia: dari 32% menjadi 10%
    Malaysia: dari 24% menjadi 10%
    Kamboja: dari 49% menjadi 10%
    Inggris Raya: tetap 10%
    Afrika Selatan: dari 30% menjadi 10%
    Brasil: tetap 10%
    Bangladesh: dari 37% menjadi 10%
    Singapura: tetap 10%
    Israel: dari 17% menjadi 10%
    Filipina: dari 17% menjadi 10%
    Chile: tetap 10%
    Australia: tetap 10%
    Pakistan: dari 29% menjadi 10%
    Turki: tetap 10%
    Sri Lanka: dari 44% menjadi 10%
    Kolombia: tetap 10%
    Peru: tetap 10%
    Nicaragua: dari 18% menjadi 10%
    Norwegia: dari 15% menjadi 10%
    Kosta Rika: tetap 10%
    Yordania: dari 20% menjadi 10%
    Republik Dominika: tetap 10%
    Uni Emirat Arab: tetap 10%
    Selandia Baru: tetap 10%
    Argentina: tetap 10%
    Ekuador: tetap 10%
    Guatemala: tetap 10%
    Honduras: tetap 10%
    Madagaskar: dari 47% menjadi 10%
    Myanmar: dari 44% menjadi 10%
    Tunisia: dari 28% menjadi 10%
    Kazakhstan: dari 27% menjadi 10%
    Serbia: dari 37% menjadi 10%
    Mesir: tetap 10%
    Arab Saudi: tetap 10%
    El Salvador: tetap 10%
    Pantai Gading: dari 21% menjadi 10%
    Laos: dari 48% menjadi 10%
    Botswana: dari 37% menjadi 10%
    Trinidad dan Tobago: tetap 10%
    Maroko: tetap 10%
    Aljazair: dari 30% menjadi 10%
    Oman: tetap 10%
    Uruguay: tetap 10%
    Bahamas: tetap 10%
    Lesotho: dari 50% menjadi 10%
    Ukraina: tetap 10%
    Bahrain: tetap 10%
    Qatar: tetap 10%
    Mauritius: dari 40% menjadi 10%
    Fiji: dari 32% menjadi 10%
    Islandia: tetap 10%
    Kenya: tetap 10%
    Liechtenstein: dari 37% menjadi 10%
    Guyana: dari 38% menjadi 10%
    Haiti: tetap 10%
    Bosnia dan Herzegovina: dari 35% menjadi 10%
    Nigeria: dari 14% menjadi 10%
    Namibia: dari 21% menjadi 10%
    Brunei: dari 24% menjadi 10%
    Bolivia: tetap 10%
    Panama: tetap 10%
    Venezuela: dari 15% menjadi 10%
    Makedonia Utara: dari 33% menjadi 10%
    Ethiopia: tetap 10%
    Ghana: tetap 10%
    Moldova: dari 31% menjadi 10%
    Angola: dari 32% menjadi 10%
    Republik Demokratik Kongo: dari 11% menjadi 10%
    Jamaika: tetap 10%
    Mozambik: dari 16% menjadi 10%
    Paraguay: tetap 10%
    Zambia: dari 17% menjadi 10%
    Libanon: tetap 10%
    Tanzania: tetap 10%
    Irak: dari 39% menjadi 10%
    Georgia: tetap 10%
    Senegal: tetap 10%
    Azerbaijan: tetap 10%
    Kamerun: dari 11% menjadi 10%
    Uganda: tetap 10%
    Albania: tetap 10%
    Armenia: tetap 10%
    Nepal: tetap 10%
    Sint Maarten: tetap 10%
    Pulau Falkland: dari 41% menjadi 10%
    Gabon: tetap 10%
    Kuwait: tetap 10%
    Togo: tetap 10%
    Suriname: tetap 10%
    Belize: tetap 10%
    Papua Nugini: tetap 10%
    Malawi: dari 17% menjadi 10%
    Liberia: tetap 10%
    British Virgin Islands: tetap 10%
    Afghanistan: tetap 10%
    Zimbabwe: dari 18% menjadi 10%
    Benin: tetap 10%
    Barbados: tetap 10%
    Monako: tetap 10%
    Suriah: dari 41% menjadi 10%
    Uzbekistan: tetap 10%
    Republik Kongo: tetap 10%
    Jibouti: tetap 10%
    French Polynesia: tetap 10%
    Cayman Islands: tetap 10%
    Kosovo: tetap 10%
    Curaçao: tetap 10%
    Vanuatu: dari 22% menjadi 10%
    Rwanda: tetap 10%
    Sierra Leone: tetap 10%
    Mongolia: tetap 10%
    San Marino: tetap 10%
    Antigua and Barbuda: tetap 10%
    Bermuda: tetap 10%
    Eswatini: tetap 10%
    Marshall Islands: tetap 10%
    Saint Pierre and Miquelon: tetap 10%
    Saint Kitts and Nevis: tetap 10%
    Turkmenistan: tetap 10%
    Grenada: tetap 10%
    Sudan: tetap 10%
    Turks and Caicos Islands: tetap 10%
    Aruba: tetap 10%
    Montenegro: tetap 10%
    Saint Helena: tetap 10%
    Kirgistan: tetap 10%
    Yaman: tetap 10%
    Saint Vincent and the Grenadines: tetap 10%
    Niger: tetap 10%
    Saint Lucia: tetap 10%
    Nauru: dari 30% menjadi 10%
    Equatorial Guinea: dari 13% menjadi 10%
    Iran: tetap 10%
    Libya: dari 31% menjadi 10%
    Samoa: tetap 10%
    Guinea: tetap 10%
    Timor Leste: tetap 10%
    Montserrat: tetap 10%
    Chad: dari 13% menjadi 10%
    Mali: tetap 10%
    Maladewa: tetap 10%
    Tajikistan: tetap 10%
    Cabo Verde: tetap 10%
    Burundi: tetap 10%
    Guadalaraja: tetap 10%
    Bhutan: tetap 10%
    Martinique: tetap 10%
    Tonga: tetap 10%
    Mauritania: tetap 10%
    Dominica: tetap 10%
    Micronesia: tetap 10%
    Gambia: tetap 10%
    Guyana Prancis: tetap 10%
    Christmas Island: tetap 10%
    Andora: tetap 10%
    Republik Afrika Tengah: tetap 10%
    Kepulauan Solomon: tetap 10%
    Mayotte: tetap 10%
    Anguilla: tetap 10%
    Cocos (Keeling) Islands: tetap 10%
    Eritrea: tetap 10%
    Cook Islands: tetap 10%
    Sudan Selatan: tetap 10%
    Comoros: tetap 10%
    Kiribati: tetap 10%
    São Tomé and Príncipe: tetap 10%
    Norfolk Island: tetap 10%
    Gibraltar: tetap 10%
    Tuvalu: tetap 10%
    British Indian Ocean Territory: tetap 10%
    Tokelau: tetap 10%
    Guinea-Bissau: tetap 10%
    Svalbard and Jan Mayen: tetap 10%
    Heard and McDonald Islands: tetap 10%
    Réunion: tetap 10%

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Melindungi kepentingan geostrategis RI melalui forum multilateral

    Melindungi kepentingan geostrategis RI melalui forum multilateral

    Bergabungnya Indonesia dalam organisasi internasional akan memberi kesempatan untuk melindungi, mempromosikan, dan memproyeksikan kepentingan geostrategis dan geoekonomi .

    Jakarta (ANTARA) – Berakhirnya perang dingin antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet sekitar tahun 1990-an ditandai dengan runtuhnya paham ideologi komunis di negara-negara Eropa Timur dan bersatunya kembali negara Jerman.

    Fenomena itu semakin menunjukkan kedigdayaan pihak Barat dalam memimpin hegemoni global yang sampai saat ini tetap mempertahankan North Atlantic Treaty Organization (NATO) sebagai organisasi pertahanan dan keamanan di kawasan Atlantik Utara.

    Hal ini menimbulkan kekhawatiran baru di kalangan negara-negara non-Barat, yang dapat dirasakan dengan meningkatnya konflik di Timur Tengah dan ketegangan di kawasan Asia.

    Menghadapi ketimpangan kekuatan hegemoni global pada era pasca-Perang Dingin, beberapa negara non-Barat membentuk suatu kerja sama multilateral yang berfungsi sebagai penyeimbang kedigdayaan unipolar yang dipimpin AS, seperti Shanghai Cooperation Organisation (SCO) yang dibentuk sekitar tahun 1996 dan yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dunia yaitu BRICS yang dicetuskan pertama kali tahun 2001.

    Indonesia pun ikut dalam keanggotaan BRICS pada 6 Januari 2025 dengan pertimbangan untuk memperkuat kerja sama ekonomi di antara para anggotanya termasuk sebagai upaya mempromosikan perdagangan bebas yang tidak diskriminatif. Selain itu juga sebagai pertimbangan strategi penguatan diplomasi multilateral Indonesia untuk menciptakan sistem yang lebih adil bagi negara-negara berkembang.

    Meski SCO lebih dulu dibentuk dibanding BRICS, namun banyak kalangan di Indonesia belum mengenal lebih dalam organisasi ini, karena awal pembentukannya diprakarsai oleh negara-negara yang dulunya diasosiasikan sebagai negara komunis yaitu China dan Rusia serta beberapa negara bekas pecahan Uni Soviet, yaitu Kazakhstan, Republik Kirgistan, dan Tajikistan, sehingga awalnya dikenal dengan Shanghai Five.

    Tujuan dibentuknya kerja sama multilateral ini adalah untuk menjadikan kolaborasi terukur di Eurasia dalam menghadapi tantangan geopolitik, geoekonomi, dan geostrategis regional. Pada tahun 2001, setelah masuknya Uzbekistan, organisasi internasional tersebut berganti nama menjadi Shanghai Cooperation Organisation (SCO).

    Tahun 2017, India dan Pakistan menjadi anggota penuh, lalu disusul Iran pada tahun 2023. Sejak tahun 2008, SCO telah memasukkan beberapa negara yang ikut serta sebagai mitra dialog, yaitu Azerbaijan, Armenia, Kamboja, Sri Lanka, Nepal, Mesir, Arab Saudi, Qatar, Maladewa, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, dan Myanmar.

    Saat ini, SCO memiliki tiga negara pengamat, yaitu Belarus, Mongolia, dan Afghanistan yang juga berkeinginan untuk diterima sebagai keanggotaan penuh. Dengan demikian saat ini SCO menjadi organisasi regional terbesar di dunia dengan sepuluh negara anggota, yang mencakup 60 persen wilayah Eurasia, yang merupakan naungan bagi lebih dari tiga miliar orang, dan menyumbang seperempat dari ekonomi global.

    Meskipun secara umum cakupan kerja sama SCO meliputi geopolitik, geoekonomi, dan geostrategis regional, namun SCO juga memiliki aktivitas dalam menjalin konektivitas kerja sama global dan regional seperti PBB, negara-negara Persemakmuran, ASEAN, UNODC, dan badan internasional lainnya.

    Di samping itu, SCO juga aktif dalam memerangi masalah ekstremisme dan narkoterorisme demi perdamaian dan kesejahteraan. Dalam struktur organisasinya, SCO memiliki Komite Eksekutif Struktur Antiteroris Regional (RATS) yang berkantor pusat di Tashkent, Uzbekistan, dan bertugas untuk mempromosikan kerja sama negara-negara anggota melawan tiga kejahatan: terorisme, separatisme, dan ekstremisme.

    RATS juga menangani secara khusus pada terorisme siber, forensik digital, dan ransomware. Selain itu SCO juga melakukan upaya untuk mengatasi masalah wilayah sengketa perbatasan dan mengatasi ancaman keamanan negara para anggotanya.

    Bagi Indonesia, organisasi multilateral ini sepertinya sangat cocok terlebih bila ditinjau dari semangat yang dibangun dalam organisasi tersebut yang ditunjukkan pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) SCO di Dushanbe, Tajikistan.

    Para anggotanya sepakat untuk menentang intervensi dalam urusan internal negara lain dengan alasan kemanusiaan dan melindungi hak asasi manusia; dan mendukung upaya satu sama lain dalam menjaga kemerdekaan nasional, kedaulatan, integritas teritorial, dan stabilitas sosial masing-masing negara anggotanya.

    Hal ini selaras dengan tujuan nasional Indonesia yang termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yang menyerukan penghapusan penjajahan di dunia. Pembukaan konstitusi tersebut juga mengarahkan bangsa Indonesia untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia, terlebih saat ini Indonesia dihadapkan pada tantangan-tantangan separatisme, kerawanan wilayah perbatasan yang begitu luas, terorisme, serta penyelundupan narkoba yang ditengarai sebagai suatu “pembiaran” oleh otoritas negara lain.

    Oleh karena itu, SCO sangat penting bagi Indonesia bila dilihat posisi geografis Indonesia yang di antaranya dikelilingi negara-negara yang berafiliasi poros tertentu.

    Kita tidak ingin terulang peristiwa lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan, termasuk lepasnya Timor Timur dari kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apalagi beberapa wilayah Indonesia masih memiliki potensi separatisme yang ditunggangi oleh negara-negara lain, ditambahnya adanya penempatan pasukan di kawasan negara lain yang berbatasan dengan Indonesia.

    Maka Indonesia perlu bersinergi dengan kekuatan yang sama-sama mengutuk manuver yang mengancam kedaulatan Indonesia.

    Di samping ancaman kedaulatan, Indonesia selama ini juga sering mendapatkan serangan terorisme yang aktor intelektualnya justru berasal dari negara tetangga, oleh karena itu SCO sangat penting, karena juga bergerak dalam hal kerja sama counterterrorism.

    Sebagai kekuatan yang sedang berkembang dalam tatanan global multipolar saat ini, Indonesia sebagai negara bebas aktif dalam konstitusinya memerlukan akses ke berbagai forum multilateral.

    Langkah Indonesia bergabung dalam BRICS perlu diapresiasi meskipun hal tersebut mendapatkan berbagai tantangan dari negara-negara yang mensinyalir bahwa organisasi multilateral tersebut sebagai reaksi dari adanya ketegangan perang ekonomi global.

    Namun Indonesia perlu berhati-hati juga dalam menentukan bergabung atau tidaknya pada platform kerja sama internasional, seperti Belt and Road Initiative (BRI) yang dulunya dikenal juga dengan nama One Belt One Road (OBOR), yang cenderung tidak bersifat konsultatif maupun transparan.

    Bahkan perjanjian multilateral tersebut terkesan merupakan ambisi China untuk mencapai kepentingan hegemoniknya di Eurasia. Semua perjanjian BRI di kawasan tersebut mengamanatkan bahwa negara penerima harus mengalihkan kendali yang lebih besar atas aset tersebut ke Beijing jika mereka gagal membayar pinjaman. Kondisi pinjaman yang ketat telah menyebabkan banyak negara, termasuk Tajikistan, Republik Kirgistan, Iran, Rusia, dan Pakistan, masuk ke dalam “perangkap utang” China dalam BRI.

    Keterlibatan Indonesia dengan SCO dan platform multilateral lainnya harus dilihat berdasarkan kebijakan luar negeri proaktif pemerintah saat ini untuk menjaga ruang strategis Indonesia dalam konteks dan pertimbangan geopolitik dan geoekonomi yang berubah dengan cepat.

    Bergabungnya Indonesia dalam organisasi internasional akan memberi kesempatan untuk melindungi, mempromosikan, dan memproyeksikan kepentingan geostrategis dan geoekonomi Indonesia serta menjadikan platform untuk menegaskan kembali komitmen untuk menghidupkan kembali dan memperdalam ikatan peradaban, spiritual, dan budaya yang telah berusia berabad-abad dengan anggota kelompok negara lain.

    *) Irjen Pol Chaidir MSi MPP MHan adalah Tenaga Ahli Pengajar Lemhannas RI

    Copyright © ANTARA 2025

  • Iran Tempatkan Militer dalam Siaga Tinggi, Bersiap Hadapi Perang dengan AS

    Iran Tempatkan Militer dalam Siaga Tinggi, Bersiap Hadapi Perang dengan AS

    GELORA.CO – Iran telah menempatkan militernya dalam siaga tinggi, memperingatkan negara-negara tetangga yang menjadi tuan rumah pangkalan Amerika Serikat (AS) untuk tidak mendukung potensi serangan oleh Washington, demikian dilaporkan Reuters pada Minggu, (6/4/2025) mengutip seorang pejabat yang mengetahui masalah tersebut.

    Langkah yang dilaporkan tersebut menyusul surat dari Presiden AS Donald Trump kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei yang mendesak pembicaraan langsung yang bertujuan untuk menghentikan program nuklir Teheran. Trump telah mengancam akan melakukan kampanye pengeboman jika kesepakatan baru tidak tercapai.

    Teheran, yang menyangkal sedang mencari senjata nuklir, menolak permintaan untuk pembicaraan langsung. Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi menyebut proposal tersebut “tidak berarti” dan mempertanyakan ketulusa Trump.

    “Jika Anda menginginkan negosiasi, lalu apa gunanya mengancam?” kata Araghchi, sebagaimana dilansir RT.

    Menurut Reuters, Teheran “telah mengeluarkan pemberitahuan kepada Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Turki, dan Bahrain,” memperingatkan bahwa mengizinkan pasukan AS untuk menggunakan wilayah udara atau wilayah mereka akan dianggap sebagai tindakan permusuhan.

    “Tindakan seperti itu akan memiliki konsekuensi yang parah bagi mereka,” kata seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya.

    Iran Siap Perang

    Sumber tersebut menyatakan bahwa Khamenei telah memerintahkan angkatan bersenjata Iran untuk waspada tinggi.

    Pada 2015, Teheran menandatangani perjanjian yang didukung PBB untuk membatasi aktivitas nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi. Trump secara sepihak menarik AS dari kesepakatan tersebut pada 2017 dan memberlakukan kembali sanksi tersebut sebagai bagian dari kampanye ‘tekanan maksimum’ terhadap Iran. Republik Islam tersebut menanggapi dengan mengurangi kepatuhannya berdasarkan kesepakatan tahun 2015.

    Menurut Reuters, Iran tetap terbuka untuk perundingan tidak langsung melalui Oman. “Perundingan tidak langsung menawarkan kesempatan untuk mengevaluasi keseriusan Washington tentang solusi politik,” kata pejabat Iran tersebut. Perundingan dapat segera dimulai jika sinyal AS asli, meskipun prosesnya dapat “bermasalah,” tambah pejabat tersebut.

    Araghchi mengatakan pada Minggu bahwa Iran menginginkan perundingan dengan “kesetaraan.” Ia menggambarkan AS sebagai “pihak yang terus-menerus mengancam untuk menggunakan kekerasan yang melanggar Piagam PBB dan yang menyatakan posisi yang bertentangan dari berbagai pejabatnya.”

    Mayor Jenderal Hossein Salami, panglima tertinggi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), memperingatkan pada Sabtu, (5/4/2025) bahwa Iran “siap untuk perang apa pun.” Rusia sebelumnya menyatakan bahwa ancaman Amerika terhadap negara itu tidak dapat diterima, dan menyerukan pengekangan diri. []

  • Iran Peringatkan 6 Negara Agar Tak Membantu AS, IRGC Incar 10 Pangkalan Militer Amerika di Teluk – Halaman all

    Iran Peringatkan 6 Negara Agar Tak Membantu AS, IRGC Incar 10 Pangkalan Militer Amerika di Teluk – Halaman all

    Iran Peringatkan 6 Negara Agar Tak Membantu AS, IRGC Incar 10 Pangkalan Militer Amerika di Asia Barat

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang pejabat senior Iran mengatakan,  Teheran telah memperingatkan enam negara bahwa mereka akan menghadapi “konsekuensi berat” jika mereka mendukung Washington dalam serangan militer terhadap Republik Iran, Reuters melaporkan, Minggu (6/4/2025).

    Enam negara yang mendapat peringatan dari Iran tersebut adalah Irak, Kuwait, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Turki, dan Bahrain.

    “Iran telah mengeluarkan peringatan kepada Irak, Kuwait, UEA, Qatar, Turki, dan Bahrain bahwa segala dukungan terhadap serangan AS terhadap Iran, termasuk penggunaan wilayah udara atau wilayah mereka oleh militer AS selama serangan tersebut, akan dianggap sebagai tindakan permusuhan,” kata pejabat tersebut saat berbicara kepada Reuters dengan syarat anonim.

    Pejabat tersebut menekankan, tindakan membantu AS tersebut “akan menimbulkan konsekuensi yang serius bagi negara-negara tersebut,”.

    Dia juga menambahkan bahwa “Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei telah menempatkan angkatan bersenjata Iran dalam keadaan siaga tinggi.”

    Juru bicara pemerintah Irak, Kuwait, UEA, Qatar, dan Bahrain tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Kementerian Luar Negeri Turki dikutip mengatakan pihaknya tidak mengetahui adanya peringatan Iran, tetapi pesan tersebut dapat disampaikan melalui saluran lain.

    Pada tanggal 30 Maret, Presiden AS Donald Trump mengancam Iran dengan pemboman dan tarif sekunder jika Teheran tidak mencapai kesepakatan dengan Washington mengenai program nuklirnya.

    “Jika mereka tidak membuat kesepakatan, akan ada pengeboman,” kata Trump dalam wawancara telepon. “Itu akan menjadi pengeboman yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.”

    Gambar yang diambil pada 10 November 2019 menunjukkan bendera Iran di PLTN Bushehr Iran, selama upacara resmi untuk memulai pekerjaan pada reaktor kedua di fasilitas tersebut. (Atta Kenare/AFP)

    Iran Bersedia Berunding Secara Tidak Langsung

    Pejabat senior yang berbicara dengan Reuters menambahkan bahwa Iran menolak permintaan Presiden AS Donald Trump untuk perundingan langsung mengenai program nuklirnya.

    Namun, Iran ingin melanjutkan perundingan tidak langsung melalui Oman, tempat perundingan tidak langsung antara kedua negara telah berlangsung di masa lalu.

    “Pembicaraan tidak langsung menawarkan kesempatan untuk mengevaluasi keseriusan Washington tentang solusi politik dengan Iran,” kata pejabat itu.

    Selain mengeluarkan ancaman verbal terhadap Iran, Trump telah memerintahkan pembangunan militer besar-besaran di kawasan tersebut, termasuk pengiriman satu skuadron pembom B-52 ke pangkalan AS di Diego Garcia di Samudra Hindia.

    Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menegaskan pada Minggu bahwa “kondisi untuk dimulainya kembali perundingan antara Teheran dan Washington mengenai program nuklir Iran didasarkan pada prinsip kepercayaan antara kedua negara,” katanya.

    “Kami siap melanjutkan dialog mengenai program nuklir kami dan pencabutan sanksi terhadap Iran, berdasarkan logika membangun kepercayaan,” kata Araghchi dalam pernyataan yang dilaporkan oleh Kantor Berita Fars Iran.

    Pangkalan militer Amerika Serikat Al-Tanf di Suriah. (npasyria)

    IRGC Incar 10 Pangkalan Militer AS

    Menyusul ancaman Trump, Ali Hajizadeh, komandan Divisi Dirgantara Garda Revolusi (IRGC), Iran secara langsung mengancam pangkalan AS di Asia Barat.

    “Amerika memiliki sekitar sepuluh pangkalan militer di kawasan itu – setidaknya di dekat Iran – dan 50.000 tentara,” kata Hajizadeh kepada TV pemerintah Iran pada hari Senin. 
    “Mereka seperti duduk di rumah kaca. Dan ketika Anda berada di rumah kaca, Anda tidak melempar batu ke orang lain.”

    Iran telah lama menampik klaim bahwa mereka berupaya memproduksi senjata nuklir, dengan mengatakan bahwa langkah tersebut tidak Islami karena ancaman yang ditimbulkan senjata tersebut terhadap warga sipil.

    Namun, para analis memperkirakan Iran dapat dengan cepat mengembangkan senjata nuklir jika ancaman AS dan Israel untuk mengebom dan menginvasi negara itu terus berlanjut.

     

    (oln/tc/*)