Negara: Kanada

  • Mendag: IA-CEPA tunjukkan komitmen RI-Australia perdalam hubungan

    Mendag: IA-CEPA tunjukkan komitmen RI-Australia perdalam hubungan

    Semakin banyak kita mempunyai perjanjian dagang, maka akses pasar kita (ke negara lain) semakin bagus,

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Perdagangan RI Budi Santoso mengatakan, Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) menunjukkan komitmen antara kedua negara dalam meningkatkan hubungan yang saling menguntungkan.

    “Lima tahun ini kita evaluasi, nanti rencana tahun depan juga bisa kita review (tinjau), perjanjiannya kita lihat apakah implementatif dan sebagainya,” kata Budi di sela-sela acara peringatan “Lima Tahun Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA)” di Jakarta, Kamis.

    Budi menekankan bahwa pelaksanaan tinjauan perjanjian dagang tersebut tidak hanya dilakukan dengan Australia, tetapi ke semua negara yang memiliki perjanjian dagang dengan Indonesia.

    Menurutnya, sejauh ini Indonesia sudah melaksanakan 19 perjanjian dagang, 10 perjanjian sedang dalam proses ratifikasi, dan 16 lainnya masih dalam proses perundingan.

    “Semakin banyak kita mempunyai perjanjian dagang, maka akses pasar kita (ke negara lain) semakin bagus,”ujarnya.

    Budi juga mengatakan bahwa perjanjian dagang yang perundingannya sudah selesai tahun ini, yaitu Kanada, Uni Ekonomi Eurasia (EAEU), Tunisia, serta Uni Eropa (EU).

    Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) diberlakukan pada 5 Juli 2020, dan sejak saat itu, perdagangan bilateral antara kedua negara menunjukkan peningkatan sebesar dua kali lipat.

    Perdagangan gabungan barang dan jasa tumbuh dari 17,7 miliar dolar Australia (sekitar Rp188,7 triliun) pada 2019 menjadi 35,4 miliar dolar Australia (sekitar Rp377,4 triliun) pada 2024.

    Kini, Indonesia mengekspor lebih banyak barang dan jasa ke Australia, dan mencatat surplus perdagangan dengan Australia sebesar 3,13 miliar dolar Australia (sekitar Rp33,3 triliun) pada 2024.

    Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Mendag Targetkan IEU-CEPA Rampung Tahun Ini

    Mendag Targetkan IEU-CEPA Rampung Tahun Ini

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan sebanyak empat perjanjian perdagangan akan selesai tahun ini. Salah satunya adalah Indonesia dan Uni Eropa atau Indonesia—European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU—CEPA).

    Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan perjanjian dagang IEU—CEPA dan lainnya tengah dalam proses administrasi, sehingga ditargetkan rampung di tahun ini.

    Selain IEU—CEPA, perjanjian Indonesia—Canada CEPA, Indonesia—Eurasian Economic Union Free Trade Area (I—EAEU FTA), hingga Indonesia—Tunisia Preferential Trade Agreement (Indonesia—Tunisia PTA) juga tengah dalam proses administrasi.

    “Kanada kan tinggal tanda tangan, sekarang lagi proses ratifikasi. Eurasia I—EAEU sudah selesai. Kemudian IEU—CEPA juga sudah. Tunisia tinggal tanda tangan. Sebenarnya 4 [perjanjian dagang] ini selesai tahun ini,” kata Budi saat ditemui di Jakarta, Kamis (3/7/2025).

    Menurutnya, perjanjian dagang ini telah menimbulkan dampak psikologis meski belum diimplementasikan. Hal ini terlihat dari penjajakan bisnis (business matching) yang sudah berjalan, seperti Kanada.

    “Joint statement dia [Kanada] membawa banyak misi dagang. Karena mereka tahu bahwa ke depan hubungan kita semakin dekat, sehingga dia harus dimulai dari sekarang. Nah itu secara psikologis bagus,” ujarnya.

    Hingga saat ini, Kemendag telah mengantongi 19 perjanjian dagang yang telah terimplementasi, 10 perjanjian dagang yang sedang proses ratifikasi, dan 16 perjanjian dagang dalam proses perundingan.

    “Jadi semakin banyak kita mempunyai perjanjian dagang maka akses pasar kita semakin bagus, ekspor kita mudah-mudahan meningkat,” ujarnya.

    Namun, Budi menjelaskan bahwa Kemendag tetap melakukan evaluasi terhadap setiap perjanjian perdagangan. Dalam hal ini, pemerintah melakukan evaluasi setiap perjanjian perdagangan yang sudah terimplementasi untuk mendapatkan output terbaik bagi perdagangan internasional.

    Sebab, dia menyebut, perjanjian dagang harus saling menguntungkan kedua belah pihak. Dengan kata lain, proses neraca perdagangan antara kedua negara harus seimbang, tetapi saling menguntungkan.

  • 10 Negara dengan Work-Life Balance Terbaik di Dunia, Ada Indonesia?

    10 Negara dengan Work-Life Balance Terbaik di Dunia, Ada Indonesia?

    Daftar Isi

    1. Selandia Baru dengan skor indeks: 86,87

    2. Irlandia dengan skor indeks: 81,17

    3. Belgia dengan skor indeks: 75,91

    4. Jerman dengan skor indeks: 74,65

    5. Norwegia dengan skor indeks: 74,20

    6. Denmark dengan skor indeks: 73,76

    7. Kanada dengan skor indeks: 73,46

    8. Australia dengan skor indeks: 72,10

    9. Spanyol dengan skor indeks: 71,94

    10. Finlandia dengan skor indeks: 70,86

    Jakarta

    Menjaga keseimbangan yang tepat antara kehidupan profesional dan pribadi mungkin tidak mudah. Terlebih di tengah ritme dunia yang semakin cepat.

    Namun, ada beberapa negara yang berhasil menciptakan budaya kerja yang mendukung kesejahteraan individu tanpa mengorbankan pekerjaan. Dikutip dari Gulf News, berikut ini 10 negara dengan work-life balance terbaik pada 2025.

    Menurut laporan dari Remote, pihaknya menyusun daftar berdasarkan kombinasi faktor penting, di antaranya jam kerja mingguan, kebijakan cuti, upah minimum, indeks kebahagiaan, serta keselamatan. Hasil akhirnya dikalkulasi dalam skor maksimal 100.

    Penilaian ini dilakukan terhadap 60 negara dengan PDB tertinggi di dunia, berdasarkan berbagai indikator. Misalnya seperti durasi mingguan, upah minimum, cuti orang tua hingga tingkat kebahagiaan dan keamanan.

    Negara mana saja yang memiliki work-life balance terbaik di dunia? Ini daftarnya.

    1. Selandia Baru dengan skor indeks: 86,87

    Selandia Baru terus memimpin daftar keseimbangan kehidupan kerja, memperoleh posisi peringkat teratas selama tiga tahun berturut-turut sekarang. Ini adalah satu-satunya negara Pasifik yang masuk dalam tiga peringkat teratas.

    Selain peringkat keseluruhan negara yang tinggi, Selandia Baru juga memiliki upah minimum tertinggi kedua dari semua negara dalam daftar ini. Faktanya, pemerintah baru-baru ini menaikkan upah minimum awal tahun ini, yang menghasilkan peringkat tinggi ini.

    2. Irlandia dengan skor indeks: 81,17

    Irlandia tidak hanya menempati peringkat kedua sebagai negara terbaik untuk keseimbangan kehidupan kerja, tetapi juga menempati posisi teratas di Eropa. Dalam beberapa tahun terakhir, salah satu inisiatif terbesar oleh pemerintah Irlandia untuk meningkatkan status sosial mereka adalah Undang-undang Keseimbangan Kehidupan Kerja dan Ketentuan Lain-lain tahun 2023.

    Melalui undang-undang ini, negara tersebut menetapkan pedoman baru seputar topik-topik seperti pengaturan kerja jarak jauh dan cuti kekerasan dalam rumah tangga.

    3. Belgia dengan skor indeks: 75,91

    Belgia negara terakhir yang masuk tiga peringkat teratas. Sebelumnya, negara itu menempati posisi ketiga bersama Denmark tahun lalu.

    Belgia juga merupakan salah satu dari sedikit negara di seluruh dunia yang mengeluarkan undang-undang yang mengadvokasi ‘hak untuk memutuskan hubungan’ bagi karyawan. Negara tersebut memperkenalkan undang-undang pada tahun 2022 yang memungkinkan pegawai negeri memutuskan hubungan dari komunikasi terkait pekerjaan, seperti panggilan, teks, dan e-mail, tanpa takut akan akibatnya.

    4. Jerman dengan skor indeks: 74,65

    Tahun ini, Jerman naik dua peringkat menempati posisi keempat dalam keseimbangan kehidupan dan pekerjaan terbaik. Beberapa faktor yang mempengaruhi peringkat tinggi Jerman mencakup tingginya tingkat cuti sakit berbayar untuk anak.

    Pada tahun 2025, orang tua berhak atas 15 hari cuti berbayar per anak. Sementara orang tua tunggal ditawarkan 30 hari per anak. Kebijakan ini berlaku untuk anak-anak di bawah usia 12 tahun.

    5. Norwegia dengan skor indeks: 74,20

    Norwegia adalah negara terakhir yang masuk dalam lima peringkat atas. Negara ini juga merupakan negara yang paling banyak meningkatkan peringkatnya sejak tahun lalu, naik dari posisi kesembilan ke posisi kelima.

    Alasan utama yang dikaitkan dengan keberhasilan ini adalah kebijakan cuti orang tua Norwegia, Dalam studi ini, negara ini menawarkan cuti orang tua paling dermawan selama 49 minggu dengan gaji 100 persen.

    6. Denmark dengan skor indeks: 73,76

    Salah satu kualitas terbaik negara ini adalah minggu kerja yang pendek. Rata-rata 32,5 jam per minggu menjadikan Denmark sebagai salah satu negara dengan minggu kerja rata-rata terpendek di Eropa dan dunia.

    Faktanya, bukan hal aneh bagi bisnis Denmark untuk tutup sementara selama musim panas, karena orang-orang pergi berlibur.

    7. Kanada dengan skor indeks: 73,46

    Kanada masih menjadi satu-satunya negara di Amerika yang masuk dalam daftar 10 teratas. Satu area yang sedang diupayakan Kanada untuk ditingkatkan adalah opsi penitipan anak.

    Negara ini memulai inisiatif pada tahun 2021 yang didedikasikan untuk akhirnya mengurangi biaya penitipan anak menjadi 10 dollar AS atau sekitar 1,6 juta rupiah. Untuk mencapai tujuan ini, mereka mengurangi hampir 50 persen biaya pada tahun 2022.

    8. Australia dengan skor indeks: 72,10

    Australia memiliki upah minimum tertinggi dari 50 negara yang dianalisis dalam laporan ini. Saat ini, upah minimum setara dengan 18,12 dollar AS atau sekitar 294 ribu per jam.

    9. Spanyol dengan skor indeks: 71,94

    Pemerintah Spanyol telah memangkas durasi kerja mingguan dari 40 menjadi 37,5 jam. Negara ini juga memberikan cuti berbayar 16 minggu untuk ibu dan ayah, yang mencerminkan komitmen terhadap kesetaraan gender.

    10. Finlandia dengan skor indeks: 70,86

    Finlandia dikenal dengan sistem penitipan anak yang terjangkau dan mendapatkan banyak subsidi pemerintah. Ini juga memudahkan orang tua bekerja tanpa mengorbankan anak-anak mereka.

    (sao/kna)

  • Menanti diplomasi Indonesia di KTT BRICS 2025

    Menanti diplomasi Indonesia di KTT BRICS 2025

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Menanti diplomasi Indonesia di KTT BRICS 2025
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Kamis, 03 Juli 2025 – 00:05 WIB

    Elshinta.com – Rio de Janeiro, Brasil, bersiap menjadi panggung diplomasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS yang melibatkan delegasi dari 10 negara anggota penuh dan sembilan negara mitra, saat mereka berkumpul pada 6-7 Juli 2025.

    BRICS yang merupakan akronim dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, telah berkembang menjadi kekuatan ekonomi dan politik yang signifikan. Kelompok ini mewakili lebih dari 40 persen populasi dunia dan sekitar sepertiga produk domestik bruto (PDB) global.

    Kelompok negara berkembang BRICS, yang kini diperkuat dengan penambahan anggota baru, termasuk Indonesia, semakin mengukuhkan posisinya sebagai kekuatan signifikan di panggung global.

    BRICS tidak hanya menjadi penyeimbang ekonomi, tetapi juga pendorong utama terciptanya tatanan dunia yang lebih adil di tengah pengaruh dominasi historis negara-negara Barat.

    Dengan masuknya Iran, Mesir, Etiopia, dan Uni Emirat Arab, serta bergabungnya Indonesia secara resmi sejak 6 Januari 2025, BRICS kini diperkuat 10 negara anggota penuh, meningkatkan bobot ekonomi dan demografi kelompok tersebut.

    Selain itu, banyak anggota BRICS adalah produsen utama komoditas penting global, mulai dari energi, mineral, produk pertanian, hingga sumber daya manusia yang melimpah.

    Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat BRICS menyumbang sekitar 37,3 persen terhadap PDB global pada 2024, melampaui capaian G7 (AS, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Prancis) yang menyumbang 30 persen terhadap PDB global.

    Bagi dosen di Departemen Hubungan Internasional Universitas Bakrie, Sellita Selli, BRICS bukan tentang alternatif, tetapi mengenai tata kelola global baru yang menyeimbangkan kekuatan antara Barat dan Selatan Global yang baru.

    BRICS telah mengukuhkan posisinya sebagai pemain kunci dalam pasar komoditas global, terutama melalui ekspor minyak mentah dan produk pertanian.

    China, sebagai mesin ekspor utama BRICS, membanjiri pasar dunia dengan berbagai produk, mulai dari tekstil hingga elektronik. Kehadiran kolektif BRICS sebagai eksportir dan importir utama menjadi mitra tidak terpisahkan dalam rantai pasok global.

    Tidak hanya sebagai pemasok, negara-negara BRICS juga merupakan pasar impor yang sangat penting, mengonsumsi berbagai bahan baku, mesin, dan teknologi. India, misalnya, adalah importir besar bahan bakar mineral serta besi dan baja, sementara Rusia, selain menguasai ekspor energi, juga mengimpor beragam produk pangan.

    Bagi Indonesia, hubungan perdagangan dengan BRICS sangatlah vital. Pada tahun 2024, ekspor Indonesia ke BRICS mencapai 84,37 miliar AS, dengan ekspor non-migas menyumbang 33,91 persen dari total ekspor non-migas Indonesia.

    Di tengah sorotan terhadap dinamika ekonomi dan geopolitik dunia, posisi Indonesia, sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi terkuat di Asia Tenggara yang menganut prinsip politik luar negeri bebas aktif, akan menjadi topik menarik untuk dicermati.

    Peluang kerja sama

    Data IMF pada 2024 menempatkan Indonesia di peringkat lima PDB per kapita dari 11 negara Asia Tenggara. Dengan PDB per kapita sebesar 5.270 dolar AS, Indonesia berada di bawah Singapura ($88.450), Brunei Darussalam ($35.110), Malaysia ($13.310), dan Thailand ($7.810).

    Peringkat ini menempatkan Indonesia di segmen tengah, di atas Vietnam ($4.620), Filipina ($4.130), dan negara-negara lain yang PDB per kapitanya jauh lebih rendah, seperti Kamboja, Laos, Timor-Leste, dan Myanmar.

    Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia telah melampaui fase pembangunan awal, namun masih menghadapi tantangan dalam mendorong kesejahteraan yang lebih merata di seluruh lapisan masyarakatnya.

    Dengan populasi lebih dari 280 juta jiwa yang berada di jalur perdagangan maritim global antara Samudra Hindia dan Pasifik, Indonesia berada di gerbang pasar domestik bagi negara-negara BRICS dalam mencari peluang ekspor maupun investasi.

    Indonesia kaya akan berbagai sumber daya alam, termasuk nikel, batu bara, minyak kelapa sawit, dan banyak mineral kritis lainnya.

    Teranyar, adalah proyek pembangunan Ekosistem Industri Baterai Listrik Terintegrasi Konsorsium Antam-IBC-CBL di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pada Minggu (29/6), sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional dalam rangka mewujudkan swasembada energi Indonesia.

    Proyek yang mencakup area seluas 3.023 hektare ini memiliki nilai investasi sebesar 5,9 miliar dolar AS dari hulu hingga hilir, serta diproyeksikan menyerap hingga 8.000 tenaga kerja, sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara langsung.

    Dalam sambutannya pada acara peresmian itu, Presiden menyampaikan bahwa proyek tersebut menjadi bagian dari upaya besar bangsa dalam menjalankan hilirisasi dan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri demi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.

    Proyek hilirisasi terbesar di Asia Tenggara itu relevan bagi negara-negara BRICS sebagai rantai pasok bahan baku industri otomotif, terutama dalam konteks transisi energi dan pengembangan teknologi yang kini selaras dengan harapan KTT BRICS.

    Hubungan bilateral

    Sejak resmi menjadi anggota penuh BRICS, Indonesia kini berada di ambang era baru kerja sama ekonomi. Meskipun status keanggotaan penuh masih terbilang baru, hubungan bilateral yang kuat dengan negara-negara anggota BRICS telah menjadi modal awal dan gerbang menuju kolaborasi yang lebih dalam.

    Ada beberapa bentuk kerja sama konkret yang sebelumnya telah dan sedang bergerak menuju realisasi bersama sejumlah negara BRICS.

    Salah satu keuntungan nyata dari keanggotaan BRICS adalah akses langsung Indonesia ke New Development Bank (NDB). NDB, yang didirikan oleh BRICS adalah lembaga keuangan yang fokus membiayai proyek infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan.

    Bagi Indonesia, ini berarti peluang baru untuk mendapatkan pendanaan bagi proyek-proyek skala besar, seperti inisiatif transisi energi, hingga pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

    NDB dikenal dengan syarat pinjamannya yang seringkali lebih fleksibel dibandingkan lembaga keuangan tradisional, memberikan opsi pembiayaan yang lebih beragam bagi Indonesia.

    Sebelum menjadi anggota penuh, hubungan dagang dan investasi Indonesia dengan negara-negara, seperti China, India, dan Rusia, sudah terjalin dengan baik. Dengan status keanggotaan di BRICS, kerja sama ini diproyeksikan akan semakin diperkuat.

    Diharapkan ada peningkatan investasi langsung dari negara-negara BRICS ke Indonesia, terutama di sektor manufaktur, pertambangan dengan fokus pada hilirisasi dan energi terbarukan. Sebaliknya, produk komoditas kunci Indonesia, seperti minyak sawit dan karet juga berpotensi menemukan pasar yang lebih besar di negara-negara BRICS.

    Keamanan energi dan transisi menuju energi bersih adalah isu krusial bagi negara-negara BRICS. Indonesia, sebagai produsen energi, dapat mempererat kerja sama pasokan dengan anggota lain. Namun, potensi terbesar ada pada pengembangan energi terbarukan.

    Ada ruang luas untuk kolaborasi dalam proyek-proyek tenaga surya, angin, dan hidro. Transfer teknologi dari China dan India, yang merupakan pemimpin global dalam inovasi energi bersih, akan sangat vital bagi ambisi energi hijau Indonesia.

    Selain itu, potensi kerja sama teknologi juga meluas ke sektor digital, kecerdasan buatan (AI), fintech, dan e-commerce, membuka peluang bagi kolaborasi antara startup di negara-negara anggota.

    Politik bebas aktif

    Diplomasi Indonesia di KTT BRICS 2025 juga tidak akan lepas dari tantangan. Dinamika geopolitik global yang kompleks, persaingan antarblok kekuatan, dan perbedaan kepentingan di antara anggota BRICS sendiri memerlukan pendekatan yang hati-hati dan strategis dari delegasi Indonesia.

    Menteri Luar Negeri RI Sugiono menyatakan bahwa keikutsertaan ini selaras dengan diplomasi luar negeri RI yang bebas aktif, yaitu mengambil peran, tanpa terjebak blok geopolitik.

    Keseimbangan antara menjaga hubungan baik dengan semua kekuatan besar dan tetap berpegang pada prinsip-prinsip politik luar negeri yang independen akan menjadi kunci.

    Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan tampil di Konferensi Tingkat Tinggi BRICS pada 6-7 Juli 2025 di Rio De Jeniro, Brasil, seusai menuntaskan kunjungan resmi ke Kerajaan Arab Saudi.

    Publik menanti narasi diplomasi Indonesia yang adaptif, memastikan bahwa kehadiran di KTT BRICS 2025 di Rio de Janeiro benar-benar memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa dan kontribusi bagi perdamaian serta kemakmuran global.

    Sumber : Antara

  • Top 3 Tekno: Batu Tertua di Dunia Berusia 4,16 Miliar Tahun Bikin Penasaran – Page 3

    Top 3 Tekno: Batu Tertua di Dunia Berusia 4,16 Miliar Tahun Bikin Penasaran – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Penemuan batu tertua di dunia berusia 4,16 miliar tahun, membuat penasaran para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com, Selasa (1/7/2025) kemarin.

    Berita lain yang juga populer datang dari Facebook yang meminta akses galeri ke pengguna untuk melatih model AI.

    Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.

    1. Terungkap! Batu Tertua di Dunia Berusia 4,16 Miliar Tahun, Ada di Mana?

    Sebuah penemuan penting dalam dunia geologi telah mengungkapkan keberadaan batuan tertua (batu tertua di dunia) yang pernah ditemukan di Bumi.

    Batuan berwarna abu-abu yang terletak di Nunavik, Quebec, Kanada itu diperkirakan berusia sekitar 4,16 miliar tahun, jauh lebih tua dari perkiraan sebelumnya.

    Temuan ini memberikan jendela unik untuk mengintip kondisi planet kita pada masa-masa awal pembentukannya, yang dikenal sebagai era Hadean.

    Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science edisi 26 Juni ini, menjelaskan bagaimana tim ilmuwan internasional menganalisis batuan purba tersebut. Demikian sebagaimana dikutip dari Popular Science, Selasa (1/7/2025).

    Meskipun batuan bukanlah makhluk hidup, mereka terus-menerus mengalami perubahan akibat aktivitas tektonik Bumi yang tanpa henti.

    Beberapa batu bahkan bisa bermetamorfosis menjadi intan akibat tekanan dahsyat di bawah permukaan.

    Di tengah berbagai kepunahan massal yang pernah melanda kehidupan di Bumi, batuan-batuan ini bertahan melewati ujian waktu yang ekstrem, diduga jauh sebelum kehidupan pertama muncul.

    Baca selengkapnya di sini 

     

  • 6 Juta Akun Pelanggan Maskapai Qantas Australia Diretas, Pihak Ketiga Lalai

    6 Juta Akun Pelanggan Maskapai Qantas Australia Diretas, Pihak Ketiga Lalai

    Bisnis.com, JAKARTA— Maskapai penerbangan nasional Australia, Qantas, mengungkapkan sekitar 6 juta akun pelanggan telah diretas. 

    Melansir laman Reuters pada Rabu (2/7/2025) Qantas menyebut pelaku peretasan menargetkan pusat layanan pelanggan dan berhasil membobol platform pihak ketiga yang digunakan untuk layanan pelanggan. 

    “Data yang berhasil diakses meliputi nama, alamat email, nomor telepon, tanggal lahir, dan nomor anggota frequent flyer milik para pelanggan,” tulis Qantas dalam pernyataan resmi. 

    Meski tidak mengungkap secara rinci lokasi pusat layanan atau asal pelanggan yang terdampak, Qantas mengatakan insiden ini terdeteksi setelah adanya aktivitas mencurigakan di sistem mereka. 

    Perusahaan mengklaim telah mengambil langkah-langkah untuk membatasi dampak insiden tersebut dan sedang melakukan investigasi lebih lanjut.

    “Kami masih menyelidiki seberapa besar data yang benar-benar dicuri, namun kami memperkirakan jumlahnya akan signifikan,” ungkap Qantas. 

    Qantas juga memastikan insiden tersebut tidak memengaruhi operasional maupun keselamatan penerbangan. Insiden ini terjadi di tengah peringatan dari Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) terkait serangan siber yang menargetkan sejumlah maskapai. 

    Sebelumnya, Hawaiian Airlines dan WestJet dari Kanada juga melaporkan pelanggaran data serupa. Meski Qantas tidak menyebut kelompok pelaku, perusahaan keamanan siber Arctic Wolf menyebut tren serangan ini dilakukan secara terkoordinasi dan berskala besar. 

    Direktur Keamanan Siber Arctic Wolf untuk Australia, Mark Thomas mengatakan pelaku kemungkinan menggunakan metode yang mirip dengan peretasan sebelumnya, termasuk dengan menargetkan kredensial staf teknis perusahaan.

    Insiden ini memengaruhi kepercayaan investor, di mana saham Qantas turun 3,3% pada pertengahan sesi perdagangan hari ini, sementara indeks pasar secara umum cenderung datar.

    Kebocoran data tersebut menambah deretan masalah yang membayangi Qantas, di tengah upaya perusahaan untuk memulihkan kepercayaan publik yang sempat merosot akibat berbagai skandal dalam beberapa tahun terakhir.

    Sebelumnya, maskapai ini menuai kecaman setelah terbukti melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara ilegal terhadap ribuan pekerja darat selama masa penutupan perbatasan akibat pandemi Covid-19, meskipun saat itu Qantas masih menerima dana stimulus dari pemerintah.

    Selain itu, Qantas juga mengakui telah menjual tiket untuk penerbangan yang sebetulnya sudah dibatalkan, yang semakin memperburuk kepercayaan publik terhadap maskapai tersebut.

  • Ilmuwan Menemukan Batu Tertua di Bumi, Ini Bedanya dengan yang Lain

    Ilmuwan Menemukan Batu Tertua di Bumi, Ini Bedanya dengan yang Lain

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ilmuwan mengklaim telah menemukan batuan tertua di Bumi di pesisir timur Teluk Hudson, Kanada. Batuan abu-abu bergaris di situs yang disebut Nuvvuagittuq Greenstone Belt itu mencapai usia 4,16 miliar tahun.

    Penemuan ini berdasarkan analisis terbaru yang menggunakan metode peluruhan isotop radioaktif untuk menentukan usia magma purba yang terperangkap di dalam batuan tersebut.

    Jika dikonfirmasi lebih lanjut, ini bisa menjadi bukti nyata kerak Bumi pertama yang terbentuk sejak awal mula planet ini tercipta 4,57 miliar tahun lalu.

    “Batuan vulkanik itu setidaknya berusia 4,16 miliar tahun atau bahkan lebih tua. Menurut saya, usia terbaiknya adalah 4,3 miliar tahun,” kata Jonathan O’Neil, profesor ilmu lingkungan di University of Ottawa sekaligus salah satu penulis studi, dikutip dari Live Science, Selasa (1/7/2025).

    “Tidak ada batuan yang diketahui lebih tua dari ini,” imbuhnya.

    Penelitian ini juga berpotensi mengungkap kondisi awal Bumi yang memungkinkan munculnya kehidupan.

    Beberapa batuan dari wilayah ini bahkan diduga terbentuk dari presipitasi air laut, yang bisa memberikan gambaran tentang lautan purba dan atmosfer awal Bumi.

    Riset ini telah dipublikasikan di jurnal Science pada 26 Juni 2025. Jika hasilnya dapat divalidasi oleh studi lanjutan, temuan ini dapat membuka pengetahuan baru dalam pencarian asal-usul kehidupan, baik di Bumi maupun di planet lain seperti Mars.

    “Beberapa batuan dari Nuvvuagittuq Greenstone Belt terbentuk dari presipitasi air laut, dan bisa membantu kita memahami komposisi lautan pertama, suhunya, atmosfernya, dan bahkan mungkin menyimpan jejak kehidupan tertua di Bumi,” kata O’Neil. “Memahami lingkungan tempat kehidupan bisa muncul di Bumi juga membantu kita dalam mencari kehidupan di tempat lain, seperti di Mars,” jelasnya.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Apa yang Terjadi di Otak Orang Pemalas? Ini Kata Ilmuwan

    Apa yang Terjadi di Otak Orang Pemalas? Ini Kata Ilmuwan

    Jakarta

    Malas terjadi ketika seseorang mampu melakukan sesuatu yang harus dilakukan, tapi enggan melakukannya. Dalam beberapa kasus, tugas akhirnya dikerjakan asal-asalan, mengalihkan diri pada hal lain yang ringan, atau bahkan diam sama sekali.

    Dengan kata lain, malas terjadi ketika motivasi untuk menghindari usaha lebih besar daripada motivasi untuk melakukan hal yang benar atau diharapkan. Asumsinya, orang yang malas sebenarnya tahu apa yang seharusnya dilakukan.

    Kenapa Orang Bisa Malas?

    Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang lebih suka bermalas-malasan, misalnya dari sisi psikologis dan kondisi otak seseorang. Begini penjelasan dari ahli:

    Otak Pemalas

    Dalam sebuah penelitian di tahun 2018, ahli dari University of British Columbia Kanada menemukan bahwa otak secara alami sebenarnya memang lebih suka malas. Dalam studi ini, peneliti merekrut sejumlah orang dewasa muda, menempatkan mereka di depan komputer, dan memberi kendali di layar.

    Kemudian gambar-gambar kecil ditampilkan satu per satu, menggambarkan aktivitas fisik (berlari, olahraga) atau ketidakaktifan fisik (duduk, bersantai). Peserta diminta menggerakkan avatar secepat mungkin menuju gambar aktivitas fisik dan menjauh dari gambar ketidakaktifan fisik, dan sebaliknya.

    Selama tes dilakukan, peneliti melakukan perekaman pada aktivitas otak mereka. Peserta umumnya lebih cepat bergerak menuju gambar aktif dan menjauhi gambar malas. Tapi hasil rekaman otak elektroensefalogram (EEG) menunjukkan untuk menghindari gambar malas, otak mereka harus bekerja lebih keras.

    “Kita sudah tahu dari studi sebelumnya bahwa orang lebih cepat menghindari perilaku sedentari (malas) dan lebih tertarik pada aktivitas fisik. Hal yang menarik dari studi kami adalah kecepatan ini ternyata membutuhkan ‘biaya’ penggunaan sumber daya otak yang lebih besar,” kata peneliti, Matthieu Boisgontier dikutip dari India Times.

    “Hasil ini menunjukkan bahwa otak kita secara alami tertarik pada perilaku malas,” lanjutnya.

    Menunda-nunda seringkali dikaitkan dengan rasa malas. Sebuah penelitian di 2023 yang diterbitkan The International Journal of Indian Psychology mengungkapkan orang yang suka menunda-nunda memiliki koneksi otak yang lebih lemah antara insula dan korteks prefrontal.

    Ini mengakibatkan kesulitan dalam mengatur sensasi internal (susah mengenali sinyal tubuh) dan mengendalikan impuls (dorongan spontan untuk melakukan sesuatu). Situasi ini membuat mereka sering merasa gelisah, tidak bisa membedakan lelah dan malas, hingga mudah terdistraksi atau menunda.

    Korteks prefrontal pada otak bertanggung jawab atas fungsi eksekutif seperti perencanaan, pengambilan keputusan, dan kontrol impuls. Kebiasaan menunda dapat diatasi dengan manajemen yang efektif terhadap perilaku-perilaku tersebut.

    “Di sisi lain, amigdala berperan dalam memproses emosi, terutama rasa takut dan cemas, yang turut berkontribusi dalam terbentuknya kebiasaan menunda. Insula, bagian otak yang berfungsi merasakan dan mengatur sensasi tubuh dari dalam (interosepsi), juga terlibat dalam kebiasaan ini,” tulis peneliti.

    Perspektif Psikologi

    Psikiater Neel Burton MA, MD menuturkan ada banyak faktor psikologis yang bisa memicu rasa malas. Misalnya rasa takut, keputusasaan, hingga tidak menemukan minat.

    Berkaitan dengan rasa takut, menurutnya rasa malas itu bisa muncul akibat takut gagal atau bahkan takut sukses. Alih-alih menghadapi kemungkinan gagal, mereka lebih memilih untuk tidak mencoba sama sekali.

    “Beberapa orang takut pada kesuksesan. Mereka merasa tidak layak atau takut akan tanggung jawab yang datang bersama keberhasilan. Akhirnya mereka menyabotase diri sendiri lewat kemalasan,” katanya menyinggung soal orang-orang yang takut kesuksesan.

    Menurutnya, ada juga banyak orang yang kehilangan semangat karena tidak bisa memahami tujuan atau dampak dari pekerjaan mereka. Ini juga belum ditambah faktor bahwa sebagian orang belum menemukan niatnya.

    “Orang yang dianggap malas seringkali belum menemukan apa yang benar-benar ingin mereka lakukan, atau tidak bisa melakukannya karena suatu hambatan,” sambungnya.

    Cara Melawan Rasa Malas

    Cara melawan rasa malas mungkin bisa bervariasi untuk setiap orang. Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menyingkirkan rasa malas:

    Buat tujuan yang realistis untuk menghindari kewalahan.Jangan menuntut kesempurnaan dari diri sendiri.Berbicara positif untuk diri sendiri untuk motivasi.Buat rencana aktivitas yang jelas.Gunakan kekuatan dan keunggulan diri.Hargai setiap pencapaian kecil yang bisa dilakukan.Jangan ragu untuk meminta bantuan.Hindari distraksi saat bekerja, misalnya dari sosial media.Buat tugas yang membosankan menjadi menyenangkan.

    (avk/tgm)

  • Top 3 Tekno: Batu Tertua di Dunia Berusia 4,16 Miliar Tahun Bikin Penasaran – Page 3

    Terungkap! Batu Tertua di Dunia Berusia 4,16 Miliar Tahun, Ada di Mana? – Page 3

    Bumi terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu sebagai bola lava cair. Para ilmuwan awalnya meyakini bahwa eon pertama Bumi, Hadean, berakhir dengan pembentukan batuan pertama.

    Patok penanda geologis (golden spike) yang menandai akhir eon Hadean diperkirakan berusia 4,03 miliar tahun dan terletak di Northwest Territories, Kanada.

    The Nuvvuagittuq Greenstone Belt, yang terletak lebih dari 1.600 kilometer di tenggara lokasi golden spike Hadean, telah lama dikenal menyimpan batuan kuno.

    Namun, usia pasti dari hamparan batuan abu-abu yang membentang di sepanjang pantai timur Teluk Hudson di Quebec ini menjadi perdebatan di kalangan peneliti.

    Pada 2008, sebuah penelitian mengusulkan bahwa batuan ini berusia 4,3 miliar tahun. Pendapat ini kemudian ditentang oleh ilmuwan lain yang menggunakan metode penanggalan berbeda.

    Mereka menyatakan bahwa kontaminasi dari masa lalu telah memengaruhi perhitungan usia batuan, dan usia sebenarnya hanya sekitar 3,8 miliar tahun.

    “Selama lebih dari 15 tahun, komunitas ilmiah telah memperdebatkan usia batuan vulkanik dari Quebec utara,” kata Jonathan O’Neill, ahli geologi dari University of Ottawa dan salah satu penulis studi ini.

    “Penelitian kami sebelumnya menunjukkan bahwa mereka mungkin berusia 4,3 miliar tahun, tetapi ini tidak menjadi konsensus,” ia menambahkan. 

     

  • Pemerintah RI Harus Belajar dari Kanada soal Pajak E-Commerce – Page 3

    Pemerintah RI Harus Belajar dari Kanada soal Pajak E-Commerce – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Pemerintah Indonesia berencana memberlakukan PPh Pasal 22 untuk pedagang e-commerce, di mana marketplace seperti Tokopedia dan Shopee akan ditunjuk sebagai pemungut pajak atas transaksi pedagang yang beromzet di atas Rp500 juta per tahun.

    Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik, UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat, menyebut kebijakan ini bukan pajak baru, melainkan perubahan skema pelaporan pajak dari mandiri menjadi pemungutan otomatis di sumber transaksi.

    Seperti halnya pedagang pasar tradisional yang membayar retribusi pasar, pedagang digital kini dikenakan pungutan langsung oleh pengelola platform.

    Tujuannya jelas, menyederhanakan administrasi, meningkatkan kepatuhan, serta menutup celah shadow economy yang selama ini lolos dari radar fiskus.

    “Namun pertanyaannya, mengapa hanya marketplace lokal yang disasar? Bukankah revenue digital Indonesia sebagian besar dinikmati oleh raksasa global seperti Google, Meta, Apple, Amazon, dan Netflix?,” kata Achmad dikutip Selasa (1/7/2025).

    Ia pun mempertanyakan bukankah keadilan fiskal menuntut kontribusi seimbang dari semua pelaku ekonomi digital tanpa memandang batas negara.

    Adapun masalah ini mengemuka seiring langkah Kanada memberlakukan Digital Services Tax (DST) pada Juni 2024.