Negara: Korea Utara

  • Kim Jong Un Kirim Pesan Tahun Baru untuk Putin, Apa Isinya?

    Kim Jong Un Kirim Pesan Tahun Baru untuk Putin, Apa Isinya?

    Pyongyang

    Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengirimkan surat berisi pesan Tahun Baru untuk Presiden Rusia Vladimir Putin. Kim Jong Un menyebut Putin sebagai “sahabat terkasih” dalam suratnya, kemudian memuji hubungan bilateral yang erat antara Pyongyang dan Moskow.

    Korut dan Rusia, seperti dilansir AFP, Selasa (31/12/2024), telah memperdalam hubungan politik, militer, dan budaya sejak invasi dilancarkan Moskow ke Ukraina pada Februari 2022 lalu, dengan Kim Jong Un dan Putin berulang kali menyatakan kedekatan mereka secara pribadi.

    Kedua pemimpin menandatangani pakta pertahanan penting selama kunjungan bersejarah Putin ke Korut pada Juni lalu. Pakta tersebut mewajibkan kedua negara memberikan bantuan militer segera jika negara lainnya diserang dan pakta itu mulai berlaku bulan ini.

    Kim Jong Un dalam pesan terbarunya, menurut laporan Korean Central News Agency (KCNA), menggambarkan Putin sebagai “sahabat dan kamerad terkasih”.

    KCNA menyebut pemimpin Korut itu mengirimkan “salam hangat dan harapan terbaik kepada rakyat Rusia yang bersaudara dan seluruh personel militer Rusia yang berani atas nama dirinya sendiri, rakyat Korea, dan seluruh personel Angkatan Bersenjata DPRK”.

    DPRK merupakan kependekan Republik Demokratik Rakyat Korea yang merupakan nama resmi Korut.

    Dalam suratnya kepada Putin, sebut KCNA, Kim Jong Un juga menyatakan “kesediaannya untuk merancang dan mendorong proyek-proyek baru” setelah “perjalanan bermakna mereka pada tahun 2024”.

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1042: Rusia dan Ukraina Tukar 300 Tawanan Perang – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1042: Rusia dan Ukraina Tukar 300 Tawanan Perang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut ini perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-1042 pada Selasa (31/12/2024).

    Ledakan terjadi di Sevastopol yang diduduki pada tengah malam.

    Pada pukul 01.00 waktu setempat, ancaman penggunaan drone diumumkan di wilayah Donetsk dan Odessa.

    Sementara itu, di Sevastopol, yang sementara diduduki oleh Rusia, kebakaran hebat terlihat setelah ledakan.

    Pada pukul 03.00 waktu setempat, Kota Kyiv mendapat serangan rudal balistik dari bagian wilayah Kursk yang dikuasai Rusia, seperti diberitakan Telegraf.

    AS Beri Bantuan Militer 6 Miliar Dolar ke Ukraina

    AS memberikan hampir 6 miliar dolar dalam bantuan militer dan anggaran untuk Ukraina.

    Hal ini karena pemerintahan Joe Biden bekerja cepat untuk menghabiskan semua uang yang tersedia untuk membantu Kyiv melawan Rusia sebelum presiden terpilih Donald Trump menjabat bulan depan.

    “Saya telah mengarahkan pemerintahan saya untuk terus melonjakkan bantuan sebanyak mungkin ke Ukraina secepat mungkin,” kata Biden dalam sebuah pernyataan.

    “Atas arahan saya, Amerika Serikat akan terus bekerja tanpa henti untuk memperkuat posisi Ukraina dalam perang ini selama sisa waktu saya menjabat,” lanjutnya.

    Paket tersebut mencakup hampir 2,5 miliar dolar lebih dalam bentuk senjata, serta 3,4 miliar dolar dalam bantuan ekonomi untuk membantu membayar layanan pemerintah yang penting, termasuk gaji untuk pegawai pemerintah dan sekolah sipil, pekerja perawatan kesehatan, dan responden pertama.

    Ukraina Serang Kursk, 4 Orang Tewas

    Pasukan Ukraina telah melancarkan serangan baru di kota Lgov di wilayah Kursk, Rusia selatan, yang mengakibatkan kerusakan parah pada sebuah gedung apartemen dua lantai dan menewaskan empat orang pada Senin (30/12/2024).

    Penjabat gubernur Kursk, Alexander Khinshtein, menulis di aplikasi perpesanan Telegram, mengatakan satu orang terluka dalam serangan terbaru di wilayah tersebut, tempat pasukan Ukraina telah merebut sebagian wilayah setelah melancarkan serangan pada bulan Agustus.

    “Tujuan mereka adalah untuk menakut-nakuti orang, menebar kebingungan, kepanikan, dan kekacauan. Dan untuk menghilangkan kesempatan anak-anak menikmati Tahun Baru yang akan datang,” kata Alexander Khinshtein tentang serangan Ukraina tersebut, seperti diberitakan The Guardian.

    Rusia-Ukraina Tukar 300 Tawanan Perang

    Rusia dan Ukraina telah melakukan pertukaran tahanan besar-besaran, dengan sedikitnya 150 orang dari masing-masing pihak kembali ke rumah sebelum Malam Tahun Baru, dalam pertukaran yang sebagian ditengahi oleh Uni Emirat Arab.

    “Kembalinya orang-orang kami dari penahanan Rusia selalu menjadi berita yang sangat baik bagi kita masing-masing,” kata Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, di Telegram pada hari Senin. 

    “Anak saya sekarang berusia 5 tahun, terakhir kali saya melihatnya dia berusia 2 tahun,” kata Serhii, yang ditangkap oleh pasukan Rusia di pabrik baja Azovstal di pelabuhan selatan Mariupol, yang bertahan dari pengepungan selama hampir tiga bulan pada tahun 2022.

    Korea Utara Janji Tingkatkan Hubungan dengan Rusia

    Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, telah berjanji untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan Rusia dalam sebuah surat kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Senin.

    Dalam pesan tersebut, Kim Jong-un mengirim ucapan selamat Tahun Baru kepada Putin dan semua orang Rusia, termasuk pasukan mereka.

    Kim Jong-un berharap Tahun Baru 2025 akan dicatat sebagai tahun kemenangan pertama di abad ke-21 ketika tentara dan rakyat Rusia akan mengalahkan neo-nazisme dan mencapai kemenangan besar, menurut laporan media Korea Utara, KCNA.

    Kim dan Putin menandatangani perjanjian pertahanan bersama pada pertemuan puncak pada bulan Juni 2024, yang menyerukan masing-masing pihak untuk saling membantu jika terjadi serangan bersenjata.

    Korea Utara sejak itu telah mengirim puluhan ribu tentara ke Rusia untuk mendukung upaya perangnya, menurut Ukraina, AS dan Korea Selatan.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Rusia dan Ukraina

  • AS: Tentara Korea Utara yang Dikerahkan Rusia Pilih Bunuh Diri Ketimbang Tertangkap di Ukraina – Halaman all

    AS: Tentara Korea Utara yang Dikerahkan Rusia Pilih Bunuh Diri Ketimbang Tertangkap di Ukraina – Halaman all

    AS: Tentara Korea Utara Bunuh Diri Ketimbang Tertangkap di Ukraina

    TRIBUNNEWS.COM – Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) di Gedung Putih John Kirby, mengatakan kalau Rusia mengerahkan “gelombang manusia” tentara Korea Utara di Ukraina.

    Kirby menyatakan, beberapa di antara tentara Korea Utara itu telah bunuh diri untuk menghindari penangkapan oleh pasukan Ukraina.

    Bunuh diri yang dilakukan tentara Korea Utara “kemungkinan besar terjadi karena takut akan tindakan balasan terhadap keluarga mereka di Korea Utara jika mereka ditangkap,” kata Kirby, dalam pernyataan yang dikutip NBC News, Jumat (27/12/2024) .

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dalam sebuah pernyataan kemarin bahwa setidaknya 3.000 tentara Korea Utara telah tewas atau terluka di wilayah Kursk Rusia.

    Adapuun Kirby mengatakan kalau ada 1.000 tentara Korea Utara yang tewas dalam seminggu terakhir saja.

    Perkiraan Amerika Serikat dan sekutunya menyebutkan Korea Utara mengerahkan sekitar 11.000 tentara di Ukraina.

    Baik Rusia maupun Korea Utara belum mengonfirmasi pengerahan ini secara terbuka.

    “Korea Utara melancarkan serangan massal dengan menggunakan kendaraan tempur terhadap posisi Ukraina di Kursk,” kata Kirby.

    Dia menambahkan bahwa “taktik gelombang manusia” ini tidak efektif.

    “Tentara Korea Utara ini tampaknya sangat terindoktrinasi, melancarkan serangan bahkan ketika jelas bahwa serangan tersebut sia-sia,” katanya

    Dia menambahkan kalau mereka diperlakukan sebagai “orang yang bisa dikorbankan” dengan digunakan dalam “serangan yang sia-sia terhadap pertahanan Ukraina”.

    Foto yang tersebar di Telegram memperlihatkan seorang tentara Korea Utara yang ditangkap oleh tentara Ukraina di wilayah Kursk, Rusia pada Kamis (26/12/2024). Badan Intelijen Korea Selatan mengonfirmasi kabar tersebut dari intelijen Ukraina. (Yonhap News)

    Satu Tentara Korea Utara Tertangkap Tapi Tewas Karena Luka-luka

    Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) melaporkan bahwa seorang tentara Korea Utara telah tewas setelah ditangkap oleh pasukan Ukraina.

    Tentara tersebut merupakan prajurit Korea Utara pertama yang ditangkap sejak pengiriman pasukan untuk mendukung Rusia dalam perang di Ukraina.

    Menurut laporan NIS, tentara yang terluka itu ditangkap hidup-hidup dan mengalami luka serius yang akhirnya menyebabkan kematiannya.

    Bagaimana Kronologi Penangkapan dan Kematian Tentara tersebut?

    Pada tanggal 27 Desember 2024, NIS mengonfirmasi bahwa pasukan Ukraina berhasil menangkap tentara Korea Utara yang terluka.

    Penangkapan ini terjadi di wilayah Kursk, Rusia, di mana beberapa tentara Korea Utara diketahui telah dikerahkan.

    NIS menyebutkan bahwa foto dan video tentara tersebut, yang menunjukkan kondisi tubuhnya yang sangat kurus dan terluka, mulai beredar di aplikasi pesan Telegram.

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dalam pidatonya pada malam yang sama, menjelaskan bahwa pasukan Korea Utara yang terlibat di Kursk mengalami kerugian besar dan tidak mendapat perlindungan yang memadai dari pasukan Rusia.

    Dia menegaskan bahwa pasukan Rusia berupaya keras untuk mencegah penangkapan tentara Korea Utara oleh Ukraina, tetapi beberapa di antaranya telah terluka parah hingga tidak dapat diselamatkan.

    Berapa Banyak Tentara Korea Utara yang Terlibat dalam Konflik Ini?

    Sejak beberapa bulan lalu, sekitar 11.000 tentara dari Korea Utara telah dikerahkan untuk membantu Rusia setelah adanya perjanjian pertahanan antara Kim Jong-un dan Vladimir Putin.

    Hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun.

    Namun, NIS mengungkapkan bahwa prajurit Korea Utara, yang terlatih kurang baik dan beroperasi di wilayah yang tidak familiar, dengan cepat terpapar pada risiko yang tinggi.

    Apa Dampak dari Penangkapan Ini terhadap Konflik?

    Badan intelijen militer Ukraina (GUR) melaporkan bahwa tentara Korea Utara menghadapi kerugian besar dalam pertempuran di Kursk, termasuk masalah logistik yang serius, seperti kekurangan air minum.

    Pada minggu yang sama, Zelensky menyebutkan bahwa lebih dari 3.000 tentara Korea Utara telah tewas atau terluka.

    Juru bicara Gedung Putih juga mencatat bahwa sekitar 1.000 tentara Korea Utara mengalami kematian atau cedera dalam waktu seminggu.

    Siapa yang Menjadi Korban dalam Perang Ini?

    John Kirby, seorang juru bicara Gedung Putih, menyatakan bahwa pemimpin militer Rusia dan Korea Utara memperlakukan pasukan ini sebagai pasukan yang bisa dikorbankan.

    Ia menggambarkan serangan pasukan Korea Utara sebagai serangan massal tanpa strategi yang jelas dan menyatakan bahwa Presiden AS Joe Biden kemungkinan akan menyetujui paket bantuan keamanan tambahan untuk Ukraina dalam waktu dekat.

    Apa Selanjutnya bagi Ukraina dan Rusia?

    Pengerahan tentara Korea Utara mencerminkan peningkatan serius dalam dinamika perang.

    Rusia kini terlihat lebih agresif, dengan upaya untuk melibatkan sekutunya secara langsung dalam konflik.

    Di sisi lain, Slovakia telah mengonfirmasi akan menjadi tuan rumah perundingan damai antara Moskow dan Kyiv, meskipun Ukraina khawatir bahwa hasilnya akan menguntungkan Rusia, mengingat situasi yang tidak menguntungkan bagi mereka di medan perang.

    Dengan berlanjutnya konflik dan meningkatnya keterlibatan Korea Utara, prospek perdamaian tampaknya masih jauh dari jangkauan, dan kondisi di lapangan terus mengalami perubahan dramatis.

    Rudal Oreshnik Bergantung Suku Cadang Barat

    Terkait perkembangan situasi perang Rusia-Ukraina, rudal balistik Oreshnik, yang pertama kali diluncurkan Rusia terhadap Ukraina pada November 2024 lalu, ternyata diproduksi oleh perusahaan-perusahaan Rusia yang masih bergantung pada peralatan canggih dari Barat.

    Temuan ini berdasarkan analisis dari Financial Times, yang dilaporkan oleh Ukrinform.

    Dua lembaga rekayasa senjata terkemuka Rusia, yaitu Institut Teknologi Termal Moskow dan Sozvezdiye Concern, diidentifikasi oleh intelijen Ukraina sebagai pengembang rudal Oreshnik.

    Kedua lembaga tersebut merekrut karyawan yang berpengalaman dalam menggunakan sistem pengerjaan logam dari produsen asal Jerman dan Jepang.

    Hal ini menyoroti ketergantungan Kremlin pada sumber daya asing, khususnya di bidang kontrol numerik komputer (CNC), teknologi penting untuk memproduksi Oreshnik.

    Institut Teknologi Termal Moskow, yang memainkan peran penting dalam mengembangkan rudal balistik berbahan bakar padat Rusia, mengumumkan pada tahun 2024 bahwa mereka menggunakan sistem CNC dari Fanuc, Siemens, dan Heidenhain.

    Fanuc berasal dari Jepang, sementara Siemens dan Heidenhain berasal dari Jerman.

    Ketiga perusahaan tersebut adalah pemimpin dalam teknologi CNC presisi tinggi.

    Ketiga perusahaan ini disebutkan dalam iklan Sozvezdie, yang mencantumkan sistem kontrol otomatis dan sistem komunikasi untuk penggunaan militer sebagai salah satu spesialisasinya.

    Rudal Oreshnik (newsinfo.ru)

    Rudal yang Dibanggakan Putin

    Pada 21 November 2024, rudal Rusia menyerang fasilitas militer Ukraina di kota Dnipro.

    Setelah serangan itu, Presiden Rusia Vladimir Putin tampil di TV, membanggakan serangan yang dilancarkan oleh rudal hipersonik barunya.

    Putin memperingatkan Barat bahwa penggunaan rudal berikutnya bisa ditujukan terhadap sekutu Ukraina yang mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh untuk menyerang wilayah Rusia.

    Putin mengatakan rudal itu disebut “Oreshnik,” yang dalam bahasa Rusia berarti “pohon hazelnut.”

    Apa yang Diketahui tentang Oreshnik?

    Mengutip AP News, senyum puas terpancar di wajah Putin saat ia menggambarkan bagaimana Oreshnik melesat ke sasarannya dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara, atau Mach 10, “seperti meteorit.”

    Putin mengklaim bahwa rudal tersebut kebal terhadap sistem pertahanan rudal apa pun.

    Pejabat militer Ukraina mengatakan rudal itu mencapai Mach 11.

    Jenderal Sergei Karakayev, kepala Pasukan Rudal Strategis Rusia, mengatakan Oreshnik dapat membawa hulu ledak nuklir maupun konvensional dan memiliki jangkauan untuk mencapai target di Eropa.

    Pentagon mengatakan Oreshnik adalah jenis rudal balistik jarak menengah eksperimental (IRBM), yang didasarkan pada rudal balistik antarbenua (ICBM) RS-26 Rubezh Rusia.

    Serangan pada bulan November menandai pertama kalinya senjata semacam itu digunakan dalam perang.

    Rudal jarak menengah dapat terbang antara 500 hingga 5.500 kilometer.

    Senjata semacam itu dilarang berdasarkan perjanjian era Soviet yang dibatalkan oleh Washington dan Moskow pada 2019.

    Direktorat Intelijen Utama Ukraina mengatakan rudal tersebut memiliki enam hulu ledak, yang masing-masing membawa enam submunisi.

    Muatannya berupa hulu ledak yang dapat ditargetkan secara independen, seperti sekelompok hazelnut yang tumbuh di pohon, yang menjadi inspirasi untuk nama rudal tersebut.

    Putin mengklaim senjata itu sangat kuat sehingga penggunaan beberapa rudal semacam itu — bahkan yang dilengkapi dengan hulu ledak konvensional — bisa sama dahsyatnya dengan serangan nuklir.

    “Oreshnik mampu menghancurkan bunker bawah tanah tiga, empat, atau lebih lantai di bawah tanah,” kata Putin dengan bangga, sambil mengancam akan menggunakannya terhadap distrik pemerintahan di Kiev.

  • Jelang Lengser, Biden Bakal Kirim Senjata US,25 Miliar ke Ukraina

    Jelang Lengser, Biden Bakal Kirim Senjata US$1,25 Miliar ke Ukraina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) dipastikan akan segera mengumumkan pengiriman bantuan militer senilai US$ 1,25 miliar ke Ukraina.

    Sebagaimana diungkap oleh para pejabat AS pada Jumat (27/12/2024), rencana ini diusung seiring upaya pemerintahan Joe Biden untuk menyalurkan bantuan sebanyak mungkin ke Kyiv sebelum meninggalkan jabatannya pada tanggal 20 Januari.

    Melansir dari CNBC Internasional, paket bantuan yang besar ini mencakup berbagai jenis amunisi, termasuk sistem rudal permukaan ke udara canggih nasional dan sistem pertahanan udara Hawk. AS juga akan mengirim bantuan militer berupa rudal stinger serta peluru artileri 155 mm dan 105 mm.

    Para pejabat AS, yang mengatakan bahwa mereka memproyeksikan pengumuman akan dibuat oleh pemerintah AS pada hari Senin (30/12/2024), berbicara dengan syarat anonim untuk memberikan rincian yang belum dipublikasikan.

    Bantuan militer baru ini datang ketika Rusia telah meluncurkan rentetan serangan terhadap fasilitas-fasilitas pembangkit listrik Ukraina dalam beberapa hari terakhir. Di sisi lain, Ukraina mengklaim telah mencegat sebagian besar rudal dan pesawat tak berawak AS.

    Pasukan Rusia dan Ukraina juga masih terlibat dalam pertempuran sengit di sekitar wilayah perbatasan Rusia di Kursk, di mana Moskow telah mengirim ribuan tentara Korea Utara untuk membantu merebut kembali wilayah yang direbut Ukraina.

    Awal Desember ini, para pejabat pertahanan senior AS mengakui bahwa Departemen Pertahanan AS mungkin tidak dapat mengirim seluruh sisa persediaan senjata dan peralatan Pentagon senilai US$ 5,6 miliar yang telah disahkan oleh Kongres untuk Ukraina sebelum Presiden terpilih Donald Trump dilantik.

    Trump sendiri telah berbicara mengenai penyelesaian yang dinegosiasikan antara Ukraina dan Rusia, serta berbicara mengenai hubungannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Banyak pemimpin AS dan Eropa yang khawatir bahwa hal ini akan menghasilkan kesepakatan buruk bagi Ukraina. Mereka khawatir bahwa Trump tidak akan memberikan seluruh dana senjata yang telah disetujui oleh Kongres kepada Ukraina.

    Bantuan dalam paket baru ini berada di bawah otoritas presiden, yang memungkinkan Pentagon untuk mengambil senjata dari gudang dan mengirimkan dengan cepat ke Ukraina. Bantuan terbaru ini akan mengurangi jumlah yang tersisa menjadi sekitar US$ 4,35 miliar.

    Para pejabat AS berharap bahwa masuknya bantuan militer akan membantu memperkuat pertahanan Ukraina, mengingat Zelensky memutuskan bahwa inilah saatnya untuk bernegosiasi.

    Lebih lanjut, seorang pejabat senior pertahanan mengatakan, meskipun AS akan terus menyediakan senjata untuk Ukraina hingga 20 Januari 2025, mungkin masih ada sisa dana yang bisa digunakan oleh pemerintahan Trump mendatang.

    Menurut Pentagon, ada sekitar US$1,2 miliar yang tersisa dari pendanaan jangka panjang melalui Inisiatif Bantuan Keamanan Ukraina yang dapat digunakan untuk membayar kontrak senjata yang tidak akan dikirim selama satu tahun atau lebih. Pemerintah AS mengantisipasi untuk mengeluarkan semua uang tersebut sebelum akhir tahun ini.

    Jika paket baru ini disertakan, maka AS telah memberikan lebih dari US$ 64 miliar dalam bentuk bantuan keamanan kepada Ukraina sejak Rusia menginvasi pada Februari 2022.

    (haa/haa)

  • Fakta Baru: Yoon Suk Yeol Izinkan Penembakan Selama Darurat Militer – Halaman all

    Fakta Baru: Yoon Suk Yeol Izinkan Penembakan Selama Darurat Militer – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Jaksa di Korea Selatan mengungkapkan fakta baru mengenai Presiden Yoon Suk Yeol yang diduga mengizinkan penggunaan kekerasan, termasuk penembakan, oleh militer saat pemberlakuan darurat militer.

    Temuan ini diungkapkan dalam laporan setebal 10 halaman yang diperoleh AFP pada 28 Desember 2024.

    Laporan tersebut merupakan bagian dari dakwaan terhadap mantan Menteri Pertahanan Kim Yonghyun.

    Dalam laporan, Yoon disebut memberikan instruksi ekstrem kepada Kepala Komando Pertahanan Ibu Kota, Lee Jinwoo, untuk memaksa masuk ke Majelis Nasional.

    “Apakah kalian masih belum masuk? Apa yang kalian lakukan? Dobrak pintu dan seret mereka keluar, bahkan jika itu berarti menembak,” ujar Yoon sesuai dengan dokumen yang dikutip dari AL Arabiya.

    Yoon juga dilaporkan memerintahkan Kepala Komando Kontraintelijen Pertahanan, Jenderal Kwak Jongkeun, untuk memastikan anggota parlemen dikeluarkan dari ruang sidang.

    “Dobrak pintu-pintu dengan kapak jika perlu dan seret semua orang keluar,” perintahnya.

    Presiden Yoon Terapkan Darurat Militer di Korsel

    Pada 3 Desember 2024, Yoon Suk Yeol mengumumkan pemberlakuan darurat militer untuk melindungi negara dari kekuatan antinegara yang dianggap bersimpati dengan Korea Utara.

    Keputusan ini memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, termasuk politisi dalam negeri yang menilai tindakan tersebut ilegal dan inkonstitusional, seperti yang dilaporkan oleh BBC.

    Politisi dari berbagai partai, termasuk Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang dipimpin oleh Yoon, mengkritik keputusan tersebut.

    Beberapa anggota partai merasa langkah ini terlalu drastis dan berpotensi merusak stabilitas politik negara.

    Pemimpin oposisi terbesar, Lee Jaemyung dari Partai Demokrat (DP), segera menentang keputusan tersebut dan menyerukan anggota parlemen untuk berkumpul di gedung parlemen.

    Seruan Lee mendapat respons luar biasa dari masyarakat, dengan ribuan orang bergegas menuju gedung parlemen yang dijaga ketat oleh aparat keamanan.

    Pada sekitar pukul 01.00 pada hari Rabu, parlemen Korea Selatan yang dihadiri oleh 190 dari 300 anggotanya menggelar pemungutan suara untuk memutuskan nasib deklarasi darurat militer tersebut.

    Setelah perdebatan panjang dan sorakan dari para pengunjuk rasa, keputusan diambil untuk menolak usulan tersebut, menjadikan deklarasi darurat militer yang dikeluarkan oleh Presiden Yoon tidak sah.

    Korea Selatan terakhir kali memberlakukan darurat militer pada tahun 1979, dan situasi ini semakin menambah tekanan terhadap Yoon di tengah persidangan pemakzulannya.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Jaksa Ungkap Fakta Baru, Presiden Yoon Ternyata Izinkan Penembakan selama Darurat Militer – Halaman all

    Jaksa Ungkap Fakta Baru, Presiden Yoon Ternyata Izinkan Penembakan selama Darurat Militer – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, diduga mengizinkan militer menggunakan kekerasan, termasuk senjata api selama memberlakukan darurat militer.

    Temuan ini diungkapkan dalam laporan jaksa setebal 10 halaman yang diperoleh AFP pada Sabtu (28/12/2024).

    Laporan tersebut merupakan bagian dari dakwaan terhadap mantan Menteri Pertahanan, Kim Yong-hyun.

    Tidak hanya satu fakta, dalam laporan Jaksa, terdapat fakta lain yang baru saja terungkap.

    Di mana pada tanggal 3 Desember 2024, Yoon bersumpah akan mengumumkan darurat militer tidak hanya satu kali, melainkan 3 kali.

    Namun laporan ini ditolak keras oleh pengacara Yoon, Yoon Kab-keum.

    Dalam laporan tersebut, Yoon disebut memberikan instruksi ekstrem kepada kepala Komando Pertahanan Ibu Kota, Lee Jin-woo, untuk memaksa masuk ke Majelis Nasional.

    “Apakah kalian masih belum masuk? Apa yang kalian lakukan? Dobrak pintu dan seret mereka keluar, bahkan jika itu berarti menembak,” ujar Yoon sesuai dengan dokumen tersebut, dikutip dari AL-Arabiya.

    Selain itu, Yoon juga dilaporkan memerintahkan Kepala Komando Kontraintelijen Pertahanan, Jenderal Kwak Jong-keun, untuk memastikan anggota parlemen dikeluarkan dari ruang sidang.

    “Dobrak pintu-pintu dengan kapak jika perlu dan seret semua orang keluar,” perintahnya.

    Namun pengacara Yoon, Yoon Kab-keun, membantah keras laporan tersebut.

    Ia mengatakan bahwa laporan tersebut tidak masuk akal.

    “Laporan sepihak yang tidak sesuai dengan keadaan objektif maupun akal sehat,” katanya.

    Meski demikian, pengungkapan ini semakin menambah tekanan terhadap Yoon di tengah persidangan pemakzulannya.

    Penerapan Darurat Militer Korsel

    Pada tanggal 3 Desember, Korea Selatan dikejutkan oleh pengumuman Presiden Yoon Suk-yeol yang menyatakan pemberlakuan darurat militer untuk melindungi negara dari kekuatan “anti-negara” yang dianggap bersimpati dengan Korea Utara. 

    Keputusan Yoon ini langsung memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, termasuk politisi dalam negeri yang menilai deklarasi tersebut sebagai tindakan ilegal dan inkonstitusional, dikutip dari BBC.

    Politisi dari berbagai partai politik di Korea Selatan, termasuk dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang dipimpin oleh Yoon sendiri, mengkritik keputusan tersebut. 

    Partai Kekuatan Rakyat, yang dikenal dengan pandangan konservatifnya, menyebut langkah ini sebagai “langkah yang salah” dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. 

    Bahkan, sejumlah anggota partai yang seharusnya mendukung pemerintahan Yoon merasa bahwa langkah tersebut terlalu drastis dan berpotensi merusak stabilitas politik negara.

    Pemimpin oposisi terbesar di negara itu, Lee Jae-myung dari Partai Demokrat (DP), yang merupakan partai beraliran liberal, segera menyuarakan penentangannya. 

    Lee menyerukan agar anggota parlemen dari partainya berkumpul di gedung parlemen untuk menanggapi deklarasi darurat militer tersebut. 

    Tak hanya itu, Lee juga mengajak rakyat Korea Selatan untuk hadir sebagai bentuk protes terhadap kebijakan yang dianggapnya otoriter tersebut.

    Seruan Lee mendapat respons luar biasa dari masyarakat. 

    Ribuan orang segera bergegas menuju gedung parlemen, yang kini dijaga ketat oleh aparat keamanan. 

    Para pengunjuk rasa dengan tegas meneriakkan slogan-slogan seperti “Tidak ada darurat militer” dan “Hancurkan kediktatoran”.

    Suasana memanas ketika beberapa anggota parlemen berhasil melewati barikade keamanan, bahkan ada yang memanjat pagar untuk dapat mencapai ruang pemungutan suara dan menanggapi deklarasi tersebut.

    Pada sekitar pukul 01:00 pada hari Rabu, parlemen Korea Selatan, yang dihadiri oleh 190 dari 300 anggotanya, akhirnya menggelar pemungutan suara untuk memutuskan nasib deklarasi darurat militer itu. 

    Setelah perdebatan panjang dan sorakan dari para pengunjuk rasa yang terus menggema di luar gedung, parlemen memutuskan untuk menolak usulan tersebut. 

    Deklarasi darurat militer yang dikeluarkan oleh Presiden Yoon dinyatakan tidak sah.

    Korea Selatan terakhir kali memberlakukan darurat militer pada tahun 1979.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Krisis Korea

  • Terluka, Tentara Korut Tewas Setelah Ditangkap Pasukan Ukraina

    Terluka, Tentara Korut Tewas Setelah Ditangkap Pasukan Ukraina

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa beberapa tentara Korea Utara yang terluka, meninggal setelah ditangkap oleh pasukan Ukraina. Zelensky pun menuduh Rusia melemparkan mereka ke medan perang dengan “perlindungan minimal”.

    “Hari ini ada laporan tentang beberapa tentara dari Korea Utara. Tentara kami berhasil menangkap mereka. Namun, mereka terluka sangat parah dan tidak dapat disadarkan kembali,” kata Zelensky dalam pidato yang diunggah di media sosial, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (28/12/2024).

    Sebelumnya, badan mata-mata Korea Selatan mengatakan pada hari Jumat (27/12), bahwa seorang tentara Korea Utara yang ditangkap saat berperang dalam perang Rusia melawan Ukraina telah meninggal karena luka-lukanya.

    Zelensky tidak merinci berapa banyak warga Korea Utara yang tewas setelah ditangkap oleh pasukan Ukraina.

    Korea Utara telah mengirim ribuan tentara untuk mendukung pasukan Rusia yang bertempur di wilayah perbatasan Kursk, tempat Ukraina melancarkan serangan mendadak pada bulan Agustus lalu.

    Zelensky menyebut pengerahan pasukan itu sebagai eskalasi besar dalam perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun.

    Ukraina mengatakan telah menimbulkan banyak korban di pihak pasukan Korea Utara — klaim yang diulang oleh Zelensky pada hari Jumat.

    Lihat Video Korsel: 100 Tentara Korut Tewas saat Bantu Rusia Lawan Ukraina

  • AS Klaim Seribu Tentara Korut Tewas di Medan Perang Rusia-Ukraina

    AS Klaim Seribu Tentara Korut Tewas di Medan Perang Rusia-Ukraina

    Jakarta, CNN Indonesia

    Amerika Serikat (AS) mengklaim banyak tentara Korea Utara (Korut) yang tewas di garis depan perang Rusia kontrak Ukraina. Menurut juru bicara Gedung Putih John Kirby, seribu tentara Korut tewas atau terluka dalam seminggu terakhir saja di wilayah Kursk, Rusia.

    Pada Jumat (27/12) Kirby mengatakan jumlah tersebut jauh melebihi angka yang diberikan pejabat AS sebelumnya.

    “Jelas bahwa para pemimpin militer Rusia dan Korea Utara memperlakukan pasukan ini sebagai pasukan yang bisa dikorbankan dan memerintahkan mereka untuk melakukan serangan yang sia-sia terhadap pertahanan Ukraina,” kata Kirby, seperti dilansir Reuters.

    Kirby menggambarkan serangan pasukan Korea Utara sebagai “serangan massal yang dilakukan dengan turun dari kuda”.

    Perwakilan Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York tidak segera menanggapi permintaan komentar, demikian pula perwakilan Rusia di PBB menolak berkomentar.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dalam pidato video malam harinya, mengatakan pasukan Korea Utara telah mengalami kerugian yang “sangat signifikan” dan dikirim ke medan perang dengan hanya perlindungan minimal dari pasukan Rusia.

    “Kami melihat bahwa baik militer Rusia maupun pengawas Korea Utara mereka tidak berkepentingan untuk memastikan kelangsungan hidup warga Korea Utara ini,” ujarnya.

    “Semuanya diatur sedemikian rupa sehingga mustahil bagi kami untuk menangkap mereka. Ada beberapa kejadian di mana mereka dieksekusi oleh pasukan mereka sendiri. Rusia mengirim mereka untuk melakukan penyerangan dengan perlindungan minimal,” sambung Zelenskyy.

    Ia mengatakan pasukan Ukraina berhasil menangkap beberapa tentara Korea Utara sebagai tawanan. “Tetapi mereka terluka parah dan tidak mungkin untuk menyelamatkan nyawa mereka,” ucapnya.

    “Warga Korea Utara seharusnya tidak kehilangan nyawa mereka dalam perang di Eropa, dan jika China tulus tidak ingin perang meluas, China perlu memberikan tekanan yang tepat pada Pyongyang,” kata Zelenskyy.

    Pada Senin (23/12) lalu, Zelenskyy mengatakan lebih dari 3.000 tentara Korea Utara telah tewas dan terluka di wilayah Kursk. Ia mengatakan bahwa ia mengutip data awal.

    Pada tanggal 17 Desember lalu, seorang pejabat militer AS mengatakan Korea Utara kehilangan beberapa ratus korban di wilayah Kursk.

    (wiw/wiw)

    [Gambas:Video CNN]

  • Tentara Korut yang Dikirim Bantu Rusia Tewas Saat Ditangkap Ukraina

    Tentara Korut yang Dikirim Bantu Rusia Tewas Saat Ditangkap Ukraina

    Jakarta, CNN Indonesia

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan beberapa tentara Korea Utara (Korut) yang dikirim membantu Rusia berperang melawan negaranya meninggal usai ditangkap.

    Zelensky lantas menuding Rusia memberikan perlindungan minimal terhadap tentara-tentara asal Korea Utara di medan perang.

    “Hari ini ada laporan tentang beberapa tentara dari Korea Utara. Tentara kami berhasil menangkap mereka. Namun, mereka terluka sangat parah dan tidak dapat disadarkan kembali,” kata Zelensky dalam pidato malam yang diunggah di media sosial, dikutip AFP, Sabtu (28/12).

    Zelensky tidak menyebutkan berapa banyak warga negara Korea Utara yang tewas setelah ditangkap oleh pasukan Ukraina.

    Menurutnya, warga Korea Utara rugi besar karena mengirim bantuan tentara ke Rusia. Pernyataan soal rugi tersebut berulang kali ia ucapkan.

    “Mereka (warga Korut) mengalami banyak kerugian. Banyak sekali. Dan kami melihat bahwa militer Rusia dan pengawas Korea Utara sama sekali tidak tertarik pada kelangsungan hidup orang-orang Korea ini,” katanya.

    “Rusia mengirim mereka untuk melakukan penyerangan sehingga mereka hanya memiliki perlindungan minimal,” tambahnya.

    Ia pun menekan China yang dinilai memiliki hubungan militer dan politik yang erat dengan Moskow dan Pyongyang, untuk menekan Korea Utara.

    “Jika China tulus dalam pernyataannya bahwa perang tidak boleh meluas, maka mereka perlu memberikan pengaruh yang sesuai pada Pyongyang,” pungkasnya.

    Kemarin, Badan mata-mata Korea Selatan mengatakan seorang tentara Korea Utara yang ditangkap saat berperang dalam perang Rusia melawan Ukraina telah meninggal karena luka-lukanya.

    Korea Utara mengirim ribuan tentara untuk membantu tentara Rusia bertempur melawan Ukraina di wilayah perbatasan Kursk barat. Kursk merupakan tempat Ukraina melancarkan serangan mendadak pada Agustus lalu.

    Zelensky menyebut itu sebagai eskalasi besar dalam perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun.

    (pta/pta)

  • Update Perang Rusia: Putin Serang Kyiv Pada Natal & Kerjasama Korut

    Update Perang Rusia: Putin Serang Kyiv Pada Natal & Kerjasama Korut

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang antara Rusia dan Ukraina telah memasuki hari ke-1.037 pada Jumat (27/12/2024). Saling serang antara dua negara tetangga tersebut terus terjadi dan makin semakin parah jelang akhir tahun 2024.

    Berikut update terbaru perang antara Rusia dan Ukraina, seperti dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber.

    – Kantor berita Yonhap pada Jumat melaporkan bahwa intelijen Korea Selatan mengatakan seorang tentara Korea Utara yang terluka yang dikirim untuk berperang bagi Rusia ditangkap hidup-hidup oleh pasukan Ukraina.

    – Pesawat nirawak Rusia menyerang sebuah gedung apartemen bertingkat di kota Chasiv Yar di wilayah Donetsk, Ukraina pada hari Kamis, menewaskan dua orang. Hal ini disampaikan oleh beberapa pejabat daerah yang dikutip Al Jazeera.

    – Rusia sempat melakukan serangan lain pada Kamis. Moskow menyerang kawasan industri di kota tenggara Zaporizhzhia dan sebuah pasar di kota Nikopol di wilayah Dnipropetrovsk. Serangan di wilayah timur Ukraina terjadi setelah serangan Rusia pada hari Natal terhadap sistem energi negara itu.

    – Kantor berita RIA, mengutip kementerian pertahanan, melaporkan pada Kamis bahwa pasukan Rusia berhasil merebut desa Hihant di Ukraina timur.

    – Militer Ukraina mengklaim angkatan udaranya telah melakukan serangan terhadap fasilitas industri militer di kota Rusia Kamensk-Shakhtinsky di wilayah Rostov selama beberapa hari sebelumnya.

    Fasilitas itu digunakan untuk memproduksi bahan bakar padat untuk rudal balistik yang digunakan dalam serangan Rusia terhadap Ukraina, kata militer Ukraina pada hari Kamis.

    – Militer Ukraina mengatakan pada Kamis bahwa mereka menembak jatuh 20 dari 31 pesawat nirawak yang diluncurkan oleh Rusia semalam.

    – Presiden China Xi Jinping berencana akan mengunjungi Rusia tahun depan. Hal ini dilaporkan oleh kantor berita RIA, mengutip pernyataan duta besar Rusia untuk Beijing, Igor Morgulov, pada Jumat.

    Igor mengatakan bahwa Rusia dan China harus menanggapi kebijakan Amerika Serikat secara bersama-sama. Pernyataan ini merujuk pada dugaan rencana NATO untuk “memindahkan infrastruktur militernya” ke wilayah Asia Pasifik. China telah mengajukan rencana perdamaian dengan Brasil untuk mengakhiri perang.

    – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bahwa kedua negara akan terus melaksanakan perjanjian kemitraan strategis komprehensif – yang mencakup pakta pertahanan bersama – yang mereka tandatangani pada bulan Juni. Hal ini dilaporkan oleh kantor berita Korea Utara KCNA pada Jumat.

    (pgr/pgr)