Negara: Korea Selatan

  • Kecelakaan Jeju Air Diduga Akibat Tabrak Burung dan Cuaca Buruk

    Kecelakaan Jeju Air Diduga Akibat Tabrak Burung dan Cuaca Buruk

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kecelakaan pesawat Jeju Air yang terjadi di Bandara Internasional Muan Korea Selatan, Minggu (29/12), diduga disebabkan dua hal, yakni tabrakan dengan kawanan burung dan cuaca buruk.

    Diberitakan AFP, pemadam kebakaran Korea Selatan menyatakan dua penyebab itu memantik kerusakan mesin. Namun, penjelasan rinci terkait penyebab akan diumumkan setelah investigasi gabungan selesai.

    “[Penyebab] diduga adalah tabrakan burung yang dikombinasikan dengan kondisi cuaca buruk,” ujar Kepala Stasiun Pemadam Kebakaran Muan Lee Jeong-hyun.

    “Namun, penyebab pastinya akan diumumkan setelah penyelidikan bersama,” lanjutnya.

    Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Korea juga merilis pernyataan terkait kronologi di landasan pacu. Menara pengawas disebut sempat memberi peringatan tabrakan burung kepada pilot.

    Peringatan itu membuat pesawat tersebut sempat mencoba mendarat lagi di landasan. Namun, upaya itu tidak berhasil, pesawat justru mendarat tanpa roda pendaratan.

    Pesawat kemudian hilang kendali dan keluar dari landasan pendaratan, lalu menabrak pagar, dan hancur hingga memicu kepulan api.

    “Butuh waktu sekitar tiga menit dari saat menara pengawas menyampaikan peringatan tabrakan burung hingga pesawat berupaya mendarat di landasan lagi,” ujar pernyataan resmi Kementerian Pertanahan Korea.

    Pernyataan itu juga menjelaskan bahwa pilot sempat menyerukan panggilan Mayday dua menit sebelum kecelakaan. Namun, insiden itu tidak terhindarkan hingga menelan ratusan korban jiwa.

    Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi juga menilai kecelakaan itu tak disebabkan karena landasan yang terlalu pendek. Landasan itu dinilai bukan menjadi faktor lantaran panjangnya mencapai 2,8 kilometer.

    Pesawat dengan ukuran serupa juga bisa beroperasi dengan normal tanpa masalah sebelumnya. Dengan begitu, faktor ukuran lintasan pacu dinilai tak ikut berpengaruh dalam kecelakaan.

    “Landasan pacu itu panjangnya 2.800 meter, dan pesawat berukuran serupa telah beroperasi di sana tanpa masalah,” ujarnya.

    “Kecelakaan ini tidak mungkin disebabkan oleh panjangnya landasan pacu,” sambung pernyataan tersebut.

    Kecelakaan itu menelan ratusan korban jiwa yang hampir seluruhnya adalah penumpang. Menurut data per Minggu (29/12) pukul 14.42 waktu Korea, jumlah korban tewas sudah menyentuh angka 120 orang.

    Catatan itu sudah melampaui setengah dari total orang yang ada di dalam pesawat saat insiden terjadi. Pesawat Jeju Air dengan penerbangan 7C2216 itu membawa 181 orang, terdiri dari 175 penumpang dan 6 kru pesawat.

    Terdapat dua korban selamat yang semuanya merupakan pramugari. Keduanya telah dilarikan ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.

    (frl/tsa)

    [Gambas:Video CNN]

  • 7 Fakta Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Bandara Muan: Korban Tewas Capai 120 Orang

    7 Fakta Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Bandara Muan: Korban Tewas Capai 120 Orang

     7 Fakta Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Bandara Muan: Korban Tewas Capai 120 Orang

    TRIBUNJATENG.COM – Inilah 7 fakta kecelakaan pesawat Jeju Air di bandara Muan, Korea Selatan.

    Kecelakaan fatal yang melibatkan pesawat Jeju Air penerbangan 7C2216 dari Bangkok pada Minggu pagi (29/12/2024) telah menjadi salah satu tragedi penerbangan terburuk di Korea Selatan.

    Berikut adalah tujuh fakta insiden ini:

    1. Pesawat Mengalami Masalah pada Roda Pendarat

    Pesawat Boeing 737-800 mengalami masalah pada roda pendarat saat mendekati landasan pacu Bandara Internasional Muan.

    Pilot mencoba melakukan “go-around,” atau manuver untuk mengelilingi landasan dan mencoba mendarat ulang.

    Akan tetapi pendaratan darurat dengan “belly landing” tetap berakhir dengan bencana.

    2. Tabrak Tembok Perimeter dan Terbakar Hebat

    Saat gagal memperlambat kecepatan di ujung landasan, pesawat menabrak struktur beton perimeter bandara.

    Tabrakan tersebut menyebabkan badan pesawat terbelah dan sebagian besar fuselagenya terbakar hebat.

    3. 120 Korban Jiwa Ditemukan, 59 Orang Masih Hilang

    Otoritas kebakaran telah menemukan 120 jenazah di lokasi kecelakaan.

    Korban yang telah diidentifikasi mencakup 54 pria, 57 wanita, dan sembilan jenazah yang belum dapat dipastikan identitasnya.

    Sebanyak 59 orang masih hilang, namun pihak berwenang menyatakan bahwa peluang untuk menemukan mereka dalam keadaan hidup hampir tidak ada.

    4. Hanya Dua Orang yang Selamat

    Hanya dua orang, yakni satu penumpang dan satu awak kabin, yang berhasil diselamatkan dari bagian ekor pesawat.

    Keduanya saat ini menjalani perawatan dengan luka sedang hingga parah di rumah sakit setempat.

    5. Mayoritas Penumpang Adalah Wisatawan Natal

    Pesawat ini membawa 175 penumpang, termasuk 173 warga negara Korea Selatan dan dua warga negara Thailand, serta enam awak kabin.

    Banyak di antaranya adalah keluarga yang baru kembali dari liburan paket Natal di Thailand.

    6. Lokasi Kecelakaan Dibagi Menjadi Tiga Zona Pencarian

    Tim penyelamat telah membagi lokasi kecelakaan menjadi tiga zona untuk mempercepat pencarian korban yang hilang.

    Namun, kerusakan parah pada badan pesawat dan kebakaran besar menghambat proses penyelamatan.

    7. Respon Cepat Pemerintah dan Jeju Air

    Plt Presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok, langsung memimpin respons darurat dengan memobilisasi semua sumber daya yang tersedia.

    Jeju Air juga telah mengaktifkan protokol darurat perusahaan, menyediakan bantuan untuk keluarga korban, dan menyampaikan permintaan maaf yang mendalam.

    Itulah 7 fakta kecelakaan pesawat Jeju Air. Investigasi penyebab kecelakaan terus berlanjut, dengan dugaan awal mengarah pada bird strike sebagai penyebab utama kerusakan roda pendarat pesawat. (*)

  • Korban Tewas Jadi 122 Orang

    Korban Tewas Jadi 122 Orang

    Jakarta

    Jumlah korban tewas akibat kecelakaan Jeju Air yang membawa 181 orang di Bandara International Muan, Korea Selatan, bertambah. Kini total korban tewas menjadi 122 orang.

    Dilansir kantor berita Yonhap, Minggu (29/12/2024), pihak berwenang mengonfirmasi terdapat 122 orang tewas akibat kecelakaan tersebut hingga pukul 14.47 waktu setempat.

    Diketahui, kecelakaan itu terjadi pada pukul 09.07 pagi, ketika pesawat Jeju Air keluar landasan pacu saat mendarat dan bertabrakan dengan tembok pagar di Bandara Internasional Muan di wilayah Muan, Provinsi Jeolla Selatan.

    Dalam video yang ditayangkan oleh stasiun TV lokal menunjukkan pesawat itu mencoba mendarat tanpa roda pendaratan yang terpasang. Pesawat itu tergelincir di tanah, menabrak dinding beton sebelum meledak dan dilalap api.

    Para pejabat yakin bahwa kegagalan roda pendaratan, mungkin karena tabrakan burung, mungkin menjadi penyebab kecelakaan itu. Mereka memulai penyelidikan di lokasi untuk menentukan penyebab pastinya.

    Sebanyak 2 orang selamat dari kecelakaan tersebut. Dikatakan seorang pejabat pemadam kebakaran, usai pesawat menabrak tembok, sejumlah penumpang terlempar keluar dari pesawat sehingga ia menduga peluang penumpang lainnya selamat sangat rendah.

    “Setelah pesawat menabrak tembok, penumpang terlempar keluar dari pesawat. Peluang untuk selamat sangat rendah,” kata seorang pejabat pemadam kebakaran.

    “Pesawat itu hampir hancur total, dan sulit untuk mengidentifikasi korban tewas,” kata pejabat itu.

    “Kami sedang dalam proses menemukan jenazah, yang akan memakan waktu,” tambahnya.

    Pihak berwenang Jeolla Selatan menaikkan peringatan darurat ke tingkat tertinggi dan mengerahkan semua personel penyelamat dan polisi yang tersedia ke lokasi kecelakaan.

    Penjabat Presiden Choi Sang-mok mendeklarasikan daerah Muan sebagai zona bencana khusus saat ia mengunjungi lokasi kecelakaan untuk menginstruksikan para pejabat agar melakukan upaya maksimal untuk operasi pencarian.

    Choi juga menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada anggota keluarga yang ditinggalkan dan berjanji untuk menawarkan mereka semua bantuan pemerintah yang memungkinkan.

    (yld/knv)

  • Daftar 10 Kecelakaan Pesawat Sepanjang 2024, Terbaru Jeju Air

    Daftar 10 Kecelakaan Pesawat Sepanjang 2024, Terbaru Jeju Air

    Bisnis.com, JAKARTA – Belum genap sepekan sejak pesawat Azerbaijan Airlines mengalami kecelakaan, kini dunia kembali digemparkan dengan kecelakaan pesawat yang menimpa Jeju air 7C2216 yang tergelincir di jalur landasan Bandara Internasional Muan, Korea Selatan pada Minggu (29/12/2024).

    Pesawat yang terbang dari Bangkok, Thailand itu diketahui keluar jalur landasan dan meledak usai menabrak dinding di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan sekitar pukul 09.00 pagi waktu setempat.

    Insiden tersebut terjadi ketika penerbangan Jeju Air 7C2216, yang mengangkut 175 penumpang dan 6 kru, sedang melakukan pendaratan.

    Kecelakaan yang terjadi pada Jeju Air menambah daftar panjang kecelakaan pesawat sepanjang 2024. Merujuk data Aviation Safety Network (ASN), setidaknya terdapat 186 kejadian dalam database keselamatan ASN. Jumlah tersebut belum termasuk kecelakaan terbaru yang menimpa Jeju Air.

    Berikut daftar kecelakaan pesawat sepanjang 2024 yang dirangkum Bisnis:

    1. Japan Airlines dan Japan Coast Guard (2 Januari 2024)

    Mengawali 2024, kecelakaan pesawat menimpa Japan Airlines JL516, tipe Airbus A350-941 (JA13XJ). Pesawat bertabrakan dengan pesawat Japan Coast Guard DHC-8-315Q MPA (JA722A) di landasan pacu di Bandara Tokyo-Haneda.

    Akibat insiden tersebut, lima awak pesawat Japan Coast Guard tewas dalam kecelakaan, sedangkan para penumpang Japan Airlines selamat.

    2. Pesawat Tempur Ilyushin Il-76MD Angkatan Udara Rusia (12 Maret 2024)

    Sebuah pesawat angkut Angkatan Udara Rusia Il-76 jatuh di dekat Pangkalan Udara Ivanovo Severny pada 12 Maret 2024. 

    Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa ada delapan awak dan tujuh penumpang di dalamnya. Semuanya diduga tewas. 

    Lima awak pesawat tergabung dalam Resimen Penerbangan Transportasi Militer Orenburg ke-117. Pesawat itu terbang dari Tver ke Plesetsk.

    3. Pesawat Beechcraft B200 Super King Air (9 Mei 2024)

    Sebuah pesawat Beechcraft B200 Super King Air, YV3296, hancur ketika jatuh di Danau Maracaibo, sekitar 12 menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional La Chinita (MAR/SVMC), Maracaibo. Sebanyak delapan penumpang dilaporkan tewas akibat insiden ini.

    Data pelacakan penerbangan menunjukkan bahwa pesawat memasuki penurunan tajam ke kiri dari ketinggian sekitar 10.000 kaki. Titik data terakhir menunjukkan kecepatan rata-rata sekitar -18.000 fpm.

    4. Dornier 228-202K Angkatan Udara Malawi (10 Juni 2024)

    Sebuah pesawat Dornier 228-202K milik Angkatan Udara Malawi jatuh di lereng gunung dalam kondisi cuaca buruk, menewaskan sembilan orang di dalamnya.

    5. Canadair CRJ-200ER Saurya Airlines (24 Juli 2024)

    Sebuah pesawat Canadair CRJ-200ER milik Saurya Airlines jatuh saat lepas landas dari landasan pacu 02 di Bandara Kathmandu, Nepal, menewaskan 18 penumpang dari 19 penumpang.

  • Moon Gabi Akhirnya Bicara tentang Keputusan Publikasikan Anaknya

    Moon Gabi Akhirnya Bicara tentang Keputusan Publikasikan Anaknya

    Jakarta, Beritasatu.com – Model asal Korea Selatan Moon Gabi akhirnya buka suara perihal kontroversi yang melibatkan dirinya dengan aktor Jung Woo-sung. Ia menjelaskan alasan dirinya mempublikasikan sang anak dan meluruskan kesalahpahaman yang beredar.

    Klarifikasi tersebut diunggah oleh Moon Gabi melalui akun Instagram pribadinya @iamchocobi. Ia juga membagikan foto dirinya sedang membaca buku bersama sang buah hati. Moon Gabi mengungkapkan keputusan yang diambil kala itu bukanlah hal yang mudah.

    Model eksotis tersebut mengumpulkan keberanian untuk mengikhlaskan apa yang terjadi di masa lalu dan bangkit sebagai seorang ibu. Pada tanggal 22 November 2024, dirinya berulang tahun dengan status yang baru.

    “Saya ingin membagikan kabar bahagia ini kepada mereka yang mendukung saya dan kepada kenalan-kenalan yang tidak lagi bisa saya jangkau. Alasan terbesar (saya mempublikasikan ini) adalah keinginan agar anak saya mendapatkan berkah. Saya juga ingin suatu hari nanti bisa mengatakan kepada anak saya, ‘Ibu ingin memperkenalkan kamu kepada dunia’,” tulis Moon Gabi dilansir dari Koreaboo, pada Minggu (29/12/2024).

    Sejak membagikan kabar tersebut, banyak pemberitaan tentang dirinya dan Jung Woo-sung. Termasuk pemberitaan yang salah, konten tidak terverifikasi yang disebarkan tanpa memeriksa fakta, menurut Moon Gabi.

    “Dalam situasi seperti ini, saya menyadari bahwa anak saya yang tidak berdaya adalah pihak yang paling rentan dan terluka dalam badai ini. Saya memutuskan untuk berbagi pendapat saya untuk pertama kalinya demi meluruskan hal ini. Saya memilih jalan untuk diam demi kebaikan semua pihak, tetapi saya tidak dilindungi,” ungkapnya.

    “Pada akhirnya, saya memutuskan untuk membuat pernyataan publik di media sosial pribadi saya demi melindungi anak saya. Artikel-artikel yang ditulis tanpa sedikit pun pertimbangan terhadap saya atau anak saya penuh dengan spekulasi tak berdasar,” tambahnya.

    Moon Gabi mengeklaim, kabar yang beredar tentang dirinya sepenuhnya dipelintir. Bahkan ketika pemberitaan yang buruk di tengah situasi ia baru melahirkan, Gabi tetap diam. 

    Sikap tersebut, menurutnya bukan karena Moo Gabi menerima spekulasi tersebut, tetapi karena ia ingin melindungi sang anak dan ayahnya, yaitu Jung Woo-sung.

  • Presiden Yoon Suk Yeol Mangkir Panggilan Ketiga oleh KPK Korea

    Presiden Yoon Suk Yeol Mangkir Panggilan Ketiga oleh KPK Korea

    Jakarta, CNN Indonesia

    Presiden yang termakzul, Yoon Suk Yeol, mangkir untuk kali ketiga dari panggilan tim investigasi gabungan terkait deklarasi darurat militer yang memicu kegaduhan di Korea Selatan beberapa waktu lalu.

    Diberitakan AFP, Yoon absen dalam pemeriksaan yang telah dijadwalkan oleh Kantor Penyelidikan Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO). Ia sebenarnya diminta memenuhi panggilan pada Minggu (29/12) pukul 10.00 waktu Korea.

    “Presiden Yoon Suk Yeol tidak muncul di Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO) pada pukul 10 pagi hari ini,” ujar kantor tersebut, seperti diberitakan AFP.

    “Markas Besar Investigasi Gabungan akan meninjau dan memutuskan tindakan selanjutnya,” sambung pernyataan tersebut.

    Situasi ini menjadi kali ketiga Yoon Suk Yeol mangkir dari pemeriksaan. Ia sebelumnya juga absen ketika CIO menjadwalkan pemeriksaan pada 17 Desember dan 25 Desember.

    CIO diperkirakan akan membuat keputusan terkait nasib Yoon dalam beberapa hari ke depan. Badan pemberantas korupsi itu dapat merilis panggilan keempat atau justru meminta pengadilan untuk memberikan surat perintah penangkapan.

    CIO bukan menjadi satu-satunya pihak yang tengah menyelidiki Yoon Suk Yeol. Lembaga itu juga turut bekerja sama dalam tim investigasi gabungan yang terdiri dari CIO, polisi, dan unit investigasi kementerian pertahanan.

    Pada 24 Desember, pengacara Yoon, Seok Dong-hyeon mengatakan kliennya memprioritaskan proses pemakzulannya di Mahkamah Konstitusi. Yoon juga disebut berencana mengeluarkan pernyataan soal posisinya dalam persidangan setelah Hari Natal.

    Presiden Yoon Suk Yeol sebelumnya dituding menyalahgunakan kekuasaan sebagai presiden untuk menerapkan darurat militer. Dia juga dituding mengerahkan militer untuk menggeruduk Majelis Nasional Korsel dan menangkap sejumlah tokoh kunci di parlemen.

    Langkah Yoon justru menjadi bumerang. Penolakan masif dari masyarakat dan partai oposisi mendesaknya untuk mencabut darurat militer.

    Selain itu, Majelis Nasional Korsel menyampaikan mosi pemakzulan. Mosi itu l didukung 204 dari 300 anggota Majelis Nasional Korsel. Dukungan pemakzulan juga datang dari PPP. Selain itu, ada 85 orang menolak, 3 abstain, 8 suara tidak sah. Pemakzulan Yoon berlanjut ke Mahkamah Konstitusi (MK).

    Jika dikuatkan MK, yang diharuskan menyampaikan putusan enam bulan sejak pemakzulan, pemilihan sela harus dilakukan dalam waktu 60 hari setelah putusan.

    (frl/mik)

    [Gambas:Video CNN]

  • Pesan Terakhir Penumpang Jeju Air Ungkap Detik-detik Sebelum Kecelakaan di Korsel – Halaman all

    Pesan Terakhir Penumpang Jeju Air Ungkap Detik-detik Sebelum Kecelakaan di Korsel – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior

    TRIBUNNEWS.COM – Terjadi kecelakaan pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan pada Minggu (29/12/2024) pagi.

    Berdasarkan informasi terbaru, korban tewas akibat insiden tersebut kini berjumlah 96 orang. 

    Adapun salah satu korban sempat membagikan pesan ke keluarganya sebelum kecelakaan terjadi.

    Dilansir dari Koreaboo, seorang anggota keluarga dari salah satu penumpang pesawat Jeju Air membagikan tangkapan layar pesan KakaoTalk sebelum kehilangan kontak. 

    Dalam obrolannya, anggota keluarga tersebut mengatakan belum berhasil menghubungi penumpang tersebut sejak saat itu.

    Berikut isi pesan tersebut:

    Penumpang: Kami sedang menahan.

    Penumpang: Seekor burung masuk ke sayap…

    Keluarga: Hah?

    Penumpang: …jadi kami belum bisa mendarat.

    Keluarga: Sejak kapan?

    Penumpang: Barusan.

    Penumpang: Haruskah aku membuat surat wasiat?

    Sebelumnya, pesawat Jeju Air yang mengangkut 175 penumpang dan enam kru dari Thailand itu gagal mendarat dan menabrak tembok di Bandara Internasional Muan pada Minggu sekira pukul 09.00 waktu setempat.

    Pihak berwenang di lokasi kejadian dan pakar penerbangan masih menyelidiki penyebab kecelakaan.

    Dengan begitu, dugaan kecelakaan pesawat setelah menabrak seekor burung.

    Namun, belum ada informasi yang dapat diverifikasi.

    Hingga saat ini, dilaporkan total korban tewas mencapai 96 orang. 

    Adapun mayoritas korban tewas adalah penumpang yaitu terdiri dari 47 penumpang laki-laki dan 48 penumpang perempuan.

    Bahkan, menurut pihak pemadam kebakaran setempat, ada satu penumpang anak-anak yang turut menjadi korban tewas.

    Di sisi lain, ada dua orang yang berhasil diselamatkan di mana mereka adalah kru dari pesawat tersebut.

     

     

  • Presiden Korsel 3 Kali Mangkir Panggilan Penyelidikan Darurat Militer

    Presiden Korsel 3 Kali Mangkir Panggilan Penyelidikan Darurat Militer

    Jakarta

    Presiden Korea Selatan yang dimakzulkan, Yoon Suk Yeol, kembali tidak hadir atas panggilan dalam penyelidikan atas penerapan darurat militer. Ini adalah kali ketiga Yoon Suk Yeol tidak hadir dalam panggilan penyelidikan tersebut.

    Dilansir kantor berita Yonhap, Minggu (29/12/2024), Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO) yang menangani kasus tersebut mengatakan Yoon tidak muncul di kantornya di Gwacheon tepat pukul 10 pagi seperti yang dijadwalkan.

    Ketidakmunculan Yoon hari ini menandai kali ketiga dia absen dalam panggilan. Pada dua panggilan sebelumnya Yoon mangkir dari pemeriksaan pada tanggal 18 Desember dan pada 25 Desember saat Hari Natal.

    Dengan penolakan berulang Yoon, CIO diperkirakan akan mengajukan surat perintah pengadilan untuk menangkap presiden. Tiga panggilan biasanya dianggap sebagai jumlah maksimum sebelum badan investigasi mengajukan surat perintah penangkapan terhadap tersangka.

    Jika CIO mengajukan surat perintah pengadilan untuk menangkap Yoon, itu akan menjadi langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap presiden yang sedang menjabat di Korea Selatan.

    Pada 7 Desember, empat hari setelah upayanya menerapkan darurat militer gagal, Yoon mengatakan dalam pidato publik bahwa ia tidak akan menghindari tanggung jawab hukum dan politik atas penerapan darurat militer yang gagal.

    Kepala CIO Oh Dong-woon mengatakan bahwa agensinya akan mengirimkan dokumen resmi untuk memperingatkan kantor kepresidenan jika dinas keamanan presiden menghalangi proses penangkapan Yoon.

    (yld/knv)

  • Hanya 2 Orang Selamat, Ini Video Detik-detik Pesawat Jeju Air Tabrak Tembok Pembatas Lalu Terbakar

    Hanya 2 Orang Selamat, Ini Video Detik-detik Pesawat Jeju Air Tabrak Tembok Pembatas Lalu Terbakar

    Hanya 2 Orang Selamat, Ini Video Detik-detik Pesawat Jeju Air Tabrak Tembok Pembatas Lalu Terbakar

    TRIBUNJATENG.COM – Sebuah kecelakaan tragis terjadi pada Minggu (29/12/2024) ketika pesawat Jeju Air penerbangan 7C2216 dari Bangkok gagal mendarat dengan sempurna di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan.

    Pesawat jenis Boeing 737-800 yang membawa 175 penumpang dan enam awak tersebut menabrak tembok perimeter bandara dan terbakar hebat.

    Berdasarkan data pukul 13.36 WIB, pemadam kebarakan telah menemukan 120 jenazah di TKP.

    Korban yang telah diidentifikasi mencakup 54 pria, 57 wanita, dan sembilan jenazah yang belum dapat dipastikan identitasnya.

    Sebanyak 59 orang masih hilang, namun pihak berwenang menyatakan bahwa peluang untuk menemukan mereka dalam keadaan hidup nyaris tak ada.

    Kecelakaan terjadi sekitar pukul 09.03 waktu setempat ketika pesawat mengalami masalah pada roda pendarat.

    Menurut laporan Yonhap, dilansir Tribunjateng.com dari Guardian.com, pilot mencoba mendarat dengan kondisi roda pendarat tidak dapat berfungsi dengan baik.

    Pesawat sempat melakukan manuver “go-around” untuk mencoba mendarat ulang, namun upaya ini berakhir tragis.

    Saat mendekati ujung landasan pacu, pesawat kehilangan kecepatan yang cukup untuk berhenti dan menghantam struktur beton.

    Badan pesawat terbelah menjadi beberapa bagian, dengan ekor pesawat terbakar hebat.

    “Kami mendengar suara dentuman keras diikuti dengan kobaran api besar,” ujar seorang saksi mata seperti yang dilaporkan Newsis.

    Menurut otoritas pemadam kebakaran, kebakaran awal berhasil dipadamkan pada pukul 09.46, sekitar 43 menit setelah laporan pertama diterima.

    Hingga pukul 11.40, sebanyak 62 korban tewas telah diidentifikasi.

    Selain itu, dua orang berhasil selamat, yakni satu penumpang dan satu awak pesawat.

    Keduanya segera dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan.

    Tim penyelamat terus melakukan pencarian di antara puing-puing pesawat, meskipun sebagian besar badan pesawat telah hancur tak berbentuk kecuali bagian ekor.

      

      

    Beberapa korban dilaporkan terlempar keluar dari pesawat akibat benturan keras.

    “Jumlah korban tewas kemungkinan masih bertambah, mengingat banyak jasad yang masih berada di dalam badan pesawat,” ujar pemadam kebakaran setempat.

    Plt Presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok, memimpin langsung penanganan bencana ini.

    Ia tiba di Bandara Muan pada pukul 12.55 untuk memantau situasi.

    “Tidak ada kata-kata yang cukup untuk mengungkapkan duka atas tragedi ini. Pemerintah akan memberikan dukungan penuh kepada keluarga korban,” ujar Choi dalam pernyataannya di lokasi kejadian.

    Choi sebelumnya telah menginstruksikan mobilisasi semua peralatan dan personel yang tersedia untuk operasi penyelamatan.

    Ia juga mengaktifkan Markas Besar Penanggulangan Bencana dan Keselamatan Pusat sebagai tanggapan terhadap insiden ini.

    Berdasarkan informasi awal, dugaan awal penyebab kecelakaan adalah bird strike yang mengganggu fungsi roda pendarat.

    Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan pesawat mencoba mendarat tanpa roda pendarat yang terbuka, meskipun keasliannya masih diverifikasi.

    Jeju Air telah mengubah tampilan situs webnya menjadi latar belakang hitam sebagai tanda duka.

    Dalam pernyataan resminya, maskapai tersebut mengkonfirmasi bahwa pesawat membawa 175 penumpang dan enam awak, termasuk dua warga negara Thailand.

    “Kami telah mengaktifkan protokol darurat perusahaan dan membentuk tim khusus untuk mendukung keluarga korban. Kami sangat menyesal atas kecelakaan ini,” tulis Jeju Air.

    Boeing selaku produsen pesawat juga menyatakan simpati mendalam kepada keluarga korban.

    “Kami siap mendukung Jeju Air dan otoritas terkait dalam penyelidikan ini,” ujar juru bicara Boeing.

    Sebagai informasi, rute penerbangan Muan-Bangkok baru saja diluncurkan tiga minggu yang lalu tepatnya 8 Desember 2024.

    Rute penerbangan ini merupakan bagian dari upaya menghidupkan kembali layanan internasional Bandara Muan setelah 17 tahun.

    Di sisi lain, Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, menyampaikan belasungkawa melalui platform media sosial X.

    Ia juga meminta kementerian luar negeri Thailand untuk menyelidiki situasi dan memastikan keselamatan warganya. (*)

  • Kemlu Pastikan Tidak Ada Penumpang WNI dalam Kecelakaan Jeju Air di Korsel

    Kemlu Pastikan Tidak Ada Penumpang WNI dalam Kecelakaan Jeju Air di Korsel

    Bisnis.com, JAKARTA – Direktorat Jenderal Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa sejauh ini, tidak ada WNI yang menjadi penumpang pesawat Jeju Air yang mengalami kecelakaan di Korea Selatan.

    Dilansir dari Antara pada Minggu (29/12/2024), Direktur Jenderal PWNI Judha Nugraha mengatakan melalui pesan singkat bahwa berdasarkan informasi informal yang diperoleh, tidak terdapat penumpang WNI dalam pesawat tersebut.

    Kemlu dan Kedutaan Besar RI (KBRI) di Seoul terus memantau kecelakaan pesawat yang terjadi di Bandara Internasional Muan itu, kata dia.

    Judha menambahkan bahwa KBRI tengah berkoordinasi dengan otoritas setempat terkait musibah tersebut.

    Sebelumnya, dalam laporan terbaru Kantor Berita Yonhap, Minggu (29/12/2024) kecelakaan yang terjadi pada pagi pukul 09.07 waktu setempat itu disebabkan kerusakan roda sehingga pesawat keluar dari landasan pacu saat mendarat. 

    Kondisi tersebut membuat pesawat bertabrakan dengan dinding pagar di Bandara Internasional Muan di daerah Muan, Provinsi Jeolla Selatan, sekitar 288 kilometer barat daya Seoul.

    Setidaknya hanya 2 orang orang yang saat ini baru berhasil diselamatkan dari kecelakaan yaitu seorang penumpang dan seorang awak pesawat yang keduanya wanita. Keduanya berhasil diselamatkan tak lama setelah kecelakaan dan dirawat di sebuah rumah sakit di Mokpo. 

    Sementara itu, semua orang yang hilang diduga telah tewas, kata otoritas pemadam kebakaran, seraya menambahkan bahwa mereka beralih ke operasi pencarian untuk menemukan jenazah. Kamar jenazah sementara telah didirikan di dalam bandara Muan untuk memakamkan jenazah para korban.