Negara: Korea Utara

  • Militer Korsel Jadi Sorotan Setelah Skandal Darurat Militer

    Militer Korsel Jadi Sorotan Setelah Skandal Darurat Militer

    Jakarta

    Perwira tertinggi di militer Korea Selatan, Laksamana Kim Myung Soo mengunjungi Zona Demiliterisasi hari Selasa lalu (17/12), dengan tujuan untuk memastikan kesiapan pasukan Korea Selatan menghadapi potensi ancaman dari Korea Utara. Kunjungan ini juga bertujuan untuk memperlihatkan kepada publik bahwa meskipun terjadi kekacauan dalam politik, angkatan bersenjata negara tidak rapuh dan tetap siaga.

    Beberapa komandan militer tertinggi Korea Selatan memang telah diberhentikan dari jabatannya, atau menjadi subjek penyelidikan sehubungan dengan darurat militer pada tanggal 3 Desember lalu – yang hanya berlaku selama enam jam.

    Pada hari Senin (16/12), mantan kepala Komando Perang Khusus Kwak Jong-geun, dan mantan kepala Komando Pertahanan Ibu Kota Lee Jin-woo ditangkap atas tuduhan mengerahkan personel militer ke parlemen. Mantan kepala Komando Kontra Intelijen Pertahanan Yeo In-hyung dituduh mendalangi penerapan darurat militer, dan panglima militer Park An-su telah diberhentikan dari jabatannya. Selain itu, mantan Menteri Pertahanan Yoon Kim Yong-hyun telah mengundurkan diri dan mantan Menteri Dalam Negeri Lee Sang-min menghadapi penyelidikan.

    Pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol memang sempat “memicu kekhawatiran mengenai kesiapan militer terhadap ancaman Korea Utara,” menurut sebuah artikel oleh Kantor Berita Yonhap.

    Pergantian kepemimpinan militer AS di Korea Selatan

    Situasinya semakin rumit karena panglima pasukan AS di Korea Selatan juga mengalami pergantian, dengan Jenderal Paul LaCamera dijadwalkan digantikan minggu depan oleh Jenderal Xavier Brunson. Tetapi Kementerian Pertahanan menegaskan “tidak ada kekurangan” dalam postur operasional dan kesiapan senjata yang berbeda.

    Chun In-bum, pensiunan letnan jenderal di Angkatan Darat Republik Korea dan sekarang menjadi anggota senior di Institut Nasional untuk Studi Pencegahan, mendukung keyakinan bahwa meskipun beberapa perwira paling senior di militer telah dipecat, lembaga tersebut tetap berfungsi.

    “Melalui kontak pribadi dan hubungan saya dengan angkatan bersenjata Korea, saya tahu bahwa pada tingkat taktis, mereka tahu betul apa misi mereka dan mereka fokus pada tugas mereka,” katanya kepada DW.

    “Tragedinya adalah, para perwira senior yang seharusnya melindungi anggota militer lainnya dari pengaruh para politisi, gagal melakukan hal tersebut dan nampaknya beberapa dari mereka berpartisipasi dalam perencanaan penerapan darurat militer,” kata Chun In-bum menambahkan.

    “Tetapi jajaran di bawah semuanya telah meningkatkan dan mengisi kesenjangan, menunjukkan bahwa sistem tersebut sudah berjalan dan berfungsi,” tambahnya. “Dan walaupun saya tidak mengatakan saya tidak punya kekhawatiran, saya ingin menekankan, semua orang di militer sepenuhnya fokus dalam melakukan pekerjaan mereka.”

    “Supremasi hukum telah diikuti dan tetap kuat”

    Chun In-bum juga mengatakan, ia tidak terkejut dengan sikap Korea Utara yang relatif diam terhadap krisis politik di Selatan. “Korut tahu bahwa kita sedang mengalami pertikaian politik di dalam negeri, namun mereka juga menyadari, jika mereka mencoba melakukan sesuatu maka hal itu hanya akan menyatukan warga Korea Selatan melawan ancaman eksternal ini,” katanya.

    Park Jung-won, seorang profesor hukum di Universitas Dankook, setuju bahwa negara tersebut tampaknya telah berhasil mengatasi ketidakstabilan yang disebabkan oleh deklarasi darurat militer dan bahwa fundamental republik telah kokoh dalam menghadapi tantangan yang serius.

    “Prinsip-prinsip penghormatan terhadap hukum telah diikuti, dan kita harus memujinya karena prinsip-prinsip tersebut berfungsi sebagaimana mestinya,” katanya. “Dalam kediktatoran di masa lalu, militer memegang kendali, namun hal tersebut tidak lagi terjadi.”

    “Tentu saja, ini masih merupakan situasi yang bergejolak dan tidak dapat diprediksi, namun negara ini sedang menjalani proses dan saya tidak khawatir situasi keamanan akan memburuk karena hal ini,” ujarnya. “Hal ini mungkin menjadi berita utama selama beberapa hari, namun supremasi hukum tetap kuat.”

    Diadaptasi dari laporan DW bahasa Inggris

    (ita/ita)

  • 6 Negara dengan Konsep Bela Negara yang Unik

    6 Negara dengan Konsep Bela Negara yang Unik

    Jakarta: Bela negara adalah tanggung jawab setiap warga negara untuk mempertahankan keutuhan dan kedaulatan negara. Setiap negara memiliki cara dan bentuk bela negara yang berbeda, tergantung pada sejarah, budaya, serta kondisi sosial dan politik masing-masing negara. 

    Bela negara memang bisa berbeda bentuk dan caranya di setiap negara. Beberapa negara mengutamakan wajib militer untuk mempertahankan keutuhan bangsa, sementara negara lain lebih mengedepankan kesadaran sosial, pendidikan moral, dan kerja sama sebagai bagian dari tanggung jawab warganya. 

    Meski begitu, masing-masing sistem dan konsep memiliki tujuan yang sama yakni memastikan negara tetap aman, kuat, sejahtera, dan berdaulat. Merangkum dari berbagai sumber, berikut ini beberapa negara dengan konsep bela negara yang unik:  
    1. Swiss

    Swiss memiliki sistem pertahanan yang sangat khas, yaitu sistem milisi yang mengharuskan semua pria di usia 18 hingga 34 tahun untuk mengikuti pelatihan militer, meskipun mereka tidak aktif di militer secara permanen. 

    Menurut Federal Department of Defence Swiss, laki-laki yang dianggap cukup bugar untuk mengikuti wajib militer adalah laki-laki yang ‘memenuhi persyaratan secara fisik, intelektual, dan mental untuk wajib militer atau layanan perlindungan sipil dan mampu menuntaskan tugas-tugas tersebut tanpa melukai diri sendiri atau orang lain’. Sedangkan mereka yang tidak memenuhi syarat harus membayar pajak pendapatan tahunan tambahan sebesar 3% hingga mencapai usia 30 tahun, kecuali penyandang disabilitas. 
     

     

    2. Singapura

    Singapura memiliki sistem wajib militer yang sangat ketat. Setiap pria Singapura diwajibkan untuk mengikuti pelatihan militer selama dua tahun setelah mencapai usia 18 tahun. Setelah itu, mereka harus mengikuti pelatihan cadangan setiap tahun hingga usia 40-50 tahun, tergantung pada pangkat yang mereka pegang. 

    Sistem ini diterapkan untuk menjaga keamanan negara yang sangat strategis, mengingat posisi geografis Singapura yang rawan ancaman. Singapura juga memiliki persiapan pertahanan yang sangat canggih dengan teknologi tinggi.
    3. Israel

    Berbeda dengan negara lain yang mewajibkan militer hanya bagi laki-laki, di Israel program wajib militer berlaku untuk pria dan wanita sejak usia 18 tahun. Durasi pelatihan ini minimal tiga tahun untuk pria, sedangkan bagi wanita berlangsung selama dua tahun.
    4. Korea Selatan

    Korea Selatan menerapkan wajib militer untuk semua pria muda di negara itu. Semua pria yang telah berusia antara 18 hingga 28 tahun wajib menjalani pelatihan militer selama sekitar dua tahun. Meskipun tidak ada kewajiban bagi wanita, banyak perempuan yang memilih untuk bergabung dengan militer sukarela. Wajib militer ini bertujuan untuk mempertahankan negara dari ancaman Korea Utara, yang secara historis telah menimbulkan ketegangan antara kedua negara.
    5. Jepang

    Jepang memiliki pendekatan bela negara yang lebih fokus pada keterampilan non-militer, seperti k?odo gijutsu (kerja sama) dan pendidikan moral. Setelah Perang Dunia II, Jepang mengadopsi konstitusi pacifis yang melarang penggunaan kekuatan militer untuk menyelesaikan konflik. Oleh karena itu, bela negara di Jepang lebih ditekankan pada penguatan solidaritas sosial dan persatuan nasional. Selain itu, Jepang memiliki sistem pertahanan diri yang didukung oleh teknologi dan diplomasi internasional.
    6. Tiongkok

    Negara ini menerapkan bela negara melalui wajib militer, tetapi hanya dalam kondisi tertentu. Secara umum, partisipasi dalam militer bersifat sukarela. Namun, setiap warga negara laki-laki berusia 18-22 tahun harus siap untuk memenuhi panggilan bela negara jika dibutuhkan.

    Jakarta: Bela negara adalah tanggung jawab setiap warga negara untuk mempertahankan keutuhan dan kedaulatan negara. Setiap negara memiliki cara dan bentuk bela negara yang berbeda, tergantung pada sejarah, budaya, serta kondisi sosial dan politik masing-masing negara. 
     
    Bela negara memang bisa berbeda bentuk dan caranya di setiap negara. Beberapa negara mengutamakan wajib militer untuk mempertahankan keutuhan bangsa, sementara negara lain lebih mengedepankan kesadaran sosial, pendidikan moral, dan kerja sama sebagai bagian dari tanggung jawab warganya. 
     
    Meski begitu, masing-masing sistem dan konsep memiliki tujuan yang sama yakni memastikan negara tetap aman, kuat, sejahtera, dan berdaulat. Merangkum dari berbagai sumber, berikut ini beberapa negara dengan konsep bela negara yang unik:  

    1. Swiss

    Swiss memiliki sistem pertahanan yang sangat khas, yaitu sistem milisi yang mengharuskan semua pria di usia 18 hingga 34 tahun untuk mengikuti pelatihan militer, meskipun mereka tidak aktif di militer secara permanen. 
    Menurut Federal Department of Defence Swiss, laki-laki yang dianggap cukup bugar untuk mengikuti wajib militer adalah laki-laki yang ‘memenuhi persyaratan secara fisik, intelektual, dan mental untuk wajib militer atau layanan perlindungan sipil dan mampu menuntaskan tugas-tugas tersebut tanpa melukai diri sendiri atau orang lain’. Sedangkan mereka yang tidak memenuhi syarat harus membayar pajak pendapatan tahunan tambahan sebesar 3% hingga mencapai usia 30 tahun, kecuali penyandang disabilitas. 
     

     

    2. Singapura

    Singapura memiliki sistem wajib militer yang sangat ketat. Setiap pria Singapura diwajibkan untuk mengikuti pelatihan militer selama dua tahun setelah mencapai usia 18 tahun. Setelah itu, mereka harus mengikuti pelatihan cadangan setiap tahun hingga usia 40-50 tahun, tergantung pada pangkat yang mereka pegang. 
     
    Sistem ini diterapkan untuk menjaga keamanan negara yang sangat strategis, mengingat posisi geografis Singapura yang rawan ancaman. Singapura juga memiliki persiapan pertahanan yang sangat canggih dengan teknologi tinggi.

    3. Israel

    Berbeda dengan negara lain yang mewajibkan militer hanya bagi laki-laki, di Israel program wajib militer berlaku untuk pria dan wanita sejak usia 18 tahun. Durasi pelatihan ini minimal tiga tahun untuk pria, sedangkan bagi wanita berlangsung selama dua tahun.

    4. Korea Selatan

    Korea Selatan menerapkan wajib militer untuk semua pria muda di negara itu. Semua pria yang telah berusia antara 18 hingga 28 tahun wajib menjalani pelatihan militer selama sekitar dua tahun. Meskipun tidak ada kewajiban bagi wanita, banyak perempuan yang memilih untuk bergabung dengan militer sukarela. Wajib militer ini bertujuan untuk mempertahankan negara dari ancaman Korea Utara, yang secara historis telah menimbulkan ketegangan antara kedua negara.

    5. Jepang

    Jepang memiliki pendekatan bela negara yang lebih fokus pada keterampilan non-militer, seperti k?odo gijutsu (kerja sama) dan pendidikan moral. Setelah Perang Dunia II, Jepang mengadopsi konstitusi pacifis yang melarang penggunaan kekuatan militer untuk menyelesaikan konflik. Oleh karena itu, bela negara di Jepang lebih ditekankan pada penguatan solidaritas sosial dan persatuan nasional. Selain itu, Jepang memiliki sistem pertahanan diri yang didukung oleh teknologi dan diplomasi internasional.

    6. Tiongkok

    Negara ini menerapkan bela negara melalui wajib militer, tetapi hanya dalam kondisi tertentu. Secara umum, partisipasi dalam militer bersifat sukarela. Namun, setiap warga negara laki-laki berusia 18-22 tahun harus siap untuk memenuhi panggilan bela negara jika dibutuhkan.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (PRI)

  • Fakta-Fakta Tryzub, Senjata Laser Baru Ukraina, Diyakini Terinspirasi dari DragonFire Milik Inggris – Halaman all

    Fakta-Fakta Tryzub, Senjata Laser Baru Ukraina, Diyakini Terinspirasi dari DragonFire Milik Inggris – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Di tengah perang melawan Rusia yang kini sudah berlangsung lebih dari 1.000 hari, Ukraina dilaporkan sedang mengembangkan senjata laser terbaru.

    Senjata laser itu diberi nama Tryzub atau Trident (yang berarti trisula dalam Bahasa Indonesia), yang mengacu pada simbol nasional Ukraina yang melambangkan kemerdekaan, kekuatan, dan persatuan, sebagaimana dilaporkan oleh First Post.

    Berbicara di sebuah pertemuan puncak pertahanan di Kyiv awal pekan ini, Vadym Sukharevskyi, Komandan Angkatan Bersenjata Sistem Tak Berawak Ukraina, mengonfirmasi pengembangan senjata laser tersebut.

    “Senjata itu benar-benar berfungsi; ini nyata. Kami bisa menyatakan bahwa saat ini Ukraina, jika saya tidak salah, adalah negara kelima yang memiliki senjata laser,” kata Sukharevskyi, mengutip Kyiv Post.

    Namun, apa saja yang diketahui tentang senjata laser baru ini, dan bagaimana efektivitasnya dalam perang melawan Rusia?

    1. Pakar Menyebut Tryzub Terinspirasi dari DragonFire Milik Inggris

    Belum banyak yang diketahui tentang Tryzub atau Trident.

    Hingga kini, yang diketahui hanyalah kemampuannya untuk menjatuhkan pesawat pada jarak lebih dari dua kilometer.

    Kolonel Vadym Sukharevskyi, tanpa memberikan keterangan lebih rinci, menyebut bahwa Tryzub saat ini sedang beroperasi, meskipun ia tidak mengatakan secara spesifik di mana senjata itu ditempatkan.

    Meskipun tidak diketahui bagaimana Ukraina mengembangkan Tryzub, beberapa pakar pertahanan percaya bahwa senjata ini mungkin terinspirasi dari desain DragonFire milik Inggris.

    Tembakan laser DragonFire, desain Tryzub diyakini terinspirasi dari jenis senjata ini (UK Ministry of Defence)

    DragonFire adalah senjata energi terarah laser (LDEW) canggih, yang menggunakan sinar cahaya intens untuk menembus target dan dapat menyerang dengan kecepatan cahaya.

    Senjata ini dirancang untuk menembak jatuh pesawat tanpa awak, rudal, pesawat terbang, dan bahkan satelit.

    Beberapa pihak menyatakan bahwa DragonFire bahkan mampu menghantam target seukuran koin £1 (sekitar Rp19.000).

    Meskipun Inggris belum mengungkapkan jangkauan tepat DragonFire, beberapa sumber menyebutkan bahwa senjata ini dapat mengenai sasaran dan memanaskannya hingga lebih dari 3.000 derajat Celsius.

    Selain itu, selama ada daya listrik, senjata ini memiliki keunggulan amunisi yang tidak terbatas.

    Mantan Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps menyebutkan bahwa DragonFire akan diluncurkan pada tahun 2027, yang berarti saat ini belum beroperasi.

    Pada bulan April, Shapps juga mengatakan bahwa Inggris mungkin akan mempercepat produksi DragonFire untuk mengirimkannya ke Ukraina guna digunakan dalam konflik yang sedang berlangsung.

    2. Keuntungan yang Bisa Diberikan Tryzub untuk Ukraina

    Jika klaim Ukraina dapat dipercaya dan Tryzub benar sedang beroperasi, hal ini akan memberikan keuntungan besar bagi Kyiv dalam perang melawan Rusia.

    Para ahli mencatat bahwa hal ini akan membuka alternatif untuk menghantam target, seperti pesawat tanpa awak, tanpa menggunakan rudal yang lebih mahal.

    Selain itu, jika Tryzub terinspirasi oleh sistem DragonFire, biaya operasionalnya mungkin hanya sekitar £10 per tembakan.

    Tryzub juga bisa digunakan untuk melawan rudal hipersonik Rusia, yang mampu melaju secepat 6.115 km/jam dan sulit dijatuhkan oleh sistem pertahanan konvensional.

    “Keunggulan terbesar senjata laser adalah kemampuannya untuk menghancurkan target murah seperti drone tanpa harus menggunakan sesuatu yang jauh lebih mahal,” kata Martin J. Dougherty, seorang ahli senjata dan penulis Aircraft, Tanks, and Artillery of the Ukraine War, kepada The Telegraph.

    Pakar lain menambahkan bahwa keuntungan lain dari senjata laser adalah “magasin tak terbatas” yang memungkinkan senjata ini terus digunakan selama ada daya listrik.

    Namun, senjata laser juga memiliki keterbatasan. Patrick Senft dari Armament Research Services, sebuah lembaga konsultan intelijen teknis yang mengkhususkan diri pada penelitian senjata dan amunisi, mengatakan kepada CNN bahwa target yang bergerak lebih cepat atau tahan panas, seperti peluru artileri dan rudal balistik, jauh lebih sulit dinetralkan dan membutuhkan sistem yang lebih canggih.

    Senjata laser DragonFire, desain Tryzub diyakini terinspirasi dari jenis senjata ini (UK Ministry of Defence)

    3. Negara-Negara yang Memiliki Senjata Laser

    Dengan Tryzub, Ukraina bergabung dengan “klub elit” negara-negara yang memiliki senjata laser.

    Angkatan Darat AS dilaporkan menggunakan laser berenergi tinggi berbasis truk untuk menembak jatuh berbagai target, termasuk drone, helikopter, mortir, dan roket.

    Negara-negara lain, termasuk Israel, Turki, Jerman, Jepang, dan China, juga telah mengembangkan senjata laser.

    Baru-baru ini, Taiwan dilaporkan memiliki sistem senjata laser.

    Pada bulan Juli, Korea Selatan mengumumkan bahwa mereka akan mulai mengerahkan sistem senjata laser untuk mencegat drone Korea Utara.

    Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korea Selatan mengatakan bahwa sistem “Block-I” ini akan dikerahkan pada akhir tahun, dengan lebih banyak lagi sistem yang akan menyusul di masa depan.

    India juga telah menguji senjata laser, termasuk DURGA (Directionally Unrestricted Ray Gun Array) dan KALI (Kilo Ampere Linear Injector) yang telah dikembangkan sejak akhir 1980-an.

    Sementara DURGA diproyeksikan sebagai senjata laser berbasis ruang angkasa yang mampu menghancurkan satelit di orbit, KALI diperkirakan mampu menembakkan pulsa sinar elektron berenergi tinggi yang dikenal sebagai Relativistic Electron Beams (REB).

    Rusia, sebagai musuh utama Ukraina, juga sedang mengembangkan senjata laser berenergi tinggi berbasis darat untuk membutakan satelit musuh.

    Banyak pakar pertahanan memprediksi bahwa pesawat tanpa awak berbiaya rendah akan membuat senjata laser menjadi kebutuhan bagi semua negara dan berbagai negara akan menemukan aplikasi non-militer dari senjata ini, seperti perlindungan dari serangan teroris.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Seratusan Tentara Korut Menjemput Maut di Perang Ukraina

    Seratusan Tentara Korut Menjemput Maut di Perang Ukraina

    Jakarta

    Setidaknya 100 tentara Korea Utara yang dikerahkan di Ukraina dilaporkan tewas. Seratusan tentara itu dilaporkan tewas sejak memasuki medan pertempuran.

    Dirangkum detikcom dari kantor berita AFP, Kamis (19/12/2024), hal tersebut disampaikan anggota parlemen Korea Selatan Lee Sung-kwon kepada wartawan pada hari Kamis (19/12).

    Pyongyang telah mengirim ribuan tentara untuk memperkuat militer Rusia, termasuk ke wilayah perbatasan Kursk, tempat pasukan Ukraina merebut wilayah tersebut awal tahun ini.

    “Pada bulan Desember, mereka (pasukan Korea Utara) terlibat dalam pertempuran yang sebenarnya, yang mana setidaknya 100 orang tewas,” kata Lee, dilansir kantor berita AFP.

    “Badan Intelijen Nasional (NIS) juga melaporkan bahwa jumlah korban luka diperkirakan mencapai hampir 1.000 orang,” imbuhnya.

    Seratusan Tentara Korut Tewas Diduga Terkena Serangan Rudal

    Foto: Ilustrasi tentara Korea Utara (Pen News).

    Lee menambahkan ada indikasi bahwa “beberapa korban Korea Utara, termasuk pejabat tinggi, telah terjadi karena serangan rudal dan drone atau pesawat nirawak Ukraina, serta kecelakaan pelatihan”.

    NIS mengatakan tingginya jumlah korban dapat dikaitkan dengan “lingkungan medan perang yang tidak dikenal, tempat pasukan Korea Utara digunakan sebagai unit penyerang garis depan yang dapat dikorbankan, dan kurangnya kemampuan mereka untuk melawan serangan drone,” kata Lee.

    Ia menambahkan bahwa “di dalam militer Rusia, muncul keluhan bahwa pasukan Korea Utara, karena kurangnya pengetahuan mereka tentang pesawat nirawak, lebih merupakan beban daripada aset”.

    Lee juga mengatakan NIS telah mendengar rumor tentang pengerahan pasukan tambahan Korea Utara.

    “Mereka (NIS) memantau dengan saksama kemungkinan pengerahan pasukan Korea Utara lebih lanjut, sementara juga memperkirakan bahwa Rusia mungkin menawarkan manfaat timbal balik, seperti memodernisasi persenjataan konvensional Korea Utara,” kata Lee.

    Halaman 2 dari 2

  • Korsel Sebut Tentara Korut Cuma Jadi Tumbal di Perang Rusia-Ukraina

    Korsel Sebut Tentara Korut Cuma Jadi Tumbal di Perang Rusia-Ukraina

    Jakarta, CNN Indonesia

    Korea Selatan menuding tentara Korea Utara yang membantu Rusia dalam perang menjadi tumbal pertempuran Negeri Beruang Merah dan Ukraina.

    Anggota parlemen Korsel Lee Seong Kweun mengutip laporan lembaga mata-mata Korsel Badan Intelijen Nasional (NIS), menyebut Rusia sengaja menempatkan tentara Korut di garis depan untuk menjadi tameng mereka menghadapi serangan Ukraina.

    “Tentara Korea Utara dihabiskan untuk serangan garis depan di lingkungan medan tempur yang tak diketahui di lapangan terbuka,” kata Lee pada Kamis (19/12), dikutip Radio Free Asia.

    Lee juga mengatakan pasukan Rusia kerap mengeluh karena tentara Korut tak memiliki kemampuan tempur termasuk mengoperasikan senjata.

    “Mereka tak punya kemampuan menanggapi serangan drone,” imbuh dia.

    Pasukan Rusia, lanjut Lee, menyebut tentara Korut sebagai “beban.”

    Menurut laporan NIS sekitar 11.000 tentara Korut diyakini berada di wilayah Kursk. Mereka terlibat dalam pertempuran yang sesungguhnya sejak Desember.

    “Setidaknya 100 orang tewas dan jumlah yang terluka diperkirakan mencapai 1.000 orang,” demikian laporan badan mata-mata itu.

    Konfirmasi Korsel mengenai korban jiwa dari pihak Korea Utara muncul usai Ukraina merilis video yang menunjukkan sekitar 50 tentara Korut tewas dalam serangan drone di Kursk pada akhir pekan lalu.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga menuding Rusia membakar tentara Korut yang tewas dalam perang itu.

    Keterlibatan pasukan Korut dalam perang dua negara di Eropa Timur itu terjadi saat hubungan Pyongyang dan Moskow menguat dalam beberapa tahun terakhir.

    (blq/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Korea Utara Hukum Berat Pasangan Cerai ke Kamp Kerja Paksa

    Korea Utara Hukum Berat Pasangan Cerai ke Kamp Kerja Paksa

    Jakarta, CNN Indonesia

    Korea Utara disebut menghukum berat pasangan suami istri yang bercerai dengan mengirim mereka ke kamp kerja paksa.

    Salah satu warga Korut mengatakan pasangan akan dikirim ke kamp kerja paksa selama satu hingga enam bulan untuk “menebus kejahatan.”

    Korut menganggap perceraian sebagai tindakan antisosialis dan secara umum tak disukai di negara yang menjunjung tinggi konfusianisme.

    “Saya ke Pengadilan Rakyat Daerah Kimjongsuk, ada 12 orang menerima putusan perceraian,” kata salah satu penduduk di Ryanggang, dikutip Radio Free Asia, Selasa (18/12).

    Dia lalu berujar, “Segera setelah putusan, mereka dipindah ke kamp pelatihan kerja daerah.”

    Warga tersebut mengatakan aturan itu berlaku mulai Desember 2024.

    “Mulai bulan ini, semua pasangan yang bercerai akan dikirim ke kamp pelatihan kerja,” ungkap dia.

    Ia juga bercerita sang kakak turut mengalami hukuman itu. Saudara perempuan dia mengajukan perceraian setelah menikah tiga tahun.

    Sang istri dikirim ke kamp paksa selama enam bulan, sementara suaminya hanya satu bulan.

    Cerita di kamp kerja paksa

    Salah satu perempuan yang bercerai dan telah menyelesaikan tiga bulan hukuman di kamp kerja paksa, sebut saja sumber, mengatakan perempuan menerima hukuman lebih berat dari laki-laki.

    Sumber itu berkata ada sekitar 80 perempuan dan 40 laki-laki yang dipenjara di kamp kerja paksa Provinsi Pyongan Selatan.

    “Sekitar 30 laki-laki dan perempuan dipenjara karena putusan cerai, dan hukuman para perempuan lebih lama,” ungkap sumber itu.

    Dia juga menerangkan perceraian sering terjadi di kelompok usia 30 tahun dan 40 tahun. Alasannya kekerasan suami terhadap istri karena kesulitan finansial.

    Kekerasan tersebut menyebabkan para istri lebih sering mengajukan gugatan cerai sehingga mereka lebih banyak dihukum, imbuh sumber itu.

    Pemerintah juga tetap menghukum perempuan yang mengajukan perceraian dan sudah memiliki anak. Mereka akan pulang-pergi ke kamp kerja paksa.

    Hukuman perceraian juga berlaku bagi pejabat. Mereka yang memutuskan untuk mengakhiri pernikahan akan dikeluarkan dari Partai Pekerja Korea, diambil seluruh fasilitas termasuk akses ke pendidikan, perumahan, dan pekerjaan yang lebih baik.

    Angka perceraian meningkat sejak 2020, saat pandemi Covid-19 menghantam dunia, termasuk Korut. Kondisi ekonomi yang buruk disebut-sebut menjadi penyebab pasangan di Korut mengakhiri pernikahan.

    Untuk menekan angka perceraian di masa sulit, Korut mulai menghukum mereka yang bercerai.

    Sejak Maret 2023, Korut juga gencar mengkampanyekan pendidikan untuk mencegah khususnya perempuan tak bercerai.

    Ceramah-ceramah itu kerap disampaikan oleh organisasi perempuan terbesar di Korut, Serikat Perempuan Sosialis.

    “Mari kita hilangkan fenomena perceraian secara menyeluruh dan membangun keluarga yang harmonis, sel masyarakat,” demikian tema yang kerap mereka usung.

    Kampanye tersebut juga mencoba berbagai cara pencegahan lainnya, termasuk mempermalukan orang tua dari orang yang bercerai di depan umum, dan pejabat perusahaan yang bertanggung jawab atas tingginya angka perceraian di kalangan pekerja.

    Meskipun ada kampanye, perceraian belum menurun secara signifikan, dan sekarang pemerintah bereaksi dengan lebih keras.

    (isa/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Seratusan Tentara Korut Menjemput Maut di Perang Ukraina

    100 Tentara Korut Tewas dalam Perang Rusia Melawan Ukraina

    Jakarta

    Setidaknya 100 tentara Korea Utara yang dikerahkan untuk mendukung upaya perang Rusia di Ukraina, dilaporkan telah tewas sejak memasuki pertempuran pada bulan Desember lalu. Hal tersebut disampaikan anggota parlemen Korea Selatan Lee Sung-kwon kepada wartawan pada hari Kamis (19/12)

    Pyongyang telah mengirim ribuan tentara untuk memperkuat militer Rusia, termasuk ke wilayah perbatasan Kursk, tempat pasukan Ukraina merebut wilayah tersebut awal tahun ini.

    “Pada bulan Desember, mereka (pasukan Korea Utara) terlibat dalam pertempuran yang sebenarnya, yang mana setidaknya 100 orang tewas,” kata Lee, dilansir kantor berita AFP, Kamis (19/12/2024).

    “Badan Intelijen Nasional (NIS) juga melaporkan bahwa jumlah korban luka diperkirakan mencapai hampir 1.000 orang,” imbuhnya.

    Lee menambahkan ada indikasi bahwa “beberapa korban Korea Utara, termasuk pejabat tinggi, telah terjadi karena serangan rudal dan drone atau pesawat nirawak Ukraina, serta kecelakaan pelatihan”.

    NIS mengatakan tingginya jumlah korban dapat dikaitkan dengan “lingkungan medan perang yang tidak dikenal, tempat pasukan Korea Utara digunakan sebagai unit penyerang garis depan yang dapat dikorbankan, dan kurangnya kemampuan mereka untuk melawan serangan drone,” kata Lee.

  • Rusia Rebut 2 Desa Lagi di Ukraina Timur, Kota Industri Kurakhove Segera Jatuh ke Tangan Moskow – Halaman all

    Rusia Rebut 2 Desa Lagi di Ukraina Timur, Kota Industri Kurakhove Segera Jatuh ke Tangan Moskow – Halaman all

    Rusia Klaim Rebut Dua Desa Lagi di Ukraina Timur, Kota Industri Kurakhove Segera Jatuh ke Moskow

    TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Rabu mengklaim telah merebut dua pemukiman baru di wilayah Donetsk di Ukraina timur.

    Jatuhnya dua desa dari kendali Ukraina ini menjadi lokasi terbaru dalam serangkaian penaklukan oleh pasukan Moskow.

    Kementerian Rusia tersebut mengatakan dalam pengarahan harian kalau pasukannya telah “membebaskan” Stari Terny dan Trudove, tulis laporan AFP, Rabu (18/12/2024).

    “Sebagai informasi, keduanya terletak di dekat kota industri Kurakhove, yang tampaknya akan segera direbut Rusia,” tambah laporan itu dikutip dari Anews.

    Pasukan Moskow telah mengalami kemajuan di Ukraina timur selama berbulan-bulan, menekan keunggulannya melawan tentara Ukraina yang kewalahan dan kalah senjata.

    Kurakhove adalah kota industri strategis di tepi waduk yang coba dikepung pasukan Moskow.

    Stari Terny terletak di tepi barat laut waduk dan Trudove terletak sekitar 10 kilometer (6 mil) selatan Kurakhove .

    Kepala Angkatan Darat Ukraina Oleksandr Syrsky mengatakan pada Selasa bahwa “situasi paling sulit” saat ini terjadi di sekitar Kurakhove dan pusat pasokan Pokrovsk di utara wilayah Donetsk.

    Gubernur wilayah Donetsk, Vadym Filashkin, mengatakan pada hari Rabu bahwa serangan Rusia telah merusak “banyak gedung bertingkat dan rumah-rumah pribadi” di wilayah Kurakhove dan sekitarnya.

    Tentara Korea Utara berperang di Kursk (Kantor Berita Pusat Korea via Defence Express)

    Sembunyikan Keberadaan Pasukan Korea Utara

    Rusia menyembunyikan keberadaan pasukan Korea Utara yang terlibat dalam operasi tempur di wilayah Kursk, demikian laporan Institut Studi Perang (ISW).

    Kerahasiaan ini bertujuan untuk menutupi kekurangan personel yang melanda tentara Rusia di tengah perang yang sedang berlangsung dengan Ukraina.

    Menurut ISW, Departemen Pertahanan AS mengonfirmasi pada tanggal 16 Desember bahwa tentara Korea Utara telah tewas selama pertempuran di wilayah Kursk.

    Meskipun demikian, Moskow menahan diri untuk tidak mengakui keterlibatan mereka secara terbuka, kemungkinan untuk menghindari reaksi politik dan mempertahankan kesan bahwa militernya mampu berdiri sendiri.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga menyoroti upaya otoritas Rusia untuk mengaburkan keberadaan pasukan Korea Utara.

    Ia mengungkapkan bahwa pasukan ini dilarang menunjukkan wajah mereka selama pelatihan di Rusia dan disamarkan sebagai anggota kelompok etnis Buryat untuk menyesatkan pengamat.

    “Kremlin kemungkinan akan terus menghindari pelaporan mengenai pengerahan pasukan Korea Utara di wilayah Kursk karena hal itu secara diam-diam mengakui bahwa Rusia membutuhkan pasukan asing untuk merebut kembali wilayahnya sendiri dan membatalkan klaim Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa serangan Ukraina ke wilayah Kursk mengakibatkan tingginya tingkat perekrutan Rusia,” bunyi laporan tersebut, dikutip dari Defence Express.

    Pada 16 Desember 2024, Rusia mengintensifkan penggunaan pasukan Korea Utara dalam operasi tempur di wilayah Kursk.

    Meskipun mengalami kerugian besar, unit-unit ini telah beradaptasi dengan mendirikan pos pengamatan tambahan yang bertujuan untuk mendeteksi pesawat nirawak yang digunakan oleh pasukan Ukraina, demikian laporan Intelijen Pertahanan Ukraina.

    Pasukan Korea Utara telah mengadopsi taktik operasional yang berbeda, berkumpul dalam kelompok kecil yang terdiri dari 20-30 tentara sebelum maju dalam unit yang lebih kecil lagi yang terdiri dari enam prajurit ke daerah persiapan mereka.

    Pendekatan ini tampaknya merupakan upaya untuk meminimalkan paparan dan menjaga kerahasiaan selama pergerakan mereka.

    Meningkatnya kehadiran kelompok penyerang Korea Utara di wilayah Kursk menggarisbawahi niat Moskow untuk mempertahankan momentum ofensifnya, terlepas dari meningkatnya korban jiwa.

    Untuk membedakan diri di garis depan, tentara Korea Utara terlihat mengenakan pita merah sebagai sarana identifikasi.

    Laser Berbahaya Ukraina

    Komandan Pasukan Sistem Tak Berawak Ukraina, Kolonel Vadym Sukharevsky, mengungkapkan bahwa Ukraina telah mengembangkan senjata laser yang disebut “Tryzub,” (Trident) yang mampu menjatuhkan pesawat pada jarak melebihi 2 kilometer, menurut laporan Interfax-Ukraina.

    “Kita dapat menyatakan bahwa saat ini Ukraina, jika saya tidak salah, adalah negara kelima yang dapat mengklaim memiliki senjata laser,” kata Sukharevsky, seperti dikutip dari Kyivpost.

    “Kita sudah dapat menembak jatuh pesawat pada ketinggian lebih dari 2 kilometer dengan laser ini.”

    Ia menambahkan bahwa saat ini upaya difokuskan pada peningkatan dan penguatan lebih lanjut kemampuan laser.

    “Laser itu benar-benar berfungsi; laser itu benar-benar ada,” katanya.

    Selain itu, Sukharevsky menyoroti kemajuan Ukraina dalam mengembangkan program “ratu pesawat tanpa awak ” – pesawat pengangkut pesawat tanpa awak berukuran besar yang mampu mengerahkan pesawat serang tanpa awak berukuran lebih kecil.

    “Saat ini, kami menggunakan apa yang disebut ‘queen-drone’, yang berfungsi sebagai pembawa drone first-person view (FPV) dan dapat beroperasi pada kedalaman lebih dari 70 kilometer,” katanya.

    Menurut Sukharevsky, drone ratu dapat membawa dua drone FPV sekaligus bertindak sebagai repeater dan menyerang target musuh yang dalam.

    “Menurut saya, ini adalah terobosan nyata,” imbuhnya, seraya menyebut perluasan proyek ini sebagai salah satu elemen paling menjanjikan dalam karyanya.

    Pada bulan November, Kyiv Post melaporkan tentang kendaraan udara nirawak (UAV) Dovbush T10.

    Awalnya dirancang untuk pengintaian, Dovbush telah dimodifikasi untuk membawa dan meluncurkan hingga enam drone kamikaze FPV.

    Dengan jangkauan 40 kilometer, Dovbush kini berfungsi sebagai alat serang presisi dalam perang melawan Rusia.

    Setelah target teridentifikasi, ia melepaskan pesawat nirawak FPV untuk menyerangnya.

    Pesawat nirawak FPV dipasang terbalik di bawah sayap Dovbush, menggunakan bahan peledak sebagai adaptor untuk memastikan pemasangan yang aman selama penerbangan dan penyebaran yang tepat.

    Dovbush dilengkapi dengan teknologi canggih, termasuk sistem navigasi inersia dan GPS/GLONASS, perangkat lunak analisis target bertenaga AI, dan perlindungan diri terhadap peperangan elektronik Rusia. Ia dapat mendeteksi target yang disamarkan dari jarak jauh menggunakan sensor optik dan inframerah beresolusi tinggi.

    Produksi massal Dovbush dimulai pada Desember 2022, dengan produksi hingga 10 unit setiap harinya. UAV ini dipasok gratis ke Angkatan Bersenjata Ukraina. Rencananya termasuk melengkapi Dovbush dengan amunisi udara-ke-permukaan dan memperluas jangkauan operasionalnya hingga 1.000 kilometer.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova. (IST/VESTNIK KAVKAZA via Tribun Jogja)

    Rusia Kecam Paket Sanksi Baru dari Uni Eropa

    Terkait situasi perang, Rusia pada Rabu, mengecam paket sanksi baru Uni Eropa terkait perang Ukraina.

    Sanksi terbaru dari Uni Eropa ke Rusia ini dinilai Moskow sebagai hal melanggar hukum.

    “Langkah-langkah ini melanggar hukum dan ilegal,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova kepada wartawan saat jumpa pers di ibu kota Moskow.

    Mengatakan bahwa paket sanksi tersebut ditujukan kepada operator ekonomi dan tokoh masyarakat Rusia dan asing, Zakharova mengatakan tindakan seperti itu oleh UE terus merugikan Moskow.

    “Paket sanksi baru ke-15 “pada dasarnya menimbulkan ancaman tambahan terhadap keamanan global, tidak hanya keamanan kita dan Eropa, tetapi juga keamanan energi global dan stabilitas hubungan ekonomi dunia,” kata Zakharova 

    “Langkah-langkah ini akan dianalisis dari sudut pandang kerugian terhadap kepentingan ekonomi negara kita, dan langkah-langkah pembalasan terhadap tindakan anti-Rusia yang tidak sah di Uni Eropa tidak akan lama lagi terjadi,” tambahnya.

    Pada hari Senin, Uni Eropa mengadopsi paket sanksi ke-15 terhadap Rusia, yang menurut blok beranggotakan 27 negara tersebut dirancang untuk mencegah penghindaran sanksi Uni Eropa dengan menargetkan “armada bayangan” Moskow.

    Sanksi tersebut dijatuhkan atas perang Rusia di Ukraina, yang kini telah melewati hari ke-1.000 konflik tersebut.

  • Pasukan Putin Kian Menggila, Rusia Rebut 2 Wilayah Baru di Ukraina

    Pasukan Putin Kian Menggila, Rusia Rebut 2 Wilayah Baru di Ukraina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pasukan Rusia terus bergerak maju di wilayah Ukraina. Terbaru, Kementerian Pertahanan Rusia mengeklaim telah merebut dua permukiman baru di wilayah Donetsk di Ukraina timur.

    Dilansir Reuters, kementerian tersebut mengatakan dalam pengarahan harian bahwa pasukannya telah “membebaskan” Stari Terny dan Trudove, keduanya terletak di dekat kota industri Kurakhove, yang tampaknya akan segera direbut Rusia.

    Moskow telah maju di Ukraina timur selama berbulan-bulan, memanfaatkan keunggulannya terhadap tentara Ukraina yang kewalahan dan kalah persenjataan.

    Kurakhove adalah kota industri strategis di tepi waduk yang coba dikepung Moskow. Stari Terny terletak di tepi barat laut waduk dan Trudove terletak sekitar 10 kilometer (6 mil) di selatan Kurakhove.

    Kepala militer Ukraina Oleksandr Syrsky mengatakan pada hari Selasa bahwa “situasi paling sulit” saat ini berada di sekitar Kurakhove dan pusat pasokan Pokrovsk di utara wilayah Donetsk.

    Gubernur wilayah Donetsk, Vadym Filashkin, mengatakan pada Rabu (18/12/2024) bahwa serangan Rusia telah merusak “banyak gedung bertingkat dan rumah-rumah pribadi” di wilayah Kurakhove dan sekitarnya.

    Pasukan Rusia juga terus mengintensifkan serangannya terhadap pasukan Ukraina di wilayah Kursk.

    Syrsky mengatakan pasukannya kelelahan dan kalah jumlah di sepanjang garis depan sepanjang 1.170 km. Ia juga menambahkan bahwa Rusia “secara aktif” menggunakan pasukan Korea Utara, yang ikut mengalami kerugian besar.

    “Untuk hari ketiga musuh melakukan serangan intensif di wilayah Kursk,” kata Syrsky.

    Informasi yang sama juga dialamatkan oleh pejabat Amerika Serikat. Seorang pejabat militer AS mengatakan pasukan Korea Utara telah menderita beberapa ratus korban di wilayah Kursk, dan pangkat mereka berkisar dari pasukan tingkat rendah hingga ‘sangat dekat dengan puncak’.

    Militer Ukraina mengatakan dalam laporan larut malam bahwa pasukannya telah menangkis 42 serangan Rusia di wilayah Kursk. Laporan sebelumnya mengatakan jumlah bentrokan pertempuran telah meningkat menjadi 68 dalam 24 jam, naik dari penghitungan harian sekitar 40 minggu lalu.

    Ukraina melancarkan serangan ke wilayah Kursk pada Agustus lalu, tetapi sejak itu telah kehilangan lebih dari 40% wilayah yang dikuasainya.

    (luc/luc)

  • Momen Kim Jong Un Kunjungi Makam Ayah dan Kakeknya

    Momen Kim Jong Un Kunjungi Makam Ayah dan Kakeknya

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kim Jong Un, pemimpin tertinggi Korea Utara, mengunjungi makam ayahnya, Kim Jong Il, dan makam kakeknya, Kim Il Sung, pada Selasa (17/12).

    Kunjungan tersebut dilakukan di Istana Matahari Kumsusan untuk memperingati 13 tahun kematian Kim Jong Il.

    Sebuah keranjang bunga bertuliskan nama Kim Jong Un diletakkan di depan patung almarhum ayah dan kakeknya.

    Sementara itu, Korea Utara tetap diam dan enggan memberikan komentar terkait situasi politik, terutama setelah Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, memberlakukan darurat militer pada awal bulan ini.