Negara: Korea Selatan

  • Fakta Mengejutkan Jeju Air dan Boeing 737-800 yang Kecelakaan hingga Menewaskan 179 Penumpang

    Fakta Mengejutkan Jeju Air dan Boeing 737-800 yang Kecelakaan hingga Menewaskan 179 Penumpang

    Bisnis.com, JAKARTA – Ada fakta mengejutkan tentang Jeju Air dan Boeing 737-800 yang mengalami kecelakaan hingga menewaskan 179 penumpang di Korea.

    Dilansir dari Sky News, Jeju Air adalah maskapai penerbangan berbiaya rendah terbesar di Korea Selatan, yang sudah berhasil mengangkut lebih dari 12,3 juta penumpang tahun lalu.

    Dibentuk pada tahun 2005, perusahaan ini dinamai berdasarkan Pulau Jeju (yang terletak di sebelah selatan Semenanjung Korea). Ini merupakan rumah bagi kantor pusat maskapai tersebut.

    Perusahaan ini memiliki lebih dari 3.000 karyawan dan lebih dari 40 pesawat, sebagian besar adalah Boeing 737-800, model yang banyak digunakan di seluruh dunia.

    Korea Selatan sangat dihormati dalam hal keselamatan, dan mendapat peringkat Kategori 1 dalam Program Penilaian Keselamatan Penerbangan Internasional milik Administrasi Penerbangan Federal (FAA) Amerika Serikat.

    Jeju Air menerima nilai keselamatan “A” – “sangat baik” dalam tinjauan tahunan terbaru maskapai penerbangan domestik yang dilakukan oleh Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan, menurut New York Times.

    Sejarah Boeing 737-800

    Pesawat ini diluncurkan pada tahun 1994 oleh perusahaan AS Boeing untuk menggantikan model 737 yang lebih tua, dan bersaing dengan Airbus A320. Pesawat ini digunakan dalam penerbangan komersial untuk pertama kalinya sejak tahun 1997.

    Hampir 5.000 unit telah terjual di seluruh dunia sejak peluncuran 737-800, dengan Ryanair, United Airlines, dan American Airlines di antara operator pesawat terbesar.

    Sering digambarkan sebagai “pesawat tangguh” karena penggunaannya yang luas, 737-800 memiliki catatan keselamatan yang cukup baik.

    Meskipun Boeing 737-800 pernah terlibat dalam kecelakaan fatal sebelumnya, namun sebagian besar disebabkan oleh kondisi cuaca buruk, kesalahan manusia, atau faktor lainnya.

    Kecelakaan fatal terakhir yang melibatkan 737-800 adalah Penerbangan 5735 China Eastern Airlines pada Maret 2022. Saat itu, sebuah pesawat jatuh di Wuzhou, Cina, setelah turun tajam di tengah penerbangan.

    Kecelakaan itu masih dalam penyelidikan oleh otoritas penerbangan sipil China, meskipun beberapa laporan menunjukkan pesawat itu sengaja dijatuhkan.

    Kecelakaan fatal sebelumnya terjadi pada Maret 2016, ketika pesawat Flydubai yang mendarat di Rostov-on-Don, Rusia, jatuh pada pendekatan terakhir dalam cuaca buruk, menewaskan seluruh 62 orang di dalamnya.

    Lebih dari 150 orang juga tewas dalam penerbangan Air India Express pada bulan Mei 2010, ketika sebuah 737-800 melintasi landasan pacu di bandara Mangalore.

  • 4 Kecelakaan Pesawat Terjadi dalam Sehari, Dunia Penerbangan Berduka

    4 Kecelakaan Pesawat Terjadi dalam Sehari, Dunia Penerbangan Berduka

    Jakarta, CNN Indonesia

    Industri penerbangan dikejutkan oleh empat kecelakaan pesawat yang terjadi di belahan dunia hanya dalam waktu 24 jam pada Minggu (29/12). Ratusan orang tewas. Ini menimbulkan kekhawatiran tentang keselamatan penerbangan.

    Berikut CNNIndonesia.com telah merangkumnya:

    1. Kecelakaan di Korea Selatan

    Kecelakaan paling tragis terjadi di Korea Selatan, ketika pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 dan kode HL8088, mengalami kecelakaan saat mendarat di Bandara Internasional Muan.

    Pesawat tersebut terbakar setelah gagal melakukan pendaratan, menewaskan 179 orang di dalamnya. Dua orang berhasil selamat dan sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

    Kecelakaan pesawat Jeju Air dikonfirmasi setelah layanan darurat menerima panggilan di Bandara Internasional Muan yang berlokasi di Provinsi Jeolla Selatan. Ini terjadi sekitar pukul 09.00 waktu setempat.

    Pesawat mengalami kecelakaan saat akan mendarat usai terbang dari Bangkok, Thailand. Sebuah video menampilkan pesawat Jeju Air itu mengepulkan gumpalan asap dari mesin, sebelum seluruh badan pesawat dengan cepat dilalap api.

    Berdasarkan sejumlah sumber, mesin pesawat mengalami kerusakan akibat menabrak kawanan burung. Di lain sisi, pesawat juga tidak mengeluarkan roda pendaratan saat akan mendarat sehingga kehilangan kendali di landasan pacu.

    2. Pendaratan darurat di Kanada

    Sementara itu di Kanada, tak berselang lama dari peristiwa Jeju Air, penerbangan Air Canada 2259 yang berangkat dari Bandara Internasional St. John’s mengalami masalah pendaratan pada Sabtu (28/12) pukul 21:30 AST (01:30 GMT, Minggu) yang menyebabkan pesawat tergelincir dan mesin terbakar.

    Dalam sebuah video terekam suasana kabin pesawat di mana penumpang panik melihat kobaran api di sayap pesawat yang bergesekan dengan landasan pacu.

    Pesawat tersebut membawa 73 orang penumpang beserta awak. Seluruh penumpang berhasil dievakuasi tanpa korban jiwa, meski beberapa di antaranya mengalami luka ringan.

    Penumpang bernama Nikki Valentine mengatakan salah satu ban pesawat tidak berfungsi dengan baik saat mendarat.

    “Pesawat mulai miring sekitar 20 derajat ke kiri, dan saat itu terjadi, kami mendengar suara keras yang hampir terdengar seperti suara benturan ketika sayap pesawat mulai tergelincir di sepanjang landasan, bersama dengan, saya kira, mesinnya,” katanya kepada CBC News yang dikutip AnadoluAgency.

    Setelah mendarat, penumpang di dalam pesawat dievakuasi dan dibawa ke hanggar untuk diperiksa oleh paramedis.

    Sebagai tindakan pencegahan, penerbangan di Bandara Halifax sempat hentikan sementara setelah insiden tersebut. Namun, satu landasan telah dibuka kembali pada dini hari Minggu.

    3. Pesawat tergelincir di Norwegia

    Kecelakaan ketiga terjadi di Norwegia, di mana pesawat KLM Boeing 737-800 penerbangan KL1204 tergelincir dari landasan pacu saat melakukan pendaratan darurat di Bandara Oslo Sandefjord Torp. Pesawat tersebut mengalami masalah pada sistem hidrolik. Beruntung, 176 penumpang dan enam awak pesawat selamat tanpa cedera serius.

    Pesawat KLM Royal Dutch Airlines dengan nomor penerbangan KL1204 itu terbang dari Oslo, Norwegia menuju Amsterdam, Belanda. Namun tak lama usai lepas landas, pesawat itu mengalami masalah sehingga harus mendarat darurat.

    “Pesawat Boeing 737-800 dengan nomor penerbangan KL1204 tergelincir ke sisi kanan landasan 18 setelah mendarat di Bandara Oslo Torp Sandefjord. Penerbangan ini dialihkan ke sana tidak lama setelah lepas landas dari Bandara Oslo (OSL),” bunyi pernyataan Royal Dutch Airlines yang diunggah di X.

    4. Pesawat ringan jatuh di UEA

    Sebuah pesawat ringan jatuh di lepas pantai Ras AlKhaimah,Uni Emirat Arab, Minggu (29/12). Kecelakaan tersebut mengakibatkan dua orang tewas.

    Menurut Otoritas Penerbangan Sipil Umum (GCAA), pesawat yang dioperasikan oleh Jazirah Aviation Club jatuh ke laut dan menewaskan pilot serta kopilot.

    “Pesawat ringan yang dioperasikan oleh Jazirah Aviation Club jatuh ke laut, mengakibatkan tewasnya kedua penumpang, yaitu pilot dan kopilot,” ungkap otoritas penerbangan tersebut dikutip AFP, Senin (30/12). 

    Kecelakaan terjadi tidak lama setelah pesawat lepas landas, dekat dengan Hotel Cove Rotana yang terletak di sepanjang pantai Ras AlKhaimah.

    Laporan awal menunjukkan bahwa pesawat glider tersebut kehilangan kontak radio dan berusaha melakukan pendaratan darurat. Namun, meskipun upaya resusitasi dilakukan, kedua penumpang tidak dapat diselamatkan.

    GCAA menyebut penyelidikan telah dimulai untuk mencari tahu penyebab kecelakaan tersebut. Diketahui, kedua korban berasal dari India dan Pakistan.

    Investigasi dan tindakan lanjutan

    Keempat insiden ini sedang diselidiki oleh otoritas penerbangan setempat dan internasional untuk mengetahui penyebab pasti kecelakaan. Otoritas penerbangan global menyerukan pemeriksaan keselamatan ketat di seluruh maskapai penerbangan guna mencegah terulangnya tragedi serupa.

    Kekhawatiran keselamatan penerbangan

    Rentetan kecelakaan ini menyoroti pentingnya pengawasan ketat terhadap pemeliharaan pesawat dan pelatihan awak penerbangan. Meskipun perjalanan udara dikenal sebagai salah satu moda transportasi paling aman, peristiwa ini menunjukkan bahwa perbaikan sistem keselamatan terus diperlukan.

    Masyarakat dunia kini menanti hasil investigasi dan langkah-langkah perbaikan yang akan diambil untuk memastikan keselamatan penerbangan di masa depan.

    (tim/isn)

    [Gambas:Video CNN]

  • Pesawat KLM Royal Dutch Tergelincir Saat Mendarat Darurat di Norwegia

    Pesawat KLM Royal Dutch Tergelincir Saat Mendarat Darurat di Norwegia

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pesawat KLM Royal Dutch Airlines tergelincir hingga keluar dari landasan pacu saat mendarat darurat di Bandara Oslo Torp Sandefjord, Norwegia, Minggu (29/12).

    Dikutip Anadolu, Pesawat KLM Royal Dutch Airlines dengan nomor penerbangan KL1204 itu terbang dari Oslo, Norwegia menuju Amsterdam, Belanda. Namun tak lama usai lepas landas, pesawat itu mengalami masalah sehingga harus mendarat darurat.

    “Pesawat Boeing 737-800 dengan nomor penerbangan KL1204 tergelincir ke sisi kanan landasan 18 setelah mendarat di Bandara Oslo Torp Sandefjord. Penerbangan ini dialihkan ke sana tidak lama setelah lepas landas dari Bandara Oslo (OSL),” bunyi pernyataan Royal Dutch Airlines yang diunggah di X.

    Media lokal ap7am.com melaporkan, pilot memilih mengalihkan penerbangan pesawat ke Bandara Sandefjord Torp yang berjarak 110 kilometer dari Oslo, untuk melakukan pendaratan darurat.

    Saat mendarat, pesawat KLM Royal Dutch Airlines itu tergelincir keluar dari landasan pacu dan berhenti di area rumput landasan pacu. Kecelakaan itu diduga disebabkan karena kegagalan sistem hidrolik.

    Pesawat milik maspakai penerbangan nasional Belanda itu membawa 176 penumpang dan enam kru. Semuanya selamat dan tidak ada yang cedera.

    Penyebab pesawat KLM Royal Dutch Airlines mendarat darurat hingga tergelincir di landasan pacu sedang diselidiki pihak berwenang.

    Insiden tergelincirnya KLM Royal Dutch Airlines di Norwegia merupakan kasus ketiga kecelakaan pesawat yang terjadi dalam 24 jam terakhir.

    Sebelumnya Pesawat Jeju Air terbakar setelah keluar landasan pacu dan menabrak pagar pembatas saat mendarat di Bandara Muan, Korea Selatan, Minggu (29/12) pagi, menewaskan 179 orang.

    Dua jam setelahnya, giliran Pesawat Air Canada terbakar saat mendarat darurat di Bandara Halifax Stanfield, Kanada, Sabtu (28/12) malam waktu setempat. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.

    (tim/isn)

    [Gambas:Video CNN]

  • Saat Tersadar Saya Sudah Diselamatkan

    Saat Tersadar Saya Sudah Diselamatkan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Salah satu korban selamat dalam kecelakaan Pesawat Jeju Air di Bandara Muan, Korea Selatan, dalam keadaan sadar dan dapat berkomunikasi dengan baik.

    Pria bermarga Lee berusia 33 tahun itu mengaku tak mengingat saat ledakan pesawat. Ia hanya ingat saat terbangun ia sudah berada di rumah sakit.

    “Saat saya terbangun, saya sudah diselamatkan,” katanya kepada dokter di rumah sakit, menurut Direktur Rumah Sakit Ju Woong dalam konferensi pers dikutip Yonhap News.

    Lee merupakan seorang pramugara selamat bersama dengan satu rekannya lagi. Sementara 179 orang meninggal dalam insiden yang terjadi Minggu (29/12) itu.

    Ju mengatakan dia tidak menanyakan rincian kecelakaan itu kepada Lee agar ia berfokus pada penyembuhan terlebih dahulu.

    “Dia sepenuhnya mampu berkomunikasi,” kata Ju.

    “Belum ada indikasi kehilangan ingatan atau hal semacamnya.”

    Lee saat ini dirawat di unit perawatan intensif di Rumah Sakit Universitas Wanita Ewha di Seoul barat, setelah didiagnosis mengalami beberapa patah tulang.

    Ju mengatakan dia mendapatkan perawatan khusus karena kemungkinan efek lanjutan, termasuk kelumpuhan total.

    Sementara itu, korban selamat lainnya, seorang pramugari berusia 25 tahun bermarga Koo, sedang dirawat di Pusat Medis Asan di bagian timur Seoul.

    Dia dilaporkan dalam kondisi stabil meskipun mengalami cedera di pergelangan kaki dan kepala.

    Staf medis menolak menjawab pertanyaan wartawan tentang kondisinya.

    Kecelakaan pesawat Jeju Air dikonfirmasi setelah layanan darurat menerima panggilan di Bandara Internasional Muan yang berlokasi di Provinsi Jeolla Selatan. Ini terjadi sekitar pukul 09.00 waktu setempat.

    Pesawat mengalami kecelakaan saat akan mendarat usai terbang dari Bangkok, Thailand. Sebuah video menampilkan pesawat Jeju Air itu mengepulkan gumpalan asap dari mesin, sebelum seluruh badan pesawat dengan cepat dilalap api.

    Berdasarkan sejumlah sumber, mesin pesawat mengalami kerusakan akibat menabrak kawanan burung. Di lain sisi, pesawat juga tidak mengeluarkan roda pendaratan saat akan mendarat sehingga kehilangan kendali di landasan pacu.

    Boeing 737-8AS milik maskapai Jeju Air itu teregistrasi dengan nomor penerbangan 7C2216 dan kode HL8088.

    (isn/isn)

    [Gambas:Video CNN]

  • Korban Tewas Jeju Air jadi 179 Penumpang, 2 Awak Kabin Dilarikan ke Rumah Sakit

    Korban Tewas Jeju Air jadi 179 Penumpang, 2 Awak Kabin Dilarikan ke Rumah Sakit

    Bisnis.com, JAKARTA – Kecelakaan pesawat Boeing Co. 737-800 yang dioperasikan oleh Jeju Air Co. menewaskan 179 dari 181 penumpang dan awak kabin setelah pesawat tergelincir di landasan pacu Bandara Muan, Korea Selatan, lalu terbakar.

    Dikutip dari Bloomberg yang menyadur kantor berita Yonhap, dua orang yang selamat adalah awak kabin. Keduanya saat ini sedang dirawat. Salah satu dari mereka berada di Unit Gawat Darurat (UGD) dengan cedera fraktur tulang belakang toraks. Pesawat Jeju Air tersebut melakukan penerbangan dari Bangkok ke Bandara Internasional Muan dengan membawa 175 penumpang dan enam awak.

    Sebelum pesawat tergelincir dan terbakar pada Minggu pagi (29/12/2024), pilot sempat melakukan panggilan darurat “mayday” selama beberapa menit. Permintaan tersebut disampaikan setelah menara kontrol memperingatkan risiko tabrakan burung.

    Pilot dilaporkan membatalkan pendaratan pertama dan mencoba kembali mendarat dengan melakukan go-around. Dalam upaya kedua, pesawat akhirnya mendarat tanpa roda, meluncur di landasan dengan kecepatan tinggi sebelum menabrak dinding di ujung landasan lalu terbakar.

    Menara kontrol Bandara Muan telah memperingatkan risiko tabrakan burung pada pukul 08.57 waktu setempat, sekitar dua menit sebelum pilot mengumumkan keadaan darurat. Pejabat setempat menyebut bahwa bandara memiliki empat personel yang bertugas untuk mencegah tabrakan burung saat kecelakaan terjadi, termasuk satu orang yang berada di luar menara kontrol.

    Burung menjadi ancaman bagi penerbangan karena dapat tertelan ke dalam turbin atau merusak bagian lain dari pesawat, yang berpotensi menyebabkan kegagalan mesin. Namun, insiden seperti ini jarang berakibat fatal.

    Pilot yang juga tewas dalam kecelakaan ini dilaporkan memiliki 6.800 jam terbang, yang merupakan tingkat pengalaman umum bagi kru kokpit. Menara kontrol telah memberi izin untuk mendaratkan pesawat dari arah yang berlawanan. Para pejabat menyatakan bahwa panjang landasan pacu tidak menjadi penyebab kecelakaan.

    Boeing 737-800 merupakan salah satu model pesawat yang paling banyak digunakan di industri penerbangan. Jenis ini, pendahulu dari varian Boeing Max, memiliki lebih dari 4.000 unit yang beroperasi secara global dan populer di Korea Selatan.

    Petugas pemadam kebakaran melaporkan bahwa sebagian besar badan pesawat hancur dalam kecelakaan. Penumpang bahkan terlempar keluar setelah pesawat menabrak dinding. Boeing menyatakan telah menghubungi Jeju Air dan siap memberikan dukungan kepada maskapai tersebut.

    Lebih dari 1.500 orang, termasuk polisi, militer, penjaga pantai, dan personel pemerintah daerah, dikerahkan untuk membantu di lokasi kecelakaan, menurut Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi. Landasan pacu bandara akan tetap ditutup selama beberapa hari mendatang.

    Pesawat berusia 15 tahun dengan nomor registrasi HL8088 ini mulai dioperasikan oleh Jeju Air pada 2017. Sebelumnya, pesawat dikirim ke maskapai penerbangan berbiaya rendah asal Irlandia, Ryanair Holdings Plc, pada 2009. Pesawat ini dirancang untuk menampung hingga 189 penumpang.

    Kim E-Bae, Kepala Eksekutif Jeju Air, dalam konferensi pers menyebut bahwa pesawat telah menjalani perawatan rutin dan tidak ada indikasi kerusakan selama pemeriksaan terakhir. Dia meminta semua pihak menunggu hasil penyelidikan resmi untuk mengetahui penyebab kecelakaan.

    Sejauh ini, penumpang warga negara asing yang tercantum dalam manifes penerbangan diketahui berasal dari Thailand. Namun, data final masih menunggu pemeriksaan pihak berwenang.

  • 2 Kotak Hitam Pesawat Jeju Air yang Kecelakaan Ditemukan

    2 Kotak Hitam Pesawat Jeju Air yang Kecelakaan Ditemukan

    Jakarta

    Kedua kotak hitam atau black boxes milik Jeju Air 2216, yang kecelakaan, telah ditemukan. Kotak hitam itu adalah perekam data penerbangan dan suara kokpit.

    Dilansir dari AFP, Minggu (29/12/2024), pejabat kementerian transportasi Korea Selatan (Korsel) mengatakan kotak hitam dalam Boeing 737-800 itu telah ditemukan. Peristiwa kecelakaan itu, menewaskan 179 orang, dan dua orang selamat.

    “Mengenai kotak hitam, baik perekam suara kokpit maupun perekam data penerbangan kini telah ditemukan,” kata wakil menteri transportasi Joo Jong-wan dalam sebuah pengarahan.

    Diketahui, pesawat Jeju Air diketahui membawa 181 penumpang, di mana 175 penumpang dan enam awak pesawat. Dua orang awak pesawat diselamatkan dari reruntuhan dan dibawa ke rumah sakit.

    Pihak Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan yang mengawasi keselamatan penerbangan, menara pengawas Bandara sempat mengeluarkan peringatan bird strike pada pukul 08.57 pagi waktu setempat.

    Dikutip Yonhap, pilot pesawat kemudian mengumumkan mayday pukul 8.58 pagi dan berusaha mendarat pada pukul 9 pagi. Namun tiga menit kemudian pesawat tergelincir pada pukul 9.03 pagi saat mendarat tanpa roda pendaratan.

    “Saat mencoba mendarat di landasan pacu No 1, menara kontrol mengeluarkan peringatan serangan burung dan pilot mengumumkan mayday tak lama setelahnya,” kata kementerian tersebut.

    (aik/whn)

  • Bertambah, Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Jeju Air Jadi 179 Orang

    Bertambah, Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Jeju Air Jadi 179 Orang

    Jakarta

    Petugas tanggap darurat Korea Selatan (Korsel) melaporkan perkembangan jumlah korban tewas kecelakaan pesawat Jeju Air. Kini, 179 orang dilaporkan tewas dalam peristiwa tersebut.

    Dilansir kantor berita AFP, Minggu (29/12/2024), sebanyak 179 orang tewas dan dua orang berhasil diselamatkan dalam kecelakaan pesawat Jeju Air hari Minggu di Korea Selatan, kata badan pemadam kebakaran negara itu saat mengumumkan jumlah korban akhir dari bencana tersebut.

    “Dari 179 korban tewas, 65 orang telah diidentifikasi,” kata badan pemadam kebakaran tentang kecelakaan di Bandara Internasional Muan, yang dua anggota krunya selamat.

    Diketahui, Badan Pemadam Kebakaran Nasional terus memperbarui jumlah korban tewas. Pesawat Jeju Air diketahui membawa 181 penumpang, di mana 175 penumpang dan enam awak pesawat.

    Dua orang awak pesawat diselamatkan dari reruntuhan dan dibawa ke rumah sakit. Dikutip Yonhap, pihak berwenang mengatakan tiga orang lainnya belum ditemukan. Operasi pencarian akan terus berlanjut untuk menemukan tiga korban lagi.

    Pihak Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan yang mengawasi keselamatan penerbangan, menara pengawas Bandara sempat mengeluarkan peringatan bird strike pada pukul 08.57 pagi waktu setempat.

    “Saat mencoba mendarat di landasan pacu No 1, menara kontrol mengeluarkan peringatan serangan burung dan pilot mengumumkan mayday tak lama setelahnya,” kata kementerian tersebut.

    Para pejabat mengatakan menara kontrol memberikan izin untuk mendarat di arah yang berlawanan di landasan pacu, setelah itu pilot mencoba mendarat hingga melewati landasan pacu dan menabrak dinding.

    (aik/whn)

  • Pesawat Jeju Air Sempat Terima Predikat Sangat Baik dalam Penilaian Keselamatan Penerbangan – Halaman all

    Pesawat Jeju Air Sempat Terima Predikat Sangat Baik dalam Penilaian Keselamatan Penerbangan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Jumlah korban tragedi maskapai Jeju Air yang mengalami insiden di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, pada Minggu (29/12/2024), terus bertambah.

    Terbaru, sebanyak 177 orang dilaporkan tewas dalam kecelakaan penerbangan paling mematikan yang pernah terjadi di Korea Selatan.

    Jeju Air penerbangan 7C2216 yang tiba dari Bangkok, Thailand membawa 175 penumpang dan enam awak di dalamnya.

    Pesawat nahas itu berusaha untuk mendarat di Bandara Internasional Muan pada pukul 09.00 pagi waktu setempat sebelum akhirnya menabrak pagar pembatas bandara.

    Dua orang awak pesawat berhasil diselamatkan dan dua orang terakhir yang hilang diduga telah tewas.

    Dikutip dari The New York Times, kecelakaan pesawat yang terjadi pada Minggu pagi itu menjadi kecelakaan paling fatal pertama yang dialami oleh Jeju Air.

    Pada 2023, Jeju Air sempat menerima predikat sangat baik dari Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan dalam penilaian keselamatan penerbangan.

    Skor tersebut didasarkan pada jumlah kecelakaan atau hampir terjadi kecelakaan.

    Dua hari sebelum mengalami kecelakaan, pesawat Jeju Air nahas itu sempat terbang ke Beijing dari Jeju, ketika harus mengalihkan penerbangan ke Seoul.

    Pengalihan tersebut disebabkan oleh keadaan darurat medis, bukan teknis, di dalam pesawat, menurut Korps Kepolisian Bandara Internasional Incheon.

    Setelah itu, pesawat tersebut terbang 10 penerbangan antara Korea Selatan, Malaysia, Jepang, China, Taiwan, dan Thailand tanpa insiden, menurut Flightradar24, sebelum kecelakaan Minggu pagi.

    Namun, pada 2021, otoritas Korea Selatan menyelidiki Jeju Air setelah salah satu pesawatnya terbang meskipun mengalami kerusakan, menurut laporan di media berita domestik.

    Ujung salah satu sayapnya rusak saat mendarat, tetapi kru gagal menyadari kerusakan tersebut dan pesawat lepas landas lagi.

    CEO Jeju Air, Kim E-bae, meminta maaf atas kecelakaan itu dan membungkuk dalam-dalam saat memberikan pengarahan di televisi.

    Ia mengatakan pesawat itu tidak memiliki catatan kecelakaan dan tidak ada tanda-tanda awal kerusakan.

    Maskapai penerbangan akan bekerja sama dengan para penyelidik dan menjadikan dukungan bagi yang berduka sebagai prioritas utama, kata Kim.

    Tidak ada kondisi abnormal yang dilaporkan ketika pesawat meninggalkan Bandara Suvarnabhumi Bangkok, kata Kerati Kijmanawat, presiden Bandara Thailand.

    Dikutip dari Reuters, penumpang Jeju Air termasuk dua warga negara Thailand dan sisanya diyakini warga Korea Selatan, menurut kementerian perhubungan.

    Kecelakaan itu terjadi hanya tiga minggu setelah Jeju Air memulai penerbangan reguler dari Muan ke Bangkok dan kota-kota Asia lainnya pada 8 Desember.

    Bandara Internasional Muan adalah salah satu bandara terkecil di Korea Selatan tetapi jumlah penumpang internasionalnya melonjak hampir 20 kali lipat menjadi 310.702 dari Januari hingga November dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022, menurut data pemerintah.

    “Kami sedang menghubungi Jeju Air terkait penerbangan 2216 dan siap membantu mereka.”

    “Kami menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga yang kehilangan orang terkasih, dan pikiran kami tertuju kepada para penumpang dan awak,” kata Boeing ketika dimintai keterangan.

    Semua penerbangan domestik dan internasional di bandara Muan telah dibatalkan, Yonhap melaporkan.

    Penjabat Presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok, tiba di lokasi kecelakaan dan mengatakan pemerintah mengerahkan semua sumber dayanya untuk menangani kecelakaan tersebut.

    Dua wanita Thailand berada di pesawat itu, berusia 22 dan 45 tahun, kata juru bicara pemerintah Thailand Jirayu Houngsub, seraya menambahkan rinciannya masih diverifikasi.

    Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban tewas dan terluka melalui postingannya di X, dan mengatakan ia telah menginstruksikan kementerian luar negeri untuk memberikan bantuan.

    Detik-detik Kecelakaan

    Foto ini menunjukkan nyala api tidak normal yang keluar dari mesin kanan pesawat seri Jeju Air Boeing 737-800 saat mendarat sebelum jatuh dan terbakar di Bandara Internasional Muan di Provinsi Jeolla Selatan, sekitar 288 kilometer barat daya Seoul pada bulan Desember 29 Agustus 2024. – Sebuah pesawat Jeju Air yang membawa 181 orang dari Thailand ke Korea Selatan jatuh pada saat kedatangan, menabrak penghalang dan terbakar, menyebabkan semua kecuali dua orang dikhawatirkan tewas. (YONHAP/AFP) (AFP/-)

    Seorang saksi mata yang melihat insiden jatuhnya Jeju Air di Bandara Internasional Muan, mengatakan dirinya sempat melihat api yang keluar dari mesin jet pesawat tersebut.

    Yoo Jae-yong, yang sedang menginap di penginapan dekat Bandara Muan, mengatakan ia bahkan mendengarkan beberapa suara ledakan sebelum pesawat itu menabrak tembok pagar.

    “Saya sedang memberi tahu keluarga saya bahwa ada masalah dengan pesawat itu ketika saya mendengar ledakan keras,” kata Yoo, dikutip dari Yonhap.

    Saksi lain, yang diidentifikasi hanya dengan nama belakangnya Cho, mengatakan dia sedang berjalan-jalan sejauh 4,5 kilometer dari bandara ketika kecelakaan itu terjadi.

    “Saya melihat pesawat itu turun dan mengira akan mendarat ketika saya melihat kilatan cahaya,” kata Cho.

    “Lalu terdengar ledakan keras diikuti asap di udara, lalu saya mendengar serangkaian ledakan,” lanjutnya.

    Saksi lainnya, Kim Yong-cheol mengatakan pesawat gagal mendarat pada percobaan pertama dan sempat berputar balik untuk percobaan berikutnya sebelum jatuh.

    Kim ingat dia mendengar suara “gesekan logam” dua kali sekitar lima menit sebelum kecelakaan.

    Kim mengatakan dia melihat ke langit dan melihat pesawat itu naik setelah gagal mendarat, sebelum dia mendengar “ledakan keras” dan melihat “asap hitam mengepul ke langit”.

    Para pejabat meyakini kegagalan roda pendaratan, yang mungkin disebabkan oleh tabrakan dengan burung, dapat menjadi penyebab kecelakaan tersebut.

    Polisi dan petugas pemadam kebakaran memulai penyelidikan di lokasi untuk menentukan penyebab pastinya.

    (Tribunnews.com/Whiesa)

  • 4 Kecelakaan Pesawat Terjadi dalam Sehari, Dunia Penerbangan Berduka

    Dua Black Box Jeju Air Ditemukan Usai Kecelakaan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kotak hitam alias black box dari pesawat Jeju Air yang kecelakaan di Bandara Muan, Korea Selatan, ditemukan. Ada dua bagian kotak hitam itu, yakni perekam suara kokpit dan perekam data penerbangan.

    “Kotak hitam baik perekam suara kokpit maupun perekam data penerbangan kini telah ditemukan,” kata Wakil Menteri Transportasi Korea Selatan Joo Jong-wan, dikutip dari AFP, Minggu (29/12).

    Menurut laporan, 179 orang yang ada di pesawat Jeju Air meninggal dunia. Hanya ada dua orang yang selamat yang keduanya merupakan pramugari.

    Jeju Air yang berangkat dari Thailand ke Korea Selatan itu membawa total 181 orang. Terdiri dari 175 penumpang dan 6 awak kabin.

    Pesawat itu mengalami kecelakaan saat mendarat, Minggu pagi. Badan pesawat mendarat tanpa roda, menabrak pagar pembatas dan terbakar.

    Kecelakaan pesawat itu diduga disebabkan dua hal, yakni tabrakan dengan kawanan burung dan cuaca buruk. Pemadam kebakaran Korea Selatan menyatakan dua penyebab itu memantik kerusakan mesin.

    (tim/tsa)

    [Gambas:Video CNN]

  • AS: Tentara Korea Utara yang Dikerahkan Rusia Pilih Bunuh Diri Ketimbang Tertangkap di Ukraina – Halaman all

    AS: Tentara Korea Utara yang Dikerahkan Rusia Pilih Bunuh Diri Ketimbang Tertangkap di Ukraina – Halaman all

    AS: Tentara Korea Utara Bunuh Diri Ketimbang Tertangkap di Ukraina

    TRIBUNNEWS.COM – Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) di Gedung Putih John Kirby, mengatakan kalau Rusia mengerahkan “gelombang manusia” tentara Korea Utara di Ukraina.

    Kirby menyatakan, beberapa di antara tentara Korea Utara itu telah bunuh diri untuk menghindari penangkapan oleh pasukan Ukraina.

    Bunuh diri yang dilakukan tentara Korea Utara “kemungkinan besar terjadi karena takut akan tindakan balasan terhadap keluarga mereka di Korea Utara jika mereka ditangkap,” kata Kirby, dalam pernyataan yang dikutip NBC News, Jumat (27/12/2024) .

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dalam sebuah pernyataan kemarin bahwa setidaknya 3.000 tentara Korea Utara telah tewas atau terluka di wilayah Kursk Rusia.

    Adapuun Kirby mengatakan kalau ada 1.000 tentara Korea Utara yang tewas dalam seminggu terakhir saja.

    Perkiraan Amerika Serikat dan sekutunya menyebutkan Korea Utara mengerahkan sekitar 11.000 tentara di Ukraina.

    Baik Rusia maupun Korea Utara belum mengonfirmasi pengerahan ini secara terbuka.

    “Korea Utara melancarkan serangan massal dengan menggunakan kendaraan tempur terhadap posisi Ukraina di Kursk,” kata Kirby.

    Dia menambahkan bahwa “taktik gelombang manusia” ini tidak efektif.

    “Tentara Korea Utara ini tampaknya sangat terindoktrinasi, melancarkan serangan bahkan ketika jelas bahwa serangan tersebut sia-sia,” katanya

    Dia menambahkan kalau mereka diperlakukan sebagai “orang yang bisa dikorbankan” dengan digunakan dalam “serangan yang sia-sia terhadap pertahanan Ukraina”.

    Foto yang tersebar di Telegram memperlihatkan seorang tentara Korea Utara yang ditangkap oleh tentara Ukraina di wilayah Kursk, Rusia pada Kamis (26/12/2024). Badan Intelijen Korea Selatan mengonfirmasi kabar tersebut dari intelijen Ukraina. (Yonhap News)

    Satu Tentara Korea Utara Tertangkap Tapi Tewas Karena Luka-luka

    Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) melaporkan bahwa seorang tentara Korea Utara telah tewas setelah ditangkap oleh pasukan Ukraina.

    Tentara tersebut merupakan prajurit Korea Utara pertama yang ditangkap sejak pengiriman pasukan untuk mendukung Rusia dalam perang di Ukraina.

    Menurut laporan NIS, tentara yang terluka itu ditangkap hidup-hidup dan mengalami luka serius yang akhirnya menyebabkan kematiannya.

    Bagaimana Kronologi Penangkapan dan Kematian Tentara tersebut?

    Pada tanggal 27 Desember 2024, NIS mengonfirmasi bahwa pasukan Ukraina berhasil menangkap tentara Korea Utara yang terluka.

    Penangkapan ini terjadi di wilayah Kursk, Rusia, di mana beberapa tentara Korea Utara diketahui telah dikerahkan.

    NIS menyebutkan bahwa foto dan video tentara tersebut, yang menunjukkan kondisi tubuhnya yang sangat kurus dan terluka, mulai beredar di aplikasi pesan Telegram.

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dalam pidatonya pada malam yang sama, menjelaskan bahwa pasukan Korea Utara yang terlibat di Kursk mengalami kerugian besar dan tidak mendapat perlindungan yang memadai dari pasukan Rusia.

    Dia menegaskan bahwa pasukan Rusia berupaya keras untuk mencegah penangkapan tentara Korea Utara oleh Ukraina, tetapi beberapa di antaranya telah terluka parah hingga tidak dapat diselamatkan.

    Berapa Banyak Tentara Korea Utara yang Terlibat dalam Konflik Ini?

    Sejak beberapa bulan lalu, sekitar 11.000 tentara dari Korea Utara telah dikerahkan untuk membantu Rusia setelah adanya perjanjian pertahanan antara Kim Jong-un dan Vladimir Putin.

    Hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun.

    Namun, NIS mengungkapkan bahwa prajurit Korea Utara, yang terlatih kurang baik dan beroperasi di wilayah yang tidak familiar, dengan cepat terpapar pada risiko yang tinggi.

    Apa Dampak dari Penangkapan Ini terhadap Konflik?

    Badan intelijen militer Ukraina (GUR) melaporkan bahwa tentara Korea Utara menghadapi kerugian besar dalam pertempuran di Kursk, termasuk masalah logistik yang serius, seperti kekurangan air minum.

    Pada minggu yang sama, Zelensky menyebutkan bahwa lebih dari 3.000 tentara Korea Utara telah tewas atau terluka.

    Juru bicara Gedung Putih juga mencatat bahwa sekitar 1.000 tentara Korea Utara mengalami kematian atau cedera dalam waktu seminggu.

    Siapa yang Menjadi Korban dalam Perang Ini?

    John Kirby, seorang juru bicara Gedung Putih, menyatakan bahwa pemimpin militer Rusia dan Korea Utara memperlakukan pasukan ini sebagai pasukan yang bisa dikorbankan.

    Ia menggambarkan serangan pasukan Korea Utara sebagai serangan massal tanpa strategi yang jelas dan menyatakan bahwa Presiden AS Joe Biden kemungkinan akan menyetujui paket bantuan keamanan tambahan untuk Ukraina dalam waktu dekat.

    Apa Selanjutnya bagi Ukraina dan Rusia?

    Pengerahan tentara Korea Utara mencerminkan peningkatan serius dalam dinamika perang.

    Rusia kini terlihat lebih agresif, dengan upaya untuk melibatkan sekutunya secara langsung dalam konflik.

    Di sisi lain, Slovakia telah mengonfirmasi akan menjadi tuan rumah perundingan damai antara Moskow dan Kyiv, meskipun Ukraina khawatir bahwa hasilnya akan menguntungkan Rusia, mengingat situasi yang tidak menguntungkan bagi mereka di medan perang.

    Dengan berlanjutnya konflik dan meningkatnya keterlibatan Korea Utara, prospek perdamaian tampaknya masih jauh dari jangkauan, dan kondisi di lapangan terus mengalami perubahan dramatis.

    Rudal Oreshnik Bergantung Suku Cadang Barat

    Terkait perkembangan situasi perang Rusia-Ukraina, rudal balistik Oreshnik, yang pertama kali diluncurkan Rusia terhadap Ukraina pada November 2024 lalu, ternyata diproduksi oleh perusahaan-perusahaan Rusia yang masih bergantung pada peralatan canggih dari Barat.

    Temuan ini berdasarkan analisis dari Financial Times, yang dilaporkan oleh Ukrinform.

    Dua lembaga rekayasa senjata terkemuka Rusia, yaitu Institut Teknologi Termal Moskow dan Sozvezdiye Concern, diidentifikasi oleh intelijen Ukraina sebagai pengembang rudal Oreshnik.

    Kedua lembaga tersebut merekrut karyawan yang berpengalaman dalam menggunakan sistem pengerjaan logam dari produsen asal Jerman dan Jepang.

    Hal ini menyoroti ketergantungan Kremlin pada sumber daya asing, khususnya di bidang kontrol numerik komputer (CNC), teknologi penting untuk memproduksi Oreshnik.

    Institut Teknologi Termal Moskow, yang memainkan peran penting dalam mengembangkan rudal balistik berbahan bakar padat Rusia, mengumumkan pada tahun 2024 bahwa mereka menggunakan sistem CNC dari Fanuc, Siemens, dan Heidenhain.

    Fanuc berasal dari Jepang, sementara Siemens dan Heidenhain berasal dari Jerman.

    Ketiga perusahaan tersebut adalah pemimpin dalam teknologi CNC presisi tinggi.

    Ketiga perusahaan ini disebutkan dalam iklan Sozvezdie, yang mencantumkan sistem kontrol otomatis dan sistem komunikasi untuk penggunaan militer sebagai salah satu spesialisasinya.

    Rudal Oreshnik (newsinfo.ru)

    Rudal yang Dibanggakan Putin

    Pada 21 November 2024, rudal Rusia menyerang fasilitas militer Ukraina di kota Dnipro.

    Setelah serangan itu, Presiden Rusia Vladimir Putin tampil di TV, membanggakan serangan yang dilancarkan oleh rudal hipersonik barunya.

    Putin memperingatkan Barat bahwa penggunaan rudal berikutnya bisa ditujukan terhadap sekutu Ukraina yang mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh untuk menyerang wilayah Rusia.

    Putin mengatakan rudal itu disebut “Oreshnik,” yang dalam bahasa Rusia berarti “pohon hazelnut.”

    Apa yang Diketahui tentang Oreshnik?

    Mengutip AP News, senyum puas terpancar di wajah Putin saat ia menggambarkan bagaimana Oreshnik melesat ke sasarannya dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara, atau Mach 10, “seperti meteorit.”

    Putin mengklaim bahwa rudal tersebut kebal terhadap sistem pertahanan rudal apa pun.

    Pejabat militer Ukraina mengatakan rudal itu mencapai Mach 11.

    Jenderal Sergei Karakayev, kepala Pasukan Rudal Strategis Rusia, mengatakan Oreshnik dapat membawa hulu ledak nuklir maupun konvensional dan memiliki jangkauan untuk mencapai target di Eropa.

    Pentagon mengatakan Oreshnik adalah jenis rudal balistik jarak menengah eksperimental (IRBM), yang didasarkan pada rudal balistik antarbenua (ICBM) RS-26 Rubezh Rusia.

    Serangan pada bulan November menandai pertama kalinya senjata semacam itu digunakan dalam perang.

    Rudal jarak menengah dapat terbang antara 500 hingga 5.500 kilometer.

    Senjata semacam itu dilarang berdasarkan perjanjian era Soviet yang dibatalkan oleh Washington dan Moskow pada 2019.

    Direktorat Intelijen Utama Ukraina mengatakan rudal tersebut memiliki enam hulu ledak, yang masing-masing membawa enam submunisi.

    Muatannya berupa hulu ledak yang dapat ditargetkan secara independen, seperti sekelompok hazelnut yang tumbuh di pohon, yang menjadi inspirasi untuk nama rudal tersebut.

    Putin mengklaim senjata itu sangat kuat sehingga penggunaan beberapa rudal semacam itu — bahkan yang dilengkapi dengan hulu ledak konvensional — bisa sama dahsyatnya dengan serangan nuklir.

    “Oreshnik mampu menghancurkan bunker bawah tanah tiga, empat, atau lebih lantai di bawah tanah,” kata Putin dengan bangga, sambil mengancam akan menggunakannya terhadap distrik pemerintahan di Kiev.