Sebelumnya, pesawat terbang Jeju Air 7C 2216 yang membawa lebih 181 orang di dalamnya gagal mendarat, keluar dari landasan pacu dan bertabrakan dengan tembok pembatas, di Bandara Internasional Muan di barat daya Korea Selatan (Korsel). Hingga Senin (30/12/2024), total korban tewas mencapai 179 orang. (REUTERS/Kim Hong-Ji)
Negara: Korea Selatan
-

Saham Maskapai dan Agen Perjalanan Korsel Ambruk Imbas Kecelakaan Jeju Air
Bisnis.com, JAKARTA – Saham maskapai penerbangan harga rendah atau low cost carrier Korea Selatan Jeju Air mencapai rekor terendah pada Senin (30/12/2024) setelah kecelakaan udara paling mematikan di negara itu menewaskan 179 orang. Mayoritas saham penerbangan dan agen perjalanan di negara tersebut juga terpantau melemah
Mengutip Reuters, saham Jeju Air diperdagangkan turun 8,4% setelah jatuh 15,7% pada awal sesi menjadi 6.920 won, atau terendah sejak terdaftar pada 2015. Sementara itu, saham AK Holdings, perusahaan induk Jeju Air, anjlok 12% dan mencapai level terendah dalam 16 tahun.
Kecelakaan pada hari Minggu di Bandara Internasional Muan adalah penerbangan fatal pertama bagi Jeju Air, maskapai berbiaya rendah yang didirikan pada tahun 2005 dan maskapai penerbangan terbesar ketiga di negara itu berdasarkan jumlah penumpang.
Penjabat Presiden Korea Selatan Choi Sang-mok telah memerintahkan pemeriksaan keselamatan darurat terhadap seluruh sistem operasi maskapai penerbangan negara itu setelah pekerjaan pemulihan kecelakaan Jeju Air selesai.
Di antara maskapai berbiaya rendah lainnya, Air Busan, naik lebih dari 15%. Jin Air (272450.KS) dan T’way Air terpantau turun setelah naik masing-masing sebanyak 5,4% dan 7,3%.
Selanjutnya, saham dua maskapai besar Korea Selatan, Korean Air Lines turun 1,3% dan Asiana Airlines juga melemah 0,8%.
“Butuh waktu untuk menilai penyebab kecelakaan, tetapi sentimen konsumen pasti akan terpengaruh, karena kredibilitas penting bagi maskapai berbiaya rendah yang kursi dan layanannya tidak jauh berbeda satu sama lain,” kata Yang Seung-yoon, analis di Eugene Investment Securities.
“Dalam hal permintaan perjalanan secara keseluruhan, mungkin ada beberapa pembatalan dalam jangka pendek, tetapi tidak mungkin melemah secara struktural.”
Banyak korban kecelakaan pesawat, tampaknya kembali dari liburan untuk musim liburan Natal, kata para pejabat.
Saham agen perjalanan juga melemah, dengan Hanatour Service turun sebanyak 7% dan Very Good Tour melemah sebanyak 11%.
-

Kecelakaan Pesawat Jeju Air Membuat Drama Politik di Korea Selatan Mereda dan Pemakzulan Presiden – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, KOREA SELATAN – Menjelang akhir tahunM 2024, warga Korea Selatan berharap akan ada jeda dari kekacauan politik yang melanda negara itu dalam beberapa pekan terakhir.
Korea Selatan dilanda kekacauan politik akhir-akhir ini setelah munculnya darurat militer yang dikeluarkan oleh Presiden Yoon Suk Yeol pada Selasa 3 Desember 2024 lalu.
Sejumlah pejabat negara itu diproses hukum termasuk Menteri Pertahanan Kim Yong-hyun.
Aksi unjuk rasa terus menghantui negara itu di saat perekonomian tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
Tidak berhenti disitu, Presiden Yoon Suk Yeol kemudian diberhentikan dari jabatannya.
Kekacauan politik kian menjadi-jadi setelah Perdana Menteri Han Duck-soo juga ikut dimakzulkan oleh parlemen karena menolak menyelesaikan proses pemakzulan mantan Presiden Yoon Suk Yeol.
Pesawat Jeju Air Jatuh
Di tengah kekacauan politik di Korea Selatan yang belum menemui titik terang, sebuah pesawat komersial Jeju Air kecelakaan fatal menewaskan 179 orang dari 181 penumpangnya.
Pesawat kecelakaan di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan pada Minggu (29/12/2024).
Meski penyebab kecelakaan masih diinvestigasi.
Namun perdebatan kini tertuju pada penyebab kecelakaan apakah karena keberadaan burung yang memasuki mesin pesawat atau penyebab lain.
Kekacauan politik dan jatuhnya pesawat adalah dua peristiwa yang akan memilukan terjadi di Korea Selatan tahun 2024 ini.
Terutama bagi negara yang selama ini terkenal karena kehebatan ekonomi dan budayanya.
Dikutip dari The Guardian, Senin (30/12/2024), dua peristiwa itu tentu saja tidak berhubungan, tetapi tidak mungkin untuk mengabaikan latar belakang politik atas tragedi jatuhnya pesawat itu.
Peristiwa ini menyorot potensi risiko yang ditimbulkan oleh ketidakstabilan di tingkat tertinggi pemerintahan terhadap respons bencana.
Ada tanda-tanda yang menggembirakan segera setelah tragedi itu terjadi.
Kekacauan politik mereda
Partai-partai politik yang bersaing di Korea Selatan meluncurkan inisiatif terpisah sebagai tanggapan terhadap bencana tersebut, yang tampaknya mengesampingkan permusuhan yang terjadi beberapa minggu terakhir.
Pemimpin partai oposisi Demokrat, Lee Jae-myung, yang selama ini menyerang pemerintah berangkat ke Muan lokasi jatuhnya pesawat.
Dia berencana tinggal tanpa batas waktu untuk mendukung upaya penyelamatan, kata surat kabar Hankyoreh,.
Meskipun ia akan menjauh dari lokasi kecelakaan sementara operasi pemulihan terus berlanjut.
Sementara itu, Partai People Power yang berkuasa membentuk satuan tugas yang berfokus pada penyelidikan kecelakaan dan memberikan dukungan kepada keluarga korban.
Penjabat pemimpin partai, Kweon Seong-dong, akan mengunjungi Muan pada hari Senin bersama anggota satuan tugas untuk “meninjau langkah-langkah tanggap kecelakaan dan strategi pencegahan” serta bertemu dengan keluarga yang ditinggalkan.
Pejabat blusukan ke lokasi
Beberapa jam setelah kecelakaan, penjabat presiden Choi Sang-mok, tiba di lokasi kejadian untuk mendukung petugas darurat bekerja menyelamatkan korban.
Dia juga menyampaikan kata-kata penghiburan kepada lebih dari 100 kerabat yang sangat ingin mendapatkan kabar tentang orang yang mereka cintai.
Beberapa orang mengelilinginya, menuntut kabar terbaru dan memohon kepadanya untuk mengutamakan keluarga.
Choi hanya bisa menundukkan kepala berulang kali sambil berkata “Saya mengerti”.
Ada pula kemarahan atas apa yang dianggap sebagian orang sebagai respons lambat dari pihak berwenang dan maskapai penerbangan.
Seorang pria memegang plakat bertuliskan, “Pemberontakan Yoon Suk Yeol mundur!” saat ia berdiri di depan polisi sementara para pengunjuk rasa mengambil bagian dalam pawai menentang Presiden Korea Selatan Yoon menuju Kantor Kepresidenan di Seoul pada tanggal 4 Desember 2024. – Ribuan pengunjuk rasa berbaris di kantor Yoon di ibu kota Korea Selatan pada malam hari tanggal 4 Desember, bergabung dalam upaya oposisi negara tersebut untuk memakzulkan pemimpin tersebut setelah penerapan darurat militer yang luar biasa namun berumur pendek. (Photo by Philip FONG / AFP) (AFP/PHILIP FONG)
Keluarga korban telah memohon agar diizinkan mendekati lokasi kecelakaan sejak Minggu pagi, tetapi ditolak karena sifat zona bandara yang terbatas.
Ketika Lee Jeong-hyeon, kepala pemadam kebakaran Muan, memberi tahu keluarga bahwa sebagian besar penumpang diduga tewas, ruangan itu dipenuhi ratapan duka, menurut kantor berita Yonhap.
“Apakah sama sekali tidak ada peluang untuk selamat?” tanya salah seorang anggota keluarga.
Lee membungkuk dan menjawab: “Saya turut berduka cita, tetapi memang begitulah kenyataannya.”
Kehadiran Choi menjadi pengingat bahwa bencana penerbangan terburuk di tanah Korea terjadi pada saat kekacauan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya, terjadi hanya dua hari setelah ia menggantikan Han yang dimakzulkan.
Choi mengakui beratnya situasi tersebut dalam pernyataan yang disampaikannya di bandara.
“Tidak ada kata-kata penghiburan yang cukup bagi keluarga yang telah menderita tragedi seperti itu,” katanya, sambil berjanji bahwa “pemerintah akan berupaya keras untuk mendukung keluarga yang ditinggalkan”.
Korea Selatan dalam Keprihatinan
Permainan politik yang tidak menyenangkan yang melambungkan Choi yang tidak mau menjadi presiden 48 jam sebelumnya dimulai ketika Yoon Suk Yeol diskors dari jabatan presiden setelah mencoba memberlakukan darurat militer pada 3 Desember.
Penggantinya, Han, dimakzulkan oleh parlemen pada hari Jumat karena menolak menunjuk hakim ke pengadilan konstitusi – badan yang akan memutuskan nasib Yoon.
Selain menangani bencana penerbangan hari Minggu, Choi juga mewarisi sejumlah tantangan langsung lainnya.
Yakni mata uang yang telah jatuh ke level terendah sejak krisis keuangan 2009, dan meningkatnya kekhawatiran keamanan setelah beberapa komandan militer ditangkap atas dugaan keterlibatan mereka dalam rencana darurat militer.
Tanggapan terhadap kecelakaan pesawat telah menarik perhatian dari kelompok-kelompok masyarakat sipil.
Termasuk keluarga dari 159 orang yang tewas dalam kerumunan massa di Itaewon 2022 di Seoul – sebuah tragedi yang diperparah oleh tanggapan darurat pemerintah yang tidak memadai.
Pada hari Minggu, perwakilan kelompok Itaewon menyerukan dukungan yang layak bagi keluarga korban, termasuk layanan konseling dan penerjemahan bagi kerabat dari dua korban asing dalam penerbangan Jeju Air – keduanya warga negara Thailand.
Kelompok tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan “Mengingat kekacauan politik akibat situasi pemberontakan dan pemakzulan presiden, penjabat presiden Choi harus melakukan segala upaya untuk memastikan tidak ada kegagalan dalam peran menara kontrol pemerintah dalam menanggapi dan mengelola bencana ini.”
Saat keluarga korban Jeju Air mencoba memahami apa yang telah terjadi, tragedi Muan dengan cepat berubah menjadi ujian apakah lanskap politik Korea Selatan yang terpecah dapat menemukan persatuan dan kasih sayang di tengah kehancuran.
-

Boeing Respons Kecelakaan 737-800 Jeju Air Korsel Tewaskan 179 Orang
Jakarta, CNBC Indonesia – Raksasa pembuat pesawat Amerika Serikat (AS), Boeing, akhirnya memberi respons soal kecelakaan maskapai penerbangan Jeju Air di Bandara Internasional Muan di barat daya Korea Selatan (Korsel). Peristiwa yang melibatkan jet produksinya Boeing 737-800 itu terjadi Minggu pagi dan menewaskan 179 dari total 181 orang di dalam pesawat.
Dalam sebuah pernyataan yang dimuat laman Newsweek, Boeing mengatakan pihaknya telah menghubungi Jeju Air. Boeing, tambahnya, siap mendukung maskapai tersebut.
“Kami menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga yang kehilangan orang yang dicintai, dan pikiran kami tetap bersama para penumpang dan awak,” bunyi pernyataan itu, dikutip Senin (30/12/2024).
Perlu diketahui, pesawat Boeing telah terlibat dalam serangkaian insiden kontrol kualitas yang menjadi berita utama di seluruh dunia. Salah satunya ledakan sumbat pintu di udara pada penerbangan Alaska Airlines pada Januari 2024.
Lebih dari 100 pelapor telah membuat tuduhan tentang praktik keselamatan produsen pesawat yang berbasis di Virginia tersebut. Hal itu mengakibatkan penyelidikan dan tindakan hukum yang sedang berlangsung.
Dalam pengarahan yang disiarkan televisi, CEO Jeju Air Kim E-bae mengatakan penyebab kecelakaan itu masih belum diketahui dan tidak ada tanda-tanda awal kerusakan. Ia mengatakan maskapai akan bekerja sama dengan penyelidik.
Di Korsel sendiri pesawat tersebut berakhir tragis setelah diperingatkan akan tabrakan burung beberapa saat sebelum kecelakaan. Ini mengiyaratkan kemungkinan penyebabnya.
Komite Investigasi Kecelakaan Udara dan Kereta Api sendiri telah menemukan perekam data penerbangan dari kotak hitam pesawat. Namun masih mencari perekam suara kokpit.
(sef/sef)
-

Seluruh Penumpang Pesawat Jeju Air Tewas, 2 Pramugari Selamat
Jakarta, CNN Indonesia —
Sebanyak 179 penumpang Jejur Air dipastikan tewas dalam kecelakaan di Bandara Muan, Korea Selatan.
Jumlah tersebut merupakan data final dari total 181 orang yang berada di dalam pesawat.
Dua orang pramugari berhasil diselamatkan dari bagian ekor pesawat.
Kecelakaan terjadi pada Minggu (29/12) pukul 09.00 waktu setempat, saat pesawat akan mendarat setelah terbang dari Bangkok, Thailand.
-

Sosok 2 Pramugari Jeju Air yang Selamat dari Kecelakaan, 179 Tewas dari 181 Penumpang – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL – Sebuah pesawat komersial milik maskapai Jeju Air mengalami kecelakaan fatal di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, pada Minggu (29/12/2024).
Penyebab kecelakaan masih diinvestigasi.
Akibat kecelakaan pesawat Jeju Air tersebut, sebanyak 179 penumpangnya dinyatakan meninggal dunia.
Dikutip dari Yonhapnews, Senin (30/12/2024), pesawat itu mengangkut 181 penumpang.
Sehingga hanya 2 penumpangnya yang selamat.
Korban tewas termuda adalah seorang anak laki-laki berusia tiga tahun.
Lima dari 179 penumpang yang tewas berusia di bawah 10 tahun.
Dua diantara penumpang yang meninggal adalah warga Thailand.
Sosok 2 Penumpang yang Selamat
Salah satu dari dua orang yang selamat dari kecelakaan pesawat Jeju Air mengatakan kepada dokter bahwa dia telah diselamatkan saat bangun.
Korban selamat berusia 33 tahun yang bermarga Lee adalah seorang pramugari di pesawat Jeju Air.
Ia awalnya dibawa ke rumah sakit di kota terdekat Mokpo, 311 kilometer selatan Seoul Ibu Kota Korea Selatan.
Tetapi kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Universitas Wanita Ewha Seoul di ibu kota.
“Ketika saya bangun, saya sudah diselamatkan,” katanya kepada para dokter di rumah sakit, menurut direkturnya Ju Woong, yang berbicara dalam jumpa pers.
Ju tidak menanyakan rincian kecelakaan tersebut karena dia yakin itu tidak akan membantu pemulihan pasien.
“Dia sudah bisa berkomunikasi sepenuhnya,” kata Ju dikutip dari Yonhap News.
“Belum ada tanda-tanda kehilangan ingatan atau semacamnya,” dia menambahkan.
Korban selamat saat ini dirawat di unit perawatan intensif setelah didiagnosis menderita beberapa patah tulang.
Ju mengatakan dia berada dalam perawatan khusus karena kemungkinan efek sampingnya, termasuk kelumpuhan total.
Sementara itu, korban selamat lainnya juga seorang pramugari berusia 25 tahun bermarga Koo.
Dia kini dirawat di Asan Medical Center di Seoul timur.
Kondisinya dilaporkan stabil meski ia mengalami cedera pada pergelangan kaki dan kepala.
Staf medis menolak menjawab pertanyaan wartawan tentang kondisinya.
Dua dugaan penyebab pesawat jatuh, bukan karena burung
Dikutip dari The Korea Times, pesawat Jeju Air jenis Boeing 737-800 terbang dari Bangkok, Thailand pada Minggu pukul 01.30 dini hari waktu setempat.
Pesawat dijadwalkan mendarat di Bandara Internasional Muan di Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan, Minggu (29/12/2024) pukul 08.30 waktu setempat.
Namun sebelum kecelakaan terjadi, pesawat sempat berusaha untuk mendarat, tetapi tidak berhasil.
Pesawat kemudian berputar-putar di sekitar bandara dan mencoba mendarat kembali dengan badan pesawat keluar dari landasan pacu.
Berbagai penafsiran telah muncul terkait penyebab jatuhnya pesawat.
Meski penyelidikan awal menunjukkan kegagalan rangka pesawat menyusul “tabrakan burung” sebagai penyebab utama.
Penyebab pastinya masih belum diumumkan tetapi beberapa analis sudah mengajukan berbagai kemungkinan penyebab.
Termasuk gangguan teknis dengan menyatakan bahwa mesin dan rem di kedua sisi pesawat pasti gagal berfungsi sehingga terjadi kecelakaan seperti itu.
Namun tabrakan burung saja tidak mungkin menyebabkan kegagalan serentak di semua komponen penting.
Para ahli penerbangan sebagian besar sepakat bahwa roda pendaratan yang tidak dapat dioperasikan merupakan penyebab langsung kecelakaan.
“Jika Anda melihat videonya, roda pendaratan tidak memanjang, dan pesawat jatuh dengan kehilangan kecepatan yang sangat sedikit,” kata profesor Choi Kee-young dari Universitas Inha.
“Pesawat memiliki beberapa rem dan jika roda pendaratan tidak berfungsi, mesin penggerak terbalik mengangkat sayap, yang berfungsi sebagai rem udara. Namun, rem tersebut tampaknya tidak berfungsi dalam kasus ini.”
Para ahli mengidentifikasi tabrakan burung sebagai penyebab paling mungkin dari kegagalan fungsi roda pendaratan, karena kemungkinan telah memengaruhi mesin dan sistem hidrolik.
“Jika burung terbang ke mesin, itu dapat merusak mesin dan memengaruhi sistem hidrolik yang terhubung dengannya,” kata Kim Kyu-wang, direktur Pusat Pendidikan Penerbangan Universitas Hanseo.
“Sistem hidrolik menaikkan dan menurunkan roda pendaratan selama lepas landas dan mendarat, dan bagian itu mungkin telah rusak.”
Namun beberapa pihak berpendapat bahwa kegagalan satu mesin akibat tabrakan burung tidak mungkin mengakibatkan hasil yang mengerikan seperti itu.
Mereka mencatat bahwa meskipun satu mesin rusak akibat tabrakan burung, mesin kedua dapat menggerakkan roda pendaratan, yang menunjukkan kemungkinan adanya masalah sistemik tambahan.
“Saat mendarat dengan posisi perut, pesawat harus memperlambat lajunya dengan menciptakan lebih banyak hambatan pada sayap, tetapi hal ini tidak terlihat dalam video,” kata profesor Choi.
“Dugaan saya, kedua mesinnya rusak,” katanya.
“Jika kedua mesin rusak, seluruh pesawat akan jatuh dan perintah pilot tidak dapat disampaikan.”
Para ahli meminta dilakukannya penyelidikan menyeluruh untuk menentukan apakah kecelakaan itu disebabkan oleh serangan burung, cacat badan pesawat, atau buruknya perawatan.
“Kami perlu menganalisis penyebabnya tetapi sangat tidak biasa jika ketiga roda pendaratan gagal digunakan,” kata Kim In-gyu, direktur Pusat Pendidikan Penerbangan Universitas Dirgantara Korea.
“Sulit untuk menyimpulkan bahwa tabrakan dengan burung saja yang menjadi penyebabnya. Kita juga perlu memeriksa apakah pesawat itu memiliki cacat bawaan.”
Penjelasan Pejabat Korea
Pejabat Korea Selatan sedang menyelidiki kecelakaan Pesawat Jeju Air 7C2216, termasuk dampak dari potensi tabrakan burung dan cuaca. 179 dari 181 orang di dalamnya tewas.
Wakil Menteri Transportasi Joo Jong-wan mengatakan panjang landasan pacu 2.800 meter bukan merupakan faktor penyebabnya, dan dinding di ujung landasan dibangun sesuai standar industri.
Jeju Air menolak berkomentar tentang penyebabnya selama konferensi pers, dengan mengatakan bahwa penyelidikan sedang dilakukan.
-

Fakta Terbaru Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Muan Korsel
Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia —
Dunia penerbangan kembali berduka usai pesawat Jeju Air yang mengangkut total 181 orang jatuh saat mendarat di Bandara Muan, Korea Selatan, pada Minggu (29/12).
Berikut update terbaru seputar kecelakaan penerbangan komersial yang paling fatal selama 2024 ini:
Seluruh penumpang tewas, 2 awak kabin selamat
Seluruh penumpang dan awak kabin Jeju Air yang mengalami kecelakaan di Bandara Muan, Korea Selatan, dinyatakan meninggal dunia. Hanya ada dua orang yang berhasil selamat, keduanya merupakan pramugari.
Dilansir AFP, Minggu (29/12), Jeju Air yang berangkat dari Thailand ke Korea Selatan itu membawa total 181 orang. Terdiri dari 175 penumpang dan 6 awak kabin.
Kecelakaan pesawat Jeju Air dikonfirmasi setelah layanan darurat menerima panggilan di Bandara Internasional Muan yang berlokasi di Provinsi Jeolla Selatan. Ini terjadi sekitar pukul 09.00 waktu setempat.
Pesawat mengalami kecelakaan saat akan mendarat usai terbang dari Bangkok, Thailand.
Diduga gegara tabrak burung
Sejumlah pengamat dan laporan aviasi sejauh ini menduga Jeju Air jatuh karena tabrakan dengan kawanan burung (birdstrike) dan cuaca buruk.
pemadam kebakaran Korea Selatan menyatakan dua penyebab itu memantik kerusakan mesin. Namun, penjelasan rinci terkait penyebab akan diumumkan setelah investigasi gabungan selesai.
Aparat juga sudah berhasil menemukan dua kotak hitam (black box) pesawat dan kini tengah diperiksa.
“[Penyebab] diduga adalah tabrakan burung yang dikombinasikan dengan kondisi cuaca buruk,” ujar Kepala Stasiun Pemadam Kebakaran Muan Lee Jeong-hyun.
Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Korea juga merilis pernyataan terkait kronologi di landasan pacu. Menara pengawas disebut sempat memberi peringatan tabrakan burung kepada pilot.
Peringatan itu membuat pesawat tersebut sempat mencoba mendarat lagi di landasan. Namun, upaya itu tidak berhasil, pesawat justru mendarat tanpa roda pendaratan.
Pesawat kemudian hilang kendali dan keluar dari landasan pendaratan, lalu menabrak pagar, dan hancur hingga memicu kepulan api.
Kecelakaan pesawat terburuk kala Korsel ‘tak punya’ presiden
Insiden Jeju Air ini menjadi kecelakaan pesawat terburuk dalam sejarah aviasi Korsel sejauh ini.
Ini juga menjadi insiden fatal pertama yang melibatkan maskapai bertarif rendah (low-cost carrier) Jeju Air.
Korea Selatan menjadi salah satu negara dengan riwayat keamanan penerbangan komersial solid dan bagus.
Karena itu, warga Negeri Ginseng sangat dikejutkan dengan insiden Jeju Air hingga pemerintahan Korsel yang kini tengah dilanda krisis kepemimpinan telah mendeklarasikan hari berkabung selama tujuh hari ke depan.
Saat ini, Korsel dipimpin oleh presiden sementara, Choi Sang Mok, yang merupakan wakil perdana Menteri lantaran Presiden Yoon Suk Yeol dan PM Han Duck Soo telah dimakzulkan hanya dalam sebulan kurang imbas drama darurat militer sepihak awal Desember lalu.
(rds)
[Gambas:Video CNN]
-

179 Penumpang Tewas, Kecelakaan Jeju Air Tercatat Paling Mengerikan di Korea Selatan
JAKARTA – Salah satu pejabat badan pemadam kebakaran Korea Selatan (Korsel) menyampaikan bila meledaknya pesawat Jeju Air pada Minggu pagi, 29 Desember 2024 mengakibatkan 179 orang meninggal dunia. Saat peristiwa itu terjadi, Jeju Air sedang mengangkut 181 orang.
Peristiwa itu adalah kecelakaan penerbangan paling mematikan yang pernah terjadi di Korsel dan merupakan kecelakaan ketiga dengan jumlah korban tewas terbanyak yang melibatkan maskapai Korsel.
Pukul 9 malam waktu setempat, pihak berwenang mengonfirmasi 179 kematian akibat kecelakaan tersebut dan mengatakan dua awak pesawat berhasil diselamatkan.
Kedua orang tersebut dibawa ke rumah sakit yang berbeda di Seoul, setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit dekat bandara.
“Setelah pesawat menabrak dinding, penumpang terlempar keluar dari pesawat. Peluang untuk selamat sangat rendah,” kata pejabat pemadam kebakaran, mengutip ANTARA, Minggu, 29 Desember.
“Pesawat hampir sepenuhnya hancur dan sulit untuk mengidentifikasi korban yang tewas,” kata pejabat tersebut.
Sebanyak 181 orang berada di dalam pesawat Boeing 737-800 yang lepas landas dari Bangkok, Thailand pada pukul 01.30 pagi. Pesawat tersebut dijadwalkan tiba di Muan sekitar pukul 08.30 pagi. Para penumpang semuanya warga Korea, kecuali dua warga negara Thailand.
Dari mereka yang berada di dalam pesawat, 82 orang adalah pria dan 93 orang adalah wanita dengan rentang usia mulai dari tiga tahun hingga 78 tahun. Banyak dari mereka yang berusia 40-an, 50-an, dan 60-an.
Sebuah ruang mayat sementara telah didirikan di dalam Bandara Muan untuk meletakkan jenazah korban.
Pihak berwenang percaya bahwa kegagalan roda pendaratan, kemungkinan besar disebabkan oleh tabrakan dengan burung yang mungkin menjadi penyebab kecelakaan tersebut. Mereka telah memulai penyelidikan di lokasi untuk menentukan penyebab pasti.
Mereka telah mengambil alat perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit dari reruntuhan, meskipun mungkin memakan waktu berbulan-bulan untuk mengetahui penyebab pasti kecelakaan tersebut.
Kementerian Pertahanan mengatakan dalam pengarahan bahwa menara pengawas bandara telah memperingatkan mengenai tabrakan dengan burung pada pukul 08.54 pagi. Pilot mengumumkan mayday atau keadaan darurat pada pukul 08.59 pagi dan mendaratkan pesawat pada pukul 09.03 pagi tanpa roda pendaratan yang dikeluarkan.
-

5 Fakta Kecelakaan Jeju Air di Korsel, Ada Ratusan Korban Jiwa
Jakarta –
Pesawat Jeju Air mengalami kecelakaan di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan (Korsel). Sebanyak 179 orang meninggal akibat kecelakaan ini.
Insiden kecelakaan pesawat Boeing 737-800 Jeju Air terjadi pada Minggu (29/12/2024) pagi waktu setempat. Penyebab kecelakaan diduga karena ada kontak dengan burung.
Kecelakaan tersebut mengakibatkan badan pesawat mengalami kerusakan secara signifikan, yang mengakibatkan kebakaran. Petugas pemadam kebakaran (damkar) berhasil memadamkan api serta melakukan evakuasi.
Pihak berwenang memadamkan api dalam 43 menit. Sekitar 80 petugas damkar dikirim ke lokasi kecelakaan.
Berikut ini sederet fakta yang diketahui sejauh ini terkait kejadian tersebut:
Mendarat Tanpa Roda-Meledak
Dilansir kantor berita Yonhap dan AFP, kecelakaan terjadi pada pukul 9.07 pagi. Pesawat Jeju Air keluar landasan pacu saat mendarat tanpa roda, kemudian menabrak dengan dinding pagar di Bandara Muan hingga akhirnya meledak.
“Kecelakaan itu diyakini disebabkan oleh ‘kontak dengan burung, yang mengakibatkan roda pendaratan tidak berfungsi dengan baik’ saat pesawat berusaha mendarat di bandara di barat daya negara itu,” bunyi laporan tersebut.
Ada Peringatan Bird Strike
Menurut jumpa pers Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi yang mengawasi keselamatan penerbangan, menara pengawas Bandara Muan mengeluarkan peringatan bird strike atau gangguan serangan burung pada pukul 08.57 pagi waktu setempat.
“Saat mencoba mendarat di landasan pacu No 1, menara kontrol mengeluarkan peringatan serangan burung dan pilot mengumumkan mayday tak lama setelahnya,” kata kementerian tersebut.
Para pejabat mengatakan menara kontrol memberikan izin untuk mendarat di arah yang berlawanan di landasan pacu, setelah itu pilot mencoba mendarat hingga melewati landasan pacu dan menabrak dinding.
Tak Ada Penumpang WNI
Total ada 181 orang di dalam pesawat Jeju air yang kembali dari Bangkok. Di antara jumlah tersebut, ada 6 awak pesawat dan 175 orang penumpang yang sebagian besar penumpangnya adalah warga negara (WN) Korsel dan dua WN Thailand.
Kementerian Luar Negeri RI memastikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi penumpang dalam pesawat Jeju Air.
“Saat ini KBRI Seoul sedang berkoordinasi dengan otoritas setempat. Berdasarkan informasi informal yang didapat, tidak terdapat penumpang WNI dalam pesawat tersebut,” kata Direktur Pelindungan WNI Kemenlu RI Judha Nugraha kepada wartawan, Minggu (29/12/2024).
179 Orang Meninggal
Petugas tanggap darurat Korea Selatan (Korsel) melaporkan jumlah korban tewas kecelakaan pesawat Jeju Air. Sebanyak 179 orang dilaporkan tewas dalam peristiwa tersebut.
Dilansir kantor berita AFP, Minggu (29/12/2024), dua orang berhasil diselamatkan dalam kecelakaan pesawat Jeju Air hari Minggu di Korea Selatan, kata badan pemadam kebakaran negara itu saat mengumumkan jumlah korban akhir dari bencana tersebut.
“Dari 179 korban tewas, 65 orang telah diidentifikasi,” kata badan pemadam kebakaran tentang kecelakaan di Bandara Internasional Muan, yang dua anggota krunya selamat.
Kotak Hitam Pesawat Ditemukan
Kedua kotak hitam atau black boxes milik Jeju Air 2216 yang kecelakaan ditemukan. Kotak hitam itu adalah perekam data penerbangan dan suara kokpit.
Dilansir dari AFP pejabat kementerian transportasi Korea Selatan (Korsel) mengatakan kotak hitam dalam Boeing 737-800 itu telah ditemukan. Peristiwa kecelakaan itu, menewaskan 179 orang, dan dua orang selamat.
“Mengenai kotak hitam, baik perekam suara kokpit maupun perekam data penerbangan kini telah ditemukan,” kata wakil menteri transportasi Joo Jong-wan dalam sebuah pengarahan.
Presiden sementara Korea Selatan (Korsel) Choi Sang Mok kemudian mengumumkan masa berkabung nasional usai insiden kecelakaan maut ini. Masa berkabung nasional itu dilakukan selama tujuh hari.
Choi menyampaikan belasungkawa dan simpati yang sedalam-dalamnya kepada keluarga yang ditinggalkan. Masa berkabung terhitung mulai hari ini.
“Kami menyampaikan belasungkawa dan simpati yang sedalam-dalamnya kepada keluarga yang ditinggalkan dari mereka yang kehilangan nyawa dalam tragedi yang tak terduga ini,” kata Choi.
Choi juga telah menetapkan Muan sebagai zona bencana khusus. Dia berjanji akan memberikan bantuan untuk keluarga yang ditinggalkan dan memberikan perawatan bagi korban selamat.
(wia/idn)
-

Joe Biden Sampaikan Bela Sungkawa Terkait Kecelakaan Jeju Air di Korsel – Halaman all
TRIBUNNWS.COM – Kecelakaan pesawat Jeju Air di bandar udara internasional Muan, Korea Selatan (Korsel) pada Minggu (29/12/2024) turut membuat Presiden Amerika Serikat, Joe Biden berduka cita.
Biden mengatakan pada Minggu, ia dan ibu negara Jill Biden “sangat berduka” mengetahui banyaknya korban jiwa dalam kecelakaan pesawat paling mematikan di Korsel tersebut.
Hal ini terjadi setelah 179 dari 181 orang yang menumpangi maskapai dengan rute perjalanan Thailand-Korsel tersebut tewas setelah mendarat darurat dan meledak di bandara yang berlokasi di wilayah barat daya Korea Selatan, Muan, pada Minggu pagi waktu Korea,
“Jill dan saya sangat berduka mengetahui kehilangan nyawa yang terjadi akibat kecelakaan Jeju Airlines di Muan, Republik Korea,” kata presiden dalam pernyataan tersebut.
“Sebagai sekutu dekat, rakyat Amerika memiliki ikatan persahabatan yang kuat dengan rakyat Korea Selatan, dan pikiran serta doa kami bersama mereka yang terdampak oleh tragedi ini.” sambungnya.
Sosok yang akan digantikan Donald Trump pada Januari tahun depan inipun berjanji akan memberikan bantuan yang diperlukan bagi semua keluarga korban maupun pemerintah Korsel.
“Amerika Serikat siap memberikan semua bantuan yang diperlukan,” pungkasnya.
Niat baik Joe Biden tersebut juga diamini oleh Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB).
NTSB menulis dalam sebuah pernyataan di X bahwa mereka akan memimpin tim penyelidik AS untuk membantu penyelidikan terhadap kecelakaan tersebut di Korsel.
Jeju Air sendiri juga telah berjanji untuk memberikan dukungan penuh kepada keluarga yang selamat, dengan menyebutkan adanya rencana asuransi senilai 1 miliar dolar.
Detik-detik Jeju Air Jatuh
Seorang saksi mata yang menyaksikan kecelakaan pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan mengatakan bahwa ia sempat melihat api yang keluar dari mesin jet pesawat tersebut.
Yoo Jae-yong, yang sedang menginap di penginapan dekat Bandara Muan, mengatakan ia juga mendengar beberapa suara ledakan sebelum pesawat itu menabrak tembok pagar.
“Saya sedang memberi tahu keluarga saya bahwa ada masalah dengan pesawat itu ketika saya mendengar ledakan keras,” kata Yoo, dikutip dari Yonhap.
Saksi lainnya, yang hanya disebutkan dengan nama belakang Cho, mengatakan bahwa ia sedang berjalan-jalan sejauh 4,5 kilometer dari bandara ketika kecelakaan itu terjadi.
“Saya melihat pesawat itu turun dan mengira akan mendarat ketika saya melihat kilatan cahaya,” kata Cho.
“Lalu terdengar ledakan keras diikuti asap di udara, lalu saya mendengar serangkaian ledakan,” lanjutnya.
Saksi lain, Kim Yong-cheol, menyatakan bahwa pesawat gagal mendarat pada percobaan pertama dan sempat berputar balik untuk mencoba mendarat lagi sebelum akhirnya jatuh.
Kim mengingat bahwa ia mendengar suara “gesekan logam” dua kali sekitar lima menit sebelum kecelakaan terjadi.
Maskapai Korea Selatan Jeju Air (NET)
Kim mengatakan bahwa ia melihat pesawat itu terbang kembali setelah gagal mendarat, sebelum mendengar “ledakan keras” dan melihat “asap hitam mengepul ke langit.”
Pihak berwenang meyakini bahwa kegagalan roda pendaratan, yang kemungkinan disebabkan oleh tabrakan dengan burung, dapat menjadi penyebab kecelakaan tersebut.
Polisi dan petugas pemadam kebakaran telah memulai penyelidikan di lokasi untuk menentukan penyebab pasti kecelakaan ini.
(Tribunnews.com/Bobby W)
