Negara: Korea Utara

  • Kunjungi Kapal Perang Korut, Kim Jong Un Akan Hukum Provokasi Musuh

    Kunjungi Kapal Perang Korut, Kim Jong Un Akan Hukum Provokasi Musuh

    Pyongyang

    Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengunjungi salah satu kapal perang negaranya baru-baru ini. Dalam kunjungan itu, Kim Jong Un mengatakan bahwa kapal penghancur seberat 5.000 ton itu seharusnya “menghukum provokasi musuh”.

    Kapal perang yang dikunjungi Kim Jong Un itu adalah kapal perang Choe Hyon, yang merupakan salah satu dari dua kapal penghancur berbobot 5.000 ton yang dimiliki Korut. Kedua kapal perang itu diluncurkan Pyongyang pada tahun ini seiring upaya Kim Jong Un untuk meningkatkan kemampuan Angkatan Laut negaranya.

    Laporan kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA), menyebut kunjungan Kim Jong Un ke kapal perang Choe Hyon itu dilakukan pada Minggu (5/10) waktu setempat.

    Menurut KCNA, seperti dilansir AFP, Senin (6/10/2025), Kim Jong Un dalam kunjungannya mengatakan bahwa kapal perang tersebut “merupakan demonstrasi yang jelas untuk perkembangan … angkatan bersenjata (Korut)”.

    “Kemampuan angkatan laut kita yang luar biasa harus dikerahkan di lautan luas untuk sepenuhnya mencegah atau melawan dan menghukum provokasi musuh demi kedaulatan negara,” tegas Kim Jong Un dalam pernyataannya saat kunjungan tersebut.

    Kim Jong Un telah berjanji untuk membangun kapal penghancur ketiga dari kelas yang sama pada Oktober tahun depan.

    Militer Korea Selatan (Korsel) menyebut kapal perang Choe Hyon kemungkinan dikembangkan dengan bantuan Rusia, yang menjadi bagian dari imbalan pengerahan ribuan pasukan Korut untuk mendukung perang Moskow melawan Ukraina.

    Foto-foto yang dirilis KCNA menunjukkan Kim Jong Un tampak mengawasi ruang kendali di dalam kapal dengan monitor menampilkan lautan di sekitar Semenanjung Korea.

    Salah satu foto lainnya menunjukkan sang pemimpin Korut sedang menunjuk ke peta yang diburamkan di depan para jenderal militer.

    Kunjungan Kim Jong Un itu dilakukan sehari setelah dia mengumumkan pengerahan “aset-aset khusus ke target-target utama” sebagai tanggapan atas apa yang disebutnya sebagai peningkatan pengerahan senjata Amerika Serikat (AS) di wilayah Korsel, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    Dalam pernyataan pada Sabtu (4/10), Kim Jong Un menegaskan bahwa musuh-musuh Korut “harus memikirkan arah pergerakan lingkungan keamanan mereka”.

    AS menempatkan sekitar 28.500 tentaranya di Korsel untuk menangkal ancaman militer dari Korut yang bersenjata nuklir. Bulan lalu, militer AS dan Korsel baru saja menggelar latihan gabungan dengan Jepang.

    Pyongyang secara rutin mengecam latihan militer gabungan semacam itu sebagai latihan untuk menginvasi wilayahnya. Sementara AS dan Korsel bersikeras menyebut latihan tersebut bersifat defensif.

    Tonton juga video “Kim Jong Un Beri Penghargaan ke Tentara yang Bantu Rusia Lawan Ukraina” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Video: Kim Jong Un Siapkan Langkah Baru Hadapi Militer AS di Korsel

    Video: Kim Jong Un Siapkan Langkah Baru Hadapi Militer AS di Korsel

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan Pyongyang telah mengalokasikan aset strategis untuk menanggapi meningkatnya kekuatan militer Amerika Serikat di Korea Selatan. Pernyataan itu disampaikan dalam pidatonya di pameran perangkat keras militer menjelang peringatan 80 tahun Partai Buruh Korea, Sabtu (4/10) waktu setempat.

    Selengkapnya saksikan di CNBC Indonesia.

  • Takut China, Kapal Perang Jepang akan Dilengkapi Rudal Tomahawk

    Takut China, Kapal Perang Jepang akan Dilengkapi Rudal Tomahawk

    Jakarta

    Sebuah kapal perang Jepang dalam perjalanan menuju Amerika Serikat untuk dipasangi rudal jelajah canggih, Tomahawk. Ini merupakan antisipasi AS dan sekutu-sekutunya di Asia di tengah meningkatnya jumlah rudal jelajah China dan Korea Utara.

    JS Chokai, kapal perusak berpeluru kendali yang dilengkapi radar Aegis, berlayar menuju AS untuk penempatan selama setahun. Ia akan dimodifikasi dan awaknya dilatih agar dapat meluncurkan Tomahawk, rudal jelajah bermanuver dengan jangkauan sekitar 2.500 kilometer. Dikutip detikINET dari CNN, Tomahawk dapat mencapai target jauh di dalam wilayah China dan Korut.

    Awal 2024, Jepang menandatangani kesepakatan dengan AS untuk memperoleh 400 Tomahawk. Tokyo meningkatkan anggaran pertahanan guna melawan ancaman regional. Menurut Kemenhan Jepang, aktivitas militer China menghadirkan tantangan strategis terbesar.

    Menhan Jepang Jenderal Nakatani, menyebut Beijing agresif meningkatkan kemampuan militer sambil mengintensifkan aktivitas di sekitar kawasan. Kepulauan Senkaku, gugusan kepulauan di Laut Cina Timur yang dikendalikan Jepang tapi juga diklaim China yang menyebutnya Kepulauan Diaoyu, menjadi salah satu sengketa.

    Kemenhan Jepang menyebut Pasukan Bela Diri Jepang ingin memperkuat kemampuan pertahanan jarak jauh mereka. Namun meskipun Tokyo menyebut Tomahawk adalah untuk bertahan, rudal tersebut dianggap sebagai senjata ofensif.

    Lembar fakta Angkatan Laut AS tentang rudal tersebut menyatakan bahwa Tomahawk digunakan untuk peperangan serangan darat dan nama lengkapnya Rudal Serang Darat Tomahawk.

    Ketika Jepang berniat membeli Tomahawk tahun 2023, China bereaksi keras terhadap langkah tersebut dan menuding Tokyo melanggar konstitusi pasca Perang Dunia II, yang membatasi militer Jepang pada peran defensif semata.

    Tomahawk adalah salah satu senjata paling andal di gudang senjata AS. Menurut produsen Raytheon, rudal jelajah tersebut dapat menyerang target secara tepat dari jarak ribuan kilometer, bahkan di wilayah udara yang dijaga ketat.

    Selain kapal, Tomahawk juga dapat ditembakkan dari kapal selam dan platform darat. Tomahawk telah digunakan dalam pertempuran lebih dari 2.000 kali, menurut Raytheon, termasuk pada bulan Juni ketika Tomahawk yang diluncurkan dari kapal selam digunakan dalam serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran.

    Kemenhan Jepang mengemukakan bahwa Chokai sudah berlatih memuat amunisi tiruan Tomahawk ke dalam peluncur vertikalnya. Chokai, yang panjangnya 204 meter dan berat 9.500 ton, memiliki 90 sel peluncur vertikal, yang juga dapat digunakan untuk meluncurkan rudal permukaan ke udara, rudal anti balistik, rudal pertahanan udara, dan roket anti kapal selam.

    (fyk/fay)

  • Mengapa Kebebasan Pers Penting bagi Pembangunan?

    Mengapa Kebebasan Pers Penting bagi Pembangunan?

    Mengapa Kebebasan Pers Penting bagi Pembangunan?
    Ketua Komite Eksekutif Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI), Sekretaris Umum Asosiasi Neo Koperasi Indonesia (ANKI) dan Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
    INSIDEN
    pencabutan ID Pers Istana jurnalis
    CNN Indonesia,
    Diana Valencia (28/9) perlu diwaspadai. Setelah diprotes oleh Dewan Pers, AJI, IJTI dan organisasi masyarakat sipil lain, Biro Pers, Media, dan Informasi (BPMI) Setpres, selang sehari mengembalikan kartu itu (29/9).
    BPMI Setpres berdalih karena pertanyaan Diana kepada Presiden Prabowo Subianto, soal keracunan massal Makan Bergizi Gratis (MBG), di luar konteks liputan.
    Peristiwa itu bukan sekadar kesalahpahaman kecil. Namun, peluang tergelincirnya kembali Indonesia ke masa pembatasan kebebasan pers.
    Tanpa pers bebas,
    blind spots
    bisa terjadi. Kasus seperti keracunan massal MBG bisa tak tersampaikan kepada pemimpin negara.
    Di tengah budaya Asal Bapak Senang (ABS), pers yang bebas bisa beri informasi lapangan yang berharga bagi Presiden.
    Dengan cara itu, Presiden dapat ambil langkah perbaikan cepat. Pembangunan, semisal program MBG, bisa secepatnya dievaluasi. Alhasil program pembangunan Pemerintah menjadi lebih baik.
    Bayangkan rumah tanpa jendela. Gelap, tak tahu apa di luar. Pemerintah menjadi buta, krisis tak terdeteksi.
    “The J Curve, A New Way to Understand Why Nations Rise and Fall” (2006) karya Ian Bremmer masih relevan dibaca. Dalam bukunya itu, ia gambarkan hubungan antara tingkat keterbukaan sebuah negara, termasuk kebebasan pers dan akses informasi, dengan stabilitas politiknya.
    Mari bayangkan kurva berbentuk huruf J miring pada sumbu X dan Y. Keterbukaan negara di sumbu X dan stabilitas politik di sumbu Y.
    Di sisi kiri kurva, ada negara tertutup seperti Korea Utara, di mana stabilitas tampak tinggi karena kontrol ketat.
    Lalu naik ke sisi kanan, ada negara seperti Amerika dan Jepang, di mana keterbukaan justru jadi “lem” yang menahan guncangan.
    Di antara sisi kiri dan kanan, ada lembah di huruf J, itulah negara-negara dalam masa transisi. Ketika mereka melewati “lembah”, ketidakstabilan seperti konflik, protes, dan kekacauan muncul karena institusi belum matang.
    Namun, jika berhasil, maka mereka akan berada di sisi kanan seperti negara demokratis lainnya. China masih berada di situ.
    Dalam bukunya, Bremmer tegaskan pers dan informasi bebas akan dorong akuntabilitas. Laporan suatu krisis akan picu evaluasi dan perbaikan. Pemerintah menjadi responsif dan program pembangunan yang sempat tergelincir, bisa secepatnya dikembalikan ke rel.
    Ada dua kasus menarik yang dibedah Bremmer, Korea Utara dan China. Korea Utara adalah contoh paling ekstrem, sangat tertutup, dengan kontrol ketat atas informasi, media, dan interaksi dengan dunia luar.
    Bremmer jelaskan rezim Kim, dari Kim Il-sung hingga Kim Jong-il, pertahankan stabilitas melalui isolasi total. Namun, itu justru membuat negara rapuh terhadap krisis internal.
    Dalam bukunya, ia gambarkan bagaimana pembatasan pers dan informasi sebabkan malapetaka kelaparan, yang tewaskan antara 240.000 hingga 3,5 juta orang atau 15,9 persen dari total populasi 22 juta jiwa saat itu.
    Mereka meninggal karena kelaparan atau penyakit yang berkaitan dengan kelaparan. Itu terjadi pada 1994-1998 yang dikenal sebagai
    Arduous March.
    Penyebab utamanya adalah pertanian gagal karena banjir, kekeringan, dan kebijakan ekonomi yang buruk.
    Rezim Kim sembunyikan peristiwa kelaparan massal itu dari dunia internasional dan bahkan dari rakyatnya sendiri.
    Rezim menolak bantuan luar karena takut kontaminasi ide asing, yang ancam kontrol mereka. Saat akhirnya menerima bantuan dari PBB, kondisinya sudah terlambat.
    Tanpa pers bebas dan informasi dibatasi, Pemerintah terlambat menyadari kegentingan dan eskalasi suatu masalah. Di Korea Utara isolasi total untuk pertahankan stabilitas rezim, dibayar dengan jutaan korban jiwa.
    Kasus kedua, China. Bremmer menilainya sebagai negara yang sedang bergeser dari sisi kiri kurva J menuju tengah, tapi tetap dengan kontrol politik ketat.
    Dulu di bawah Mao Zedong, China adalah negara tertutup. Mao luncurkan kebijakan industrialisasi paksa dan gagal total. Dampaknya kelaparan terburuk dalam sejarah manusia yang sebabkan 15 juta-55 juta kematian.
    Bencana itu dikenal sebagai
    Great Leap Forward Famine
    yang terjadi pada 1959-1961. Bremmer menyoroti bagaimana pembatasan pers memperburuk keadaan.
    Laporan resmi dipalsukan untuk menyenangkan partai. Kritik dilarang, dan wartawan atau pejabat yang melaporkan kegagalan dihukum dan dicap sebagai “kontra-revolusioner”.
    Padahal, tanpa informasi yang bebas, Pemerintah tidak tahu skala masalah di daerah pedesaan. Di bawah bayangan gelap ABS, mereka merasa kondisi baik-baik saja. Mereka tak sempat mobilisasi bantuan dunia internasional untuk tangani masalah itu.
    Meski China modern lebih terbuka secara ekonomi, sensor pers dan internet masih berlangsung. Bremmer melihat hal itu bisa sebabkan instabilitas jika “lembah” kurva J tidak dikelola dengan baik.
    Sebab suara masyarakat dikontrol oleh rezim panopticon yang memungkinkan benih krisis tersembunyi dan terlambat ditangani.
    Bagaimana dengan kita? Indonesia pasca-Reformasi sudah berada di puncak sisi kanan kurva ini.
    Dari rezim otoriter Orde Baru yang sensor pers dan lakukan pembatasan informasi, bergeser ke demokrasi terbuka. Media bebas, informasi terbuka dan pemilu multipartai adalah penanda.
    Meski kita punya PR. Satu dekade terakhir demokrasi kita tak baik-baik saja. Peneliti ANU seperti Jaffrey dan Warburton dalam “The Jokowi Presidency” (2025), nyatakan sebagai “Indonesia’s Decade of Authoritarian Revival”. Pilar-pilar kelembagaan demokrasi dirusak dengan berbagai manuver otokratis legalisme.
    Patut bagi Presiden Prabowo Subianto lebih berhati-hati dan tidak menambah kerusakan dengan pembatasan pers.
     
    Sebaliknya, perlu baginya sebagai Kepala Negara dan Pemerintahan, merestorasi bangunan demokrasi kita yang cacat ini (
    flawed democracy
    ). Penguatan peran pers salah satunya.
    Dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia 2025, Indonesia di peringkat 127, turun 16 peringkat dari tahun sebelumnya.
    Lalu The Economist Intelligence Unit (EIU) 2025 mencatat skor demokrasi Indonesia tahun 2024 pada 6,44 dari skala tertinggi 10.
    Padahal satu dekade lalu, skor kita pernah mencapai 7,03 (2015). Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, meski berlatar belakang militer, nampaknya justru mafhum ihwal demokrasi dan supremasi sipil.
    Kasus Korea Utara dan China perlu jadi
    lesson learned
    bagi kita. Insiden Diana Valencia juga perlu Presiden perhatikan. Jangan sampai orang-orang di sekelilingnya batasi informasi.
    Di ekonomi, informasi yang asimetris bisa ciptakan inefisiensi, biaya tinggi dan pemasok atau konsumen potensial rugi.
    Sedang di pemerintahan, yang kelola anggaran ribuan triliun rupiah, informasi asimetris bisa lebih jauh fatal. Terjadi jarak pemahaman antara Pemerintah dengan masyarakat yang pada ujungnya rugikan masyarakat.
    Masyarakat kehilangan peluang terhadap dampak suatu program pembangunan. Atau Pemerintah kehilangan
    sense of crisis.
    Gejala informasi asimetris atau bahkan misinformasi terlihat ketika Presiden menyatakan keracunan massal yang terjadi hanya 0,00017 persen saja (
    Kompas.com
    , 29/9).
    Padahal, angkanya mencapai 0,000865 persen atau 8,65 insiden per 1 juta penyajian. Di mana

    Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat korban keracunan sebanyak 8.649 jiwa (
    CNN Indonesia
    , 29/9).
    Angka yang dinyatakan Presiden lebih kecil lima kali daripada data terkini. Artinya lembaga terkait seperti Badan Gizi Nasional (BGN) telat melakukan pengkinian data.
    Klaim 0,00017 persen itu sama dengan 1,7 insiden per 1 juta penyajian atau sebanyak 1.700 korban. Apakah kekeliruan itu disengaja atau tidak, Presiden perlu cek bawahannya.
    Contoh informasi timpang di atas hanya mungkin diketahui dan dikoreksi karena informasi yang disediakan media massa.
    Makin bebas pers dan informasi, masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Umpan balik demi perbaikan dapat Pemerintah lakukan.
    Sebaliknya, bagaimana bila pers dan informasi dibatasi? Bayangkan kapal tanpa radar. Ombak besar tak terlihat. Pers bebas adalah radar itu. Tanpa itu, kapal bisa karam di tengah badai. Itulah mengapa kebebasan pers penting bagi pembangunan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bisakah Donor Organ Bantu Manusia Hidup hingga Umur 150? Dokter Bilang Gini

    Bisakah Donor Organ Bantu Manusia Hidup hingga Umur 150? Dokter Bilang Gini

    Jakarta

    Pertemuan Presiden Rusia, Vladimir Putin dengan Presiden China Xi Jinping beberapa waktu lalu sempat menghebohkan publik. Ini karena keduanya terekam secara tak sengaja membahas manfaat dahsyat dari transplantasi organ.

    Saat Putin dan Xi berjalan menuju mimbar Tiananmen tempat mereka menyaksikan parade bersama Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, penerjemah Putin terdengar berkata dalam bahasa Mandarin.

    “Bioteknologi terus berkembang. Organ manusia dapat ditransplantasikan secara terus-menerus. Semakin lama Anda hidup, maka semakin muda Anda, dan (Anda) bahkan dapat mencapai keabadian,” kata penerjemah Putin.

    Menanggapi hal tersebut, Xi, yang tidak terlihat di kamera, terdengar menjawab dalam bahasa Mandarin.

    “Beberapa orang memperkirakan bahwa pada abad ini manusia dapat hidup hingga 150 tahun,” kata Xi.

    Saat ditanya mengenai hal ini, Ketua Indonesian Transplantation Society (InaTS) Dr dr Maruhum Bonar Hasiholan marbun, SpPD-KGH mengatakan bahwa masa depan transplantasi organ di dunia medis memang cukup terang.

    Namun, untuk transplantasi organ bisa membantu manusia menjadi ‘hidup abadi’ atau 150 tahun seperti yang dikatakan oleh Xi, sejauh ini mimpi tersebut masih teoritis.

    “Di China, kan pusat penelitiannya bagus sekali kita ngaku lah karena duitnya banyak jadi risetnya luar biasa. Jadi mereka sudah bisa bikin (organ). Mau bikin ginjal, hati, stem cell itu kan bikin (organ),” kata dr Bonar kepada wartawan di Kabupaten Tangerang, Jumat (26/9/2025).

    “Jadi ngambil (sel) dari organ apa aja, dari tali pusat, bikin organ. Tapi itu masih teoritis. Jadi mereka (Xi dan Putin) ngomong-ngomong gini ‘kalau lo mau sehat, tinggal mana yang sakit gue ganti’. Tapi, itu masih jauh ke depan, belum sampai saat ini,” sambungnya.

    dr Bonar mengatakan, untuk transplantasi organ di Indonesia, sebagai contoh adalah ginjal, saat ini ‘tambahan umur’ yang masih realistis adalah 10 tahun, ditambah dengan kualitas hidup yang lebih baik pula.

    “Ginjal itu dikatakan berhasil 80-90 persen dalam satu tahun (hidup usai transplantasi), itu yang dikatakan pusat transplatasinya berhasil,” kata dr Bonar.

    “(Hidup) di atas satu tahun, keberhasilan kami di atas 90 persen, untuk di RSCM ya. Rata-rata pasien di atas 60 tahun,” sambungnya.

    Umumnya, yang menjadi masalah dari prosedur transplantasi adalah ketidakcocokan organ atau infeksi pasca operasi.

    “Kalau operasinya gampang, seperti operasi yang lain kan,” katanya.

    Di RSCM sendiri, lanjut dr Bonar saat ini sudah ada beberapa orang yang sudah mendaftar untuk menjadi pendonor organ.

    “Sudah kami buat daftarnya, sampai saat ini kurang lebih ada 10 orang (calon pendonor). Sudah ada di RSCM,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/kna)

  • Korut Diyakini Punya 2 Ton Uranium Diperkaya, Bisa Buat Banyak Bom Nuklir

    Korut Diyakini Punya 2 Ton Uranium Diperkaya, Bisa Buat Banyak Bom Nuklir

    Jakarta

    Korea Utara (Korut) diyakini memiliki hingga dua ton uranium hasil pengayaan tinggi. Hal tersebut disampaikan Menteri Unifikasi Korea Selatan, Chung Dong-young pada hari Kamis (25/9).

    Korea Utara telah lama dikenal memiliki uranium yang diperkaya tinggi dalam jumlah “yang signifikan”, bahan utama yang digunakan untuk memproduksi hulu ledak nuklir, menurut Kementerian Pertahanan Korea Selatan.

    Namun, dalam konfirmasi publik yang jarang terjadi, Menteri Unifikasi Korea Selatan Chung Dong-young mengatakan bahwa “badan intelijen memperkirakan cadangan uranium yang diperkaya tinggi milik Pyongyang – dengan kemurnian lebih dari 90 persen – mencapai hingga 2.000 kilogram.”

    “Bahkan pada jam ini, sentrifugal uranium Korea Utara masih beroperasi di empat lokasi,” kata Chung kepada wartawan, dilansir kantor berita AFP, Kamis (25/9/2025).

    “Cukup lima hingga enam kg plutonium saja untuk membuat satu bom nuklir,” ujar Chung. Dia menambahkan bahwa 2.000 kg uranium yang diperkaya tinggi, yang dapat dicadangkan khusus untuk produksi plutonium, akan “cukup untuk membuat sejumlah besar senjata nuklir”.

    Chung mengatakan bahwa “menghentikan pengembangan nuklir Korea Utara adalah masalah mendesak”. Namun, dia berpendapat bahwa sanksi tidak akan efektif dan satu-satunya solusi terletak pada pertemuan puncak antara Pyongyang dan Washington.

    Sebelumnya, pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un mengatakan pekan ini bahwa ia terbuka untuk perundingan dengan AS, asalkan ia dapat mempertahankan persenjataan nuklirnya.

    Korea Utara, yang melakukan uji coba nuklir pertamanya pada tahun 2006 dan berada di bawah serangkaian sanksi PBB atas program senjata nuklirnya, tidak pernah mengungkapkan detail fasilitas pengayaan uraniumnya kepada publik hingga September lalu.

    Negeri komunis itu diyakini mengoperasikan beberapa fasilitas pengayaan uranium, kata badan intelijen Korea Selatan, termasuk satu di lokasi nuklir Yongbyon, yang konon dinonaktifkan oleh Pyongyang setelah perundingan. Namun, kemudian Korea Utara mengaktifkan kembali fasilitas tersebut pada tahun 2021.

    Lihat juga Video ‘Kim Jong Un Beri Penghargaan ke Tentara yang Bantu Rusia Lawan Ukraina’:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Daftar Negara yang Mengakui dan Tidak Mengakui Palestina – Page 3

    Daftar Negara yang Mengakui dan Tidak Mengakui Palestina – Page 3

    Berikut daftar negara yang sudah mengakui Palestina:

    Pengakuan Terhadap Palestina Mulai 2024-2025

     

    Armenia 21 Juni 2024

    Slovenia 4 Juni 2024

    Irlandia 22 Mei 2024

    Norwegia 22 Mei 2024

    Spanyol 22 Mei 2024

    Bahama 8 Mei 2024

    Trinidad dan Tobago 3 Mei 2024

    Jamaika 24 April 2024

    Barbados 20 April 2024

    Armenia 21 Juni 2024

    Slovenia 4 Juni 2024

    Irlandia 22 Mei 2024

    Norwegia 22 Mei 2024

    Spanyol 22 Mei 2024

    Bahama 8 Mei 2024

    Trinidad dan Tobago 3 Mei 2024

    Jamaika 24 April 2024

    Barbados 20 April 2024

    Prancis 22 September 2025

    Luksemburg 22 September 2025

    Malta 22 September 2025

    Monako 22 September 2025

    Belgia 22 September 2025

    Andorra 22 September 2025

    Inggris 21 September 2025

    Australia 21 September 2025

    Kanada 21 September 2025

    Portugal 21 September 2025

    Meksiko 20 Maret 2025

     

    2010-2019

     

    Ekuador 27 Desember 2010

    Bolivia 17 Desember 2010

    Argentina 6 Desember 2010

    Islandia 15 Desember 2011

    Brasil 3 Desember 2011

    Grenada 25 September 2011

    Antigua dan Barbuda 22 September 2011

    Dominika 19 September 2011

    Belize 9 September 2011

    St. Vincent dan Grenadines 29 Agustus 2011

    Honduras 26 Agustus 2011

    El Salvador 25 Agustus 2011

    Suriah 18 Juli 2011

    Sudan Selatan 14 Juli 2011

    Liberia 1 Juli 2011

    Lesotho 3 Mei 2011

    Uruguay 16 Maret 2011

    Paraguay 29 Januari 2011

    Suriname 26 Januari 2011

    Peru 24 Januari 2011

    Guyana 13 Januari 2011

    Chili 7 Januari 2011

    Thailand 18 Januari 2012

    Haiti 27 September 2013

    Guatemala 9 April 2013

    Swedia 30 Oktober 2014

    St. Lucia 14 September 2015

    Tahta Suci 26 Juni 2015

    Kolombia 3 Agustus 2018

    St. Kitts dan Nevis 29 Juli 2019

     

    1991-2009

     

    Eswatini 1 Juli 1991

    Bosnia dan Herzegovina 27 Mei 1992

    Georgia 25 April 1992

    Turkmenistan 17 April 1992

    Azerbaijan 15 April 1992

    Kazakstan 6 April 1992

    Uzbekistan 25 September 1994

    Tajikistan 2 April 1994

    Kirgistan 1 November 1995

    Afrika Selatan 15 Februari 1995

    Papua Nugini 13 Januari 1995

    Malawi 23 Oktober 1998

    Timor Leste 1 Maret 2004

    Montenegro 24 Juli 2006

    Pantai Gading 1 Desember 2008

    Lebanon 30 November 2008

    Kosta Rika 5 Februari 2008

    Republik Dominika 15 Juli 2009

    Venezuela 27 April 2009

     

     1988-1989

     

    Bhutan 25 Desember 1988

    Republik Afrika Tengah 23 Desember 1988

    Burundi 22 Desember 1988

    Botswana 19 Desember 1988

    Nepal 19 Desember 1988

    Republik Demokratik Kongo 18 Desember 1988

    Polandia 14 Desember 1988

    Oman 13 Desember 1988

    Gabon 12 Desember 1988

    Sao Tome dan Principe 10 Desember 1988

    Mozambik 8 Desember 1988

    Angola 6 Desember 1988

    Republik Kongo 5 Desember 1988

    Sierra Leone 3 Desember 1988

    Uganda Desember 3, 1988

    Laos 2 Desember 1988

    Chad 1 Desember 1988

    Ghana 29 November 1988

    Togo 29 November 1988

    Zimbabwe 29 November 1988

    Maladewa 28 November 1988

    Bulgaria 25 November 1988

    Tanjung Verde 24 November 1988

    Korea Utara 24 November 1988

    Niger 24 November 1988

    Rumania 24 November 1988

    Tanzania 24 November 1988

    Hongaria 23 November 1988

    Mongolia 22 November 1988

    Senegal 22 November 1988

    Burkina Faso 21 November 1988

    Kamboja 21 November 1988

    Komoro 21 November 1988

    Guinea 21 November 1988

    Guinea-Bissau 21 November 1988

    Mali 21 November 1988

    Tiongkok 20 November 1988

    Belarus 19 November 1988

    Namibia 19 November 1988

    Rusia 19 November 1988

    Ukraina 19 November 1988

    Vietnam 19 November 1988

    Siprus 18 November 1988

    Republik Ceko 18 November 1988

    Mesir 18 November 1988

    Gambia 18 November 1988

    India 18 November 19881

    Nigeria 18 November 1988

    Seychelles Slowakia 18 November 1988

    Sri Lanka 18 November 1988

    Albania 17 November 1988

    Brunei Darussalam 17 November 1988

    Djibouti 17 November 1988

    Mauritius 17 November 1988

    Sudan 17 November 1988

    Afganistan 16 November 1988

    Bangladesh 16 November 1988

    Kuba 16 November 1988

    Yordania 16 November 1988

    Madagaskar 16 November 1988

    Nikaragua 16 November 1988

    Pakistan 16 November 1988

    Qatar 16 November, 1988

    Arab Saudi 16 November 1988

    Serbia 16 November 1988

    Uni Emirat Arab 16 November 1988

    Zambia 16 November 1988

    Aljazair 15 November 1988

    Bahrain 15 November 1988

    Indonesia 15 November 1988

    Irak 15 November 1988

    Kuwait 15 November 1988

    Libya Malaysia 15 November 1988

    Mauritania 15 November 1988

    Maroko 15 November 1988

    Somalia 15 November 1988

    Tunisia 15 November 1988

    Turki 15 November 1988

    Yaman 15 November 1988

    Iran 4 Februari 1988

    Filipina 1 September 1989

    Vanuatu 21 Agustus 1989

    Benin 1 Mei 1989

    Guinea Khatulistiwa 1 Mei 1989

    Kenya 1 Mei 1989

    Etiopia 4 Februari 1989

    Rwanda 2 Januari 1989

  • Korsel Warning Bisa Jatuh dalam Krisis Bak 1997, Ada Apa?

    Korsel Warning Bisa Jatuh dalam Krisis Bak 1997, Ada Apa?

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Korea Selatan (Korsel) Lee Jae Myung menyatakan bahwa ekonomi negaranya bisa jatuh ke dalam krisis yang menyaingi krisis 1997. Ini jika pemerintah menerima tuntutan Amerika Serikat (AS) dalam perundingan perdagangan yang kini macet, tanpa adanya perlindungan pada dalam negeri.

    Hal ini disampaikan dalam wawancara dengan Reuters, Senin (22/9/2025). Seoul dan Washington secara lisan telah menyepakati perjanjian perdagangan pada bulan Juli, di mana AS akan menurunkan tarif Presiden Donald Trump atas barang-barang Korsel sebagai imbalan atas investasi senilai US$ 350 miliar (sekitar Rp 5.811 triliun) dari Negeri Ginseng.

    Namun, Lee mengatakan bahwa kedua negara belum menuangkan kesepakatan itu ke dalam dokumen resmi yang mengikat. Karena adanya perselisihan tentang bagaimana investasi tersebut akan ditangani.

    “Tanpa currency swap (pertukaran mata uang), jika kita harus menarik US$ 350 miliar seperti yang diminta AS dan menginvestasikan semuanya dalam bentuk tunai di AS, Korsel akan menghadapi situasi seperti yang terjadi pada krisis keuangan 1997,” katanya melalui seorang penerjemah.

    Dalam sebuah wawancara di kantornya pada hari Jumat, Lee juga berbicara tentang penggerebekan imigrasi besar-besaran AS yang menahan ratusan warga Korea. Termasuk hubungan Seoul dengan Korea Utara (Korut), China, dan Rusia.

    Perundingan perdagangan dan pertahanan dengan AS, sekutu militer dan mitra ekonomi utama Korsel, membayangi kunjungan Lee hari ini ke New York. Di mana ia akan berpidato di Majelis Umum PBB dan menjadi Presiden Korsel pertama yang memimpin pertemuan Dewan Keamanan.

    Skandal Hyundai

    Bulan ini, pemerintahan Trump mengguncang Korsel dengan penangkapan lebih dari 300 pekerja warga negaranya di sebuah pabrik baterai Hyundai Motor di Georgia, AS. Pejabat federal AS menuduh mereka melakukan pelanggaran imigrasi.

    Lee mengatakan bahwa warga Korsel secara alami marah dengan perlakuan “kasar” terhadap para pekerja, di mana pemerintahan Trump mempublikasikan foto mereka dalam belenggu. Korsel telah memperingatkan bahwa hal itu dapat membuat perusahaan khawatir untuk berinvestasi di Amerika Serikat.

    Namun, dia mengatakan penggerebekan itu tidak akan merusak aliansi bilateral, memuji Trump karena menawarkan untuk membiarkan para pekerja tinggal. Lee mengatakan dia tidak percaya itu diarahkan oleh Trump, melainkan akibat dari penegakan hukum yang terlalu bersemangat.

    “Saya tidak percaya ini disengaja, dan AS telah meminta maaf atas insiden ini, dan kami telah sepakat untuk mencari langkah-langkah yang masuk akal dalam hal ini dan kami sedang mengerjakannya,” katanya.

    Sementara itu di New York, Kantor Lee mengatakan tidak ada rencana baginya untuk bertemu Trump. Bahwa perundingan perdagangan tidak ada dalam agenda kunjungan tersebut.

    Kata AS

    Menteri Perdagangan Howard Lutnick mengatakan Korsel harus mengikuti kesepakatan Jepang dengan AS. Dia mengatakan Seoul harus menerima kesepakatan itu atau membayar tarif, menggunakan penggambaran pemerintahan Trump tentang pemerintah asing yang membayar pungutan, padahal pungutan tersebut justru dibayar oleh importir AS.

    Lee, ketika ditanya apakah dia akan mundur dari kesepakatan itu, mengatakan bahwa dia yakin antara sekutu dekat, kedua negara akan dapat mempertahankan rasionalitas minimum. Korsel sendiri memang telah mengusulkan jalur currency swap dengan AS untuk mengurangi guncangan investasi terhadap pasar lokal untuk mata uang won. 

    “Korea Selatan berbeda dari Jepang, yang mencapai kesepakatan perdagangan dengan AS pada bulan Juli. Tokyo memiliki cadangan devisa lebih dari dua kali lipat dari Korea Selatan yang sebesar US$ 410 miliar (sekitar Rp 6.814 triliun), mata uang internasional yen dan jalur swap dengan Amerika Serikat,” kata Lee.

    Seoul dan Washington telah menyatakan secara tertulis bahwa setiap proyek investasi harus layak secara komersial. Tetapi menyusun rinciannya terbukti sulit.

    “Mencapai kesepakatan terperinci yang menjamin kelayakan komersial kini menjadi tugas utama-namun juga tetap menjadi hambatan terbesar,” tutur Lee.

    “Proposal selama perundingan tingkat kerja tidak memberikan jaminan kelayakan komersial, sehingga sulit untuk menjembatani kesenjangan,”tambahnya.

    Trump mengatakan bahwa investasi akan “dipilih” olehnya dan dikendalikan oleh AS. Ini berarti Washington akan memiliki kebijaksanaan atas di mana uang itu akan diinvestasikan.

    Namun, penasihat kebijakan Lee, Kim Yong Beom, mengatakan pada bulan Juli bahwa Korsel telah menambahkan mekanisme pengaman untuk mengurangi risiko pembiayaan. Termasuk mendukung proyek-proyek yang layak secara komersial daripada memberikan dukungan keuangan tanpa syarat.

    Lee mengatakan Korsel dan AS tidak setuju untuk meningkatkan kontribusi Seoul terhadap pertahanannya sendiri, yang didukung oleh 28.500 tentara AS di semenanjung Korea. Tetapi Washington ingin menjaga perundingan keamanan dan perdagangan tetap terpisah.

    “Kita harus mengakhiri situasi tidak stabil ini sesegera mungkin,” katanya, ketika ditanya apakah perundingan bisa berlanjut hingga tahun depan.

    Krisis Korea 1997

    Sebelumnya di 1991, mata uang Korea Won, terdepresiasi secara signifikan dan anjlok ke titik terendah sepanjang masa, yaitu 1.995 won terhadap dolar AS. Lonjakan produk domestik bruto (PDB) per kapita dari hanya US$94 pada tahun 1961 menjadi lebih dari US$10.000 pada pertengahan 1990-an, terhenti mendadak pada tahun 1997.

    Resesi besar muncul dipicu oleh jatuhnya mata uang Thailand bath terhadap dolar AS. Korsel menghadapi pukulan finansial yang parah akibat hilangnya kredibilitas karena investor asing menarik uang mereka dari Korea.

    Di antara segudang faktor yang berkontribusi, penyebab utama gejolak keuangan nasional adalah meningkatnya defisit transaksi berjalan, kebijakan nilai tukar pemerintah, konglomerat Korea yang terlilit utang, dan bank-bank yang bergantung pada pinjaman luar negeri jangka pendek. Bisnis dan lembaga pemberi pinjaman yang terlalu percaya diri, termahjakan oleh pinjaman jangka pendek dari kreditor asing, terpapar risiko nilai tukar mata uang asing.

    Kebijakan suku bunga tetap pemerintah, yang seharusnya menjaga nilai tukar won Korea terhadap dolar dalam kisaran tertentu untuk menghindari volatilitas ekstrem, gagal menahan arus keluar modal secara tiba-tiba akibat hilangnya kepercayaan investor asing. Runtuhnya patokan won Korea terhadap dolar mengakibatkan depresiasi nilai mata uang lokal yang signifikan.

    Situasi ini pada gilirannya berarti pembayaran yang lebih besar dari pihak perusahaan dan perusahaan pinjaman yang terbebani dengan pinjaman luar negeri yang besar. Cadangan devisa pemerintah menyusut, turun dari sekitar US$30 miliar menjadi sekitar US$4 miliar pada Desember 1997, sementara utang luar negeri mencapai US$153 miliar.

    Krisis keuangan ini berdampak luas di seluruh masyarakat Korea, menyebabkan gelombang kebangkrutan di antara perusahaan-perusahaan Korea dari berbagai skala. Bahkan raksasa industri seperti Samsung dan Hyundai terpaksa menerapkan langkah-langkah penghematan, termasuk pengurangan investasi dan PHK yang signifikan, dalam upaya memulihkan perekonomian mereka yang sedang terpuruk.

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kim Jong Un Bersedia Dialog dengan Trump, Ungkit Kenangan Indah

    Kim Jong Un Bersedia Dialog dengan Trump, Ungkit Kenangan Indah

    Pyongyang

    Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengatakan dirinya terbuka untuk perundingan di masa mendatang dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, jika Washington membatalkan tuntutan agar Pyongyang menyerahkan senjata nuklirnya.

    Kim Jong Un, seperti dilansir AFP, Senin (22/9/2025), juga mengatakan dirinya memiliki “kenangan indah” dengan Trump, yang telah dia temui sebanyak tiga kali dalam pertemuan puncak tingkat tinggi selama masa jabatan pertama Trump.

    Namun, perundingan yang digelar di Hanoi, Vietnam, pada tahun 2019 lalu gagal mencapai konsesi mengenai apa yang bersedia diserahkan oleh Korut.

    “Jika Amerika Serikat membuang obsesi delusifnya terhadap denuklirisasi dan, berdasarkan pengakuan realitas, sungguh-sungguh menginginkan koeksistensi damai dengan kami, maka tidak ada alasan kami tidak dapat memenuhinya,” kata Kim Jong Un seperti dilaporkan Korean Central News Agency (KCNA).

    Tuntutan agar Kim Jong Un menyerahkan persenjataan nuklirnya telah lama menjadi titik perdebatan antara kedua negara, dengan Pyongyang dikenai serangkaian sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara berturut-turut atas program senjata terlarangnya.

    Kim Jong Un mengatakan bahwa sanksi-sanksi tersebut justru telah membantu Korut untuk “tumbuh lebih kuat, membangun ketahanan dan perlawanan yang tidak tergoyahkan oleh tekanan apa pun”.

    “Saya secara pribadi masih mengingat kenangan indah dengan Presiden AS saat ini, Trump,” ucapnya, saat berpidato di hadapan parlemen Korut.

    Sejak pertemuan tahun 2019 yang gagal, Korut berulang kali menegaskan tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklirnya dan mendeklarasikan diri negara sebagai negara nuklir yang “tidak dapat diubah”.

    Kim Jong Un kembali menegaskan bahwa denuklirisasi bukanlah suatu pilihan. “Dunia sudah tahu betul apa yang dilakukan Amerika Serikat setelah memaksa suatu negara untuk menyerahkan senjata nuklir mereka dan melucuti senjata,” sebutnya.

    “Kami tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklir kami,” tegas Kim Jong Un.

    Lebih lanjut, mengenai prospek dialog dengan Korea Selatan (Korsel), Kim Jong Un mengatakan bahwa dirinya “tidak memiliki alasan untuk duduk bersama Korea Selatan”. Hal ini disampaikan setelah Presiden Korsel Lee Jae Myung berupaya meredakan ketegangan dengan Korut.

    “Kami telah memperjelas bahwa kami tidak akan berurusan dengan mereka dalam bentuk apa pun,” katanya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Trump Ungkap Xi Jinping Setuju Soal TikTok, Beijing Bilang Begini

    Trump Ungkap Xi Jinping Setuju Soal TikTok, Beijing Bilang Begini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut Presiden China Xi Jinping telah menyetujui kesepakatan terkait aplikasi media sosial TikTok. Namun, detail perjanjian tersebut masih belum jelas.

    Pernyataan ini disampaikan Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada Jumat (20/9/2025) waktu setempat, melansir dari The Guardian. Ia mengatakan, Xi telah menyetujui kesepakatan TikTok, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai isi maupun waktu penandatanganan resmi.

    “Dia telah setujui kesepakatan TikTok,” kata Trump.

    Kedua pemimpin melakukan kontak langsung melalui sambungan telepon pada hari yang sama untuk pertama kalinya sejak Juni. Isu TikTok telah lama menjadi sumber ketegangan antara Washington dan Beijing, selain perang dagang yang juga masih berlangsung.

    Awal pekan ini, Trump sempat mengatakan Washington dan Beijing telah mencapai kesepakatan yang memungkinkan TikTok dialihkan ke kendali AS. Investor, termasuk raksasa perangkat lunak Oracle, tengah dalam pembicaraan untuk mengambil porsi saham besar di operasi TikTok AS. Skema ini diharapkan bisa mengurangi kepemilikan pihak China, sejalan dengan undang-undang yang disahkan Kongres tahun lalu.

    The Wall Street Journal melaporkan investor dalam kesepakatan TikTok juga akan membayar biaya tertentu kepada pemerintah AS sebagai bagian dari proses negosiasi dengan China.

    Sementara itu, pernyataan resmi pemerintah China menegaskan posisi Beijing dalam isu TikTok sudah jelas. Pemerintah China menghormati keputusan bisnis perusahaan dan berharap negosiasi dilakukan berdasarkan aturan pasar, hukum yang berlaku, serta prinsip non-diskriminatif.

    “China berharap AS dapat menyediakan lingkungan bisnis yang terbuka, adil, dan tidak diskriminatif bagi perusahaan China yang berinvestasi di AS,” demikian bunyi ringkasan percakapan dari pihak Beijing.

    China menggambarkan pembicaraan antara Xi dan Trump berlangsung pragmatis, positif, dan konstruktif. Senada, Trump lewat unggahan di platform Truth Social, menyebut percakapan telepon dengan Xi sangat produktif.

    Ia menyebut keduanya membahas isu penting, termasuk perdagangan, krisis fentanyl, upaya mengakhiri perang Rusia-Ukraina, serta persetujuan kesepakatan TikTok. Trump juga bilang akan bertemu Xi pada KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Korea Selatan pada akhir Oktober, serta merencanakan kunjungan ke China pada awal tahun depan. Namun, pemerintah China belum mengkonfirmasi rencana pertemuan tatap muka tersebut.

    Kesepakatan TikTok dilaporkan dinegosiasikan pekan ini di Madrid, antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng, bersamaan dengan pembicaraan perdagangan kedua negara. AS dan China sepakat untuk melakukan jeda sementara dalam perang dagang, dengan batas waktu kesepakatan ditetapkan hingga 10 November.

    Sebelum panggilan telepon dengan Xi, Trump baru saja menyelesaikan kunjungan kenegaraan ke Inggris yang menghasilkan kesepakatan investasi besar bagi perusahaan teknologi AS. Microsoft berkomitmen investasi US$30 miliar, sementara Nvidia mengumumkan investasi £11 miliar.

    Namun, perusahaan teknologi AS itu juga terkena dampak dari tensi perang dagang.

    Pekan ini, laporan menyebut China memerintahkan perusahaan teknologi domestik untuk berhenti membeli chip dari Nvidia. Padahal, produsen chip tersebut sebelumnya telah mengembangkan produk khusus pasar China setelah model canggihnya dilarang diekspor oleh pemerintah AS.

    Menurut catatan pemerintah China, Trump bahkan memuji parade militer besar-besaran yang digelar Beijing baru-baru ini, menyebutnya spektakuler. Parade yang dihadiri Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un itu dipandang Barat sebagai simbol persatuan blok anti-AS.

    Meski begitu, Xi dalam percakapan itu menekankan kembali sejarah China dan AS pernah menjadi sekutu saat Perang Dunia II. Beijing juga menyebut hubungan AS-China sebagai hubungan bilateral paling penting di dunia.

    (dce)

    [Gambas:Video CNBC]