Negara: Kenya

  • Menyoal Vaksin TBC M72 Besutan Bill Gates yang Diuji Klinis di Indonesia

    Menyoal Vaksin TBC M72 Besutan Bill Gates yang Diuji Klinis di Indonesia

    Jakarta

    Indonesia menjadi tempat uji klinis fase tiga vaksin tuberkulosis (TBC) besutan pendiri Microsoft sekaligus filantropis dunia Bill Gates. Hal ini sebagai upaya untuk mengentaskan penyakit pernapasan tersebut khususnya di Indonesia.

    Vaksin besutan Bill Gates ini didanai oleh The Bill & Melinda Gates Medical Research Institute dan telah bekerja sama dengan sejumlah peneliti di Indonesia untuk uji klinis fase tiga. Adapun vaksin tersebut bernama vaksin M72/AS01E.

    “Yang dimaksud adalah vaksin M72 yang kebetulan saya sebagai National Principle Investigator,” kata Guru Besar Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia (UI) Prof Dr dr Erlina Burhan yang terlibat dalam penelitian vaksin TBC tersebut saat dihubungi detikcom, Kamis (8/5/2025).

    Prof Erlina menambahkan ada enam negara yang terlibat dalam riset vaksin TBC M72. Pihak yang mengembangkan vaksin tersebut adalah para peneliti bersama pihak industri farmasi, mulai dari fase preklinik sampai fase uji klinis 1, 2 dan 3.

    “Indonesia baru terlibat di fase 3,” ucap Prof Erlina.

    Dalam diskusi bersama Kemenkes RI Maret 2025, Prof Erlina mengatakan penelitian vaksin tersebut melibatkan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia, FK Universitas Padjadjaran, RS Persahabatan, RS Universitas Indonesia, dan RS Islam Jakarta Cempaka Putih.

    Selain Indonesia, Afrika Selatan, Kenya, Zambia, dan Malawi juga terlibat dalam penelitian ini. Sampai uji klinis fase 2b, efikasi vaksin M72 menunjukkan perlindungan hingga 50-54 persen.

    Dikutip dari laman Bill and Melinda Gates Medical Research Institute (Gates MRI), kandidat vaksin TBC M72/AS01E telah dikembangkan sejak awal tahun 2000-an. Awalnya dirancang dan dievaluasi secara klinis oleh perusahaan biofarmasi GSK hingga tahap pembuktian konsep (Fase 2b), bermitra dengan Aeras dan International AIDS Vaccine Initiative (IAVI) dan didanai oleh GSK dan sebagian oleh Gates Foundation.

    Pada tahun 2020, GSK mengumumkan kemitraan dengan Gates MRI untuk pengembangan lebih lanjut M72/AS01E. GSK terus memberikan bantuan teknis kepada Gates MRI, memasok komponen adjuvan vaksin untuk uji coba Fase 3 dan akan menyediakan adjuvan pasca lisensi jika uji coba berhasil. Adjuvan adalah bahan yang digunakan dalam beberapa vaksin yang dapat membantu menciptakan respons imun yang lebih kuat.

    Uji coba vaksin TBC ini akan melibatkan hingga 20 ribu peserta, termasuk orang dengan HIV, di hingga 60 lokasi uji coba di tujuh negara yakni Afrika Selatan, Zambia, Malawi, Mozambik, Kenya, Indonesia, dan Vietnam.

    (kna/kna)

  • Tiga Kantor WorldID di Bekasi Tutup, Warga Masih Antusias Daftar Demi Dapat Uang – Halaman all

    Tiga Kantor WorldID di Bekasi Tutup, Warga Masih Antusias Daftar Demi Dapat Uang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BEKASI –  Pemerintah Kota Bekasi mengatakan tiga kantor sistem digital aplikasi WorldID atau World Coin di sejumlah wilayah Kota Bekasi telah tutup.

    Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto mengatakan tiga tempat itu sudah diberhentikan operasi usai Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) membekukan sistemnya pada Senin (5/5/2025).

    “Total ada tiga tempat, yakni Bekasi Timur, Rawalumbu, dan Harapan Indah,” kata Tri, Selasa (6/5/2025).

    Tri menyambut baik keputusan Komdigi melakukan penghentian sistem digital aplikasi WorldID serempak di Indonesia.

    Tri menilai alasan mendukung itu karena dirinya pun khawatir terkhusus terkait pengumpulan data biometrik warga, dalam hal ini memverifikasi retina mata calon pendaftar World ID.

    “Saya mendukung langkah Komdigi untuk menghentikan kegiatan Worldcoin atau World ID di Bekasi, kami harus berhati-hati, karena belum ada jaminan keamanan data yang jelas, jangan sampai masyarakat dirugikan, harus ada mitigasi yang tepat,” jelasnya.

    Tri menuturkan aktivitas memverifikasi retina mata tersebut dinilainya sangat berisiko bagi masyarakat.

    Terlebih masyarakat menurutnya tidak mengetahui tujuan dan maksud secara pasti verifikasi itu, dan hanya tertarik karena ditawarkan sejumlah uang.

    “Warga tertarik karena dijanjikan uang, padahal mereka tidak tahu data matanya akan digunakan untuk apa. Ini sangat berisiko,” tuturnya.

    Tri menyampaikan jika terus dibiarkan beroperasi dan tidak mengetahui tujuan dan maksud verifikasi retina mata, data biometrik itu memungkinkan dapat disalahgunakan.

    Dampaknya pun menurutnya sangat fatal, karena warga bisa saja kehilangan akses terhadap layanan penting seperti perbankan dan pererasan alat komunikasi.

    Citra Worldcoin atau World ID pun sebelumnya juga mendapat sorotan di berbagai negara seperti Kenya, Prancis, Jerman, dan India, karena isu keamanan data dan perlindungan privasi.

    “Kami akan terus pantau dan koordinasi dengan pemerintah pusat agar warga terhindar dari uji coba teknologi yang belum jelas manfaat dan keamanannya,” ucapnya.

    Warga masih antusias mendaftar

    Meskipun telah dihentikan, sejumlah masyarakat masih antusias untuk melakukan pendaftaran.

    Hal itu terlihat di sebuah roko yang dijadikan sebagian kantor operasional World ID, Jalan Juanda Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi pada Senin (5/5/2025).

    Seorang warga asal Bekasi Timur, Wahyudi (36) contohnya, ia mengatakan alasan dirinya dan masyarakat lainnya yang datang ke lokasi hanya satu, yakni ingin mendapatkan uang.

    Sebab sebelumnya ia pribadi sudah terbukti pernah mendapatkan uang setelah melewati sejumlah prosedur tertentu melalui pengaktifan aplikasi.

    “Kalau saya kebetulan dapat uang Rp 330 ribu dari aplikasi itu, nanti setiap bulan dapat lagi katanya selama sembilan bulan, nah nanti saya nunggu bulan selanjutnya, sekarang anterin teman saya mau daftar,” kata Wahyudi, Senin (5/5/2025).

    Bahkan Wahyudi menjelaskan dirinya sempat rela menunggu hingga lebih kurang 20 menit di lokasi untuk mempastikan aktivitas kantor World ID benar tidak beroperasi.

    “Ya sempat nunggu 20 menit, barangkali buka,” jelasnya.

    Wahyudi menuturkan dirinya mengetahui kalau Pemerintah Indonesia dalam hal ini Komdigi telah memberhentikan sistem World ID.

    Ia pun juga mengaku cemas dan khawatir pasca Komdigi memberhentikan sistem tersebut.

    Hanya saja ia tetap mendatangi lokasi dan justru sembari mengajak rekannya satu orang untuk mendaftar.

    “Ya khawatir juga sampe diblokir gitu ya sistemnya (World ID) tapi mereka (Pekerja World ID) bilang aman aja data, karena kan tidak pakai NIK,” tuturnya.

    Sementara di kantor layanan Wolrd ID lainnya, yakni Jalan Siliwangi, Kecamatan Rawalumbu yang tidak beroperasi dengan kondisi tutup pada Senin (5/5/2025) juga terjadi hal yang serupa dengan cabang Bekasi Timur.

    Terlihat sejumlah orang dari berbagai kalangan masih terlihat antusias berdatangan.

    Satu contohnya adalah Merry (53) yang merupakan warga Rawalumbu.

    Merry mengatakan telah mendaftar akun World ID dan sudah mendapatkan uang pasca melewati sejumlah prosedur. 

    “Sudah (melakukan pendaftaran) saya dapat Rp265 ribu,” imbuh Merry, Senin (5/5/2025).

    Kini Merry datang ke lokasi untuk mendampingi suaminya karena sebelumnya sudah mendaftar namun belum menerima uang.

    Hanya saja ia tidak mengetahui alasan kantor itu saat ini tutup.

    “Suami baru mau sekarang, suami saya mau ngambil, cuma disini nutup,” ucapnya. 

    Justru pasca ditutup Merry kemudian khawatir serta dibayangi was-was pasca karena data dari pemindaian rekam retina mata disalahgunakan. 

    “Tetangga ibu tidak pada dapat, nah ini nih katanya kemarin kan datang jam segini kok ini belum keluar, dan ini data udah diperbaharuin, sudah tiga hari tapi ini udah nutup, suami saya juga belum cair,” pungkasnya.

    Prosedur Pendaftaran :

    Berdasarkan data yang didapat Tribun Bekasi,  prosedur untuk mendapatkan uang dari aplikasi World ID adalah dengan terlebih dahulu mendownload aplikasi aplikasi World ID di ponsel genggam masing-masing untuk kemudian melakukan registrasi.

    Registrasi dilakukan dengan memasukan email pribadi calon pendaftar beserta nomor telepon.

    Kemudian calon pendaftar diberikan jadwal untuk selanjutnya mendatangi lokasi ruko World guna memverifikasi data diri.

    Saat memverifikasi data diri, pendaftar akan melalui tahapan rekam retina dengan dalih keperluan mempastikan sistem, apakah manusia atau robot.

    Setelah itu pendaftar baru mendapatkan poin yang nantinya dapat dicairkan dengan uang tunai setelah rentan waktu 24 jam.

    Nominal uang yang dicairkan kepada pendaftaran pun bervariasi, yakni mulai Rp 200 hingga Rp 350 ribu tergantung kurs.

    Uang tersebut pun dapat bisa diterima pada pendaftar setiap satu bulan sekali. (m37)

    Penulis: Rendy Rutama

  • Kisah tiga Paus dari Afrika mengubah Kekristenan dan memberi Hari Valentine – Halaman all

    Kisah tiga Paus dari Afrika mengubah Kekristenan dan memberi Hari Valentine – Halaman all

    Afrika Utara saat ini didominasi umat Islam. Tapi kawasan ini dulunya adalah ‘jantung’ agama Kristen yang telah melahirkan sejumlah Paus. Warisan mereka dapat dirasakan oleh jemaat Gereja hingga hari ini.

    Wilayah kepausan mereka, yang berlangsung pada masa Kekaisaran Romawi, mencakup Tunisia modern, timur laut Aljazair, hingga pantai Libia barat.

    “Afrika Utara adalah Sabuk Alkitab Kekristenan kuno,” kata Prof Christopher Bellitto, seorang sejarawan Kean University di AS.

    Setelah Paus Fransiskus wafat, banyak umat Katolik di Afrika berharap Paus selanjutnya akan kembali berasal dari benua itu untuk pertama kalinya semenjak lebih dari 1.500 tahun yang lalu.

    Melalui artikel ini, kita akan berjumpa dengan tiga Paus dari Afrika – dan bagaimana mereka membuat umat Kristen merayakan Minggu Paskah dan Hari Valentine.

    Ketiganya telah diakui Gereja sebagai santo alias orang kudus.

    Victor I (189-199)

    Dianggap berasal dari Berber (penduduk asli Afrika Utara), Paus Victor I memimpin Gereja Katolik pada saat pengikut Yesus Kristus dipersekusi oleh para pejabat Romawi karena menolak menyembah dewa-dewa Romawi.

    Dia mungkin paling dikenal atas perannya dalam memastikan orang Kristen merayakan Paskah pada hari Minggu.

    Pada abad ke-2, beberapa kelompok Kristen dari Provinsi Romawi Asia (di Turki modern) merayakan Paskah pada hari yang sama saat orang Yahudi merayakan Paskah Yahudi [Passover, untuk merayakan pembebasan orang Yahudi dari perbudakan di Mesir].

    Namun, umat Kristen di bagian barat Kekaisaran Romawi percaya bahwa Yesus Kristus dibangkitkan pada hari Minggu sehingga Paskah harus selalu dirayakan pada hari itu.

    Perdebatan tentang kapan kebangkitan Yesus Kristus terjadi membuat masalah ini sangat kontroversial.

    “Kontroversi Paskah” adalah simbol dari konflik yang lebih besar antara umat Kristen Timur dan Barat, dan apakah orang Kristen harus mengikuti praktik orang Yahudi atau tidak.

    Victor I mengadakan Sinode Romawi pertama atau pertemuan para pemimpin Gereja—untuk menyelesaikan kebuntuan tersebut.

    Dia mengancam para uskup akan diasingkan dari Gereja jika menolak mematuhi keinginannya.

    “Dia bersuara tegas untuk membuat semua orang benar-benar punya pemahaman yang sama dengannya,” kata Prof Bellitto kepada BBC.

    Ini adalah karakter yang mengesankan, kata sejarawan itu, karena “dia adalah Uskup Roma ketika Kekristenan masih dianggap bertentangan dengan hukum di kekaisaran Romawi.”

    Warisan penting lainnya dari Victor I adalah dia memperkenalkan bahasa Latin sebagai bahasa umum Gereja Katolik. Sebelumnya, bahasa Yunani Kuno adalah bahasa utama untuk Liturgi Katolik dan komunikasi resmi Gereja.

    Victor I sendiri menulis dan berbicara dalam bahasa Latin yang saat itu digunakan secara luas di Afrika Utara.

    Miltiades (311-314)

    Paus Miltiades diyakini lahir di Afrika.

    Selama masa kepausannya, kekristenan semakin diterima oleh para kaisar Romawi dan akhirnya menjadi agama resmi Kekaisaran.

    Sebelumnya, persekusi terhadap umat Kristen berlangsung pada berbagai momen dalam sejarah Kekaisaran.

    Meski begitu, Prof Bellitto menunjukkan bahwa Miltiades tidak berperan atas perubahan ini. Dia mengatakan Paus adalah “penerima kebaikan hati Romawi” ketimbang negosiator yang hebat.

     

    Miltiades diberi sebuah istana oleh Kaisar Romawi Konstantinus, dan menjadi paus pertama yang punya kediaman resmi.

    Dia juga diberi izin oleh Konstantinus untuk membangun Basilika Lateran yang sekarang tercatat sebagai gereja publik tertua di Roma.

    Walau Paus modern tinggal dan bekerja di Vatikan, Gereja Lateran kadang-kadang disebut dalam Katolik sebagai “induk dari semua gereja”.

    Gelasius I (492-496)

    Gelasius I adalah satu-satunya di antara tiga paus Afrika yang menurut para sejarawan tidak lahir di Afrika.

    “Ada sumber mengenai dia… lahir di Roma. Jadi kami tidak tahu apakah dia [pernah] tinggal di Afrika Utara, tetapi tampaknya jelas bahwa dia adalah keturunan Afrika Utara,” jelas Prof Bellitto.

    Dia adalah sosok yang paling penting di antara tiga pemimpin umat Kristen asal Afrika, menurut Prof Bellitto.

    Gelasius I secara luas diakui sebagai Paus pertama yang secara resmi disebut “Vikaris Kristus”, sebuah istilah yang menandakan peran Paus sebagai wakil Kristus di Bumi.

    Dia juga mengembangkan Doktrin Dua Pedang, yang menekankan kekuasaan Gereja dan negara yang terpisah tetapi setara.

    Gelasius I juga membuat perbedaan tegas bahwa kedua kekuasaan diberikan kepada Gereja oleh Tuhan. Gereja kemudian mendelegasikan kekuasaan duniawi kepada negara. Inilah yang membuat Gereja pada akhirnya lebih unggul.

    “Setelahnya, pada Abad Pertengahan, Paus kadang-kadang mencoba memveto pemilihan kaisar atau raja, karena mereka mengatakan Tuhan memberi kekuasaan itu kepada mereka,” kata Prof Bellitto.

    Gelasius I juga dikenang karena tanggapannya terhadap Skisma Akasia—perpecahan antara Gereja Kristen Timur dan Barat yang berlangsung dari tahun 484 hingga 519.

    Selama periode ini, Gelasius I menegaskan supremasi Roma dan kepausan atas seluruh Gereja, baik Timur maupun Barat, yang diyakini para ahli melangkah terlalu jauh daripada pendahulunya.

    Gelasius juga bertanggung jawab atas perayaan populer yang masih dirayakan banyak orang sampai sekarang, yaitu perayaan Hari Valentine pada tanggal 14 Februari tahun 496 untuk memperingati Santo Valentine.

    Beberapa catatan mengatakan Valentine adalah seorang pendeta yang terus melakukan pernikahan secara rahasia meski dilarang oleh Kaisar Claudius II.

    Sejarawan percaya bahwa Hari Valentine berakar pada festival cinta dan kesuburan Romawi, Lupercalia, dan merupakan langkah Gelasius I untuk mengkristenkan tradisi pagan.

    Seperti apa wajah paus asal Afrika?

    Prof Bellitto mengatakan tidak ada cara untuk mengetahui, dengan tingkat akurasi apa pun, seperti apa wajah ketiga paus itu.

    “Kita harus ingat bahwa Kekaisaran Romawi, dan memang Abad Pertengahan, tidak memikirkan ras seperti yang kita pikirkan saat ini. Itu tidak ada hubungannya dengan warna kulit,” katanya kepada BBC.

    “Orang-orang di Kekaisaran Romawi tidak ada bermasalah dengan ras, tapi mereka peduli dengan etnisitas.”

    Prof Philomena Mwaura, seorang akademisi di Universitas Kenyatta Kenya, mengatakan kepada BBC bahwa Afrika di bawah kekuasaan Romawi sangat multikultural. Kelompok Berber dan Punic, budak-budak yang telah merdeka, hingga orang-orang dari Roma berdatangan ke Afrika.

    “Komunitas Afrika Utara cukup beragam, dan itu juga merupakan rute perdagangan bagi banyak orang yang terlibat dalam perdagangan di zaman kuno sebelumnya,” jelasnya.

    Alih-alih mengidentifikasi diri dengan kelompok etnis tertentu, “kebanyakan orang yang berasal dari daerah dalam Kekaisaran Romawi menganggap diri mereka sebagai Romawi,” tambah Prof Mwaura.

    Mengapa tidak ada lagi Paus dari Afrika?

    Tak satu pun dari 217 Paus sejak Gelasius I yang diyakini berasal dari Afrika.

    “Gereja di Afrika Utara dilemahkan oleh banyak kekuatan, termasuk jatuhnya Kekaisaran Romawi dan juga serbuan Muslim [ke Afrika Utara] pada abad ke-7,” kata Prof Mwaura.

    Namun, beberapa ahli berpendapat bahwa hadirnya Islam di Afrika Utara tidak bisa menjelaskan kenapa tidak ada Paus dari kawasan tersebut selama lebih dari 1.500 tahun.

    Prof Bellitto mengatakan proses pemilihan Paus baru menjadi “monopoli Italia” selama bertahun-tahun.

    Namun, dia mengatakan ada kemungkinan besar seorang Paus dari Asia atau Afrika akan terpilih dalam waktu dekat karena jumlah umat Katolik di belahan bumi selatan jauh lebih besar daripada mereka yang tinggal di belahan utara.

    Faktanya, agama Katolik berkembang lebih cepat di Afrika sub-Sahara saat ini daripada di tempat lain.

    Angka terbaru menunjukkan ada 281 juta umat Katolik di Afrika pada tahun 2023. Ini menyumbang 20?ri jemaat di seluruh dunia.

    Tiga orang Afrika menjadi kandidat untuk menggantikan Paus Fransiskus—Fridolin Ambongo Begungu dari Republik Demokratik Kongo, Peter Kodwo Appiah Turkson dari Ghana, dan Robert Sarah dari Guinea.

    Tetapi Prof Mwaura berpendapat bahwa “meskipun Kekristenan sangat kuat di Afrika, kekuatan Gereja masih di utara, karena mereka memiliki sumber daya.”

  • Kisah Tiga Paus dari Afrika yang Mengubah Kekristenan

    Kisah Tiga Paus dari Afrika yang Mengubah Kekristenan

    Jakarta

    Afrika Utara saat ini didominasi umat Islam. Tapi kawasan ini dulunya adalah ‘jantung’ agama Kristen yang telah melahirkan sejumlah Paus. Warisan mereka dapat dirasakan oleh jemaat Gereja hingga hari ini.

    Wilayah kepausan mereka, yang berlangsung pada masa Kekaisaran Romawi, mencakup Tunisia modern, timur laut Aljazair, hingga pantai Libia barat.

    “Afrika Utara adalah Sabuk Alkitab Kekristenan kuno,” kata Prof Christopher Bellitto, seorang sejarawan Kean University di AS.

    Setelah Paus Fransiskus wafat, banyak umat Katolik di Afrika berharap Paus selanjutnya akan kembali berasal dari benua itu untuk pertama kalinya semenjak lebih dari 1.500 tahun yang lalu.

    Melalui artikel ini, kita akan berjumpa dengan tiga Paus dari Afrika – dan bagaimana mereka membuat umat Kristen merayakan Minggu Paskah dan Hari Valentine.

    Ketiganya telah diakui Gereja sebagai santo alias orang kudus.

    Victor I (189-199)

    Getty Images

    Dia mungkin paling dikenal atas perannya dalam memastikan orang Kristen merayakan Paskah pada hari Minggu.

    Pada abad ke-2, beberapa kelompok Kristen dari Provinsi Romawi Asia (di Turki modern) merayakan Paskah pada hari yang sama saat orang Yahudi merayakan Paskah Yahudi [Passover, untuk merayakan pembebasan orang Yahudi dari perbudakan di Mesir].

    Namun, umat Kristen di bagian barat Kekaisaran Romawi percaya bahwa Yesus Kristus dibangkitkan pada hari Minggu sehingga Paskah harus selalu dirayakan pada hari itu.

    Perdebatan tentang kapan kebangkitan Yesus Kristus terjadi membuat masalah ini sangat kontroversial.

    “Kontroversi Paskah” adalah simbol dari konflik yang lebih besar antara umat Kristen Timur dan Barat, dan apakah orang Kristen harus mengikuti praktik orang Yahudi atau tidak.

    Victor I mengadakan Sinode Romawi pertama atau pertemuan para pemimpin Gerejauntuk menyelesaikan kebuntuan tersebut.

    Dia mengancam para uskup akan diasingkan dari Gereja jika menolak mematuhi keinginannya.

    “Dia bersuara tegas untuk membuat semua orang benar-benar punya pemahaman yang sama dengannya,” kata Prof Bellitto kepada BBC.

    Ini adalah karakter yang mengesankan, kata sejarawan itu, karena “dia adalah Uskup Roma ketika Kekristenan masih dianggap bertentangan dengan hukum di kekaisaran Romawi.”

    Warisan penting lainnya dari Victor I adalah dia memperkenalkan bahasa Latin sebagai bahasa umum Gereja Katolik. Sebelumnya, bahasa Yunani Kuno adalah bahasa utama untuk Liturgi Katolik dan komunikasi resmi Gereja.

    Victor I sendiri menulis dan berbicara dalam bahasa Latin yang saat itu digunakan secara luas di Afrika Utara.

    Miltiades (311-314)

    Getty Images

    Paus Miltiades diyakini lahir di Afrika.

    Selama masa kepausannya, kekristenan semakin diterima oleh para kaisar Romawi dan akhirnya menjadi agama resmi Kekaisaran.

    Sebelumnya, persekusi terhadap umat Kristen berlangsung pada berbagai momen dalam sejarah Kekaisaran.

    Meski begitu, Prof Bellitto menunjukkan bahwa Miltiades tidak berperan atas perubahan ini. Dia mengatakan Paus adalah “penerima kebaikan hati Romawi” ketimbang negosiator yang hebat.

    Miltiades diberi sebuah istana oleh Kaisar Romawi Konstantinus, dan menjadi paus pertama yang punya kediaman resmi.

    Dia juga diberi izin oleh Konstantinus untuk membangun Basilika Lateran yang sekarang tercatat sebagai gereja publik tertua di Roma.

    Walau Paus modern tinggal dan bekerja di Vatikan, Gereja Lateran kadang-kadang disebut dalam Katolik sebagai “induk dari semua gereja”.

    Gelasius I (492-496)

    Getty Images

    Gelasius I adalah satu-satunya di antara tiga paus Afrika yang menurut para sejarawan tidak lahir di Afrika.

    “Ada sumber mengenai dia… lahir di Roma. Jadi kami tidak tahu apakah dia [pernah] tinggal di Afrika Utara, tetapi tampaknya jelas bahwa dia adalah keturunan Afrika Utara,” jelas Prof Bellitto.

    Dia adalah sosok yang paling penting di antara tiga pemimpin umat Kristen asal Afrika, menurut Prof Bellitto.

    Gelasius I secara luas diakui sebagai Paus pertama yang secara resmi disebut “Vikaris Kristus”, sebuah istilah yang menandakan peran Paus sebagai wakil Kristus di Bumi.

    Dia juga mengembangkan Doktrin Dua Pedang, yang menekankan kekuasaan Gereja dan negara yang terpisah tetapi setara.

    Gelasius I juga membuat perbedaan tegas bahwa kedua kekuasaan diberikan kepada Gereja oleh Tuhan. Gereja kemudian mendelegasikan kekuasaan duniawi kepada negara. Inilah yang membuat Gereja pada akhirnya lebih unggul.

    “Setelahnya, pada Abad Pertengahan, Paus kadang-kadang mencoba memveto pemilihan kaisar atau raja, karena mereka mengatakan Tuhan memberi kekuasaan itu kepada mereka,” kata Prof Bellitto.

    Gelasius I juga dikenang karena tanggapannya terhadap Skisma Akasiaperpecahan antara Gereja Kristen Timur dan Barat yang berlangsung dari tahun 484 hingga 519.

    Selama periode ini, Gelasius I menegaskan supremasi Roma dan kepausan atas seluruh Gereja, baik Timur maupun Barat, yang diyakini para ahli melangkah terlalu jauh daripada pendahulunya.

    Gelasius juga bertanggung jawab atas perayaan populer yang masih dirayakan banyak orang sampai sekarang, yaitu perayaan Hari Valentine pada tanggal 14 Februari tahun 496 untuk memperingati Santo Valentine.

    Beberapa catatan mengatakan Valentine adalah seorang pendeta yang terus melakukan pernikahan secara rahasia meski dilarang oleh Kaisar Claudius II.

    Sejarawan percaya bahwa Hari Valentine berakar pada festival cinta dan kesuburan Romawi, Lupercalia, dan merupakan langkah Gelasius I untuk mengkristenkan tradisi pagan.

    Seperti apa wajah paus asal Afrika?

    Setelah Gelasius I, tidak ada paus lain yang diyakini berasal dari provinsi Romawi di Afrika. (Getty Images)

    Prof Bellitto mengatakan tidak ada cara untuk mengetahui, dengan tingkat akurasi apa pun, seperti apa wajah ketiga paus itu.

    “Kita harus ingat bahwa Kekaisaran Romawi, dan memang Abad Pertengahan, tidak memikirkan ras seperti yang kita pikirkan saat ini. Itu tidak ada hubungannya dengan warna kulit,” katanya kepada BBC.

    “Orang-orang di Kekaisaran Romawi tidak ada bermasalah dengan ras, tapi mereka peduli dengan etnisitas.”

    Prof Philomena Mwaura, seorang akademisi di Universitas Kenyatta Kenya, mengatakan kepada BBC bahwa Afrika di bawah kekuasaan Romawi sangat multikultural. Kelompok Berber dan Punic, budak-budak yang telah merdeka, hingga orang-orang dari Roma berdatangan ke Afrika.

    “Komunitas Afrika Utara cukup beragam, dan itu juga merupakan rute perdagangan bagi banyak orang yang terlibat dalam perdagangan di zaman kuno sebelumnya,” jelasnya.

    Alih-alih mengidentifikasi diri dengan kelompok etnis tertentu, “kebanyakan orang yang berasal dari daerah dalam Kekaisaran Romawi menganggap diri mereka sebagai Romawi,” tambah Prof Mwaura.

    Mengapa tidak ada lagi Paus dari Afrika?

    Tak satu pun dari 217 Paus sejak Gelasius I yang diyakini berasal dari Afrika.

    “Gereja di Afrika Utara dilemahkan oleh banyak kekuatan, termasuk jatuhnya Kekaisaran Romawi dan juga serbuan Muslim [ke Afrika Utara] pada abad ke-7,” kata Prof Mwaura.

    Namun, beberapa ahli berpendapat bahwa hadirnya Islam di Afrika Utara tidak bisa menjelaskan kenapa tidak ada Paus dari kawasan tersebut selama lebih dari 1.500 tahun.

    Prof Bellitto mengatakan proses pemilihan Paus baru menjadi “monopoli Italia” selama bertahun-tahun.

    Namun, dia mengatakan ada kemungkinan besar seorang Paus dari Asia atau Afrika akan terpilih dalam waktu dekat karena jumlah umat Katolik di belahan bumi selatan jauh lebih besar daripada mereka yang tinggal di belahan utara.

    Faktanya, agama Katolik berkembang lebih cepat di Afrika sub-Sahara saat ini daripada di tempat lain.

    Angka terbaru menunjukkan ada 281 juta umat Katolik di Afrika pada tahun 2023. Ini menyumbang 20% dari jemaat di seluruh dunia.

    Tiga orang Afrika menjadi kandidat untuk menggantikan Paus Fransiskus Fridolin Ambongo Begungu dari Republik Demokratik Kongo, Peter Kodwo Appiah Turkson dari Ghana, dan Robert Sarah dari Guinea.

    Tetapi Prof Mwaura berpendapat bahwa “meskipun Kekristenan sangat kuat di Afrika, kekuatan Gereja masih di utara, karena mereka memiliki sumber daya.”

    “Mungkin, karena terus menguat di benua Afrika dan semakin mandiri, akan tiba masanya ada paus dari Afrika,” katanya.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Komdigi Bekukan Izin Layanan Kripto Bola Mata Milik Sam Altman

    Komdigi Bekukan Izin Layanan Kripto Bola Mata Milik Sam Altman

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik (TDPSE) Worldcoin dan WorldID dibekukan sementara oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Keputusan ini menyusul adanya laporan soal aktivitas mencurigakan terkait kedua layanan milik pembuat ChatGPT Sam Altman.

    Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komdigi, Alexander Sabar juga menjelaskan akan memanggil PT. Terang Bulan Abadi dan PT. Sandina Abadi Nusantara. Seluruh perusahaan akan diminta memberikan klarifikasi soal dugaan pelanggaran ketentuan penyelenggaraan sistem elektronik.

    PT. Terang Bulan Abadi disebut belum terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) dan tidak memiliki TDPSE. Padahal hal tersebut wajib dimiliki dan diatur dalam peraturan perundang-undangan.

    Sementara itu Worldcoin menggunakan TDPSE atas nama badan hukum lain, yakni PT. Sandina Abadi Nusantara.

    “Pembekuan ini merupakan langkah preventif untuk mencegah potensi risiko terhadap masyarakat. Kami juga akan memanggil PT. Terang Bulan Abadi untuk klarifikasi resmi dalam waktu dekat,” kata Alexander, dikutip dari keterangan resminya, Minggu (4/5/2025).

    Sebagai informasi, terkait pendaftaran dan tanggung jawab atau operasional layanan telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik serta Peraturan Menteri Kominfo Nomor 10 Tahun 2021 tentang Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Privat.

    “Ketidakpatuhan terhadap kewajiban pendaftaran dan penggunaan identitas badan hukum lain untuk menjalankan layanan digital merupakan pelanggaran serius,” tegasnya.

    Layanan tersebut diklaim tidak mengumumkan identitas pribadi pengguna. Namun menggunakan data iris yang disimpan pada blockchain milik perusahaan.

    Namun hal ini yang menimbulkan pertanyaan. Sejumlah negara diketahui telah menyelidiki Worldcoin, seperti Perancis, Inggris, Korea Selatan, dan Chile.

    Worldcoin dilaporkan dilarang beredar oleh nyaris semua negara. Hanya Kenya yang memperbolehkan penggunaan aset kripto itu.

    Sementara di Argentina, Worldcoin didenda US$200 ribu. Alasannya karena dianggap menerapkan poin berlebihan untuk syarat dan ketentuan pengguna.

    (npb/haa)

  • Manusia 3x Lebih Lambat Sembuh Dibanding Simpanse Dkk

    Manusia 3x Lebih Lambat Sembuh Dibanding Simpanse Dkk

    Jakarta

    Manusia disebut membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh dari luka ketimbang para primata sejenis simpanse (Pan troglodytes) dan bonobo (Pan paniscus). Ini diketahui dari sebuah penelitian yang diterbitkan 29 April silam di jurnal Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences.

    Perbedaan dalam tingkat penyembuhan antara manusia dan simpanse ini tidak terjadi pada spesies primata lain, maupun antara primata nonmanusia dan mamalia lain, seperti hewan pengerat. Penemuan ini menunjukkan bahwa manusia mengembangkan penyembuhan yang lambat.

    “Temuan ini menunjukkan bahwa penyembuhan luka yang lambat yang diamati pada manusia bukanlah karakteristik umum di antara ordo primata dan menyoroti kemungkinan adaptasi evolusioner pada manusia,” tulis para peneliti dalam makalah tersebut.

    Luka manusia sembuh dalam beberapa tahap, dimulai dengan pembekuan untuk mencegah pendarahan, diikuti oleh sel-sel imun, seperti neutrofil dan makrofag, yang bergegas ke area tersebut untuk membunuh bakteri dan membuang jaringan mati serta serpihan. Selanjutnya, tubuh memperbaiki jaringan yang rusak. Sel-sel fibroblas membuat kolagen; protein yang menyediakan struktur dan kekuatan; pembuluh darah baru terbentuk untuk memasok nutrisi; dan sel-sel kulit bermigrasi melintasi luka untuk menutupinya.

    Mamalia lain sembuh dengan cara yang hampir sama seperti kita dengan sedikit perbedaan. Beberapa spesies seperti tikus, kuda, dan kucing sembuh melalui metode yang disebut kontraksi luka, di mana tepi luka ditarik bersama-sama seperti jahitan saat menjahit.

    Dalam studi baru tersebut, para peneliti menguji bagaimana tingkat penyembuhan berbeda antara manusia, primata nonmanusia, dan mamalia lainnya.

    Para peneliti menguji penyembuhan luka pada babon zaitun (Papio anubis), monyet Sykes (Cercopithecus albogularis), dan monyet vervet (Chlorocebus pygerythrus) yang ditangkap di alam liar dan kemudian ditempatkan di Institut Penelitian Primata Kenya. Primata tersebut dibius dan diberi luka sepanjang 1,6 inch kemudian diukur setiap hari setelahnya.

    Untuk mengukur penyembuhan luka pada simpanse, para peneliti menganalisis foto luka yang terjadi secara alami pada lima simpanse di Suaka Kumamoto University of Kyoto di Jepang.

    Luka-luka ini terletak di seluruh tungkai atas, tungkai bawah, punggung, bokong, perut, wajah, dan punggung tangan, dan difoto dengan interval dua hingga tujuh hari. Tingkat penyembuhan pada manusia dan hewan pengerat juga diukur.

    Ada 24 relawan manusia yang menjalani operasi pengangkatan tumor kulit dan difoto lukanya setiap hari di Rumah Sakit University of Ryukyus di Jepang. Luka tikus dan mencit dibuat dan dipantau di laboratorium.

    Pada akhirnya, para peneliti menemukan bahwa tingkat penyembuhan luka pada manusia sekitar tiga kali lebih rendah daripada yang terlihat pada spesies primata nonmanusia.

    Para peneliti menyarankan bahwa penyembuhan yang lebih lambat pada manusia mungkin muncul karena perbedaan rambut tubuh, ketebalan kulit, atau kepadatan kelenjar keringat. Peningkatan konsentrasi kelenjar keringat akan menyebabkan penurunan kepadatan rambut tubuh, yang mungkin membuat kulit lebih rentan terhadap cedera.

    Hal ini mungkin memicu evolusi lapisan kulit yang lebih tebal untuk meningkatkan perlindungan, yang pada gilirannya dapat mengakibatkan tingkat penyembuhan yang lebih lambat. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk benar-benar memahami alasan penyembuhan yang lambat, kata para peneliti.

    “Pemahaman yang lebih komprehensif tentang penyebab yang mendasari penyembuhan luka yang tertunda pada manusia memerlukan pendekatan komprehensif yang mengintegrasikan data genetik, seluler, morfologi, kerangka manusia fosil, dan primata non-manusia yang masih ada,” tulis para peneliti. Demikian melansir Live Science.

    (ask/rns)

  • Dibanding Negara Lain, Orang Indonesia Berkembang dan Sejahtera

    Dibanding Negara Lain, Orang Indonesia Berkembang dan Sejahtera

    Jakarta

    Apakah kita benar-benar merasa puas dengan hidup kita? Apakah kebahagiaan itu ada dalam pelukan pasangan, dalam tawa anak-anak kita, atau dalam rutinitas pekerjaan yang tak pernah habis? Atau apakah itu mungkin, sekadar ilusi yang mengendap di bawah permukaan harapan-harapan yang tak terungkap?

    Di negara-negara kaya yang penuh kemegahan, bahkan ketika segalanya tampak diselimuti kemewahan, banyak yang tetap merasa sepi, terpinggirkan, dan tak merasa ada kepuasan jiwa.

    Di tengah kemegahan gedung pencakar langit dan arus kekayaan yang mengalir, ternyata yang lebih dibutuhkan untuk kebahagiaan adalah kesejahteraan mendasar dan rasa keamanan yang memberikan harapan dan fondasi yang memberi ketenangan bagi jiwa.

    Kebahagiaan itu, sejatinya, adalah sesuatu yang lebih rumit ketimbang angka-angka ekonomi. Ia terletak pada penilaian subjektif kita tentang kehidupan kita sendiri, dan setiap pencapaian, setiap langkah kecil yang kita ambil adalah cermin dari seberapa jauh kita merasa hidup itu memiliki makna.

    Melalui sebuah studi internasional yang mendalam, yang merupakan bagian dari “Studi Kesejahteraan Global” (GFS), tim peneliti mencoba menggali apa yang dimaksud dengan kehidupan bahagia dan di negara mana orang-orang sangat puas, sejahtera, berkembang, yang dianggap menjadi sumber kebahagiaan.

    Studi ini mengungkapkan kisah-kisah kehidupan yang tak seragam, tergantung pada negara dan pengalaman pribadi mereka. Sejahtera atau berkembang berarti berjuang untuk kehidupan yang penuh makna, kegembiraan, dan kemajuan pribadi.

    Survei dalam studi ini menanyakan tentang kesehatan fisik, kebahagiaan, makna hidup, karakter, hubungan, keamanan finansial, dan kesejahteraan spiritual seseorang. Itu adalah faktor-faktor yang menurut para peneliti membentuk ukuran kesejahteraan secara holistik.

    Pencarian ilmiah untuk kehidupan yang memuaskan

    Para peneliti menulis, studi ini bukan tentang peringkat negara karena yang menjadi subjek bukan hanya negaranya saja, tetapi juga jawaban responden dari negara tersebut, dan hasil dari 22 negara tidak mewakili seluruh dunia.

    Namun, ada satu benang merah yang melintas di banyak tempat: Orang yang memiliki pekerjaan, yang menjalani hubungan, atau yang rutin menghadiri acara keagamaan biasanya memiliki kehidupan yang lebih memuaskan.

    “Perbedaan gender itu kecil; orang yang sudah menikah secara konsisten melaporkan tingkat kemakmuran yang lebih tinggi daripada orang dengan status lain; orang yang bekerja dan pensiunan memiliki kinerja lebih baik daripada orang yang tidak bekerja; tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan partisipasi yang lebih sering dalam acara keagamaan, seperti kebaktian gereja, terkait dengan tingkat kemakmuran yang lebih tinggi,” jelas Leonie Steckermeier, profesor muda sosiologi terapan di Universitas Kaiserslautern-Landau, Jerman, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

    Survei global bertentangan dengan Laporan Kebahagiaan Dunia

    Selain informasi demografi dan pertanyaan tentang masa kanak-kanak, berbagai bidang kehidupan diteliti: Kesehatan, kesejahteraan subjektif, makna hidup, karakter, hubungan, dan keamanan finansial.

    Hal ini menghasilkan indeks yang “berkembang” atau sejahtera. Konsep “berkembang” atau sejahtera ini dimaksudkan untuk menangkap kualitas semua aspek kehidupan seseorang secara komprehensif. Untuk tujuan ini, lebih dari 200.000 orang dari 22 negara berbeda di seluruh dunia disurvei, termasuk Indonesia dan Jerman.

    Survei ini akan diulang setiap tahun dengan orang yang sama di tahun-tahun mendatang agar dapat menganalisis perubahan dari waktu ke waktu.

    Para peneliti sangat menghargai kumpulan data yang luas dari studi baru ini, yang hasilnya sangat berbeda dari hasil Laporan Kebahagiaan Dunia tahunan, papar Prof. Dr. Hilke Brockmann, pengajar di Fakultas Sosiologi Universitas Bremen: “Peringkat negara tidak sesuai dengan Laporan Kebahagiaan Dunia (WHP) tahun ini, yang (selalu) menempatkan negara-negara Skandinavia yang kaya di peringkat teratas. Sebaliknya, Indonesia berada di peringkat pertama dalam GFS, tetapi ke-83 dalam WHP 2025.”

    Kebahagiaan di usia tua, kekhawatiran di masa muda

    Temuan tentang “kemakmuran” sepanjang perjalanan hidup sangat mengejutkan: banyak peneliti kebahagiaan berasumsi bahwa kepuasan hidup berbentuk U.

    Namun, kesejahteraan subjektif bervariasi secara signifikan di berbagai negara sepanjang perjalanan hidup: misalnya, kemakmuran meningkat seiring bertambahnya usia di Australia, Brasil, Jepang, Swedia, dan AS.

    Di Indonesia, Kenya, dan Turki angka tersebut tetap sama sepanjang siklus hidup, sedangkan di India dan Tanzania angka tersebut menurun sepanjang siklus hidup.

    Ini menarik sekaligus membingungkan. Penulis tidak dapat memberikan penjelasan apa pun selain asumsi bahwa perkembangan baru tengah terjadi di sini.

    Secara umum, studi baru ini menawarkan sedikit penjelasan tentang kemungkinan penyebabnya. Namun juga tidak memberikan rekomendasi apa pun.

    “Berbagai perbedaan yang spesifik di tiap negara juga masih membingungkan. Ini karena konsep ‘berkembang’ ke arah sejahtera berbicara secara umum tentang konteks tanpa menjelaskannya secara rinci,” ujar Steckenmeier.

    Namun, data yang dikumpulkan dapat membantu untuk “merinci dan menjelaskan secara kausal” perbedaan nasional.

    Pemuda membentuk kehidupan

    Yang paling menyedihkan dan mengkhawatirkan adalah generasi muda “secara signifikan tertinggal dari generasi sebelumnya dalam hal kesejahteraan subjektif dan mental,” kata profesor muda sosiologi terapan di Universitas Kaiserslautern-Landau, Leonie Steckermeier.

    Secara keseluruhan, “tingkat kemakmuran yang sangat rendah ditemukan pada kelompok usia muda. Hal ini, sebagaimana dicatat oleh penulis sendiri, mengejutkan dari perspektif ilmiah dan dari perspektif kebijakan.

    Sumber:

    The Global Flourishing Study: Study Profile and Initial Results on Flourishing. Nature Mental Health. DOI: 10.1038/s44220-025-00423-5.

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

    Editor: Yuniman Farid

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Politikus Kenya Ditembak Mati di Nairobi

    Politikus Kenya Ditembak Mati di Nairobi

    Nairobi

    Anggota parlemen Kenya, Charles Ong’ondo Were, ditembak mati di jalan ibu kota Nairobi. Juru bicara Majelis Nasional mengonfirmasi hal tersebut.

    “Dengan keterkejutan yang mendalam dan kesedihan yang tak terlukiskan, saya menerima berita yang menghancurkan tentang penembakan fatal yang menewaskan Hon. Ong’ondo Were, anggota Parlemen untuk Daerah Pemilihan Kasipul, dalam sebuah insiden yang terjadi di sepanjang Jalan Ngong dekat City Mortuary, Nairobi,” kata juru bicara Moses Wetang’ula memposting di X dilansir AFP, Kamis (1/5/2025).

    Insiden itu terjadi sekitar pukul 19.30 waktu setempat. Seorang saksi mata melaporkan bahwa Were diserang oleh dua orang yang mengendarai sepeda motor.

    “Salah satu pria bersenjata dilaporkan turun dari sepeda motor dan melepaskan tembakan dari jarak dekat, melukai anggota parlemen tersebut hingga tewas,” menurut laporan Citizen TV.

    Were adalah anggota Gerakan Demokratik Oranye, yang dipimpin oleh politisi veteran Raila Odinga.

    Odinga menentang hasil Pemilu 2022 yang dikalahkannya oleh Presiden William Ruto, tetapi telah menjalin aliansi politik dengan Ruto dalam beberapa bulan terakhir.

    Lihat juga Video ‘Tragedi Kebakaran Asrama Sekolah di Kenya Tewaskan 17 Murid’:

    (fas/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Misi Sebar Qurban Sambut Idul Adha, Menjembatani Ketimpangan dan Memberdayakan Peternak Lokal – Halaman all

    Misi Sebar Qurban Sambut Idul Adha, Menjembatani Ketimpangan dan Memberdayakan Peternak Lokal – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Membangun kepercayaan tidak bisa dilakukan dalam sekejap. 

    Bagi Aris Efendy (46), perjalanan bersama Human Initiative (HI) dalam mengelola hewan qurban sudah berjalan satu windu, atau delapan tahun. 

    Sejak 2018, Aris menjadi salah satu peternak binaan HI yang dipercaya mendatangkan dan merawat ratusan ekor sapi untuk mendukung program Sebar Qurban. 

    Setiap tahun, sapi-sapi yang dipelihara Aris, berasal dari berbagai daerah di Maluku Tengah dibeli oleh HI dan didistribusikan ke dusun-dusun miskin saat Hari Raya Idul Adha.  

    Tahun ini, menjelang Idul Adha 1446 H yang jatuh pada 6 Juni 2025, HI kembali menyiapkan 450 ekor sapi yang akan disebar ke pelosok Maluku Tengah. 

    Pada Kamis (17/4/2025), rombongan Humantrip HI yang dipimpin Vice President Bambang Suherman melakukan kunjungan ke kandang koloni milik Aris di Desa Hollo, Kecamatan Amahai. 

    Mereka didampingi Kepala Program Sebar Qurban Abdul Mughni, Putri Indonesia Maluku Novita Everdina, influencer Salsabila Kholiq, traveler Dimas Ramadhan, dan beberapa wartawan dari Jakarta dan Ambon. 

    Perjalanan menuju kandang tidak mudah.  

    Rombongan harus menaiki mobil bak terbuka melewati jalan sempit dan berlumpur di tengah perkebunan.  

    Namun semua terbayar saat tiba di area kandang yang terbuka, luas, dan tertata baik dengan suasana tenang di tengah alam Maluku. 

    “Kunjungan ini untuk memastikan bahwa hewan qurban yang nanti akan disebar benar-benar sehat, memenuhi syariat, dan berkualitas,” ujar Bambang Suherman. 

    Bambang menegaskan bahwa HI tahun ini menargetkan penyebaran 25,29 juta ekor hewan qurban setara kambing atau domba ke 25 provinsi di Indonesia hingga sembilan negara seperti Tanzania, Somalia, Uganda, Kenya, Nigeria, Filipina, Thailand, Myanmar, dan Palestina. 

    Program Sebar Qurban ini menjadi ikhtiar HI untuk mengatasi ketimpangan distribusi qurban.  

    Di kota-kota besar seperti Depok, kata Bambang, kerap terjadi penumpukan daging qurban, sementara di dusun-dusun pelosok, banyak masyarakat yang bahkan belum pernah menikmati daging qurban. 

    “Kami ingin memastikan qurban lebih merata, bukan hanya bertumpuk di kota, tapi sampai ke dusun-dusun yang membutuhkan,” tambahnya. 

    Di sisi lain, program ini juga memberdayakan peternak lokal. Penjualan hewan qurban oleh peternak seperti Aris memberikan dampak ekonomi yang nyata. Sebelum bekerjasama dengan HI, rata-rata peternak hanya memelihara 2 sampai 3 ekor sapi.  

    Kini, banyak yang mampu mengelola belasan hingga ratusan ekor. 

    “Sekarang ini, ada peternak di Maluku Tengah yang memelihara hingga 200 ekor sapi. Ini membuktikan bahwa kolaborasi bisa membawa kesejahteraan,” kata Aris Efendy bangga. 

    Untuk memastikan kualitas hewan, Human Initiative juga menerapkan Quality Control (QC) di berbagai wilayah seperti Langkat, Medan, Purbalingga, Magelang, Demak, Mojokerto, hingga Maluku.  

    Standar yang diperhatikan antara lain usia (minimal dua tahun untuk sapi), kesehatan (tidak cacat), serta bobot hidup sesuai syarat. 

    “Tim kami akan terus mengawal proses ini hingga penyembelihan dan distribusi, supaya semua sesuai dengan syariat Islam dan tepat sasaran,” kata Abdul Mughni, Kepala Program Sebar Qurban. 

    Melalui komitmen ini, HI berharap program Sebar Qurban tidak hanya menjadi perayaan Idul Adha, tetapi juga menjadi langkah nyata mengatasi kemiskinan, mengurangi stunting, dan menghidupkan semangat gotong royong di seluruh pelosok negeri.

    FOTO: HEWAN KURBAN – HI menyiapkan 450 ekor sapi kurban yang akan disebar hingga ke pelosok Maluku Tengah jelang Idul Adha 1446 H.

  • Whoosh jadi pilihan 17 dubes Afrika hadiri peringatan KAA di Bandung

    Whoosh jadi pilihan 17 dubes Afrika hadiri peringatan KAA di Bandung

    Bandung (ANTARA) – Sebanyak 17 duta besar dari negara-negara Afrika memilih menggunakan kereta cepat Whoosh untuk perjalanan dari Jakarta menuju Bandung dalam rangka menghadiri peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA).

    General Manager Corporate Secretary PT KCIC Eva Chairunisa mengatakan kehadiran para dubes tersebut menjadi momentum penting dalam memperkenalkan teknologi transportasi modern Indonesia kepada dunia internasional.

    “Whoosh menjadi kepercayaan masyarakat, baik dari dalam maupun luar negeri, sebagai sarana transportasi modern yang nyaman dan efisien. Tidak hanya sekadar alat transportasi, Whoosh juga memberikan pengalaman wisata dan mendukung konektivitas bisnis,” ujar Eva dalam keterangannya di Bandung, Kamis.

    Para dubes yang ikut dalam perjalanan tersebut berasal dari 17 negara, yakni Maroko, Mozambik, Tanzania, Kenya, Sudan, Etiopia, Rwanda, Mauritania, Mesir, Tunisia, Zimbabwe, Aljazair, Seiselensa, Angola, Afrika Selatan, Somalia, dan Nigeria.

    Eva menyatakan para dubes dari negara Afrika tersebut mengaku kagum dengan kemajuan infrastruktur transportasi Indonesia, terutama kereta cepat Whoosh yang menurut mereka memberikan pengalaman berbeda.

    Menurut data PT KCIC, sejak resmi beroperasi Whoosh telah melayani lebih dari 361 ribu penumpang internasional. Pada tahun 2024 tercatat sebanyak 237 ribu penumpang asing menggunakan layanan ini dan hingga awal 2025 telah mencapai 97 ribu penumpang.

    Wisatawan mancanegara terbanyak berasal dari Malaysia dengan total sekitar 157 ribu penumpang, disusul Singapura 40 ribu penumpang, China 35 ribu penumpang, Jepang 19 ribu penumpang, Australia dan Amerika Serikat masing-masing 13 ribu penumpang.

    Eva menyampaikan bahwa tingginya minat wisatawan asing terhadap layanan Whoosh memberikan dampak positif, tidak hanya bagi sektor transportasi, tetapi juga bagi promosi pariwisata dan investasi di Indonesia.

    “Kehadiran Whoosh tidak hanya mencerminkan modernisasi transportasi nasional, tetapi juga menjadi simbol daya saing Indonesia di mata dunia. Kunjungan para diplomat Afrika menunjukkan eratnya hubungan Asia-Afrika yang terus terjalin dengan semangat persahabatan dan kemajuan bersama,” kata Eva.

    Pewarta: Rubby Jovan Primananda
    Editor: Riza Mulyadi
    Copyright © ANTARA 2025