Negara: Korea Utara

  • Kala Kim Jong Un Terjun Langsung Awasi Peluncuran Rudal Terbaru

    Kala Kim Jong Un Terjun Langsung Awasi Peluncuran Rudal Terbaru

    Pyongyang

    Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengawasi langsung peluncuran rudal terbaru buatan negaranya. Rudal ini disebut sebagai bagian dari sistem antipesawat.

    Dilansir AFP, Jumat (21/3/2025), Kantor berita Korut, Korean Central News Agency (KCNA), melaporkan uji coba itu membuktikan ‘respons tempur cepat’ dari sistem rudal antipesawat terbaru.

    Laporan KCNA soal uji coba rudal ini dirilis sehari setelah Korea Selatan (Korsel) menyelesaikan latihan militer gabungan dengan Amerika Serikat (AS). Latihan gabungan itu dikenal sebagai ‘Freedom Shield’ dan digelar setiap tahun.

    Korut sudah lama marah dan mengecam latihan militer gabungan semacam itu. Korut menganggap AS dan Korsel sedang latihan untuk menginvasi wilayahnya.

    Kim Jong Un, menurut laporan KCNA, memuji sistem rudal antipesawat terbaru itu. Kim memuji militer Korut akan ‘dilengkapi dengan sistem senjata pertahanan utama lainnya dengan kemampuan tempur yang patut dipuji’. Namun, KCNA tidak melaporkan secara spesifik di lokasi mana uji coba itu digelar.

    Kecaman Korut Atas Latihan Militer Korsel-AS

    USS Carl Vinson yang dikerahkan AS untuk latihan dengan Korsel (Foto: Petty Officer 1st Class Arthurgwain L. Marquez/U.S. Navy via AP)

    Korut telah mengecam latihan bersama Korsel dengan AS. Korsel pun melaporkan Korut menembakkan ‘beberapa rudal balistik tak teridentifikasi’ dari wilayahnya setelah dimulainya latihan gabungan yang melibatkan tentara-tentara AS di wilayah Korsel.

    Dalam pernyataan terpisah pada Kamis (20/3) waktu setempat, seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korut, yang tidak disebut namanya, mengecam latihan militer gabungan AS-Korsel sebagai ‘tidak lebih dari sekadar latihan perang agresi’.

    Latihan ‘Freedom Shield’ terbaru menampilkan latihan kolaboratif yang difokuskan pada penanggulangan senjata pemusnah massal, khususnya yang menargetkan ancaman nuklir, kimia, biologi, dan radioaktif. Hubungan antara Korut dan Korsel berada pada salah satu titik terendah selama bertahun-tahun, dengan Pyongyang meluncurkan rentetan rudal balistik tahun lalu yang melanggar sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Adik perempuan Kim Jong Un, Kim Yo Jong, juga mengecam latihan militer AS-Korsel itu. Dia menganggapnya sebagai provokasi politik dan militer.

    “Segera setelah pemerintahan barunya muncul tahun ini, AS telah meningkatkan provokasi politik dan militer terhadap DPRK, ‘melanjutkan’ kebijakan permusuhan dari pemerintahan sebelumnya,” sebut Kim Yo Jong dalam pernyataannya seperti dilaporkan KCNA.

    DPRK merupakan singkatan dari nama resmi Korut, Republik Demokratik Rakyat Korea. Kim Yo Jong menyebut AS sedang melakukan konfrontasi.

    “Langkah keji AS untuk melakukan konfrontasi dengan DPRK semakin intensif pada Maret ini, dengan kemunculan Carl Vinson (Kapal Induk AS) di Semenanjung Korea,” kata Kim Yo Jong.

    Uji Coba Rudal untuk Nuklir

    Rudal buatan Korut (Foto: via REUTERS/KCNA)

    Korut juga menggelar uji coba rudal pada Februari lalu. Saat itu, Kim Jong Un memerintahkan militernya untuk mempersiapkan kemampuan nuklir.

    KCNA, sebagaimana dilansir Reuters pada Jumat (28/2), melaporkan uji coba rudal itu dimaksudkan untuk memperingatkan “musuh-musuh, yang secara serius melanggar lingkungan keamanan (negara) dan mendorong serta meningkatkan lingkungan konfrontasi”.

    KCNA melaporkan uji coba itu juga dirancang untuk menunjukkan ‘kesiapan berbagai cara operasi nuklir’. Kim Jong Un menyatakan sedang menyiapkan kemampuan menyerang yang kuat.

    “Apa yang dijamin oleh kemampuan menyerang yang kuat adalah kemampuan pencegahan dan pertahanan yang paling sempurna,” ucap Kim Jong Un saat mengawasi uji coba rudal itu, seperti dikutip KCNA.

    Dia mengatakan pasukan nuklir Korut harus secara permanen siap mempertahankan kedaulatan nasional. Dia mengatakan perisai nuklir dapat diandalkan untuk meningkatkan kemampuan tempur.

    “Merupakan misi dan tugas yang bertanggung jawab dari angkatan bersenjata nuklir DPRK untuk secara permanen mempertahankan kedaulatan dan keamanan nasional dengan perisai nuklir yang dapat diandalkan dengan meningkatkan kesiapan tempur dengan kekuatan nuklir dan kesiapan penuh untuk penggunaannya,” ujarnya.

    Lihat juga Video ‘Kim Jong Un Pantau Uji Coba Peluncuran Rudal Jelajah Strategis’:

    Halaman 2 dari 3

    (haf/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kim Jong Un Rekrut 90 Ahli AI, Bantu Hacker Korea Curi Data dan Kripto

    Kim Jong Un Rekrut 90 Ahli AI, Bantu Hacker Korea Curi Data dan Kripto

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kim Jong Un memerintahkan pendirian unit khusus untuk riset dan pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk aktivitas hacking, termasuk pencurian data.

    Daily NK melaporkan unit yang berada di bawah Biro Mata-Mata tentara Korea Utara (RGB) tersebut diberi nama “Research Center 227” (pusat riset 227).

    “Pada akhir Februari, Komandan Tertinggi mengeluarkan perintah untuk RGB untuk di bawah Departemen Staf Jenderal untuk meningkatkan kapabilitas perang informasi di luar negeri. Perintah ini termasuk instruksi untuk mendirikan Research Center 227 untuk riset teknologi peretasan,” kata narasumber Daily NK..”

    Narasumber yang sama menyatakan pusat ini akan lebih fokus dalam mengembangkan teknologi dan software hacker dibanding dalam penggalangan informasi militer. Langkah ini dinilai merupakan bagian dari strategi Korut untuk menembus sistem keamanan siber negara-negara barat sambil meningkatkan kemampuan hacker untuk mencuri informasi dan aset serta mengganggu jaringan komputer.

    Salah satu misi utama unit Research Center 227 adalah mengembangkan teknologi pencurian informasi berbasis AI. Selain itu, unit tersebut memiliki misi untuk meneliti cara membobol jaringan keamanan serta meretas aset finansial. 

    RGB berencana merekrut 90 ahli komputer untuk ditugaskan di unit Research Center 227. Mereka sedang menyeleksi lulusan terbaik dari universitas terbaik, termasuk dari program doktoral.

    “Personel yang terpilih adalah talenta yang mengambil jurusan pengembangan software, sistem otomatisasi, serta keamanan informasi,” kata narasumber yang tinggal di Korut.

    Tugas mereka bukan sebagai pelaku peretasan, yang saat ini dilakukan oleh hacker di berbagai lokasi di Korut. Research Center 227 fokus untuk mengembangkan software yang bisa digunakan oleh hacker pada masa depan.

    (dem/dem)

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.119: Drone Ukraina Bakar Kilang Minyak Rusia, Api Baru Padam 3 Hari – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.119: Drone Ukraina Bakar Kilang Minyak Rusia, Api Baru Padam 3 Hari – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Selasa (18/3/2025), perang Rusia-Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022 telah memasuki hari ke-1.119.

    Kebakaran besar melanda kilang minyak Tuapse di Krasnodar, Rusia selatan.

    Tiga hari setelah serangan pesawat nirawak Ukraina, api akhirnya berhasil dipadamkan pada Senin (18/3/2025).

    Dalam perkembangan lain terkait perang Rusia-Ukraina, militer Rusia mengeklaim, bergerak maju di Ukraina selatan dan menembus sebagian garis pertahanan Kyiv, kurang dari 50 kilometer di tenggara kota Zaporizhzhia.

    Simak rangkuman peristiwa lainnya berikut ini.

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.119: 

    Drone Ukraina Serang Kilang Minyak Rusia, Api Baru Padam Setelah Tiga Hari

    Dikutip dari The Moscow Times, kebakaran besar yang melanda kilang minyak Tuapse di Krasnodar, Rusia selatan, akhirnya berhasil dipadamkan pada Senin (18/3/2025), tiga hari setelah serangan pesawat nirawak Ukraina.

    “Kebakaran telah berhasil dipadamkan di kompleks minyak Tuapse,” kata kepala distrik kotamadya Tuapse, Sergei Boyko, melalui Telegram.

    Ia menambahkan, petugas pemadam kebakaran masih bekerja untuk memastikan situasi benar-benar terkendali.

    Gubernur wilayah Krasnodar, Veniamin Kondratyev, mengungkapkan bahwa kebakaran tersebut, melalap lebih dari 1.000 meter persegi.

    Tidak ada korban luka dalam serangan yang terjadi pada Jumat (15/3/2025).

    Kilang Tuapse merupakan salah satu fasilitas penyulingan minyak terbesar di Rusia, dengan kapasitas pemrosesan tahunan mencapai 12 juta metrik ton.

    Juru bicara Pusat Penanggulangan Disinformasi Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional Ukraina, Andriy Kovalenko, mengatakan serangan terhadap infrastruktur energi Rusia adalah bentuk pembalasan atas serangan rudal Moskow yang telah menghancurkan jaringan listrik Ukraina dan menyebabkan jutaan orang kehilangan pasokan listrik.

    Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa sistem pertahanan udaranya berhasil mencegat atau menghancurkan 72 pesawat nirawak Ukraina di sembilan wilayah Rusia antara Minggu (16/3/2025) malam dan Senin (16/3/2025) pagi.

    Dalam serangan lainnya, 13 drone Ukraina menargetkan fasilitas energi di wilayah Astrakhan, Rusia selatan.

    Serpihan pesawat nirawak yang jatuh menyebabkan kebakaran dan melukai satu orang.

    “Serangan drone massal ini menyasar kompleks bahan bakar dan energi,” kata Gubernur wilayah Astrakhan, Igor Babushkin, melalui Telegram.

    Rusia dan Ukraina terus melancarkan serangan udara dalam konflik yang semakin memanas.

    Moskow menuduh Kyiv berusaha merusak infrastruktur vitalnya, sementara Ukraina menegaskan bahwa serangan tersebut adalah respons terhadap agresi Rusia.

    Rusia Gempur Ukraina Selatan, Klaim Kuasai Wilayah Zaporizhzhia

    Militer Rusia mengeklaim, telah bergerak maju di Ukraina selatan dan menembus sebagian garis pertahanan Kyiv, kurang dari 50 km di tenggara kota Zaporizhzhia, The Guardian melaporkan.

    Kementerian Pertahanan Rusia pada Senin (18/3/2025) menyatakan, pasukannya telah merebut desa Stepove di wilayah Zaporizhzhia. Namun, klaim ini belum dapat diverifikasi secara independen.

    Sementara itu, militer Ukraina membantah pernyataan tersebut.

    Kyiv menyebut, pasukannya berhasil menangkis serangan Rusia di sekitar Stepove dan desa terdekat, Lobkove.

    “Pertempuran masih berlangsung,” kata pihak militer Ukraina dalam pernyataan resminya.

    Wilayah Zaporizhzhia menjadi salah satu medan pertempuran utama dalam invasi Rusia ke Ukraina.

    Sejak awal konflik, Moskow terus berupaya memperluas kendali di wilayah tersebut, sementara Kyiv berusaha mempertahankan posisinya.

    Trump Akan Bahas Gencatan Senjata dan Aset dengan Putin, Ukraina Tetap Waspada

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan rencananya untuk berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (19/3/2025), setelah proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Ukraina dan AS ditolak oleh Moskow.

    Dalam pernyataannya, Trump mengatakan, perbincangan itu akan mencakup “pembagian aset tertentu” serta pembahasan mengenai “tanah dan pembangkit listrik.”

    Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai maksud dari pernyataan tersebut.

    Sementara itu, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt menyebut, pembahasan akan mencakup “pembangkit listrik di perbatasan Rusia dan Ukraina.”

    Jika yang dimaksud adalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia, lokasi ini sebenarnya tidak berada di perbatasan Rusia-Ukraina, melainkan di wilayah Ukraina yang secara internasional diakui sebagai bagian dari negara tersebut.

    Saat ini, fasilitas tersebut masih berada di bawah kendali pasukan Rusia sejak invasi berlangsung.

    Belum jelas apakah pembicaraan ini akan membawa dampak terhadap situasi di medan perang. Ukraina tetap waspada terhadap segala kemungkinan di tengah negosiasi yang masih berlangsung.

    Ukraina dan Korea Selatan Bahas Pemulangan Tawanan Perang Korea Utara

    Dikutip dari Suspilne, diplomat dari Ukraina dan Korea Selatan mengadakan pembicaraan telepon mengenai pemulangan tawanan perang Korea Utara, sebagaimana dilaporkan oleh media Korea Selatan Yonhap.

    Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengungkapkan, Menteri Luar Negeri Cho Tae-yul berdiskusi dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Sybiga terkait nasib dua tentara Korea Utara yang ditangkap oleh Ukraina pada 17 Maret.

    Seoul telah menyatakan kesiapannya untuk menerima kembali tawanan tersebut, karena menurut hukum Korea Selatan, warga Korea Utara tetap diakui sebagai warga negaranya.

    Pemulangan hanya bisa dilakukan jika para tawanan secara sukarela menyatakan keinginan untuk kembali ke Korea Selatan.

    Keterlibatan Korea Utara dalam Perang Rusia-Ukraina

    Isu pengiriman personel militer Korea Utara ke Rusia untuk berperang melawan Ukraina telah mencuat sejak Oktober 2024.

    Pada 14 Oktober, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan, Korea Utara “secara de facto telah bergabung” dalam perang di pihak Rusia.

    Kemudian, pada 5 November, Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov mengonfirmasi bahwa pasukan Ukraina telah menghadapi tentara Korea Utara dalam pertempuran di wilayah Kursk, Rusia.

    Pada 11 Januari, dua tentara Korea Utara ditangkap oleh pasukan Ukraina di wilayah yang sama.

    Presiden Zelensky telah menginstruksikan Dinas Keamanan Ukraina untuk memberikan akses terhadap para tahanan tersebut.

    Sedangkan Korea Selatan menegaskan kembali kesiapannya untuk menerima mereka jika mereka memilih untuk kembali.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • 90 Drone Shahed Iran Bombardir 9 Wilayah Ukraina, Kyiv Sebut Serangan Dilakukan oleh Moskow – Halaman all

    90 Drone Shahed Iran Bombardir 9 Wilayah Ukraina, Kyiv Sebut Serangan Dilakukan oleh Moskow – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rusia meluncurkan serangan pesawat tak berawak (drone) ke Kyiv, Ukraina, Minggu (16/3/2025).

    Hal ini dikatakan langsung oleh Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, Senin pagi (17/3/2025).

    Diketahui serangan udara Rusia tersebut langsung direspons oleh sistem pertahanan udara Ukraina.

    Kyiv mengatakan Moskow telah meluncurkan 90 drone Shahed Iran ke sembilan wilayah Ukraina.

    Mengutip Reuters, para saksi mendengar ledakan yang terdengar seperti pertahanan udara.

    Sementara itu, pihak berwenang Ukraina mengatakan bahwa sistem pertahanan udara Ukraina memukul mundur serangan itu.

    “Pasukan pertahanan udara bekerja untuk menghilangkan ancaman di langit di atas Kyiv,” lanjut Vitali Klitschko lewat aplikasi pesan Telegram.

    Serangan itu terjadi pada malam pertemuan negara antara pejabat Ukraina dan Amerika Serikat (AS) di Arab Saudi.

    Lewat pertemuan ini diharapkan kedua belah pihak (Rusia-Ukraina) akan memberikan kemajuan besar untuk mengakhiri perang.

    Zelensky Tuduh Putin

    Presiden Ukraina Volodymir Zelensky menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin berbohong.

    Zelensky mengatakan Putin telah berbohong tentang situasi di Provinsi Kursk, Rusia.

    Tak hanya itu Zelensky juga mengatakan bahwa Putin berusaha untuk memperpanjang perang.

    “Presiden Rusia berbohong tentang situasi di lapangan, terutama tentang apa yang terjadi di wilayah Kursk,” ujar Zelensky dalam sebuah unggahan di media sosial X pada hari Sabtu (15/3/2025), mengutip The Guardian.

    Dia mengatakan pasukan Ukraina masih menangkis pasukan Rusia dan Korea Utara di daerah itu tetapi menghadapi potensi serangan baru terhadap Sumy di timur laut Ukraina.

    Zelensky mengatakan pasukan Kyiv tidak dikepung di Kursk, seperti yang telah diklaim oleh Rusia, tetapi Moskow mengumpulkan pasukan di dekatnya untuk serangan terpisah.

    “Penumpukan pasukan Rusia menunjukkan bahwa Moskow bermaksud untuk terus mengabaikan diplomasi,” katanya.

    “Jelas bahwa Rusia memperpanjang perang.” lanjut Zelensky.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

  • Drone Mata-mata Korsel Tabrak Helikopter, Picu Kebakaran

    Drone Mata-mata Korsel Tabrak Helikopter, Picu Kebakaran

    Seoul

    Sebuah drone militer Korea Selatan (Korsel) bertabrakan dengan sebuah helikopter yang sedang diparkir di lapangan terbang yang ada di sebelah utara ibu kota Seoul. Insiden ini sempat memicu kebakaran yang menghancurkan drone dan helikopter tersebut, namun untungnya tidak ada korban jiwa.

    Kementerian Pertahanan Korsel, seperti dilansir kantor berita Yonhap dan Reuters, Senin (17/3/2025), melaporkan bahwa tabrakan drone militer dan helikopter itu sempat menyebabkan kebakaran yang berhasil dipadamkan dalam waktu sekitar 20 menit, tanpa ada korban luka.

    Insiden tabrakan itu disebut terjadi di daratan, bukan di udara. Menurut militer Korsel, tabrakan itu terjadi saat drone militer tersebut berusaha mendarat di pangkalan militer di Yangju, pada Senin (17/3) siang, sekitar pukul 13.00 waktu setempat.

    Akibat tabrakan itu, menurut seorang pejabat militer Korsel yang dikutip Yonhap, baik drone militer dan helikopter itu hancur total usai terbakar hebat.

    Penyebab tabrakan antara drone militer dan helikopter Korsel itu belum diketahui secara jelas. Militer Korsel telah meluncurkan penyelidikan lebih lanjut untuk mencari tahu penyebab tabrakan tersebut.

    Namun seorang pejabat militer Korsel, seperti dikutip Yonhap, mengatakan tidak ada upaya dari Korea Utara (Korut) untuk mengacaukan sinyal GPS yang terdeteksi saat tabrakan itu terjadi di area Yangju, sebelah utara Seoul.

    Dilaporkan juga oleh kantor berita Yonhap, yang mengutip militer Korsel, bahwa drone militer yang terlibat tabrakan itu merupakan drone pengintai atau drone mata-mata berukuran besar buatan Israel, yang bernama Heron.

    Pada November tahun lalu, drone dengan jenis yang sama juga mengalami insiden dan jatuh di sekitar area yang juga sama.

    Militer Korsel telah menggunakan drone Heron sejak tahun 2016 untuk memantau artileri Korut yang ditempatkan di area pantai barat dan area-area lainnya.

    Insiden ini terjadi saat Korsel dan sekutunya, Amerika Serikat (AS), sedang menggelar latihan gabungan tahunan yang diberi nama Freedom Shield, yang dijadwalkan akan berakhir pada Kamis (20/3) mendatang, usai berlangsung selama 11 hari.

    Tabrakan antara drone dan helikopter ini juga terjadi beberapa hari setelah jet tempur Korsel secara tidak sengaja menjatuhkan bom di area permukiman ketika melakukan latihan militer. Puluhan orang mengalami luka-luka akibat insiden tersebut.

    Lihat juga Video ‘Detik-detik Bom ‘Nyasar’ Hantam Permukiman Warga di Korsel’:

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump Mulai PHK Massal Staf Voice of America

    Trump Mulai PHK Massal Staf Voice of America

    Jakarta

    Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memulai pemecatan massal di Voice of America (VOA) dan media-media lain yang didanai AS. Keputusan Trump ini memperjelas niatnya untuk melucuti media yang telah lama dianggap penting bagi pengaruh AS.

    Hanya sehari setelah semua karyawan diliburkan, para staf yang bekerja berdasarkan kontrak, menerima email yang memberi tahu mereka bahwa mereka diberhentikan pada akhir Maret mendatang.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (17/3/2025), email tersebut, yang dikonfirmasi kepada AFP oleh beberapa karyawan, memberi tahu karyawan kontrak bahwa “Anda harus segera menghentikan semua pekerjaan dan tidak diizinkan untuk mengakses gedung atau sistem agensi mana pun.”

    Para pekerja kontrak merupakan sebagian besar tenaga kerja VOA dan mendominasi staf dalam layanan bahasa non-Inggris, meskipun angka terbaru belum tersedia.

    Banyak dari pekerja kontrak tersebut bukan warga negara AS.

    Adapun para staf penuh waktu (full-time) di VOA, yang memiliki lebih banyak perlindungan hukum, tidak segera diberhentikan, tetapi tetap menjalani cuti administratif dan telah diberitahu untuk tidak bekerja.

    Voice of America, yang dibentuk selama Perang Dunia II, disiarkan ke seluruh dunia dalam 49 bahasa dengan misi menjangkau negara-negara tanpa kebebasan media.

    Sebelumnya, Trump menandatangani perintah eksekutif pada hari Jumat lalu, yang menargetkan US Agency for Global Media atau Badan Media Global AS, selaku induk VOA, dalam pemangkasan anggaran besar-besaran terbaru dalam lingkungan pemerintah federal.

    Badan tersebut memiliki 3.384 karyawan pada tahun fiskal 2023. Badan tersebut telah meminta US$950 juta untuk tahun fiskal saat ini.

    Pemotongan anggaran besar-besaran tersebut juga membekukan Radio Free Europe/Radio Liberty, yang dibentuk dalam Perang Dingin untuk menjangkau bekas blok Uni Soviet, dan Radio Free Asia, yang didirikan untuk menyediakan laporan ke China, Korea Utara, dan negara-negara Asia lainnya dengan media yang sangat dibatasi.

    “Saya sangat sedih karena untuk pertama kalinya dalam 83 tahun, Voice of America yang tersohor itu dibungkam,” kata Direktur VOA, Michael Abramowitz, dalam pernyataan yang diposting di akun Facebook pribadinya, dikutip oleh NPR, Minggu (16/3).

    Abramowitz, yang termasuk dalam 1.300 korban pemutusan hubungan kerja (PHK), mengakui bahwa VOA memang membutuhkan reformasi agar lebih baik. Namun, ujarnya, keputusan ini justru menghambat misi VOA dalam menyampaikan berita dan program budaya kepada dunia.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • 4
                    
                        Negara Terkecil Ketiga Dunia Buka "Lowongan" Kewarganegaraan, Segini Biayanya
                        Internasional

    4 Negara Terkecil Ketiga Dunia Buka "Lowongan" Kewarganegaraan, Segini Biayanya Internasional

    Negara Terkecil Ketiga Dunia Buka “Lowongan” Kewarganegaraan, Segini Biayanya
    Tim Redaksi
    NAURU, KOMPAS.com

    Nauru
    , negara kepulauan kecil di Samudera Pasifik, menawarkan kewarganegaraan bagi siapa saja yang bersedia membayar 105.000 dollar AS atau sekitar Rp 1,7 miliar.
    Langkah ini merupakan bagian dari strategi
    negara terkecil ketiga di dunia
    tersebut untuk menghadapi ancaman lingkungan akibat perubahan iklim.
    Dengan paspor Nauru, pemegangnya bisa menikmati akses bebas visa ke 89 negara, termasuk Inggris, Hong Kong, Singapura, dan Uni Emirat Arab.
    Program ini juga diharapkan menjadi sumber pendapatan baru bagi negara yang kini menghadapi tantangan besar akibat kenaikan permukaan laut, erosi pantai, dan badai yang semakin parah.
    Dulu, Nauru sempat berjaya sebagai negara kaya fosfat. Namun, eksploitasi sumber daya alam secara masif membuat sebagian besar wilayahnya tidak lagi layak huni.
    Tambang fosfat telah mengikis 80 persen daratan pulau itu, menyisakan lanskap berbatu yang tidak subur.
    Dengan habisnya cadangan fosfat, Nauru berusaha mencari sumber pendapatan lain, termasuk dengan menjadi pusat penahanan luar negeri bagi pencari suaka yang mencoba masuk ke Australia.
    Negara ini bahkan pernah menarik perhatian pengusaha kripto yang kini dipenjara, Sam Bankman-Fried, yang berencana membeli Nauru sebagai tempat berlindung dari kiamat.
    Kini, Nauru mencoba solusi lain dengan meluncurkan program
    golden passport
    sebagai langkah konkret menghadapi ancaman perubahan iklim.
    Pemerintah berharap dana yang diperoleh dari penjualan kewarganegaraan ini bisa digunakan untuk memindahkan sekitar 90 persen dari 12.500 penduduknya ke daerah yang lebih tinggi dan lebih aman.
    Menurut estimasi pemerintah, program ini bisa menghasilkan sekitar 5,6 juta dollar AS (Rp 91,5 miliar) pada tahun pertama, dan berpotensi meningkat hingga 42 juta dollar AS (Rp 686 miliar) per tahun. Angka ini setara dengan 19 persen dari total pendapatan negara.
    Untuk memastikan program ini berjalan dengan baik, Pemerintah Nauru menegaskan bahwa seleksi calon penerima paspor akan dilakukan secara ketat.
    Paspor tidak akan diberikan kepada individu dengan catatan kriminal tertentu atau mereka yang berasal dari negara-negara berisiko tinggi menurut PBB, seperti Rusia dan Korea Utara.
    Selain itu, Nauru juga menggandeng Bank Dunia dan organisasi internasional lainnya untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas program ini.
    Meski menjadi peluang ekonomi, program
    golden passport
    sering kali menuai kontroversi.
    Banyak pihak khawatir paspor semacam ini bisa disalahgunakan oleh individu dengan kepentingan tersembunyi.
    Namun, bagi negara berkembang seperti Nauru yang kesulitan memperoleh dana untuk mengatasi dampak perubahan iklim, langkah ini bisa menjadi solusi.
    “Saat dunia masih memperdebatkan perubahan iklim, kami harus mengambil langkah nyata untuk mengamankan masa depan negara kami,” kata Presiden Nauru David Adeang kepada
    CNN
    .
    Di tengah ketidakpastian global terkait krisis iklim, strategi Nauru ini menjadi contoh bagaimana negara-negara kecil berusaha bertahan dengan sumber daya yang mereka miliki.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pengguna Android Terancam, Google Bersih-Bersih Play Store

    Pengguna Android Terancam, Google Bersih-Bersih Play Store

    Jakarta, CNBC Indonesia – Google tengah sibuk menghapus ratusan aplikasi yang mengancam pengguna smartphone. Ratusan aplikasi ini mengandung spyware dan virus yang bisa menyelinap masuk ke penyimpanan aplikasi ponsel.

    Dalam skema pertama terkait penipuan iklan, Google telah menghapus 180 aplikasi dengan total 56 juta unduhan. Selain itu ada yang terkait virus trojan Anatsa/Teabot yang berbahaya lainnya dikeluarkan dari toko aplikasi.

    Selain itu juga ada halaman pada Play Store yang menipu pengguna agar melakukan instalasi aplikasi yang berisiko tinggi.

    Namun ada ancaman lain yang terungkap. Google mengonfirmasi bahwa telah menghapus semua aplikasi yang baru diidentifikasi menyembunyikan spyware terbaru, dari Play Store. Peringatan terbaru ini datang dari laporan Lookout yang mengaitkan malware KoSpy baru dengan kelompok Korea Utara APT 37 (ScarCruft).

    “Spyware tersebut dapat mengumpulkan data yang luas seperti pesan SMS, log panggilan, lokasi, file audio, tangkapan layar,” seperti ditulis Forbes, dikutip Minggu (16/3/2025).

    “Ini adalah upaya tim Korea Utara dengan bukti infrastruktur yang dibagikan dengan APT43 (Kimsuky),” atau kelompok lain yang disponsori negara Korea Utara.

    Kedua kelompok tersebut menargetkan pengguna di beberapa negara. Mereka menyerang pengguna berbahasa Inggris dan Korea yang sudah ada sejak awal 2022 lalu.

    KoSpy ini menggunakan aplikasi utilitas palsu, seperti File Manager, Software Update Utility, dan Kakao Security untuk menginfeksi perangkat. Google Play Protect secara otomatis melindungi pengguna Android dari versi malware yang diketahui pada perangkat dengan Google Play Services, meskipun aplikasi berasal dari sumber di luar kemampuannya yakni :

    1. Mengumpulkan pesan SMS

    2. Mengumpulkan log panggilan

    3. Mengambil lokasi perangkat

    4. Mengakses file dan folder pada penyimpanan lokal

    5. Merak audio

    6. Mengambil foto dengan kamera

    7. Mengambil tangkapan layar atau merekam layar saat digunakan

    8. Merekam penekanan tombol

    9. Mengumpulkan detail jaringan wifi

    10. Menyusun daftar aplikasi terinstal

    Meski sudah dihapus di PlayStore, namun perlu diperhatikan bukan berarti aplikasi itu tidak tersedia di tempat lain. Seperti KoSpy dalam korpus Lookout yang menyamar sebagai lima aplikasi berbeda. Seperti Phone Manager (Pengelola Telepon), File Manager, Smart Manager (Pengelola Cerdas), Kakao Security (Keamanan Kakao), dan Software Update Utility.

    Anda juga harus memastikan Google Play Protect selalu diaktifkan dalam perangkat anda. Laporan terbaru yang tepat waktu dari UCL di London baru-baru ini memperingatkan bahwa

    “beberapa aplikasi kontrol orang tua ‘tidak resmi’ memiliki akses berlebihan terhadap data pribadi dan menyembunyikan keberadaannya, menimbulkan kekhawatiran tentang potensi pengawasan yang tidak etis serta kekerasan dalam rumah tangga,” tulis laporan tersebut.

    Laporan itu menyoroti bahwa aplikasi yang di download di luar Play Store jauh lebih berisiko daripada aplikasi yang ada di Play Store.

    Studi itu dilakukan dengan membandingkan aplikasi kontrol orang tua yang resmi, dan didownload di luar Google Play.

    Tim menemukan bahwa aplikasi yang di sideload lebih cenderung menyembunyikan keberadaannya dari pengguna ponsel dan memerlukan izin yang berlebihan, termasuk izin ‘berbahaya’ seperti akses ke data pribadi, seperti lokasi pengguna yang tepat, kapan saja.

    Google sendiri memperingatkan bahwa sideloading atau men-download dari luar sumber resmi itu berbahaya. Yang menarik di sini adalah bahwa aplikasi kontrol orang tua, karena sifatnya, akan meminta izin berlebihan untuk berfungsi.

    Ini menjadi kesempatan besar bagi para pengumpul data untuk dapat beroperasi seperti ini di ponsel Anda. Namun, untuk aplikasi di area yang begitu sensitif dapat membujuk pengguna untuk menginstal, yang berpotensi menonaktifkan Play Protect dalam prosesnya, adalah hal yang sangat berbahaya.

    (haa/haa)

  • Hacker Korut Selundupkan Aplikasi Mata-mata di Play Store

    Hacker Korut Selundupkan Aplikasi Mata-mata di Play Store

    Jakarta

    Spyware baru bernama ‘KoSpy’ mengincar pengguna Android di seluruh dunia. Spyware ini disusupkan ke Google Play Store dan toko aplikasi pihak ketiga oleh hacker yang terkait dengan pemerintah Korea Utara.

    Menurut laporan Lookout, perusahaan keamanan siber yang menemukan kampanye ini, spyware tersebut dikaitkan dengan kelompok hacker APT37 alias ‘ScarCruft’. Selain Play Store, spyware ini juga ditemukan di toko aplikasi pihak ketiga APKPure.

    Spyware ini secara khusus menargetkan pengguna internet berbahasa Korea dan Inggris, dengan menyamar sebagai aplikasi file manager, antivirus, dan pembaruan software. Lima aplikasi mata-mata yang ditemukan Lookout adalah:

    휴대폰 관리자 (Phone Manager)File Manager스마트 관리자 (Smart Manager)카카오 보안 (Kakao Security) andSoftware Update Utility

    Sebagian besar aplikasi berbahaya tersebut menawarkan beberapa fungsi yang dijanjikan, tapi diam-diam memuat spyware KoSpy tanpa sepengetahuan pengguna. Satu-satunya pengecualian adalah aplikasi Kakao Security yang hanya menampilkan jendela sistem palsu saat meminta izin akses yang berisiko.

    Setelah diaktifkan, spyware KoSpy akan menerima file konfigurasi yang terenkripsi dari database Firebase untuk menghindari deteksi. Spyware ini kemudian menghubungi server command and control dan melakukan pengecekan untuk memastikan tidak berjalan di emulator.

    Spyware KoSpy memiliki banyak kemampuan yang mengerikan seperti mengumpulkan SMS dan log panggilan, melacak lokasi GPS korban secara real-time, membaca dan mengumpulkan file dari penyimpanan lokal, merekam audio menggunakan mikrofon, mengambil foto dan video menggunakan kamera, mengambil screenshot, dan merekam keystroke.

    Saat ini lima spyware tersebut sudah dihapus dari Play Store dan APKPure, namun pengguna yang sudah kadung instal harus uninstall secara manual dari perangkatnya serta melakukan pemindaian menyeluruh menggunakan aplikasi antivirus.

    Google Play Protect juga bisa memblokir aplikasi berbahaya yang sudah teridentifikasi, jadi pastikan fitur ini selalu aktif untuk melindungi ponsel Android kalian dari aplikasi berbahaya.

    “Google Play Protect melindungi pengguna android dari versi malware ini yang diketahui di perangkat dengan layanan Google Play, bahkan ketika aplikasinya berasal dari luar Play,” kata juru bicara Google, seperti dikutip dari Bleeping Computer, Minggu (16/3/2025).

    (vmp/hps)

  • Rusia-Ukraina Lancarkan Serangan di Tengah Usulan Gencatan Senjata, Dihujani Lebih dari 100 Drone – Halaman all

    Rusia-Ukraina Lancarkan Serangan di Tengah Usulan Gencatan Senjata, Dihujani Lebih dari 100 Drone – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rusia dan Ukraina saling melakukan serangan udara pada Sabtu (15/3/2025) malam waktu setempat.

    Kedua pihak melaporkan lebih dari 100 pesawat tak berawak atau drone musuh di wilayah masing-masing.

    Serangan itu terjadi kurang dari 24 jam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu utusan Amerika Serikat (AS) Steve Witkoff.

    Keduanya bertemu untuk membahas rincian proposal AS untuk gencatan senjata 30 hari dalam perang Rusia dengan Ukraina.

    Berbicara dalam konferensi pers pada Kamis (13/3/2025), Putin mengatakan bahwa ia mendukung gencatan senjata secara prinsip, tetapi mengemukakan sejumlah rincian yang perlu diklarifikasi sebelum disetujui.

    Kyiv telah mendukung usulan gencatan senjata, meskipun pejabat Ukraina secara terbuka telah menyuarakan keraguan mengenai apakah Moskow akan berkomitmen pada kesepakatan tersebut.

    Sementara, dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, Zelensky menuduh Moskow membangun kekuatan di sepanjang perbatasan.

    “Peningkatan kekuatan Rusia menunjukkan bahwa Moskow berniat untuk terus mengabaikan diplomasi. Jelas bahwa Rusia memperpanjang perang,” katanya, dikutip dari The Moscow Times.

    Pemimpin Ukraina juga menekankan bahwa pasukan Kyiv mempertahankan kehadiran mereka di wilayah Kursk Rusia setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Jumat (14/3/2025) bahwa “ribuan” tentara Ukraina dikepung oleh militer Rusia.

    “Operasi pasukan kami di wilayah yang ditentukan di wilayah Kursk terus berlanjut,” kata Zelensky.

    “Pasukan kami terus menahan kelompok Rusia dan Korea Utara di wilayah Kursk. Tidak ada pengepungan terhadap pasukan kami,” jelasnya.

    Di tempat lain, angkatan udara Ukraina mengatakan pada hari Sabtu bahwa Rusia telah meluncurkan rentetan 178 pesawat nirawak dan dua rudal balistik ke negara itu dalam semalam.

    Rentetan serangan itu merupakan campuran pesawat nirawak serang jenis Shahed dan pesawat nirawak tiruan yang dirancang untuk membingungkan pertahanan udara.

    Sekitar 130 pesawat nirawak ditembak jatuh, sementara 38 lainnya hilang dalam perjalanan menuju sasarannya.

    Rusia menyerang fasilitas energi, menyebabkan kerusakan signifikan, kata perusahaan energi swasta Ukraina, DTEK.

    Rusia menyerang infrastruktur energi di wilayah Dnipropetrovsk dan Odesa, kata DTEK dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu.

    Beberapa penduduk tidak mendapatkan pasokan listrik.

    “Kerusakannya cukup parah. Pekerja energi sudah bekerja di lapangan.”

    “Kami melakukan segala yang mungkin untuk memulihkan listrik ke rumah-rumah sesegera mungkin,” kata perusahaan energi tersebut.

    Sementara itu, di wilayah Volgograd, Rusia, Gubernur Andrei Bocharov mengonfirmasi bahwa serpihan pesawat nirawak yang jatuh telah memicu kebakaran di distrik Krasnoarmeysky di kota yang dekat dengan kilang minyak Lukoil, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.

    Bandara terdekat menghentikan sementara penerbangan, demikian dilaporkan media lokal.

    Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.

    Kilang Volgograd telah menjadi sasaran pasukan Kyiv beberapa kali sejak Moskow melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina lebih dari tiga tahun lalu, yang terbaru dalam serangan pesawat tak berawak pada 15 Februari 2025.

    KURSK DIREBUT – Tangkapan layar dari video akun YouTube Shanghai Eye memperlihatkan situasi di Kota Sudzha, Kursk, Rusia. Pasukan Ukraina di sana dikabarkan terkepung. (Tangkapan layar YouTube Shanghai Eye)

    Kata Kremlin soal Usulan Gencatan Senjata

    Asisten utama kebijakan luar negeri Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dia telah memberi tahu Washington bahwa gencatan senjata selama 30 hari yang diusulkan oleh Amerika Serikat (AS) untuk menghentikan perang di Ukraina, hanya akan memberikan pasukan Kyiv waktu istirahat yang sangat dibutuhkan di medan perang.

    Para pejabat Rusia mengatakan penasihat keamanan nasional AS Mike Waltz telah memberikan rincian tentang gagasan gencatan senjata pada Rabu (12/3/2025), dan Rusia siap untuk membahasnya.

    Presiden AS Donald Trump mengatakan di Gedung Putih pada Rabu bahwa ia berharap Kremlin akan menyetujui usulan AS untuk gencatan senjata selama 30 hari yang menurut Ukraina akan didukung.

    Yuri Ushakov, mantan duta besar untuk Washington yang berbicara atas nama Putin mengenai isu-isu kebijakan luar negeri utama, mengatakan kepada media Rusia bahwa ia telah berbicara dengan Waltz untuk menguraikan posisi Rusia mengenai gencatan senjata.

    “Saya nyatakan posisi kami bahwa ini tidak lain hanyalah masa jeda sementara bagi militer Ukraina, tidak lebih,” kata Ushakov, dilansir Al Arabiya.

    “Itu tidak memberi kita apa pun. Itu hanya memberi kesempatan kepada Ukraina untuk berkumpul kembali, mendapatkan kekuatan, dan melanjutkan hal yang sama,” imbuhnya.

    Ushakov mengatakan tujuan Moskow adalah “penyelesaian damai jangka panjang yang mempertimbangkan kepentingan sah negara kami dan berbagai kekhawatiran kami yang sudah diketahui.”

    “Menurut saya, tidak ada yang membutuhkan langkah-langkah yang (hanya) meniru tindakan damai dalam situasi ini,” katanya.

    Trump telah berupaya membangun kembali hubungan dengan Rusia untuk menghindari eskalasi perang Ukraina yang menurutnya dapat berkembang menjadi Perang Dunia Ketiga, meskipun ia juga telah mengemukakan ancaman sanksi lebih lanjut dan prospek pencabutan sanksi jika Moskow berupaya mengakhiri perang.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina