Negara: Korea Selatan

  • Aktivitas Eksplorasi Migas di Open Area RI Serap Investasi Rp5 Triliun

    Aktivitas Eksplorasi Migas di Open Area RI Serap Investasi Rp5 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan investasi aktivitas eksplorasi hulu migas di lapangan terbuka atau open area mencapai US$300 juta atau setara Rp5,05 triliun (asumsi kurs Rp16.858 per US$) dalam 3 tahun terakhir.

    Kepala Divisi Prospektivitas Migas dan Manajemen Data Wilayah Kerja SKK Migas Asnidar mengatakan, investasi itu menunjukkan industri hulu migas RI masih menarik bagi investor.

    “Kalau ditanya apakah Indonesia masih menarik bagi bisnis oil and gas? Dalam 3 tahun terakhir ini, sekitar US$300 juta yang sedang dilakukan activity di open area,” katanya dalam acara Media Briefing IPA Convex 2025 di Jakarta, Kamis (24/4/2025).

    Asnidar menuturkan, euforia joint study yang meningkat dalam 2 tahun belakangan turut mendorong antusiasme investasi. Selain itu, investasi juga ditopang oleh berbagai penemuan penting selama 5 tahun terakhir.

    Penemuan itu antara lain lapangan Hidayah di Jawa Timur, Layaran dan Tengkulo di Laut Utara Aceh, serta Timpan dan cekungan Selat Makassar. Dia pun memamerkan bahwa kini Indonesia memiliki posisi penting di sektor hulu migas global.

    “Inilah momentum yang tepat sehingga kita masuk lagi ke peta migas secara global,” katanya.

    Tak puas, Asnidar menuturkan, pihaknya terus melakukan penjajakan kerja sama dengan para investor. Dia menyebut hingga saat ini terdapat 40 investor yang memiliki minat untuk berinvestasi di Indonesia.

    “Kami kejar investor, kami selalu mengawal ini. Nah, saat ini adalah sudah lebih dari 40 potensial investor, wajah-wajah baru yang sudah melirik lagi ke Indonesia,” katanya.

    Asnidar mengatakan, beberapa investor pendatang baru telah menunjukkan komitmen kuat itu seperti EnQuest dari Inggris, SK Earthon dari Korea Selatan, Posco dari Korea Selatan, dan Woodside Energy dari Australia.

    Dia pun mengungkapkan investor baru itu siap menandatangani kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC) pada gelaran IPA Convex 2025, Mei mendatang. Asnidar memperkirakan paling tidak lima wilayah kerja akan resmi ditandatangani pada periode tersebut.

    “Semoga nanti insyaallah paling tidak ada lima [WK] yang sudah settle,” katanya.

  • Konsumen Korporasi Kunci Akselerasi 5G dan 6G

    Konsumen Korporasi Kunci Akselerasi 5G dan 6G

    Bisnis.com, SINGAPURA — Pengembangan teknologi jaringan di masa mendatang amat bergantung kepada seberapa cepat konsumen korporasi memiliki ketertarikan terhadap teknologi yang telah hadir saat ini. Untuk itu, penetrasi adopsi teknologi jaringan generasi kelima (5G) ataupun generasi keenam (6G) pada segmen ini perlu diakselerasi.

    Setidaknya hal itulah yang tergambar dalam salah satu sesi diskusi pada ajang GITEX Asia 2025 x Ai Everything Singapore di Marina Bay Sands, Singapura, Rabu (23/4/2025).

    CEO Layanan Digital Internasional Singtel Anna Yip mengatakan bahwa pihaknya telah berinvestasi dalam 5G, dan saat ini telah berada di tahapan 5G+. 

    Singtel benar-benar fokus untuk memastikan bahwa masyarakat dapat memanfaatkan dengan penuh hasil investasi tersebut.

    “Saya kira kita semua setuju. Ini dimulai dengan adopsi konsumen, sekarang berjalan sangat baik di Singapura. Namun, kami perlu melihat lebih banyak lagi adopsi perusahaan,” katanya, Rabu (23/4/2025).

    Menurutnya, adopsi konsumen, terutama dari segmen korporasi adalah pendorong utama dimulainya era 5G. Adopsi tersebut, imbuhnya, amat menentukan langkah ke depan. Dia mencontohkan bahwa saat ini pihaknya tengah memulai untuk ke arah 6G.

    “Kami sedang melakukan sesuatu di sana. Kami telah menandatangani perjanjian dengan SPT, misalnya dari Korea Selatan, untuk melihat potensi penelitian dan aplikasi 6G. Selain itu, saya pikir kita harus pindah ke 6G pada waktu tertentu,” jelasnya.

    Anna mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini juga tengah memastikan bagaimana pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), komputer kuantum, dan semua teknologi baru. Tujuannya, imbuhnya, agar pihaknya mampu menghadirkan pemanfaatan terbaik dan paling relevan kepada perusahaan sehingga dapat memberikan nilai tambah.

    “Ini untuk benar-benar mewujudkan potensi penuh sambil kita melihat, terkadang dalam jangka menengah hingga panjang, terkait bagaimana 6G akan berjalan. Begitulah cara kami memandangnya,” ujarnya.

    Sementara itu, Presiden Direktur & CEO PT Indosat Tbk. (ISAT) Vikram Sinha pun memberikan pandangan serupa. Dia menjelaskan bahwa pelaku industri telekomunikasi harus memastikan kesiapan ekosistem dalam pemanfaatan teknologi 5G. 

    “Tantangannya adalah bukan seberapa siap Anda, melainkan perusahaan tempat Anda bekerja, mereka harus sama-sama siap. Jadi sekali lagi, ini harus melibatkan semua orang,” katanya.

    Setidaknya Vikram memiliki dua pandangan terkait adopsi teknologi 5G. Pertama, pemanfaatan AI mendorong pasar berkembang. Dia menilai bahwa apabila operator dapat meningkatkan penggunaan real-time, hal ini dapat membantu untuk memonetisasi AI sehingga bisa memberikan nilai kepada pelanggan.

    Kedua, dia melihat adanya penurunan biaya produksi data 5G yang lebih rendah ketimbang 4G di Indonesia. Dia menjelaskan bahwa biaya juga merupakan elemen yang sangat penting. “Jadi secara pribadi saya optimis, terutama karena AI.”

    Menurutnya, perusahaan operator juga berada dalam posisi terbaik untuk berperan dalam menciptakan AI dan kedaulatan AI. Dia mencontohkan, pada Agustus 2024, saat Capital Market Day, pihaknya telah menyampaikan North Star perseroan, di mana Indosat ingin menjadi perusahaan telekomunikasi berbasis AI.

    Vikram menambahkan bahwa agar suatu negara berhasil dalam adopsi AI, maka neraca dan laba rugi perusahaan telekomunikasi juga kuat. Hal ini lantaran industri telekomunikasi menjadi penopang adopsi AI bagi masyarakat dan konsumen korporasi.

    “Kami [industri operator] melakukan semua pekerjaan berat yang tidak ingin dilakukan siapa pun. Jadi, saya pikir ini adalah momen penting. Bagaimana kita bekerja untuk memastikan bahwa kita berkolaborasi, membangun, dan bersaing, serta memecahkan masalah dalam skala besar. Kita menghasilkan produk yang memecahkan masalah kehidupan nyata,” jelasnya.

    LEBIH DARI SEKADAR AKSES

    Di sisi lain, Chief Innovation Officer CelcomDigi T. Kugan mengatakan bahwa saat ini merupaan era di mana lebih dari sekedar akses jaringan.

    Dia menjelaskan bahwa aliansi strategis, kemitraan, dan bekerja dengan pemangku kepentingan terkait merupakan langkah untuk benar-benar mentransformasi bisnis agar berkembang dan bergerak maju sehingga dapat menciptakan nilai tambah bagi pengguna dan bisnis. 

    “Potensinya sangat besar. Saya pikir kami sangat menantikan untuk melanjutkan pertumbuhan ini dan memastikan bahwa kami dapat memenuhi kebutuhan,” ujarnya.

    Menurutnya, di Malaysia, pihaknya benar-benar fokus untuk menjadi negara yang mengutamakan digital. Bahkan, otoritas Negeri Jiran telah benar-benar mendorong itu sebagai misi. “CelcomDigi sebagai operator terbesar di negara ini, diharapkan berada di garis depan dalam melakukan ini dan membawanya maju.” (Lukas Hendra T.M)

  • Alasan LG Electronics Mundur dari Proyek Baterai EV di Indonesia

    Alasan LG Electronics Mundur dari Proyek Baterai EV di Indonesia

    FAJAR.CO.ID, SEOUL — Proyek baterai untuk kendaraan listrik (EV) di Indonesia yang sebelumnya diminati LG Electronics Ins, tampaknya perlu investor lain. Itu setelah LG memutuskan untuk mundur dari proyek tersebut.

    Usai memutuskan mundur dari proyek tersebut, LG Electronics Inc lantas mengumumkan alasan mereka menghentikan bisnis untuk proyek baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia.

    Menurut LG, pengunduran mereka dari proyek baterai kendaraan listrik disebabkan stagnasi permintaan global di pasar EV. Anak perusahaan LG yang memproduksi charger EV, HiEV Charger, akan dilikuidasi.

    Lantas semua karyawan yang terlibat dalam bisnis tersebut akan dialihkan ke divisi lain di dalam LG Electronics. Perusahaan menegaskan bahwa mereka akan terus memberikan layanan pemeliharaan kepada pelanggan yang sudah ada tanpa gangguan.

    LG memasuki pasar pengisi daya EV pada 2022 dengan mengakuisisi HiEV Charger, yang sebelumnya bernama AppleMango, setelah memulai penelitian dan pengembangan di sektor ini sejak 2018.

    Sejak itu, perusahaan menawarkan solusi pengisian daya di Korea Selatan, termasuk pengisi daya di toko ritel Emart. Kemudian, LG memperluas pasar ke AS tahun lalu dengan membuka pabrik produksi di Texas pada Januari 2024.

    Keputusan untuk mundur diambil karena LG Electronics memfokuskan kembali upayanya untuk mengutamakan pertumbuhan bisnis pemanas, ventilasi, dan pendingin udara (HVAC).

    CEO LG Electronics, Cho Joo-wan sebelumnya menetapkan bisnis pengisi daya kendaraan listrik sebagai salah satu pendorong pertumbuhan utama dalam visi perusahaan, untuk mencapai penjualan 100 triliun won (sekitar Rp1,8 kuadriliun) pada 2030. (fajar)

  • Menperin pastikan mundurnya LG tak pengaruhi pengembangan ekosistem EV

    Menperin pastikan mundurnya LG tak pengaruhi pengembangan ekosistem EV

    Dalam sebuah konsorsium bisnis atau proyek skala besar, pergantian investor merupakan hal yang lazim terjadi

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan mundurnya investasi perusahaan Korea Selatan, LG dari konsorsium proyek baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV), tidak memengaruhi pengembangan ekosistem kendaraan bersih tersebut di tanah air.

    “Dalam sebuah konsorsium bisnis atau proyek skala besar, pergantian investor merupakan hal yang lazim terjadi. Ini tidak mengganggu dari target program pengembangan EV di Indonesia. Akselerasi pengembangan untuk ekosistem kendaraan listrik di Indonesia tetap berjalan sesuai perencanaan dan targetnya, apalagi sudah ada yang berproduksi,” kata Menperin di Jakarta, Kamis.

    Menurut Menperin, saat ini, sudah ada dua perusahaan yang memproduksi baterai untuk motor listrik, yaitu PT Industri Ion Energisindo yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 10.000 baterai per tahun dengan investasi sebesar Rp18 miliar, serta PT Energi Selalu Baru yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 12.000 baterai per tahun yang memiliki nilai penanaman model Rp15 miliar.

    Sementara itu, terdapat dua industri baterai sel untuk mobil listrik, yaitu PT HLI Green Power, yang merupakan konsorsium antara Hyundai Grup dan LG sebagai produsen sel baterai, dengan kapasitas tahap pertama sebanyak 10 GWh dan total investasi mencapai 1,1 miliar dolar AS atau Rp18,5 triliun.

    Menurut Menperin, industri sel baterai ini akan memasok 150.000 hingga 170.000 unit kendaraan bermotor listrik melalui PT Hyundai Energy Indonesia selaku industri baterai yang memiliki kapasitas produksi mencapai 120 ribu pack baterai kendaraan bermotor listrik dengan total investasi sebesar Rp674 miliar.

    Selanjutnya, PT International Chemical Industry yang memiliki kapasitas produksi mencapai 100 MWh per tahun atau setara dengan 9 juta sel baterai, dengan target total kapasitas produksi sebesar 256 MWh per tahun atau setara dengan 25 juta sel baterai.

    Lebih lanjut, Menperin menyampaikan, selain Hyundai Energy Indonesia terdapat satu produsen baterai pack lain, yaitu PT Gotion Green Energy Solutions Indonesia yang memiliki total nilai investasi lebih dari 8,7 juta dolar AS atau Rp146,8 miliar dengan kapasitas produksi sebesar 17.952 unit per tahun.

    “Perkembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia ini semakin tumbuh, dengan kapasitas yang jauh melampaui perkembangan pasar. Hal ini juga didorong dari berbagai kebijakan strategis dari pemerintah, termasuk memberikan kepastian dan kemudahan usaha, penyusunan roadmap, serta pengoptimalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN),” kata Menperin.

    Kemenperin menargetkan, pada 2030, industri otomotif di dalam negeri dapat memproduksi 9 juta unit sepeda motor listrik roda dua dan tiga, serta 600 ribu unit mobil dan bus listrik.

    Target tersebut diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengurangan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 21,65 juta barel atau setara pengurangan emisi CO2 sebanyak 7,9 juta ton secara total.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • IHSG ditutup melemah di tengah mulai melunaknya AS soal tarif

    IHSG ditutup melemah di tengah mulai melunaknya AS soal tarif

    Jakarta (ANTARA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup melemah di tengah mulai melunaknya Amerika Serikat (AS) terkait kebijakan tarif impor.

    IHSG ditutup melemah 20,90 poin atau 0,32 persen ke posisi 6.613,48. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 2,91 poin atau 0,39 persen ke posisi 741,87.

    “Investor menyambut baik berita bahwa Gedung Putih bermaksud melunakkan sikapnya berkaitan dengan kebijakan tarif perdagangan,” sebut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.

    Pemerintah China pada hari ini mengatakan bahwa tidak ada diskusi yang sedang berlangsung dengan pemerintah AS mengenai tarif, meskipun ada indikasi dari Gedung Putih pada pekan ini, bahwa akan ada beberapa pelonggaran dalam ketegangan dagang dengan Beijing.

    Pada Rabu (23/04), Presiden Trump mengisyaratkan bahwa AS akan mencapai kesepakatan yang adil dengan China. Trump menambahkan bahwa China mungkin akan menerima tarif baru dalam dua hingga tiga pekan ke depan.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan bahwa Trump belum menawarkan untuk menurunkan tarif atau bea masuk perdagangan atas barang asal China secara sepihak.

    Bessent mengatakan bahwa pemerintah AS sedang melihat berbagai faktor yang berkaitan dengan China di luar tarif, termasuk hambatan non-tarif dan subsidi Pemerintah China.

    Menurut Bessent, menyeimbangankan kembali (rebalancing) perdagangan secara menyeluruh antara kedua negara mungkin membutuhkan waktu dua hingga tiga tahun.

    Dari sisi ekonomi makro investor mencerna rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) Korea Selatan yang mencatatkan kontraksi pertama sejak kuartal IV-2020 seiring dengan lesunya aktivitas di sektor konstruksi minus 12,4 persen year on year (yoy).

    PDB kuartal I-2025 kontraksi 0.1 persen (yoy), berbalik arah dari pertumbuhan 1,2 persen (yoy) di kuartal IV-2024. Secara kuartalan, PDB kuartal I-2025 menyusut 0,2 persen, berbalik arah dari ekspansi 0,1 persen di kuartal IV-2024

    Dibuka menguat, IHSG betah di teritori positif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG bergerak ke zona merah hingga penutupan perdagangan saham.

    Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, enam sektor menguat yaitu dipimpin sektor barang konsumen primer yang menguat sebesar 1,00 persen, diikuti oleh sektor industri dan sektor infrastrtuktur yang masing-masing naik sebesar 0,70 persen dan 0,53 persen.

    Sedangkan, lima sektor melemah yaitu sektor barang konsumen non primer turun sebesar 0,44 persen, diikuti oleh sektor properti dan sektor energi yang masing-masing turun sebesar 0,32 persen dan 0,15 persen.

    Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu TNCA, CGAS, BBKP, FORU dan NICL. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni NETV, CASH, PLAN, WGSH dan MEJA.

    Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.151.271 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 20,39 miliar lembar saham senilai Rp13,26 triliun. Sebanyak 327 saham naik 274 saham menurun, dan 203 tidak bergerak nilainya.

    Bursa saham regional Asia sore ini antara lain, indeks Nikkei menguat 170,52 poin atau 0,49 persen ke 35,039,15, indeks Shanghai menguat 0,93 poin atau 0,03 persen ke 3.297,29, indeks Kuala Lumpur menguat 5,33 poin atau 0,36 persen ke 1.506,52, dan indeks Strait Times melemah 0,40 poin atau 0,01 persen ke 3.831,92.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Adi Lazuardi
    Copyright © ANTARA 2025

  • GITEX Asia 2025: Menarik Minat Konsumen Korporasi

    GITEX Asia 2025: Menarik Minat Konsumen Korporasi

    Bisnis.com, SINGAPURA – Pengembangan teknologi jaringan di masa mendatang amat bergantung kepada seberapa cepat konsumen korporasi memiliki ketertarikan terhadap teknologi yang telah hadir saat ini. Untuk itu, penetrasi adopsi teknologi jaringan generasi kelima (5G) ataupun generasi keenam (6G) pada segmen ini perlu diakselerasi.

    Setidaknya hal itulah yang tergambar dalam salah satu sesi diskusi pada ajang GITEX Asia 2025 x Ai Everything Singapore di Marina Bay Sands, Singapura, Rabu (23/4/2025).

    CEO Layanan Digital Internasional Singtel Anna Yip mengatakan bahwa pihaknya telah berinvestasi dalam 5G, dan saat ini telah berada di tahapan 5G+. Dia mengungkapkan bahwa pihaknya kini tengah benar-benar fokus untuk memastikan bahwa masyarakat dapat memanfaatkan dengan penuh hasil investasi tersebut.

    “Saya kira kita semua setuju. Ini dimulai dengan adopsi konsumen, sekarang berjalan sangat baik di Singapura. Namun, kami perlu melihat lebih banyak lagi adopsi perusahaan,” katanya, Rabu (23/4/2025).

    Menurutnya, adopsi konsumen, terutama dari segmen korporasi adalah pendorong utama dimulainya era 5G. Adopsi tersebut, imbuhnya, amat menentukan langkah ke depan. Dia mencontohkan bahwa saat ini pihaknya tengah memulai untuk ke arah 6G.

    “Kami sedang melakukan sesuatu di sana. Kami telah menandatangani perjanjian dengan SPT, misalnya dari Korea Selatan, untuk melihat potensi penelitian dan aplikasi 6G. Selain itu, saya pikir kita harus pindah ke 6G pada waktu tertentu,” jelasnya.

    Anna mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini juga tengah memastikan bagaimana pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), komputer kuantum, dan semua teknologi baru. Tujuannya, imbuhnya, agar pihaknya mampu menghadirkan pemanfaatan terbaik dan paling relevan kepada perusahaan sehingga dapat memberikan nilai tambah.

    “Ini untuk benar-benar mewujudkan potensi penuh sambil kita melihat, terkadang dalam jangka menengah hingga panjang, terkait bagaimana 6G akan berjalan. Begitulah cara kami memandangnya,” ujarnya.

    Sementara itu, Presiden Direktur & CEO PT Indosat Tbk. (ISAT) Vikram Sinha pun memberikan pandangan serupa. Dia menjelaskan bahwa pelaku industri telekomunikasi harus memastikan kesiapan ekosistem dalam pemanfaatan teknologi 5G.

    “Tantangannya adalah bukan seberapa siap Anda, melainkan perusahaan tempat Anda bekerja, mereka harus sama-sama siap. Jadi sekali lagi, ini harus melibatkan semua orang,” katanya.

    Setidaknya Vikram memiliki dua pandangan terkait adopsi teknologi 5G. Pertama, pemanfaatan AI mendorong pasar berkembang. Dia menilai bahwa apabila operator dapat meningkatkan penggunaan real-time, hal ini dapat membantu untuk memonetisasi AI sehingga bisa memberikan nilai kepada pelanggan.

    Kedua, dia melihat adanya penurunan biaya produksi data 5G yang lebih rendah ketimbang 4G di India. Dia menjelaskan bahwa biaya juga merupakan elemen yang sangat penting. “Jadi secara pribadi saya optimis, terutama karena AI.”

    Menurutnya, perusahaan operator juga berada dalam posisi terbaik untuk berperan dalam menciptakan AI dan kedaulatan AI. Dia mencontohkan, pada Agustus 2024, saat Capital Market Day, pihaknya telah menyampaikan North Star perseroan, di mana Indosat ingin menjadi perusahaan telekomunikasi berbasis AI.

    Vikram menambahkan bahwa agar suatu negara berhasil dalam adopsi AI, maka neraca dan laba rugi perusahaan telekomunikasi juga kuat. Hal ini lantaran industri telekomunikasi menjadi penopang adopsi AI bagi masyarakat dan konsumen korporasi.

    “Kami [industri operator] melakukan semua pekerjaan berat yang tidak ingin dilakukan siapa pun. Jadi, saya pikir ini adalah momen penting. Bagaimana kita bekerja untuk memastikan bahwa kita berkolaborasi, membangun, dan bersaing, serta memecahkan masalah dalam skala besar. Kita menghasilkan produk yang memecahkan masalah kehidupan nyata,” jelasnya.

    LEBIH DARI SEKADAR AKSES
    Di sisi lain, Chief Innovation Officer CelcomDigi T. Kugan mengatakan bahwa saat ini merupaan era di mana lebih dari sekedar akses jaringan.

    Dia menjelaskan bahwa aliansi strategis, kemitraan, dan bekerja dengan pemangku kepentingan terkait merupakan langkah untuk benar-benar mentransformasi bisnis agar berkembang dan bergerak maju sehingga dapat menciptakan nilai tambah bagi pengguna dan bisnis.

    “Potensinya sangat besar. Saya pikir kami sangat menantikan untuk melanjutkan pertumbuhan ini dan memastikan bahwa kami dapat memenuhi kebutuhan,” ujarnya.

    Menurutnya, di Malaysia, pihaknya benar-benar fokus untuk menjadi negara yang mengutamakan digital. Bahkan, otoritas Negeri Jiran telah benar-benar mendorong itu sebagai misi. “CelcomDigi sebagai operator terbesar di negara ini, diharapkan berada di garis depan dalam melakukan ini dan membawanya maju.” (Lukas Hendra T.M)

  • SKK Migas sebut investor baru akan tanda tangani kontrak di IPA 2025

    SKK Migas sebut investor baru akan tanda tangani kontrak di IPA 2025

    Jakarta (ANTARA) – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan bahwa terdapat investor baru dari Inggris, yaitu Enquest, yang akan menandatangani kontrak bagi hasil (Production Cost Sharing/PSC) pada IPA 2025.

    “Wajah-wajah baru, seperti Enquest, perusahaan dari Inggris, saat ini sudah memenangkan 2 WK baru. Insyaallah Mei nanti akan tandatangani PSC,” ujar Kepala Divisi Prospektivitas Migas & Manajemen Data Wilayah Kerja SKK Migas Asnidar di Jakarta, Kamis.

    Selain Enquest, Asnidar juga menyampaikan Posco, perusahaan asal Korea Selatan yang bergerak dalam berbagai sektor bisnis, termasuk migas (minyak dan gas), juga akan menambah wilayah kerja (WK) migas pada tahun ini, setelah tahun lalu menandatangani kontrak.

    Pendatang baru lainnya adalah SK Earthon yang akan bermitra dengan perusahaan lain untuk menggarap WK di Indonesia.

    “Insyaallah akan tanda tangan WK juga di Mei 2025 ini,” ucap Asnidar.

    Ia menyampaikan kira-kira terdapat 5 WK yang akan ditandatangani dalam Indonesian Petroleum Association (IPA) Convention and Exhibition (Convex) 2025.

    Berbagai investor baru yang akan menandatangani WK tersebut termasuk ke dalam 40 investor baru yang tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

    Asnidar berusaha untuk memanfaatkan momentum tersebut dalam menggenjot industri hulu migas Indonesia, sehingga Indonesia dapat masuk ke peta migas global. Terlebih, Indonesia memiliki 128 cekungan yang berpotensi mengandung minyak dan gas bumi (migas).

    Saat ini, lanjut dia, hanya 20 cekungan yang sudah berproduksi dan 27 cekungan berada di tahap discovery atau penemuan.

    “Kalau kita jumlah secara angka, 20 dan 27, berarti 47 cekungan dari 128 cekungan. Hanya 37 persen. Dalam satu dekade, angka tersebut tidak berubah. Belum berubah,” ucapnya.

    Asnidar melihat para investor baru tersebut dapat menggenjot aktivitas di hulu migas dengan memanfaatkan lebih dari 50 persen cekungan yang belum dieksplorasi.

    Selain berupaya untuk menarik investor baru di industri hulu migas Indonesia, Asnidar juga menyampaikan bahwa Indonesia berupaya untuk mempertahankan investor yang saat ini sudah beraktivitas di hulu migas Indonesia.

    Terdapat lima besar investor yang menuai perhatian dari SKK Migas, seperti Petronas, Pertamina, BP, Exxon, dan Eni.

    “Indonesia yang selama ini disampaikan sunset (migas) dan lain-lain, dengan adanya momentum ini, kami ingin masuk lagi ke peta migas global. Inilah momentum yang ingin kami kejar,” ucap Asnidar.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2025

  • Hyundai Pastikan Pabrik Baterai di RI Tak Terdampak Hengkangnya LG

    Hyundai Pastikan Pabrik Baterai di RI Tak Terdampak Hengkangnya LG

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) memastikan pabrik sel baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) milik PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power tetap beroperasi, usai mitranya LG Energy Solution hengkang dari Proyek Titan, kerja sama rantai pasok baterai EV dengan Indonesia Battery Coorporation (IBC).

    Head of Corporate Strategy Hyundai Motors Indonesia (HMID) Hendry Pratama mengatakan, pabrikan sel baterai HLI atau Proyek Omega telah berjalan dan memproduksi sel baterai EV sejak Juli 2024 hingga saat ini. 

    “HLI ini role-nya adalah memproduksi battery cells yang sekarang sudah berjalan sejak Juli 2024 dan atas berita itu tidak ada hubungan langsung dari operasional HLI di Indonesia,” ujar Hendry dalam agenda Indonesia as the Next EV Production Hub, Kamis (24/4/2025). 

    Dia pun menyebutkan bahwa perusahaan patungan Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution itu telah memiliki sumber bahan baku atau raw material yang tidak terikat dengan ekosistem Proyek Titan yang diinisiasi IBC.

    “Karena HLI sendiri bisa sourcing raw material dari sources lain atau pihak lain,” ujarnya. 

    Adapun, pabrik sel baterai EV HLI Green Power berlokasi di Karawang dan merupakan satu dari lima fasilitas produksi baterai EV LG Energy Solution di dunia.

    Pabrik HLI Green Power di Karawang, Jawa Barat, mulai dibangun sejak 2021. Menelan investasi Rp13,5 triliun, pabrik ini merupakan pabrik sel baterai EV pertama dan terbesar di Asia Tenggara.

    Pabrik yang berdiri di atas areal seluas 319.000 meter persegi tersebut memiliki kapasitas produksi 10 GWh sel baterai dalam setahun dan cukup untuk menenagai 150.000 unit mobil listrik.

    “Sampai sekarang HLI memproduksi battery cell pack yang digunakan oleh HMID untuk di-assemble ke Hyundai, unit kami terutama Kona dan sampai hari ini masih beroperasi seperti biasanya,” jelasnya. 

    Sebagaimana diketahui, LG Energy Solution baru-baru ini mundur dari Proyek Titan, megaproyek baterai kendaraan listrik (EV) yang melibatkan konsorsium Korea Selatan dan Indonesia Battery Corporation (IBC).  

    Namun, Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM Rosan Roeslan mengungkapkan bahwa pemerintah lah yang mendepak LGES lewat keputusan tertuang melalui surat resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dikeluarkan pada 31 Januari 2025.

    Alasannya, kata Rosan, negosiasi antara LG dan konsorsium Indonesia telah berlangsung terlalu lama, yakni hampir 5 tahun. Hal ini menjadi salah satu alasan pemerintah memilih untuk mengambil tindakan tegas agar proyek tidak berlarut-larut.

    “Itu kenapa dikeluarkan surat itu karena memang negosiasi ini sudah terlalu lama, sedangkan kita kan ingin semua ini berjalan dengan baik, dengan cepat, karena negosiasinya sudah berlangsung 5 tahun,” ujarnya kepada wartawan.

    Sementara itu, meski menarik diri dari Proyek Titan, LG menyatakan tetap melanjutkan bisnisnya di Indonesia, termasuk pabrik baterai HLI Green Power.

  • Profil Huayou yang Gantikan LG di Proyek Baterai EV Rp 165,5 Triliun

    Profil Huayou yang Gantikan LG di Proyek Baterai EV Rp 165,5 Triliun

    Jakarta, Beritasatu.com – Perusahaan asal Tiongkok, Huayou, resmi mengambil alih proyek pengembangan baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia. Peran strategis ini sebelumnya diemban oleh LG Energy Solution, perusahaan asal Korea Selatan, yang memutuskan mundur dari proyek tersebut.

    Proyek yang dijuluki Indonesia Grand Package itu merupakan bagian dari upaya besar Indonesia dalam membangun rantai pasok baterai EV domestik.

    Dikutip dari Antara, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani menyatakan secara menyeluruh proyek yang sebelumnya dibangun oleh LG memiliki total nilai sebesar US$ 9,8 miliar atau setara Rp 165,5 triliun, dan Huayou nantinya akan mengisi sisa investasi yang sebesar US$ 8,6 miliar atau setara Rp 145,2 triliun.

    Sementara itu, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BPKM Nurul Ichwan menjelaskan, proyek baterai EV tersebut sudah terealisasi sebesar US$ 1,2 miliar atau Rp 20,2 triliun, dan nantinya Huayou akan mengisi sebagian besar sisa investasi.

    Kehadiran Huayou menjadi angin segar bagi kelanjutan proyek ini, yang digadang-gadang akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat industri kendaraan listrik di Asia Tenggara.

    Profil Huayou, Raksasa Material Baterai dari Tiongkok

    Huayou Cobalt Co Ltd didirikan pada 1994, dengan kantor pusat di Tongxiang, Zhejiang, Tiongkok. Perusahaan ini merupakan salah satu pelaku utama global dalam pengembangan, riset, dan manufaktur material baterai lithium-ion, khususnya untuk sektor energi baru.

    Selain itu, Huayou juga dikenal sebagai produsen material kobalt yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Setelah lebih dari tiga dekade beroperasi, Huayou telah membangun ekosistem bisnis global dengan strategi yang mencakup sumber daya internasional, jaringan manufaktur global, dan ekspansi pasar lintas benua.

    Perusahaan ini mengelola lima lini bisnis utama, yaitu industri energi baru, industri material baru, industri nikel Indonesia, industri sumber daya Afrika, dan industri daur ulang.

    Cakupan bisnisnya sangat luas, meliputi seluruh rantai nilai industri material baterai lithium-ion, mulai dari eksplorasi dan pengembangan sumber daya kobalt, nikel, lithium, tembaga, dan fosfor, pemurnian ramah lingkungan logam nonferrous, R&D dan produksi material baterai, hingga pengelolaan limbah dan daur ulang sumber daya.

    Huayou mengusung misi untuk menciptakan nilai bagi pelanggan dan mendorong transformasi industri. Fokus utamanya adalah mengendalikan sumber daya di hulu, mengembangkan pasar di hilir, serta meningkatkan kapasitas dan efisiensi dari dalam perusahaan.

    Huayou juga menerapkan strategi pengembangan berkelanjutan yang disebut “Dua Area Baru dan Tiga Tren”, dengan tujuan menjadi perusahaan panutan dalam manufaktur hijau material baterai lithium-ion, serta penerapan prinsip environmental, social, and governance (ESG).

    Masuknya Huayou ke dalam proyek baterai EV di Indonesia mencerminkan strategi pemerintah dalam mencari mitra yang mampu memastikan kelanjutan investasi besar ini. Selain memperkuat rantai pasok bahan baku, seperti nikel dan kobalt, keterlibatan Huayou juga diharapkan dapat mendukung target hilirisasi industri yang selama ini dicanangkan.

  • Jepang Pegang Hybrid, China Juara Listrik

    Jepang Pegang Hybrid, China Juara Listrik

    Jakarta

    Pasar elektrifikasi di Indonesia terus bertumbuh. Brand asal Jepang menguasai segmen hybrid, sedangkan merek dari China juaranya mobil listrik.

    Data penjualan wholesales Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) per Maret 2025 menunjukkan 10 besar penjualan mobil listrik dikuasai brand China. Pemenangnya adalah BYD, meskipun statusnya masih impor dari China, namun BYD sudah memiliki komitmen untuk melokalisasi produknya di Indonesia dengan membangun pabrik di Subang.

    Sub brand merek mewah BYD, Denza menjadi yang terlaris. Baru satu produk yang diboyong ke Indonesia, Denza D9, MPV premium itu mendapat respons positif masyarakat Indonesia dengan capaian 1.587 unit per Maret 2025.

    Lanjut ke posisi dua, terbukti MPV masih digemari masyarakat Indonesia. Hal ini tercermin dari data penjualan BYD M6. MPV 7-seater tanpa asap itu bisa terdistribusi sebanyak 1.293 unit.

    Melengkapi tiga besar masih dipegang oleh BYD. Kali ini modelnya SUV 5-seater, Sealion 7. Total penjualan wholesales selama Maret 2025 mencapai 1.182 unit. Mobil ini baru meluncur pada Februari 2025.

    Chery J6 juga membetot perhatian masyarakat Indonesia. Sport Utility Vehicles (SUV) kotak bertenaga listrik itu bakal dilipatgandakan angka produksinya. Per Maret 2025, ada 987 unit J6 dikirim ke dealer.

    Sementara brand asal Korea Selatan, Hyundai yang sudah merakit lokal produknya di Indonesia tidak tembus 10 besar mobil listrik terlaris. Hyundai Kona sebaga mobil listrik termurah yang dipasarkan Hyundai cuma terdistribusi sebanyak 37 unit.

    Teknologi elektrifikasi lainnya juga membetot perhatian masyarakat Indonesia, yaitu mobil hybrid. Penjualan mobil hybrid per Maret 2025 mencapai 4.950 unit. Ada tren kenaikan jika dibandingkan bulan lalu yang mencapai 4.281 unit.

    Capaian tersebut naik berkat beberapa mobil hybrid yang sudah dipasarkan di Indonesia. Pertama Innova Zenix Hybrid, MPV medium itu mencatatkan penjualan 2.206 unit. Lebih rinci jika dibandingkan bulan Februari, Innova Zenix Hybrid mengalami kenaikan 10 persen, dari bulan sebelumnya yang mencapai 1.982 unit.

    Diikuti Suzuki XL7 Hybrid sebagai mobil mild hybrid menempati urutan kedua yang terlaris. XL7 Hybrid mencatatkan penjualan sebanyak 1.202 unit pada Maret 2025, naik dari bulan sebelumnya yang mencapai 807 unit.

    Hyundai Santa Fe Hybrid melengkapi posisi tiga besar dengan capaian 364 unit. Ini menjadi penjualan terbesar Santa Fe Hybrid selama tiga bulan pertama 2025. Sebagai pembanding pada Januari, Santa Fe terdistribusi sebanyak 113 unit, dan Februari mencapai 283 unit.

    Berikut ini data penjualan mobil listrik dan mobil hybrid per Maret 2025

    Penjualan mobil hybrid per Maret 2025:

    1. Innova Zenix – 2.206 unit
    2. XL7 Hybrid – 1.202 unit
    3. Santa Fe Hybrid – 364 unit
    4. Yaris Cross Hybrid – 277 unit
    5. Alphard 2.5 HEV – 203 unit
    6. Suzuki Ertiga Hybrid – 190 unit
    7. Lexus LM350h – 131 unit
    8. GWM Tank 300 – 65 unit
    9. Vellfire 2.5 HEV – 55 unit
    10. Haval Jolion HEV – 52 unit

    Penjualan mobil listrik per Maret 2025

    1. Denza D9 – 1.587 unit
    2. BYD M6 – 1.293 unit
    3. BYD Sealion 7 – 1.182 unit
    4. Chery J6 – 987 unit
    5. Aion Hyptec – 886 unit
    6. Wuling Air Ev – 471 unit
    7. Wuling BinguoEV – 468 unit
    8. BYD Atto 3 – 388 unit
    9. Wuling Cloud EV – 266 unit
    10. BYD Seal – 234 unit

    (riar/dry)