Negara: Kanada

  • Efisiensi Anggaran, Trump Akan Tutup Konjen AS di Medan

    Efisiensi Anggaran, Trump Akan Tutup Konjen AS di Medan

    Washington

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ingin melakukan efisiensi anggaran Departemen Luar Negeri AS. Kebijakan Trump ini akan mengakibatkan ditutupnya 10 kedutaan besar AS dan 17 Konsulat Jenderal (Konjen) AS di sejumlah negara, termasuk Konjen AS di Medan, Sumatera Utara.

    Dilansir Reuters, Jumat (18/4/2025), Kantor Manajemen dan Anggaran (OMB) Gedung Putih menyebut pemerintah AS sedang mempertimbangkan rekomendasi untuk menutup sedikitnya 27 misi AS yang sebagian besar berada di Afrika dan Eropa. Sepuluh dari misi tersebut adalah kedutaan besar dan sisanya adalah konsulat.

    Menurut dokumen yang ditinjau oleh Reuters, sepuluh kedutaan besar yang sedang dipertimbangkan untuk ditutup berpusat di Eritrea, Grenada, Lesotho, Republik Afrika Tengah, Luksemburg, Republik Kongo, Gambia, Sudan Selatan, Malta, dan Maladewa.

    Sementara 17 konsulat yang direkomendasikan untuk ditutup, lebih dari selusin berkantor pusat di Eropa. Empat sisanya adalah misi AS di Busan di Korea Selatan, Durban di Afrika Selatan, Medan di Indonesia, dan Douala di Kamerun.

    Memo tersebut juga membahas cara untuk mengonsolidasikan misi besar seperti yang ada di Jepang dan Kanada dengan mengubah ukuran sejumlah konsulat di negara tersebut untuk mengurangi jejak.

    Rekomendasi tersebut menyerukan pengurangan ukuran pos AS di Mogadishu, Somalia, dan Irak, yang dalam memo tersebut digambarkan sebagai ‘misi diplomatik termahal’ yang dioperasikan Washington.

    (fas/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Bill Gates Punya Kapal Pesiar Mewah Tapi Tak Pernah Ditumpangi

    Bill Gates Punya Kapal Pesiar Mewah Tapi Tak Pernah Ditumpangi

    Jakarta

    Bill Gates dengan kekayaannya yang melimpah punya beragam barang mewah, termasuk kapal pesiar jumbo. Salah satunya yatch Breakthrough yang bernilai USD 645 juta. Namun kapal bertenaga hidrogen itu belum pernah ia pakai.

    Dirancang mewah dan punya teknologi berkelanjutan canggih, superyacht Breakthrough pun dijual dan akan segera mendapatkan pemilik baru. Kabarnya, Bill Gates belum pernah sekali pun menaiki kapal bertenaga hidrogen tersebut.

    Dibangun oleh galangan kapal Belanda Feadship, kapal sepanjang 119 meter ini dirancang sebagai superyacht pertama di dunia dengan propulsi hidrogen, yang hanya mengeluarkan air selama pengoperasiannya.

    Fasilitasnya pun sangat lengkap. Dikutip detikINET dari NY Post, Jumat (17/4/2025), selain sistem energi hijaunya, kapal pesiar ini memiliki kolam renang, helipad, spa, pusat kebugaran, dan dua suite yang luas.

    Bill Gates sekarang dikatakan sedang bersiap untuk menjualnya kepada warga negara Kanada Patrick Dovigi, mantan kiper NHL dan pendiri Green For Life Environmental, perusahaan pengelolaan limbah yang bernilai lebih dari USD 8 miliar.

    Dovigi tidak asing dengan dunia kapal pesiar. Tahun 2023, ia membeli superyacht AHPO seharga USD 362 juta, tapi menjualnya kurang dari dua tahun kemudian. Dengan enam lantai dan berbagai ruang mewah, AHPO sekarang dipasarkan seharga USD 370 juta.

    Breakthrough pertama kali terdaftar bulan Mei 2024 dan disebut Jamie Edmiston, CEO Edmiston Yachts, sebagai yacht paling luar biasa yang pernah dibuat. Di antara fitur menonjol dari desainnya adalah lounge observasi panorama, tangga spiral, dan area sosial luar ruangan.

    “Yacht paling luar biasa yang pernah dibuat yang akan mengubah semuanya,” katanya kala itu.

    Bill Gates sendiri selain kapal pesiar juga punya pesawat pribadi. Tak seperti Breakthrough ini, sang pendiri Microsoft terhitung sering menggunakan jet kepunyaannya itu untuk bepergian.

    (fyk/fay)

  • Intelijen Ukraina Klaim Sudah Identifikasi Kapten Kapal ‘Armada Bayangan’ Rusia – Halaman all

    Intelijen Ukraina Klaim Sudah Identifikasi Kapten Kapal ‘Armada Bayangan’ Rusia – Halaman all

    Intelijen Ukraina Klaim Sudah Identifikasi Kapten Kapal ‘Armada Bayangan’ Rusia

    TRIBUNNEWS.COM – Intelijen Ukraina mengklaim sudah mengidentifikasi kapten kapal tanker FACCA, kapal pengangkut minyak yang disebut-sebut merupakan bagian dari “armada bayangan” kapal tanker minyak Rusia.  

    Armada bayangan Rusia terdiri dari kapal kargo semi-legal yang mengangkut produk, baik minyak maupun komoditas lain, Rusia ke seluruh dunia, di tengah penerapan sanksi oleh Barat.

    Kapal FACCA ini tengah dikenai sanksi oleh negara-negara G7 dan Uni Eropa karena kepergok membawa minyak Rusia, belum lama ini.

    Rusia berusaha mengakali sanksi dan embargo Barat dengan cara mengoperasikan ‘armada bayangan’ yang lazimnya menggunakan bendera negara lain saat berlayar.

    Saat mengangkut minyak Rusia, Kapal FACCA ini dilaporkan tengah berbendera Panama.

    “Menurut data eksklusif yang diperoleh KI dari Dinas Intelijen Asing Ukraina, kapten kapal pelanggar embargo minyak ini adalah warga negara Georgia bernama Giorgi Devadze,” tulis laporan media Ukraina, KI, dikutip Kamis (17/4/2025).

    “Devadze, 47, menjabat sebagai kapten kapal tanker FACCA, yang berlayar di bawah bendera Panama, dengan pengenal Organisasi Maritim Internasional (IMO) 9271951, per April,” tambah laporan tersebut menurut data yang diperoleh intelijen Ukraina.

    Intelijen Ukraina juga mengidentifikasi, Devadze berasal dari Khelvachauri, sebuah kota di Georgia. Ia lulus dari Akademi Maritim Negara Bagian Batumi dengan gelar di bidang navigasi dan memiliki pengalaman luas di kapal tanker Handymax dan Panamax.

    Laporan KI menyebut, “Devadze mengoperasikan “armada bayangan” Rusia , yang membantu Moskow menghindari sanksi Barat dan mempertahankan pendapatan minyaknya.  

    Sebagai disclaimer, KI menyatakan kalau Devadze belum membalas permintaan komentar hingga berita dipublikasikan. 

    “Keterkaitannya dengan kapal tanker FACCA belum dapat diverifikasi secara independen,” kata laporan tersebut.

    PAKAI BENDERA PANAMA – Kapal tanker pelanggar embargo minyak FACCA, yang berlayar di bawah bendera Panama dan merupakan bagian dari apa yang disebut armada bayangan kapal tanker minyak Rusia, yang membantu Moskow menghindari sanksi Barat dalam hal embargo minyak.

    Kapal-Kapal Tua

    Inggris menjatuhkan sanksi ke Kapal tanker FACCA karena membawa minyak Rusia pada Desember 2024.

    Adapun sanksi dari Kanada dan Uni Eropa terhadap kapal ini jatuh pada Februari 2025, dan Swiss pada bulan Maret, menurut daftar “armada bayangan” Rusia yang dikelola oleh badan intelijen Ukraina lainnya, HUR.

    Ekspor minyak dan gas adalah sumber pendapatan utama Rusia untuk mendanai mesin perangnya saat melanjutkan agresinya terhadap Ukraina.

    Embargo minyak yang diberlakukan oleh negara-negara G7, bersama dengan Uni Eropa dan Australia, pada tahun 2022 untuk mengurangi pendapatan Rusia dari ekspor energi melarang transportasi laut dan asuransi minyak Rusia jika dijual lebih dari 60 dolar AS per barel.

    Kapal dan nakhodanya yang melanggar larangan tersebut juga dapat dikenakan sanksi.

    Selain pelanggaran embargo minyak, kapal tanker FACCA yang dibangun pada tahun 2004 mungkin menimbulkan risiko kecelakaan dan tumpahan minyak di laut, seperti yang telah terjadi dengan kapal tanker lama yang dioperasikan Rusia.

    Menurut perkiraan, 70 persen dari ekspor minyak laut Rusia diangkut oleh kapal tanker tua yang asuransinya buruk, sehingga menambah dana perang Kremlin dan menimbulkan bahaya serius bagi lingkungan.

    “Menurut sumber di Dinas Intelijen Asing Ukraina, usia kapal tersebut “sudah merupakan pelanggaran aturan operasi tanker yang aman dan argumen yang mendukung sanksi tambahan”,” tutup laporan tersebut.

     

    (oln/KI/*)

  • 11 Update Perang Dagang Trump, China Tak Gentar-WTO Teriak-RI Melobi

    11 Update Perang Dagang Trump, China Tak Gentar-WTO Teriak-RI Melobi

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang dagang yang dicetuskan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah membuat dunia bergejolak. Terbaru, Negeri Paman Sam ingin menambahkan tarif resiprokal kepada China sebesar 245%.

    Berikut update lain terkait perang dagang dan tarif Trump, seperti dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Kamis (17/4/2025).

    1. China Tak Takut dengan Tarif Trump

    Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Lin Jian, dalam konferensi pers harian, Rabu (16/4/2025), mengatakan bahwa Beijing telah berulang kali menyatakan posisi seriusnya mengenai masalah tarif. Menurutnya, manuver seperti ini tidak akan menimbulkan kemenangan bagi AS.

    “China telah berulang kali menyatakan posisi seriusnya mengenai masalah tarif,” ujarnya, seperti dikutip China News pada Kamis.

    “China tidak ingin berperang dagang dengan AS, tetapi sama sekali tidak takut jika AS bersikeras memprovokasi,” tegasnya.

    Sebelumnya, tarif 245% ini tertuang dalam lembar fakta yang dirilis Gedung Putih, Selasa waktu setempat. Kantor Presiden Trump itu menyebut tarif jumbo ini diterapkan karena Beijing memperpanjang manuver tarifnya untuk barang-barang AS.

    China selalu membalas tarif tinggi yang diberlakukan oleh AS. Terakhir, China memberlakukan tarif sebesar 125%. Namun, setelah mengumumkan hal tersebut, China menyatakan tidak akan bertindak lebih jauh terkait peningkatan tarif.

    2. WTO Respons Tarif Trump

    Kepala Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Ngozi Okonjo-Iweala, akhirnya memberi komentar tentang perang dagang melalui kenaikan tarif impor, yang dilakukan pemerintahan Trump.

    Dalam konferensi pers Rabu, ia berujar tarif timbal balik (resiprokal) Trump, “sangat mengkhawatirkan” seraya memperkirakan bahwa perdagangan global akan turun tahun ini karena tarif Trump.

    “Penurunan ini diperkirakan akan sangat tajam di Amerika Utara,” kata WTO, yang memperkirakan perdagangan akan turun lebih dari sepersepuluh di kawasan itu, sebagaimana dimuat BBC pada Kamis.

    “Pemisahan AS dan China … fenomena yang benar-benar mengkhawatirkan bagi saya,” tambahnya.

    WTO sebelumnya memperkirakan perdagangan barang global akan tumbuh sebesar 2,7% pada tahun 2025 tetapi sekarang memperkirakan akan turun sebesar 0,2%.

    3. RI Nego Soal Tarif Trump 32% di AS-Bahas Palestina

    Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono dilaporkan telah bertemu dengan Menlu AS Marco Rubio di Washington, D.C., Amerika Serikat (AS) pada Rabu waktu setempat. Pertemuan itu digelar untuk membahas tarif Trump kepada Indonesia sebesar 32%.

    Dalam pernyataan resminya, Kementerian Luar Negeri (kemenlu) mengatakan kedua negara menegaskan komitmen kuat untuk memperluas kemitraan strategis, mulai dari politik-keamanan, perdagangan hingga investasi.

    Dilaporkan bagaimana Sugiono menyampaikan berbagai prioritas dan program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, di antaranya ketahanan pangan dan energi, hilirisasi, serta pembangunan sumber daya manusia. Sejumlah prioritas tersebut, tegasnya, membuka peluang kerja sama konkret dengan Pemerintah AS.

    Ia juga menyuarakan penguatan kerja sama ekonomi RI-AS, termasuk dalam konteks rantai pasok. Investor AS diundang untuk berinvestasi di sektor mineral kritis, seperti nikel, dan sektor-sektor penting lain.

    “Pemerintah Indonesia telah banyak melakukan langkah-langkah deregulasi untuk mempermudah dan menciptakan situasi kondusif bagi investor asing,” ujar Sugiono.

    Selain itu, kedua Menlu juga membahas isu-isu regional dan global, seperti Laut China Selatan (LCS) dan Palestina. Mereka disebut menegaskan pentingnya mengedepankan semangat kerja sama dan dialog dalam menciptakan stabilitas dan perdamaian di kawasan.

    Khusus Palestina, Sugiono menyinggung evakuasi 1.000 warga Gaza sementara. Ia meyakinkan ini bukan relokasi karena mereka akan dikembalikan ke negaranya.

    “Pemerintah Indonesia juga siap untuk mengevakuasi sementara sekitar 1.000 warga Palestina di Jalur Gaza yang terluka untuk dirawat di Indonesia. Setelah itu, mereka akan dipulangkan kembali ke Gaza,” tambah Sugiono.

    4. Bos The Fed Blak-blakan Sebut Tarif Trump Membatasi Pertumbuhan

    Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyebyt tarif yang diberlakukan oleh Trump kemungkinan akan menaikkan harga dan membatasi pertumbuhan.

    “Tarif sangat mungkin menghasilkan setidaknya kenaikan sementara dalam inflasi,” kata Powell kepada Economic Club of Chicago. Ia memperingatkan bahwa dampak inflasi “juga bisa lebih persisten.”

    “Menghindari hasil tersebut akan bergantung pada besarnya dampak, pada berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sepenuhnya memengaruhi harga, dan, pada akhirnya, pada menjaga ekspektasi inflasi jangka panjang tetap tertambat dengan baik,” tambahnya.

    Di AS, Fed memiliki mandat ganda dari Kongres untuk memastikan harga yang stabil dan lapangan kerja berkelanjutan maksimum dari waktu ke waktu, tidak seperti beberapa bank sentral lainnya.

    Mereka mencoba menyeimbangkan kedua tujuan tersebut dengan menurunkan atau menaikkan suku bunga, yang bertindak sebagai penghambat atau pengekang permintaan dalam ekonomi AS.

    Powell mengatakan bahwa meskipun target ketenagakerjaan dan inflasi Fed sebagian besar seimbang, para pembuat kebijakan dapat menemukan diri mereka dalam “skenario yang menantang di mana target mandat ganda kami saling bertentangan.”

    Powell mengatakan bahwa Fed akan menunggu lebih banyak data tentang arah ekonomi sebelum mengubah suku bunga.

    “Untuk saat ini, kami berada dalam posisi yang baik untuk menunggu kejelasan yang lebih besar sebelum mempertimbangkan penyesuaian apa pun terhadap sikap kebijakan kami,” kata Powell dalam pernyataan.

    5. Trump Bakal Bertemu dengan Utusan Jepang untuk Bahas Tarif

    Trump mengatakan dia akan mengambil bagian dalam pertemuan dengan utusan perdagangan senior dari Jepang untuk negosiasi tarif pada Rabu. Ia akan bertemu dengan Menteri Revitalisasi Ekonomi Jepang Ryosei Akazawa, yang melakukan kunjungan tiga hari ke Washington pekan ini.

    “Jepang akan datang hari ini untuk merundingkan Tarif, biaya dukungan militer, dan ‘KEADILAN PERDAGANGAN.’ Saya akan menghadiri pertemuan tersebut, bersama dengan menteri keuangan dan perdagangan,” kata Trump di platform Truth Social miliknya.

    “Semoga sesuatu dapat diselesaikan yang baik (HEBAT!) untuk Jepang dan AS!” tambah presiden AS.

    Akazawa juga akan bertemu dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick dan Perwakilan Perdagangan Jamieson Greer di Gedung Putih pada Rabu.

    Pada tahun 2023, Jepang merupakan investor asing terbesar di AS. Sejak 1990, investasi langsung dalam ekonomi AS dari Jepang telah mencapai US$783,3 miliar (Rp13.191 triliun). Jumlah ini lebih banyak dari Kanada, Jerman, dan Inggris.

    Namun, investasi tersebut tidak menghentikan Trump untuk menargetkan impor Jepang dengan tarif “timbal balik”-nya.

    Meskipun pungutan sebesar 24% atas impor Jepang dimasukkan dalam jeda tarif 90 hari Trump, Jepang masih menghadapi tarif menyeluruh sebesar 10% untuk semua barang. Tokyo juga dikenakan tarif sebesar 25% yang ditetapkan presiden AS, khususnya untuk impor mobil, baja, dan aluminium.

    6. PM Singapura Tanggapi Penangguhan Tarif Trump

    Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong mengatakan pada Rabu bahwa ada “sedikit rasa nyaman” dari AS yang menunda tarif besar-besaran di sebagian besar dunia.

    Setelah awalnya mengenakan tarif “timbal balik” pada sebagian besar mitra dagang AS, Trump tiba-tiba mengubah arahnya minggu lalu, mengumumkan penangguhan selama 90 hari.

    Namun, tarif “dasar” sebesar 10% untuk sebagian besar impor, serta tarif 25% untuk impor mobil, baja, dan aluminium, tetap berlaku.

    Dalam pidatonya di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri Singapura, Wong mengatakan “persaingan geopolitik,” yang sebagian besar telah terbengkalai sejak berakhirnya Perang Dingin, telah “kembali dengan ganas” dan bahwa “negara-negara besar tidak lagi merasa aman secara ekonomi” di tengah meningkatnya perang dagang antara AS dan China.

    “Dulunya, saling ketergantungan ekonomi dipandang sebagai suatu keutamaan, tetapi kini justru dipandang sebagai suatu kelemahan,” kata Wong.

    Ia mengatakan bahwa meskipun tren ini bukanlah hal baru, “tren ini telah mencapai intensitas baru dengan langkah-langkah tarif AS terkini.”

    “AS telah menunda sebagian besar tarif timbal baliknya, tetapi tidak ada yang bisa diharapkan dari hal ini, karena tarif dasar saat ini masih jauh lebih tinggi daripada sebelumnya, dan perubahan tersebut telah menyebabkan ketidakpastian besar bagi bisnis di mana-mana,” kata Wong.

    “Tidak ada perusahaan yang dapat dengan nyaman merencanakan investasi jangka panjang sambil mengetahui bahwa tarif dapat diubah sewaktu-waktu,” tambahnya.

    Foto: Foto kolase Xi Jinping dan Donald Trump. (AP Photo)
    Foto kolase Xi Jinping dan Donald Trump. (AP Photo)

    7. Hong Kong Menangguhkan Layanan Pos ke AS Gegara Trump

    Layanan pos Hong Kong mengatakan pada Rabu bahwa mereka telah menangguhkan pengiriman barang melalui laut ke AS karena taktik “intimidasi” Washington. Hongkong Post juga mengatakan akan menangguhkan layanan pos udara untuk barang mulai 27 April.

    “AS tidak masuk akal, menggertak dan mengenakan tarif secara kasar. Hongkong Post pasti tidak akan memungut apa pun yang disebut tarif atas nama AS dan akan menangguhkan penerimaan barang pos yang ditujukan ke AS,” kata departemen pemerintah dalam sebuah pernyataan.

    Meski begitu, paket yang hanya berisi dokumen tidak akan terpengaruh.

    Hong Kong, sebagai Daerah Administratif Khusus China, telah dikenakan tarif 145% yang sama dengan yang dikenakan Beijing.

    Awal bulan ini, Trump menandatangani perintah eksekutif yang mengakhiri pengaturan bebas bea untuk barang senilai US$800 atau kurang mulai 2 Mei dan seterusnya. Ini merupakan sebuah langkah yang menurut Gedung Putih akan menekan pengiriman ilegal.

    Aturan baru ini akan membuat barang-barang bernilai rendah ini dikenakan pajak sebesar 30% atau biaya tetap sebesar US$25, yang akan berlipat ganda mulai 1 Juni.

    8. Pasar Saham Asia Kembali Anjlok Gegara Pembatasan Ekspor Chip AI Nvidia

    Pasar saham di Asia kembali anjlok pada Rabu setelah beberapa hari yang relatif tenang menyusul gejolak global minggu lalu yang disebabkan oleh tarif Trump.

    Hang Seng Hong Kong turun 2,5%, sementara indeks Shanghai Composite turun 0,9%. Indeks Nikkei 225 Tokyo turun 0,9%, dan Kospi Korea Selatan turun 0,7%.

    Kemerosotan terjadi setelah Washington tadi malam mengumumkan aturan perizinan baru pada pengiriman chip AI yang dibuat oleh raksasa AS Nvidia.

    Saham Nvidia turun 6,3% setelah kontrol yang lebih ketat pada ekspor chipnya ke China. Perusahaan mengatakan tindakan tersebut akan menelan biaya US$5,5 miliar.

    9. Tarif Trump Bikin Keok Industri Chip AS, Bisa Rugi Rp16,8 T

    Tarif Trump disebut dapat merugikan pembuat peralatan semikonduktor Negeri Paman Sam lebih dari US$ 1 miliar atau sekitar Rp16,8 triliun per tahun. Hitungan ini telah dibahas oleh industri terkait dengan para pejabat dan anggota parlemen di Washington pekan lalu.

    Melansir Reuters, mengutip dua sumber yang mengetahui masalah tersebut, mengatakan masing-masing dari tiga pembuat peralatan chip terbesar AS – Applied Materials, Lam Research dan KLA – mungkin menderita kerugian sekitar US$ 350 juta (Rp5,8 triliun) selama setahun terkait dengan tarif Trump. Saingan yang lebih kecil, seperti Onto Innovation, kemungkinan juga menghadapi puluhan juta dolar sebagai pengeluaran ekstra.

    “Perkiraan biaya yang dibahas minggu lalu di Washington termasuk pendapatan yang hilang, terutama untuk penjualan peralatan yang kurang canggih yang terlewatkan ke saingan luar negeri, dan biaya menemukan dan menggunakan pemasok alternatif untuk komponen kompleks alat pembuatan chip. Perkiraan tersebut juga mencakup biaya kepatuhan tarif, seperti menambahkan personel untuk menangani kompleksitas mengikuti aturan,” demikian laporan sumber tersebut.

    Dalam perkiraan awal, kerugian US$ 350 juta per perusahaan dapat berubah ketika tugas administrasi Trump berlaku. Perhitungan cepat sulit dilakukan karena setiap alat pembuat chip memiliki banyak komponen, dan rezim tarif akhir tidak jelas.

    Anggota parlemen dan pejabat administrasi membahas biaya tarif dengan eksekutif industri chip dan pejabat dari SEMI, sebuah kelompok perdagangan internasional, sebagai bagian dari dialog yang sedang berlangsung.

    Industri pembuat peralatan chip sebelumnya telah kehilangan miliaran pendapatan setelah mantan Presiden AS Joe Biden menerapkan serangkaian kontrol ekspor yang bertujuan untuk membatasi pengiriman peralatan manufaktur semikonduktor canggih ke entitas China.

    10. Harga Produk China Bakal Naik Gila-gilaan Gegara Trump

    Raksasa e-commerce asal China, Temu dan Shein, akan menaikkan harga produk yang dijual pada platform mereka mulai 25 April 2025. Keputusan ini menyusul pemberlakuan tarif Trump untuk barang impor China.

    Selain itu, pemerintahan Trump juga menghapus kebijakan ‘de-minimis’ yang sebelumnya membebaskan pajak impor barang-barang murah dengan harga di bawah US$800.

    Dalam surat yang dibagikan pekan ini, Temu dan Shein mendorong para konsumen untuk membeli produk di platform mereka sebelum 25 April 2025 ketika harga produk disesuaikan menjadi lebih mahal.

    Shein dan Temu mendulang popularitas di AS karena menawarkan harga-harga super murah. Hal ini dimungkinkan model bisnis kedua perusahaan yang menjual barang langsung dari produsen ke konsumen akhir, tanpa ada perantara.

    Selain itu, kebijakan de-minimis yang selama ini berlaku juga membuat barang-barang yang dijual Shein dan Temu tak kena pajak ketika dijual ke AS. Dengan dihapuskan kebijakan de-minimis, maka Shein dan Temu tak mungkin bisa menjual barang semurah sebelumnya.

    “Dikarenakan perubahan aturan perdagangan global dan tarif, biaya operasional kami naik. Untuk melanjutkan penjualan produk yang Anda sukai tanpa mengorbankan kualitas, kami akan membuat penyesuaian harga mulai 25 April 2025,” begitu pernyataan dari Shein dan Temu, dikutip dari Reuters, Kamis (17/4/2025).

    Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) menyebut pendapatan hariannya menurun sejak disahkannya tarif Trump.

    “Sejak 5 April, CBP telah mengumpulkan lebih dari US$500 juta berdasarkan tarif timbal balik yang baru, yang berkontribusi terhadap total pendapatan tarif lebih dari US$21 miliar dari 15 tindakan perdagangan presiden yang dilaksanakan sejak 20 Januari 2025,” kata badan tersebut dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip CNBC International.

    Pembaruan tersebut muncul setelah gangguan selama 10 jam dalam sistem keuangan mencegah importir AS memasukkan kode yang akan membebaskan barang yang sudah berada di perairan dari kewajiban untuk dikenakan bea yang lebih tinggi.

    “Bahkan selama gangguan singkat tersebut, aliran pendapatan rata-rata CBP sebesar US$250 juta/hari tetap tidak terganggu,” kata CBP dalam pernyataannya.

    Trump telah berulang kali mengatakan bahwa Amerika Serikat memperoleh US$2 miliar per hari dari tarif, termasuk pendapatan yang secara langsung berasal dari apa yang disebut tarif “timbal balik”.

    Data terbaru yang dirilis Senin oleh Departemen Keuangan menunjukkan laporan harian departemen tersebut mengenai total simpanan yang tercantum dalam “Pajak Bea Cukai dan Cukai Tertentu” sebesar US$305 juta. Semua tarif dikumpulkan oleh Bea Cukai AS di titik masuk.

    (tfa/wur)

  • AS Belum Bisa Produksi Tanah Jarang Seperti China, Kenapa?

    AS Belum Bisa Produksi Tanah Jarang Seperti China, Kenapa?

    Jakarta

    Antara 2020 dan 2023, Amerika Serikat mengandalkan China untuk 70% impornya atas semua senyawa dan logam tanah jarang. Maka saat China membatasi ekspor tanah jarang sebagai balasan tarif, AS bisa kelabakan, terutama karena mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan sendiri.

    Ahli mengatakan kontrol ekspor China membuat seluruh dunia memiliki alternatif yang sangat terbatas. AS sebenarnya berupaya mengatasi kesenjangan itu. Sejak 2020, Departemen Pertahanan AS memberi lebih dari USD 439 juta untuk membangun rantai pasokan tanah jarang domestik.

    Beberapa perusahaan AS melihat kontrol ekspor China peluang mempercepat produksi domestik. Nicholas Myers, CEO Phoenix Tailings, startup pengolahan tanah jarang di Massachusetts, mengatakan telah mengembangkan teknologi memurnikan mineral tanah jarang tanpa limbah dan tanpa emisi jadi logam. Mereka mengambil bahan baku domestik serta Kanada dan Australia.

    Perusahaannya saat ini memproduksi 40 metrik ton logam tanah jarang dan paduan logam per tahun dan ingin meningkatkannya hingga 400 ton dengan fasilitas baru di New Hampshire. “Semuanya adalah pengolahan dalam negeri. Kami tak bergantung pada apa pun dari China,” katanya.

    “AS benar-benar memiliki kemampuan memproduksi logam tanah jarang pada waktu yang benar-benar kami butuhkan. Kami hanya perlu memastikan semua pelanggan, semua pembuat kebijakan fokus mendukung industri agar benar-benar meningkat,” imbuh Myers yang dikutip detikINET dari CNN.

    Perusahaan AS lain juga membuat terobosan. USA Rare Earth sedang membangun pabrik magnet di Texas, bertujuan memproduksi 5.000 ton magnet tanah jarang setiap tahun. Namun demikian, pakar mengatakan dalam waktu dekat, mustahil AS bisa memenuhi seluruh kebutuhan tanah jarang.

    “AS hampir tidak memproduksi bahan-bahan yang baru saja dibatasi dan China tidak dapat sepenuhnya digantikan sebagai penyedia bahan-bahan itu,” cetus Luisa Moreno, direktur di Defense Metals Corp.

    AS menurutnya dapat coba mendapatkan sebagian tanah jarang dari negara-negara lain, tapi itu bukanlah pilihan yang tepat untuk tanah jarang yang ‘berat’, dengan nomor atom lebih tinggi, jumlah lebih sedikit, dan lebih sulit diekstraksi.

    Tanah jarang memiliki berbagai macam kegunaan teknologi, merupakan komponen penting smartphone, pesawat ruang angkasa, mobil listrik, dan perangkat medis. Tanah jarang berat, khususnya, sangat penting bagi pertahanan, digunakan di jet tempur F-35, kapal selam, dan rudal Tomahawk.

    Pembatasan ekspor oleh China juga termasuk tanah jarang jenis berat dan dinilai signifikan, karena China menguasai produksi dan suplainya 100%. “Kita pada saat ini belum memiliki kemampuan untuk melakukannya secara domestik,” cetus Gracelin Baskaran, periset di Center for Strategic and International Studies.

    Menurut Baskaran, AS masih dalam tahap mempelajari pengetahuan untuk memproses tanah jarang. “Ini bukan hanya masalah modal. Ini masalah pengetahuan bagi AS dan negara-negara lain, kata Baskaran.

    AS memproduksi kurang dari 1% tanah jarang di dunia. Dan di sisi pemrosesan, ada beberapa bagian dari rantai pasokan tanah jarang yang belum dipelajari bagaimana cara melakukannya seperti teknologi ekstraksi pelarut yang digunakan untuk memisahkan unsur-unsur tanah jarang.

    (fyk/rns)

  • China Jadi Superpower Tanah Jarang, Ini Penyebabnya

    China Jadi Superpower Tanah Jarang, Ini Penyebabnya

    Jakarta

    China dan Xi Jinping punya kartu yang ampuh dalam perang dagang dengan Amerika Serikat, yaitu tanah jarang, mineral sangat penting dalam berbagai industri. China menambang 70% tanah jarang di dunia dan memproses 90% pasokan global. Kok bisa?

    Di tengah ancaman tarif AS terhadap China, Beijing awal bulan ini memberlakukan pembatasan ekspor tujuh elemen tanah jarang dan magnet yang digunakan dalam teknologi pertahanan, energi, dan otomotif.

    Menilik sejarah, China memulai lebih awal dalam ekstraksi tanah jarang, dimulai tahun 1950-an, tapi industri tersebut baru benar-benar mulai berkembang akhir 1970-an. Waktu itu, China mengandalkan biaya tenaga kerja yang rendah dan standar lingkungan relatif longgar serta adopsi teknologi asing.

    “Banyak teknologi yang mereka bawa dikembangkan di AS, atau Jepang, atau Eropa,” kata Stan Trout, pendiri konsultan tanah jarang Spontaneous Materials yang dikutip detikINET dari CNN.

    Seiring meningkatnya produksi tanah jarang, China mulai memahami pentingnya mineral tersebut secara strategis. “Ada pengakuan bahwa ini bisa menjadi teknologi yang sangat penting bagi mereka untuk dikuasai,” tambah Trout.

    Di 1992, saat berkunjung ke salah satu pusat produksi tanah jarang di Mongolia Dalam, Deng Xiaoping, mantan pemimpin China yang mempelopori reformasi ekonomi negara, melontarkan ucapan terkenal. “Meskipun ada minyak di Timur Tengah, Tiongkok memiliki tanah jarang,” katanya.

    Kini, China telah memenuhi visi Deng dengan mendominasi rantai pasokan tanah jarang. Walau biaya tenaga kerja kini lebih tinggi, kendali China atas industri tersebut diperkuat berkat investasi teknologi, R&D, dan otomatisasi.

    Dulu ada perusahaan AS membuat magnet tanah jarang, namun mereka keluar dari bisnis karena munculnya alternatif China yang lebih murah. “Kita telah kehilangan pengetahuan, kita kehilangan kemampuan sumber daya manusia dan ini adalah operasi sangat padat modal,” katanya.

    Sekarang, sulit untuk bersaing dengan China karena skala ekonomi negara itu lebih besar, serta insentif pemerintah memberi keunggulan tambahan. Antara 2020 dan 2023, AS mengandalkan China untuk 70% impornya atas semua senyawa dan logam tanah jarang.

    Ahli mengatakan kontrol ekspor China membuat seluruh dunia memiliki alternatif sangat terbatas. Namun AS berupaya mengatasi kesenjangan itu. Sejak 2020, Departemen Pertahanan AS memberi lebih dari USD 439 juta untuk membangun rantai pasokan tanah jarang domestik.

    Beberapa perusahaan AS melihat kontrol ekspor China peluang mempercepat produksi domestik. Nicholas Myers, CEO Phoenix Tailings, startup pengolahan tanah jarang di Massachusetts, mengatakan perusahaannya mengembangkan teknologi memurnikan mineral tanah jarang tanpa limbah dan tanpa emisi. Mereka mengambil bahan baku domestik serta dari Kanada dan Australia.

    Perusahaannya saat ini memproduksi 40 metrik ton logam tanah jarang dan paduan logam per tahun dan ingin meningkatkannya hingga 400 ton dengan fasilitas baru di New Hampshire. “Semuanya pengolahan dalam negeri. Kami tak bergantung pada apa pun dari China,” katanya.

    “Amerika Serikat benar-benar memiliki kemampuan memproduksi logam tanah jarang pada waktu yang benar-benar kami butuhkan. Kami hanya perlu memastikan semua pelanggan, semua pembuat kebijakan fokus mendukung industri agar benar-benar meningkat,” imbuh Myers.

    Perusahaan AS lain juga membuat terobosan. USA Rare Earth sedang membangun pabrik magnet di Texas, bertujuan memproduksi 5.000 ton magnet tanah jarang setiap tahun.

    (fyk/fay)

  • Rupiah melemah dipengaruhi rencana Trump terapkan tarif semikonduktor

    Rupiah melemah dipengaruhi rencana Trump terapkan tarif semikonduktor

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Rupiah melemah dipengaruhi rencana Trump terapkan tarif semikonduktor
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 15 April 2025 – 18:33 WIB

    Elshinta.com – Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menilai, pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada hari ini dipengaruhi rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenakan tarif impor semikonduktor dan farmasi.

    “Investor masih berhati-hati karena pemerintahan Trump terus maju dengan rencana untuk berpotensi mengenakan tarif pada impor semikonduktor dan farmasi,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

    Sejak Senin (14/4), Trump memulai langkah menerapkan tarif baru produk semikonduktor dan farmasi, serta memulai proses yang berpotensi menambah daftar bea masuk atas barang-barang ke AS.

    Proses tersebut diawali dengan diterbitkannya pemberitahuan resmi federal kepada publik bahwa pemerintah telah memulai investigasi terhadap dampak impor produk farmasi (termasuk bahan bakunya), serta semikonduktor dan peralatan manufakturnya terhadap keamanan nasional.

    Menurut pemberitahuan tersebut, investigasi telah dibuka sejak 1 April 2025.

    Sebagaimana dikemukakan Desai, tarif baru itu akan diberlakukan berdasarkan Pasal 232 dari Trade Expansion Act tahun 1962, yang memberikan wewenang kepada presiden untuk menetapkan bea masuk terhadap barang-barang impor yang dinilai masuk dalam jumlah atau kondisi tertentu yang dapat mengancam keamanan nasional.

    Di sisi lain, Presiden AS mengindikasikan potensi penangguhan tarif otomotif dari tarif 25 persen terhadap impor kendaraan asing, terutama dari negara-negara seperti Meksiko dan Kanada.

    “Perkembangan ini telah meredakan beberapa kekhawatiran pasar atas meningkatnya ketegangan perdagangan,” ucap Ibrahim.

    Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini di Jakarta melemah sebesar 40 poin atau 0,24 persen menjadi Rp16.827 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.787 per dolar AS.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga melemah ke level Rp16.815 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.773 per dolar AS.

    Sumber : Antara

  • Bank Sentral G7 Pasang Ancang-Ancang Hadapi Tarif Trump

    Bank Sentral G7 Pasang Ancang-Ancang Hadapi Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump memicu kekacauan di pasar global. Bank sentral negara-negara maju yang tergabung dalam kelompok G7 pun bersiap merilis kebijakan moneter pertama mereka sebagai respons, meskipun kemungkinan akan menghasilkan pendekatan yang berbeda-beda.

    Mengutip Bloomberg, Bank Sentral Kanada diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada Rabu (waktu setempat) guna mengantisipasi potensi inflasi akibat perang tarif yang tengah berlangsung dengan AS.

    Sementara itu, Bank Sentral Eropa (ECB) dijadwalkan mengumumkan keputusannya pada keesokan harinya, dengan ekspektasi penurunan suku bunga.

    Keputusan suku bunga dari Federal Reserve (The Fed) baru akan diumumkan pada 7 Mei mendatang. Untuk saat ini, perhatian pasar tertuju pada langkah ECB dan Bank of Canada (BoC) dalam menenangkan investor sambil menilai dampak ekonomi dari kebijakan proteksionis Trump.

    Presiden ECB, Christine Lagarde, menyatakan pada Jumat lalu (11/4/2025) bahwa pihaknya terus memantau situasi dan siap mengambil langkah jika diperlukan, mengingat stabilitas harga dan keuangan saling berkaitan.

    Ini menjadi kali kedua dalam lebih dari dua tahun terakhir ECB dihadapkan pada dilema suku bunga akibat ketidakpastian dari AS sebelum The Fed mengambil tindakan. Saat krisis Silicon Valley Bank pada 2023 yang mengguncang pasar global, ECB tetap menaikkan suku bunga sebesar 0,5 poin seperti yang telah dijanjikan.

    Namun kali ini, arah kebijakan ECB tampak lebih jelas. Tarif impor dari AS diperkirakan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi Eropa. Karena Uni Eropa belum mengambil langkah balasan yang dapat memicu inflasi, ECB diprediksi akan menurunkan suku bunga sebesar 0,25 poin.

    Di sisi lain, Kanada menghadapi pertimbangan yang lebih kompleks. Meski tarif Trump mulai menekan investasi bisnis dan belanja konsumen, ekspektasi inflasi justru meningkat. Data indeks harga konsumen yang akan dirilis Selasa diperkirakan menjadi penentu utama keputusan suku bunga BoC.

    “Keputusan suku bunga ECB pada 17 April tampaknya menjadi lebih mudah. Selain dampak langsung dari tarif AS terhadap ekonomi kawasan euro, Dewan Pemerintahan juga harus mempertimbangkan pengaruh penguatan mata uang euro,” jelas ekonom Bloomberg, yakni David Powell dan Simona della Chiaie.

    Menanti Sikap The Fed

    Di tengah naiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS, melemahnya dolar, dan turunnya harga saham akibat kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump, investor menanti sinyal dari para pejabat Federal Reserve (The Fed) terkait kemungkinan penurunan suku bunga.

    Ketua The Fed, Jerome Powell, dijadwalkan menyampaikan pandangan mengenai kondisi ekonomi pada Rabu (16/4) waktu setempat dalam acara Economic Club of Chicago. Para Presiden The Fed wilayah juga nantinya akan memberikan pernyataan mereka. 

    Di sisi data makroekonomi, laporan penjualan ritel Maret 2025 diperkirakan menunjukan lonjakan. Konsumen disebut-sebut mempercepat pembelian mobil dan suku cadang menjelang diberlakukannya tarif impor baru. Survei Bloomberg memperkirakan penjualan naik 1,4% secara bulanan, yakni tertinggi sejak awal 2023. 

    Data industri mencatat penjualan mobil mencapai tingkat tahunan 17,77 juta unit, tertinggi dalam empat tahun terakhir. Kenaikan ini terjadi menjelang penerapan tarif impor mobil dan suku cadang hingga 25% yang mulai berlaku pada 3 April.

    Jika tidak memasukkan mobil, bensin, bahan bangunan, dan layanan makanan, penjualan ritel juga diperkirakan tetap tumbuh, meskipun belanja konsumen di kuartal ini cenderung lesu.

    Selain itu, data produksi industri  diprediksi turun 0,2%, terutama karena suhu udara yang lebih hangat mengurangi konsumsi listrik, serta melambatnya aktivitas manufaktur.

    Data sektor perumahan diperkirakan menunjukkan penurunan jumlah rumah baru yang dibangun. Para pengembang tampaknya memilih fokus pada pengurangan stok rumah yang ada.

    Di sisi lain, pemerintahan Trump memutuskan untuk membebaskan tarif bagi sejumlah barang elektronik populer seperti smartphone, laptop, hard drive hingga prosesor komputer. Barang-barang ini umumnya tidak diproduksi di AS, sehingga kabar ini disambut baik oleh konsumen yang sempat khawatir harga iPhone dan perangkat lain bakal melonjak.

  • Ecommerce China Dilarang Masuk RI, Nasibnya Makin Memprihatinkan

    Ecommerce China Dilarang Masuk RI, Nasibnya Makin Memprihatinkan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Aplikasi Temu dan Shein sempat dikabarkan akan mengekspansi layanan di Indonesia. Bahkan, keduanya sudah sempat muncul di toko aplikasi Apple dan Google di Tanah Air.

    Namun, pemerintah langsung melakukan intervensi dengan melarang dua aplikasi itu beroperasi di Indonesia. Pasalnya, Temu dan Shein memiliki bisnis model yang disebut bisa membunuh UMKM lokal.

    Keduanya menjual barang langsung dari produsen di China ke konsumen akhir, tanpa ada perantara. Hal ini membuat harga jualnya sangat murah dan tidak membuka ruang kompetisi yang sehat dengan produsen lokal.

    Di negara lain, Temu dan Shein mendulang popularitas karena barang yang ditawarkan jauh di bawah harga pasar. Kendati demikian, eksistensi Temu dan Shein terancam tumbang gara-gara kebijakan tarif resiprokal yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump.

    Trump menetapkan tarif sebesar 145% untuk barang impor dari China. Sebelumnya, Trump juga merencanakan penghapusan kebijakan de minimis yang selama ini dimanfaatkan oleh Temu dan Shein untuk beroperasi di AS.

    Kebijakan de minimis membebaskan barang-barang impor senilai kurang dari US$800 dari tarif dan prosedur bea cukai. Hal ini membantu Temu dan Shein untuk menjaga harga tetap rendah dan meraih pangsa pasar.

    Menurut laporan Reuters, bisnis impor-ekspor yang melibatkan skema e-commerce lintas negara (cross border) memiliki nilai 2,63 triliun yuan (Rp6.039 triliun). Potensi nilai tersebut terancam lenyap dihantap penghapusan de minimis dan lebih luas tarif resiprokal Trump.

    Pedagang China Ramai-ramai Kabur dari AS

    Bukan cuma Temu dan Shein yang terancam, tetapi juga raksasa e-commerce asal AS. Para penjual asal China yang selama ini mengandalkan platform seperti Amazon mulai menaikkan harga dan berencana hengkang dari pasar AS.

    Wang Xin, kepala Shenzhen Cross-Border E-Commerce Association, yang mewakili lebih dari 3.000 penjual Amazon, menyebut kenaikan tarif ini sebagai pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Menurutnya, struktur biaya produksi dan distribusi kini terguncang, membuat banyak pelaku usaha sulit bertahan di pasar AS.

    “Ini bukan sekadar soal pajak. Tetapi juga seluruh struktur biaya juga akan terbebani,” jelas Wang, dikutip dari Reuters.

    Ia menambahkan bahwa tarif tersebut juga dapat menyebabkan penundaan bea cukai dan biaya logistik yang lebih tinggi.

    China merupakan sumber dari sekitar setengah penjual di Amazon, dengan lebih dari 100.000 bisnis asal Shenzhen saja menyumbang pendapatan hingga US$ 35,3 miliar per tahun. Namun kini, banyak dari mereka mempertimbangkan untuk hengkang.

    Dari lima penjual yang diwawancarai Reuters, tiga di antaranya berencana menaikkan harga hingga 30% untuk pasar AS, sementara dua lainnya akan menarik diri sepenuhnya dari pasar tersebut.

    Salah satunya, Dave Fong, yang menyatakan dirinya akan membiarkan stok habis dan mengurangi belanja iklan Amazon, yang sebelumnya menyerap hingga 40% dari pendapatan AS-nya.

    Ketergantungan Amazon pada penjual China menempatkannya dalam posisi rentan. Tanpa alternatif pasar dengan daya beli sebesar AS, produsen China menghadapi risiko perang harga yang lebih sengit di wilayah lain, yang bisa berujung pada penurunan profitabilitas secara global.

    Reuters melaporkan tak ada negara lain yang menandingi daya konsumsi AS. Membatasi produksi negara-negara lain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi AS dikhawatirkan akan meningkatkan risipo perang harga di antara eksportir China.

    Dave Fong yang menjual produk dari tas sekolah hingga speaker Bluetooth mengatakan akan menaikkan harga jual di AS hingga 30%. Ia mengatakan akan menghabiskan invetori barang yang tersisa dan mengurangi pengeluaran iklan di Amazon. Ia mengatakan selama ini biaya iklan di Amazon mengambil sekitar 40% dari pendapatannya di AS.

    “Untuk kami dan banyak orang, sudah tak bisa lagi bergantung pada pasar AS. Ini sangat jelas,” kata Fong.

    “Kami harus mengurangi investasi dan mengalokasikan lebih banyak sumber daya ke wilayah lain seperti Eropa, Kanada, Meksiko, dan wilayah lain di seluruh dunia,” ia menuturkan.

    Brian Miller yang menjual barang di Amazon dari Shenzhen selama 7 tahun mengatakan ia tak punya alasan lagi untuk mengembangkan produk-produk baru di tengah iklim tarif saat ini.

    Ia mengatakan pedagang lain mau tak mau akan menaikkan harga jual secara signifikan dengan mengandalkan inventoris yang ada hingga habis dalam 1 hingga 2 bulan ke depan.

    “Saya tidak melihat skenario, jika keadaan tidak berubah, bahwa melayani AS dari China masih layak dan manufaktur yang melayani AS harus dipindahkan ke negara lain seperti Vietnam, atau Meksiko,” kata Miller.

    Wang mengatakan dampak tarif AS akan berpengaruh besar ke bisnis kecil dan manufaktur. Hal ini bisa menambah tingkat pengangguran di China.

    (fab/fab)

  • Senjata Makan Tuan, Kebijakan Tarif Impor Trump Bisa Sulitkan Industri Mobil AS

    Senjata Makan Tuan, Kebijakan Tarif Impor Trump Bisa Sulitkan Industri Mobil AS

    Jakarta

    Kebijakan tarif impor tinggi yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bisa menjadi senjata makan tuan. Niatnya ingin melindungi produsen mobil dalam negeri dan mengamankan lapangan kerja di AS, kebijakan itu justru bisa menyulitkan industri mobil AS sendiri.

    Diketahui pekan lalu Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerapkan tarif resiprokal ke 180 negara. Hal itu dilakukan Trump untuk menyeimbangkan neraca perdagangan, sekaligus melindungi industri dalam negeri AS. Belakangan, penerapan tarif tersebut ditunda selama 90 hari. Namun khusus untuk China, kebijakan itu langsung diberlakukan.

    Mengutip laman Carscoops, kebijakan tarif resiprokal alias tarif timbal balik itu bisa menjadi senjata makan tuan buat industri otomotif Amerika Serikat. Alasannya, tidak semua merek-merek Amerika membuat mobil di Amerika Serikat.

    Tahun lalu misalnya, merek-merek ternama AS seperti GM, Ford, dan Stellantis, menjual sekitar 1,85 juta kendaraan ringan di AS yang semuanya diimpor. Angka penjualan itu mencakup 13% dari total penjualan global mereka.

    Sebagai perbandingan, tiga produsen mobil terbesar di Jepang, yaitu Toyota , Honda, dan Nissan, secara kolektif menjual 1,53 juta unit di Amerika Serikat atau mencakup 9% dari penjualan global mereka. Sedangkan mobil impor dari Jerman seperti VW Group, BMW Group, dan Mercedes-Benz mewakili 7% dari total penjualan mereka.

    Artinya, produsen mobil dalam negeri AS sebenarnya lebih bergantung pada impor kendaraan dari pabrik mereka di negara-negara luar AS seperti Kanada dan Meksiko. Maka, kebijakan tarif impor tinggi Trump justru akan membuat merek-merek mobil AS harganya melonjak signifikan. Sebagai informasi, AS telah menetapkan tarif impor 25% untuk Kanada dan Meksiko.

    General Motors (GM) disebut-sebut akan paling merasakan dampak tarif Trump, karena pada tahun 2024, perusahaan ini berada tepat di belakang perusahaan Hyundai-Kia dan Toyota dalam hal total impor kendaraan di AS. Model impor GM mencapai 18% dari penjualan globalnya, yang merupakan persentase tertinggi di antara lima produsen mobil terbesar di dunia.

    Meski berpotensi menyulitkan industri mobil buatan AS, kebijakan Trump dinilai ada benarnya juga. Sebab jika dilihat secara makro, kebijakan Trump akan membuat produsen mobil di luar merek AS, dipaksa untuk membangun pabrik di dalam negeri Amerika Serikat. Jika menolak, maka merek-merek mobil di luar AS itu harus menghadapi risiko penjualan menurun karena harga mobil-mobil mereka akan menjadi terlalu mahal dibandingkan dengan mobil-mobil yang diproduksi secara lokal di AS.

    (lua/din)