Negara: Korea Utara

  • Bursa Kripto Bybit Diduga Diretas Hacker Korea Utara yang Didanai Negara

    Bursa Kripto Bybit Diduga Diretas Hacker Korea Utara yang Didanai Negara

    Bisnis.com, JAKARTA – Bursa kripto Bybit diduga diretas oleh komplotan peretas yang berasal dari Korea Utara yang disinyalir didanai oleh negara.

    Dilansir dari CNBC.com, Kepala Ilmuwan Elliptic, Tom Robinson menghubungkan serangan peretasan Bursa kripto Bybitdengan Lazarus Group dari Korea Utara, sebuah kolektif peretas yang disponsori negara yang terkenal karena menyedot miliaran dolar dari industri mata uang kripto.

    Kelompok ini dikenal karena mengeksploitasi kerentanan keamanan untuk mendanai rezim Korea Utara, sering kali menggunakan metode pencucian uang yang canggih untuk mengaburkan aliran dana.

    “Kami telah memberi label alamat pencuri di perangkat lunak kami, untuk membantu mencegah dana ini dicairkan melalui bursa lain,” kata Tom Robinson dikutip dari CNBC.com pada Sabtu (22/2/2025).

    Riwayat Lazarus Group dalam menargetkan platform kripto dimulai pada 2017, ketika kelompok tersebut menyusup ke empat bursa Korea Selatan dan mencuri bitcoin senilai $200 juta.

    Saat lembaga penegak hukum dan firma pelacakan kripto berupaya melacak aset yang dicuri, para pakar industri memperingatkan bahwa pencurian skala besar tetap menjadi risiko mendasar.

    “Semakin sulit kita mendapatkan keuntungan dari kejahatan seperti ini, semakin jarang kejahatan itu terjadi,” kata Robinson.

    Sebelumnya, Chief Executive Officer Bybit, Ben Zhou menuturkan seorang peretas mengambil kendali salah satu dompet Ethereum offline Bybit. Diperkirakan aset senilai US$1,46 miliar atau setara dengan Rp23,8 triliun mengalir keluar dari dompet itu dalam serangkaian transaksi mencurigakan, menurut postingan analis on-chain ZachXBT di Telegram. 

    Firma riset Arkham Intelligence mengkonfirmasi arus keluar sekitar US$1,4 miliar dari bursa Bybit, memposting di X bahwa dana tersebut telah mulai berpindah ke alamat baru, di mana dana tersebut dijual.

    Peretasan tersebut adalah pencurian kripto terbesar yang pernah ada, menurut perusahaan analisis blockchain Elliptic, melampaui US$611 juta yang dicuri dari Poly Network pada 2021. 

    “Ini kemungkinan merupakan insiden terbesar yang pernah ada, bukan hanya kripto,” kata Rob Behnke, salah satu pendiri dan ketua eksekutif perusahaan keamanan blockchain Halborn. 

     

  • Jokowi Klaim Tak Ada yang Berani Kritik Prabowo, Pengamat: Justru Jokowi yang Disorot!

    Jokowi Klaim Tak Ada yang Berani Kritik Prabowo, Pengamat: Justru Jokowi yang Disorot!

    GELORA.CO – Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), menyatakan, tidak ada yang berani mengkritik Presiden Prabowo Subianto karena mendapat dukungan kuat dari rakyat dan DPR.

    Menurutnya, Prabowo memiliki kepemimpinan serta determinasi yang telah teruji.

    Menanggapi pernyataan tersebut, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Iwan Setiawan, menilai bahwa Jokowi sebenarnya ingin mengisyaratkan bahwa pusat kritikan saat ini justru tertuju kepadanya.

    Pasalnya, banyak pihak yang menilai Jokowi meninggalkan berbagai persoalan saat lengser dari jabatannya sebagai presiden.

    “Soal tidak ada yang berani mengkritik, menurut saya, Jokowi ingin menyatakan secara tersirat bahwa pusat kritikan sekarang justru ditujukan kepadanya, karena dianggap banyak meninggalkan masalah saat menjadi presiden,” ujar Iwan saat dihubungi Akurat.co, Sabtu (15/2/2025).

    Ia juga menilai, pujian Jokowi terhadap Prabowo bersifat realistis, mencerminkan kondisi politik saat ini.

    “Pujian Jokowi ini realistis melihat kenyataan sekarang,” tambahnya.

    Namun, Iwan menyayangkan pernyataan Jokowi yang menyebut Prabowo sebagai presiden terkuat di dunia.

    Menurutnya, jika ukuran kekuatan pemimpin hanya berdasarkan tingkat persetujuan (approval rating), maka gelar tersebut lebih pantas diberikan kepada Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.

    “Kalau ada angka di atas 100 persen untuk approval rating, mungkin di situ posisinya. Siapa juga yang berani mengkritik Kim Jong Un?” ujarnya.

    Iwan menegaskan bahwa kekuatan seorang pemimpin tidak dapat diukur hanya dari survei atau tingkat persetujuan publik.

    Menurutnya, masih banyak pihak yang berani mengkritik Prabowo secara terbuka, sehingga pernyataan Jokowi terkesan berlebihan.

    “Soal kuat atau hebatnya seorang pemimpin tidak bisa hanya diukur dari hasil survei atau approval rating saja. Buktinya, masih banyak yang berani mengkritik Prabowo secara terbuka,” tegasnya.

  • Mantan Bos Google Takut AI Dipakai Teroris Bikin Senjata

    Mantan Bos Google Takut AI Dipakai Teroris Bikin Senjata

    Jakarta

    Eric Schmidt, mantan CEO Google, khawatir kecerdasan buatan (AI) dipakai oleh teroris atau ‘negara jahat’ seperti Korea Utara, Iran, dan Rusia untuk melukai orang-orang yang tidak bersalah.

    Dalam wawancara dengan BBC Radio 4, Schmidt mengatakan kekhawatirannya tentang AI berbeda dengan orang banyak. Ia lebih menakutkan sesuatu yang ekstrem, seperti AI disalahgunakan untuk membuat senjata biologis.

    “Bayangkan Korea Utara, atau Iran, atau bahkan Rusia, yang memiliki tujuan jahat. Teknologi ini dapat diadopsi mereka dengan cukup cepat sehingga mereka dapat menyalahgunakannya dan menimbulkan kerugian,” kata Schmidt, seperti dikutip dari BBC, Kamis (13/2/2025).

    Schmidt merujuk kepada Osama Bin Laden, pemimpin kelompok teroris Al-Qaeda. Bin Laden merencanakan serangan 9/11 pada tahun 2001, di mana teroris Al-Qaeda menguasai pesawat untuk membunuh ribuan orang di tanah Amerika.

    “Saya selalu khawatir tentang skenario ‘Osama Bin Laden’, di mana ada orang yang benar-benar jahat mengambil alih beberapa aspek kehidupan modern kita dan menggunakannya untuk mencelakai orang-orang tidak bersalah,”

    Schmidt setuju dengan langkah pemerintah Amerika Serikat yang melarang ekspor chip papan atas yang mentenagai sistem AI ke 18 negara untuk menghambat kemajuan mereka dalam riset AI.

    Pria yang menjabat sebagai CEO Google dari tahun 2001 sampai 2011 ini mendorong pemerintah untuk mengawasi perusahaan teknologi yang mengembangkan model AI. Namun, ia menambahkan, regulasi yang berlebihan dikhawatirkan dapat menghambat inovasi.

    “Sangat penting bagi pemerintah untuk memahami apa yang kami lakukan dan terus mengawasi kami,” ujar Schmidt.

    “Pengalaman saya dengan pemimpin perusahaan teknologi adalah mereka paham tentang dampak yang mereka buat, tetapi mereka mungkin memiliki penilaian yang berbeda dari yang dibuat pemerintah,” imbuhnya.

    (vmp/vmp)

  • Korea Utara Tolak Rencana Trump Ambil Alih Gaza: Kedaulatan Tidak Bisa Jadi Bahan Negosiasi – Halaman all

    Korea Utara Tolak Rencana Trump Ambil Alih Gaza: Kedaulatan Tidak Bisa Jadi Bahan Negosiasi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Korea Utara menolak dengan tegas usulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk “mengambil alih” Jalur Gaza dan merelokasi warga Palestina ke negara lain.

    Usulan tersebut dianggap sebagai bentuk “pengusiran paksa warga Gaza”, menurut laporan dari Anadolu.

    Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor berita pemerintah Korea Utara, KCNA, Pyongyang menegaskan kedaulatan nasional tidak bisa menjadi bahan negosiasi, apalagi dengan Amerika Serikat.

    “Pada saat darah dan air mata masih tertumpah di Jalur Gaza dan kekhawatiran tumbuh di dalam dan luar negeri tentang keadaan yang rapuh ini, dunia dikejutkan oleh retorika keterlaluan yang menginjak-injak harapan Palestina akan perdamaian dan kehidupan yang stabil di kawasan tersebut,” ungkap Korea Utara.

    Kekhawatiran mengenai kondisi Gaza semakin meningkat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

    Usulan Trump dipandang sebagai tindakan yang menghancurkan harapan rakyat Palestina akan perdamaian, dianggap sangat tidak dapat diterima.

    KCNA juga mengkritik retorika keras tersebut yang dianggap merusak harapan rakyat Gaza untuk kehidupan yang lebih stabil.

    Selain itu, Korea Utara menilai usulan Trump sebagai pelanggaran terhadap Piagam PBB dan hukum internasional, Middle East Monitor melaporkan.

    Hal ini tidak hanya menghambat upaya penyelesaian solusi dua negara untuk konflik Palestina-Israel, tetapi juga dianggap sebagai tindakan sembrono yang sama sekali tidak bisa diterima oleh dunia internasional.

    Meski tidak secara langsung menyebut nama Trump, KCNA mengecam kebijakan Washington yang dinilai mendukung “kekejaman tidak manusiawi” Israel, dengan mengutip pembelaan AS terhadap hak Israel untuk mempertahankan diri dan penyediaan teknologi senjata canggih yang digunakan oleh Israel.

    Usulan Trump ini pertama kali disampaikan pada 4 Februari, dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

    Trump menyatakan AS berencana untuk “mengambil alih” Gaza dan memindahkan warga Palestina ke negara-negara tetangga seperti Mesir dan Yordania.

    Ia menggambarkan rencananya sebagai suatu “pembangunan kembali luar biasa” yang dapat mengubah Gaza menjadi “Riviera Timur Tengah”.

    Usulan tersebut langsung mendapatkan penolakan luas, tidak hanya dari Palestina, tetapi juga dari banyak negara Arab dan masyarakat internasional, termasuk negara-negara besar seperti Kanada, Prancis, Jerman, dan Inggris.

    Bahkan, banyak pihak menilai rencana ini sebagai bentuk penindasan terhadap warga Palestina yang sudah lama menderita akibat konflik berkepanjangan di wilayah tersebut.

    Vatikan Tolak Relokasi Warga Gaza

    Menteri Luar Negeri Vatikan Pietro Parolin menjelaskan bahwa penduduk Palestina harus tetap berada di tanah mereka.

    “Ini adalah salah satu poin mendasar dari Tahta Suci: tidak ada deportasi,” katanya, seperti dikutip dari kantor berita ANSA.

    Pernyataan ini disampaikan dalam pertemuan resmi di Italia pada Kamis (13/2/2025).

    Parolin menambahkan memindahkan warga Palestina akan menciptakan ketegangan regional dan dianggap tidak masuk akal.

    Parolin juga mencatat bahwa negara-negara tetangga, termasuk Yordania, menolak usulan Trump tersebut.

    Paus Fransiskus juga turut bersuara mengenai isu ini.

    Ia mengkritik rencana Trump untuk deportasi massal migran yang tidak berdokumen di Amerika Serikat.

    Dia menekankan pentingnya martabat manusia, mengatakan bahwa memulangkan orang-orang yang melarikan diri dari negara mereka dalam keadaan sulit adalah tindakan yang merusak martabat para migran.

    Kepala perbatasan Trump, Tom Homan, menanggapi pernyataan Paus dengan mengharapkan agar pemimpin gereja tersebut tetap berpegang pada nilai-nilai Gereja Katolik.

    Ia berharap agar masalah penegakan hukum perbatasan diserahkan kepada timnya.

    Prancis Tolak Relokasi Warga Gaza

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak usulan pengusiran warga Palestina dari Gaza.

    Macron menegaskan bahwa pengusiran hingga dua juta warga Palestina dari Gaza, seperti yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, tidaklah tepat.

    Ia menyatakan, “Bagi saya, solusi di Gaza bukanlah solusi real estat. Ini adalah solusi politik.”

    Pernyataan ini menggambarkan keyakinan Macron bahwa masalah yang dihadapi di Gaza harus diselesaikan melalui pendekatan politik yang komprehensif, bukan dengan pemindahan paksa penduduk.

    Macron mengaitkan usulan Trump untuk membeli Greenland—wilayah otonomi di dalam Kerajaan Denmark—dengan apa yang ia sebut sebagai “ketidakpastian strategis ekstrem” yang sedang dialami dunia saat ini.

    Usulan tersebut, menurut Macron, mencerminkan sikap yang tidak bijaksana dan berbahaya dalam menangani isu-isu geopolitik.

    China Tolak Relokasi Warga Gaza

    Sebelumnya, Beijing telah menegaskan penentangannya terhadap rencana Trump yang ingin memindahkan warga Gaza ke tempat lain.

    Penolakan tegas ini disampaikan oleh pemerintah China dalam sebuah konferensi pers pada Rabu (5/2/2025).

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menegaskan Gaza adalah wilayah Palestina dan merupakan bagian integral dari negara Palestina.

    China menyatakan mereka dengan tegas menolak setiap upaya pemindahan paksa warga Gaza.

    “Gaza adalah milik Palestina dan bagian dari wilayah yang tidak terpisahkan,” ujar Guo Jiakun, menanggapi pertanyaan tentang rencana Trump yang mengusulkan relokasi penduduk Gaza.

    China lebih lanjut menekankan bahwa pemerintah Palestina memiliki hak penuh untuk mengatur wilayah mereka tanpa adanya intervensi dari pihak luar.

    Beijing menganggap bahwa pemindahan paksa warga Gaza bertentangan dengan prinsip dasar mengenai hak menentukan nasib sendiri bagi rakyat Palestina.

    Sebelumnya, penolakan telah disuarakan oleh Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian.

    Jian mengatakan pemerintah meyakini warga Palestina yang berhak memerintah negara itu.

    “Itu adalah prinsip dasar pemerintah pasca konflik di Gaza,” kata Lin saat konferensi pers pada Rabu (5/2/2025), dikutip dari Anadolu Agency.

    “Kami menentang pemindahan paksa warga Gaza,” imbuhnya.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Masa Depan NATO di Persimpangan Jalan, AS-Rusia Jadi Aktor Utama

    Masa Depan NATO di Persimpangan Jalan, AS-Rusia Jadi Aktor Utama

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu memperingatkan bahwa masa depan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dapat bergantung pada Amerika Serikat (AS) dan Rusia, yang memulai negosiasi untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    Lecornu mengatakan sekutu NATO perlu berpikir jangka panjang dan meningkatkan industri pertahanan mereka, sebab Washington menuntut agar Eropa mengambil alih keamanan ke tangannya sendiri.

    “Ini momen kebenaran yang krusial,” kata Lecornu kepada wartawan menjelang pertemuan NATO di Brussels pada Kamis (13/2/2025), seperti dikutip AFP.

    “Orang-orang menyebutnya aliansi militer paling penting dan terkuat dalam sejarah. Itu benar secara historis, tetapi pertanyaannya adalah, apakah itu akan tetap benar 10 atau 15 tahun dari sekarang?” tambahnya.

    Presiden AS Donald Trump pada Rabu mengejutkan Ukraina dan sekutu Eropa Washington dengan menyetujui untuk meluncurkan perundingan damai. Hal ini muncul setelah panggilan telepon pertamanya yang diumumkan secara publik dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Selain itu Lecornu mengatakan Prancis dan negara-negara lain berkomitmen untuk berbuat lebih banyak. Namun ia memperingatkan bahwa uang harus dibelanjakan dengan bijak, dengan alasan bahwa hanya mengisi “hanggar” dengan perlengkapan AS, “tanpa mencari efisiensi militer yang nyata” akan menjadi “kegagalan” bersejarah bagi Eropa.

    Menyampaikan kekhawatiran Eropa bahwa Trump dapat memaksa Ukraina ke dalam kesepakatan damai yang buruk, Lecornu memperingatkan bahwa hal ini dapat membuat Putin dan pesaing Barat lainnya, termasuk Iran, Korea Utara, dan China, menjadi lebih berani.

    “Entah kita berada dalam parameter diskusi yang benar-benar akan membawa perdamaian melalui kekuatan, atau, sebaliknya, itu akan menjadi perdamaian melalui kelemahan”, katanya menambahkan bahwa yang terakhir dapat menyebabkan “situasi keamanan yang dramatis” dan “meluasnya konflik”.

    Pada Kamis, menjelang perundingan NATO di Brussels, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth sempar menggambarkan konflik Ukraina sebagai “pengaturan ulang pabrik bagi NATO, sebuah kesadaran bahwa aliansi ini harus kuat, kokoh, dan nyata”.

    Ia menggaungkan tuntutan Trump agar sekutu-sekutunya meningkatkan target belanja pertahanan mereka menjadi lima persen dari PDB, meskipun ia tampaknya memberikan sedikit kelonggaran dengan menyatakan pertumbuhan dapat bersifat bertahap.

    “Dua persen dari PDB tidaklah cukup. Tiga dan empat dan akhirnya, seperti yang dikatakan Presiden Trump, lima persen dari belanja pertahanan sangatlah penting,” kata Hegseth.

    “Ada mesin perang Rusia yang berusaha mengambil lebih banyak tanah di Ukraina, dan melawannya merupakan tanggung jawab penting Eropa.”

    Amerika Serikat telah mendukung keamanan Eropa melalui NATO selama tujuh dekade terakhir. Sekutu-sekutu AS telah meningkatkan belanja mereka dalam menghadapi invasi Rusia ke Ukraina dan berjanji untuk berbuat lebih banyak untuk mendukung Kyiv.

    (luc/luc)

  • Korut Kecam Rencana Trump Ambil Alih Gaza: Menggelikan!    
        Korut Kecam Rencana Trump Ambil Alih Gaza: Menggelikan!

    Korut Kecam Rencana Trump Ambil Alih Gaza: Menggelikan! Korut Kecam Rencana Trump Ambil Alih Gaza: Menggelikan!

    Pyongyang

    Korea Utara (Korut) turut mengecam rencana kontroversial Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengambil alih Jalur Gaza dan merelokasi warganya ke negara-negara lainnya. Pyongyang menyebut gagasan Trump itu menggelikan dan menuduh AS melakukan pemerasan.

    Kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA), dalam laporannya seperti dilansir Reuters, Rabu (12/2/2024), menyebut harapan tipis warga Palestina untuk keselamatan dan perdamaian dihancurkan oleh gagasan tersebut, namun tanpa secara langsung menyebut nama Trump.

    “Dunia kini mendidih seperti panci bubur karena deklarasi mengejutkan AS,” sebut KCNA dalam laporannya.

    Komentar media pemerintah Korut itu mengomentari gagasan mengejutkan Trump bahwa AS akan merelokasi penduduk Gaza dan membangun kembali secara ekonomi wilayah Palestina yang hancur akibat perang itu.

    Komentar KCNA itu juga mengkritik pemerintahan Trump atas seruan untuk mengambil alih Terusan Panama dan Greenland, serta keputusannya mengubah nama “Teluk Meksiko” menjadi “Teluk Amerika”.

    “AS seharusnya bangun dari khayalan anakronistiknya dan segera berhenti melanggar martabat dan kedaulatan negara-negara lainnya dan rakyatnya,” sebut laporan KCNA, yang menyebut AS sebagai “pelaku pemerasan”.

    Trump, pada masa jabatan pertamanya, melakukan pertemuan puncak dengan pemimpin Korut Kim Jong Un dan membanggakan hubungan mereka. Baru-baru ini, Trump mengatakan dirinya akan melakukan kontak kembali dengan Kim Jong Un.

    Namun sejauh ini, media pemerintah Pyongyang tidak mengomentari masa jabatan kedua Trump dan terus mengecam apa yang mereka pandang sebagai ancaman keamanan besar yang ditimbulkan oleh Washington dan sekutu-sekutunya.

    Korut, yang sering menentang pandangan Barat mengenai isu-isu internasional, telah secara blak-blakan mengomentari situasi Gaza, menyalahkan Israel atas pertumpahan darah yang terjadi, dan menyebut AS sebagai “komplotan” Israel.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Jadwal Lengkap Timnas Indonesia U-20 di Piala Asia U-20 2025, Berikut Link Nontonnya

    Jadwal Lengkap Timnas Indonesia U-20 di Piala Asia U-20 2025, Berikut Link Nontonnya

    Berikut ini dapat diperhatikan jadwal lengkap pertandingan setiap grup dalam Piala Asia U-20 2025:

    Jadwal Grup A

    1. Rabu, 12 Februari 2025

    Australia vs Kirgistan | 16.15 WIB.
    China vs Qatar | 18.30 WIB.

    2. Sabtu, 15 Februari 2025

    Qatar vs Australia | 16.15 WIB.
    Kirgistan vs China | 18.30 WIB.

    3. Selasa, 18 Februari 2025

    China vs Australia | 18.30 WIB.
    Kirgistan vs Qatar | 18.30 WIB.

    Jadwal Grup B

    1. Kamis, 13 Februari 2025

    Irak vs Korea Utara | 14.00 WIB.
    Yordania vs Arab Saudi | 18.30 WIB.

    2. Minggu, 16 Februari 2025

    Korea Utara vs Yordania | 14.00 WIB.
    Arab Saudi vs Irak | 18.30 WIB.

    3. Rabu, 19 Februari 2025

    Arab Saudi vs Korea Utara | 14.00 WIB.
    Irak vs Yordania | 14.00 WIB.

    Jadwal Grup C

    1. Kamis, 13 Februari 2025

    Uzbekistan vs Yaman | 16.15 WIB.
    Iran vs Indonesia | 18.30 WIB.

    2. Minggu, 16 Februari 2025

    Yaman vs Iran | 16.15 WIB.
    Indonesia vs Uzbekistan | 18.30 WIB.

    3. Rabu, 19 Februari 2025

    Indonesia vs Yaman | 18.30 WIB.
    Uzbekistan vs Iran | 18.30 WIB.

    Jadwal Grup D

    1. Jumat, 14 Februari 2025

    Korea Selatan vs Suriah | 14.00 WIB.
    Jepang vs Thailand | 16.15 WIB.

    2. Senin, 17 Februari 2025

    Suriah vs Jepang | 14.00 WIB.
    Thailand vs Korea Selatan | 16.15 WIB.

    3. Kamis, 20 Februari 2025

    Jepang vs Korea Selatan | 14.00 WIB.
    Suriah vs Thailand | 14.00 WIB.

  • Kapal Selam Nuklir AS Berlabuh di Korsel, Korut Ancam Lakukan Ini!    
        Kapal Selam Nuklir AS Berlabuh di Korsel, Korut Ancam Lakukan Ini!

    Kapal Selam Nuklir AS Berlabuh di Korsel, Korut Ancam Lakukan Ini! Kapal Selam Nuklir AS Berlabuh di Korsel, Korut Ancam Lakukan Ini!

    Pyongyang

    Kementerian Pertahanan Korea Utara (Korut) mengecam kehadiran kapal selam nuklir Amerika Serikat (AS) di pelabuhan Korea Selatan (Korsel). Pyongyang menyebutnya sebagai ancaman keamanan besar.

    Korut juga mengancam bahwa pasukan militernya siap untuk mengambil tindakan apa pun yang diperlukan.

    Juru bicara Kementerian Pertahanan Korut, seperti dilansir Reuters, Selasa (11/2/2025), menyebut kehadiran kapal selam nuklir AS di area Semenanjung Korea sebagai “ekspresi jelas dari histeria AS yang selalu melakukan konfrontasi” terhadap Korut.

    “Kami menyatakan keprihatinan mendalam atas tindakan militer AS yang berbahaya yang dapat memicu konfrontasi militer akut di wilayah sekitar Semenanjung Korea hingga konflik angkatan bersenjata yang sebenarnya,” sebut juru bicara Kementerian Pertahanan Korut seperti dikutip kantor berita Korean Central News Agency (KCNA).

    Angkatan Bersenjata Korut, sebut juru bicara tersebut, akan “tanpa ragu-ragu menggunakan hak sah untuk menghukum para provokator”.

    Kapal selam serangan cepat AS, Alexandria, berlabuh di Busan, Korsel, untuk mengisi kembali perbekalan dan memberikan waktu istirahat kepada para awaknya. Laporan itu disampaikan oleh media lokal Korsel yang mengutip Angkatan Laut Korsel.

    Pihak Kementerian Pertahanan Korsel belum memberikan tanggapan atas kecaman Korut itu.

    Menurut Angkatan Laut AS, kapal selam bertenaga nuklir itu merupakan bagian dari Armada Pasifik AS yang dipersenjatai dengan rudal jelajah Tomahawk.

    Korut secara rutin mengkritik kehadiran aset-aset militer AS dan latihan gabungan militer AS-Korsel. Pada Minggu (9/2) kemarin, Pyongyang memperingatkan soal “konsekuensi yang tidak diinginkan” dengan mengkritik rentetan latihan gabungan tersebut.

    Juru bicara Kementerian Pertahanan Korut tidak menyebut soal latihan tembak yang dilakukan oleh Korsel dan AS di sebuah lapangan tembak yang terletak di selatan perbatasan militer kedua Korea sejak pekan lalu.

    Pyongyang meningkatkan retorika agresif sejak Presiden AS Donald Trump menjabat kembali bulan lalu, meskipun Trump mengakui dirinya akan menghubungi pemimpin Korut Kim Jong Un untuk berdialog langsung.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • VIDEO Trump Ingin Rangkul Kim Jong-un, Media Korea Utara: Nuklir Kami untuk Perang Bukan Negosiasi – Halaman all

    VIDEO Trump Ingin Rangkul Kim Jong-un, Media Korea Utara: Nuklir Kami untuk Perang Bukan Negosiasi – Halaman all

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan keinginan untuk membangun kembali hubungan dengan Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un.

    Tayang: Minggu, 9 Februari 2025 14:46 WIB

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menyatakan keinginan untuk membangun kembali hubungan dengan Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un.

    Menurutnya, diplomasi antara Washington dan Pyongyang adalah kunci stabilitas dunia.

    Dalam konferensi pers di Gedung Putih pada Jumat (7/2/2025), Trump mengaku sangat akrab dengan Kim.

    Saat ia terpilih menjadi Presiden AS pada 2016, hubungan antara Washington dan Pyongyang disebut membaik.

    “Kita akan memiliki hubungan dengan Korea Utara dan Kim Jong-un,” kata Trump.

     

    (*)

    Berita selengkapnya simak video di atas.

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’15’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Hari ke-1082 Perang Rusia-Ukraina: Zelensky dan Pejabat NATO Cek Senjata Jarak Jauh Ukraina – Halaman all

    Hari ke-1082 Perang Rusia-Ukraina: Zelensky dan Pejabat NATO Cek Senjata Jarak Jauh Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada hari ke-1082 perang Rusia-Ukraina yang berlangsung pada Minggu, 9 Februari 2025, Ukraina melaporkan tiga orang terluka akibat serangan tembakan dari pasukan Rusia selama 24 jam terakhir di kota Pokrovsk, Donetsk.

    Serangan tersebut juga merusak empat blok apartemen di kota tersebut.

    Pada pukul 20:10 waktu setempat, militer Ukraina melaporkan bahwa pasukan Rusia dan Korea Utara kembali menyerang posisi pasukan Ukraina di Oblast Kursk, Rusia.

    Menurut laporan militer Ukraina, Brigade Mekanik Terpisah ke-47 Magura dan sekutunya berhasil menangkis serangan besar dari Rusia.

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dalam pidato malamnya, menyatakan bahwa Vladimir Putin bersiap untuk melanjutkan serangannya di Ukraina.

    “Kita sekarang tahu bahwa Rusia sedang menciptakan divisi baru dan mengembangkan fasilitas produksi militer baru,” ungkap Zelensky, Sabtu (8/2/2025).

    Dukungan Korea Utara untuk Rusia

    Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menjanjikan dukungan berkelanjutan untuk Rusia dalam perangnya melawan Ukraina.

    “Tentara dan rakyat Korea Utara akan selalu mendukung tujuan yang benar dari tentara dan rakyat Rusia,” kata Kim, Sabtu.

    Ia juga menegaskan komitmennya untuk mengembangkan kekuatan nuklir sebagai respons terhadap kerja sama militer antara AS, Jepang, dan Korea Selatan.

    Pandangan Inggris dan AS

    Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, menyatakan bahwa tidak ada tanda-tanda perang akan segera berakhir. “Vladimir Putin sama sekali tidak menunjukkan keinginan untuk berunding,” katanya setelah bertemu dengan Zelensky di Kyiv, Sabtu.

    Lammy menegaskan bahwa Inggris akan berperan dalam jaminan keamanan di masa depan, termasuk kemungkinan mengirim pasukan sebagai penjaga perdamaian.

    Sementara itu, Rusia menilai tidak ada langkah positif dari pemerintahan baru AS terkait pelucutan senjata.

    Perwakilan tetap Rusia untuk PBB, Gennady Gatilov, menyatakan bahwa Rusia siap untuk bekerja sama dengan AS dalam perundingan gencatan senjata.

    Zelensky Tinjau Kapasitas Persenjataan

    Zelensky juga bertemu dengan ketua komite militer NATO, Giuseppe Cavo Dragone, untuk meninjau kapasitas persenjataan jarak jauh Ukraina.

    Pertemuan ini membahas bantuan militer berkelanjutan dari negara-negara anggota NATO dan investasi dalam produksi pesawat nirawak dalam negeri.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).