Negara: Korea Selatan

  • Pemerintah Korea Terbitkan Larangan Bepergian untuk CEO Jeju Air – Halaman all

    Pemerintah Korea Terbitkan Larangan Bepergian untuk CEO Jeju Air – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah Korea Selatan (Korsel) melalui Kepolisian Provinsi Jeolla Selatan, yang sedang menyelidiki bencana Jeju Air, resmi menerbitkan larangan bepergian bagi CEO Jeju Air, Kim E-bae pada Kamis (2/1/2025).

    Larangan ini diterbitkan sebagai tindak lanjut investigasi terkait jatuhnya pesawat Jeju Air  7C2216 yang membawa 181 orang dari Thailand ke Korea Selatan pada hari Minggu (29/12/2024).

    Pemerintah Korsel memutuskan untuk mengambil tindakan ini karena Kim E-bae dinilai sebagai saksi kunci dalam penyelidikan tragedi tersebut.

    Keputusan ini juga diambil Kepolisian Provinsi Jeolla Selatan guna menginvestigasi dugaan terkait kelalaian pekerjaan yang mengakibatkan kematian dari pihak Jeju Air.

    Pada hari yang sama, pihak polisian juga melakukan penggeledahan dan penyitaan di menara kontrol dan kantor operasional Bandara  Internasional Muan.

    Polisi berencana mengidentifikasi pihak-pihak yang bertanggung jawab atas bencana Jeju Air berdasarkan analisis barang-barang yang disita.

    Adapun penggeledahan di Bandara Internasional Muan yang dimulai dari Kamis pagi  ini dilakukan bersama dengan Kepolisian Provinsi Jeonnam.

    Penyelidik juga dikirim ke kantor cabang Muan Administrasi Penerbangan Regional Busan dan kantor pusat Jeju Air di Seoul untuk mengamankan materi terkait.

    Dikutip dari Yonhap, sampai saat ini pihak berwenang belum menetapkan satu orang pun sebagai tersangka berdasarkan investigasi awal.

    Pihak kepolisian juga sedang meninjau materi terkait komunikasi antara menara kontrol dan pilot selama 10 menit sebelum kecelakaan.

    Selain itu, kepolisian juga akan menginvestigasi pembangunan struktur tembok localizer yang dipasang di akhir landasan pacu.

    Tembok tersebut dinilai menjadi penyebab utama kecelakaan pesawat tersebut berujung dengan kematian hampir semua penumpangnya.

    Mereka juga telah mengamankan rekaman CCTV dari sekitar landasan pacu yang memungkinkan untuk menentukan jalur pergerakan pesawat dan situasi sesaat sebelum kecelakaan terjadi.

    Investigasi Libatkan Tenaga Ahli dari AS

    Tak hanya diinvestigasi oleh pemerintah Korsel, Amerika Serikat (AS) juga akan turut membantu menganalisa tragedi jatuhnya pesawat maskapai Jeju Air tersebut.

    Hal ini diutarakan oleh  Joo Jong-wan, Direktur Divisi Kebijakan Penerbangan dari  Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korsel pada Rabu (1/1/2025).

    Dikutip dari Yonhap, Jog-Wan menyatakan tenaga ahli dari AS akan membantu analisa data rekaman kotak hitam jatuhnya penerbangan pesawat Jeju Air yang sukar dianalisa.

    Jadwal pasti pengiriman perekam data penerbangan tersebut akan ditentukan melalui konsultasi dengan Badan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat (NTSB)

    Seperti yang diketahui sebelumnya, alat kotak hitam perekam data penerbangan pesawat Jeju Air B737-800 di Bandara Internasional Muan sudah ditemukan oleh tim evakuasi.

    Namun demikian, kotak hitam yang ditemukan dari puing-puing pesawat tersebut dilaporkan mengalami kerusakan eksternal dengan hilangnya konektor yang menghubungkan unit penyimpanan data dengan sumber daya listrik.

    Karena fasilitas teknologi yang belum memadai untuk menganalisa data hasil ekstraksi dari perangkat yang mengalami kerusakan komponen tersebut, Korsel pun memutuskan untuk mengirimkan temuannya ke AS. 

    “Kami telah memutuskan bahwa pengambilan data dari perekam data penerbangan yang rusak di sini tidak memungkinkan,” ujar

    “Oleh karena itu, kami telah bersepakat dengan NTSB untuk mengirimkannya ke AS dan menganalisisnya di sana.” sambung Jong-wan.

    NTSB tak akan bekerja sendirian dalam menganalisa data jatuhnya pesawat maskapai Jeju Air.

    Pihak Kementerian mengaku mereka akan mengirimkan sejumlah ahli dari Korsel untuk turut berpartisipasi dalam proses analisis di AS, tambahnya.

    Meski ada kendala dalam alat yang merekam data penerbangan, pihak berwenang Korsel sebelumnya telah berhasil mengambil data dari perekam suara kokpit, yang ditemukan dalam kondisi relatif lebih baik, dan mulai mengonversinya menjadi file suara, ujar Jong-wan.

    (Tribunnews.com/Bobby)

  • Ultah Usia 80 Tahun, Kakek Merana Ditinggal 9 Keluarga Jadi Korban Jeju Air: Terpisah Selamanya

    Ultah Usia 80 Tahun, Kakek Merana Ditinggal 9 Keluarga Jadi Korban Jeju Air: Terpisah Selamanya

    TRIBUNJATIM.COM – Sungguh miris nasib seorang kakek berusia 80 tahun yang keluarganya tewas dalam peristiwa kecelakaan pesawat Jeju Air.

    Seorang pria berusia 80 tahun berduka di hari ulang tahunnya karena kehilangan keluarga.

    Sebelumnya, ia hendak merayakan ulang tahunnya bersama keluarga.

    Namun takdir berkata lain, keluarganya yang terdiri dari 9 orang jadi korban tewas dalam kecelakaan pesawat Jeju Air.

    Sebelumnya 9 keluarganya tersebut menaiki pesawat hendak pergi menemui lansia tersebut.

    Dikutuip TribunJatim.com via TribunnewsMaker.com dari Sanook.com, Kamis (2/1/2025), mereka yang seharusnya akan mengadakan pesta ulang tahun justru berakhir tragis. 

    Semuanya tewas dalam kecelakaan Jeju Air.

    Sebelumnya diberitakan, penerbangan Jeju Air yang berangkat dari Bangkok menuju ke Bandara Muan di Korea Selatan terdapat insiden dimana sistem pendaratan tidak dapat berfungsi dengan baik pada 29 Desember 2024.

    Pesawat terpaksa melakukan pendaratan darurat namun terbakar. 

    Dari 181 penumpang dan awak, hanya dua yang selamat.

    Dua orang yang selamat dalam insiden maut tersebut merupakan awak kabin.

    Seorang pria berusia 80 tahun dari Distrik Yeongkwang Provinsi Jeollanam-do sedih mengetahui bahwa 9 kerabatnya ada dalam penerbangan tersebut. 

    Ia mengungkapkan, awalnya ia berniat merayakan ulang tahunnya. 

    Tapi sekarang ia harus berpisah selamanya.

    Pesawat Jeju Air alami kecelakaan jatuh di Bandara Internasional Musan di Kota Musan, Korea Selatan, pada Minggu (29/12/2024) pukul 09.07 waktu setempat. (X/NazNazirul)

    Jeju Air penerbangan 7C2216 membawa 175 penumpang dan enam awak, termasuk dua penumpang Thailand dan sisanya warga Korea. 

    Banyak dari mereka yang bepergian bersama keluarga mereka. 

    Seorang pria berusia 80 tahun bergegas ke bandara setelah mendengar berita tersebut.

    Ia mengatakan bahwa kesembilan kerabatnya telah terbang dari Bangkok untuk merayakan ulang tahunnya yang ke 80, namun kini mereka tidak lagi mempunyai kesempatan itu.

    Kerabat lainnya, yakni berusia 64 tahun, juga merasa sedih dan mengatakan putra, istri, dan cucunya pergi berlibur satu keluarga beranggotakan tiga orang, namun mereka terpisah selamanya. 

    Lebih lanjut, ia menceritakan bahwa menantu perempuannya adalah pramugari Jeju Air.

    Ini ucapan pertama dari pramugari Jeju Air yang selamat dari kecelakaan, kaget tiba-tiba sudah di rumah sakit.

    Seperti yang diketahui, terjadi kecelakaan pesawat Jeju Air 7C2216 terjadi saat mendarat di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan, Minggu (29/12/2024) pukul 09.03.

    Pesawat Jeju Air tersebut terbakar usai tergelincir dari landasan pacu dan menghantam pagar beton.

    Pendaratan tidak sempurna karena roda pendaratan depannya tampaknya tidak dapat digunakan.

    Namun, penyebab pasti kecelakaan pesawat Jeju Air masih diselidiki dan akan memakan waktu.

    Kementerian Perhubungan Korea Selatan mengatakan, pesawat itu adalah jet Boeing 737-800 berusia 15 tahun yang sedang dalam perjalanan kembali dari Bangkok, Thailand.

    Semua penumpang, kecuali dua dari 181 orang di dalam pesawat tewas, kata badan pemadam kebakaran Korea Selatan.

    Dilansir euronews, empat dari korban tewas adalah awak pesawat, sisanya penumpang.

    Petugas darurat menyelamatkan dua orang, keduanya anggota kru, ke tempat yang aman.

    Petugas kesehatan mengatakan mereka dalam keadaan sadar dan tidak dalam kondisi yang mengancam jiwa.

    Satu dari dua orang yang selamat, Lee (33), mengatakan kepada dokter bahwa dia “sudah diselamatkan” ketika dia terbangun di rumah sakit, demikian laporan Kantor Berita Yonhap.

    Lee bekerja sebagai pramugari di pesawat Jeju Air yang jatuh pada Minggu pagi.

    Layanan darurat awalnya membawa Lee ke rumah sakit di kota terdekat Mokpo, selatan Seoul.

    Namun, Lee kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Universitas Wanita Ewha Seoul di ibu kota.

    “Ketika saya bangun, saya sudah diselamatkan,” katanya kepada dokter di rumah sakit, menurut direkturnya Ju Woong, Minggu, seperti diberitakan The Guardian.

    Lee saat ini sedang dalam perawatan intensif setelah dokter mendiagnosisnya dengan beberapa patah tulang dan risiko kelumpuhan.

    “Dia sudah bisa berkomunikasi sepenuhnya,” kata Ju.

    “Belum ada tanda-tanda kehilangan ingatan atau semacamnya,” jelasnya.

    Para pejabat mengatakan, pilot mengirimkan sinyal marabahaya sesaat sebelum pesawat melewati ujung landasan pacu.

    Rekaman yang ditayangkan oleh saluran televisi Korea Selatan menunjukkan pesawat tergelincir — dan tampaknya tanpa roda pendaratan yang terpasang.

    Pesawat itu melewati landasan pacu dan menabrak pembatas, memicu ledakan api.

    Rekaman menunjukkan gumpalan asap tebal mengepul dari pesawat, yang dilalap api.

    Diberitakan AP News, Jet Boeing 737-800 berusia 15 tahun itu tiba dari Bangkok ketika kecelakaan terjadi pada pukul 09.03 pagi hari Minggu di Kota Muan.

    Pekerja telah mengambil data penerbangan dan perekam suara kokpit dari kotak hitam pesawat, yang akan diperiksa oleh ahli pemerintah yang menyelidiki penyebab kecelakaan dan kebakaran, kata pejabat senior Kementerian Perhubungan Joo Jong-wan.

    Pesawat yang dioperasikan oleh Jeju Air tersebut membawa 181 penumpang dan awak.

    Dari jumlah tersebut, total 179 orang tewas dalam kecelakaan dan kebakaran yang terjadi; hanya dua awak yang selamat.

    Kim E-bae, presiden Jeju Air, membungkuk dalam-dalam bersama pejabat senior perusahaan lainnya saat ia meminta maaf kepada keluarga yang ditinggalkan.

    Ia mengatakan merasa “bertanggung jawab penuh” atas insiden tersebut.

    Boeing juga menyampaikan belasungkawa dan mengatakan dalam sebuah pernyataan di X bahwa pihaknya siap mendukung perusahaan dalam menangani kecelakaan tersebut.

    Pemerintah Korea Selatan kemudian menyatakan Muan sebagai zona bencana khusus.

    Butuh waktu berbulan-bulan untuk menentukan penyebabnya.

    Namun, ada beberapa kemungkinan petunjuk.

    Lee Jeong-hyeon, kepala stasiun pemadam kebakaran Muan, mengatakan para pekerja tengah menyelidiki berbagai kemungkinan penyebab kecelakaan, termasuk apakah pesawat itu ditabrak burung.

    Pejabat Kementerian Perhubungan mengatakan menara pengawas bandara mengeluarkan peringatan tabrakan burung kepada pesawat sesaat sebelum pesawat itu hendak mendarat dan memberikan izin kepada pilotnya untuk mendarat di area yang berbeda.

    Berita viral lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • 7 Pemain Timnas Indonesia Terancam Tak Bisa Main Lawan Bahrain, Harus Waspada saat Hadapi Australia

    7 Pemain Timnas Indonesia Terancam Tak Bisa Main Lawan Bahrain, Harus Waspada saat Hadapi Australia

    TRIBUNJATIM.COM – 7 pemain Timnas Indonesia terancam tak bisa main lawan Bahrain.

    Tentu, skuad Garuda harus waspada ketika melawan Timnas Australia.

    Diketahui, skuad asuhan Shin Tae-yong ini bakal jalani dua pertandingan lanjutan Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia pada Maret 2025.

    Timnas Indonesia akan melawan Australia dan dilanjutkan menghadapi Bahrain.

    Timnas Indonesia akan menantang Australia pada laga ketujuh Grup C Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia di Stadion Sepak Bola Sydney, Sydney, 20 Maret 2025.

    Setelah itu, timnas Indonesia akan menjamu Bahrain pada laga kedelapan Grup C Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta Pusat, 25 Maret 2025.

    Dalam laga melawan Australia, ada satu pemain yang dipastikan absen membela timnas Indonesia.

    Pemain tersebut adalah Ragnar Oratmangoen.

    Ragnar Oratmangoen harus absen karena menjalani hukuman akumulasi kartu kuning.

    Pemain berposisi striker itu mendapatkan kartu kuning saat melawan Bahrain dan Arab Saudi.

    Pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong, harus segera bergerak mencari pemain pengganti Ragnar Oratmangoen.

    Kemungkinan besar pemain itu adalah Ole Romeny yang proses naturalisasinya tengah berjalan.

    Yang menjadi kekhawatiran adalah saat laga melawan Bahrain nanti.

    Sebab, ada beberapa pemain timnas Indonesia yang berpotensi absen melawan Bahrain.

    Beberapa pemain timnas Indonesia ini sudah mengoleksi satu kartu kuning.

    Mereka adalah Maarten Paes, Jay Idzes, Justin Hubner, Ivar Jenner, Calvin Verdonk, Nathan Tjoe-A-On, dan Marselino Ferdinan. 

    Ketujuh pemain itu harus bermain hati-hati saat melawan Australia nanti.

    Sebab, jika mendapatkan kartu kuning dalam laga melawan Australia, maka pemain itu akan absen saat bersua Bahrain.

    Tentu saja ini akan menjadi sebuah kekhawatiran bagi Shin Tae-yong.

    Juru taktik asal Korea Selatan itu harus menurunkan skuad terbaik demi mencuri poin di kandang Australia.

    Perlu diketahui, Maarten Paes sudah mengoleksi kartu kuning saat laga tandang melawan Arab Saudi, dimana timnas Indonesia bermain imbang 1-1.

    Hal itu juga didapatkan oleh Calvin Verdonk.

    Untuk Jay Idzes sudah mengoleksi kartu kuning saat timnas Indonesia kalah 0-2 dari China.

    Marselino Ferdinan mendapatkan kartu kuning saat timnas Indonesia bermain imbang 2-2 lawan Bahrain.

    Terakhir, Justin Hubner, Ivar Jenner, dan Nathan Tjoe-A-On, mendapatkan kartu kuning saat timnas Indonesia menang 2-0 atas Arab Saudi.

    Sementara itu peluang timnas Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia 2026 masih terbuka.

    Tim Merah Putih kini duduk di posisi ketiga dengan mengemas enam poin dari enam laga yang sudah dijalani.

    Timnas Indonesia menyisahkan empat laga ke depan melawan Australia, Bahrain, China, dan Jepang.

  • Berkaca Kecelakaan Jeju Air, Erick Minta Pesawat Garuda Cs Dievaluasi

    Berkaca Kecelakaan Jeju Air, Erick Minta Pesawat Garuda Cs Dievaluasi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta pesawat milik Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air dievaluasi imbas kecelakaan pesawat yang terjadi di sejumlah negara beberapa waktu terakhir.

    Salah satunya kecelakaan Pesawat Jeju Air jenis Boeing 737-800 di Korea Selatan (Korsel).

    Hal itu disampaikan Erick usai mengumpulkan bos Garuda Indonesia, Citilink, Pelita Air, AirNav, dan Angkasa Pura di kantor Kementerian BUMN, Kamis (2/1).

    “Kita review memastikan bagaimana kondisi pesawat-pesawat terbang yang dimiliki maskapai ini supaya benar-benar kita jaga,” kata Erick.

    Tak hanya memberikan arahan kepada maskapai, Erick juga meminta agar Angkasa Pura memastikan kondisi bandara aman.

    Kemudian untuk AirNav, ia minta untuk mengantisipasi kondisi-kondisi tak wajar dalam lalu lintas penerbangan. Pasalnya beberapa kecelakaan pesawat terjadi karena faktor di luar pesawat seperti tabrakan burung ke pesawat atau bird strike.

    “Kita sampaikan ke AirNav untuk early warning kalau memang ada hal-hal yang kita bisa antisipasi,” sambungnya.

    Sebelumnnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pihaknya telah melakukan langkah antisipasi imbas kecelakaan sejumlah pesawat.

    Salah satunya dengan pengecekan di Garuda Maintenance Facility (GMF) yakni anak usaha Garuda Indonesia yang bergerak di bidang pemeliharaan, perbaikan, dan pemeriksaan pesawat terbang.

    Jika ditemukan kondisi tak wajar pada pesawat Garuda, Citilink, maupun Pelita Air, sambungnya, maka akan langsung dilakukan perbaikan.

    “Di GMF hal-hal yang ireguler itu dianalisis dan langsung ada proses perbaikan. Safety menjadi nomor satu, kita pastikan pesawat Garuda, Citilink, Pelita layak terbang. GMF terus menjaga kelayakan dan safety pesawat-pesawat kita,” katanya.

    (fby/agt)

  • Marak Kecelakaan Pesawat, Erick Thohir Panggil Garuda hingga AirNav

    Marak Kecelakaan Pesawat, Erick Thohir Panggil Garuda hingga AirNav

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri BUMN Erick Thohir memanggil BUMN penerbangan yaitu PT Pelita Air Service, PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA), PT Cilitink Indonesia, PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports), dan AirNav terkait dengan banyaknya kecelakaan pesawat. 

    Erick menyoroti serangkaian kecelakaan pesawat terjadi dalam 10 hari terakhir yang menelan banyak korban jiwa seperti insiden di Korea Selatan, Kanada, hingga Norwegia. Erick mengeklaim pihaknya akan melakukan peninjauan ulang terkait kondisi pesawat terbang yang dimiliki tiap maskapai. 

    “Tadi kita reviu memastikan bagaimana kondisi pesawat-pesawat terbang yang dimiliki masing-masing maskapai ini supaya benar-benar kita jaga dan juga tingkat kelelahan kru juga direviu,” kata Erick di Kementerian BUMN, Kamis (2/1/2025). 

    Selain meninjau kembali kondisi pesawat, Erick Thohir juga meminta Injourney Airports untuk memastikan keamanan di 37 bandara yang dikelolanya. Erick juga mengatakan, sedang dilakukan peninjauan kembali untuk beberapa bandara Injourney. 

    Selain itu, Erick juga mengimbau AirNav untuk melakukan peringatan dini untuk beberapa kendala di luar teknis seperti adanya kawanan burung maupun cuaca dan udara. 

    “Ada beberapa mungkin antisipasi karena beberapa kecelakan itu juga karena extraordinary, udara dan burung masuk ke mesin,” jelasnya. 

    Sebelumnya, sejumlah insiden kecelakaan pesawat terjadi secara beruntun pada Desember 2024. Kecelakaan pesawat di sejumlah negara tersebut diduga disebabkan oleh cuaca buruk hingga kesalahan teknis.

    Azerbaijan Airlines dikabarkan jatuh di Kazakhstan pada Natal 2025. Sebanyak 38 penumpang pesawat tewas akibat kecelakaan yang diduga disebabkan oleh cuaca buruk. 

    Selanjutnya, KLM Royal Dutch Airline Boeing 737-800 dan Air Canada. Keduanya mengalami kecelakaan, beruntung tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini. 

    Terakhir adalah Jeju Air dengan pesawat Boeingnya. Kecelakaan ini menewaskan 179 orang dari total 181 penumpang termasuk kru pesawat.

  • Media Asal Italia Sebut Shin Tae-yong Akan Diganti Oleh Sosok Pelatih Asal Eropa? Siapa Dia?

    Media Asal Italia Sebut Shin Tae-yong Akan Diganti Oleh Sosok Pelatih Asal Eropa? Siapa Dia?

    TRIBUNJATENG.COM – Beberapa media asing menyebut bahwa PSSI dan Erick Thohir kini mulai menjajaki kemungkinan mencari pelatih asal Eropa sebagai penerus Shin Tae-yong di kursi kepelatihan Timnas Indonesia.

    Posisi Shin Tae-yong menjadi sorotan federasi dalam beberapa bulan terakhir.

    Menurut informasi yang didapatkan Kompas.com, hal ini semata bukan karena hasil di Piala AFF 2024 tetapi juga karena dinamika yang terjadi di dalam timnas senior, terutama pada ronde laga Oktober kontra Bahrain dan China.

    Antara lain, ada halangan bahasa yang berasal dari ketidak mampuan Shin berkomunikasi tanpa penerjemah hingga isu di mana beberapa pemain utama “menerima hukuman” setelah berdiskusi dengan sang pelatih usai laga kontra Bahrain.

    Kini, beberapa media berbahasa asing pun melaporkan hal sama.

    Tuttosport asal Italia melaporkan bahwa Erick kini fokus membawa Garuda lolos ke Piala Dunia 2026 dengan kampanye rekrutmen masif terhadap pemain-pemain diaspora Indonesia di Eropa.

    “Namun, pada titik ini ia perlu lompatan kualitas lebih besar dan perubahan di bangku cadangan tengah dipertimbangkan,” tulis media tersebut pada Senin (30/12/2024).

    “Pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong, yang metodenya terlalu fokus ke fisik dan kebugaran dianggap tak lagi memuaskan.”

    “Oleh karena itu, pelatih berikut bisa menjadi orang Eropa dan sosok tesebut harus siap untuk ronde laga Maret melawan Australia dan Bahrain.”

    Hal serupa juga dilaporkan oleh wartawan Eureporter, Collin Stevens, yang mengatakan bahwa para pemain Eropa tak bahagia dengan standar pelatihan di timnas.

    “Rumor yang beredar dari kubu timnas Indonesia adalah para pemain naturalisasi, banyak di antaranya memiliki keturunan Indonesia-Belanda, tidak senang dengan standar pelatihan,” tulisnya.

    “Tampaknya ada kesenjangan menganga antara taktik yang dimiliki oleh para manajer di Eropa dan apa yang mereka temui di Jakarta.”

    “Di luar taktik, tingkat kepedulian terhadap sesama juga dituntut oleh kelompok ini. Pemain seperti Idzes dan Tjoe-A-On merupakan pemain berbahasa Belanda yang bermain di Italia dan Inggris.

    Indonesia berada ribuan mil jauhnya dan budayanya masih asing.”

    “Memasukkan pemain dengan kualitas seperti itu ke dalam tim nasional – membuat mereka merasa diterima dan dihargai – adalah hal mutlak.”

    “Shin Tae-yong terlihat gagal dalam tugas tersebut dan hal ini harus diubah.”

    Perlu dicatat bahwa pelatih dari Eropa tidak selamanya sukses di Asia Tenggara.

    Kita bisa melihat apa yang terjadi dengan Philippe Troussier di timnas Vietnam baru-baru ini dan Bryan Robson serta Peter Reid di Timnas Thailand satu dekade silam.

    Lebih luas lagi, Juergen Klinsmann juga menemui kegagalan bersama Timnas Korea Selatan.

    “Pelatih-pelatih asal Eropa seringkali tidak mudah beradaptasi dengan lingkungan Asia dan Asia Tenggara.

    Pelatih Klinsmann juga dipecat ketika ia tidak memenuhi persyaratan tim Korea,” tutur Bae Ji-won, mantan pelatih Park Hang-seo di timnas Vietnam, seperti dikutip dari Bao Haiduong.

    “Lingkungan sepak bola di Asia, khususnya Asia Tenggara, sangat berbeda dengan Eropa. Pertama-tama, mereka harus mencoba untuk belajar tentang sepak bola, berintegrasi dengan gaya hidup dan pemikiran masyarakat setempat,” Bae Ji-won menganalisa.

    Faktor ini juga harus menjadi perhatian apabila benar pelatih Shin Tae-yong akan diganti oleh sosok dari Eropa.

    Namun, Bae Ji-won juga mengatakan apa yang bisa membuat pelatih asing bisa lebih diterima oleh publik lokal.

    Hal ini terlihat dari masa Park Hang-seo menjadi idola publik Vietnam.

    “Kesuksesan pelatih Park Hang Seo bukan hanya tentang hasil-hasil laga,” tuturnya melanjutkan. “Dia memprioritaskan pembelajaran dan beradaptasi dengan kebiasaan, gaya hidup, lingkungan dan pemikiran para pemain.

    Oleh karena itu, mereka menaruh kepercayaan yang besar kepada Pelatih Park Hang Seo. Dengan kata lain, komunikasi dan pemahaman adalah prioritas utama.” (*)

  • Polisi Korsel Gerebek Kantor-Bandara Jeju Air usai Kecelakaan Tragis

    Polisi Korsel Gerebek Kantor-Bandara Jeju Air usai Kecelakaan Tragis

    Jakarta, CNN Indonesia

    Polisi Korea Selatan menggerebek kantor Jeju Air dan operator Bandara Internasional Muan pada Kamis (2/1) untuk menyelidiki kecelakaan fatal maskapai ini yang menewaskan 179 orang.

    Pihak berwenang melakukan operasi pencarian dan penyitaan di Bandara Muan, kantor penerbangan regional, dan kantor Jeju Air di Seoul.

    “Sehubungan dengan kecelakaan pesawat operasi pencarian dan penyitaan sedang dilakukan mulai pukul 09.00 pagi pada tanggal 2 Januari di tiga lokasi,” demikian pernyataan polisi yang diikirim ke AFP.

    “Polisi berencana untuk segera dan tegas menentukan penyebab dan tanggung jawab atas kecelakaan ini sesuai dengan hukum dan prinsip,” lanjut mereka.

    Polisi juga menyatakan surat perintah penggeledahan telah dikeluarkan.

    Menurut media Korsel Yonhap, surat perintah itu disetujui atas tuduhan kelalaian profesional yang mengakibatkan kematian.

    Korsel juga mengumumkan akan memeriksa semua pesawat Boeing 737-800 yang dioperasikan oleh maskapai mereka dengan fokus pemeriksaan pada roda pendaratan.

    Penjabat presiden Korea Selatan , Choi Sang-mok, mengatakan tindakan harus segera diambil jika penyelidikan mengungkap ada masalah dengan model pesawat tersebut.

    Pihak berwenang sebelumnya mengatakan 101 pesawat dengan model yang sama dioperasikan oleh enam maskapai penerbangan berbeda.

    “Karena ada kekhawatiran publik yang besar tentang model pesawat yang sama yang terlibat dalam kecelakaan tersebut, Kementerian Perhubungan dan lembaga terkait harus melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap operasi pemeliharaan, pendidikan, dan pelatihan,” kata Choi.

    Dia lalu berujar, “Jika ditemukan masalah selama pemeriksaan, segera ambil tindakan perbaikan.”

    Jeju Air dengan nomor penerbangan 2216 mengalami kecelakaan hingga menewaskan 179 dari 181 penumpang.

    Insiden itu merupakan bencana penerbangan terburuk yang pernah terjadi di Korea Selatan.

    Pihak berwenang Korsel telah menyelesaikan ekstraksi data awal untuk perekam suara kokpit. Namun, perekam data penerbangan rusak dan harus dikirim ke Amerika Serikat untuk dianalisis.

    (isa/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Pendukung Presiden Yoon Suk Yeol Protes Perintah Penangkapan

    Pendukung Presiden Yoon Suk Yeol Protes Perintah Penangkapan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Massa pedemo berkumpul di dekat kediaman kepresidenan Korea Selatan pada Rabu (1/1) untuk menggalang dukungan bagi Presiden Yoon Suk Yeol.

    Beberapa massa membawa atribut demo plakat bertuliskan “Pemilu yang dicurangi” dan “Hentikan Pencurian”.

    Mereka memprotes surat perintah penangkapan untuk Yoon yang dikeluarkan pengadilan Korsel.

  • Foto Momen Terakhir Pilot Jeju Air Sebelum Kecelakaan Fatal di Bandara Muan – Halaman all

    Foto Momen Terakhir Pilot Jeju Air Sebelum Kecelakaan Fatal di Bandara Muan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah foto yang diduga mengabadikan momen terakhir kapten pilot pesawat Jeju Air yang jatuh dan merenggut nyawa 179 penumpang dan awak pesawat, telah beredar di dunia maya.

    Para warganet berbondong-bondong menyampaikan ungkapan belasungkawa mereka.

    Foto tersebut merupakan tangkapan layar yang diambil dari sebuah video yang merekam detik-detik pesawat Jeju Air mendarat dengan posisi miring, sebelum akhirnya bertabrakan dengan localizer.

    Dikutip dari SDF Aviation, localizer adalah pemancar yang memberikan sinyal pemandu kelurusan pesawat terhadap center line runway pada sistem pendaratan instrumen (ILS).

    Dikutip dari Korea JoongAng Daily, dalam gambar tersebut, tampak sang kapten meraih panel di atas kokpit, yang kemungkinan merupakan upaya terakhir untuk mengendalikan pesawat.

    Gambar ini pertama kali dibagikan pada Senin (30/12/2024) di platform Threads dengan judul: “Momen terakhir sang kapten. Tangannya berada di panel hingga akhir… Saya yakin dia mengerahkan segenap kemampuannya.”

    Banyak netizen yang menyampaikan belasungkawa dan penghormatan mendalam atas upaya keras yang dilakukan oleh sang kapten.

    Seorang pengguna mengomentari unggahan tersebut.

    “Pendaratan dengan posisi perut tampak sangat stabil, bahkan bagi saya yang tidak tahu banyak tentang penerbangan.”

    “Dia pasti mengandalkan seluruh pengalamannya. Sungguh tragis bahwa ledakan itu terjadi sebelum ada kesempatan untuk tindakan lebih lanjut.”

    Sementara itu, yang lain menulis, “Sungguh menyedihkan untuk berpikir bahwa sang kapten pasti merasa lega saat pesawat pertama kali menyentuh tanah.”

    Beberapa warganet bahkan berspekulasi sang kapten “memberikan yang terbaik dan bersiap menghadapi benturan.”

    Kapten yang terlibat dalam tragedi ini diidentifikasi sebagai seorang pilot berusia 45 tahun bernama Han.

    Han sendiri tercatat punyai lebih dari 6.800 jam pengalaman terbang.

    Dia dikenal sangat dihormati oleh rekan-rekannya berkat keterampilan terbangnya yang luar biasa.

    Seorang netizen yang mengaku berprofesi sebagai pilot maskapai asing, memberikan pendapatnya mengenai tindakan kapten tersebut.

    Meski sulit untuk menentukan maksud pasti dari foto tersebut, dia berpendapat kapten kemungkinan mencoba mengaktifkan kontrol untuk memaksimalkan gesekan dalam upaya pendaratan yang aman.

    “Bersiap menghadapi benturan adalah naluri, tetapi saya pikir dia mencoba mengambil tindakan. Apapun itu, ini sangat tragis,” ujar pilot tersebut.

    Ekstraksi Data Kotak Hitam

    Wakil Menteri Penerbangan Sipil di Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan, Joo Jong Wan, mengungkapkan pada Rabu (1/1/2025), perekam data penerbangan yang rusak akibat kecelakaan Jeju Air akan dikirim ke Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) di Washington.

    Perekam data tersebut sangat penting untuk menyelidiki insiden tersebut dan akan diperiksa lebih lanjut di NTSB.

    Pada hari yang sama, pemerintah Korea Selatan mengumumkan  data awal dari kotak hitam pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216, yang jatuh di Bandara Muan pada Minggu (29/12/2024), telah berhasil diekstraksi.

    “Ekstraksi Perekam Suara Kokpit (CVR) telah selesai, dan saat ini konversi file audio sedang dilakukan,” kata Joo.

    Namun, Perekam Data Penerbangan (FDR) masih belum berhasil diekstraksi karena konektor perangkat hilang.

    Meski demikian, pihak berwenang memastikan data yang ada di dalam FDR tidak rusak.

    lihat foto
    Personel forensik polisi dan pejabat Biro Investigasi Nasional bekerja di lokasi kejadian pesawat Boeing 737-800 Jeju Air jatuh dan terbakar di Bandara Internasional Muan di Muan, sekitar 288 kilometer barat daya Seoul pada 31 Desember 2024. – Boeing 737 -800 membawa 181 orang dari Thailand ke Korea Selatan ketika pesawat tersebut jatuh pada saat kedatangan pada tanggal 29 Desember, menewaskan semua orang di dalamnya — kecuali dua pramugari yang ditarik dari kecelakaan tersebut. puing-puing bencana penerbangan terburuk di tanah Korea Selatan. (Photo by YONHAP / AFP)

    Dari data CVR yang sudah tersedia, diperkirakan akan terungkap rincian percakapan di kokpit, termasuk proses pengembalian dan pendaratan pesawat.

    Ada kekhawatiran mengenai perangkat yang menghubungkan FDR ke alat ekstraksi, yang hilang setelah kecelakaan, menyebabkan penundaan dalam proses ekstraksi data lebih lanjut.

    Pesan Terakhir Penumpang dan Laporan Saksi

    Sebelum kecelakaan, seorang penumpang sempat mengirim pesan teks yang mengabarkan pesawat tidak bisa mendarat akibat burung yang tersangkut di sayap.

    Setelah pesan tersebut, penumpang tidak bisa dihubungi lagi.

    Para saksi mata melaporkan melihat api dari mesin pesawat dan mendengar beberapa ledakan sebelum pesawat jatuh.

    Dalam video yang beredar, pesawat terlihat berusaha mendarat tanpa roda pendaratan yang terpasang.

    Saksi mata lain, Cho, melaporkan pesawat tampak turun dengan kilatan cahaya sebelum mendengar ledakan keras dan melihat asap tebal.

    Beberapa saksi mendengar suara “gesekan logam” sebelum pesawat jatuh.

    Para pejabat menduga kegagalan roda pendaratan akibat tabrakan burung bisa menjadi faktor penyebab kecelakaan tersebut.

    lihat foto
    Petugas pemadam kebakaran dan petugas penyelamat bekerja di dekat lokasi kejadian pesawat seri Boeing 737-800 Jeju Air jatuh dan terbakar di Bandara Internasional Muan di Provinsi Jeolla Selatan, sekitar 288 kilometer barat daya Seoul pada 29 Desember 2024. – Sebuah pesawat Jeju Air yang membawa 181 orang dari Thailand hingga Korea Selatan jatuh saat tiba, menabrak penghalang dan terbakar, menyebabkan semua orang kecuali dua orang dikhawatirkan tewas. (JUNG YEON-JE / AFP)

    Kondisi Korban Selamat

    Dua penumpang yang selamat dari kecelakaan dilaporkan mengalami amnesia traumatis.

    Salah satunya, seorang pramugari, tidak ingat apa yang terjadi setelah ia mengenakan sabuk pengaman, mengira pesawat akan segera mendarat.

    Pramugari tersebut mengaku tidak ingat apa pun setelah itu, yang menunjukkan kemungkinan adanya dampak psikologis berat akibat kecelakaan tersebut.

    Penyebab Kecelakaan: Bird Strike?

    Para pejabat meyakini bahwa kegagalan roda pendaratan, yang mungkin disebabkan oleh tabrakan burung, dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan tersebut.

    Bird strike, atau tabrakan burung, adalah kejadian umum dalam penerbangan, meskipun jarang menyebabkan kecelakaan fatal.

    Di Inggris, misalnya, pada 2022 lebih dari 1.400 kejadian tabrakan burung dilaporkan, namun hanya sekitar 100 yang berdampak langsung pada pesawat.

    Meskipun demikian, tabrakan burung yang menyebabkan kerusakan pada sistem roda pendaratan masih sangat jarang terjadi.

    Pesawat yang terlibat dalam kecelakaan ini adalah Boeing 737-800, yang telah beroperasi selama 15 tahun.

    Pesawat ini biasa digunakan untuk penerbangan jarak pendek hingga menengah dan telah menjalani pemeriksaan terjadwal.

    Jeju Air, maskapai berbiaya rendah terbesar di Korea Selatan, menegaskan kecelakaan ini tidak terkait dengan kelalaian perawatan pesawat.

    Pesawat ini melakukan 13 penerbangan dalam 48 jam sebelum jatuh.

    Meskipun pesawat ini tidak tergolong tua, beberapa analis mencatat penerbangan jarak pendek yang sering dapat mempercepat kelelahan pesawat.

    Penyelidikan Lanjutan dan Tindak Lanjut

    Penyelidikan lebih lanjut terus dilakukan untuk memahami lebih dalam penyebab kecelakaan ini.

    lihat foto
    Tim pemulihan bekerja di lokasi kejadian pesawat seri Boeing 737-800 Jeju Air jatuh dan terbakar di Bandara Internasional Muan di Muan, sekitar 288 kilometer barat daya Seoul pada 30 Desember 2024. Boeing 737-800 itu membawa 181 orang dari Thailand ke Korea Selatan ketika pesawat itu jatuh pada saat kedatangan pada tanggal 29 Desember, menewaskan semua orang di dalamnya — kecuali dua pramugari yang ditarik dari reruntuhan bencana penerbangan terburuk di wilayah Korea Selatan. (Photo by JUNG YEON-JE / AFP)

    Sejauh ini, para ahli penerbangan meragukan tabrakan burung dapat menyebabkan kegagalan total dalam pengoperasian pesawat, terutama yang melibatkan sistem roda pendaratan.

    Proses ekstraksi data dari FDR diharapkan dapat memberikan wawasan lebih lanjut mengenai insiden tersebut.

    Jeju Air adalah maskapai penerbangan berbiaya rendah terbesar di Korea Selatan, yang didirikan pada 2005 dan berpusat di Jeju.

    Maskapai ini tercatat memiliki pendapatan sebesar 1,724 triliun won pada 2023.

    Jeju Air adalah pemimpin pasar di antara maskapai penerbangan berbiaya rendah di Korea, dengan armada yang sebagian besar terdiri dari pesawat Boeing 737-800.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Surat Penangkapan Muncul, Yoon Bersumpah Akan Melawan sampai Akhir

    Surat Penangkapan Muncul, Yoon Bersumpah Akan Melawan sampai Akhir

    Jakarta, CNN Indonesia

    Presiden Korea Selatan yang dimakzulkan parlemen Yoon Suk Seol bersumpah akan melawan tuduhan terhadap dirinya terkait deklarasi darurat militer usai surat penangkapan dia rilis.

    Pernyataan Yoon tertuang dalam pesan tertulis yang disampaikan ke para pendukungnya di dekat kediaman presiden, Hannam dong, Seoul.

    “Saya berterima kasih kepada kalian semua atas kehadiran dalam jumlah besar untuk melindungi demokrasi bebas dan tatanan konstitusional negara ini,” kata Yoon pada Rabu (1/1), dikutip Korea Herald.

    Dia juga mengatakan memantau upaya para pendukungnya via YouTube.

    Lebih lanjut, Yoon mengatakan Korea Selatan saat ini sedang terancam, narasi yang sama saat dia mengumumkan darurat militer.

    “Korea sedang terancam hasutan dari kekuatan anti-negara dan kekuatan di dalam dan luar negeri yang mencoba merampas kedaulatan,” ujar dia.

    Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO) sebelumnya berjanji akan menangkap Yoon dan menyelidiki atas tuduhan pemberontakan serta penyalahgunaan wewenang.

    Mereka juga mendesak Dinas Keamanan Presiden untuk tak mengganggu penangkapan Yoon dengan cara apapun.

    Surat perintah penangkapan Yoon dikeluarkan pada 31 Desember. Masa berlaku surat ini sekitar sepekan. Maka dari itu, CIO berusaha bergerak cepat untuk menangkap presiden itu.

    Jika Yoon nantinya ditahan, CIO diharuskan memutuskan dalam waktu 48 jam apakah akan mengajukan surat perintah penangkapan untuk menahan lebih lanjut guna diinvestigasi atau membebaskan dia.

    Sebagai presiden, Yoon memiliki impunitas atas kasus pidana. Namun, dia tak kebal hukum jika berkaitan dengan pemberontakan.

    Yoon saat ini menunggu nasib status sebagai presiden usai dimakzulkan parlemen pada pertengahan Desember. Mahkamah Konstitusi (MK) Korsel sedang menggodok pemakzulan itu apakah sah atau tidak di mata hukum.

    Jika sah, Yoon akan kehilangan kursi kepresidenan. Tetapi jika tidak, dia kembali menggenggam kekuasaan.

    (isa/bac)

    [Gambas:Video CNN]