Negara: Korea Utara

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1082: Zelensky Sebut Putin Siap Perpanjang Perang Pakai Senjata Baru – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1082: Zelensky Sebut Putin Siap Perpanjang Perang Pakai Senjata Baru – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-1082 pada Minggu (9/2/2025).

    Ukraina melaporkan tiga orang terluka akibat tembakan yang diluncurkan oleh pasukan Rusia ke kota Pokrovsk, Donetsk, pada Sabtu (8/2/2025).

    Empat blok apartemen rusak di kota tersebut akibat serangan Rusia.

    Pada pukul 20.10 waktu setempat, militer Ukraina melaporkan pasukan Rusia dan Korea Utara kembali melakukan serangan terhadap posisi pasukan Ukraina di Kursk, Rusia.

    “Pasukan Rusia dan Korea Utara memulai serangan lain di Oblast Kursk. Brigade Mekanik Terpisah ke-47 ‘Magura’ dan sekutunya menangkis serangan besar Rusia yang baru,” lapor militer Ukraina.

    Zelensky: Putin Siap Lanjutkan Perangnya, Bukan Hanya Lawan Ukraina

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin bersiap memerintahkan pasukannya untuk melanjutkan serangannya di Ukraina.

    “Kita sekarang tahu – seperti yang dilaporkan intelijen kita – bahwa Rusia sedang menciptakan divisi baru dan mengembangkan fasilitas produksi militer baru,” kata Zelensky dalam pidato malamnya, Sabtu.

    “Jelas bahwa kerja sama mereka dengan Korea Utara akan meluas. Sayangnya, Moskow menyebarkan teknologi modern – teknologi perang – ke wilayah tersebut, termasuk teknologi pesawat nirawak,” tambahnya, dikutip dari Pravda.

    Zelensky mengatakan Putin menambah pasukan hingga 100.000 tentara.

    “Semua mitra harus tahu dan melihatnya… Kami siap berbagi informasi yang relevan dan komunikasi terkait sudah berlangsung melalui saluran intelijen,” kata Zelensky memperingatkan sekutu Ukraina.

    Kim Jong Un Janji Tetap Dukung Rusia

    Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah menjanjikan dukungannya yang berkelanjutan untuk sekutunya, Rusia, dalam perangnya dengan Ukraina. 

    “Tentara dan rakyat Korea Utara akan selalu mendukung dan mendorong tujuan yang benar dari tentara dan rakyat Rusia untuk mempertahankan kedaulatan, keamanan, dan integritas teritorial mereka,” kata Kim Jong Un, Sabtu.

    Menanggapi kerja sama militer trilateral antara AS, Jepang dan Korea Selatan, Kim Jong Un menegaskan kembali kebijakan yang tak tergoyahkan dari negaranya untuk lebih mengembangkan kekuatan nuklir.

    Pada minggu ini, Zelensky mengonfirmasi pasukan Korea Utara telah kembali ke garis depan di wilayah Kursk Rusia, setelah laporan Rusia telah menarik mereka karena kerugian besar.

    Bulan lalu, Korea Selatan mengatakan pihaknya mencurigai Korea Utara bersiap untuk mengirim lebih banyak pasukan ke Rusia untuk memperkuat pasukan Moskow dalam perang hampir tiga tahun, seperti diberitakan The Guardian.

    Menlu Inggris: Perang Rusia-Ukraina Tak Ada Tanda-tanda Segera Berakhir

    Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengatakan tidak akan ada akhir yang dekat dari pertempuran di Ukraina meskipun Donald Trump berjanji untuk menengahi dengan cepat mengakhiri konflik tersebut.

    “Saya tidak yakin kita tinggal beberapa minggu lagi dari perundingan damai. Dan saya katakan itu karena penilaian kami, yang saya cukup yakin diamini AS, adalah (Vladimir) Putin sama sekali tidak menunjukkan keinginan untuk berunding dan mengakhiri perang ini,” kata David Lammy setelah bertemu Zelensky dan pejabat senior Ukraina di Kyiv, Sabtu.

    Ia mengatakan Inggris akan memainkan peran penuh dalam jaminan keamanan di masa mendatang, termasuk kemungkinan mengirim pasukan Inggris ke Ukraina untuk bertindak sebagai pasukan penjaga perdamaian jika terjadi gencatan senjata dengan Rusia. 

    Namun David Lammy mengatakan diskusi dengan sekutu Eropa dan G7 mengenai jenis jaminan apa yang mungkin diperlukan akan berlangsung selama beberapa bulan lagi dan terlalu dini untuk mengantisipasi peran apa yang akan dimainkan Inggris.

    Rusia: AS Tak Niat Tengahi Gencatan Senjata

    Rusia mengatakan tidak melihat adanya langkah positif dari pemerintahan baru AS terkait pelucutan senjata. 

    Perwakilan tetap Rusia untuk PBB, Gennady Gatilov mengatakan Rusia siap bekerja sama dengan AS untuk membahas perundingan gencatan senjata dengan Ukraina.

    “Rusia siap untuk menjaga hubungan kerja sama yang lancar dengan pemerintahan Amerika mana pun,” katanya kepada RIA Novosti, Sabtu.

    “Kami akan siap melakukan ini dalam kerangka Konferensi Perlucutan Senjata… Sejauh ini, kami tidak melihat adanya kemajuan positif dalam hal ini di Jenewa,” kata Gennady Gatilov.

    Zelensky dan Pejabat NATO Cek Gudang Senjata Ukraina

    Zelensky mengatakan ia bertemu dengan ketua komite militer NATO untuk meninjau kapasitas persenjataan jarak jauh Ukraina, dalam sebuah posting di X. 

    Selama kunjungan bersama Giuseppe Cavo Dragone ke sebuah perusahaan industri pertahanan, Zelensky mengonfirmasi topik-topik utama yang dibahas termasuk bantuan militer berkelanjutan dari negara-negara anggota NATO dan investasi langsung dalam produksi dalam negeri pesawat nirawak jarak jauh.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Diplomasi Panda China, Sewa Miliaran untuk Simbol Perdamaian

    Diplomasi Panda China, Sewa Miliaran untuk Simbol Perdamaian

    Liputan6.com, Yogyakarta – Kebijakan China dalam pengelolaan panda membentuk dinamika hubungan internasional melalui program penyewaan hewan langka yang menelan biaya hingga 5 miliar per tahun. Strategi ini memperkuat posisi China dalam diplomasi global dan mendukung upaya konservasi spesies ikonis tersebut.

    Mengutip dari berbagaib sumber, program penyewaan panda China telah berlangsung selama puluhan tahun. Negara-negara yang berminat memelihara panda harus melalui serangkaian negosiasi dan menyetujui persyaratan ketat yang ditetapkan pemerintah China, termasuk pembayaran sewa tahunan dan jaminan fasilitas perawatan berkualitas tinggi.

    Kepemilikan mutlak China atas seluruh populasi panda di dunia mencakup panda yang lahir di luar negeri. Kebijakan ini mengharuskan anak panda yang lahir di negara peminjam untuk dikembalikan ke China saat berusia antara dua hingga empat tahun.

    Hal ini untuk memastikan kelestarian genetik populasi panda tetap dalam pengawasan China. Biaya sewa panda yang mencapai 5 miliar per tahun dialokasikan untuk program konservasi dan penelitian.

    Dana ini mendukung pengembangan fasilitas pembiakan, penelitian perilaku, dan pelestarian habitat alami panda di China. Investasi besar ini berkontribusi pada peningkatan populasi panda di alam liar dan penangkaran.

    China menerapkan sistem peminjaman berjangka waktu dalam program diplomasi panda. Setiap perjanjian peminjaman mencakup ketentuan spesifik tentang durasi, perawatan, dan pengembalian panda.

    Pengaturan ini untuk mempertahankan kontrol atas populasi panda sambil membangun hubungan bilateral dengan negara peminjam. Beberapa negara menerima panda dari China adalah Jepang, Rusia, Korea Utara, dan Amerika Serikat.

    Keberhasilan program ini terlihat dari meningkatnya jumlah kebun binatang internasional yang berpartisipasi dalam program peminjaman panda. Program ini memadukan kepentingan pelestarian spesies dengan pencapaian tujuan diplomatik, menciptakan model unik dalam diplomasi lingkungan global.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Perkembangan Terbaru Perang Rusia-Ukraina: Pasukan Korea Utara Kembali ke Garis Depan – Halaman all

    Perkembangan Terbaru Perang Rusia-Ukraina: Pasukan Korea Utara Kembali ke Garis Depan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang Rusia-Ukraina terus berlanjut dan pada tanggal 8 Februari 2025, telah memasuki hari ke-1981.

    Dalam perkembangan yang signifikan, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengungkapkan bahwa pasukan Korea Utara telah kembali ke garis depan di wilayah Kursk, Rusia.

    Hal ini muncul setelah sebelumnya dilaporkan bahwa pasukan Korea Utara ditarik karena mengalami kerugian besar.

    Apa yang Terjadi di Kursk?

    Zelensky, dalam pidato malamnya pada tanggal 7 Februari 2025, menyatakan, “Telah terjadi serangan baru di daerah operasi Kursk. Tentara Rusia dan tentara Korea Utara didatangkan kembali.” Ia juga menambahkan bahwa “sejumlah besar pasukan lawan telah dihancurkan,” merujuk pada ratusan tentara Rusia dan Korea Utara yang terlibat dalam konflik ini.

    Sebelumnya, seorang juru bicara militer Ukraina melaporkan bahwa Kyiv tidak mengalami aktivitas atau bentrokan dengan pasukan Korea Utara selama tiga minggu.

    Ini menunjukkan fluktuasi dalam situasi di medan perang yang dapat berdampak pada taktik dan strategi kedua belah pihak.

    Kenapa Korea Utara Terlibat Kembali?

    Menurut intelijen dari Korea Selatan dan barat, Pyongyang telah mengirim lebih dari 10.000 tentara ke Rusia tahun lalu untuk memberikan dukungan dalam perang melawan Ukraina, khususnya di wilayah perbatasan.

    Kembalinya pasukan Korea Utara ke Kursk menandakan peningkatan kembali kerjasama militer antara kedua negara dalam konteks konfrontasi yang berkepanjangan ini.

    Apa yang Terjadi di Pertemuan Trump dan Zelensky?

    Di tengah situasi yang berkembang di Kursk, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, juga memberikan kabar bahwa ia mungkin akan bertemu dengan Zelensky minggu depan.

    Dalam pernyataannya kepada wartawan di Gedung Putih, Trump menjawab bahwa pertemuan tersebut bisa saja terjadi di Washington, meskipun ia tidak akan pergi ke Kyiv.

    Zelensky mengapresiasi kerja sama yang telah terjalin dengan Trump.

    Ia menyatakan bahwa saat ini tim Ukraina dan Amerika sedang menyusun rincian untuk pertemuan tersebut.

    Bagaimana dengan Situasi di Toretsk?

    Di sisi lain, Rusia mengeklaim telah berhasil merebut kota pertambangan utama di Ukraina timur, yaitu Toretsk.

    Jika klaim ini terkonfirmasi, maka ini akan menjadi pemukiman terbesar yang direbut oleh Moskow sejak Avdiivka pada Februari tahun lalu.

    Namun, Kyiv membantah bahwa Rusia memiliki kendali penuh atas pusat industri tersebut.

    Menurut analis militer, perebutan Toretsk yang strategis bisa membuka jalan bagi Rusia untuk memotong rute pasokan Ukraina lebih lanjut ke utara.

    Apa yang Terjadi di Zaporizhia?

    Selain itu, pada tanggal 6 Februari 2025, Pasukan Pertahanan Ukraina berhasil menembak jatuh bom udara berpemandu Rusia di atas Zaporizhia.

    Yuriy Ignat, kepala departemen komunikasi Komando Angkatan Udara Angkatan Bersenjata Ukraina, menyebutkan bahwa insiden ini bukanlah yang pertama, meskipun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai situasi tersebut.

    Dengan dinamika yang terus berubah, perang Rusia-Ukraina menunjukkan bahwa medan perang tetap menjadi arena yang kompleks dan penuh ketidakpastian.

    Kembalinya pasukan Korea Utara, pertemuan yang direncanakan antara Trump dan Zelensky, serta situasi di Toretsk dan Zaporizhia menunjukkan betapa pentingnya perkembangan ini dalam konteks geopolitis yang lebih luas.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Jurnalis Israel: Dari Greenland hingga Gaza, Ocehan Trump yang Sakit Mental Tak Usah Diseriusi – Halaman all

    Jurnalis Israel: Dari Greenland hingga Gaza, Ocehan Trump yang Sakit Mental Tak Usah Diseriusi – Halaman all

    Jurnalis Israel: Dari Panama, Greenland hingga Gaza, Ocehan Trump yang Sakit Mental Tak Usah Diseriusi
     
     
    TRIBUNNEWS.COM – Seorang jurnalis dan penulis Israel menggambarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai orang yang sakit mental.

    Karena itu, ide dan seruan Trump tentang pengusiran warga Palestina dari Gaza, dia anggap sebagai omong kosong.

     
    Jurnalis sekaligus penulis Israel itu adalah Uri Masaf.

    Dia menerbitkan analisisnya di surat kabar berbahasa Ibrani, Haaretz tentang ketidakmungkinan melaksanakan deportasi jutaan warga Palestina di Gaza yang hancur seperti yang direncanakan Donald Trump.

    “Kita tidak punya waktu untuk omong kosong Trump yang sakit mental, dan tidak akan ada deportasi dari Gaza,” katanya, dikutip dari Khaberni, Jumat (7/2/2025).

    Dalam analisisnya, Uri menjelaskan kalau, “Tidak ada rencana, tidak ada pekerjaan persiapan, tidak ada gunanya, dan tidak seorang pun (negara mana pun) akan menerima dua juta warga Palestina di tanahnya.”

    “Dunia tidak berada di zaman Perang Dunia II, dan Trump mengoceh tanpa makna. Ini gayanya, mengingat bahwa ia pernah mengusulkan pembangunan hotel di Korea Utara alih-alih rudal nuklir,” kata Uri mengenang sejumlah pernyataan berbau bualan Trump.

    Belakangan, kata Uri, Trump juga menampilkan wacana-wacana ‘gila dan tak masuk akal’ seperti pengambilalihan Terusan Panama, tanah Greenland, dan aneksasi Kanada.  

    “Sejak terpilih, ia (Trump) telah berbicara tentang invasi Panama, mengambil alih Greenland, dan mencaplok Kanada. Kita cukup dewasa untuk mengingat bagaimana ia pernah berkata dalam sebuah pertemuan dengan Netanyahu tentang mencaplok Tepi Barat ke Israel,” penulis tersebut menambahkan.

    Ia menjelaskan, menganggap serius pernyataan Trump yang asal-asalan itu merupakan penghinaan (bagi akal sehat).

    “Karena ia menderita sakit mental, dan kini orang-orang hidup di era kemerosotan yang cepat. Hal ini mengindikasikan bahwa Perdana Menteri pemerintah pendudukan Israel, Netanyahu, juga menderita sakit mental dan tidak punya hati nurani, tetapi ia tidak bodoh. Ia pun terpaku karena tidak nyaman ketika Trump mulai mengoceh tentang evakuasi Gaza, sementara Netanyahu menumpuk pujian yang memalukan kepadanya,” kata Uri.

    Hanya karena sejalan, Uri juga menyoroti bagaimana media-media Israel seperti bahu-membahu menggaungkan rencana tidak masuk akal untuk mendeportasi jutaan warga Gaza ke luar dari tanahnya ke lokasi yang bahkan belum pasti tanpa perencanaan.

    “Sangat menyedihkan melihat sebagian besar media Israel bekerja sama dengan lelucon ini, dan terlibat dalam diskusi di tingkat pelajaran ilmu sosial kelas tujuh, tentang deportasi – mendukung atau menentang. Bahkan sebelum dimensi moral, ini pada dasarnya mencerminkan kedangkalan dan kemalasan intelektual. Sangat mudah untuk memanipulasi mereka. Dan di sini Trump dan Netanyahu sudah menjadi ahli: pemboman media terus-menerus dengan pembicaraan kosong tentang hal-hal yang tidak akan pernah terjadi – besok, Trump bahkan tidak akan ingat apa yang sedang dibicarakannya,” katanya.

    KONFERENSI PERS TRUMP – Tangkapan Layar YouTube FOX 2 Detroit yang Memperlihatkan Presiden AS Donald Trump Melakukan Konferensi Pers terkait Tabrakan Pesawat Antara Jet American Airlines dengan Helikopter Black Hawk pada Kamis (30/1/2025). Insiden tabrakan pesawat ini dijadikan bahan politik Trump untuk menyalahkan pendahulunya, Joe Biden. (Tangkapan Layar YouTube FOX 2 Detroit)

    Poin-poin Pernyataan Kontroversial Donald Trump Soal Gaza

    Seperti diberitakanDonald Trump menyodorkan wacana Amerika Serikat (AS) terlibat langsung dalam konflik di Jalur Gaza yang selama 15 bulan terakhir dibombardir Israel tersebut.

    Trump blak-blakan menyatakan, keterlibatan langsung AS itu lewat cara pengambilalihan kendali Gaza, sebuah rencana yang dianggap ‘gila’ dan banjir kecaman oleh banyak negara-negara di dunia.

    Ide Trump agar AS, sekutu abadi Israel, mengambil alih Gaza muncul setelah sebelumnya ia mengusulkan penggusuran permanen warga Palestina di Jalur Gaza.

    Para pemimpin Palestina dan dunia Arab secara terbuka menolak komentar Trump sebelumnya yang mengusulkan kalau warga Palestina harus dipindahkan ke Mesir dan Yordania.

    Para pembela hak asasi manusia juga mengecam komentar Trump tersebut sebagai wacana pembersihan etnis.

    Trump tidak memberikan banyak perincian tentang usulannya, tetapi ia memaparkan ‘fitur’ dasar rencana tersebut, yang telah memicu dan diperkirakan akan memicu reaksi negatif lebih lanjut.

    Berikut ini beberapa pernyataan Trump dari pertanyaan-pertanyaan yang dijawabnya selama konferensi pers Rabu (5/2/2025) pagi waktu AS, di Gedung Putih, Washington DC, AS, bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu:

    NETANYAHU DAN TRUMP – Foto ini diambil pada Rabu (5/2/2025) dari akun resmi The White House di media sosial X, menampilkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan Presiden AS Donald Trump (kanan) berbicara dalam konferensi pers setelah pertemuan mereka di Gedung Putih pada Selasa (4/2/2025). Donald Trump mengatakan AS akan mengambil alih Jalur Gaza setelah mengusir warga Palestina dari wilayah tersebut. (Akun The White House di X (@WhiteHouse))

    Apa yang Dikatakan Trump? AS Siap Jadi ‘Pahlawan’

    Trump menyatakan, AS siap menjadi ‘pahlawan’ dengan membangun ulang Gaza agar ‘aman’ untuk ditempati.

    Harus digarisbawahi, hancur leburnya Gaza di berbagai sektor, sebagian besar terjadi karena agresi militer Israel dengan dalil memberantas Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas.

    Israel memburu Hamas karena Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, titik awal agresi dan bombardemen buta selama 15 bulan terakhir.

    Adapun Hamas, menyatakan, serangan berdarah ke Israel itu adalah akumulasi dari perlawanan atas penindasan Israel di wilayah Palestina. 

    “Amerika Serikat akan mengambil alih kendali Jalur Gaza, dan kami akan melaksanakan tugas kami di sana juga,” kata Trump di awal konferensi pers.

    “Kami akan bertanggung jawab untuk membongkar semua bom berbahaya yang belum meledak dan senjata lainnya di lokasi, meratakan lokasi, membersihkan dan meratakan bangunan yang hancur, dan menciptakan pembangunan ekonomi yang akan menyediakan lapangan pekerjaan dan perumahan tanpa batas bagi penduduk di wilayah tersebut.”

    KEADAAN GAZA – Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English yang diambil pada Kamis (6/2/2025) menunjukkan keadaan kota Gaza setelah gencatan senjata diterapkan pada 19 Januari 2025. (Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English)

    2. Siapa yang Akan Menerima Warga Gaza?

    Trump mengatakan Washington akan meminta negara tetangga lainnya, seusai muncul respons penolakan dari Mesir dan Yordania, untuk menerima warga Palestina yang mengungsi dari Gaza, meskipun ia tidak mengatakan apakah Palestina bersedia menerima rencana seperti itu.

    Meskipun Trump telah berulang kali meminta Mesir dan Yordania untuk melakukannya sejak 25 Januari, negara-negara tersebut dan negara Arab lainnya telah menolak usulannya.

    “Sebaliknya, kita harus pergi ke negara-negara lain yang tertarik, dan ada banyak yang ingin melakukan ini, dan membangun berbagai wilayah yang pada akhirnya akan menampung 1,8 juta warga Palestina yang tinggal di Gaza, dan mengakhiri kematian dan kehancuran di sana, dan negara-negara tetangga yang memiliki kekayaan besar dapat membiayainya,” imbuh Trump.

    Sebagai gambaran betapa ‘gila’ proposal Trump ini, populasi Gaza sebelum agresi Israel adalah 2,3 juta orang.

    Pemindahan jutaan orang ini jelas akan menimbulkan masalah baru, terlebih Israel terus-terusan menembaki warga sipil Palestina yang mereka anggap sebagai ‘tersangka’ Hamas saat berpindah untuk mengungsi.

    3. Akankah Amerika Mengirimkan Pasukan Saat Mengeksekusi Rencana Trump?

    “Kami akan melakukan apa yang diperlukan. Jika diperlukan, kami akan melakukannya. Kami akan mengambil sebidang tanah itu. Kami akan mengembangkannya, kami akan menciptakan ribuan dan ribuan lapangan kerja, dan itu akan menjadi sesuatu yang dapat dibanggakan oleh seluruh Timur Tengah,” kata Trump ketika ditanya apakah Washington akan mengirim pasukan AS ke Gaza berdasarkan usulannya.

    DONALD TRUMP – Tangkapan layar YouTube White House yang diambil pada Rabu (5/2/2025) menunjukkan Presiden AS menggelar konferensi pers dengan PM Israel Benjamin Netanyahu pada hari Rabu (5/2/2025) (White House)

    4. Apakah Trump Mendukung Solusi Dua Negara?

    Solusi dua negara (two-state solution) merupakan salah satu opsi solusi konflik Israel–Palestina menyerukan untuk dibuatnya “dua negara untuk dua warga.”

    Solusi dua negara ini menyodorkan model, Palestina berdampingan dengan Israel, di sebelah barat Sungai Yordan.

    Selama beberapa dekade, Amerika Serikat telah mendukung solusi dua negara antara Palestina dan Israel yang akan menciptakan negara bagi warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza yang diduduki bersama Israel.

    Ketika ditanya apakah Washington di bawah kepemimpinannya tidak lagi mendukung hal itu, Trump berkata, tanpa menjawab pertanyaan secara langsung, “Itu tidak berarti apa pun tentang dua negara atau satu negara atau negara lainnya. Itu (wacana pemindahan warga Gaza untuk kemudian membangun wilayah itu) berarti kami ingin memberi orang kesempatan untuk hidup… karena Gaza adalah lubang neraka bagi orang-orang yang tinggal di sana.”

    5. Siapa yang akan Tinggal di Gaza jika Trump Merencanakan Hal Ini?

    “Saya membayangkan orang-orang di dunia tinggal di sana, orang-orang di dunia,” kata Trump ketika ditanya siapa yang ia bayangkan tinggal di Gaza.

    “Orang Palestina juga, orang Palestina akan tinggal di sana, banyak orang akan tinggal di sana,” tambahnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Pada tanggal 19 Januari, gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel mulai berlaku pada tahap pertamanya, yang berlangsung selama 6 minggu.

    Kesepakatan, yang dicapai melalui mediasi Qatar, Mesir, dan Amerika, menetapkan dimulainya negosiasi tidak langsung mengenai tahap kedua paling lambat pada hari ke-16, dengan kesepakatan yang akan diselesaikan sebelum akhir minggu kelima tahap pertama.

     

    (oln/khbrn/*)

     
     

  • Wisata 5D4N ke Korea Utara Spesial Ulang Tahun Kim Jong Il, Tertarik?

    Wisata 5D4N ke Korea Utara Spesial Ulang Tahun Kim Jong Il, Tertarik?

    PIKIRAN RAKYAT – Bagi Anda yang penasaran dengan misteri Korea Utara, sebuah agen tur menawarkan kesempatan unik untuk menjelajahi Zona Ekonomi Khusus Rason.

    Paket wisata 5 hari 4 malam ini mengajak Anda untuk merasakan langsung kehidupan sehari-hari di salah satu kawasan industri paling modern di Korea Utara.

    Diketahui, paket wisata ini dibuka dalam rangka memperingati ulang tahun Kim Jong Il yang jatuh pada tanggal 16 Februari 2025 mendatang.

    Dalam website resminya, paket wisata ke Korea Utara itu akan dibuka pada tanggal 12 hingga 18 Februari 2025, namun masih menunggu konfirmasi resmi.

    Mengapa Rason?

    Rason dipilih sebagai tujuan wisata karena beberapa alasan:

    – Rason merupakan kawasan eksperimental di mana Korea Utara menguji kebijakan ekonomi dan sosial baru.

    – Meskipun lebih terpencil dibandingkan Pyongyang, Rason relatif mudah diakses karena lokasinya yang berbatasan dengan China dan Rusia.

    – Anda akan melihat sisi berbeda dari Korea Utara yang jarang dikunjungi oleh wisatawan.

    Kim Jong Il yang merupakan ayah dari Kim Jong Un, yang kematiannya diperingati setiap tahun dengan aturan larangan tertawa selama 11 hari

    Rangkuman Itinerary

    Selama perjalanan, Anda akan diajak mengunjungi berbagai tempat menarik, seperti:

    – Melihat langsung proses produksi di berbagai industri lokal, seperti pabrik pengolahan makanan dan peternakan teripang.

    – Melihat bagaimana bahasa asing diajarkan di Korea Utara.

    – Menyaksikan pemandangan perbatasan antara Korea Utara, China, dan Rusia.

    – Bersantai di tepi pantai dan menikmati keindahan alam di Taman Hae’andan.

    – Berlayar dan menikmati pemandangan pulau yang indah di Pulau Pipha.

    – Mengunjungi tempat-tempat yang sebelumnya tidak dibuka untuk wisatawan.

    Harga dan Fasilitas

    Biaya paket wisata ini dimulai dari 705 Euro per orang (sekitar Rp12,7 juta; 1 Euro: Rp16.963) dan sudah termasuk:

    – Transportasi dari Yanji ke Rason dan kembali

    – Akomodasi hotel

    – Semua makanan selama tur

    – Pemandu wisata lokal

    – Transportasi di dalam Korea Utara

    Hal Penting yang Perlu Diketahui

    – Visa ke Korea Utara harus diurus oleh agen perjalanan.

    – Pembayaran dapat dilakukan secara bertahap.

    – Jadwal perjalanan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada kondisi cuaca dan kebijakan pemerintah setempat.

    – Kebebasan bergerak wisatawan di Korea Utara terbatas dan harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan.

    Disclaimer: Tur ini sekarang sudah dibuka untuk pemesanan tetapi belum dikonfirmasi. Saat ini Koryo Tours menunggu informasi dari otoritas Tiongkok mengenai pembukaan sisi perbatasan Tiongkok dan akan segera memberikan konfirmasi.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Jika Bukan karena Israel, Iran Mungkin Sudah Punya Senjata Nuklir 10 Tahun Lalu, Kata Netanyahu – Halaman all

    Jika Bukan karena Israel, Iran Mungkin Sudah Punya Senjata Nuklir 10 Tahun Lalu, Kata Netanyahu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim Iran mungkin sudah memiliki senjata nuklir sepuluh tahun lalu jika tidak direcoki Israel.

    Pernyataan itu disampaikan Netanyahu beberapa hari setelah The New York Times melaporkan para ilmuwan Iran sedang mengupayakan metode yang lebih cepat untuk mengembangkan senjata nuklir.

    Menurut intelijen Amerika Serikat (AS), ilmuwan Negeri Mullah itu ditugasi mencari cara baru untuk membuat bom atom.

    Laporan The New York Times juga menyebutkan bahwa persoalan nuklir Iran turut menjadi bahasan saat Netanyahu berkunjung ke Gedung Putih minggu ini.

    Netanyahu menyebut ambisi nuklir Iran tetap menjadi ancaman bagi Israel.

    “Iran mungkin sudah punya senjata nuklir sepuluh tahun lalu jika kami tidak mengambil berbagai langkah untuk menahan mereka. Kami menahan mereka,” kata Netanyahu kepada Fox News hari Kamis, (6/2/2025).

    Perdana menteri sayap kanan itu mengklaim upaya Iran membuat senjata nuklir belum sepenuhnya dihentikan. Dia lalu mengutip pernyataan Presiden AS Donald Trump.

    “Presiden [Trump] mengatakan sesuatu yang sangat sederhana, yang saya katakan juga: Iran tak boleh punya senjata nuklir,” kata Netanyahu.

    WAWANCARA NETANYAHU – Tangkapan layar YouTube Fox News yang diambil pada Kamis (6/2/2025) memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dalam wawancara dengan wartawan Fox News. (Tangkapan layar YouTube Fox News)

    Russa Today melaporkan Israel dan Barat sudah lama menuding aktivitas penganiayaan uranium Iran sebagai upaya rahasia untuk mengembangkan senjata nuklir.

    Di sisi lain, Iran membantah tudingan itu dan mengklaim aktivitas nuklirnya hanya ditujukan untuk keperluan damai. Selama puluhan tahun Iran dijatuhi sanksi karena program nuklirnya.

    Pada tahun 2015 Iran mencapai kesepakatan nuklir bernama Rencana Komprehensif Aksi Gabungan (JCPA). Kesepakatan itu membatasi program nuklir Iran. Sebagai gantinya, sebagai sanksi terhadap Iran akan dicabut.

    Namun, tiga tahun kemudian AS menarik diri dari kesepakatan itu. Sejak itu Iran mulai meningkatkan kemampuan pengayaan uraniumnya.

    Iran disebut bisa buat satu bom nuklir dalam seminggu

    Iran diyakini sudah memiliki cukup uranium untuk membuat beberapa senjata nuklir.

    Pada bulan Januari 2024 Direktur Badan Tenaga Atom Internasional Rafael Grossi mengatakan Iran tidak punya masalah teknis dalam pembuatan bom nuklir.

    Grossi menyebut Iran bisa membuat bom senjata nuklir jika negara itu memang menginginkannya.

    Selama beberapa tahun terakhir, kelompok garis keras di Iran mendesak Iran untuk mencontoh Korea Utara.

    Kelompok itu percaya bahwa kekuatan nuklir yang dimiliki Iran akan mampu dipertahankan meski nantinya ada tekanan dari negara lain.

    Sementara itu, ekonom Richard W. Rahn dalam tulisannya di Washington Times pada bulan Februari 2024 mengatakan Iran barangkali sudah memiliki lima senjata nuklir.

    Kata Rahn, bisa jadi jumlah senjata nuklir Iran sudah meningkat menjadi selusin pada bulan Mei 2024.

    Pada bulan Oktober 2023 beberapa intelijen memperkirakan Iran sudah memiliki cukup uranium yang weapon-grade untuk membuat satu bom dalam sepekan.

    Uranium itu bahkan cukup untuk membuat lima bom nuklir dalam enam pekan.

    Adapun saat ini sudah bulan April 2024 atau sudah hampir enam bulan sejak data intelijen itu diungkapkan.

    Pakar nuklir bernama David Albert pada bulan Januari lalu menyebutkan bahwa Iran butuh waktu sekitar satu minggu untuk mengayakan uranium guna membuat senjata atom pertamanya.

    “Kenyataan yang mengecewakan ialah bahwa Iran sudah tahu cara membuat senjata nuklir, meski ada beberapa pekerjaan yang belum selesai yang terkait dengan pembuatan senjata nuklir,” kata Albright dikutip dari Iran International.

    “Iran bisa dengan cepat membuat uranium yang cukup weapon-grade (memenuhi standar untuk senjata) untuk membuat banyak senjata nuklir, sesuatu yang tidak bisa dilakukan Iran tahun 2003,” katanya menambahkan.

    Albert menyebut Iran bisa memiliki cukup uranium weapon-grade untuk membuat enam senjata nuklir dalam satu bulan.

    “Setelah lima bulan menghasilkan uranium weapon-grade, Iran bisa punya cukup uranium untuk membuat 12 senjata nuklir.” 

    Di sisi lain, Israel yang menjadi musuh besar Iran berusaha menggagalkan proyek nuklir Iran.

    Jika Iran memiliki banyak senjata nuklir, itu bisa berarti kiamat bagi negara Zionis.

    (*)

  • Selama 6 Bulan Operasi Kursk Ukraina, Rusia Kehilangan 40.000 Tentara Juga Ratusan Tank – Halaman all

    Selama 6 Bulan Operasi Kursk Ukraina, Rusia Kehilangan 40.000 Tentara Juga Ratusan Tank – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Operasi Kursk menjadi salah satu titik balik penting dalam konflik antara Ukraina dan Rusia.

    Sejak dimulainya operasi tersebut enam bulan lalu, yakni pada Selasa (6/8/2024), Rusia mengalami kerugian signifikan.

    Moskow kehilangan 40.000 tentara selama periode tersebut, Ukrainska Pravda melaporkan.

    Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Ukraina, Oleksandr Syrskyi, melaporkan melalui platform Telegram bahwa dari jumlah tersebut, lebih dari 16.000 tentara tewas dan 909 ditawan oleh pasukan Ukraina.

    Syrskyi mengungkapkan kerugian total personel Rusia selama enam bulan pertempuran di Oblast Kursk mencapai sekitar 39.900 orang.

    Rinciannya sebagai berikut:

    – 16.100 tentara tewas dalam aksi.

    – 909 tentara ditangkap oleh pasukan Ukraina.

    Syrskyi juga mencatat bahwa jumlah tahanan yang berhasil ditangkap oleh Ukraina berkontribusi signifikan pada proses pertukaran tahanan, memungkinkan ratusan pembela Ukraina yang ditahan di penjara Rusia untuk pulang ke rumah.

    Alat Perang yang Hilang

    Operasi Kursk bukan hanya berdampak pada kerugian personel, tetapi juga pada peralatan militer.

    Berikut adalah rincian kerugian alat perang Rusia selama enam bulan pertempuran:

    131 tank;
    689 kendaraan tempur lapis baja;
    386 sistem artileri;
    12 sistem roket peluncuran ganda;
    12 sistem pertahanan udara;
    1 pesawat;
    3 helikopter;
    931 UAV taktis dan strategis;
    1.164 unit kendaraan bermotor;
    34 unit peralatan khusus.

    Operasi Kursk dimaksudkan untuk mencegah serangan baru Rusia di wilayah Oblast Sumy dan Kharkiv.

    Taktik ini memaksa Rusia untuk mengalihkan sejumlah besar sumber daya ke Kursk Oblast, yang pada akhirnya melemahkan posisi mereka di garis depan lainnya.

    Untuk mengatasi kerugian yang dialami, Rusia terpaksa meminta bantuan dari Korea Utara yang mengirimkan 12.000 tentaranya ke Kursk, Suspilne melaporkan.

    Syrskyi melaporkan kerugian Korea Utara juga cukup besar, dengan sekitar 4.000 tentara tewas atau terluka.

    Dari tiga brigade yang terlibat, satu brigade diduga hancur, sementara dua brigade lainnya kehilangan kemampuan tempurnya.

    Akibatnya, unit Korea Utara ditarik dari zona perang.

    Posisi Pasukan Ukraina

    Hingga 6 Februari, pasukan Ukraina telah berhasil menguasai ratusan kilometer persegi zona penyangga di Rusia.

    Keberhasilan ini menunjukkan kemajuan signifikan yang telah dicapai oleh Ukraina selama operasi Kursk, meskipun tantangan dan risiko yang ada masih tetap besar.

    Dengan kerugian yang dialami Rusia dan dukungan dari sekutu, situasi di medan perang ini terus berkembang.

    Hasilnya akan sangat bergantung pada strategi serta keputusan yang diambil oleh kedua belah pihak dalam waktu mendatang.

    Rencana Trump Akhiri Perang Rusia-Ukraina

    Minggu depan, Amerika Serikat (AS) akan mengungkapkan rencana Presiden Donald Trump untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina yang hampir berumur 3 tahun.

    Utusan khusus Presiden AS Donald Trump untuk Ukraina dan Rusia, Keith Kellogg mengonfirmasi bahwa ia akan berbicara di Konferensi Keamanan Munich pada Jumat-Minggu (14-16/2/2025), Bloomberg melaporkan.

    Di konferensi tersebut, ia akan mengungkapkan rencana Trump untuk mengakhiri perang di Ukraina yang sudah berlangsung hampir tiga tahun.

    Kellogg berharap bisa membahas tujuan utama Trump dalam menghentikan “perang berdarah dan mahal” ini.

    Ia juga menyatakan akan bertemu dengan sekutu-sekutu AS yang siap bekerja sama dalam menyelesaikan konflik ini.

    Sejak pengumuman partisipasi Kellogg di konferensi tersebut, banyak yang berspekulasi tentang apa yang akan diungkapkan.

    Beberapa sumber yang dekat dengan isu ini menyebutkan bahwa rencana Trump mungkin melibatkan pembekuan permusuhan sementara dan membiarkan wilayah yang dikuasai Rusia dalam “ketidakpastian.”

    Selain itu, Ukraina akan diberikan jaminan keamanan agar Rusia tidak bisa menyerang lagi.

    Rincian lengkap mengenai rencana ini belum dipublikasikan.

    Dikutip dari Radio Free Europe/Radio Liberty, Kellogg dan pejabat lainnya telah mengungkapkan strategi yang diusung Trump dikenal dengan sebutan “perdamaian melalui kekuatan.”

    Rencana ini akan mencakup pembekuan konflik yang memungkinkan wilayah yang dikuasai Rusia untuk tetap berada dalam ketidakpastian.

    Di sisi lain, Ukraina akan diberikan jaminan keamanan, meskipun rincian lebih lanjut tentang jaminan ini belum dijelaskan.

    Tanggapan Kremlin

    Pada Rabu (5/2/2025), Kremlin mengumumkan kalau Rusia siap untuk berunding dengan Ukraina dan Amerika Serikat mengenai penyelesaian perang.

    Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menegaskan bahwa Presiden Vladimir Putin menolak untuk berbicara langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky karena masa jabatannya berakhir tahun lalu.

    Meskipun begitu, Zelensky dalam beberapa kesempatan telah menyatakan kesiapan untuk berbicara langsung dengan Putin, asalkan Amerika Serikat dan Uni Eropa terlibat dalam pembicaraan tersebut.

    Kellogg juga menyatakan bahwa Amerika Serikat sedang mempertimbangkan untuk memberikan tekanan tidak hanya pada Moskow tetapi juga pada Kiev, agar kedua belah pihak bersedia membuat konsesi demi perdamaian.

    Ia menegaskan bahwa baik Rusia maupun Ukraina harus melunakkan posisi mereka jika ingin menyelesaikan konflik ini melalui negosiasi.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Rudal Korea Utara Bantu Pasukan Rusia Serang Ukraina, Makin Canggih, 20 Rudal Hantam Ukraina – Halaman all

    Rudal Korea Utara Bantu Pasukan Rusia Serang Ukraina, Makin Canggih, 20 Rudal Hantam Ukraina – Halaman all

    Rusia terbantu dengan adanya rudal balistik milik Korea Utara yang kemampuannya semakin akurat.

    Tayang: Kamis, 6 Februari 2025 21:41 WIB

    Kantor Berita Pusat Korea/Layanan Berita Korea

    RUDAL KOREA UTARA – Foto yang dirilis oleh pemerintah Korea Utara ini menunjukkan peluncuran uji coba rudal balistik antarbenua baru “Hwasong-19” di lokasi yang dirahasiakan di Korea Utara pada 31 Oktober 2024. Rusia terbantu dengan adanya rudal balistik milik Korea Utara yang kemampuannya semakin akurat. 

    TRIBUNNEWS.COM – Rudal balistik Korea Utara yang ditembakkan ke Ukraina oleh pasukan Rusia kemampuannya makin akurat.

    Pejabat senior militer Ukraina menyebut rudal Korea Utara tersebut telah menjadi jauh lebih tepat (ke sasaran) dari waktu ke waktu.

    Diketahui Pasukan invasi Vladimir Putin ini telah menggunakan proyektil Korea Utara yang diimpor sejak akhir 2023.

    Dan akurasi serta kinerja proyektil Korea Utara ini telah berubah secara drastis sejak saat itu.

    Semua lebih dari 20 rudal balistik yang menghantam Ukraina selama beberapa minggu terakhir mendarat dalam jarak 50-100 juta dari target yang mereka maksudkan.

    Disebutkan sumber tersebut, keakuratan rudal balistik Korea Utara ini membantu Rusia dalam upaya perangnya.

    Tak hanya itu, tetapi juga sebagai penanda meningkatnya kemampuan militer Korea Utara, mengutip independent.co.uk.

    Jet tempur Mirage 2000 Prancis

    Bak tak mau kalah, Ukraina pun kini memiliki jet tempur Mirage 2000 Prancis.

    Informasi tersebut diumumkan menteri angkatan bersenjata Prancis Sebastien Lecornu, pagi ini, Kamis (6/2/2025).

    “Dengan pilot Ukraina di kapal yang telah dilatih selama beberapa bulan di Prancis, mereka sekarang akan berpartisipasi dalam mempertahankan langit Ukraina,” tulisnya.

    Jet generasi keempat telah dimodifikasi untuk fokus pada pertempuran udara ke darat, sehingga mereka dapat menembakkan rudal jarak jauh Prancis dan Inggris ke sasaran Rusia. 

    Jet tempur Mirage 2000 pertama telah tiba di Ukraina untuk membantu Kyivpasukan Kyiv melawan pasukan Vladimir Putin.

    Hal ini terjadi saat serangan udara Rusia berlanjut.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Korea Selatan Khawatir Tersingkirkan di Era Trump-Kim Jong Un

    Korea Selatan Khawatir Tersingkirkan di Era Trump-Kim Jong Un

    Jakarta

    Ada kekhawatiran yang berkembang di Korea Selatan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan cenderung untuk mengabaikan Seoul dan mendekat ke pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, seperti yang ia lakukan selama pemerintahan pertamanya.

    Contohnya pada Juni 2018, setelah bertukar 27 “surat cinta”, Trump dan Kim secara tak terduga mengumumkan penangguhan penuh latihan militer gabungan AS-Korea Selatan selama pertemuan puncak di Singapura.

    “Ia menulis surat-surat yang indah untuk saya, dan itu surat-surat yang hebat,” kata Trump pada September 2018. “Kami saling jatuh cinta.”

    Tak lama setelah dilantik untuk masa jabatan kedua, Trump mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada 23 Januari bahwa ia bersedia menghubungi Kim, dengan mengatakan, mereka berdua “akrab,” sambil menyebut diktator Korea Utara itu sebagai “orang pintar.”

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Setelah wawancara Trump di Fox News, Lee Jae-Myung, kepala partai oposisi Partai Demokrat, mengatakan, pembicaraan bilateral AS-Korea Utara tanpa masukan dari Seoul dapat membahayakan Korea Selatan.

    “Jika dialog AS-Korea Utara dilanjutkan, ada kemungkinan besar Republik Korea akan dikesampingkan dan ini merupakan masalah yang signifikan,” kata Lee dalam konferensi pers di Seoul.

    “Kita tidak dapat membuat asumsi tergesa-gesa tentang bagaimana pemerintahan baru AS akan menangani masalah nuklir Korea Utara,” tambahnya.

    Korea Utara protes disebut negara ‘nakal’

    Hubungan AS-Korea Utara tetap tegang setelah Trump mengakhiri jabatan pertamanya, dengan Pyongyang memperluas pengembangan misilnya, termasuk klaim uji coba hipersonik. Selain itu, Korea Utara juga mendekati Presiden Rusia Vladimir Putin dengan menyediakan senjata dan tenaga kerja untuk membantu mengobarkan perang Moskow di Ukraina.

    Setelah Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyebut Korea Utara sebagai negara “nakal” dalam sebuah wawancara televisi baru-baru ini, Kementerian Luar Negeri Korea Utara menanggapi dengan mengatakan bahwa “pernyataan kasar dan tidak masuk akal itu menunjukkan secara langsung pandangan yang salah dari pemerintahan baru AS” terhadap Korea Utara. Menlu Korea juga menambahkan bahwa pernyataan ini tidak akan membantu memajukan kepentingan AS.

    Pada bulan Desember, Kim mengatakan Pyongyang akan menerapkan kebijakan anti-AS “terberat” sebelum Trump menjabat.

    Korea Selatan mengatakan selalu menyambut baik upaya diplomatik. Namun negara itu juga bersikeras untuk diikutsertakan dalam perundingan yang menyangkut kepentingannya.

    “Saya tidak berpikir ada yang menentang dialog konstruktif atau upaya diplomatik ke Korea Utara dan negara-negara lain,” kata Lim Eun-jung, profesor madya studi internasional di Universitas Nasional Kongju di Korea Selatan.

    “Pada dasarnya, ketakutannya adalah Trump akan melakukan sesuatu, membuat janji kepada Kim tanpa memberi tahu sekutunya di kawasan itu,” katanya kepada DW.

    Dia menambahkan, mantan Presiden AS Joe Biden bekerja sangat keras untuk meningkatkan pencegahan dan membangun kemitraan keamanan tiga arah di kawasan itu dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol dan mantan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.

    “Kami khawatir Trump bersikap transaksional dan semua kerja keras itu akan sia-sia,” kata Lim.

    Lim menyebutkan, para analis khawatir dapat membuat kesepakatan dengan Korea Utara yang mencakup penghapusan rudal jarak jauh Korea Utara, tapi tetap mempertahankan senjata jarak pendek yang dapat mengancam Korea Selatan.

    Masalah di Korea Selatan semakin parah karena kekosongan politik yang terjadi di Seoul sejak Presiden Yoon ditangkap setelah mengumumkan darurat militer yang berlaku sementara pada Desember 2024.

    Kebijakan luar negeri transaksional Trump

    Dan Pinkston, profesor hubungan internasional di Universitas Troy, Seoul, mengatakan Trump belum menyatakan tindakan yang jelas terhadap Korea Selatan. Namun, ia menambahkan, jelas Trump frustrasi selama masa jabatan pertamanya, karena tidak punya waktu untuk memaksa Seoul membayar lebih untuk pasukan AS yang ditempatkan di Korea Selatan.

    “Namun, memaksa sekutu untuk membayar lebih, tampaknya lebih penting daripada memastikan keamanan regional,” kata Pinkston kepada DW.

    “Kemitraan dan aliansinya bersifat transaksional dan jika dia bersedia menentang Kanada dan Meksiko dalam perdagangan, bagaimana dia bisa dipercaya untuk membantu Korea Selatan jika mereka membutuhkannya di masa mendatang?” tanya Pinkston.

    “Sikapnya adalah, sekutu Amerika sedang menipu dan dia harus menghentikannya.”

    Pinkston menambahkan, saat Trump memulai masa jabatan keduanya, Korea Selatan berusaha untuk menjauh dari sorotan.

    “Mereka tampaknya berharap Trump terlalu fokus pada perang dagang dengan Kanada, Meksiko, dan Cina,” katanya. “Korea Selatan berharap diabaikan selama mungkin, meskipun mereka tahu giliran mereka akan tiba.”

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris dengan tambahan materi dari AP

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Derita Kerugian, Tentara Korut di Garis Depan Perang Rusia-Ukraina Ditarik Mundur – Halaman all

    Derita Kerugian, Tentara Korut di Garis Depan Perang Rusia-Ukraina Ditarik Mundur – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Tentara Korea Utara menderita kerugian besar setelah mendukung invasi Rusia ke Ukraina.

    Pasukan Korea Utara itu telah menderita banyak korban, menurut sebuah laporan.

    Sekitar 10.000 tentara yang diyakini dikirim Korea Utara ke Rusia telah absen dari garis depan selama beberapa minggu.

    Laporan yang dirilis Yonhap mendukung klaim Ukraina dan media Amerika Serikat tentang penarikan pasukan Korea Utara.

    Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) mengatakan kepada kantor berita AFP, unit Korea Utara telah menghentikan operasi tempur di wilayah Kursk Rusia sejak pertengahan Januari 2025.

    “Salah satu penyebabnya kemungkinan karena banyaknya korban jiwa, namun rincian pastinya masih dipantau,” kata badan itu.

    Analisis militer Ukraina mengatakan pada Jumat (31/1/2025), mereka yakin tentara Korea Utara telah ditarik kembali setelah menderita kerugian besar.

    Ukraina sebelumnya melaporkan telah menangkap atau membunuh sejumlah unit Korea Utara di Kursk, tempat mereka melancarkan serangan mendadak lintas-perbatasan pada bulan Agustus.

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menerbitkan rekaman interogasi terhadap apa yang ia katakan sebagai tahanan Korea Utara yang ditangkap.

    Pada pertengahan Januari, NIS memperkirakan sekitar 300 tentara Korea Utara tewas dan 2.700 tentara lainnya terluka dalam pertempuran di sekitar wilayah tersebut.

    Pengerahan pasukan Korea Utara ke Kursk, yang tidak diakui secara resmi oleh Pyongyang maupun Moskow, seharusnya memperkuat pasukan Rusia dan membantu mengusir pasukan Ukraina.

    Namun, hampir enam bulan kemudian, Ukraina masih menguasai sebagian besar wilayah tersebut.

    Seoul sebelumnya mengatakan, karena kerugian yang dialami pasukannya, Pyongyang sedang mempersiapkan pengerahan pasukan tambahan.

    Di sisi lain, Rusia telah kehilangan 842.930 tentara di Ukraina sejak dimulainya invasi skala penuh pada 24 Februari 2022, Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina melaporkan pada 4 Februari.

    Jumlah ini termasuk 1.270 korban yang diderita pasukan Rusia sepanjang hari lalu.

    Dikutip dari The Kyiv Independent, Rusia juga kehilangan 9.938 tank, 20.709 kendaraan tempur lapis baja, 35.921 kendaraan dan tangki bahan bakar, 22.655 sistem artileri, 1.269 sistem roket peluncur ganda, 1.053 sistem pertahanan udara, 369 pesawat terbang, 331 helikopter, 24.003 pesawat tak berawak, 28 kapal dan perahu, dan satu kapal selam.

    AS Minta Imbalan

    Sementara itu, Ukraina dengan cemas menanti kembalinya Donald Trump ke kursi kepresidenan Amerika Serikat.

    Trump khawatir Ukraina akan semakin tertinggal dalam perlombaan senjata jika ia memangkas dukungan militer terhadap Washington.

    Trump, yang telah menahan hampir semua bantuan luar negeri AS, pada Selasa malam mengisyaratkan ia menginginkan mineral tanah jarang sebagai imbalan untuk mempertahankan pasokan senjata dan dukungan lainnya.

    Dikutip dari Al Jazeera, Trump mengklaim Ukraina bersedia terlibat dalam pertukaran tersebut.

    Ia menginginkan “persamaan” dari Ukraina untuk dukungan “hampir $300 miliar”.

    Kremlin segera menanggapi laporan tersebut, dengan seorang juru bicara menyatakan bahwa kata-kata Trump menggambarkan AS tidak akan lagi memberikan dukungan tanpa syarat kepada Kyiv. (*)