Negara: Korea Utara

  • 2.000 Tentara Korut Tewas dalam Perang Lawan Ukraina di Rusia

    2.000 Tentara Korut Tewas dalam Perang Lawan Ukraina di Rusia

    Seoul

    Badan intelijen Korea Selatan (Korsel) melaporkan sekitar 2.000 tentara Korea Utara (Korut) diperkirakan tewas setelah dikerahkan untuk membantu Rusia bertempur melawan Ukraina.

    Badan Intelijen Nasional Korsel (NIS), seperti dilansir AFP, Selasa (2/9/2025), melaporkan pada April lalu bahwa “jumlah korban perang setidaknya 600 perang”.

    “Namun, berdasarkan penilaian terbaru, kini diperkirakan jumlahnya sekitar 2.000 tentara,” kata anggota parlemen Korsel, Lee Seong Kweun, saat berbicara kepada wartawan setelah mendapatkan pengarahan intelijen terbaru dari NIS.

    Badan-badan intelijen Korsel dan Barat mengatakan bahwa Korut mengirimkan lebih dari 10.000 tentaranya ke wilayah Rusia pada tahun 2024, terutama ke wilayah Kursk. Pyongyang juga diduga telah mengirimkan peluru artileri, rudal, dan sistem roket jarak jauh.

    Lee mengatakan bahwa NIS meyakini Korut berencana untuk mengerahkan 6.000 tentara dan teknisi tambahan ke Rusia, dengan sekitar 1.000 personel di antaranya telah tiba.

    “Diperkirakan dari rencana pengerahan ketiga 6.000 tentara baru-baru ini, sekitar 1.000 teknisi tempur telah tiba di Rusia,” ungkapnya.

    Awal tahun ini, Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa Korut akan mengirimkan pasukan konstruksi dan penjinak ranjau ke wilayah Kursk, yang terletak dekat dengan perbatasan Ukraina.

    Pyongyang baru mengonfirmasi soal pengerahan pasukan untuk mendukung Rusia dalam perang melawan Ukraina pada bulan April, dan mengakui bahwa tentara-tentaranya telah gugur dalam pertempuran.

    Sejak saat itu, pemimpin Korut Kim Jong Un telah bertemu dengan keluarga para tentara yang gugur dalam pertempuran bersama Rusia melawan Ukraina. Sang pemimpin tertinggi Korut itu menyampaikan belasungkawa atas “rasa sakit yang tak tertahankan” yang merasa rasakan.

    Media pemerintah Korut merilis foto-foto Kim Jong Un yang emosional memeluk seorang tentara yang kembali dengan selamat dari Rusia. Tentara yang tampak kewalahan itu membenamkan wajahnya di dada sang pemimpin Korut ketika dia dipeluk.

    Dalam foto-foto lainnya, Kim Jong Un terlihat sedang berlutut di depan potret tentara Korut yang gugur untuk memberikan penghormatan dan meletakkan medali serta bunga di samping gambar-gambar para prajurit yang gugur.

    Korut dan Rusia juga menandatangani kesepakatan militer tahun lalu, termasuk klausul pertahanan bersama, dalam kunjungan langka Presiden Vladimir Putin ke Pyongyang.

    Tonton juga Video: Korut Pamer Aksi Militer saat Bantu Rusia Lawan Ukraina

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Putin Sapa Narendra Modi ‘Dear Friend’ di Sela-sela KTT SCO China

    Putin Sapa Narendra Modi ‘Dear Friend’ di Sela-sela KTT SCO China

    Jakarta

    Presiden Rusia Vladimir Putin menunjukkan kedekatannya dengan Perdana Menteri India Narendra Modi saat menghadiri KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO). Putin bahkan menyapa Modi dengan sebutan ‘dear friend’.

    Dilansir kantor berita Reuters, Senin (1/9/2025), di sela-sela pertemuan SCO di kota pelabuhan Tianjin, Tiongkok, Modi menggandeng tangan Putin saat mereka berjalan menuju Presiden Tiongkok Xi Jinping. Ketiganya tersenyum saat berbicara, dikelilingi para penerjemah.

    Kemudian, Modi mengunggah foto di X yang memperlihatkan dirinya dan Putin di dalam limosin lapis baja Aurus yang digunakan oleh pemimpin Rusia tersebut.

    Putin kerap bepergian dengan Aurus dalam lawatan ke luar negeri dan sesekali menawarkan tumpangan kepada pemimpin negara lain atau bahkan menghadiahkan kendaraan tersebut, seperti yang dilakukannya kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada tahun 2024.

    “Bahkan dalam situasi tersulit sekali pun, India dan Rusia selalu bahu-membahu,” ujar Modi.

    “Kerja sama erat kita penting tidak hanya bagi rakyat kedua negara, tetapi juga bagi perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran global,” lanjutnya.

    “Rusia dan India telah menjalin hubungan khusus selama beberapa dekade, bersahabat, dan saling percaya. Ini adalah fondasi bagi pengembangan hubungan kita di masa depan,” imbuhnya.

    Modi mengatakan ia menyambut baik upaya-upaya terbaru yang bertujuan untuk menghentikan perang di Ukraina sesegera mungkin. Pada hari Sabtu, Modi menegaskan kembali dukungannya terhadap penyelesaian damai melalui percakapan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, ungkap kantor Modi.

    “Melakukan pertemuan yang luar biasa dengan Presiden Putin,” ujar Modi pada hari Senin, seraya menambahkan bahwa mereka telah membahas kerja sama “di semua sektor, termasuk perdagangan, pupuk, antariksa, keamanan, dan budaya.”

    “Kemitraan Strategis Khusus dan Istimewa kita tetap menjadi pilar penting stabilitas regional dan global,” kata Modi.

    Lihat juga Video: Sambutan Hangat Putin ke PM India Modi, Sopiri hingga Berpelukan

    (whn/eva)

  • India-China Bangun Blok Baru Lawan Pengaruh Barat

    India-China Bangun Blok Baru Lawan Pengaruh Barat

    Jakarta

    Pertemuan antara Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden Cina Xi Jinping menjadi pusat perhatian pada hari pertama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Shanghai Cooperation Organisation (SCO) di Tianjin, Cina.

    Kunjungan ini merupakan yang pertama bagi Modi ke Cina sejak hubungan kedua negara memburuk akibat bentrokan mematikan antara pasukan di perbatasan Himalaya pada 2020. Dalam sambutan pembuka, Modi menegaskan bahwa hubungan India dan Cina kini bergerak ke arah yang lebih bermakna, dengan suasana perbatasan yang lebih damai.

    Xi, menurut siaran CCTV, mengatakan isu perbatasan tidak seharusnya mendefinisikan keseluruhan hubungan kedua negara. Ia menambahkan bahwa pembangunan ekonomi seharusnya menjadi fokus utama.

    Modi menyatakan India berkomitmen memperkuat hubungan dengan Cina berdasarkan rasa saling menghormati, saling percaya, dan sensitivitas terhadap kepentingan masing-masing. Xi menegaskan kedua negara harus melihat hubungan dari perspektif strategis jangka panjang, terutama karena tahun ini menandai 75 tahun hubungan diplomatik. “India dan Cina adalah mitra, bukan pesaing. Keduanya mewakili peluang pembangunan, bukan ancaman,” kata Xi seperti dikutip Xinhua.

    Pertemuan berlangsung hanya beberapa hari setelah Amerika Serikat memberlakukan tarif 50 persen terhadap produk India terkait pembelian minyak dari Rusia. Sejumlah analis menilai kebijakan itu justru bisa mendorong India semakin mendekat ke Cina.

    Di sela-sela KTT, Xi juga bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin. Media pemerintah Rusia menyiarkan video keduanya saling menyapa hangat. Putin dijadwalkan pula bertemu Modi, pada saat hubungan kedua negara mendapat sorotan global setelah tarif tinggi dari Washington mulai berlaku.

    Putin dan sejumlah pemimpin lain diperkirakan tetap berada di Beijing hingga 3 September untuk menghadiri parade militer memperingati berakhirnya Perang Dunia II. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un juga disebut akan hadir.

    KTT SCO didorong jadi penyeimbang pengaruh Barat

    Dalam jamuan makan malam resmi, Xi Jinping menekankan bahwa SCO kini memikul tanggung jawab lebih besar menjaga perdamaian dan stabilitas regional. “SCO pasti akan memainkan peran lebih besar, memperkuat persatuan antar anggota, menggalang kekuatan Global South, dan mendorong kemajuan peradaban manusia,” ujarnya.

    Xinhua menyebut pertemuan kali ini sebagai yang terbesar sepanjang sejarah organisasi. Forum ini beranggotakan 10 negara, Cina, India, Rusia, Pakistan, Iran, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Uzbekistan, dan Belarus, ditambah 16 negara lain berstatus mitra dialog atau pengamat.

    KTT berlangsung di tengah ketegangan perdagangan global setelah Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif terhadap berbagai negara. Kebijakan itu mendorong banyak negara mencari mitra dagang baru di tengah ketidakpastian arah kebijakan ekonomi Washington.

    Sejak berdiri pada 2001, SCO berkembang menjadi forum kerja sama ekonomi dan keamanan. Cina memanfaatkan forum ini untuk memperluas pengaruh ekonominya, sementara Rusia menjadikannya sarana menjaga hubungan dengan Asia Tengah. Perang di Ukraina membuat Moskow semakin bergantung pada SCO.

    Bagi India, forum ini juga memberi panggung penting, terutama setelah hubungan dengan AS kembali tegang akibat kebijakan tarif. Kehadiran Modi di Tianjin menandai kunjungan pertamanya ke Cina dalam tujuh tahun terakhir.

    Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres yang turut hadir menegaskan pentingnya multilateralisme, menyebut Cina sebagai pilar fundamental sistem internasional.

    Rangkaian Pertemuan Bilateral

    Hari pertama KTT juga diwarnai serangkaian pertemuan bilateral. Putin tiba di Tianjin dengan sambutan karpet merah dari pejabat senior Cina. Media pemerintah Cina menggambarkan kunjungan empat harinya sebagai simbol “hubungan terbaik sepanjang sejarah,” paling stabil, dewasa, dan signifikan secara strategis di antara negara besar. Dalam wawancara dengan Xinhua sebelum keberangkatan, ia menegaskan Rusia dan Cina sama-sama menolak sanksi Barat yang dianggap diskriminatif. Ekonomi Rusia sendiri kini berada di ambang resesi akibat perang di Ukraina dan tekanan sanksi internasional.

    Turki menekankan pentingnya investasi perusahaan Cina di negaranya serta membahas isu Gaza, perang di Ukraina, dan pembangunan kembali Suriah setelah jatuhnya Presiden Bashar Assad tahun lalu. Suriah kini tengah berusaha bangkit di bawah pemerintahan sementara yang dipimpin kelompok Islamis. Menurut Xinhua, Xi menegaskan bahwa Cina dan Turki sama-sama negara besar yang sedang tumbuh dengan semangat independen.

    Azerbaijan menegaskan komitmen memperkuat kemitraan strategis komprehensif dengan Beijing, termasuk penguatan jalur transportasi internasional Trans-Kaspia yang menghubungkan barang-barang Cina melalui Azerbaijan serta kerja sama energi dengan memanfaatkan cadangan gas alam. Beijing juga menegaskan dukungan terhadap rencana Azerbaijan bergabung sebagai anggota penuh SCO. Pada 2023, Azerbaijan merebut kembali wilayah Nagorno-Karabakh yang mayoritas penduduknya etnis Armenia, sementara Cina sebelumnya telah mengakui wilayah itu sebagai bagian dari Azerbaijan. Dukungan Baku terhadap prinsip Satu-Cina, termasuk pengakuan Taiwan sebagai bagian dari wilayah Cina, memperkuat kedekatan kedua pihak.

    Armenia di sisi lain mengumumkan peningkatan status hubungan dengan Beijing menjadi kemitraan strategis. Perdana Menteri Nikol Pashinyan menyebut langkah ini akan membuka peluang kerja sama baru. Kedua pihak sepakat memperdalam kolaborasi Belt and Road, memperluas konektivitas, serta pertukaran di bidang pendidikan, teknologi, budaya, dan pariwisata. Yerevan menegaskan komitmennya pada prinsip satu-Cina, sedangkan Beijing menyatakan mendukung Armenia untuk memperluas peran di SCO. Taiwan sendiri tetap memerintah dengan pemerintahannya sendiri meski dianggap Beijing sebagai provinsi, dan Presiden Taiwan William Lai berulang kali menegaskan kedaulatan negaranya.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Rivi Satrianegara

    Editor: Rahka Susanto

    Tonton juga video “Trump Ancam Naikkan Tarif Impor untuk India gegara Beli Minyak Rusia” di sini:

    (ita/ita)

  • Video: Kim Jong Un, Putin, & Xi Jinping Bakal “Kopdar” Awal September

    Video: Kim Jong Un, Putin, & Xi Jinping Bakal “Kopdar” Awal September

    Jakarta, CNBC Indonesia- Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada September mendatang. Kim dan Putin dijadwalkan terbang ke China pada 3 September mendatang untuk memenuhi undangan Xi Jinping.

    Selengkapnya dalam program Power Lunch CNBC Indonesia (Kamis, 28/08/2025) berikut ini.

  • Kim Jong Un Inspeksi Latihan Pasukan Khusus dan Sniper

    Kim Jong Un Inspeksi Latihan Pasukan Khusus dan Sniper

    Jakarta

    Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menginspeksi latihan pasukan khusus dan penembak jitu (sniper) negara tersebut pada hari Rabu (27/8) waktu setempat.

    Kantor berita resmi Korea Utara, KCNA melaporkan, seperti dilansir NK News, Kamis (28/8/2025), bahwa Kim menginspeksi latihan “para sniper dan tentara unit operasi khusus yang ditugaskan untuk misi khusus.” Dia menyebut mereka “pemburu yang membunuh tentara musuh dengan keterampilan menembak jitu 100% akurat di medan perang.”

    Dalam kesempatan tersebut, pemimpin negeri komunis itu juga memeriksa senapan laras panjang “generasi baru” yang didistribusikan ke unit-unit militer. Dia menyebutnya sebagai senjata “presisi jarak jauh” yang unggul. Dia juga menyerukan modernisasi persenjataan serta pengembangan taktik perang yang inovatif.

    Kim juga meminta penyediaan “seragam kamuflase berkualitas” baru yang sesuai untuk berbagai kondisi lingkungan untuk dipasok ke unit-unit tersebut “mulai tahun ini.”

    Korea Utara telah mengerahkan para penembak jitu untuk bertempur dalam perang Rusia melawan Ukraina. Meskipun analisis NK News terhadap rekaman medan perang baru yang dirilis oleh Pyongyang pekan lalu, menunjukkan bahwa mereka masih menggunakan senjata versi Kalashnikov Chukavin buatan Rusia, bukan model baru yang dipromosikan dalam latihan tersebut.

    Foto-foto yang disertakan dalam laporan tersebut menunjukkan Kim berpose dengan para penembak jitu setelah memeriksa latihan target. Para prajurit juga melakukan pertunjukan seni bela diri dan latihan kekuatan untuk Kim, seperti yang telah menjadi tradisi dalam latihan semacam itu.

    Analisis NK News terhadap foto-foto yang disertakan dalam laporan itu menunjukkan bahwa latihan tersebut berlangsung di pangkalan milik Unit 525 KPA di selatan ibu kota Korut, Pyongyang – unit yang sebelumnya melakukan simulasi infiltrasi ke Gedung Biru kepresidenan Korea Selatan.

    KCNA menerbitkan laporan tersebut pada hari terakhir latihan militer gabungan skala besar antara Korea Selatan dan Amerika Serikat, Ulchi Freedom Shield, yang dimulai pada 18 Agustus.

    Pyongyang telah berulang kali mengecam latihan militer tersebut, menyebutnya sebagai upaya untuk “menyerang” negara tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Penyebab Korut Kesal hingga Bilang Presiden Baru Korsel Munafik

    Penyebab Korut Kesal hingga Bilang Presiden Baru Korsel Munafik

    Jakarta

    Korea Utara (Korut) tengah kesal ke Korea Selatan (Korsel) sampai menyebut Presiden Korsel baru Lee Jae Myung munafik. Pangkal masalahnya ternyata soal denuklirisasi Semenanjung Korea.

    Dirangkum detikcom dilansir kantor berita AFP, Rabu (27/8/2025), Pyongyang mengecam Lee Jae Myung soal denuklirisasi Semenanjung Korea, yang disampaikan dalam kunjungan ke Amerika Serikat (AS) pekan ini. Pyongyang menyebut Lee munafik dengan membahas soal denuklirisasi.

    Sejak menjabat pada Juni lalu, Lee mengupayakan hubungan yang lebih hangat dengan Korut yang memiliki senjata nuklir, dan berjanji untuk membangun “kepercayaan militer” dengan Pyongyang.

    Namun, Korut menegaskan tidak tertarik untuk memperbaiki hubungan dengan Korsel, yang merupakan sekutu keamanan regional utama AS.

    Saat berbicara dalam forum Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington DC, Lee mengatakan bahwa aliansi Korsel dan AS akan “ditingkatkan ke level global” ketika “ada jalan menuju denuklirisasi, perdamaian, dan koeksistensi di Semenanjung Korea”.

    Sejak pertemuan puncak yang berujung kegagalan dengan Washington DC pada tahun 2019, Pyongyang berulang kali menegaskan tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklirnya. Korut bahkan telah mendeklarasikan diri sebagai negara nuklir yang “tidak dapat diubah”.

    Kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA) menuduh Lee “berpura-pura memiliki keinginan untuk memulihkan hubungan” dengan Korut, namun telah mengungkapkan “wajah aslinya sebagai seorang maniak konfrontasi”.

    KCNA juga menyebut Lee “munafik” dengan pernyataan terbarunya tersebut.

    KCNA mengatakan bahwa penyebutan “denuklirisasi” oleh Lee “hanyalah mimpi naif, seperti berusaha menangkap awan yang melayang di langit”.

    Setelah bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Jepang Shigeru Ishiba di Tokyo pekan lalu, Lee juga mengatakan bahwa kedua negara — yang sama-sama sekutu keamanan AS — telah “menegaskan kembali komitmen bersama untuk denuklirisasi sepenuhnya di Semenanjung Korea”.

    KCNA menyatakan pada Rabu (27/8) bahwa Korut akan “tetap teguh pada pendirian untuk tidak meninggalkan senjata nuklir, martabat dan kehormatan negara”.

    Lee, dalam pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada Senin (25/8), Lee meminta Trump untuk membantu mewujudkan perdamaian antara Korsel dan Korut. Trump diketahui sering membanggakan hubungan pribadinya dengan pemimpin Korut Kim Jong Un.

    “Satu-satunya orang yang dapat membuat kemajuan adalah Anda, Tuan Presiden,” ucap Lee kepada Trump. “Jika Anda menjadi pembawa damai, maka saya akan membantu Anda dengan menjadi penggerak,” cetusnya.

    Dalam pertemuan dengan Lee, Trump mengatakan dirinya berharap untuk dapat bertemu kembali dengan Kim Jong Un, kemungkinan tahun ini. Selama masa jabatan pertamanya, Trump sudah tiga kali bertemu Kim Jong Un, termasuk pertemuan di Hanoi yang membahas denuklirisasi namun gagal mencapai kesepakatan.

    Halaman 2 dari 3

    (whn/dek)

  • Korut Kesal Presiden Korsel Bahas Denuklirisasi: Munafik!

    Korut Kesal Presiden Korsel Bahas Denuklirisasi: Munafik!

    Pyongyang

    Korea Utara (Korut) mengecam komentar terbaru Presiden Korea Selatan (Korsel) Lee Jae Myung soal denuklirisasi Semenanjung Korea, yang disampaikan dalam kunjungan ke Amerika Serikat (AS) pekan ini. Pyongyang menyebut Lee “munafik” dengan membahas soal denuklirisasi.

    Sejak menjabat pada Juni lalu, Lee mengupayakan hubungan yang lebih hangat dengan Korut yang memiliki senjata nuklir, dan berjanji untuk membangun “kepercayaan militer” dengan Pyongyang.

    Namun, Korut menegaskan tidak tertarik untuk memperbaiki hubungan dengan Korsel, yang merupakan sekutu keamanan regional utama AS.

    Saat berbicara dalam forum Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington DC, seperti dilansir AFP, Rabu (27/8/2025), Lee mengatakan bahwa aliansi Korsel dan AS akan “ditingkatkan ke level global” ketika “ada jalan menuju denuklirisasi, perdamaian, dan koeksistensi di Semenanjung Korea”.

    Sejak pertemuan puncak yang berujung kegagalan dengan Washington DC pada tahun 2019, Pyongyang berulang kali menegaskan tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklirnya. Korut bahkan telah mendeklarasikan diri sebagai negara nuklir yang “tidak dapat diubah”.

    Kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA) menuduh Lee “berpura-pura memiliki keinginan untuk memulihkan hubungan” dengan Korut, namun telah mengungkapkan “wajah aslinya sebagai seorang maniak konfrontasi”.

    KCNA juga menyebut Lee “munafik” dengan pernyataan terbarunya tersebut.

    KCNA mengatakan bahwa penyebutan “denuklirisasi” oleh Lee “hanyalah mimpi naif, seperti berusaha menangkap awan yang melayang di langit”.

    Setelah bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Jepang Shigeru Ishiba di Tokyo pekan lalu, Lee juga mengatakan bahwa kedua negara — yang sama-sama sekutu keamanan AS — telah “menegaskan kembali komitmen bersama untuk denuklirisasi sepenuhnya di Semenanjung Korea”.

    KCNA menyatakan pada Rabu (27/8) bahwa Korut akan “tetap teguh pada pendirian untuk tidak meninggalkan senjata nuklir, martabat dan kehormatan negara”.

    Lee, dalam pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada Senin (25/8), Lee meminta Trump untuk membantu mewujudkan perdamaian antara Korsel dan Korut. Trump diketahui sering membanggakan hubungan pribadinya dengan pemimpin Korut Kim Jong Un.

    “Satu-satunya orang yang dapat membuat kemajuan adalah Anda, Tuan Presiden,” ucap Lee kepada Trump. “Jika Anda menjadi pembawa damai, maka saya akan membantu Anda dengan menjadi penggerak,” cetusnya.

    Dalam pertemuan dengan Lee, Trump mengatakan dirinya berharap untuk dapat bertemu kembali dengan Kim Jong Un, kemungkinan tahun ini. Selama masa jabatan pertamanya, Trump sudah tiga kali bertemu Kim Jong Un, termasuk pertemuan di Hanoi yang membahas denuklirisasi namun gagal mencapai kesepakatan.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Trump Khawatir Kekuatan Senjata Nuklir Membesar, Ingin Berunding dengan Rusia-China

    Trump Khawatir Kekuatan Senjata Nuklir Membesar, Ingin Berunding dengan Rusia-China

    JAKARTA  – Presiden AS Donald Trump mengatakan ia ingin membuka perundingan denuklirisasi dengan Rusia dan China, meninjau kembali isu yang sebelumnya ia ajukan seiring upayanya untuk memulai kembali diplomasi yang terhenti dengan Korea Utara.

    “Salah satu hal yang kami coba lakukan dengan Rusia dan China adalah denuklirisasi, dan ini sangat penting,” ujar Trump dilansir Reuters, Selasa, 26 Agustus.

    “Saya pikir denuklirisasi adalah tujuan yang sangat besar, tetapi Rusia bersedia melakukannya, dan saya pikir China juga akan bersedia melakukannya. Kita tidak bisa membiarkan senjata nuklir berkembang biak. Kita harus menghentikan senjata nuklir. Kekuatannya terlalu besar,” kata Trump.

    Dalam acara terpisah di Gedung Putih pada Senin, Trump mengatakan ia mengangkat isu tersebut dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia tidak memberikan detail spesifik kapan percakapan itu berlangsung.

    “Kita sedang membicarakan pembatasan senjata nuklir. Kita akan melibatkan China dalam hal itu,” kata Trump.

    “Tiongkok memang jauh tertinggal, tetapi mereka akan menyusul kita dalam lima tahun. Kita ingin denuklirisasi. Kekuatannya terlalu besar, dan kita juga sudah membicarakannya,” imbuh Trump.

    Pernyataan presiden AS tersebut muncul saat dia menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, tahun ini.

    Kim telah mengabaikan seruan berulang Trump sejak presiden dari Partai Republik tersebut menjabat pada Januari untuk menghidupkan kembali diplomasi langsung yang ditempuh Trump selama masa jabatannya 2017–2021, yang tidak menghasilkan kesepakatan untuk menghentikan program nuklir Korea Utara.

    Trump pertama kali mengutarakan niatnya untuk mengupayakan pengendalian senjata nuklir pada Februari, dengan mengatakan ia ingin memulai diskusi dengan Putin dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, tentang penerapan batasan persenjataan mereka.

    Trump mengatakan denuklirisasi akan menjadi tujuan masa jabatan keduanya dan ia berharap untuk memulainya dalam waktu yang tidak terlalu lama.

    Fokus baru pada pengendalian senjata nuklir muncul seiring berakhirnya Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru, atau New START, pada 5 Februari 2026.

    Perjanjian yang ditandatangani pada tahun 2010 ini merupakan perjanjian senjata nuklir terakhir yang tersisa antara AS dan Rusia, yang membatasi jumlah hulu ledak strategis dan sistem pengiriman yang dapat digunakan masing-masing pihak.

    Rusia memperingatkan awal tahun ini prospek pembaruan perjanjian tersebut tampak suram.

    Di bawah pendahulu Trump, Presiden Joe Biden saat itu, AS telah mendesak China untuk terlibat dalam perundingan senjata nuklir formal, tetapi hanya mencapai sedikit kemajuan.

  • Presiden Korsel Bilang Korut Bisa Produksi 10-20 Bom Nuklir Per Tahun

    Presiden Korsel Bilang Korut Bisa Produksi 10-20 Bom Nuklir Per Tahun

    Washington DC

    Korea Utara (Korut) disebut mampu memproduksi sebanyak 10 bom nuklir hingga 20 bom nuklir setiap tahunnya. Negara terisolasi itu diperkirakan telah merakit puluhan hulu ledak yang mampu membawa muatan nuklir.

    Kemampuan produksi bom nuklir Korut itu, seperti dilansir AFP, Selasa (26/8/2025), diungkapkan oleh Presiden Korea Selatan (Korsel) Lee Jae Myung saat berbicara pada forum Pusat Studi Strategis dan Internasional dalam kunjungannya ke Amerika Serikat (AS).

    Korut, menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, diperkirakan telah merakit sekitar 50 hulu ledak dan memiliki material fisil untuk memproduksi hingga 40 hulu ledak lainnya.

    Lee, dalam pernyataannya di AS, menyebut rudal balistik antarbenua (ICBM) yang mampu menjangkau daratan AS hampir selesai dikembangkan oleh Korut.

    “ICBM yang mampu menjangkau Amerika Serikat hampir sepenuhnya dikembangkan, dan mereka (Korut-red) terus membangun kapasitas untuk memproduksi sekitar 10 hingga 20 bom nuklir per tahun,” ungkap Lee dalam pernyataannya pada forum tersebut.

    Lee yang bertekad memperbaiki hubungan antara Korsel dengan Korut ini, juga menyerukan upaya-upaya untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea.

    Presiden Korsel Lee Jae Myung Foto: Kim Min-Hee/Pool via REUTERS/File Photo Purchase Licensing Rights

    Merujuk pada kebijakan garis keras pendahulunya dan kurangnya diplomasi dengan Korut, Lee mengatakan: “Kami telah berupaya untuk menghalangi Korea Utara dan menerapkan sanksi-sanksi, namun hasilnya Korea Utara terus mengembangkan program nuklirnya.”

    “Fakta kerasnya adalah jumlah senjata nuklir yang dimiliki Korea Utara telah meningkat selama tiga tahun hingga empat tahun terakhir,” sebut Lee.

    Lee mengatakan Korsel berkomitmen pada pencegahan senjata konvensional terhadap Korut, tetapi juga menyoroti upaya untuk melonggarkan langkah-langkah yang dianggap provokatif, seperti mengakhiri aktivitas speaker propaganda yang menyiarkan pesan anti-Korut di sepanjang perbatasan militer.

    Lee sebelumnya berbicara langsung dengan Presiden Donald Trump di Gedung Putih, dengan sang Presiden AS melontarkan harapannya untuk bertemu kembali dengan pemimpin Korut Kim Jong Un.

    Lihat juga Video ‘Di Depan Presiden Korsel, Trump Bilang Mau Bertemu Kim Jong Un’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Reaksi Israel Setelah Jurnalis Palestina Tewas dalam Serangan

    Reaksi Israel Setelah Jurnalis Palestina Tewas dalam Serangan

    Kami kembali merangkum sejumlah berita-berita utama yang terjadi selama 24 jam terakhir dalam Dunia Hari Ini edisi Selasa, 26 Agustus 2025.

    Laporan utama kami hadirkan dari perkembangan serangan terbaru Israel ke Gaza.

    Israel kembali serang rumah sakit

    Israel melancarkan serangkaian serangan ke Rumah Sakit Nasser di Gaza selatan, hingga menyebabkan setidaknya 20 orang tewas, termasuk lima jurnalis.

    Serangan kedua di lantai empat fasilitas di Khan Younis disiarkan langsung di televisi, sementara tim penyelamat menyisir gedung untuk mengevakuasi korban tewas dan luka-luka akibat serangan pertama beberapa menit sebelumnya.

    Mereka yang tewas adalah Mohammad Salama yang bekerja sebagai fotografer Al Jazeera, Hussam al-Masri dari kantor berita Reuters, Mariam Abu Daqqa yang bekerja di beberapa media seperti the Associated Press, Moaz Abu Taha, serta Ahmed Abu Aziz dari Quds Feed Network dan media lainnya.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan negaranya “sangat menyesalkan” serangan oleh pasukan Israel dan menyebut serangan tersebut sebagai “kecelakaan tragis”.

    Hal ini ia ungkapkan setelah Presiden AS, Donald Trump, mengatakan “saya tidak senang soal itu. Saya tidak ingin melihatnya.”

    Sebanyak 76 sandera di Nigeria diselamatkan

    Militer Nigeria membebaskan 76 orang yang disandera, setelah mereka melakukan serangan udara di Bukit Pauwa di Negara Bagian Katsina.

    Operasi tersebut merupakan bagian dari perburuan pemimpin geng bernama Babaro, yang dikaitkan dengan serangan masjid yang menewaskan lebih dari 50 orang di kota Malumfashi pekan lalu.

    Komisaris negara bagian untuk keamanan dalam negeri Nasir Mu’azu mengatakan para sandera yang diselamatkan antara lain mereka yang diculik selama serangan di masjid tersebut.

    “Namun, patut disesalkan seorang anak secara tragis kehilangan nyawanya selama kejadian tersebut,” ujarnya.

    Ratusan ribu orang di Vietnam akan dievakuasi

    Vietnam mengumumkan rencana untuk mengevakuasi lebih dari 500.000 orang sebagai persiapan menghadapi Topan Kajiki yang diperkirakan akan semakin intensif.

    Pusat Meteorologi Nasional China mengatakan badai tersebut sebelumnya diperkirakan akan “melewati” pantai selatan provinsi kepulauan Hainan di China pada Minggu malam, sebelum menuju Vietnam.

    Pada hari Minggu, badai tersebut menguat, dengan kecepatan angin mencapai 166 kilometer per jam.

    Topan Yagi menewaskan 500 orang di Asia Tenggara, sementara jumlah korban tewas di Myanmar terus bertambah.

    Trump ingin segera bertemu Kim Jong Un

    Donald Trump telah memberi tahu mitranya dari Korea Selatan jika ia berharap dapat bertemu dengan diktator Korea Utara Kim Jong Un secepatnya tahun ini.

    Presiden AS tersebut menjamu Lee Jae-myung dari Korea Selatan di Gedung Putih kemarin untuk membahas berbagai isu termasuk perdagangan dan keamanan Indo-Pasifik.

    Trump mengatakan ia masih memiliki “hubungan yang sangat baik” dengan Kim, yang ia temui tiga kali selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden.

    “Beliau ingin bertemu dengan saya,” kata Trump tentang Kim.

    Lihat juga Video ‘Detik-detik Fotografer Reuters Tewas Kena Rudal Israel saat Bertugas’: