Negara: Kanada

  • Senpi Pelaku Teror SMA Negeri 72 Jakarta Disorot, Banyak Nama Terorisme Barat

    Senpi Pelaku Teror SMA Negeri 72 Jakarta Disorot, Banyak Nama Terorisme Barat

    GELORA.CO – Pengamat terorisme Intelijen Ridlwan Habib menyoroti senjata api (Senpi) laras panjang yang dibawa diduga pelaku terorisme di SMA Negeri 72 Jakarta. 

    Diketahui SMA Negeri 72 Jakarta digegerkan dengan ledakan yang melukai puluhan siswa. 

    Ledakan terjadi saat ratusan siswa tengah menjalani salat Jumat di masjid sekolah pada Jumat (7/11/2025) siang. 

    Dari foto yang viral, terlihat seorang pemuda tewas dengan luka tembakan di kepala. 

    Pemuda tersebut memakai kaus putih, celana panjang hitam dan sepatu pdl ala prajurit TNI. 

    Di dekat pemuda tewas itu terdapat sebuah senpi laras panjang dan sebuah pistol.

    Pakar terorisme Intelijen Ridlwan Habib menduga bahwa aksi tersebut merupakan aksi teror. Namun demikian Ridlwan belum berani mengambil kesimpulan motif aksi teror tersebut.

    Ridlwan pun menyoroti sejumlah tulisan dengan tinta putih di senpi laras panjang terduga pelaku. 

    Senpi laras panjang itu kata Ridlwan, apabila bukan mainan airsoft gun maka Senpi jenis AR15. 

    “Ada satu Senpi yang kemungkinan kalau dilihat dari gambar satu jenis yang disebut AR15, kalau bukan airsoft gun berarti betul AR15,” jelasnya seperti dimuat Kompas Tv.

    Pun tulisan di senpi laras panjang tersebut juga disorot oleh Ridlwan. Pasalnya tulisan tersebut dipenuhi nama-nama terorisme dari negara barat yang terjadi di masjid-masjid. 

    Misalnya saja tulisan Brenton Tarrant. Brenton Tarrant adalah pelaku terorisme di Selandia Baru yang melakukan aksi peledakan di sebuah masjid di Selandia Baru.

    Saat itu sebanyak 51 orang tewas karena insiden tersebut. 

    Pun ada dua nama teroris lainnya yang disorot Ridlwan yakni Alexandre Bissonnette yang merupakan teroris asal Kanada. 

    Alexandre Bissonnette merupakan pelaku serangan teror di masjid Kanada.

    Terakhir adalah Luca Benincasa yang merupakan teroris neo nazi di Italia.

    “Kalau benar airsoft ini milik pelaku, maka pelaku sengaja menuliskan pelaku-pelaku teror luar negeri,” jelas Ridlwan.

  • Menunggu Efek Stimulus Prabowo Saat Manufaktur Loyo

    Menunggu Efek Stimulus Prabowo Saat Manufaktur Loyo

    Bisnis.com, JAKARTA — Efek stimulus ekonomi yang digelontorkan pemerintah dipastikan belum berdampak ke perekonomian Juli-September atau kuartal III/2025. Selain pertumbuhannya melambat menjadi 5,04% (YoY), kontribusi manufaktur terhadap PDB belum kunjung kembali ke level prapandemi dan porsi tenaga kerja informal masih dominan. 

    Adapun pertumbuhan ekonomi kuartal III/2025 sebesar 5,04% secara tahunan (year on year/YoY) atau lebih rendah dari kuartal II/2025 yang mencapai 5,12% (YoY). Berdasarkan lapangan usahanya, industri pengolahan masih memberikan sumbangsih terbesar yakni 19,15% dengan pertumbuhan secara tahunan 5,54% (YoY). 

    Kendati distribusinya terbesar terhadap pertumbuhan PDB, sudah hampir 10 tahun distribusi manufaktur terhadap PDB selama periode kuartal III tidak menyentuh 20%. 

    Berdasarkan catatan Bisnis, kontribusi manufaktur terhadap PDB terakhir menyentuh level 20% pada kuartal III yakni 20,10% pada kuartal III/2016. Pada kuartal I/2019, porsi manufaktur pernah menyentuh 20,07% terhadap PDB alias enam tahun yang lalu.

    Di sisi lain, proporsi penduduk bekerja sebagai buruh, karyawan, atau pegawai turun berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2025. Data itu dirilis oleh BPS pada hari yang sama pengumuman pertumbuhan ekonomi kuartal III/2025, Rabu (5/11/2025). 

    Pada periode tersebut, BPS melaporkan bahwa jumlah penduduk bekerja sebanyak 146,54 juta orang. Sebesar 38,74% di antaranya berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai. Capaian itu meningkat dari periode Sakernas Agustus 2024 yakni sebanyak 0,65 juta orang. 

    Namun, apabila membandingkannya secara persentase dengan Agustus 2024, jumlah pekerja berstatus buruh, pegawai dan karyawan terpantau menurun. Agustus 2024 proporsinya sebesar 38,80%.

    Persentase pekerja informal juga masih dominan dalam pasar tenaga kerja RI. Hal itu ditunjukkan dari persentase pekerja informal yang masih sebesar 57,80%. Hal itu kendati dominasinya semakin menipis dari Sakernas Februari 2025 yang mencapai 59,40%, dan pada Sakernas Agustus 2024 57,95%.

    Kontribusi Manufaktur Terhadap PDB

    Menurut Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA, David Sumual, terjadi perubahan kondisi perekonomian saat ini dengan kondisi prapandemi atau sebelum 2020. Saat ini, investasi yang masuk ke Indonesia cenderung terkonsentrasi pada sektor yang lebih padat modal, bukan padat karya.

    Oleh sebab itu, investasi padat karya yang tak terlalu dominan membuat kebutuhan tenaga kerja dari investasi baru menjadi terbatas. 

    “Selain itu, perlambatan ekonomi di China juga memberi dampak lanjutan — melemahnya permintaan domestik China membuat produk-produk China membanjiri pasar global dengan harga lebih murah. Akibatnya, serapan tenaga kerja pun ikut tertekan,” terang David kepada Bisnis, Kamis (6/11/2025). 

    Adapun mengenai kontribusi manufaktur terhadap PDB, David menilai berbagai upaya pemerintah ke depan berpotensi memberikan daya ungkit terhadap kontribusi sektor manufaktur. Utamanya, hilirisasi sumber daya alam yang diharapkan memberikan nilai tambah terhadap komoditas.

    Tidak hanya itu, dia meyakini akses pasar Indonesia bisa semakin luas dengan sejumlah perjanjian perdagangan bebas seperti Kanada (ICA-CEPA) dan Uni Eropa (IEU-CEPA). Harapannya, free trade yang berlaku 2026-2027 itu bisa memperluas permintaan ekspor. 

    David menilai upaya pemerintah menstimulasi ekonomi bisa mendorong penciptaan lapangan kerja tapi tidak otomatis. Misalnya, injeksi kas pemerintah Rp200 triliun ke himbara untuk mendorong kredit. 

    Dia menyebut efek stimulus ke penyerapan tenaga kerja tidak otomatis terjadi, karena diperlukan permintaan kredit produktif yang kuat dan keyakinan pelaku usaha terhadap prospek ekonomi.

    “Jika sentimen pelaku usaha masih cenderung wait and see atau ekspansi belum dianggap layak secara komersial, maka stimulus likuiditas tersebut tidak akan sepenuhnya tertranslasi menjadi peningkatan investasi,” tuturnya. 

  • Jerman Butuh Perawat Asing, Tapi Apakah Mereka Bisa Betah?

    Jerman Butuh Perawat Asing, Tapi Apakah Mereka Bisa Betah?

    Jakarta

    Lebih dari 300.000 orang meninggalkan tanah kelahiran mereka dalam beberapa tahun terakhir untuk pindah dan merawat lansia serta pasien sakit di Jerman. Hal ini tentu menguntungkan bagi Jerman — tetapi apakah juga menyenangkan bagi para perawat itu sendiri? Banyak negara kini bersaing untuk mendapatkan tenaga mereka.

    Para peneliti menamai fenomena ini sebagai industri migrasi internasional, sebuah ‘bisnis’ yang mengatur tenaga kerja migran seperti pemain di pasar yang bersaing mendapatkan karyawan baru. Ahli geografi Stefan Kordel dari Universitas Erlangen-Nrnberg di selatan Jerman mengatakan kepada DW bahwa migrasi tenaga kerja di sektor perawatan kini sudah sangat profesional. Pemerintah, sektor swasta, bahkan klinik dan panti jompo individual, bersaing untuk mendapatkan tenaga perawat dan peserta pelatihan. Kepentingan ekonomi ikut dipertaruhkan.

    Dalam kasus ekstrem, rekan Kordel, Tobias Weidinger, menambahkan, situasinya bisa seperti ini: “Mereka mengatakan kepada agen perekrutan, ‘Tolong kirimkan kami lima imigran untuk tahun pelatihan berikutnya. Jika salah satu dari mereka kembali ke negara asal, kirim saja yang lain. Kami minta lima orang, jadi kirim lima, ya!”

    Di media sosial, klinik sering menyoroti betapa pentingnya memiliki orang dengan latar belakang imigran sebagai bagian dari tim. Lebih dari 25% populasi Jerman memiliki apa yang disebut di Jerman sebagai “latar belakang imigran”, sebuah kategori statistik untuk menggambarkan seseorang yang berimigrasi ke Jerman atau memiliki setidaknya satu orang tua kelahiran luar negeri.

    Menurut Badan Tenaga Kerja Federal, sektor perawatan di Jerman akan “runtuh” tanpa kaum pekerja migran ini: “Hampir satu dari empat tenaga perawat di panti jompo adalah warga negara asing.” Dan di semua profesi perawatan, satu dari lima orang berasal dari luar negeri. Tren ini terus meningkat. Banyak perawat akan segera pensiun, sementara yang lain meninggalkan profesi karena beban kerja yang berlebihan.

    Penelitian: Bagaimana nasib perawat dengan latar belakang migran di Jerman?

    Selain tenaga perawat baru yang baru tiba dari luar negeri, banyak spesialis Jerman di klinik atau perawatan geriatri adalah warga Jerman dengan latar belakang migran. Banyak dokter dan perawat adalah mantan pengungsi dari Suriah atau Ukraina. Mereka semua membantu memastikan pasien sakit dan lansia di Jerman dirawat — setidaknya untuk saat ini.

    Namun, seiring penuaan masyarakat, permintaan meningkat tajam, dan pertanyaannya tetap: Apakah tenaga perawat ini merasa cukup nyaman di Jerman untuk tetap tinggal?

    Dalam studi mereka berjudul Inclusion of Care Workers and Nurses with a Migration Background, para peneliti menggambarkan apa saja yang penting untuk kesejahteraan: di tempat kerja sektor perawatan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari di luar pekerjaan.

    Perekrutan: Brosur warna-warni — siapa yang menang?

    “Berlin itu cantik, Heidelberg itu romantis,” demikian isi brosur warna-warni yang mempromosikan Jerman, papar Kordel, seraya menambahkan bahwa banyak imigran akhirnya berakhir di daerah pedesaan, di mana kehidupan sangat berbeda dari yang digambarkan brosur.

    Bagi tenaga perawat, sering kali soal kebetulan fasilitas mana yang mereka tempati dan seberapa banyak bantuan yang mereka dapat untuk membangun kehidupan baru.

    Ada program pemerintah yang disebut “triple win” untuk negara-negara tertentu seperti Filipina, India, Indonesia, dan Tunisia. Tujuannya adalah semua pihak diuntungkan: Negara asal, Jerman, dan para peserta misalnya biaya kursus bahasa dan tiket pesawatnya ditanggung. Agen swasta bisa memperoleh cap persetujuan pemerintah yang menjamin: “Rekrutmen Perawat secara Adil di Jerman”.

    Namun, beberapa agen memungut biaya tinggi dari tenaga perawat, lapor Stefan Kordel: “Beberapa orang harus membayar €12.000 (sekitar Rp200 juta), dengan mengambil pinjaman di bank atau mengumpulkan uang dari keluarga mereka.” Lalu mereka harus mengambil pekerjaan kedua selain pekerjaan perawatan untuk melunasi utang-utang itu. Kordel mengatakan bahwa karena itu informasi yang lebih baik, pemeriksaan, dan sanksi sangat dibutuhkan.

    Kekecewaan terhadap pekerjaan keperawatan di Jerman

    Di banyak negara asal, keperawatan tidak diajarkan sebagai program pelatihan kejuruan seperti di Jerman, melainkan bagian dari gelar universitas. Mereka yang tidak diberi informasi dengan benar, bisa mendulang kecewa di Jerman, karena alih-alih melakukan tugas medis, mereka diharapkan menghabiskan banyak waktu untuk memberikan perawatan dasar, memandikan orang, atau menyajikan makanan. Di banyak negara lain, tugas-tugas ini sering dilakukan oleh anggota keluarga atau asisten.

    Ada rasa kekecewaan sangat besar ketika tenaga perawat terlatih dari Filipina tidak diizinkan memasang infus atau kateter di Jerman, lapor Myan Deveza-Grau dari organisasi diaspora Filipina PhilNetz e.V. kepada DW: “Mereka tidak mengerti: Kenapa saya tidak diizinkan melakukan tugas itu?”

    Belajar bahasa Jerman: Dialek dan beban ganda

    “Saya harus belajar bahasa Jerman banyak di malam hari. Itu sebabnya saya tidak punya waktu. Di akhir pekan, kami harus mempersiapkan ujian dan kursus bahasa Jerman. Dan kami juga harus menghadiri kursus bahasa Jerman pada hari Minggu.” Begitulah seorang peserta pelatihan dari Vietnam mendeskripsikan keseharian sebagai peserta pelatihan dalam studi tersebut. Situasi ini hampir tidak memberinya waktu untuk membangun kontak sosial. Di samping itu, birokrasinya “bikin sakit kepala”, keluh mereka. Hal ini membuat program pendampingan dan pengertian dari rekan kerja menjadi semakin penting.

    Peserta pelatihan dan tenaga perawat mengikuti kursus bahasa Jerman di negara asal mereka dan membawa sertifikat bahasa. Namun, sering kali ada penantian lama sebelum mereka bisa masuk ke Jerman. Dan di beberapa wilayah Jerman, orang berbicara dengan dialek tertentu kadang sulit dipahami. Para peneliti di FAU merekomendasikan agar kursus bahasa yang terarah ditawarkan bersamaan dengan bekerja, dan institusi sebaiknya membangun jejaring regional untuk tujuan ini.

    Beberapa perubahan dalam sistem keperawatan bisa membuat hidup lebih mudah bagi semua orang, kata para peneliti. Misalnya, ada tim shift pagi yang bersikeras semua pasien dimandikan sebelum pukul 8:30 agar bisa ada waktu istirahat. Namun jika seorang perawat harus mengantar anaknya dulu ke tempat penitipan anak dan tidak bisa mengandalkan anggota keluarga lain karena mereka tinggal di luar negeri, perawat itu baru bisa mulai bekerja pada pukul 8:30 pagi.

    Jadi, mengapa tidak memperkenalkan shift lebih lambat untuk ibu atau ayah, yang bisa memandikan beberapa pasien lebih lambat? Ini juga akan membantu orang tua yang bukan imigran dan juga menyenangkan pasien yang ingin tidur lebih lama.

    Di beberapa tempat, jarangnya moda angkutan publik beroperasi pada malam hari setelah shift malam selesai atau tidak ada apartemen terjangkau dekat tempat kerja — juga jadi masalah. Mencari solusi untuk mengatasi hambatan seperti ini akan menguntungkan seluruh tenaga kerja, bukan hanya imigran.

    Diskriminasi dan rasisme

    “Apa saran yang akan Anda berikan kepada seseorang dari luar negeri yang ingin bekerja di bidang keperawatan di Jerman?” tanya para peneliti kepada tenaga perawat.

    Seorang perempuan dari Guinea yang sudah tinggal di Jerman lebih dari sepuluh tahun dan memiliki paspor Jerman menjawab: “Anda pasti akan menghadapi rasisme.”

    Seperti yang ditunjukkan oleh studi, kasusnya bukanlah yang terisolasi. Klinik dan panti jompo telah berusaha meningkatkan kesadaran di antara pegawai mereka. Namun, hampir tidak ada peningkatan kesadaran untuk pasien dan kerabat mereka. Weidinger mengatakan: “Jika orang yang dirawat berkata, ‘Saya tidak mau dirawat oleh orang kulit hitam,’ maka situasi menjadi sulit.”

    Diskriminasi terhadap kaum minoritas ada di semua bidang kehidupan, sebagaimana studi lain juga menunjukkan: di kantor pemerintah, transportasi umum, jalanan, dan pasar perumahan.

    Tanggung jawab ada pada masyarakat secara keseluruhan agar tenaga perawat merasa nyaman, tandas Stefan Kordel. “Pengalaman diskriminasi dan rasisme memengaruhi keputusan untuk tetap tinggal — atau meninggalkan tempat kerja, tempat tinggal, bahkan Jerman.”

    Tenaga perawat Filipina juga khawatir tentang populisme sayap kanan dan Partai Alternatif bagi Jerman atauAlternative for Germany (AfD), lapor Deveza-Grau. Beberapa orang berkata, “Saya tetap akan coba bekerja. Jika tidak berhasil, saya pergi ke tempat lain.” Negara Kanada, misalnya, aktif merekrut tenaga asing.

    Perawat di Jerman: Tetap atau pindah?

    Orang ingin diterima dan merasa seperti di rumah, seperti yang didokumentasikan studi: “Saya akan tinggal di tempat keluarga saya baik-baik saja. Di tempat saya tidak dilecehkan dan punya teman.”

    Para peneliti Universitas Erlangen-Nrnberg merekomendasikan lebih banyak jejaring antara pembuat keputusan politik, agen penempatan, dan fasilitas perawatan, terutama dengan mereka yang memang sudah menjadi imigran. Ini juga yang diinginkan organisasi Filipina, tandas Myan Deveza-Grau.

    Banyak orang kini menyadari bahwa budaya ramah sangat dibutuhkan, kata peneliti Weidinger. “Membuat imigran berpartisipasi, berintegrasi, dan bertahan adalah proses jangka panjang,” pungkasnya. Ini soal “menciptakan kondisi kerja dan hidup yang menarik dalam jangka panjang, dengan memperhatikan keadaan khusus imigran. Itu berarti menciptakan kondisi kerja dan hidup yang menarik bagi semua orang.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

    Editor: Rizki Nugraha

    Tonton juga Video: Industri Mobil Jerman Mulai Beralih ke Produksi Suku Cadang Drone


    (ita/ita)

  • Camilan Favorit Orang Indonesia Ini Bisa Cegah Kematian Akibat Sakit Jantung

    Camilan Favorit Orang Indonesia Ini Bisa Cegah Kematian Akibat Sakit Jantung

    Jakarta

    Kacang telah lama dikaitkan dengan kesehatan jantung. Camilan ini bisa membantu melindungi tubuh dari sakit jantung.

    Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana konsumsi kacang-kacangan secara teratur memengaruhi kesehatan jantung seiring waktu. Dikutip dari laman Eating Well, para peneliti tak hanya mengelompokkan semua jenis kacang. Mereka juga mengamat total asupan kacang, termasuk kacang tanah dan selai kacang, ditambah almond, kacang mete, dan kenari secara terpisah untuk melihat apakah ada perbedaan.

    Studi dilakukan oleh para peneliti di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Loma Linda. Analisis tersebut melibatkan lebih dari 80.000 orang dewasa dari seluruh AS dan Kanada. Mereka mengisi kuesioner makanan terperinci dan dipantau selama lebih dari satu dekade untuk melihat bagaimana pola makan mereka berhubungan dengan dampak penyakit jantung.

    Orang yang paling banyak mengonsumsi kacang umumnya berusia lebih tua, memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan secara keseluruhan lebih sehat. Mereka cenderung lebih sering berolahraga, jarang merokok, mengonsumsi alkohol lebih sedikit, dan lebih banyak makan buah, sayur, dan biji-bijian utuh dibandingkan mereka yang jarang makan kacang. Para peneliti memperhitungkan perbedaan gaya hidup ini dalam menganalisis, tapi para pecinta kacang juga seringkali memiliki kebiasaan lain yang menyehatkan jantung.

    Ketika peneliti membandingkan orang-orang yang makan sedikit kacang-kacangan paling banyak dengan mereka yang makan paling sedikit, mereka menemukan bahwa peserta dengan asupan kacang-kacangan yang lebih tinggi memiliki risiko sekitar 14 persen lebih rendah untuk meninggal akibat kardiovaskular dan 19 persen lebih rendah untuk meninggal akibat penyakit jantung iskemik.

    Kacang pohon, seperti almond, mete, dan walnut sedikit lebih menonjol daripada kacang tanah. Para peneliti menghubungkan konsumsi lebih banyak kacang pohon dengan risiko kematian kardiovaskular sekitar 17 persen lebih rendah dari risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik 27% lebih rendah dibandingkan dengan orang yang jarang mengonsumsi kacang. Kendati demikian, peneliti mengatakan bahwa kedua kelompok mendapatkan manfaat. Hal tersebut menunjukkan bahwa menambahkan jenis kacang apapun dalam pola makan kemungkinan lebih baik untuk jantung daripada menghindarinya sama sekali.

    Bagaimana Cara Mendapatkan Manfaat Ini?

    Para peneliti menyimpulkan, tak perlu mengubah pola makan secara keseluruhan untuk mendapat potensi manfaatnya. Konsumsi kacang-kacangan dalam jumlah sedang pun dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah. Manfaat terbesar muncul saat kacang-kacangan menggantikan makanan yang kurang menyehatkan jantung, seperti daging merah atau daging olahan.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/kna)

  • Sedih, Gajah di Delhi Mati karena Terinfeksi Virus Langka dari Tikus

    Sedih, Gajah di Delhi Mati karena Terinfeksi Virus Langka dari Tikus

    Jakarta

    Satu-satunya gajah Afrika di kebun binatang di ibu kota India, Delhi mati karena virus yang ditularkan dari hewan pengerat. Gajah jantan bernama Shankar ini mati di usia 29 tahun setelah menghabiskan sebagian besar hidupnya sendirian di dalam kandang.

    Penyebab kematiannya tidak langsung diketahui. Namun, hasil otopsi mengungkapkan bahwa gajah ini positif mengidap virus ensefalomiokarditis (EMCV).

    EMCV diketahui menyebabkan peradangan jantung yang fatal dan terkadang menyebabkan demam otak pada mamalia. Virus ini menyebar melalui feses dan urine dari hewan pengerat.

    Dikutip dari laman BBC, menurut buku petunjuk veteriner MSD, sebagian besar wabah EMCV dikaitkan dengan hewan yang ditawan di peternakan babi, pusat penelitian primata, serta kebun binatang.

    Virus tersebut bereplikasi dengan cepat dan bisa menyerang jantung dan terkadang otak, serta seringkali menyebabkan kematian mendadak. Sejauh ini, belum ada obat antivirus khusus yang tersedia untuk EMCV.

    Sebuah studi di tahun 2012 mengatakan, EMCV telah ditemukan di seluruh dunia pada babi, hewan pengerat, kucing besar, dan gajah Afrika, serta beberapa mamalia lainnya. Menurut laporan dari Nature, virus tersebut pertama kali diisolasi pada tahun 1945 dari seekor gibon di Florida.

    Sejak tahun 1970-an, wabah lokal telah dilaporkan di Amerika Serikat, Afrika Selatan, China, Australia, Kanada, Amerika Selatan, dan beberapa negara di Eropa. Wabah di AS dan Afrika Selatan khususnya, menyerang gajah Afrika yang ditawan.

    Menurut seorang pejabat senior di Institut Penelitian Veteriner India (IVRI), di India sendiri, virus ini pertama kali diisolasi pada akhir tahun 1960-an. Tapi, Shankar menjadi kematian pertama kali yang tercatat disebabkan oleh EMCV di India. Kendati demikian, kemungkinan ada kasus mamalia mati karena EMCV yang tidak dilaporkan.

    Sementara itu, direktur kebun binatang, Kumar, tidak menjawab pertanyaan spesifik tentang bagaimana Shankar tertular oleh virus tersebut, serta apakah ada masalah hewan pengerat di kebun binatang.

    “Itu adalah virus langka dan saya bukan ahlinya,” ungkapnya.

    Kematian Shankar memicu kesedihan di kalangan pecinta dan aktivis hewan yang telah lama berupaya merehabilitasi gajah kesepian tersebut. Dia adalah salah satu dari dua gajah Afrika yang tiba di India pada tahun 1998 sebagai hadiah diplomatik dari Zimbabwe kepada mantan Presiden India, Shankar Dayal Sharma.

    Namun, gajah yang datang bersama Shankar mati pada tahun 2001. Dia kemudian ditempatkan sementara bersama gajah-gajah Asia di kebun binatang.

    Pada tahun 2012, Shankar dipindah ke kandang baru yang membuatnya hampir terisolasi. Meski ada larangan federal tahun 2009 untuk memelihara gajah sendirian selama lebih dari enam bulan, dia tetap di sana sampai kematiannya.

    Selama bertahun-tahun, para aktivis menuntut Shankar untuk dikeluarkan dari kebun binatang dan direhabilitasi di Suaka Margasatwa bersama gajah-gajah Afrika lainnya. Dua tahun kemudian, pengadilan menolak petisi tersebut dan memerintahkan pemohon untuk menghubung komite yang menangani pemindahan satwa liar oleh kebun binatang.

    Setelah kematian Shankar, kini hanya tersisa satu gajah Afrika di India. Gajah yang tinggal di kebun binatang Mysore di negara bagian Karnataka Selatan tersebut juga hidup sendiri selama bertahun-tahun.

    Halaman 2 dari 3

    (elk/kna)

  • Trump Ingatkan MA, Pembatalan Kebijakan Tarif Bakal Jadi Bencana Ekonomi AS

    Trump Ingatkan MA, Pembatalan Kebijakan Tarif Bakal Jadi Bencana Ekonomi AS

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengingatkan bahwa keputusan Mahkamah Agung untuk membatalkan kebijakan tarif globalnya akan menjadi bencana bagi ekonomi AS.

    Komentar Trump muncul setelah para hakim Mahkamah Agung AS mempertanyakan dasar hukumnya dalam sidang terbaru.

    Dalam wawancara dengan Fox News, Trump mengatakan telah diberi tahu bahwa proses persidangan berjalan baik. Namun, dia menegaskan dunia akan jatuh ke dalam depresi jika dia tidak diberi kewenangan untuk memberlakukan tarif terhadap negara mitra dagang AS.

    “Saya pikir ini salah satu kasus terpenting, mungkin yang paling penting, dalam sejarah negara kita,” ujarnya dikutip dari Bloomberg, Kamis (6/11/2025).

    Trump juga mengklaim bahwa kebijakan tarif tersebut memungkinkan dirinya menekan China untuk membatalkan rencana pembatasan ekspor logam tanah jarang. “Itu bukan ancaman terhadap kami, tetapi terhadap seluruh dunia. Saya melakukan ini untuk dunia,” katanya.

    Sebelumnya, dalam sidang yang berlangsung hampir tiga jam, para hakim Mahkamah Agung dari berbagai spektrum ideologi mempertanyakan penggunaan undang-undang darurat oleh Trump untuk memungut puluhan miliar dolar tarif setiap bulan.

    Tiga hakim konservatif mempertanyakan dasar hukum penggunaan Undang-Undang Kewenangan Ekonomi Darurat Internasional atau International Emergency Economic Powers Act (IEEPA) yang digunakan Trump untuk mengenakan tarif senilai puluhan miliar dolar per bulan.

    Ketua Mahkamah Agung John Roberts menyebut tarif itu sebagai pajak terhadap warga AS yang seharusnya menjadi wewenang Kongres. Sementara itu, Hakim Neil Gorsuch dan Amy Coney Barrett — yang juga merupakan hakim pilihan Trump — turut menyoroti keabsahan langkah tersebut.

    Apabila Mahkamah Agung memutuskan menentang Trump, pemerintah AS bisa dipaksa mengembalikan lebih dari US$100 miliar tarif impor kepada pelaku usaha, menghapus beban besar bagi importir AS, serta melemahkan instrumen utama yang selama ini digunakan Trump dalam menekan mitra dagang global.

    Kebijakan yang dipersoalkan adalah tarif “Liberation Day” yang diberlakukan sejak April, dengan besaran 10%–50% untuk sebagian besar impor tergantung asal negara. 

    Trump beralasan tarif tersebut diperlukan untuk mengatasi defisit perdagangan serta membatasi peredaran fentanyl dari Kanada, Meksiko, dan China.

    Namun, beberapa hakim mempertanyakan apakah undang-undang darurat tersebut benar-benar memberi kewenangan kepada presiden untuk menetapkan tarif.

  • “Teror” Tarif Trump Terancam Dibatalkan, Saatnya Dunia Bernapas Lega?

    “Teror” Tarif Trump Terancam Dibatalkan, Saatnya Dunia Bernapas Lega?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah hakim Mahkamah Agung Amerika Serikat dari berbagai spektrum ideologi, baik konservatif maupun liberal, pada Rabu (5/11/2025) menyoroti keabsahan kebijakan tarif dagang agresif yang diberlakukan Presiden Donald Trump terhadap sebagian besar negara di dunia.

    Dalam sidang yang berlangsung lebih dari dua setengah jam, mereka mempertanyakan apakah langkah Trump melampaui kewenangan eksekutif dan melanggar hak konstitusional Kongres dalam urusan perpajakan.

    Kasus ini berpusat pada tarif timbal balik atau resiprokal yang diterapkan Trump terhadap banyak mitra dagang AS, serta tarif tambahan untuk produk dari Kanada, China, dan Meksiko yang disebut “tarif fentanil.”

    Dua pengadilan federal sebelumnya memutuskan bahwa presiden tidak memiliki dasar hukum menggunakan International Emergency Economic Powers Act (IEEPA) untuk menetapkan tarif semacam itu.

    Dalam sidang, Jaksa Agung D. John Sauer – yang mewakili pemerintahan Trump – membela kebijakan tersebut dengan menyebut tarif itu sebagai “langkah regulasi” bukan pajak.

    “Ini adalah tarif regulasi, bukan tarif yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan,” kata Sauer, dilansir CNBC International. “Fakta bahwa tarif ini menghasilkan pendapatan hanyalah dampak sampingan.”

    Namun, pernyataan itu segera mendapat tanggapan tajam dari Hakim Sonia Sotomayor, salah satu dari tiga hakim liberal di Mahkamah Agung.

    “Bapak mengatakan tarif bukan pajak, tapi itulah kenyataannya,” ujarnya. “Tarif ini menghasilkan uang dari warga negara Amerika – ini jelas merupakan pendapatan.”

    Sotomayor juga mengingatkan bahwa tidak ada presiden sebelum Trump yang pernah menggunakan IEEPA untuk mengenakan tarif sejak undang-undang itu disahkan pada 1977.

    Hakim konservatif Neil Gorsuch turut menyoroti potensi penyalahgunaan kekuasaan presiden, mengingat Trump memberlakukan tarif sepihak dengan dalih keadaan darurat terkait defisit perdagangan dan penyelundupan fentanyl.

    “Bagaimana jika presiden memveto undang-undang yang ingin menarik kembali kekuasaan ini?” tanya Gorsuch.

    “Secara praktis, Kongres tidak bisa mendapatkan kembali kekuasaan ini setelah memberikannya kepada presiden. Ini seperti jalan satu arah yang perlahan menggeser kekuasaan dari wakil rakyat ke eksekutif.”

    Beberapa hakim konservatif lain – termasuk Ketua Mahkamah John Roberts, Amy Coney Barrett, Brett Kavanaugh, dan Samuel Alito – juga menekan argumen pemerintah.

    Adapun kebijakan tarif Trump dimulai dari 10% untuk banyak negara, dan bisa meningkat hingga 50% bagi India dan Brasil. Menurut Committee for a Responsible Federal Budget, jika tarif ini tetap berlaku, AS berpotensi meraup tambahan pendapatan sekitar US$3 triliun hingga tahun 2035.

    Kelompok itu melaporkan bahwa pemerintah federal telah mengumpulkan US$151 miliar dari bea masuk pada paruh kedua tahun fiskal 2025 – naik hampir 300% dibanding periode yang sama pada 2024.

    Neal Katyal, pengacara pihak penggugat yang menentang kebijakan tarif, menegaskan bahwa apapun istilah yang digunakan, tarif pada hakikatnya adalah pajak.

    “Para pendiri bangsa memberikan kekuasaan untuk memungut pajak hanya kepada Kongres,” katanya. “Kami tidak percaya IEEPA memberi wewenang kepada presiden untuk merombak arsitektur tarif dunia sesuka hati.”

    Katyal juga menyoroti bahwa dalih defisit perdagangan tidak konsisten, sebab Trump memberlakukan tarif 39% pada impor dari Swiss – negara sekutu AS – padahal AS justru mencatat surplus perdagangan dengan Swiss.

    “Tidak ada presiden lain yang pernah melakukan hal seperti itu,” katanya.

    Mahkamah Agung belum mengumumkan kapan keputusan akan dikeluarkan, tetapi pemerintahan Trump meminta proses dipercepat.

    Menteri Keuangan Scott Bessent memperingatkan dalam dokumen pengadilan bahwa jika Mahkamah memutus tarif tersebut ilegal dan menunda keputusan hingga musim panas tahun depan, AS mungkin harus mengembalikan dana lebih dari US$750 miliar kepada perusahaan dan importir yang terkena tarif.

    Bessent, yang hadir di persidangan, kemudian menulis di X bahwa argumen Sauer “kuat dan meyakinkan,” sementara para pengacara penggugat “salah memahami tujuan ekonomi dari kebijakan tarif Trump.”

    Ia menuding pihak penggugat “memperlihatkan ketidaktahuan ekonomi yang memalukan” karena menganggap embargo atau kuota tidak memengaruhi pendapatan pemerintah.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ciri-ciri Orang Berumur Pendek Bisa Dilihat di Mata, Ini Kata Peneliti

    Ciri-ciri Orang Berumur Pendek Bisa Dilihat di Mata, Ini Kata Peneliti

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mata manusia ternyata bisa menilai kondisi pemiliknya. Termasuk apakah berisiko cepat tua atau awet muda.

    Sebuah penelitian yang berasal dari Universitas McMaster dan Institut Penelitian Kesehatan Pipulasi (PHRI) menemukan hubungan pola pembuluh darah mata dengan kondisi kesehatan seseorang.

    Mereka melakukan analisa gambar retina, profil genetik dan sampel darah dari 74 ribu peserta dari empat studi skala besar, Studi Longitudinal Kanada tentang Penuaan (CLSA), Studi Audit dan Penelitian Genetika Diabetes Tayside (GoDARTS), UK Biobank (UKBB), dan studi Epidemiologi Perkotaan Pedesaan Prospektif PHRI (PURE).

    Dari analisa mereka, ditemukan seseorang dengan pembuluh darah sederhana dan kurang sederhana berisiko menderita penyakit kardiovaskular lebih tinggi. Pada individu ini, ditemukan pula tanda biologis dini termasuk peradangan yang meningkat dan berkurangnya harapan hidup alias berumur pendek, dikutip dari Science Daily, Selasa (4/11/2025).

    Penulis senior studi dari Departemen Kedokteran McMaster, Marie Pigeyre mengatakan mata memudahkan menilai sistem peredaran darah tubuh. Perubahan pada mata jadi cerminan yang ada di seluruh tubuh.

    “Perubahan pembuluh darah retina sering mencerminkan perubahan pada seluruh pembuluh darah kecil tubuh,” jelas Pigeyre.

    Dengan penelitian ini membuat pemindaian retina sederhana bisa berfungsi untuk alat evaluasi non invasif bagi kesehatan kardiovaskular dan penuaan biologis.

    Pemindaian retina seperti itu diharapkan bisa membantu dokter dalam mendeteksi masalah kesehatan seseorang. Termasuk juga memandu mencegah seseorang mengalaminya sebelum gejala tersebut muncul.

    Penelitian yang sama juga mengidentifikasi sejumlah protein terkait perdagangan dan penuaan vaskular. Beberapa di antaranya adalah MMP12 dan reseptor IgG-Fc IIb, yakni kerusakan pembuluh darah terkait usia.

    “Temuan kami menunjukkan potensi target obat untuk memperlambat penuaan pembuluh darah, mengurangi beban penyakit kardiovaskular dan meningkatkan harapan hidup,” jelasnya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Beli Tiket Konser Bryan Adams Bisa Lewat BRImo, Begini Panduan Mudahnya

    Beli Tiket Konser Bryan Adams Bisa Lewat BRImo, Begini Panduan Mudahnya

    Liputan6.com, Jakarta Tahun depan, para pencinta musik akan punya kesempatan langka menikmati aksi panggung Bryan Adams, penyanyi legendaris asal Kanada, yang siap mengguncang Jakarta lewat konser “Roll With The Punches Live in Jakarta 2026.” Konser ini akan digelar pada 3 Februari 2026 di Beach City International Stadium, dan penjualan tiket regulernya kini bisa dilakukan langsung lewat aplikasi BRImo.

    Kolaborasi antara BRI, Rajawali Indonesia, Motion Live, dan FasTix Ticket menjadikan proses pembelian tiket konser ini semakin mudah dan praktis. Cukup buka fitur “Tiket Konser” di aplikasi BRImo, dan seluruh transaksi bisa dilakukan tanpa repot.

    Penyanyi dengan segudang lagu hits seperti Heaven, Please Forgive Me, dan (Everything I Do) I Do It for You ini akan menghadirkan nostalgia sekaligus energi positif bagi penggemar lintas usia.

    Corporate Secretary BRI, Dhanny, mengatakan bahwa keikutsertaan BRI dalam konser ini merupakan bentuk nyata transformasi digital perusahaan.

    “BRI terus berupaya menghadirkan kemudahan bagi nasabah melalui inovasi digital. Penjualan tiket konser Bryan Adams melalui BRImo menjadi salah satu wujud nyata dari transformasi tersebut, di mana nasabah dapat menikmati pengalaman bertransaksi sekaligus menikmati hiburan dengan cara yang mudah dan aman,” ujarnya.Dhanny menegaskan, BRI ingin agar BRImo tidak hanya menjadi aplikasi transaksi keuangan, tetapi juga wadah gaya hidup digital yang lengkap.

    “BRImo kami posisikan sebagai one-stop digital lifestyle app yang tidak hanya berfungsi untuk kebutuhan finansial, tetapi juga memberikan akses terhadap berbagai layanan hiburan dan gaya hidup lainnya,” tambahnya.

    Dengan layanan ini, BRI berkomitmen memperluas akses nasabah untuk menikmati hiburan berkualitas lewat teknologi yang aman dan nyaman.

  • Viral Pengakuan Seorang Perempuan Keracunan Jamur Enoki

    Viral Pengakuan Seorang Perempuan Keracunan Jamur Enoki

    JAKARTA – Seorang perempuan di Pekalongan viral di media sosial usai membagikan pengalamannya mengonsumsi jamur enoki dan berujung keracunan. Ia mengatakan saat itu setelah makan jamur enoki merasa mual dan muntah yang tak kunjung membaik.

    “Habis makan enoki, asam lambung naik terus muntah-muntah putih setiap beberapa menit, lebih dari 10 kali,” kata perempuan bernama Ameliya itu, di akun TikToknya, dikutip pada Selasa, 4 November 2025.

    Dia kemudian dilarikan ke IGD dalam kondisi kuku yang sudah membiru keunguan dan seluruh badan terasa dingin. Saat itu, Ameliya mengaku tubuhnya terasa sangat lemas.

    “Sampai nggak bisa ngerasain badan lagi, jantung lemah pandangan sudah kosong,” tambahnya.

    Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa ia terkena infeksi bakteri dari jamur enoki yang dimakan. Sementara asam lambung yang dialaminya karena rasa pedas dari seblak yang dikonsumsi bersamaan dengan jamur enoki tersebut.

    Dokter kemudian menyarankannya untuk menghentikan sementara konsumsi jamur enoki. Ini lantaran tinggi risiko infeksi bakteri dari makanan yang tidak diolah dengan baik.

    “Yang pecinta enoki kaya aku mending stop apalagi suka dicampurin sama seblak, jangan sampai kayak aku,” lanjut Ameliya.

    Sementara itu, belum diketahui pasti infeksi bakteri jenis apa yang dialami oleh Ameliya hingga keracunan. Namun, jamur enoki sebelumnya memang sudah sempat disorot terkait kontaminasi dengan bakteri Listeria monocytogenes, yang menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) di Amerika Serikat, Kanada, dan Australia.

    Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan RI, Listeria monocytogenes merupakan suatu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius dan fatal pada bayi, anak-anak, orang sakit dan lanjut usia, serta orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.

    Bakteri tersebut biasanya terdistribusi luas di tanah, kotoran, feses, saluran air, dan peralatan makan yang tidak bersih. Sementara, makanan yang sering terkontaminasi adalah berbagai jenis makanan yang disimpan di suhu dingin.