Negara: Kenya

  • Gaza, Ukraina, AI Jadi Perhatian Utama di Davos 2024

    Gaza, Ukraina, AI Jadi Perhatian Utama di Davos 2024

    Jakarta

    Orang-orang kaya dan berkuasa dari seluruh dunia kembali berkumpul di Davos, sebuah resor indah di Swiss untuk menghadiri pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia World Economic Forum (WEF).

    Acara tahunan ini diadakan saat berbagai krisis tengah melanda dunia. Perang dahsyat di Gaza dan Ukraina, terobosan dalam kecerdasan buatan (AI) yang menimbulkan kegembiraan sekaligus kekhawatiran, krisis utang yang sangat besar di tengah perlambatan dan kemerosotan ekonomi, dan memburuknya kesehatan planet Bumi.

    Lebih dari 2.800 peserta dijadwalkan menghadiri acara 5 hari yang dimulai Senin (15/01), termasuk lebih dari 60 kepala negara dan pemerintahan. Tema pertemuan para pemimpin politik dan bisnis global, selebriti dan aktivis sosial terkemuka tahun ini adalah “Membangun Kembali Kepercayaan.”

    “Tema ini adalah respons langsung atas terkikisnya kepercayaan yang terlihat jelas di masyarakat dan antara negara,” kata Direktur Pelaksana Forum Ekonomi Dunia Davos, Mirek Dusek saat konferensi pers.

    Beberapa orang mungkin secara langsung menghubungkan kesenjangan ini dengan “transformasi mendalam yang terjadi di sekitar kita, baik itu geopolitik, geoekonomi, atau yang terkait dengan iklim dan alam,” ujarnya.

    Gaza dan Ukraina, agenda utama Davos

    Di antara para pemimpin politik terkemuka yang akan ambil bagian di Davos adalah Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, dan Perdana Menteri Cina Li Qiang. Presiden Argentina yang baru terpilih dan kontroversial, Javier Milei, juga diperkirakan hadir.

    Amerika Serikat (AS) akan diwakili oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken. Ia akan bergabung dengan para pemangku kepentingan utama dalam perang di Gaza, termasuk Presiden Israel Isaac Herzog dan Perdana Menteri Qatar Mohammed Bin Abdulrahman Al Thani, untuk membahas cara-cara mengakhiri konflik di Gaza dan menghindari eskalasi lebih lanjut yang dikhawatirkan banyak orang.

    Masalah ekonomi dan krisis utang

    Lambannya pertumbuhan ekonomi dan krisis biaya hidup berkepanjangan di tengah kenaikan suku bunga memberikan dampak yang sangat buruk bagi masyarakat di seluruh dunia.

    Bank Dunia baru-baru ini memperingatkan bahwa di akhir 2024 perekonomian global akan menunjukkan pertumbuhan PDB separuh dekade paling lambat selama 30 tahun.

    Ketakutan terhadap resesi global memang agak mereda berkat pertumbuhan yang kuat di Amerika Serikat. Namun terdapat kekhawatiran bahwa meningkatnya ketegangan geopolitik dapat menggagalkan pemulihan. Perlambatan yang terjadi di Cina sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, juga telah memperburuk prospek banyak negara berkembang di Afrika dan Asia.

    Isu lain yang juga akan mendominasi agenda ini adalah besarnya utang yang dimiliki oleh negara-negara berkembang, sebagian besar di Afrika, dalam beberapa tahun terakhir untuk menghadapi berbagai krisis seperti pandemi COVID-19, kekurangan energi, dan perubahan iklim.

    Saat ini, 3,3 miliar orang di seluruh dunia tinggal di negara-negara yang membelanjakan anggaran lebih banyak untuk pembayaran bunga dibandingkan untuk sektor pendidikan atau kesehatan, menurut PBB. Anggaran di banyak negara berkembang tertekan oleh tingginya biaya pangan dan energi serta tingginya biaya pinjaman.

    Perekonomian dan krisis utang akan menjadi agenda utama para pemimpin Afrika yang diperkirakan akan hadir dalam jumlah besar di Davos. Mereka rencananya akan dipimpin oleh Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu dan Presiden Kenya William Ruto.

    “Jika berbicara tentang Afrika, yang terpenting adalah membangun kepercayaan terhadap Afrika sebagai pusat peluang pada saat ini dan di masa depan, terutama dividen demografisnya,” menurut Leonard Stiegeler dari Africa Collective, sebuah platform untuk mempromosikan kepentingan Afrika kepada investor global.

    “Dalam hal penciptaan lapangan kerja di masa depan, pembukaan lapangan kerja di masa depan, Afrika adalah tempat yang bisa ditengok dan ini adalah hal yang ingin dipromosikan oleh para pemimpin Afrika,” kata Stiegeler kepada DW.

    AI, isu kunci di Davos

    Booming di sektor kecerdasan buatan atau AI telah membuka peluang sekaligus menyulitkan para regulator. AI menjadi topik utama tahun ini dengan digelarnya sejumlah diskusi panel yang didedikasikan untuk revolusi teknologi.

    Survei risiko tahunan yang diterbitkan oleh WEF pada hari Rabu (10/01) menempatkan misinformasi dan disinformasi yang disebabkan oleh AI sebagai bahaya terbesar dalam dua tahun ke depan.

    Survei tersebut mengatakan “hubungan antara informasi yang dipalsukan dan kerusuhan di masyarakat akan menjadi pusat perhatian” pertemuan Davos tahun ini ketika negara-negara besar seperti AS, Uni Eropa, dan India mengadakan pemilu.

    “Kami ingin menjadi paranoid secara positif terhadap teknologi terdepan dan isu-isu terdepan lainnya,” kata Dusek. “Dan sudah menerapkan dialog dan kerja sama pemerintah-swasta dalam isu-isu ini sehingga kita tidak mengejar ketertinggalan seperti yang dikatakan sebagian orang ketika menyangkut AI generatif.”

    Forum Ekonomi Dunia di Davos akan berlangsung hingga 19 Januari. (ae/hp)

    Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Sadis! Kelompok Bersenjata Haiti Tarik Pasien dari Ambulans-Tembak Mati

    Sadis! Kelompok Bersenjata Haiti Tarik Pasien dari Ambulans-Tembak Mati

    Jakarta

    Sadis! Sebuah kelompok bersenjata di Haiti menarik seorang pasien keluar dari ambulans dan menembaknya di jalanan. Pasien yang sedang dalam kondisi kritis itu pun tewas ditembak.

    Atas kejadian ini, kelompok bantuan internasional Doctors Without Borders yang juga dikenal sebagai MSF, mengatakan bahwa mereka menghentikan sementara pekerjaan di sebuah pusat medis di ibukota Haiti, Port-au-Prince.

    Serangan mengerikan itu terjadi pada hari Selasa (12/12) waktu setempat di dekat Pusat Darurat Turgeau di jantung kota Port-au-Prince yang marak kekerasan geng-geng kriminal.

    Dilansir kantor berita AFP, Jumat (15/12/2023), MSF mengatakan dalam rilis pers pada Kamis (14/12) waktu setempat, bahwa ketika dua ambulans meninggalkan Pusat Darurat Turgeau dengan pasien-pasien di dalamnya, termasuk seorang pria yang dirawat dalam kondisi kritis, sekitar 10 orang bersenjata muncul dan menghalangi kedua ambulans tersebut.

    Setelah melepaskan tembakan ke udara dan memeriksa bagian dalam ambulans, mereka memerintahkan “ambulans kedua untuk mundur sementara mereka menarik pasien dari ambulans pertama,” kata MSF.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {

    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    adSlot.innerHTML = “;

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’)
    .addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”;
    ads[currentAdIndex]();
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function (entries) {
    entries.forEach(function (entry) {
    if (entry.intersectionRatio > 0.1) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    } else {
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.1 });

    function checkVisibility() {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    } else {
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    }

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function () {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) {
    console.error(“❌ Elemen #ad-slot tidak ditemukan!”);
    return;
    }
    ads[currentAdIndex]();
    observer.observe(adSlot);
    });

    var mutationObserver = new MutationObserver(function (mutations) {
    mutations.forEach(function (mutation) {
    if (mutation.type === “childList”) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    });
    });

    mutationObserver.observe(document.getElementById(“ad-slot”), { childList: true, subtree: true });

    Kelompok bersenjata kemudian memukuli pria tersebut sebelum menembaknya beberapa kali dari jarak dekat, lalu kabur dari lokasi kejadian.

    “MSF tetap menjadi salah satu organisasi internasional terakhir yang menyediakan layanan kesehatan di ibu kota Haiti dan tidak dapat menerima bahwa ambulansnya diserang dengan kekerasan dan pasien ditembak mati di jalan,” kata kepala misi MSF Benoit Vasseur dalam siaran persnya.

    Lihat juga Video ‘Ribut-ribut Haiti Vs Republik Dominika, Perbatasan Negara Dikunci’:

    Pusat Darurat Turgeau akan ditutup “tanpa batas waktu” sementara MSF melakukan analisis keamanan, kata kelompok itu. MSF menambahkan bahwa mereka akan terus memberikan perawatan medis di lokasi lain di Port-au-Prince.

    Pusat Turgeau merawat 80 hingga 100 pasien per hari.

    Geng-geng bersenjata yang kejam telah memaksa beberapa pusat kesehatan ditutup dalam beberapa tahun terakhir di Port-au-Prince.

    Kekerasan geng yang merajalela hanyalah salah satu tantangan yang dihadapi negara termiskin di Amerika ini, yang sistem politik, ekonomi, dan kesehatan masyarakatnya sedang compang-camping.

    Sejauh ini pada tahun 2023, lebih dari 8.000 orang telah tewas dibunuh, terluka atau diculik di Haiti, menurut kantor hak asasi manusia PBB. Angka ini jauh melampaui angka sepanjang tahun 2022.

    PBB memperkirakan bahwa hampir 80 persen wilayah metropolitan Port-au-Prince berada di bawah pengaruh atau dikendalikan langsung oleh geng-geng bersenjata.

    Di tengah krisis ini, Dewan Keamanan PBB pada awal Oktober lalu, memberikan lampu hijau bagi misi yang dipimpin Kenya untuk membantu polisi Haiti yang kewalahan.

    Seorang pejabat PBB mengatakan dia berharap pasukan keamanan multinasional akan dapat dikerahkan ke Haiti pada kuartal pertama tahun depan.

    Lihat juga Video ‘Ribut-ribut Haiti Vs Republik Dominika, Perbatasan Negara Dikunci’:

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Nyaris 100 Orang Tewas Akibat Banjir di Somalia

    Nyaris 100 Orang Tewas Akibat Banjir di Somalia

    Jakarta, CNN Indonesia

    Jumlah korban tewas akibat banjir yang disebabkan oleh hujan lebat di Somalia bertambah menjadi 96 orang pada Sabtu (25/11).

    “Jumlah korban tewas akibat banjir di Somalia naik menjadi 96 orang,” kata kantor berita negara SONNA dalam sebuah postingan di X (sebelumnya bernama Twitter), dan menambahkan bahwa angka tersebut telah dikonfirmasi oleh Mahamuud Moallim, kepala badan penanggulangan bencana di negara tersebut.

    Seperti halnya wilayah timur Afrika lainnya, Somalia telah dilanda hujan lebat tanpa henti yang dimulai pada bulan Oktober. Hujan lebat tanpa henti itu disebabkan oleh fenomena cuaca El Nino dan Indian Ocean Dipole, mengutip Reuters.

    Keduanya merupakan pola iklim yang berdampak pada suhu permukaan laut dan menyebabkan curah hujan di atas rata-rata.

    Banjir ini digambarkan sebagai yang terburuk dalam beberapa dekade terakhir dan telah menyebabkan sekitar 700.000 orang mengungsi, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Hujan deras telah menyebabkan banjir yang meluas di seluruh negeri, memicu pengungsian dan memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah ada akibat pemberontakan selama bertahun-tahun.

    Di negara tetangga, Kenya, banjir sejauh ini telah menewaskan 76 orang, menurut Palang Merah Kenya, dan juga menyebabkan pengungsian yang meluas, hancurnya jalan dan jembatan serta menyebabkan banyak penduduk tanpa tempat tinggal, persediaan air dan makanan, menurut badan amal Médecins Sans Frontières (MSF).

    (Reuters/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Pendeta Terkenal di Kenya Ditangkap Atas Kematian Massal Pengikutnya

    Pendeta Terkenal di Kenya Ditangkap Atas Kematian Massal Pengikutnya

    Nairobi

    Seorang pendeta terkenal di Kenya ditangkap dan diadili terkait dakwaan ‘pembunuhan massal’ terhadap pengikutnya. Penangkapan ini dilakukan beberapa hari setelah temuan puluhan mayat dalam kuburan massal terkait sekte sesat sebuah gereja lainnya di Kenya, yang menuntut pengikutnya kelaparan demi masuk surga.

    Seperti dilansir AFP, Jumat (28/4/2023), pendeta terkenal bernama Ezekiel Odero yang memimpin Pusat Doa dan Gereja Hidup Baru ditangkap otoritas Kenya terkait dugaan kematian para pengikutnya.

    “Dia (Odero-red) telah ditangkap dan sedang diproses untuk menghadapi tuntutan pidana terkait pembunuhan massal para pengikutnya,” ungkap Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Kenya Kithure Kindiki dalam pernyataannya.

    “Gereja tersebut telah ditutup. Lebih dari 103 orang yang bersembunyi di tempat itu telah dievakuasi dan akan diminta untuk membuat pernyataan,” imbuhnya.

    Penangkapan Odero bertepatan dengan penyelidikan terhadap Paul Mackenzie Nthenge, seorang pemimpin kultus yang dituduh membunuh lebih dari 100 orang, kebanyakan anak-anak, di sebuah hutan dekat kota pesisir Malindi.

    Nthenge yang mantan sopir taksi itu diduga memberitahu para pengikutnya dalam sebuah gereja bernama Gereja Internasional Kabar Baik bahwa kelaparan memberikan jalan menuju Tuhan.

    Temuan mengerikan itu membuat terkejut publik Kenya, yang mayoritas penduduknya menganut agama Kristen. Laporan terbaru media-media lokal Kenya, yang mengutip sumber kepolisian, menyebut 11 jenazah lainnya telah ditemukan dari kuburan massal pada Kamis (27/4) waktu setempat. Dengan tambahan itu, maka sejauh ini total 109 orang tewas terkait sekte sesat itu.

  • Dalih Sesat Sekte di Kenya, Mati Kelaparan Agar ‘Bertemu Yesus’

    Dalih Sesat Sekte di Kenya, Mati Kelaparan Agar ‘Bertemu Yesus’

    Nairobi

    Sekte sesat di Kenya membuat geger usai 73 mayat pengikutnya ditemukan terkubur di sebuah hutan di Shakahola. Sekte itu mempraktikkan ajaran sesat bahwa kematian karena kelaparan bisa mengantarkan para pengikutnya untuk ‘bertemu Yesus’.

    Dilansir AFP, Selasa (25/4/2023), sekte sesat itu terbongkar usai dua anak mati kelaparan dalam pengawasan orang tua mereka. Kematian dua anak itu berujung dengan penangkapan Paul Mackenzie Nthenge, seorang sopir taksi yang menjadi pendeta. Kala itu, dia dibebaskan dengan jaminan 100.000 shilling Kenya ($ 700).

    Penyelidikan terhadap Gereja Good News International yang dipimpin Nthenge pun dilakukan. Penyelidikan itu membawa polisi ke hutan dekat kota pesisir Malindi tempat Nthenge berkotbah, di mana mereka menemukan 15 orang yang kelaparan — empat di antaranya meninggal.

    Diyakini beberapa pemujanya masih bersembunyi di semak-semak di sekitar Shakahola. Sejak saat itu, sejumlah orang berhasil diselamatkan.

    Di hutan itu juga, polisi menemukan kuburan massal. 73 mayat pengikut Nthenge ditemukan terkubur dalam lubang yang dangkal.

    “Kami memiliki 73 mayat dari hutan malam ini dan pencarian akan dilanjutkan besok,” kata seorang petugas polisi yang terlibat dalam penyelidikan kepada AFP tanpa menyebut nama.

    “Ini adalah keadaan yang sangat menyedihkan tentang bagaimana orang-orang ini meninggal dan dimakamkan di kuburan dangkal karena kami menemukan enam mayat terjepit di satu kuburan hari ini,” katanya.

    Gereja Good News International

    Menurut situs web gereja, Nthenge mendirikan sekte tersebut pada tahun 2003 dan mendirikan cabang di Nairobi dan sepanjang pantai Kenya yang menarik lebih dari 3.000 umat.

    “Memelihara umat beriman secara holistik dalam semua hal spiritualitas Kristen saat kita mempersiapkan diri untuk kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali melalui pengajaran dan penginjilan,” tulis situs web itu.

    Nthenge juga meluncurkan saluran YouTube pada tahun 2017, memperingatkan pengikutnya terhadap “setan” seperti memakai rambut palsu dan menggunakan uang seluler dalam video yang diposting ke platform media sosial.

    Pada tahun 2017, Nthenge pernah ditangkap atas tuduhan “radikalisasi” setelah mendesak anak-anak untuk tidak bersekolah karena pendidikan tidak diakui oleh Alkitab.

    Dua tahun kemudian, dia menutup gereja dan pindah ke kota sepi Shakahola, mengatakan kepada surat kabar The Nation dalam sebuah wawancara bulan lalu bahwa dia “mendapat wahyu bahwa waktu untuk berhenti telah tiba”.

    “Saya hanya berdoa dengan diri saya sendiri dan mereka yang memilih untuk percaya,” katanya.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

  • 51 Mayat Dikubur di Hutan

    51 Mayat Dikubur di Hutan

    Nairobi

    Polisi Kenya melanjutkan pencarian korban sekte atau aliran sesat di hutan di Shakahola. Sejauh ini, 51 mayat diduga anggota sekte ditemukan terkubur di hutan.

    Dilansir AFP, Senin (24/4/2023), pencarian ke pedalaman dari Malindi terus dilanjutkan tidak hanya untuk jenazah tetapi juga untuk kemungkinan orang yang selamat dari hasutan pimpinan sekte, Makenzie Nthenge, yang meminta para pengikutnya mati kelaparan untuk “bertemu Yesus”.

    Investigasi skala penuh juga telah diluncurkan ke Gereja Good News International dan pemimpinnya sejak polisi menyerbu hutan di Shakahola dan menemukan mayat pertama minggu lalu.

    Selama akhir pekan, lusinan mayat lainnya digali. Area hutan seluas 800 acre (325 hektar) pun dinyatakan sebagai TKP karena pihak berwenang berusaha untuk memahami skala sebenarnya dari apa yang disebut “Pembantaian Hutan Shakahola”.

    Inspektur Jenderal Polisi, Japhet Koome, diperkirakan akan mengunjungi lokasi tersebut pada hari ini waktu setempat di mana tim telah menggali lebih banyak lubang kubur dan mencari kemungkinan orang-orang yang selamat dari sekte tersebut.

    Ada kekhawatiran bahwa beberapa anggota bersembunyi dari pihak berwenang di sekitar hutan semak dan berisiko mati jika tidak ditemukan dengan cepat. Sejumlah orang telah diselamatkan dan dibawa ke rumah sakit di Malindi di pantai Samudera Hindia.

    Sebuah kelompok hak asasi yang memberi tahu polisi tentang sekte tersebut dan praktik ekstremnya mengatakan setidaknya satu dari mereka yang diselamatkan menolak makan meskipun jelas-jelas mengalami tekanan fisik.

    Pemimpin sekte, Makenzie Nthenge, sudah menyerahkan diri ke polisi dan pada didakwa bulan lalu, setelah dua anak mati kelaparan. Dia sempat dibebaskan dengan jaminan 100.000 shilling Kenya ($700).

    Kasus suram itu telah menarik perhatian nasional dan pemerintah telah menekankan perlunya kontrol yang lebih ketat terhadap denominasi agama di negara di mana pendeta nakal dan sekte pinggiran terlibat dalam kejahatan.

    Menteri Dalam Negeri Kithure Kindiki, yang telah mengumumkan akan mengunjungi situs tersebut pada hari Selasa, menggambarkan kasus tersebut sebagai “penyalahgunaan hak asasi manusia untuk kebebasan beribadah yang paling jelas diabadikan secara konstitusional”.

    Lihat juga Video: Sederet Hal Tentang Aliran Puang Nene di Bone Sulsel yang Diduga Sesat

    (mae/dhn)

  • Aliran Sesat di Kenya Bikin Geger, 21 Mayat Pengikutnya Dikubur di Hutan

    Aliran Sesat di Kenya Bikin Geger, 21 Mayat Pengikutnya Dikubur di Hutan

    Nairobi

    Sebuah aliran sesat di Kenya membuat geger. Sebanyak 21 mayat pengikutnya ditemukan mati akibat kelaparan dan terkubur di hutan.

    Dilansir AFP, Minggu (23/4/2023), penemuan puluhan mayat itu bermula saat polisi menyelidiki kematian 7 orang di Kenya Timur. Seorang pendeta bernama Makenzie Nthenge kemudian ditangkap.

    Nthenge dilaporkan menyuruh para pengikutnya untuk membuat diri mereka sendiri kelaparan untuk “bertemu Yesus”.

    “Secara total sejak kemarin, kami memiliki 21 mayat,” kata seorang sumber polisi kepada AFP tanpa menyebut nama, mengacu pada penggalian di hutan Shakahola di luar kota pesisir Malindi.

    “Kami bahkan belum menggali permukaan yang memberikan indikasi jelas bahwa kami kemungkinan akan mendapatkan lebih banyak tubuh pada akhir latihan ini,” tambah sumber tersebut.

    Sumber polisi lain mengkonfirmasi jumlah korban yang sama, juga dengan syarat anonimitas. Setidaknya tiga anak termasuk di antara para korban.

    Menurut media lokal, Nthenge, pemimpin Gereja Kabar Baik Internasional, menyerahkan diri ke polisi dan didakwa bulan lalu, setelah dua anak mati kelaparan dalam tahanan orang tua mereka.

    Tetapi polisi menangkap Nthenge pada 15 April setelah menemukan mayat empat pengikutnya yang menurut laporan dia disuruh kelaparan untuk “bertemu Yesus”.

    Kasus ini akan disidangkan di pengadilan pada 2 Mei dengan sidang awal pada hari Senin.

    “Pendeta ini harus menghadapi semua dakwaan ini meskipun dia melakukan mogok makan dengan mengatakan bahwa dia berdoa dan berpuasa dalam tahanan,” kata seorang sumber polisi.

    Pada hari Jumat, polisi Kenya mengatakan bahwa mereka telah menggali tiga mayat lainnya.

    Sebelas pengikut gereja lainnya – tujuh pria dan empat wanita berusia 17 hingga 49 tahun – dibawa ke rumah sakit, tiga di antaranya dalam kondisi kritis, setelah diselamatkan pada 14 April.

    Polisi menggeledah sebuah hutan setelah menerima informasi tentang kematian “warga bodoh yang mati kelaparan dengan dalih bertemu Yesus setelah dicuci otak” oleh Nthenge.

    Media lokal melaporkan enam rekan Nthenge juga ditangkap.

    (mae/dhn)