Negara: Kuwait

  • Selat Hormuz, Nuklir, dan Eskalasi Krisis

    Selat Hormuz, Nuklir, dan Eskalasi Krisis

    Jakarta

    Geopolitik adalah pelajaran tentang negosiasi dan daya tawar negara dalam percaturan politik dunia. Dalam situasi perang, Iran punya dua tawar dalam negosiasi. Dua-duanya berdampak pada skala perang dan dampaknya terhadap dunia. Pertama adalah selat Hormuz, kedua adalah program nuklir.

    Selat Hormuz

    Selat Hormuz adalah celah sempit, terletak di di antara Oman dan Iran, yang menghubungkan Teluk Persia dan Laut Arab. Panjangnya 39 kilometer, lebarnya 33 hingga 95 kilometer. Selat Hormuz adalah chokepoint terpenting dalam lalu lintas pasokan seperempat minyak dunia. Sekitar 21 juta barel per hari minyak diangkut melalui selat ini, dengan nilai ekonomi mencapai US$ 600 miliar per tahun.

    Selat ini istimewa karena menjadi satu-satunya rute maritim tercepat untuk menyalurkan migas dari negara-negara Teluk ke perairan dunia. Melaui Selat Hormuz, kapal tanker berlayar dari kawasan Teluk ke Laut Arab dan Samudra Hindia, menuju negara-negara tujuan ekspor. Meski berkali-kali menggunakan Selat Hormuz sebagai senjata diplomasi, Iran tidak pernah benar-benar berhasil menutupnya.

    Selama perang Irak-Iran (1980-1988), Iran menebar ranjau di perairan Teluk, tetapi Central Command (CENTCOM) AS berhasil menghancurkannya melalui Operasi Praying Mantis pada 1988. Pada 2012, seiring sanksi embargo Barat, Iran mengancam akan menutup selat Hormuz. Ketua Komisi Ekonomi parlemen Iran mengancam, “kami tidak akan membiarkan setetes pun minyak melalui Selat Hormuz, jika kami dikenai sanksi.”

    Kenyataannya, Iran tidak pernah benar-benar memblokir Selat Hormuz. Iran hanya mengintimidasi kapal-kapal yang melewati selat tersebut, seperti dengan menyita dua kapal pada 2023 dan satu kapal pada 2024. Penutupan Selat Hormuz tidak hanya akan mengganggu pasokan minyak global, tetapi menutup keran ekspor Iran sendiri, yang berarti mengganggu aliran pendapatan utamanya dari ekspor minyak.

    Pasca Operasi Godam Tengah Malam oleh militer AS pada Sabtu (21/6/2025), Iran kembali menebar ancaman untuk menutup Selat Hormuz. Keputusan ini dilaporkan disetujui secara bulat oleh anggota parlemen.

    Akankan Iran membuktikan ancamannya? Jika iya, berapa lama? Apa dampaknya bagi dunia?

    Selama periode panjang ketegangan di kawasan Teluk, Iran telah berinvestasi meningkatkan kapasitas militernya untuk menjaga selat Hormuz dengan kombinasi ranjau, perahu kecil, rudal jelajah antikapal, kapal selam, dan rudal balistik. Sejumlah analis menyebut, meskipun kemampuan militer Iran meningkat dalam beberapa dekade, Iran hanya sanggup menutup Selat Hormuz selama seminggu.

    Dunia, terutama AS, berkepentingan mengamankan jalur minyaknya dari Teluk Persia. Begitu Angkatan Laut AS menyerbu, Iran terpaksa membuka kembali jalur tersebut. Namun, jika Iran berhasil menutup Selat Hormuz lebih lama, dunia akan demam karena gangguan pasokan energi. Harga minyak dipastikan melambung tinggi. Harian terkemuka Turki, Hürriyet, menyebut harga minyak berpotensi melonjak hingga US$130 per barel.

    lanjut ke halaman berikutnya

    Program Nuklir

    Program nuklir dunia, termasuk Iran, tidak terlepas dari konstelasi politik. Sebelum rezim Shah digulingkan oleh revolusi Islam pada 1979, Iran memulai program nuklir untuk energi dengan bantuan AS dan Eropa. Pada 1967, AS memasok reaktor nuklir untuk riset berkapasitas 5 MW. Dikawal AS, Iran menandatangani traktat non-proliferasi (NPT) yang mulai berlaku pada 5 Maret 1970.

    Sejak 1974 hingga 1978, Iran melaksanakan penelitian dan pendidikan nuklir di Universitas Teheran. Rezim Shah menginvestasikan US$1 miliar di pabrik pengayaan uranium Prancis milik Eurodif. Kontrak ditandatangani dengan Kraftwerk Union, anak perusahaan Siemens, untuk membangun dua reaktor berkapasitas 1.200 MW di Bushehr. Dengan Framatome, Iran merundingkan kontrak pembangunan dua reaktor tambahan berkapasitas 900 MW.

    Angin politik berubah setelah revolusi 1979. Di bawah Ayatullah Khomeini, Iran adalah seteru Barat yang paling lantang. Setelah perang dengan Irak (1980-1988), fasilitas nuklir Iran luluh lantak.

    Dibantu Rusia, China, dan Pakistan, Iran merenovasi program nuklirnya, kali ini di bawah ancaman Barat. Iran menandatangani protokol kerja sama nuklir dengan China pada 1985 dan 1990.

    Pada 1995, Iran menyelesaikan protokol kerja sama dengan Rusia untuk pembangunan reaktor Bushehr dan pabrik pengayaan uranium. Iran juga menerima teknologi pengayaan uranium melalui jaringan rahasia yang dijalankan oleh ilmuwan Pakistan, AQ Khan.

    Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mencurigai proyek nuklir Iran berkembang ke tujuan non-sipil melalui Proyek Amad. Iran diduga memperkaya uranium untuk mengintegrasikan muatan nuklir dan memproduksi bahan peledak.

    Natanz dibangun sebagai fasilitas pengayaan uranium, Arak dikembangkan sebagai fasilitas produksi air berat. Natanz dapat menyediakan uranium tingkat senjata, Arak membantunya memperoleh plutonium tingkat senjata.

    Sanksi demi sanksi dijatuhkan Barat dan PBB yang dikendalikan AS dan sekutunya. Tetapi, Iran bergeming. Sanksi yang dijatuhkan tidak membuat Iran mati dan proyek nuklirnya gulung tikar. Atas tekanan IAEA, rencana Amad ditutup, tetapi proyeknya berlanjut di bawah Organisasi Inovasi dan Penelitian Pertahanan (SPND).

    Pada April 2006, Iran mengumumkan berhasil memperkaya uranium hingga tingkat 3,6%. Pada 2009, Barat membocorkan informasi tentang pabrik pengayaan bahan bakar Fordow (FFEP), fasilitas kedua yang telah dibangun Iran selama bertahun-tahun.

    Pada 2016, Iran telah menghasilkan cukup bahan fisil tingkat senjata untuk bom nuklir, dengan pengayaan lebih lanjut, dalam waktu dua atau tiga bulan. Pengayaan uranium Iran mencapai tingkat 60%. Tidak butuh waktu lama mencapai tingkat 90% untuk menghasilkan bom nuklir.

    lanjut ke halaman berikutnya

    Ini dalih Israel menyerbu Iran. Terlepas adakah bukti Iran sudah punya senjata nuklir, perang saat ini membuktikan Iran bukan negara ‘kaleng-kaleng’ dan Israel ketemu lawan tanding sepadan.

    Berbeda dengan Iran, Amerika dan Eropa menerapkan standar ganda terhadap Israel. Israel dibiarkan tidak meratifikasi traktat non-proliferasi (NPT). Israel membangun senjata nuklir, sebagaimana dibocorkan oleh mantan teknisinya, Mordechai Vanunu.

    Ini terungkap dalam artikel heboh di The Sunday Times pada Oktober 1986 bertajuk “Revealed: the secrets of Israel’s nuclear arsenal.” Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) melaporkan, Israel sudah mempunyai 90 hulu ledak nuklir. Jika Iran dan Israel sama-sama telah mempunyai senjata nuklir, terbuka prospek untuk saling menahan diri. Di antara konsensus negara nuklir, mereka sepakat untuk tidak lumat oleh senjata yang dibuat sendiri.

    Dampak bagi Indonesia

    Konflik akan eskalatif jika Iran betul-betul menutup selat Hormuz. Dunia, termasuk Indonesia, akan merasakan dampaknya. Saat pasokan seret, harga minyak melambung.

    Indonesia tidak seperti dulu, saat pecah perang Yom Kippur pada 1973. Ketika Arab-Israel tegang, Indonesia justru menikmat windfall profit dari kenaikan harga minyak dunia.

    Saat itu, status Indonesia adalah eksportir. Sekarang Indonesia importir netto. Setiap kenaikan 1 US$ harga minyak, APBN diperkirakan tekor Rp 1,5 triliun untuk subsidi dan kompensasi.

    Sekarang harga minyak sudah merambat naik mendekati asumsi APBN 2025 sebesar US$ 82 per barel. Jika selat Hormuz ditutup, harga minyak akan melambung di atas US$ 100 per barel. Dunia akan demam. Dampak krisis akan meluas. Krisis energi bisa menjadi pintu masuk bagi krisis politik dan ekonomi.

    Indonesia mengandalkan sebagian impornya dari Timur Tengah, baik minyak mentah maupun produk kilang. Pada 2024, dari total impor crude sebesar 125,7 juta barel, Indonesia mengimpor dari Arab Saudi sebesar 25,6 juta barel (20,3%). Untuk produk kilang, dari 275,2 juta barel impor, Indonesia mengimpor dari Arab Saudi 13,4 juta barel (4,8%), Uni Emirat Arab 12,5 juta barel (4,6%), Qatar 6,5 juta barel (2,3%), Kuwait 3,9 juta barel (1,4%), dan Bahrain 1,2 juta barel (0,4%).

    Ini negara-negara yang jalur pelayarannya melewati Selat Hormuz. Dari total impor, risiko gangguan pasokan dari Selat Hormuz mencapai 16%. Indonesia bisa mengalihkan rute ke alternatif lain, tetapi biaya logistiknya lebih mahal.

    Dampak lain bagi Indonesia adalah tekanan fiskal. Jika harga minyak tembus di atas US$ 100 per barel, Indonesia harus memikul beban subsidi lebih berat. Pada 2024, beban subsidi dan kompensasi energi mencapai Rp 407,1 triliun.

    Bagi APBN yang sudah defisit sejak awal tahun, kondisi ini akan memaksa Pemerintah memangkas subsidi. Ini dilakukan dengan menaikkan harga energi, baik BBM maupun listrik. Di tengah penurunan daya beli, langkah ini bisa menimbulkan gejolak sosial dan politik. Karena itu, pemerintah perlu mengantisipasi potensi krisis ini sejak dini.

    M. Kholid Syeirazi
    Direktur Eksekutif Center for Energy Policy
    Dosen Fakultas Ilmu Administrasi UI

  • Begini Dampak Serius bagi Indonesia Jika Selat Hormuz Lumpuh – Page 3

    Begini Dampak Serius bagi Indonesia Jika Selat Hormuz Lumpuh – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Pengamat energi dari Universitas Indonesia, Iwa Garniwa, menilai Indonesia akan terkena imbas serius jika penutupan Selat Hormuz yang dilakukan Iran berlangsung lama.

    Sebab, hampir seluruh pasokan minyak Indonesia berasal dari impor, dan harga di pasar global akan sangat menentukan biaya energi dalam negeri.

    “Jika harga minyak dunia melonjak tajam akibat krisis di Selat Hormuz, Indonesia sebagai negara importir bersih akan menghadapi beberapa dampak, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak di dalam negeri,” kata Iwa kepada Liputan6.com, Selasa (24/6/2025).

    Penutupan Selat Hormuz bukan persoalan sepele. Jalur ini menjadi penghubung utama ekspor minyak dari negara-negara produsen utama seperti Arab Saudi, Iran, Kuwait, dan Uni Emirat Arab ke pasar internasional. Diperkirakan sekitar 20 persen dari total pasokan minyak dunia mengalir melalui selat ini setiap harinya.

    Dia menuturkan, jika kondisi ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama mulai dari beberapa minggu hingga berbulan-bulan pasar energi akan memasuki masa turbulensi.

    Alhasil, negara-negara pengimpor akan mencari pasokan dari sumber lain yang lebih mahal dan jauh, sehingga turut mendongkrak harga.

    “Hal ini akan menyebabkan penurunan pasokan minyak global, yang dapat memicu kenaikan harga minyak dunia. Dan tentunya Indonesia yang akan mendapatkan dampaknya. Potensi harga minyak dunia mencapai USD 100-130 per barel,” ujarnya.

  • Perang Rudal Iran-AS Menggila, Langit Timur Tengah Mendadak Kosong

    Perang Rudal Iran-AS Menggila, Langit Timur Tengah Mendadak Kosong

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang di Timur Tengah kian memanas setelah Amerika Serikat (AS) bergabung dengan Israel untuk menyerang Iran. Militer AS mengklaim berhasil menghancurkan 3 pusat nuklir di Iran pada Sabtu (20/6) pekan lalu.

    Serangan balasan lantas dilancarkan Iran ke 10 titik di Israel. Iran juga menyerang pangkalan militer AS di Qatar pada Senin (23/6) malam.

    Tak lama setelahnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata telah disepakati antara Israel dan Iran.

    Kendati demikian, ledakan terbaru dilaporkan mengguncang Iran pada Selasa (24/6/2025) pagi ini.

    Perang yang masih kencang membuat langit Timur Tengah kosong melompong. Berbagai penerbangan dengan destinasi ke kawasan tersebut dibatalkan, dialihkan, atau ditangguhkan.

    Pada Senin (23/6), Air India mengumumkan menyetop semua penerbangan ke Timur Tengah. Selain itu, dilakukan pula penangguhan penerbangan dari/ke wilayah timur Amerika Utara dan Eropa.

    Bandara Dubai yang tersibuk di dunia mengatakan operasinya telah dilanjutkan setelah penangguhan singkat. Kendati demikian, Dubai memperingatkan penundaan dan pembatalan beberapa penerbangan. Qatar juga menutup wilayah udaranya.

    Wilayah udara yang biasanya sibuk membentang dari Iran dan Irak hingga Mediterania menyerupai kota mati, tanpa lalu lintas udara komersial karena penutupan wilayah udara dan masalah keselamatan.

    “Mengerikan sekali,” kata Miret Padovani, seorang pemilik bisnis yang terdampar di Bandara Internasional Hamad, Doha, dikutip dari Reuters, Selasa (24/6/2025).

    Ia memesan tiket penerbangan Qatar Airways ke Thailand yang dijadwalkan berangkat Senin (23/6) malam, tetapi membatalkan perjalanannya dan berencana untuk pulang ke Dubai pada Selasa (24/6) pagi.

    “Semuanya terjadi begitu cepat. Saya bahkan mendengar dari orang-orang di ruang tunggu kelas utama bahwa rudal-rudal itu telah meluncur,” Miret menambahkan.

    Menurut perusahaan analitik penerbangan Cirium, puluhan penerbangan ke Doha, sebagian besar dari Qatar Airways, dialihkan pada Senin (23/6). Segelintir penerbangan ke Dubai dialihkan karena penutupan wilayah udara.

    Kuwait Airways pada Senin (23/6) menangguhkan keberangkatan penerbangannya dari negara tersebut, sementara Etihad Airways dari UEA mengalihkan rute penerbangannya pada hari Senin (23/6) dan Selasa (24/6).

    Maskapai penerbangan Spanyol Iberia membatalkan rencana untuk melanjutkan penerbangan ke Doha pada Selasa (24/6) setelah penutupan wilayah udara terbaru.

    Perlu diketahui, sejak wilayah udara Rusia dan Ukraina ditutup untuk sebagian besar maskapai penerbangan karena perang selama bertahun-tahun, Timur Tengah menjadi rute andalan yang sangat penting untuk penerbangan antara Eropa dan Asia.

    Di tengah serangan rudal dan udara selama 10 hari terakhir, maskapai penerbangan telah mengalihkan rute ke utara melalui Laut Kaspia atau ke selatan melalui Mesir dan Arab Saudi.

    Maskapai penerbangan kemungkinan menghindari Doha, Dubai, dan bandara lain di kawasan tersebut karena kekhawatiran bahwa Iran atau proksinya dapat menargetkan serangan drone atau rudal terhadap pangkalan militer AS di negara-negara ini, kata konsultan risiko penerbangan Osprey Flight Solutions.

    Sampai Kapan Penerbangan Disetop?

    Sebelumnya, maskapai penerbangan telah mempertimbangkan berapa lama mereka akan menangguhkan penerbangan. Finnair adalah yang pertama mengumumkan penangguhan penerbangan ke Doha, dengan pembatalan hingga 30 Juni 2025.

    Singapore Airlines berencana untuk membatalkan penerbangan ke Dubai hingga Selasa (24/6). Air France, Iberia, British Airways, dan Air Astana, membatalkan semua penerbangan ke Doha dan Dubai pada Minggu (21/6) dan Senin (22/6).

    Air France juga membatalkan penerbangan ke Riyadh dan mengatakan akan menangguhkan penerbangan ke dan dari Beirut, Lebanon hingga Rabu (25/6) besok.

    Beberapa hari sebelum serangan AS, American Airlines menangguhkan penerbangan ke Qatar. United Airlines dan Air Canada melakukan hal yang sama dengan penerbangan ke Dubai. Penerbangan mereka belum dilanjutkan.

    Zona konflik yang meluas menjadi beban operasional yang makin besar bagi maskapai penerbangan. Serangan udara menimbulkan kekhawatiran tentang penembakan yang disengaja atau tidak disengaja terhadap lalu lintas udara komersial.

    Gangguan GPS di sekitar titik-titik konflik, tempat sistem GPS berbasis darat “memalsukan” atau menyiarkan posisi yang, dapat membuat pesawat komersial keluar jalur.

    Hal ini juga menjadi masalah yang makin besar bagi penerbangan komersial. SkAI, sebuah perusahaan Swiss yang mengelola peta gangguan GPS, mengatakan pada Minggu (21/6) malam bahwa mereka telah mengamati lebih dari 150 pesawat yang dipalsukan di atas Teluk Persia dalam 24 jam.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Apa Itu Selat Hormuz yang Diancam Ditutup Iran? Letak hingga Peran Vitalnya

    Apa Itu Selat Hormuz yang Diancam Ditutup Iran? Letak hingga Peran Vitalnya

    Jakarta

    Selat Hormuz kembali menjadi sorotan global seiring meningkatnya ketegangan antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat (AS). Jalur laut ini disebut-sebut sebagai titik strategis yang bisa memicu krisis energi apabila ditutup atau terganggu akibat konflik kawasan.

    Meski namanya sering disebut dalam pemberitaan geopolitik, tidak semua orang mengetahui pentingnya Selat Hormuz bagi dunia. Di mana letaknya? Mengapa jalur ini dianggap vital dalam perdagangan global?

    Letak dan Karakteristik Selat Hormuz

    Mengutip dari Encyclopaedia Britannica, Selat Hormuz adalah jalur laut sempit yang memisahkan Teluk Persia di sebelah barat dengan Teluk Oman dan Laut Arab di sebelah timur. Selat ini terletak di antara pantai selatan Iran dan pesisir utara Uni Emirat Arab (UEA) serta Oman.

    Selat ini memiliki lebar sekitar 35 hingga 60 mil (55 hingga 95 km). Di wilayah ini terdapat pulau-pulau seperti Qeshm (Qishm), Hormuz, dan Hengām (Henjām).

    Selat Hormuz menjadi satu-satunya pintu keluar masuk kapal tanker dari Teluk Persia, tempat sebagian besar negara penghasil minyak dunia berada. Kondisi geografis ini menjadikannya sebagai choke point atau titik kritis dalam rute perdagangan laut paling strategis di dunia.

    Fungsi dan Peran Vital Selat Hormuz

    Menurut US Energy Information Administration, lebih dari 20% pasokan minyak dunia, yakni sekitar 17 juta barel per hari, melintasi Selat Hormuz setiap tahunnya. Jalur ini dilalui oleh kapal tanker dari negara-negara penghasil minyak seperti Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, dan UEA menuju pasar energi di Asia, Eropa, dan Amerika.

    Selain minyak mentah, Selat Hormuz juga menjadi jalur utama bagi ekspor gas alam cair (liquefied natural gas/LNG), sehingga menjadikannya kunci dalam rantai pasokan energi global. Gangguan di jalur ini berpotensi memicu lonjakan harga energi dan instabilitas ekonomi di banyak negara.

    Ketegangan dan Ancaman Penutupan

    Ancaman penutupan Selat Hormuz bukan hal baru dari Iran. Negara ini telah lama menjadikan selat tersebut sebagai alat tawar politik saat menghadapi tekanan Barat, terutama terkait sanksi dan isu nuklir. Namun, meski sering mengancam, Iran belum pernah benar-benar menutupnya, seperti dilansir Al Jazeera.

    Penutupan Selat Hormuz berisiko memicu reaksi global karena dapat mengganggu arus perdagangan energi dunia. Gangguan kecil saja di wilayah ini bisa mengguncang pasar energi, mendorong lonjakan harga minyak, dan memperburuk ketegangan di kawasan yang sudah sensitif.

    Tonton juga “Uni Eropa Khawatir Iran Tutup Selat Hormuz: Akan Sangat Berbahaya” di sini:

    (wia/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 5 Fakta Terkait AS Gempur Tiga Situs Nuklir Iran – Page 3

    5 Fakta Terkait AS Gempur Tiga Situs Nuklir Iran – Page 3

    Di tengah memuncaknya ketegangan di Timur Tengah, Iran memperingatkan akan adanya “konsekuensi berat” bagi Amerika Serikat (AS) setelah AS bergabung dengan pasukan Israel untuk menyerang tiga lokasi nuklir di Iran pada Minggu 22 Juni 2025.

    Televisi pemerintah Iran menyatakan bahwa “setiap warga negara atau personel militer AS” di Asia Barat kini menjadi “target” setelah serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.

    Hossein Shariatmadari, orang dekat Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei dan pemimpin redaksi surat kabar garis keras Kayhan, menulis editorial pada Minggu yang menyerukan kepada pasukan Iran untuk menyerang armada laut AS di Bahrain dan menutup Selat Hormuz bagi kapal-kapal AS, Inggris, Jerman, dan Prancis.

    “Sekarang giliran kita untuk bertindak tanpa penundaan. Sebagai langkah pertama, kita harus meluncurkan serangan rudal terhadap armada laut AS di Bahrain dan secara bersamaan menutup Selat Hormuz bagi kapal-kapal AS, Inggris, Jerman, dan Prancis,” tulisnya seperti dilansir NDTV.

    Editorial yang ditulis Shariatmadari ini menyusul peringatan langsung dari Khamenei sendiri, yang sebelumnya memperingatkan AS akan adanya konsekuensi berat atas intervensi militernya.

    Sementara Iran merencanakan langkah balasannya, sejumlah pangkalan militer utama AS di Timur Tengah menjadi sorotan karena dinilai bisa menjadi target.

    Di seluruh Timur Tengah, AS dilaporkan menempatkan lebih dari 40.000 tentara di berbagai pangkalan militer dan kapal perang milik AS—yang berada di bawah komando militer AS untuk kawasan tersebut, yaitu Komando Pusat AS (CENTCOM). Konsentrasi utama pasukan AS di kawasan ini berada di Qatar, Bahrain, Irak, Suriah, Kuwait, dan Uni Emirat Arab (UEA).

    Berikut sejumlah pangkalan utama AS di Timur Tengah:

    Bahrain: Armada Kelima Angkatan Laut AS dan Komando Pusat Angkatan Laut AS bermarkas di Bahrain—sebuah kerajaan kecil di Teluk yang memainkan peran strategis bagi AS di kawasan Teluk Persia sejak lama hingga sekarang.

    Pelabuhan laut dalam milik Bahrain mampu menampung beberapa kapal militer terbesar milik AS, termasuk kapal induk. Pangkalan ini menjadi rumah bagi empat kapal pemburu ranjau AS dan dua kapal pendukung logistik. Menurut laporan The Times of Israel, Penjaga Pantai AS juga mengoperasikan kapal-kapalnya di negara tersebut.

    Pangkalan ini telah digunakan oleh Angkatan Laut AS sejak tahun 1948, ketika masih dioperasikan oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris.

    Qatar: Pangkalan Udara Al Udeid, yang merupakan pangkalan militer terbesar milik AS di Timur Tengah, terletak di Qatar. Pangkalan ini dilaporkan menjadi markas bagi komponen terdepan Komando Pusat AS (CENTCOM), serta menampung kekuatan angkatan udara dan pasukan operasi khusus AS di kawasan.

    Al Udeid menjadi lokasi penempatan bergilir pesawat-pesawat tempur AS, sekaligus markas bagi Wing Ekspedisi Udara ke-379—satuan udara tempur yang dapat dikerahkan untuk berbagai operasi militer di wilayah tersebut.

    Irak: AS memiliki berbagai instalasi militer di Irak, termasuk Pangkalan Udara Al Asad di Provinsi Al-Anbar dan Pangkalan Udara Al Harir di Erbil. Baghdad bukan hanya sekutu dekat Washington sejak perang 2003, namun juga merupakan musuh bebuyutan Iran di kawasan.

    Negara ini menampung sekitar 2.500 tentara AS sebagai bagian dari koalisi internasional dalam perang melawan ISIS.

    Iran pernah menargetkan Pangkalan Udara Al Asad pada 2020, setelah terbunuhnya pemimpin Pasukan Quds Qasem Soleimani. Pangkalan Udara Al Harir pernah menjadi sasaran serangan drone yang dilancarkan oleh kelompok proksi Iran.

    Suriah: Selama bertahun-tahun, AS mempertahankan kehadiran militer di sejumlah instalasi di Suriah sebagai bagian dari upaya internasional melawan kelompok ISIS, yang muncul dari perang saudara di negara itu dan sempat menguasai sebagian besar wilayah Suriah serta negara tetangganya, Irak. Garnisun Al Tanf milik AS terletak di wilayah selatan Suriah, dekat perbatasan dengan Irak dan Yordania.

    Kuwait: Kuwait menjadi tuan rumah bagi beberapa pangkalan militer AS, termasuk Pangkalan Udara Ali al-Salem yang terletak sekitar 32,19 km dari perbatasan Irak. Pangkalan ini menampung anggota Wing Ekspedisi Udara ke-386 Angkatan Udara AS, satuan yang bertanggung jawab atas pengangkutan logistik dan pasukan di kawasan.

    Pangkalan Ali al-Salem dikenal sebagai pusat pengangkutan udara utama dan gerbang strategis untuk mengirimkan kekuatan tempur kepada pasukan gabungan dan koalisi di Timur Tengah.

    Uni Emirat Arab (UEA): Pangkalan Udara Al Dhafra milik AS terletak di Uni Emirat Arab dan menjadi markas bagi Wing Ekspedisi Udara ke-380 Angkatan Udara AS. Satuan ini mengoperasikan jet tempur F-22 Raptor, serta berbagai jenis pesawat pengintai dan drone, termasuk MQ-9 Reaper.

    Selain itu, Pangkalan Udara Al Dhafra juga menjadi lokasi Gulf Air Warfare Centre, fasilitas pelatihan pertahanan udara dan rudal yang digunakan untuk memperkuat kemampuan tempur serta koordinasi operasi udara antara AS dan sekutunya di kawasan.

  • Timteng Makin Ngeri! Iran Akan Tutup Selat Hormuz-Minyak Bahaya

    Timteng Makin Ngeri! Iran Akan Tutup Selat Hormuz-Minyak Bahaya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Situasi Timur Tengah makin tak menentu. Dalam update Senin (23/6/2025) pagi, dilaporkan bahwa Iran akan menutup Selat Hormuz, rute pengiriman minyak utama, setelah Amerika Serikat (AS) mengebom tiga fasilitas nuklir negeri itu Minggu.

    Parlemen Iran, dilaporkan laman Axios AS, telah mendukung langkah tersebut. Keputusan pasti akan menunggu dewan keamanan nasional Iran.

    Jika benar terjadi, langkah ini merupakan pertama kali dilakukan Iran sepanjang konflik Iran-Israel berlangsung sejak 1979. Selat Hormuz merupakan salah satu titik kritis dunia, yang dilalui oleh seperlima pasokan minyak dan gas dunia.

    Foto: Peta Selat Hormuz. (Dok. Googlemaps)
    Peta Selat Hormuz. (Dok. Googlemaps)

    Selat ini menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab dan Samudra Hindia. Sebagian besar ekspor minyak dari negara-negara besar regional harus melewati jalur sempit ini, mulai dari Arab Saudi, Irak, UEA, Qatar, Iran, dan Kuwait.

    Di masa lalu, Barat, terutama AS dan Eropa, menjadi wilayah yang paling rentan terhadap gangguan aliran energi Teluk Persia itu. Tetapi kini China dan Asia akan menanggung beban jika penutupan terjadi.

    Minyak Bahaya 

    Mengutip CNBC International, upaya untuk memblokir jalur air sempit antara Iran dan Oman dapat menimbulkan konsekuensi yang mendalam bagi ekonomi global. Sekitar 20 juta barel minyak mentah per hari, atau 20% dari konsumsi global, mengalir melalui selat tersebut pada tahun 2024, menurut Badan Informasi Energi.

    Sementara itu, AS sendiri melalui Menteri Luar Negeri Marco Rubio meminta China untuk mencegah Iran menutup Selat Hormuz. China adalah pelanggan minyak terpenting Iran dan memelihara hubungan persahabatan dengan Republik Islam tersebut.

    “Saya mendorong pemerintah China di Beijing untuk menghubungi mereka mengenai hal itu, karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk minyak mereka,” kata Rubio dalam sebuah wawancara di Fox News.

    Rubio mengatakan akan menjadi “bunuh diri ekonomi” bagi Iran untuk menutup selat tersebut. Pasalnya ekspor minyak Republik Islam tersebut melewati jalur air tersebut.

    Iran adalah produsen minyak terbesar ketiga di OPEC, yang memproduksi 3,3 juta barel per hari. Negara itu mengekspor 1,84 juta barel minyak per hari bulan lalu.

    “Itu akan menjadi luka yang ditimbulkan sendiri, memutus Selat akan menghentikan aliran ekspor minyak mentahnya ke China, menghentikan aliran pendapatan utama,” kata analis minyak utama di Kpler, Matt Smith.

    Harga minyak melonjak lebih dari 2% setelah serangan AS terhadap Iran. Ini menimbulkan kekhawatiran akan gangguan pasokan.

    “Harga minyak dapat melonjak di atas US$100 per barel jika selat tersebut ditutup untuk waktu yang lama,” kata Goldman Sachs dan firma konsultan Rapidan Energy.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Maskapai Ogah Lewat, Langit Iran-Israel Kosong

    Maskapai Ogah Lewat, Langit Iran-Israel Kosong

    Jakarta, CNBC Indonesia — Sejumlah maskapai penerbangan komersial terus menghindari wilayah udara di Timur Tengah pada Minggu (22/6/2025), menyusul serangan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran.

    Menurut data situs pelacakan penerbangan FlightRadar24, pola ini merupakan lanjutan dari pengalihan rute yang sudah berlangsung sejak pekan lalu akibat meningkatnya ketegangan dan aksi saling serang rudal di kawasan tersebut.

    “Setelah serangan AS ke fasilitas nuklir Iran, lalu lintas penerbangan komersial di kawasan ini masih beroperasi sesuai dengan pembatasan wilayah udara yang diberlakukan sejak minggu lalu,” tulis FlightRadar24 di platform X dikutip kantor berita Reuters di Jakarta, Minggu (22/6/2025).

    Situs tersebut menunjukkan, maskapai tidak lagi melintasi wilayah udara Iran, Irak, Suriah, dan Israel. Sebagai gantinya, mereka memilih jalur alternatif melalui utara lewat Laut Kaspia atau selatan melalui Mesir dan Arab Saudi. Meskipun rute ini menyebabkan waktu tempuh lebih lama dan biaya bahan bakar serta kru meningkat, langkah ini dinilai lebih aman.

    Situs informasi risiko penerbangan, Safe Airspace yang dijalankan oleh OPSGROUP (organisasi berbasis keanggotaan yang memantau risiko penerbangan global) memperingatkan, serangan AS terhadap Iran dapat meningkatkan risiko bagi operator penerbangan asal AS di wilayah tersebut.

    “Meski belum ada ancaman spesifik terhadap penerbangan sipil, Iran sebelumnya telah memperingatkan akan membalas dengan menyerang kepentingan militer AS di Timur Tengah, baik secara langsung maupun lewat kelompok proksi seperti Hizbullah,” tulis Safe Airspace.

    Sejak Israel melancarkan serangan ke Iran pada 13 Juni lalu, sejumlah maskapai telah menangguhkan penerbangan ke negara-negara terdampak. Beberapa negara mengatur penerbangan evakuasi dari kawasan, sementara maskapai seperti American Airlines dan United Airlines telah menghentikan sementara layanan ke Qatar dan Dubai.

    Safe Airspace juga memperingatkan, risiko wilayah udara dapat meluas ke negara-negara lain seperti Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. “Kami terus menyarankan kewaspadaan tinggi saat ini,” ujarnya.

    Maskapai Israel seperti El Al, Arkia, dan Israir juga mengumumkan penangguhan penerbangan evakuasi hingga pemberitahuan lebih lanjut. El Al memperpanjang pembatalan penerbangan terjadwal hingga 27 Juni. Otoritas bandara Israel menyatakan, wilayah udara negara tersebut ditutup untuk semua penerbangan, meskipun jalur darat ke Mesir dan Yordania masih dibuka.

    Akibat kondisi ini, puluhan ribu warga Israel dan wisatawan yang telah memesan tiket menuju Israel kini tertahan di luar negeri. Sekitar 40 ribu turis yang saat ini berada di Israel juga berusaha meninggalkan negara tersebut, baik melalui perbatasan darat menuju Amman, Yordania, maupun dengan kapal ke Siprus.

    Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Jepang menyatakan telah mengevakuasi 21 orang termasuk 16 warga negara Jepang melalui jalur darat dari Iran menuju Azerbaijan. Ini merupakan evakuasi kedua sejak Kamis lalu. Jepang juga menyatakan siap melakukan evakuasi lanjutan jika diperlukan.

    Selain itu, Pemerintah Selandia Baru mengumumkan, mereka akan mengirimkan pesawat angkut militer Hercules C-130J ke Timur Tengah sebagai langkah siaga untuk mengevakuasi warganya. Pesawat dan tim pemerintah dijadwalkan berangkat dari Auckland pada Senin, meski dibutuhkan beberapa hari untuk mencapai kawasan. Pemerintah Selandia Baru juga menjajaki kerja sama dengan maskapai komersial untuk mendukung upaya evakuasi.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ini Mobil Toyota Buatan Indonesia yang Terlaris di Luar Negeri

    Ini Mobil Toyota Buatan Indonesia yang Terlaris di Luar Negeri

    Jakarta

    Toyota jadi produsen yang paling banyak mengekspor mobil buatan Indonesia ke berbagai negara. Ini model mobil Toyota buatan Indonesia yang paling laris di luar negeri.

    Toyota berada di posisi teratas daftar pabrikan yang mengekspor mobilnya dari Indonesia. Tercantum dalam data distribusi ekspor yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Toyota mengirim 66.543 unit mobil buatan RI ke mancanegara selama Januari-Mei 2025.

    PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) diketahui memproduksi lima model utama yaitu Avanza, Veloz, Fortuner, Innova Zenix, dan Yaris Cross. Dari kelima model itu, rupanya Avanza jadi yang paling banyak peminatnya. Total ada 16.353 unit Avanza hasil produksi PT TMMIN yang dikirim ke Bahrain, Bangladesh, Bolivia, Kamboja, Kosta Rika, Filipina, Arab Saudi, sampai Vietnam.

    Toyota Fortuner tak kalah diminati. Sepanjang lima bulan tahun 2025, ada 16.235 unit Fortuner yang dikirim ke luar negeri. Negara tujuannya pun beragam mulai dari Brunei Darussalam, Kuwait, Oman, Filipina, Arab Saudi, Lebanon, Australia, hingga Ekuador. Soal tipe mesinnya cukup beragam ada 2.400 cc, 2.700 cc, 2.800 cc, dan 4.000 cc.

    Mobil Toyota Buatan Indonesia Paling Laris di Luar Negeri

    Selanjutnya ada Yaris Cross yang terdistribusi sebanyak 15.281 unit. Yaris Cross itu diminati di Antigua, Bahrain, Brunei Darussalam, Filipina, Srilanka, hingga Guatemala.

    Berikut urutan mobil Toyota yang paling banyak diekspor:

    1. Toyota Avanza: 16.353 unit
    2. Toyota Fortuner: 16.235
    3. Toyota Yaris Cross: 15.281 unit
    4. Toyota Veloz: 10.399 unit
    5. Toyota Innova Zenix: 8.275 unit

    Secara keseluruhan ekspor mobil buatan Indonesia pada Januari-Mei 2025 mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Sebagai perbandingan pada periode yang sama tahun 2024, ekspor mobil di Indonesia hanya mencapai 179.857 unit sementara pada tahun 2025 sudah menyentuh 192.501 unit. Ekspor mobil buatan Indonesia itu sudah merambah ke 93 negara. Saat ini, Filipina tercatat sebagai negara yang terbanyak mendatangkan mobil dari Indonesia.

    (dry/rgr)

  • Pakailah masker, kualitas udara Jakarta terburuk ketiga di dunia

    Pakailah masker, kualitas udara Jakarta terburuk ketiga di dunia

    Jakarta (ANTARA) – Kualitas udara di Jakarta pada Jumat pagi masuk kategori tidak sehat dan menduduki peringkat ketiga sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.

    Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 05.47 WIB, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 159 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2.5 dan nilai konsentrasi 67,2 mikrogram per meter kubik.

    Angka itu memiliki penjelasan tingkat kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

    Situs tersebut juga merekomendasikan terkait kondisi udara di Jakarta, yaitu bagi masyarakat sebaiknya menghindari aktivitas di luar ruangan. Jika berada di luar ruangan gunakanlah masker, kemudian menutup jendela untuk menghindari udara luar yang kotor.

    Sedangkan kategori baik, yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.

    Kemudian, kategori sedang, yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.

    Lalu, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.

    Kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama, yaitu Kota Kuwait (Kuwait)di angka 184, urutan kedua Kinshasa, (Kongo) di angka 160, urutan keempat Lahore (Pakistan) di angka 155 dan urutan kelima Santiago de Chile (Cile) di angka 119.

    Adapun Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta meluncurkan platform perantau kualitas udara terintegrasi yang didukung 31 titik Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) tersebar di wilayah kota metropolitan tersebut.

    Dari SPKU tersebut, kemudian data yang diperoleh ditampilkan melalui platform pemantau kualitas udara. Hal ini dibuat sebagai penyempurnaan dari yang sudah ada sebelumnya dan sesuai dengan standar yang berlaku secara nasional.

    Laman ini juga menampilkan data dari 31 SPKU di Jakarta yang mengintegrasikan data dari SPKU milik DLH Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Vital Strategies.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Langit Israel dan Iran Sepi Pesawat di Aplikasi FlightRadar24

    Langit Israel dan Iran Sepi Pesawat di Aplikasi FlightRadar24

    Jakarta

    Israel dan Iran masih saling berbalas serangan. Dampaknya, langit kedua negara kosong dari penerbangan dalam pantauan aplikasi FlightRadar24.

    Israel melancarkan serangan ke Iran sejak Jumat (13/6) yang menghancurkan komando militer Iran dan merusak situs nuklirnya. Iran juga telah bersumpah akan membuka ‘gerbang neraka’ sebagai serangan balasan terhadap Israel.

    Kementerian Kesehatan Iran mengatakan bahwa serangan Israel selama tiga hari di negara itu telah menewaskan 224 orang dan melukai lebih dari 1.200 orang. Upaya gencatan senjata yang ditengahi Oman dan Qatar belum membuahkan hasil untuk menghentikan perang Iran-Israel.

    Israel menyerang dengan 200 jet tempur yang menyerang 100 target. Iran membalas dengan 100 drone dan puluhan rudal yang sebagian ditangkis oleh Iron Dome milik Israel.

    Dampaknya begitu nyata untuk dunia penerbangan. Dipantau detikINET dari aplikasi pemantau penerbangan FlightRadar24, Senin (16/6/2025) langit Israel dan Iran bersih dari penerbangan pesawat.

    Bukan cuma Israel dan Iran, negara-negara yang terjepit di antara konflik Iran-Israel juga mengosongkan penerbangannya. Suriah, Irak, Kuwait, Lebanon dan Yordania juga tampak bersih dari jalur pesawat.

    Semua pesawat berputar menghindari kemungkinan jalur rudal dan jet tempur Israel yang menyerang Iran dan sebaliknya. Tampak ratusan pesawat berputar ke Selatan lewat UEA, menyusuri Teluk Persia, ke Arab Saudi, Mesir, lalu melanjutkan perjalanan ke Eropa atau sebaliknya ke Asia.

    Ada juga yang berputar ke Utara. Ratusan pesawat tampak dari Turki ke Azerbaijan, Turkmenistan, Afghanistan, Pakistan dan sebaliknya untuk yang mau ke Asia atau Eropa.

    Sementara itu, langit Ukraina juga kosong dari pesawat sebagai dampak perang dengan Rusia. Sehingga, saat ini tampak ada dua wilayah bolong di dunia ini yang tidak dilewati pesawat terbang yaitu Iran dan tetangganya serta Ukraina.

    Lihat Video ‘Malam Mencekam di Yerusalem, Sirene Meraung Kala Iran Bombardir Israel’:

    (fay/rns)