Negara: Korea Selatan

  • KTT APEC di Tengah Ketegangan AS dan China

    KTT APEC di Tengah Ketegangan AS dan China

    Jakarta

    Perjalanan singkat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke Asia pekan ini berujung pada momen paling dinanti, yakni pertemuannya dengan Presiden Cina Xi Jinping di sela-sela KTT APEC di Korea Selatan.

    Hasilnya pun tak mengejutkan, AS berjanji menurunkan tarif impor, sementara Cina sepakat menindak tegas peredaran bahan kimia untuk produksi fentanil.

    Trump juga menyebut Cina akan kembali membeli “jumlah yang sangat besar” kedelai dari AS, komoditas yang sempat diboikot di tengah perang dagang. Ia memuji momen itu sebagai pertemuan “luar biasa” sebelum meninggalkan Korea Selatan bahkan sebelum acara puncak KTT dimulai.

    Namun, jeda ketegangan antara dua kekuatan ekonomi ini dinilai hanya bersifat sementara oleh pengamat.

    “Hubungan AS dan Cina akan tetap sangat kompetitif. Meski beberapa kesepakatan kecil tercapai, negara-negara lain perlu bersiap menghadapi potensi gesekan baru,” ujar Bonnie Glaser, Direktur Program Indo-Pasifik di German Marshal Fund, kepada DW.

    Gencatan senjata sementara AS dan Cina

    Sejak menjabat kembali awal Januari lalu, Trump memusatkan kebijakan perdagangannya pada persaingan dengan Cina. Gelombang tarif “timbal balik” yang diumumkan saat Liberation Day pada April lalu mengguncang pasar global dan menyulitkan perencanaan rantai pasok.

    Meski beberapa tarif kemudian diturunkan atau ditunda, ketegangan kembali memuncak pada Oktober ketika Trump mengancam akan mengenakan tarif 100% terhadap produk Cina, setelah Beijing berencana membatasi ekspor mineral tanah jarang.

    “Negosiasi perdagangan AS yang kacau, dari Cina hingga India dan Korea, membuat sekutu Asia mempertanyakan apakah AS masih memandang integrasi ekonomi sebagai aset strategis atau sekadar alat tawar,” kata Alison Szalwinski, Wakil Presiden The Asia Group, kepada DW.

    Tak hanya itu, Andrew Yeo dari Brookings Institution juga menilai bahwa banyak negara kini lebih memilih memanfaatkan forum besar seperti APEC untuk menggelar pertemuan bilateral di sela-sela acara resmi. “Hal ini telah berkontribusi pada semakin tersisihnya pertemuan tingkat tinggi seperti APEC,” ujarnya.

    APEC dan awal kebangkitan ekonomi Cina

    Amerika Serikat menjadi salah satu pendiri APEC, forum yang dibentuk pada 1989 untuk mendorong perdagangan bebas dan kerja sama ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Forum ini berperan besar menurunkan tarif rata-rata di kawasan, memperkuat rantai pasokan, dan mendorong investasi lintas negara.

    Cina bergabung dengan APEC pada 1991, langkah penting yang menandai awal keterlibatannya dalam organisasi ekonomi internasional. Keikutsertaan ini sejalan dengan kebijakan “reformasi dan keterbukaan” yang digagas Deng Xiaoping pada akhir 1970-an, yang mendorong Cina beralih ke ekonomi pasar dan memperkuat transparansi serta modernisasi regulasi.

    Langkah tersebut membuka jalan bagi keanggotaan Cina di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada 2001, yang kemudian memicu ledakan ekspor dan menjadikan negara itu kekuatan ekonomi global.

    Kini, di bawah kepemimpinan Korea Selatan sebagai tuan rumah APEC 2025, forum ini menyoroti kerja sama dalam pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) secara inklusif dan berkelanjutan, serta upaya menghadapi tantangan demografis seperti penuaan penduduk dan kekurangan tenaga kerja.

    Trump tinggalkan APEC dengan kesepakatan besar

    Setelah pertemuan Trump dan Xi berakhir, serta kesepakatan besar dengan Jepang dan Korea Selatan tercapai lebih awal, sorotan KTT APEC mulai meredup.

    Dalam kunjungan ini, Jepang dan Korea Selatan, dua mitra utama Amerika Serikat di Asia Timur, sepakat menggelontorkan investasi sekitar 900 miliar dolar AS untuk sektor energi, kecerdasan buatan, dan mineral penting di Amerika Serikat. Kesepakatan ini tercapai setelah AS melonggarkan sejumlah tarif impor yang sebelumnya dikenakan pada produk industri dari kedua negara tersebut.

    Menurut Patricia Kim dari Brookings Institution, negara-negara seperti Korea Selatan kini terjepit antara AS dan Cina.

    “Mereka fokus menegosiasikan kesepakatan dagang dengan AS sambil mengelola ketergantungan ekonomi pada Cina. Banyak pemerintah di kawasan memilih berhati-hati di tengah lanskap yang makin transaksional,” ujarnya.

    Sekutu AS di Asia waspada hadapi ketidakpastian

    Walaupun Korea Selatan dan Jepang telah menandatangani kesepakatan dengan Trump, kedua negara tampak mulai bersiasat menghadapi ketidakpastian. Di tengah kebijakan AS yang semakin transaksional, keduanya memperdalam kerja sama perdagangan dan keamanan dengan mitra regional lain untuk mengurangi ketergantungan pada AS.

    “Porsi ekspor Korea Selatan dan Jepang ke AS justru menurun, meski keduanya baru saja mengumumkan kesepakatan dagang dengan AS pada Juli lalu. Namun, tidak satu pun dari keduanya mengandalkan lembaga multilateral seperti WTO atau APEC untuk menyelesaikan negosiasi dagang mereka dengan AS,” ujar Jeremy Chan, analis senior Asia Timur Laut dan Cina di Eurasia Group, kepada DW.

    Hubungan diplomatik antara Korea Selatan dan Jepang juga semakin intens. Sebelum bertemu Trump pada Agustus lalu, Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung lebih dulu menemui Perdana Menteri Jepang saat itu, Ishiba Shigeru, di Jepang.

    Dalam forum APEC, Lee dijadwalkan bertemu untuk pertama kalinya dengan Perdana Menteri Jepang yang baru, Takaichi Sanae, seorang konservatif yang kini berupaya melunakkan pandangan luar negerinya terhadap Korea Selatan. “Di dunia di mana AS semakin sulit diandalkan, Jepang dan Korea Selatan akan semakin saling membutuhkan. Diplomasi antara kedua negara kemungkinan besar akan terus berlanjut,” tambah Chan.

    Apa peran APEC saat ini?

    Di tengah geopolitik dunia yang semakin transaksional, forum besar seperti APEC tetap dibutuhkan sebagai ruang dialog dan diplomasi.

    Meski Trump tak hadir dalam pertemuan puncak dengan para pemimpin APEC dan melakukan pertemuan dengan Xi di Kota Busan, terpisah dari lokasi utama KTT di Gyeongju, APEC tetap menyediakan wadah netral bagi pertemuan antara Amerika Serikat dan Cina di momen yang krusial.

    Pertemuan tersebut menghasilkan langkah awal menuju penurunan ketegangan, termasuk rencana pembicaraan lanjutan Trump dan Xi di Beijing pada 2026.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Ausirio Sangga Ndolu

    Editor: Hani Anggraini


    (ita/ita)

  • AS Akan Uji Coba Nuklir, Iran: Tak Bertanggung Jawab!

    AS Akan Uji Coba Nuklir, Iran: Tak Bertanggung Jawab!

    Teheran

    Pemerintah Iran mengomentari rencana Amerika Serikat (AS) untuk melanjutkan kembali uji coba senjata nuklir, setelah instruksi mengejutkan dari Presiden Donald Trump pekan ini. Teheran mengkritik langkah semacam itu sebagai langkah yang “regresif dan tidak bertanggung jawab”.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Abbas Araghchi, seperti dilansir AFP, Jumat (31/10/2025), membandingkan rencana AS untuk melanjutkan kembali uji coba senjata nuklir itu dengan sikap Washington yang terus menjelek-jelekkan program nuklir Teheran, yang berulang kali diklaim untuk tujuan damai.

    “Seorang bully bersenjata nuklir melanjutkan uji coba senjata atom. Bully yang sama telah menjelek-jelekkan program nuklir Iran yang damai,” sindir Araghchi dalam postingan media sosialnya.

    “Pengumuman (AS) tentang dimulainya kembali uji coba nuklir merupakan langkah yang regresif dan tidak bertanggung jawab, serta merupakan ancaman serius bagi perdamaian dan keamanan internasional,” sebutnya.

    Trump, pada Kamis (30/10) saat sedang berada di Korea Selatan (Korsel), secara mengejutkan mengumumkan bahwa dirinya telah memerintahkan Departemen Pertahanan AS atau Pentagon untuk segera memulai kembali uji coba senjata nuklir — pertama dalam 33 tahun terakhir.

    Pengumuman itu disampaikan Trump setelah Rusia melakukan uji coba rudal Burevestnik yang berkemampuan nuklir dan drone Poseidon yang juga bertenaga nuklir dalam beberapa hari terakhir. Trump bahkan menyinggung soal nuklir Rusia dan China dalam pernyataannya.

    “Karena negara-negara lain sedang menguji program, saya telah menginstruksikan Departemen Perang (nama baru Departemen Pertahanan-red) untuk memulai uji coba senjata nuklir kita secara setara,” ujar Trump dalam pernyataannya via media sosial Truth Social..

    “Proses itu akan segera dimulai,” cetusnya.

    Pengumuman itu menuai reaksi keras China, yang mengingatkan AS untuk “secara sungguh-sungguh mematuhi” larangan uji coba nuklir global.

    Rusia lebih berhati-hati dalam memberikan komentar, dengan Kremlin mengatakan pihaknya tidak melakukan uji coba semacam itu, namun akan mengikutinya jika Washington melakukannya.

    AS terakhir kali melakukan uji coba nuklir pada 23 September 1992, di lokasi yang sekarang disebut sebagai Nevada National Security Site. Presiden AS pada saat itu, George HW Bush, mengumumkan moratorium uji coba nuklir bawah tanah pada tahun yang sama.

    Sementara Rusia pasca-Soviet tidak pernah melakukan uji coba senjata nuklir. Uni Soviet terakhir kali menguji coba senjata nuklir pada tahun 1990, sedangkan China terakhir kali melakukan uji coba semacam itu pada tahun 1996.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Megaproyek Trump Senilai Rp 8.000 Triliun Mulai Kelihatan Hasilnya

    Megaproyek Trump Senilai Rp 8.000 Triliun Mulai Kelihatan Hasilnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Beberapa saat setelah dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) pada Januari 2025, Donald Trump langsung membuat pengumuman besar bersama beberapa tokoh kawakan di industri teknologi.

    Bersama dengan CEO SoftBank Masayoshi Son, CEO OpenAI Sam Altman, dan pendiri Oracle Larry Ellison, Trump mengumbar proyek senilai US$500 miliar (Rp8.312 triliun) untuk membangun infrastruktur kecerdasan buatan (AI).

    Seiring perkembangan waktu, proyek yang dinamai ‘Stargate’ mulai terlihat hasilnya. Entitas yang bergabung untuk berkolaborasi dalam membangun kekuatan infrastuktur AI di AS kian banyak.

    Beberapa saat lalu, Foxconn yang merupakan mitra rekanan Apple untuk membuatn iPhone, bersama dengan SoftBank, mengumumkan rencana memproduksi peralatan data center di bekas pabrik kendaraan listrik (EV) milik Foxconn di Ohio.

    Selanjutnya, Stargate juga dilaporkan membuka ‘cabang’ di kawasan Asia, yakni Korea Selatan. Hal ini dilakukan melalui kemitraan strategis antara OpenAI, Samsung Electronics, dan SK Hynix.

    Dua raksasa chip Korea Selatan telah menandatangani Letter of Intent untuk memasok chip memori ke data center OpenAI, sekaligus membangun 2 data center baru di Korea Selatan.

    Terbaru, OpenAI, Oracle, dan Related Digital juga dilaporkan akan membangun kampus data center dengan kapasitas lebih dari 1 Gigawatt di Saline Township, Michigan, sebagai bagian dari proyek Stargate, dikutip dari Reuters, Jumat (31/10/2025).

    Pengumuman ini dibuat pada Kamis (30/10) waktu setempat, menggarisbawahi meningkatnya kebutuhan industri AI terhadap kekuatan komputasi, didorong oleh pengejaran teknologi yang mampu menyamai atau melampaui kecerdasan manusia.

    Perusahaan-perusahaan terkait mengatakan investasi yang digelontorkan bernilai miliaran dolar AS, tetapi tak menyebut nilai pastinya. Para eksekutif industri mengatakan daya komputasi 1 Gigawatt cukup untuk mengalirkan listrik ke 750.000 rumah di AS dan memiliki biaya sekitar US$50 miliar (Rp831 triliun).

    Pembangunannya ditargetkan mulai pada 2026 mendatang.

    Proyek ini merupakan bagian dari ekspansi Stargate sebesar 4,5 Gigawatt yang dilakukan Oracle dan OpenAI, dan bersama dengan enam lokasi lain di AS, akan meningkatkan kapasitas yang direncanakan grup infrastruktur tersebut menjadi lebih dari 8 Gigawatt dan total investasi menjadi lebih dari US$450 miliar dalam tiga tahun ke depan.

    OpenAI menyatakan bahwa langkah ini membuat Stargate lebih cepat dari jadwal untuk memenuhi komitmennya sebesar US$500 miliar, 10 Gigawatt. Startup ini belum memberikan detail lebih lanjut tentang bagaimana mereka berencana untuk mendanai pengeluaran tersebut.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Prabowo di KTT APEC: Indonesia Sedang Perangi Pebisnis Rakus

    Prabowo di KTT APEC: Indonesia Sedang Perangi Pebisnis Rakus

    Prabowo di KTT APEC: Indonesia Sedang Perangi Pebisnis Rakus
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Presiden RI Prabowo Subianto mengatakan Indonesia tengah berjuang melawan korupsi dan pebisnis-pebisnis serakah demi menciptakan pertumbuhan yang adil.
    Dengan perjuangan itu, Indonesia siap berperan sebagai
    bridge builder
    antara ekonomi maju dan berkembang dalam menghadapi tantangan global.
    “Kita memerangi korupsi, penipuan, dan pebisnis rakus yang menghambat pertumbuhan riil. Pengalaman-pengalaman ini mungkin menempatkan Indonesia sebagai penghubung ekonomi maju dan berkembang dalam menghadapi tantangan ke depan,” tuturnya.
    Hal tersebut disampaikan Prabowo saat menghadiri sesi pertama APEC Economic Leaders’ Meeting (AELM) di Hwabaek International Convention Centre (HICO), Gyeongju, Korea Selatan (Korsel), Jumat (31/10/2025).
    Prabowo pun menyoroti ancaman serius dari penyelundupan, pencucian uang, perdagangan manusia, dan narkotika.
    Menurutnya, ancaman itu dapat merusak stabilitas ekonomi kawasan jika tidak ditangani bersama.
    “Kita tidak dapat mengatasi bahaya-bahaya ini sendirian. Penyelundupan, penipuan, pencucian uang, perdagangan manusia, dan narkotika merupakan bahaya nyata bagi masa depan perekonomian kita,” ujar Prabowo.
    Sementara itu, Prabowo menutup pidatonya dengan ajakan untuk memperkuat kerja sama nyata di bawah semangat multilateralisme, guna memastikan APEC memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat di kawasan.
    “Mari kita bekerja sama untuk mencapai tujuan ini,” imbuh Prabowo.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Menko Airlangga Ketemu Bos Hyundai, Ini yang Dibahas

    Menko Airlangga Ketemu Bos Hyundai, Ini yang Dibahas

    Liputan6.com, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menerima kunjungan Presiden Hyundai Motor Group, Amb. Sung Kim, di Gyeongju, Republik Korea, pada sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Gyeongju, Republik Korea.

    Keduanya berdiskusi mengenai peluang kerja sama strategis dalam pengembangan investasi di Indonesia, dan salah satunya juga membahas proyek pengembangan mobil nasional serta arah dari transformasi industri otomotif Indonesia menuju era kendaraan berteknologi masa depan.

    Dalam pertemuan tersebut, pihak Hyundai menyampaikan minat yang kuat untuk berpartisipasi dalam proyek pengembangan mobil nasional yang tengah digagas Pemerintah. Kolaborasi ini diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pusat pertumbuhan otomotif di kawasan Asia Tenggara.

    Menko Airlangga mengapresiasi minat Hyundai tersebut sekaligus menegaskan pentingnya kerja sama lintas sektor untuk membangun industri otomotif yang lebih inovatif dan berkelanjutan.

    “Kami melihat peluang besar untuk kolaborasi dalam pengembangan kendaraan berbasis hidrogen dan energi bersih lainnya, yang menjadi bagian penting dari strategi transisi ekonomi hijau Indonesia,” kata Menko Airlangga, di Korea Selatan, Jumat (31/10/2025).

    Menanggapi hal tersebut, Hyundai menyampaikan apresiasinya atas visi Pemerintah Indonesia dalam mempercepat pengembangan kendaraan rendah emisi.

    “Hyundai berkomitmen menghadirkan solusi mobilitas masa depan yang berkelanjutan dan kompetitif. Kolaborasi di bidang AI, robotik, dan teknologi hidrogen menjadi bagian penting dari strategi jangka panjang kami untuk mendukung mobilitas bersih dan efisien,” ujar Presiden Hyundai Amb. Sung Kim.

     

  • Trump dan Xi bertemu, Airlangga: RI siap tangkap peluang APEC

    Trump dan Xi bertemu, Airlangga: RI siap tangkap peluang APEC

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai momentum KTT APEC 2025 menjadi krusial bagi Indonesia dalam menangkap peluang investasi di kawasan Asia-Pasifik setelah pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.

    Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menilai pertemuan Trump dan Xi di Busan, Korea Selatan, Kamis (30/10), memberikan kejelasan baru terhadap arah kebijakan tarif di kawasan Asia-Pasifik.

    “Indonesia terbuka untuk investasi dari mitra strategis di kawasan. APEC ini menjadi penting karena baru saja Presiden Trump dan Xi Jinping bertemu, sehingga bagi Indonesia koridor daripada tarif itu sudah mulai kelihatan jelas,” katanya di sela agenda KTT APEC 2025 di Kota Gyeongju, Provinsi Gyeongsang Utara, Korea Selatan, Jumat.

    Ia berharap pertemuan tatap muka antara Trump dan Xi, yang merupakan pertemuan pertama keduanya dalam enam tahun terakhir, dapat meredakan ketegangan perang dagang yang sempat memanas dalam beberapa waktu terakhir.

    Airlangga juga menyinggung sejumlah kesepakatan tarif dagang yang telah dibuat antara negara-negara anggota APEC, termasuk Malaysia, Kamboja, dan Korea Selatan.

    “Dari Korea itu sendiri sudah menyepakati 15 persen, dan kita sudah harus ke sana,” katanya.

    Airlangga mengatakan bahwa dirinya sempat bertemu dengan Menteri Industri, Perdagangan, dan Energi Korea Selatan, yang disebut Presiden Trump sebagai salah satu mitra negosiasi paling keras.

    Menurut Airlangga, pertemuan tersebut menjadi bagian dari upaya memperkuat kerja sama ekonomi dan memastikan Indonesia tidak tertinggal dalam dinamika perdagangan baru pascapertemuan AS–Tiongkok.

    Presiden Xi, dalam pertemuannya dengan Presiden Trump, mengajak AS menjadi mitra sekaligus sahabat demi mencapai kemakmuran bersama, sejalan dengan visi “Make America Great Again” yang diusung Trump.

    Dalam pertemuan itu, Xi menegaskan komitmen untuk memperkuat fondasi hubungan kedua negara dan menciptakan suasana kondusif bagi pembangunan bersama.

    Xi juga menyebut bahwa Trump sangat antusias untuk menyelesaikan berbagai masalah utama di kawasan.

    “China juga sudah mendorong perundingan damai untuk menyelesaikan berbagai masalah utama. Dunia saat ini dihadapkan pada banyak masalah berat,” kata Xi.

    Pertemuan tersebut menjadi bagian dari kunjungan Presiden Xi Jinping ke Korea Selatan untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-32 APEC.

    Pewarta: Andi Firdaus
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kurs Dolar Kalah, Rupiah Menguat Dipengaruhi Potensi The Fed Pangkas Suku Bunga

    Kurs Dolar Kalah, Rupiah Menguat Dipengaruhi Potensi The Fed Pangkas Suku Bunga

    Keputusan The Fed memicu dua pandangan berbeda di internal komite. Gubernur Stephen Miran mendukung pemangkasan lebih besar, yaitu 50 bps, sementara Presiden The Fed Kansas City Jeff Schmid memilih agar suku bunga tetap.

    Meski berbeda pendapat, langkah The Fed dianggap memberi sinyal bahwa kebijakan moneter AS mulai melunak. Hal ini menjadi kabar positif bagi mata uang dan aset berisiko di kawasan Asia, termasuk rupiah.

    Selain faktor The Fed, pasar juga menyoroti pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di Busan, Korea Selatan. Pertemuan tersebut disebut memberikan sentimen positif terhadap pasar global, termasuk Indonesia.

     

  • Warga Korea Heboh Manusia Rp 3.000 Triliun Makan Ayam Goreng

    Warga Korea Heboh Manusia Rp 3.000 Triliun Makan Ayam Goreng

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Nvidia Jensen Huang lagi-lagi bikin heboh. Kali ini, warga Korea Selatan memadati sebuah restoran ayam di Seoul melihat wajahnya yang sedang makan malam bersama Komisaris Utama Samsung Lee Jae-yong dan Komisaris Hyundai Chung Eui-sun.

    Ketiga bos perusahaan raksasa tersebut bertemu di Kkanbu Chicken pada pukul 7 malam. Kkanbu Chicken adalah restoran ayam goreng dan bir (Chimaek) yang terkenal berkat serial Netflix, Squid Game.

    Warga sekitar yang mengetahui soal pertemuan Huang, Lee, dan Chung mengerubungi restoran tersebut bersama wartawan dan fotografer. Perbincangan mereka bahkan disiarkan secara langsung oleh televisi setempat.

    Puncak keramaian terjadi saat ketiganya bersulang dengan saling mengaitkan tangan mereka dalam aksi yang disebut sebagai “love shot.”

    CEO Nvidia Jensen Huang bertemu dengan petinggi Samsung Electronics dan Hyundai Motor. (Reuters TV)

    Para pengunjung restoran juga “ketiban untung” karena Huang memutuskan untuk mentraktir mereka. “Semua meja, saya yang bayar,” kata Huang.

    Huang sepertinya sangat menikmati atmosfer yang meriah, bahkan menyatakan kepada Chung bahwa “hari ini adalah hari terbaik dalam hidup saya.” 

    Lee, orang paling berkuasa di konglomerat Samsung, juga mengungkapkan betapa kebahagiaan dirinya. “Setelah tarif AS sudah didapatkan solusinya, saya menyadari bahwa kebahagiaan tak susah dicari. Berbagi makanan enak dan minuman dengan orang yang baik, itu adalah kebahagiaan.”

    Nvidia yang dipimpin oleh Huang kini adalah perusahaan paling “mahal” di dunia dengan kapitalisasi pasar nyaris menyentuh US$ 5 miliar. Harga saham Nvidia yang meroket membuat harta Huang menembus US$ 176 miliar atau sekitar Rp 2.927 triliun.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Rupiah menguat, The Fed berpotensi pangkas suku bunga di akhir tahun

    Rupiah menguat, The Fed berpotensi pangkas suku bunga di akhir tahun

    Jakarta (ANTARA) – Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra mengatakan penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi potensi Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga di akhir tahun.

    Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Jumat di Jakarta menguat sebesar 15 poin atau 0,09 persen menjadi Rp16.620 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.635 per dolar AS.

    “The Fed kemarin memberi pesan akan berhati-hati melonggarkan kebijakan lagi. Meskipun demikian, The Fed masih mungkin memangkas suku bunganya lagi di akhir tahun atau di awal tahun depan, sehingga ini positif untuk pasar aset berisiko atau emerging market,” ujar dia kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.

    Pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bulan Oktober 2025, The Fed memangkas Fed Funds Rate (FFR) sebesar 25 basis points (bps) ke kisaran target 3,75–4 persen dari sebelumnya 4–4,25 persen.

    Keputusan itu menghasilkan dua dissenting opinion berbeda. Pertama, Gubernur Stephen Miran mendukung penurunan yang lebih besar sebesar 50 bps, konsisten dengan FOMC sebelumnya. Adapun Presiden The Fed Kansas City Jeff Schmid lebih memilih mempertahankan suku bunga tak berubah.

    Sentimen lain terhadap rupiah dipengaruhi pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping yang memberikan sentimen positif terhadap pasar.

    Presiden Xi Jinping bertemu Presiden Donald Trump di Busan, Korea Selatan pada Kamis (30/10) selama 1 jam dan 40 menit. Sebelum pertemuan kedua kepala negara, delegasi China dan AS sudah bertemu dalam perundingan dagang di Kuala Lumpur pada 25-26 Oktober 2025.

    Berdasarkan laporan ANTARA Beijing, kedua pihak bertukar pandangan secara mendalam mengenai isu-isu ekonomi dan perdagangan dan mencapai konsensus dalam penyelesaian berbagai isu

    “Rupiah berpotensi menguat hari ini ke arah Rp16.580 dengan potensi resisten di Rp16.650,” ucap Aris.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Terungkap! Ini Alasan Gyeongju Dipilih Jadi Tuan Rumah APEC 2025 Korsel

    Terungkap! Ini Alasan Gyeongju Dipilih Jadi Tuan Rumah APEC 2025 Korsel

    Bisnis.com, GYEONGJU — Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung menyoroti makna simbolis kota Gyeongju sebagai lokasi pertemuan dan menjadi tuan rumah agenda Asia Pacific Economy Cooperation (APEC) 2025. 

    Dia menjelaskan bahwa tempat berlangsungnya forum, HICO Convention Center, terinspirasi dari Dewan Hwabaek pada masa Kerajaan Silla, di mana para pemimpin berdiskusi untuk mencapai keseimbangan dan harmoni.

    Hal ini dia sampaikan saat resmi membuka Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC ke-32 yang digelar di Gyeongju, Jumat (31/10/2025).

    “Roh Hwabaek tidak menuntut keseragaman pikiran, tetapi mencari harmoni melalui perbedaan. Semoga di Gyeongju kota yang telah ribuan tahun menjadi simbol kemakmuran dan kebersamaan semangat kerja sama itu kembali bersinar.” ujar Lee di hadapan para pemimpin dunia yang hadir di Gyeongju Art Centre.

    Lee berharap, semangat tersebut dapat menginspirasi para pemimpin ekonomi untuk melangkah bersama menuju masa depan yang berkelanjutan di bawah tema KTT tahun ini Connection, Innovation, and Prosperity for a Sustainable Future.

    Menurut informasi yang dibagikan, kota bersejarah Gyeongju di Provinsi Gyeongsang Utara menjadi sorotan dunia setelah resmi ditetapkan sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) 2025. Keputusan ini bukan tanpa alasan Gyeongju dipilih karena nilai simboliknya sebagai kota perdamaian, dialog, dan warisan budaya yang mewakili semangat kerja sama Asia-Pasifik.

    Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung, dalam pidato pembukaan APEC 2025, menjelaskan bahwa Gyeongju dipilih karena memiliki makna historis mendalam bagi bangsa Korea. Kota ini pernah menjadi ibu kota Kerajaan Silla (tahun 57 SM–935 M), salah satu kerajaan tertua di Semenanjung Korea yang dikenal karena berhasil menyatukan wilayah dan membangun peradaban yang makmur dan terbuka terhadap kebudayaan asing.

    Istilah Hwabek ,yang disebut Lee, merujuk pada tradisi pertemuan dewan bangsawan pada masa Kerajaan Silla untuk mencapai mufakat melalui musyawarah, bukan paksaan.

    Filosofi Hwabek inilah yang menjadi dasar pemikiran utama penyelenggaraan APEC 2025 mendorong negara-negara anggota untuk membangun konsensus bersama dalam menghadapi tantangan global.

    Selain nilai sejarah, Gyeongju juga dikenal sebagai “museum tanpa dinding” karena kaya akan peninggalan budaya dan situs bersejarah yang diakui UNESCO, seperti Kompleks Makam Raja Silla, Kuil Bulguksa, dan Observatorium Cheomseongdae. Kombinasi warisan budaya dan infrastruktur modern membuat kota ini dinilai ideal untuk menjadi tuan rumah ajang diplomasi tingkat tinggi.

    Suasana kota Gyeongju di Korea Selatan saat perhelatan KTT APEC 2025. JIBI/Akbar Evandio

    Sejarah Singkat Kerajaan Silla

    Kerajaan Silla didirikan pada tahun 57 SM oleh raja legenda Hyeokgeose di wilayah selatan-timur semenanjung Korea. Silla awalnya adalah konfederasi suku Jinhan, kemudian menjadi kerajaan yang makin terorganisir.

    Pada abad ke-6 dan ke-7, Silla melakukan aliansi dengan dinasti Tang dynasty (Cina) untuk memerangi dua kerajaan kaki lainnya di Korea, yakni Baekje dan Goguryeo. Tahun 668 M, Silla berhasil menyatukan hampir seluruh semenanjung Korea di bawah “Silla Bersatu” (Unified Silla).

    Setelah beberapa abad mengalami kemajuan budaya dan ekonomi, Silla akhirnya mengalami kemunduran dan runtuh pada tahun 935 M.

    Sistem sosial Silla sangat dipengaruhi oleh sistem pangkat tulang (bone-rank system) di mana garis keturunan bangsawan menentukan status dan jabatan.

    Agama Buddha berkembang pesat di Silla; banyak kuil dan karya seni Buddha yang menjadi warisan budaya signifikan. 

    Ibu kota Silla adalah kota kuno Gyeongju (dulu Seorabeol), yang kini dikenal sebagai “museum tanpa dinding” karena kekayaan situs sejarahnya.

    Silla memainkan peranan penting dalam membentuk identitas budaya dan politik Korea modern seperti pengorganisasian wilayah, adopsi agama Buddha, serta seni dan arsitekturnya.

    Banyak situs arkeologi, makam, kuil, dan artefak dari Silla masih dapat dikunjungi di Gyeongju dan sekitarnya, serta telah diakui sebagai warisan dunia.