Negara: Korea Utara

  • Terungkap Perintah Tentara Korut di Ukraina Bunuh Diri Jika Tertangkap

    Terungkap Perintah Tentara Korut di Ukraina Bunuh Diri Jika Tertangkap

    Jakarta

    Terungkap bahwa tentara Korea Utara (Korut), berdampingan dengan tentara Rusia ikut berperang melawan Ukraina. Pemerintah Korut menyampaikan tentaranya harus bunuh diri jika tertangkap.

    Diketahui, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut pasukannya menangkap dua tentara Korut di wilayah Kursk Rusia. Peristiwa itu adalah pertama kalinya tentara Korut ditangkap hidup-hidup.

    “Tentara kami telah menangkap personel militer Korea Utara di wilayah Kursk. Dua tentara, meskipun terluka, selamat dan diangkut ke Kyiv, di mana mereka sekarang berkomunikasi dengan Dinas Keamanan Ukraina,” kata Zelensky dalam sebuah pernyataan di X, dilansir CNN, Minggu (12/1/2025).

    Berdasarkan pernyataan Ukraina dan barat, sekitar 11.000 tentara Korut dikerahkan di wilayah Kursk, tempat pasukan Ukraina menempati beberapa ratus kilometer persegi setelah melakukan serangan lintas perbatasan pada Agustus tahun lalu.

    Zelensky mengatakan penangkapan dua tentara Korea Utara itu bukan hal yang mudah. Sebab biasanya Rusia mengeksekusi tentara terluka untuk menghilangkan bukti keterlibatan Korut.

    “Ini bukan tugas yang mudah, pasukan Rusia dan personel militer Korea Utara lainnya biasanya mengeksekusi yang terluka untuk menghilangkan bukti keterlibatan Korea Utara dalam perang melawan Ukraina,” ujar Zelensky.

    Zelensky bersedia membebaskan tentara Korea Utara yang ditawan. Zelensky meminta pertukaran tawanan perang sebagai ganti tentara Ukraina yang ditawan di Rusia.

    “Ukraina siap menyerahkan tentara Kim Jong Un (pemimpin Korea Utara) kepadanya jika ia dapat mengatur pertukaran mereka dengan prajurit kami yang ditawan di Rusia,” kata Zelensky dalam akun X nya, dilansir CNN, Senin (13/1).

    Pemerintah Korut Minta Tentara Bunuh Diri

    Kim Jong-un (Foto: Korean Central News Agency via REUTERS)

    Tentara Korut yang bertempur bersama dengan Rusia diperintahkan untuk bunuh diri sebelum ditangkap. Mereka harus mati dibandingkan menjadi tahanan perang dalam kondisi hidup.

    Informasi tersebut, seperti dilansir AFP, Senin (13/1/2025), diungkapkan oleh seorang anggota parlemen Korea Selatan (Korsel), Lee Seong Kweun, saat berbicara kepada wartawan usai mendapatkan penjelasan dari badan intelijen Seoul, Badan Intelijen Nasional (NIS).

    “Memo yang ditemukan pada jenazah tentara yang tewas menunjukkan bahwa pemerintah Korea Utara menekan mereka untuk melakukan bunuh diri atau meledakkan diri sebelum ditangkap,” ucap Lee dalam pernyataannya.

    Lee menyebut bahwa tentara-tentara Korut yang dikirimkan ke Rusia kebanyakan berasal dari pasukan elite Storm Corps. Dia menambahkan bahwa beberapa tentara di antaranya mendapat “amnesti” atau ingin bergabung dengan Partai Pekerja Korea Utara, dengan harapan dapat memperbaiki nasib mereka dengan ikut berperang.

    Disebutkan juga oleh Lee bahwa satu tentara Korut yang hendak ditangkap berteriak “Jenderal Kim Jong Un” dan berusaha meledakkan granat yang dibawanya. Namun tentara Korut itu akhirnya ditembak mati.

    Lee menyebut sekitar 300 tentara Korut tewas dan sebanyak 2.700 tentara Korut lainnya mengalami luka-luka saat berperang bersama pasukan Rusia melawan militer Ukraina.

    Lihat Video: Wajah Kebingungan Tentara Korut yang Ditangkap saat Berperang untuk Rusia

    Halaman 2 dari 2

    (aik/lir)

  • Kurang Pengetahuan Soal Peperangan Modern, 300 Tentara Korea Utara Dilaporkan Tewas di Kursk, Rusia – Halaman all

    Kurang Pengetahuan Soal Peperangan Modern, 300 Tentara Korea Utara Dilaporkan Tewas di Kursk, Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Setidaknya 300 tentara Korea Utara tewas dan 2.700 lainnya terluka dalam pertempuran di Kursk, Rusia, menurut klaim Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan pada 13 Januari 2025, seperti dilaporkan oleh kantor berita Yonhap.

    NIS mengaitkan tingginya korban jiwa dengan kurangnya pemahaman para prajurit Korea Utara tentang peperangan modern, termasuk upaya sia-sia mereka untuk menembak jatuh pesawat nirawak.

    Pasukan Korea Utara dikerahkan ke wilayah Kursk pada musim gugur lalu untuk mendukung pasukan Rusia dalam menghadapi serangan Ukraina.

    Pasukan Ukraina terus melancarkan pertempuran di wilayah tersebut.

    Pernyataan NIS sejalan dengan klaim Presiden Volodymyr Zelensky pada 9 Januari, yang menyebutkan bahwa pasukan Korea Utara yang bertempur bersama pasukan Rusia telah menderita 4.000 korban, baik tewas maupun terluka.

    NIS melaporkan bahwa Korea Utara diduga memaksa tentaranya untuk mengakhiri hidup mereka sendiri guna menghindari penangkapan oleh pasukan Ukraina.

    Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, mengonfirmasi pada 27 Desember bahwa beberapa tentara Korea Utara memang mengakhiri hidup karena takut keluarga mereka akan menerima pembalasannya jika mereka ditangkap.

    Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Lloyd Austin (kiri) duduk bersama Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky (kanan) ketika menghadiri pertemuan Kelompok Kontak Pertahanan Ukraina (UDCG) di Pangkalan Udara Ramstein Jerman pada Jumat (6/9/2024). (Layanan Pers Kepresidenan Ukraina)

    Pada 11 Januari, Zelensky mengumumkan penangkapan dua tentara Korea Utara di Kursk.

    Kedua tawanan perang (POW) tersebut kini berada dalam tahanan Dinas Keamanan Ukraina (SBU) dan menerima perawatan medis.

    NIS menyebut bahwa tawanan perang tersebut adalah anggota Biro Umum Pengintaian, badan intelijen militer Korea Utara.

    Zelensky juga membagikan rekaman video yang menunjukkan interogasi tawanan perang oleh SBU dengan bantuan penerjemah berbahasa Korea.

    Dalam video tersebut, salah satu tentara menyatakan keinginannya untuk kembali ke Korea Utara, sementara yang lain mengatakan ingin tetap tinggal di Ukraina.

    Ukraina: Tentara Korea Utara Tidak Tahu Drone Itu Berbahaya dan Mereka Bisa Jadi Sasaran Empuk

    Menurut laporan The Washington Post pada Desember tahun lalu, para pejabat dan tentara Ukraina mengatakan bahwa pasukan Korea Utara sering terbunuh oleh drone atau pesawat tak berawak yang tampaknya tidak mereka anggap berbahaya atau mematikan.

    Laporan tersebut, menunjukkan adanya kesenjangan pengetahuan mengenai pasukan yang dikirim oleh Kim Jong Un untuk mendukung invasi Rusia.

    Efektivitas drone merupakan ciri khas perang di Ukraina.

    Tentara berpengalaman di sana telah menjelaskan kepada Business Insider tentang ketakutan jika ada drone yang terbang di atas mereka.

    Namun, pasukan Korea Utara terbilang masih baru dalam perang ini.

    Tiga tentara Ukraina yang bertempur di wilayah Kursk, Rusia, mengatakan kepada The Washington Post bahwa rombongan pasukan Korea Utara bergerak maju ke posisi Ukraina yang dipenuhi drone dan pertahanan lainnya.

    “Kami sangat terkejut; kami belum pernah melihat yang seperti ini — 40 hingga 50 orang berlarian melintasi lapangan,” kata seorang komandan pesawat tanpa awak Ukraina kepada Post.

    “Drone FPV, artileri, dan senjata lainnya menyerang mereka karena mereka bergerak di lapangan terbuka,” katanya. 

    “Anda bisa bayangkan akibatnya.”

    Tangkap layar memperlihatkan pasukan Korea Utara berlindung di balik pepohonan di wilayah Kursk, Rusia (Telegram Zelenskiy / Official)

    Operator pesawat nirawak lainnya, Artem, mengatakan kepada media tersebut bahwa alih-alih lari dari pesawat nirawak, pasukan Korea Utara justru menembaki mereka “tanpa pandang bulu,” sementara yang lain terus bergerak seolah tidak menghiraukan drone-drone itu.

    Banyak yang tewas, katanya.

    Selama operasi drone malam hari, Artem mengatakan, dia mengenali tiga tentara berdasarkan tanda panas mereka pada kamera termal.

    Ia awalnya mengantisipasi hanya bisa menargetkan satu orang, tetapi ketika dua prajurit lainnya tidak bergerak cepat, Artem dan rekan-rekannya menyerang ketiganya.

    Ia menyebut, pengalaman itu aneh.

    “Itu adalah pertama kalinya rasanya seperti memainkan simulator komputer dalam easy mode,” ujar Artem.

    (Tribunnews.com)

  • Korut Perintahkan Tentaranya Bunuh Diri Jika Tertangkap di Perang Ukraina

    Korut Perintahkan Tentaranya Bunuh Diri Jika Tertangkap di Perang Ukraina

    Seoul

    Tentara Korea Utara (Korut) yang bertempur bersama pasukan Rusia dalam perang melawan Ukraina diperintahkan oleh rezim komunis Pyongyang untuk bunuh diri, daripada ditangkap hidup-hidup dan menjadi tahanan perang.

    Informasi tersebut, seperti dilansir AFP, Senin (13/1/2025), diungkapkan oleh seorang anggota parlemen Korea Selatan (Korsel), Lee Seong Kweun, saat berbicara kepada wartawan usai mendapatkan penjelasan dari badan intelijen Seoul, Badan Intelijen Nasional (NIS).

    “Memo yang ditemukan pada jenazah tentara yang tewas menunjukkan bahwa pemerintah Korea Utara menekan mereka untuk melakukan bunuh diri atau meledakkan diri sebelum ditangkap,” ucap Lee dalam pernyataannya.

    Lee menyebut bahwa tentara-tentara Korut yang dikirimkan ke Rusia kebanyakan berasal dari pasukan elite Storm Corps. Dia menambahkan bahwa beberapa tentara di antaranya mendapat “amnesti” atau ingin bergabung dengan Partai Pekerja Korea Utara, dengan harapan dapat memperbaiki nasib mereka dengan ikut berperang.

    Disebutkan juga oleh Lee bahwa satu tentara Korut yang hendak ditangkap berteriak “Jenderal Kim Jong Un” dan berusaha meledakkan granat yang dibawanya. Namun tentara Korut itu akhirnya ditembak mati.

    Dalam pernyataan kepada wartawan setelah mendapatkan penjelasan dari NIS, Lee menyebut sekitar 300 tentara Korut tewas dan sebanyak 2.700 tentara Korut lainnya mengalami luka-luka saat berperang bersama pasukan Rusia melawan militer Ukraina.

  • 2 Tentara Korut Ditangkap, Zelensky Tawarkan Pertukaran Tawanan ke Rusia

    2 Tentara Korut Ditangkap, Zelensky Tawarkan Pertukaran Tawanan ke Rusia

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pihaknya bersedia membebaskan tentara Korea Utara yang ditawan Ukraina dari wilayah Kursk, Rusia. Zelensky meminta pertukaran tawanan perang sebagai ganti tentara Ukraina yang ditawan di Rusia.

    “Ukraina siap menyerahkan tentara Kim Jong Un (pemimpin Korea Utara) kepadanya jika ia dapat mengatur pertukaran mereka dengan prajurit kami yang ditawan di Rusia,” kata Zelensky dalam akun X nya, dilansir CNN, Senin (13/1/2025).

    Diketahui, Ukraina mengatakan telah menangkap dua tentara Korea Utara. Hal ini menandai pertama kalinya Kyiv menangkap tentara hidup-hidup dari negara yang terisolasi itu.

    Sementara Rusia maupun Korea Utara belum secara resmi mengakui keberadaan pasukan Korea Utara di Rusia.

    Kementerian Pertahanan Rusia telah dihubungi CNN untuk memberikan komentar, selain itu CNN juga tengah mencari komentar dari Korea Utara.

    Berdasarkan video yang diunggah Zelensky di X, diduga memperlihatkan dua tawanan perang Korea Utara yang sedang diinterogasi. Terlihat dalam video itu seorang tentara terluka di bagian rahang, sedangkan satu tentara lainnya diperban di bagian tangan.

    Salah satu tentara yang ada di dalam video diinterograsi sambil berbaring. Tentara tersebut mengatakan dia tidak tahu bahwa dia sedang berperang melawan Ukraina. Ia menyebut komandannya mengatakan kepadanya bahwa itu adalah latihan.

    (yld/imk)

  • Zelensky Tawari Kim Jong Un Tukar Tentara Korut dengan Tentara Ukraina yang Ditawan Rusia – Halaman all

    Zelensky Tawari Kim Jong Un Tukar Tentara Korut dengan Tentara Ukraina yang Ditawan Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina siap menyerahkan tentara Korea Utara kepada pemimpin mereka, Kim Jong Un, jika ia dapat mengatur pertukaran mereka dengan tentara Ukraina yang ditawan di Rusia.

    “Ukraina siap menyerahkan tentara Kim Jong Un kepadanya jika ia dapat mengatur pertukaran mereka dengan para prajurit kami yang ditawan di Rusia,” kata Zelensky di platform media sosial X, Minggu (12/1/2025).

    “Selain tentara pertama yang ditangkap dari Korea Utara, niscaya akan ada lebih banyak lagi. Hanya masalah waktu sebelum pasukan kita berhasil menangkap yang lain,” kata Zelensky. 

    Zelensky mengunggah video pendek yang memperlihatkan interogasi dua orang yang disodorkan sebagai tentara Korea Utara.

    Salah satu dari mereka berbaring di tempat tidur dengan tangan diperban, yang lain duduk dengan perban di rahangnya.

    Salah satu dari mereka mengatakan melalui seorang penerjemah bahwa ia tidak tahu bahwa ia sedang berperang melawan Ukraina dan hanya diberi tahu ia sedang dalam latihan.

    Ia mengatakan bahwa ia bersembunyi di tempat penampungan selama serangan dan ditemukan beberapa hari kemudian.

    Ia mengatakan diperintahkan untuk kembali ke Korea Utara dan ia akan melakukannya, tetapi ia juga siap untuk tinggal di Ukraina jika diberi kesempatan.

    Zelensky mengatakan bagi para tentara Korea Utara yang tidak ingin pulang, mungkin ada pilihan lain yang tersedia.

    “Mereka yang menyatakan keinginan untuk membawa perdamaian lebih dekat dengan menyebarkan kebenaran tentang perang ini dalam (bahasa) Korea akan diberi kesempatan itu,” ujarnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Sebelumnya, Zelensky pada hari Sabtu mengatakan bahwa Ukraina telah menangkap dua tentara Korea Utara di wilayah Kursk Rusia.

    Ini adalah pertama kalinya Ukraina mengumumkan penangkapan tentara Korea Utara dalam keadaan hidup sejak mereka membantu Rusia dengan memasuki perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun musim gugur lalu.

    Penilaian Ukraina dan Barat mengatakan sekitar 11.000 tentara dari sekutu Rusia, Korea Utara, telah dikerahkan di wilayah Kursk untuk mendukung pasukan Moskow.

    Rusia tidak membenarkan atau membantah kehadiran mereka.

    Sebelumnya, Rusia menegaskan apapun keputusan bersama antara Rusia dan Korea Utara adalah terkait perjanjian bilateral dan bukan urusan negara lain.

    Sementara itu, Zelensky mengatakan pasukan Rusia dan Korea Utara telah menderita kerugian besar.

    Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Rusia dan Ukraina

  • Iran Luncurkan Drone Kamikaze Canggih Razvan, Dituding Nyontek Drone Seri UVision Hero Israel  – Halaman all

    Iran Luncurkan Drone Kamikaze Canggih Razvan, Dituding Nyontek Drone Seri UVision Hero Israel  – Halaman all

    Iran Luncurkan Drone Kamikaze Canggih Razvan, Dituding Nyontek Drone UVision Hero Israel 

    TRIBUNNEWS.COM – Industri pertahanan Iran pekan ini memperkenalkan pesawat tanpa awak (drone) kamikaze (tabrak-bunuh diri) terbaru militer negara tersebut.

    Drone canggih terbaru itu dinamai Razvan.

    Namun, peluncuran ini disertai ulasan yang mencibir produk terbaru Iran tersebut dari media Israel.

    Drone ini disebut-sebut sangat mirip dengan seri UVision Hero buatan Israel.

    “Ini (spesifikasi dan desain Razvan) diketahui saat pameran yang diadakan oleh Korps Garda Revolusi Iran (IRGC),” tulis media Israel, N12 melaporkan pada Jumat (10/1/2025), mengutip media Iran.

    Razvan menawarkan jangkauan 20 km dan durasi terbang 20 menit, mentransmisikan video langsung ke operatornya untuk serangan tepat.

    ” Drone kami telah menyelesaikan operasi yang sukses dan, dalam simulasi, menetralisir berbagai ancaman terhadap pangkalan kami,” kata Mohammad Pakpour, komandan pasukan darat IRGC.

    Dalam perkembangan terkait, tentara Iran mengumumkan rencana untuk mengerahkan 1.000 pesawat tak berawak yang dikembangkan bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan Iran, catat laporan itu.

    Panglima Angkatan Darat Kiomars Heidari menekankan bahwa armada ini akan meningkatkan presisi, mobilitas, dan kemampuan intelijen mereka. 

    Peserta memeriksa amunisi loiter drone Uvision Hero-400 Israel di stan Mistral Group, Inc. pada Pekan Pasukan Operasi Khusus (SOF) untuk perusahaan pertahanan, di Tampa, Florida, AS, 7 Mei 2024.

    Dituding Nyontek Desain Drone Israel

    Namun, peluncuran drone Razman Iran ini mendapat cibiran dari media Israel.

    The Jerusalem Post, menulis, “Para ahli pertahanan mencatat bahwa banyak dari apa yang disebut “inovasi” Iran merupakan adaptasi terselubung dari teknologi asing.”

    Ulasan tersebut secara blak-blakan menyebut, drone buatan Iran itu mencontek drone buatan Israel seri UVision Hero.

    “seri UVision Hero yang diminati di seluruh dunia, tampaknya menjadi contoh langsung untuk Razvan,” tulis media tersebut.

    Laporan kemudian menjelaskan sejumlah kelebihan drone seri UVision Hero  

    “Dilengkapi dengan kamera elektro-optik dan inframerah, drone Hero memberikan umpan balik visual secara langsung, yang memungkinkan operator untuk menyesuaikan jalur penerbangan atau membatalkan misi jika warga sipil memasuki zona target,” kata laporan itu. 

    Drone UVision Hero ini juga dapat diprogram sebelumnya untuk misi otonom, yang menawarkan keuntungan taktis dalam skenario pertempuran.

    Salah satu model yang menonjol, Hero 120, memiliki jangkauan 40–60 km, beroperasi hingga satu jam, dan membawa hulu ledak seberat 4,5 kg yang cocok untuk misi antitank.

    Hero 400 memperluas jangkauan operasional hingga 150 km dengan waktu terbang dua jam.

    Selain Iran, media itu menunjukkan adanya laporan kalau drone UVision Hero juga ditiru oleh  Korea Utara.

    “Korea Utara merekayasa ulang model ini enam bulan lalu,” kata laporan tersebut

    Sebagai informasi, Hero 1250, yang terbesar dalam seri ini drone ini, dapat membawa hulu ledak seberat 50 kg, memiliki jangkauan melebihi 200 km, dan dapat terbang hingga 10 jam.

    Rudal Hizbullah ditembakkan ke wilayah Israel. Pada Rabu (25/9/2024) untuk pertama kalinya, rudal balistik Hizbullah menghantam Tel Aviv, Israel dengan menargetkan markas Mossad di ibu kota negara Israel tersebut. (khaberni)

    Rudal Israel Juga Dicontek Iran

    Laporan itu juga menyatakan kalau Pasukan Israel (IDF) telah lama berhadapan dengan replika sistem pertahanan mereka dari Iran. 

    “Selama perang yang sedang berlangsung, Hizbullah mengerahkan rudal antitank Almas 1, tiruan dari seri rudal Spike milik Rafael buatan Israel,” kata laporan itu. 

    Keluarga Spike berkisar dari Spike SR, rudal ringan seberat 10 kg yang ditembakkan dari bahu dengan jangkauan 2 km, hingga Tamuz (Spike NLOS), yang beratnya 71 kg dan mampu menyerang target sejauh 32 km dari darat, udara, atau laut.

    Maoz (Spike Firefly), amunisi berkeliaran lain dalam seri Spike, berbobot 15 kg dan memiliki jangkauan 1,5 km, meskipun sebagian besar varian difokuskan pada misi anti-tank.

    Komandan IRGC Tinjau Pangkalan Rudal Bawah Tanah Rahasia

    Pada Jumat kemarin, televisi pemerintah Iran menyiarkan rekaman komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) yang sedang meninjau pangkalan rudal bawah tanah rahasia.

    Pangkalan rudal yang terletak di lokasi rahasia di pegunungan itu dilaporkan menyimpan puluhan jenis rudal yang berbeda, dikutip dari Al Mayadeen.

    Menurut laporan, pangkalan ini memainkan peran penting dalam serangan langsung kedua Iran terhadap Israel pada Oktober lalu atas pelanggaran yang dilakukan Israel.

    Saat itu, Israel telah membunuh sejumlah pemimpin militan yang berpihak pada Teheran dan seorang jenderal di Garda revolusi Iran, dikutip dari Al-Arabiya.

    Komandan Garda Revolusi Hossein Salami terlihat memeriksa fasilitas tersebut.

    Salami menegaskan kesiapan Iran untuk menghadapi ancaman regional. 

    Peristiwa ini terjadi beberapa hari sebelum pelantikan Presiden terpilih AS Donald Trump, yang selama masa jabatan pertamanya dikenal dengan kebijakan keras terhadap Iran, termasuk pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani dan penerapan kembali sanksi ekonomi.

    Kunjungan ini dilakukan hanya beberapa jam setelah pawai besar paramiliter Basij berlangsung di Teheran.

    Parade Pangkalan Militer

    Pada hari yang sama, ribuan relawan paramiliter Basij yang terafiliasi dengan Garda Revolusi berparade di jalan-jalan Teheran. 

    Parade tersebut menampilkan kendaraan berat bersenjata, peluncur roket, unit artileri, hingga pasukan komando angkatan laut. 

    Pejuang Basij dengan perlengkapan tempur lengkap juga terlihat membawa peluncur roket.

    Sementara sejumlah wanita bersenjata ikut bergabung dalam aksi tersebut.

    Beberapa peserta parade bahkan menyeret peti mati yang dihiasi bendera Israel.

    Bendera Hizbullah juga tampak berkibar di antara spanduk Iran dan Palestina.

    Demonstrasi ini bertujuan menunjukkan kesiapan Iran menghadapi ancaman dari musuh-musuhnya.

    Pidato Komandan Senior IRGC

    Dalam kesempatan tersebut, salah satu komandan senior Garda Revolusi, Jenderal Mohammadreza Naghdi menyampaikan pidato.

    Pidato tersebut mengecam keras Amerika Serikat dan Israel.

    Ia mengatakan AS sebagai pihak yang bertanggung jawab atas berbagai krisis di dunia Muslim.

    “Amerika Serikat berada di balik semua kemalangan di dunia Muslim,” ujar Naghdi.

    Kemudian ia menegaskan prioritas utama Iran saat ini adalah menghancurkan rezim Zionis dan mengusir pangkalan militer AS dari wilayah Iran.

    “Jika kita mampu menghancurkan rezim Zionis dan menarik pangkalan Amerika di kawasan tersebut, salah satu masalah besar kita akan terselesaikan,” katanya.

    Senada dengan Naghdi, komandan Garda Revolusi Teheran, Jenderal Hassan Hassanzadeh, mengungkapkan dukungan penuh Iran terhadap perjuangan Palestina. 

    “Kami bertujuan untuk mendukung masyarakat Gaza dan Palestina. Basij siap menghadapi semua ancaman dari musuh-musuh revolusi Islam,” tegas Hassanzadeh.

    Sejak Revolusi Islam 1979, dukungan terhadap perjuangan Palestina telah menjadi landasan kebijakan luar negeri Iran. 

    Pernyataan Hassanzadeh memperkuat komitmen Iran dalam menghadapi ancaman dari rezim Zionis dan pengaruh Amerika Serikat di kawasan.

     

    (oln/tjp/*)

  • Dua Tentara Korea Utara Ditangkap, Klaim Pergi untuk Latihan – Halaman all

    Dua Tentara Korea Utara Ditangkap, Klaim Pergi untuk Latihan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ukraina menangkap dua tentara Korea Utara di wilayah Kursk, Rusia.

    Penangkapan ini dilakukan oleh pasukan khusus Ukraina yang bekerja sama dengan pasukan terjun payung.

    Menurut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, kedua tentara tersebut kini telah dibawa ke Kyiv dan sedang menjalani interogasi oleh Dinas Keamanan Ukraina (SBU).

    Zelensky menyatakan bahwa kedua tentara Korea Utara tersebut menerima bantuan medis yang diperlukan.

    “Setelah diinterogasi dan mendapatkan perawatan medis, wartawan akan diberi akses untuk berbicara dengan mereka,” ujar Zelensky, seperti dikutip dari Reuters.

    SBU mengungkapkan bahwa interogasi dilakukan dengan bantuan penerjemah Korea, bekerja sama dengan Dinas Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS).

    Hal ini diperlukan karena kedua tentara tidak menguasai bahasa Ukraina, Rusia, atau Inggris.

    Salah satu tentara yang ditangkap mengeklaim bahwa ia pergi ke Rusia untuk pelatihan, bukan untuk berperang melawan Ukraina.

    “Saya diberi dokumen (identitas militer Rusia) tersebut pada musim gugur lalu ketika beberapa unit Korea Utara ikut serta dalam acara pelatihan selama satu minggu dengan pasukan Rusia,” ujarnya.

    SBU mencatat bahwa salah satu tahanan memiliki kartu identitas militer Rusia atas nama orang lain yang terdaftar di Rusia.

    Tentara tersebut lahir pada 2005 dan telah bertugas di militer Korea Utara sejak 2021.

    Sementara itu, tentara lainnya lahir pada 1999 dan telah bertugas sejak 2016 sebagai penembak jitu pengintai.

    Badan intelijen Korea Selatan mengonfirmasi penangkapan kedua tentara tersebut dan mencatat bahwa telah terjadi korban yang signifikan di antara tentara Korea Utara di Rusia.

    “Kami akan terus berbagi informasi terkait tahanan Korea Utara dalam kerja sama yang erat dengan otoritas intelijen Ukraina,” kata NIS.

    NIS juga melaporkan bahwa tentara yang terluka tidak berada dalam kondisi kritis.

    Diperkirakan, Korea Utara telah mengirim sekitar 11.000 tentara untuk mendukung Rusia dalam perang melawan Ukraina, dengan sedikitnya 100 warga Korea Utara dilaporkan telah terbunuh dan sekitar 1.000 lainnya terluka.

    Sebuah video yang diunggah oleh SBU menunjukkan dua orang yang ditangkap, dengan salah satu dari mereka mengalami luka di wajah dan lainnya menggunakan sedotan untuk minum.

    Seorang dokter yang diwawancarai dalam video tersebut menyatakan bahwa salah satu prajurit mengalami luka di wajah dan akan dirawat oleh dokter gigi, sementara prajurit lainnya mengalami luka terbuka dan patah tulang kaki bagian bawah.

    Dengan penangkapan ini, Ukraina menunjukkan komitmennya untuk mengungkap lebih banyak informasi mengenai keterlibatan tentara Korea Utara dalam konflik yang sedang berlangsung.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Tentara Korut yang Ditangkap Ukraina Ngaku Dirinya Pergi ke Rusia untuk Latihan Bukan Perang – Halaman all

    Tentara Korut yang Ditangkap Ukraina Ngaku Dirinya Pergi ke Rusia untuk Latihan Bukan Perang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Ukraina telah menangkap dua tentara Korea Utara di wilayah Kursk, Rusia.

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa para prajurit Korea Utara itu telah dibawa ke Kyiv dan sedang diinterogasi oleh Dinas Keamanan Ukraina (SBU).

    “Seperti halnya semua tawanan perang, kedua tentara Korea Utara ini menerima bantuan medis yang diperlukan,” kata Zelensky, dikutip dari Reuters.

    Setelah diinterogasi dan mendapatkan perawatan medis, Zelensky mengatakan bahwa wartawan akan diberi akses untuk berbicara dengan kedua tentara Korea Utara itu.

    Kyiv mengatakan bahwa pasukan Korea Utara bertempur di wilayah Kursk, tempat Ukraina melancarkan serangan pada bulan Agustus.

    Rusia tidak membenarkan maupun membantah kehadiran pasukan Korea Utara di Kursk, dan tidak ada reaksi langsung dari Moskow maupun Pyongyang terhadap laporan terbaru tersebut.

    Ukraina sebelumnya mengatakan pihaknya menangkap tentara Korea Utara dalam pertempuran, tetapi mereka terluka parah dan meninggal tak lama setelah itu.

    Sementara itu, salah satu tentara Korea Utara mengatakan bahwa ia mengira dirinya pergi ke Rusia untuk pelatihan, bukan untuk berperang melawan Ukraina.

    SBU mengatakan, pihaknya telah menginterogasi kedua tentara tersebut melalui penerjemah Korea bekerja sama dengan Dinas Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) karena mereka tidak berbicara bahasa Ukraina, Rusia, atau Inggris.

    Dikutip dari Yonhap, dikatakan bahwa salah satu tentara memiliki kartu identitas militer Rusia atas nama orang lain yang terdaftar di Rusia.

    Tentara itu mengatakan bahwa dia diberi dokumen tersebut pada musim gugur lalu ketika ia mengatakan beberapa unit Korea Utara ikut serta dalam acara pelatihan selama satu minggu dengan pasukan Rusia.

    “Patut dicatat bahwa tahanan tersebut menekankan bahwa ia diduga pergi untuk mengikuti pelatihan, bukan untuk berperang melawan Ukraina,” kata SBU dalam rilisnya.

    Warga Korea Utara dengan kartu identitas militer Rusia itu mengaku lahir pada 2005 dan telah bertugas di militer Korea Utara sejak 2021.

    Sementara, warga negara lainnya lahir pada 1999 dan telah bertugas sejak 2016 sebagai penembak jitu pengintai, kata SBU, mengutip informasi awal.

    SBU juga merilis rekaman video yang tampaknya memperlihatkan dua pria yang ditangkap — keduanya diperban karena terlihat terluka.

    Badan mata-mata Korea Selatan kemudian mengonfirmasi penangkapan kedua tentara tersebut oleh Ukraina, dan mengutip pernyataan salah satu dari mereka yang mengatakan bahwa telah terjadi korban yang “cukup besar” di antara tentara Korea Utara di Rusia.

    “(Kami) akan terus berbagi informasi terkait tahanan Korea Utara dalam kerja sama yang erat dengan otoritas intelijen Ukraina,” kata NIS.

    NIS menambahkan bahwa tentara yang terluka tidak berada dalam kondisi kritis.

    Korea Utara diperkirakan telah mengirim sekitar 11.000 tentara untuk mendukung Rusia dalam perang melawan Ukraina, menurut pejabat Korea Selatan.

    NIS mengatakan kepada para anggota parlemen bulan lalu bahwa sedikitnya 100 warga Korea Utara telah terbunuh, dengan sekitar 1.000 lainnya terluka.

    Operasi Khusus Ukraina

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan dalam pidato video bahwa pasukan Koea Utara telah ditangkap oleh pasukan khusus Ukraina yang bekerja bersama pasukan terjun payung.

    Dikutip dari Reuters, pasukan khusus mengunggah video yang direkam dari pesawat nirawak yang mengklaim memperlihatkan sebagian operasi.

    Video itu memperlihatkan lima orang mengenakan pakaian ghillie di kawasan hutan, meskipun detail lainnya sulit diketahui.

    Sebuah video yang diunggah oleh SBU memperlihatkan dua orang yang ditangkap. Salah satu rahangnya diperban karena luka, sementara yang lain minum menggunakan sedotan.

    Seorang dokter yang diwawancarai untuk video SBU, yang tidak disebutkan namanya dan wajahnya diburamkan, mengatakan salah satu prajurit mengalami luka di wajah dan akan dirawat oleh dokter gigi, sementara prajurit lainnya mengalami luka terbuka dan patah tulang kaki bagian bawah.

    (Tribunnews.com/Whiesa)

  • 2 Tentara Korut Ditangkap, Zelensky Tawarkan Pertukaran Tawanan ke Rusia

    2 Tentara Korea Utara yang Bertempur di Rusia di Ditangkap Ukraina

    Jakarta

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut pasukannya yang beroperasi di wilayah Kursk Rusia telah menangkap dua tentara Korea Utara. Hal ini menandai pertama kalinya Ukraina menangkap tentara hidup-hidup dari negara yang terisolasi itu.

    “Tentara kami telah menangkap personel militer Korea Utara di wilayah Kursk. Dua tentara, meskipun terluka, selamat dan diangkut ke Kyiv, di mana mereka sekarang berkomunikasi dengan Dinas Keamanan Ukraina,” kata Zelensky dalam sebuah pernyataan di X, dilansir CNN, Minggu (12/1/2025).

    Berdasarkan pernyataan Ukraina dan barat, sekitar 11.000 tentara Korea Utara dikerahkan di wilayah Kursk, tempat pasukan Ukraina menempati beberapa ratus kilometer persegi setelah melakukan serangan lintas perbatasan pada Agustus tahun lalu.

    Zelensky mengatakan penangkapan dua tentara Korea Utara itu bukan hal yang mudah. Sebab biasanya Rusia mengeksekusi tentara terluka untuk menghilangkan bukti keterlibatan Korut.

    “Ini bukan tugas yang mudah, pasukan Rusia dan personel militer Korea Utara lainnya biasanya mengeksekusi yang terluka untuk menghilangkan bukti keterlibatan Korea Utara dalam perang melawan Ukraina,” ujar Zelensky.

    Korsel Konfirmasi Ukraina Tangkap 2 Tentara Korut

    Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) membenarkan pernyataan Ukraina yang menyebut pihaknya menangkap 2 tentara Korea Utara di Rusia. Kedua tentara Korut itu terluka dan dirawat di Ukraina.

    “Mengonfirmasi bahwa militer Ukraina menangkap dua tentara Korea Utara pada tanggal 9 Januari di medan perang Kursk di Rusia,” kata Badan Intelijen Nasional (NIS) Seoul, dilansir AFP.

    Pada hari Sabtu, intelijen Ukraina (SBU) merilis sebuah video yang memperlihatkan kedua pria tersebut di ranjang rumah sakit, satu dengan tangan diperban dan yang lainnya dengan rahang diperban.

    Seorang dokter di pusat penahanan mengatakan pria pertama juga mengalami patah kaki.

    SBU mengatakan bahwa pria tersebut telah memberi tahu para interogator bahwa mereka adalah tentara berpengalaman. Salah satu tentara mengatakan dia dikirim ke Rusia untuk pelatihan, bukan untuk bertempur.

    Namun, Kyiv tidak memberikan bukti langsung bahwa orang-orang yang ditangkap itu adalah warga Korea Utara. AFP jugatidak dapat memverifikasi kewarganegaraan mereka secara independen.

    Pernyataan dari Korea Selatan ini sekaligus menambah bobot pernyataan Kyiv.

    NIS juga mengatakan bahwa salah satu tentara yang ditangkap mengungkapkan selama interogasinya bahwa ia menerima pelatihan militer dari pasukan Rusia setelah tiba di sana pada bulan November.

    “Awalnya ia yakin bahwa ia dikirim untuk pelatihan, dan menyadari setelah tiba di Rusia bahwa ia telah dikerahkan,” kata NIS.

    Tentara itu mengatakan bahwa pasukan Korea Utara telah mengalami “kerugian yang signifikan selama pertempuran”.

    Menurut badan intelijen Seoul, salah satu dari mereka “tidak diberi makan atau minum selama 4 hingga 5 hari sebelum ditangkap”.

    NIS mengatakan akan terus bekerja sama dengan SBU untuk berbagi informasi tentang pejuang Korea Utara di Ukraina.

    Baik Rusia maupun Korea Utara tidak bereaksi terhadap pernyataan intelijen tersebut.

    (yld/idn)

  • Hari ke-1054 Perang Rusia-Ukraina: Intelijen Ukraina Interogasi 2 Tentara Korea Utara – Halaman all

    Hari ke-1054 Perang Rusia-Ukraina: Intelijen Ukraina Interogasi 2 Tentara Korea Utara – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada hari ke-1054 perang Rusia-Ukraina, situasi di lapangan semakin memanas.

    Pada tengah malam, sekitar 25 UAV Rusia terlihat di wilayah Ukraina, terutama di Poltava dan Chernigov.

    Ledakan terdengar di Kiev saat pertahanan udara Ukraina berupaya menanggulangi serangan drone Rusia.

    Penangkapan Tentara Korea Utara

    Ukraina mengonfirmasi penangkapan dua tentara Korea Utara di wilayah Kursk.

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengungkapkan bahwa kedua tentara tersebut ditangkap oleh pasukan khusus Ukraina dan kini sedang diinterogasi oleh Badan Intelijen Ukraina (SBU) di Kyiv.

    Menurut SBU, kedua pria tersebut adalah tentara berpengalaman.

    Salah satu dari mereka mengeklaim bahwa dia dikirim ke Rusia untuk pelatihan, bukan untuk berperang.

    SBU juga menunjukkan bahwa salah satu tawanan memiliki kartu identitas militer Rusia yang dikeluarkan atas nama orang lain.

    Zelensky menambahkan bahwa sulit untuk menangkap warga Korea Utara hidup-hidup karena tentara Rusia dan Korea Utara lainnya cenderung menghabisi yang terluka untuk menyembunyikan bukti keterlibatan mereka dalam perang.

    Aktivitas Militer Rusia

    Rusia mengeklaim telah menguasai sebuah desa dekat Pokrovsk, yang merupakan pusat logistik penting bagi Ukraina.

    Militer Ukraina melaporkan bahwa Rusia melancarkan lebih dari 50 serangan terhadap posisi Ukraina dalam 24 jam terakhir.

    Serangan Drone

    Rusia meluncurkan 74 drone ke Ukraina dalam semalam, dengan militer Ukraina mengeklaim berhasil menembak jatuh 47 di antaranya.

    Meskipun demikian, puing-puing dari drone yang jatuh menyebabkan kerusakan pada bangunan dan kendaraan di tujuh wilayah, meskipun tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.

    Serangan Balasan Ukraina

    Ukraina juga melancarkan serangan drone ke wilayah Rusia, termasuk dua rumah di daerah Tambov.

    Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa beberapa orang mengalami cedera akibat serangan tersebut, tetapi Ukraina membantah bahwa mereka menyerang sasaran sipil.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).