Negara: Kanada

  • Temuan di Afrika Bisa Ubah Sejarah Manusia, Peneliti Harvard Heboh

    Temuan di Afrika Bisa Ubah Sejarah Manusia, Peneliti Harvard Heboh

    Jakarta, CNBC Indonesia – Penemuan sisa gigi badak yang berusia 24 juta tahun membuat peneliti kegirangan. Pasalnya, sisa gigi tersebut merupakan protein penyusun DNA paling tua yang berhasil dianalisis.

    DNA adalah andalan peneliti fosil manusia purba, hewan, dan tumbuhan prasejarah untuk memahami evolusi makhluk hidup yang hidup sebelum era manusia. Namun, DNA tidak mampu bertahan lama.

    Menurut Reuters, sampai saat ini, DNA purba fosil tertua yang pernah ditemukan oleh peneliti usianya hanya 2 juta tahun. Protein, sebagai komponen utama DNA, mampu bertahan jauh lebih lama dan memberikan informasi yang serupa.

    Peneliti kini berhasil menemukan dan kemudian mengurutkan (sequencing) protein yang diambil dari fosil gigi badak, gajah, dan kuda nil yang sudah punah. Fosil tertua berasal dari badak yang diperkirakan berusia 21-24 juta tahun. Protein tersebut digali dari dua lingkungan yang bertolak belakang yaitu di wilayah Kanada yang berbatasan dengan Kutub Utara dan sebuah lembah di Kenya yang suhunya panas.

    “Proyek yang saling melengkapi ini menunjukkan bahwa protein, struktur dasar dari semua makhluk hidup yang menyimpan informasi soal sejarah evolusi, bisa ditemukan di fosil purba di belahan dunia mana saja,” kata Daniel Green, ahli biologi evolusi dari Harvard, seperti dikutip oleh Reuters dari jurnal Nature.

    Penemuan ini membuka pintu ke penelitian yang lebih jauh soal evolusi, termasuk riset soal garis keturunan manusia hingga terkait dinosaurus.

    “Protein purba bisa memberikan informasi soal sejarah evolusi dengan menyediakan data molekul dari spesimen yang terlalu tua untuk preservasi DNA. Ini memberikan peneliti cara untuk melakukan klarifikasi tentang hubungan evolusi di pohon kehidupan, bahkan untuk spesies yang sudah punah jutaan tahun,” katan Ryan Sinclair Paterson dan Universitas Kopenhagen.

    Menurut Reuters, DNA dan protein terdegradasi seiring dengan berjalannya waktu, tetapi protein lebih “awet.” DNA tertua yang berhasil diambil berasal dari fosil organisme yang hidup di Greenland sektari 2 juta tahun lalu. Sebelum penemuan protein dari badak purba, protein tertua yang pernah terekam berasal dari fosil yang terawetkan oleh iklim dingin di Kanada.

    Protein yang diambil dari gigi 5 badak, gajah, dan kuda nil yang hidup 1,5-18 juta tahun lalu di Kenya menunjukkan hubungan antara manusia purba dengan “saudara” mereka yang sekarang masih berkeliaran di lokasi yang sama. Adapun, sisa gigi dari fosil badak di Kanada yang diperkirakan berusia 24 juta tahun menunjukkan garis keturunan ke badan modern.

    “Protein dibentuk oleh kode genetika kita, DNA, jadi sequence protein mengungkap informasi tentang hubungan antara dua individu yang berbeda, jenis kelamin, dan lainnya,” kata Green.

    Peneliti mengambil peptida, rantai organik yang disebut sebagai asam amino yang menyusun protein, yang ditemukan di enamel gigi.

    “Beberapa protein menyusun gigi, struktur yang paling kuat dan awet di tubuh manusia,” kata Green. “Enamel pada dasarnya adalah batu, mineral yang dinamakan hydroxyapatite. 

    Homo sapiens atau spesies manusia modern muncul sekitar 300.000 tahun lalu. Protein purba ditemukan di gigi beberapa spesies yang sudah punah dalam riwayat evolusi manusia.

    “Hominin [kelompok makhluk hidup yang menyerupai manusia] memiliki asal evolusi dan diversifikasi di area tempat sampel kami berasal, jadi hasil yang kami dapatkan sangan menjanjikan untuk eksplorasi lebih jauh tentang nenek moyang kita di Kenya,” kata Timothy Cleland dari Institut Museum Konservasi Smithsonian.

    Protein yang diteliti berasal dari spesies yang berasal dari era setelah era dinosaurus. Era dinosaurus atau era Mesozoic berakhir 66 juta tahun lalu.

    “Metode baru dan lebih baik dalam mengambil dan mendeteksi protein purba, bisa membawa paleoproteomics ke era Mesozoic,” kata Green.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Jadwal dan Link Live Streaming MWI Mobile Legends 2025

    Jadwal dan Link Live Streaming MWI Mobile Legends 2025

    Jakarta

    MLBB Women’s Invitational (MWI) 2025 mulai diselenggarakan hari ini, 15 Juli 2025. Berikut jam main setiap tim, termasuk wakil Indonesia.

    Kompetisinya diselenggarakan di Riyadh, Arab Saudi, mulai dari 15-19 Juli 2025. Meski begitu, para penggemar yang ingin menyaksikan kehebatan setiap tim tidak perlu jauh-jauh ke sana, karena pihak penyelenggara juga menayangkan siaran langsungnya di kanal YouTube MLBB Esports.

    Total ada 16 tim yang bersaing memperebutkan gelar juara. Mereka berasal dari berbagai negara, seperti Indonesia, Filipina, Malaysia, Brasil, Kamboja, Vietnam, Myanmar, Turki, Kanada, Arab Saudi, Mesir, Mongolia, dan China.

    Daftar Tim MWI Mobile Legends 2025

    Tim Mobile Legends wanita yang mewakili Indonesia di MWI 2025 ada dua, yakni Team Vitality (tadinya Bigetron Era) dan Onic Pertiwi. Keduanya bisa tampil di kejuaraan dunia ini berkat torehan ciamiknya di kompetisi Battle of Gamehers (BOG) Season 1.

    Kedua tim tersebut tampil gemilang, sehingga bisa unggul dari 14 tim lain yang saat itu ikut berpartisipasi. Dalam hal ini, Team Vitality merupakan juaranya dan Onic Pertiwi keluar sebagai runner-up.

    Namun perjuangan mereka akan semakin berat, karena harus bisa mengalahkan tim hebat lain dari penjuru dunia. Berikut daftar tim yang akan bertanding di MWI 2025.

    Grup A

    Team VitalityTeam FalconsTwisted MindsWaow GG Esports

    Grup B

    Gaimin GladiatorsNatus Vincere MYTeam LiquidTidal Legends Gaming

    Grup C

    CFU SerendipityNatus Vincere PHTerror QueensVirtus.Pro

    Grup D

    DreamMax GirlsFUT EsportsOnic PertiwiRising RageJadwal MWI Mobile Legends 2025

    Jadwal main hari ini dimulai dari sore hari. Terdapat delapan pertandingan yang akan digelar.

    Berikut jam main masing-masing tim, sebagaimana pantauan detikINET dari Instagram resminya, Selasa (15/7/2025).

    Tidal Legends Gaming vs Team Liquid – 16.00 WIBGaimin Gladiators vs Natus Vincere MY – 16.00 WIBNatus Vincere PH vs CFU Serendipity – 18.00 WIBTerror Queens vs Virtus.pro – 18.00Twisted Minds vs team Vitality – 20.00 WIBWaow GG Esports vs Team Falcons – 20.00 WIBOnic Pertiwi vs DreamMax Girls – 22.00 WIBFUT Gaming vs Rising Rage – 22.00 WIBLink Live Streaming

    Turnamen ini dilaksanakan secara offline di Riyadh. Namun bila para penggemar berhalangan hadir, masih bisa menyaksikan keseruannya melalui HP atau atau laptop.

    Kalian bisa mengunjugi link streaming MWI Mobile Legends 2025 berikut: https://youtube.com/@mlbbesports?si=NiLFLjLQv9yXBSkK

    Hadiah MWI Mobile Legends 2025

    Total hadiah MWI 2025 cukup besar dibandingkan ajang bergengsi BOG Season tadi. Pihak penyelenggara telah menyiapkan total uang tunai sebesar USD 500 ribu atau sekitar Rp 8,1 miliar.

    Namun bagi tim yang kalah akan tetap mendapatkan hadiah uang tunai. Kendati demikian, jumlahnya menyesuaikan dengan peringkat yang diperolehnya di akhir kompetisi.

    (hps/fay)

  • Pakai masker, kualitas udara Jakarta terburuk ketiga di dunia

    Pakai masker, kualitas udara Jakarta terburuk ketiga di dunia

    Suasana gedung bertingkat yang terlihat samar karena polusi udara di Jakarta, Kamis (6/3/2025). ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh

    Pakai masker, kualitas udara Jakarta terburuk ketiga di dunia
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Selasa, 15 Juli 2025 – 10:07 WIB

    Elshinta.com – Kualitas udara di Jakarta pada Jumat pagi masuk kategori tidak sehat dan menduduki peringkat ketiga sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.

    Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 05.56 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 164 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM 2.5 dan nilai konsentrasi 74 mikrogram per meter kubik.

    Angka itu memiliki penjelasan tingkat kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

    Situs tersebut juga merekomendasikan terkait kondisi udara di Jakarta, yaitu bagi masyarakat sebaiknya menghindari aktivitas di luar ruangan. Jika berada di luar ruangan gunakanlah masker, kemudian menutup jendela untuk menghindari udara luar yang kotor.

    Sedangkan kategori baik yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.

    Kemudian, kategori sedang yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.

    Lalu, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.

    Kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama yaitu Kinshasa, Kongo-Kinshasa di angka 208, urutan kedua Santiago de Chile, Cile di angka 170, urutan keempat Toronto, Kanada di angka 156, dan urutan kelima Al-Manamah, Bahrain di angka 154.

    Adapun Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta meluncurkan platform perantau kualitas udara terintegrasi yang didukung 31 titik Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) tersebar di wilayah kota metropolitan tersebut.

    Dari SPKU tersebut, kemudian data yang diperoleh ditampilkan melalui platform pemantau kualitas udara. Hal ini dibuat sebagai penyempurnaan dari yang sudah ada sebelumnya dan sesuai dengan standar yang berlaku secara nasional.

    Laman ini juga menampilkan data dari 31 SPKU di Jakarta yang mengintegrasikan data dari SPKU milik DLH Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Vital Strategies.

    Sumber : Antara

  • Tanda Tanya Siapa Matikan Sakelar Pengendali BBM di Air India

    Tanda Tanya Siapa Matikan Sakelar Pengendali BBM di Air India

    Jakarta

    Insiden jatuhnya pesawat Air India nomor penerbangan 171 yang menewaskan 260 orang pada Juni lalu masih diselidiki. Tim penyelidik menemukan kejanggalan terkait sakelar pengendali bahan bakar pesawat Air India.

    Hanya beberapa detik setelah lepas landas, kedua sakelar pengendali bahan bakar Boeing 787 Dreamliner berusia 12 tahun itu tiba-tiba berpindah ke posisi “mati” sehingga mesin kekurangan bahan bakar dan memicu kehilangan daya. Perpindahan pengendali bahan bakar ke posisi “mati” biasanya hanya dilakukan setelah mendarat.

    Rekaman audio kokpit merekam suara seorang pilot bertanya kepada pilot lainnya mengapa ia “mematikan sakelar”, yang dijawab oleh pilot tersebut bahwa ia tidak melakukannya. Rekaman tersebut tidak menjelaskan siapa yang mengatakan apa. Pada saat lepas landas, kopilot sedang menerbangkan pesawat, sedangkan kapten memantau.

    Sakelar-sakelar tersebut kemudian dinyalakan lagi, yang memicu penyalaan ulang mesin secara otomatis.

    Pada saat pesawat jatuh, diketahui satu mesin mendapatkan kembali daya dorong. Adapun mesin lainnya menyala kembali tetapi belum sempat mendapatkan daya dorong.

    Pesawat Air India dengan nomor penerbangan 171 hanya mengudara kurang dari satu menit sebelum jatuh di permukiman padat di Kota Ahmedabad, India. Peristiwa itu merupakan salah satu bencana penerbangan paling membingungkan di India.

    Para penyelidik sedang menyelidiki puing-puing dan perekam kokpit untuk memahami apa yang salah sesaat setelah pesawat lepas landas. Pesawat tersebut naik hingga 625 kaki dalam cuaca cerah, namun kehilangan data lokasi setelah 50 detik, menurut situs FlightRadar24.

    Laporan awal dari investigasi tersebut yang dipimpin otoritas India dengan beranggotakan para ahli dari Boeing, General Electric, Air India, regulator India, serta peserta dari AS dan Inggris menimbulkan beberapa pertanyaan.

    Penyelidik mengatakan sakelar bahan bakar dilengkapi pengunci tuas. Cara menyalakannya: sakelar harus ditarik ke atas untuk membuka kunci lalu dibalik. Mekanisme ini dirancang untuk mencegah sakelar diaktifkan atau dimatikan secara tidak disengaja, sebuah fitur keselamatan yang sudah ada sejak tahun 1950-an. Braket pelindung juga melindungi sakelar itu dari benturan yang tidak disengaja.

    “Hampir mustahil untuk menarik kedua tombol hanya dengan satu gerakan tangan, dan ini membuat kemungkinan terjadinya kecelakaan tergolong kecil,” ujar seorang investigator kecelakaan udara di Kanada, yang tidak ingin namanya dipublikasikan, kepada BBC.

    Hal inilah yang membuat kasus Air India menonjol.

    Jika salah satu pilot mematikan sakelar, baik disengaja maupun tidak, hal itu “menimbulkan pertanyaan: mengapa?”, kata Shawn Pruchnicki, mantan penyelidik kecelakaan pesawat dan pakar penerbangan di Ohio State University.

    “Apakah itu disengaja, atau karena kebingungan? Kemungkinannya kecil, karena para pilot tidak melaporkan hal yang tidak biasa.

    “Dalam banyak keadaan darurat di kokpit, pilot mungkin menekan tombol yang salah atau membuat pilihan yang salah. Tetapi tidak ada indikasi situasi seperti itu di sini, atau diskusi apa pun yang menunjukkan bahwa sakelar bahan bakar dinyalakan secara tidak sengaja,” katanya.

    “Kesalahan semacam ini biasanya tidak terjadi tanpa masalah yang jelas.”

    Selengkapnya di sini!

    Air India (Foto: BBC World)

    Peter Goelz, mantan direktur pelaksana badan penyelidik kecelakaan transportasi AS (NTSB), mengatakan: “Temuan ini sangat meresahkan, yaitu seorang pilot mematikan sakelar bahan bakar dalam hitungan detik setelah terbang.”

    “Kemungkinan ada lebih banyak informasi di perekam suara kokpit daripada yang dibagikan. Satu pertanyaan seperti ‘mengapa Anda mematikan sakelar?’ saja tidak cukup,” katanya.

    “Fakta yang baru diungkap ini menunjukkan seseorang di kokpit mematikan sakelar itu. Pertanyaannya adalah, siapa, dan mengapa? Kedua sakelar dimatikan lalu dihidupkan kembali dalam hitungan detik.”

    “Perekam suara akan mengungkapkan lebih banyak: apakah pilot yang sedang mengemudikan pesawat yang mencoba menyalakan kembali mesin, atau pilot yang sedang memantau?”

    Para penyelidik yakin perekam suara kokpit dengan audio dari mikrofon pilot, panggilan radio, dan suara kokpit di sekitarnya memegang kunci teka-teki ini.

    “Mereka belum mengidentifikasi [pemilik] suara-suara tersebut, itu yang sangat penting. Biasanya, ketika perekam suara ditinjau, orang-orang yang akrab dengan pilot hadir untuk membantu mencocokkan suara.

    “Sampai sekarang, kami masih belum tahu pilot mana yang mematikan dan menyalakan kembali sakelar itu,” kata Goelz.

    Singkatnya, para penyelidik mengatakan yang diperlukan sekarang adalah identifikasi suara yang jelas, transkrip rekaman suara kokpit lengkap dengan label siapa yang mengatakan apa, serta tinjauan menyeluruh terhadap semua komunikasi sejak pesawat keluar dari gerbang hingga saat jatuh.

    Mereka juga mengatakan hal ini menggarisbawahi perlunya perekam video kokpit, seperti yang direkomendasikan oleh NTSB. Rekaman video akan menunjukkan siapa yang mematikan sakelar bahan bakar.

    Sebelum menaiki pesawat nomor penerbangan 171, baik pilot maupun awak telah lulus uji napas dan dinyatakan layak terbang, menurut laporan tersebut. Para pilot, yang berbasis di Mumbai, telah tiba di Ahmedabad sehari sebelum penerbangan dan telah beristirahat dengan cukup.

    Namun, para penyelidik juga memfokuskan pada satu elemen dalam laporan tersebut.

    Disebutkan bahwa pada Desember 2018, Badan Penerbangan Federal AS mengeluarkan Buletin Informasi Kelaikan Udara Khusus (SAIB) yang menyoroti bahwa beberapa sakelar kontrol bahan bakar Boeing 737 dipasang dengan fitur pengunci dinonaktifkan.

    Meskipun masalah ini telah dicatat, kondisi tersebut tidak dianggap sebagai kondisi tidak aman yang memerlukan Arahan Kelaikan Udara (AD)sebuah peraturan yang dapat ditegakkan secara hukum untuk memperbaiki aspek ketidakamanan pada suatu produk.

    Desain sakelar yang sama digunakan pada pesawat Boeing 787-8, termasuk VT-ANB milik Air India yang jatuh. Karena SAIB bersifat imbauan, Air India tidak melakukan inspeksi yang direkomendasikan.

    Shawn Pruchnicki, mantan penyelidik kecelakaan pesawat, mengaku dirinya bertanya-tanya apakah ada masalah dengan sakelar kontrol bahan bakar.

    “Apa sebenarnya makna [laporan] ini? Apakah artinya dengan sekali tekan, sakelar itu dapat mematikan mesin dan memutus pasokan bahan bakar? Ketika fitur pengunci dinonaktifkan, apa yang sebenarnya terjadi? Mungkinkah sakelar itu otomatis mati dan mematikan mesin? Jika demikian, ini masalah yang sangat serius. Jika tidak, hal itu juga perlu dijelaskan,” paparnya.

    Namun, pakar lain tidak yakin hal itu merupakan masalah utama.

    “Saya belum pernah mendengar tentang hal ini, yang tampaknya merupakan laporan FAA yang tidak terlalu mencolok. Saya juga belum mendengar keluhan [tentang sakelar bahan bakar] dari pilotyang biasanya cepat angkat bicara. Ini patut diteliti karena sudah disebutkan, tetapi mungkin hanya pengalih perhatian,” kata Goelz.

    Kapten Kishore Chinta, mantan penyelidik di Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat Udara India (AAIB), mempertanyakan apakah sakelar tersebut mati karena masalah pada unit kontrol elektronik pesawat.

    “Bisakah sakelar pemutus bahan bakar dipicu secara elektronik oleh unit kontrol elektronik pesawat tanpa gerakan pilot? Jika sakelar pemutus bahan bakar mati secara elektronik, maka itu perlu dikhawatirkan,” katanya kepada BBC.

    Laporan tersebut menyatakan sampel bahan bakar dari tangki pengisian bahan bakar “memuaskan”.

    Para ahli sebelumnya menduga kontaminasi bahan bakar sebagai kemungkinan penyebab kegagalan mesin ganda. Patut dicatat, belum ada peringatan yang dikeluarkan untuk Boeing 787 atau mesin GE GEnx-1B-nya. Kemungkinan kegagalan mekanis dikesampingkan untuk saat ini sambil menunggu penyelidikan lebih lanjut.

    Laporan tersebut juga menyatakan bahwa Turbin Udara Ram (RAT) pesawat telah mengembang, sebuah tanda yang jelas adanya kegagalan sistem utama dan roda pendaratan ditemukan dalam “posisi turun” atau tidak ditarik.

    RAT, sebuah baling-baling kecil yang memanjang dari bagian bawah Boeing 787 Dreamliner, berfungsi sebagai generator cadangan darurat. RAT secara otomatis menyala saat penerbangan ketika kedua mesin kehilangan daya atau jika ketiga sistem hidrolik mencatat tekanan yang sangat rendah. RAT memasok daya terbatas untuk menjaga sistem penerbangan penting tetap beroperasi.

    “Fakta bahwa Turbin Udara Ram (RAT) menyala sangat mendukung kesimpulan bahwa kedua mesin telah gagal,” kata Pruchnicki.

    Seorang pilot Boeing 787 menjelaskan mengapa ia mengira roda pendaratan tidak ditarik.

    “Akhir-akhir ini, setiap kali saya lepas landas dengan pesawat 787, saya memperhatikan proses penarikan roda pendaratan dengan saksama. Saat tuas roda pendaratan ditarik, ketinggiannya sudah sekitar 200 kaki, dan seluruh proses penarikan roda pendaratan selesai sekitar 400 kaki, total sekitar delapan detik, berkat sistem hidrolik bertekanan tinggi.”

    Pilot tersebut yakin pilot yang menerbangkan pesawat tidak punya waktu untuk berpikir.

    “Ketika kedua mesin mati dan pesawat mulai turun, reaksinya bukan sekadar terkejut, pilot pasti mati rasa. Saat itu, fokus pilot bukan pada roda pendaratan. Pikiran pilot tertuju pada satu hal: jalur penerbangan. ‘Di mana saya bisa mendaratkan pesawat ini dengan aman?’ Dalam kasus ini, ketinggiannya tidak cukup.”

    Penyelidik mengatakan pilot mencoba membuat pesawat kembali mengangkasa, tetapi itu terjadi terlalu cepat.

    “Mesin dimatikan lalu dihidupkan kembali. Para pilot menyadari mesin kehilangan daya dorong – kemungkinan besar mereka menyalakan kembali mesin kiri terlebih dahulu, diikuti oleh mesin kanan,” kata Pruchnicki.

    “Namun, mesin kanan tidak punya cukup waktu untuk kembali menyala, dan daya dorongnya pun tidak mencukupi. Kedua mesin akhirnya berhasil “menyala”, tetapi karena mesin kiri dimatikan terlebih dahulu dan mesin kanan terlambat menyala, hasilnya terlambat.”

    Sanak saudara korban kecelakaan telah menunggu dengan cemas hasil laporan awal.

    Ketika laporan tersebut akhirnya dirilis Sabtu (12/07) pagi di India, Imtiyaz Ali, yang kehilangan saudara laki-laki, ipar perempuan, dan dua anak mereka yang masih kecil, membacanya dengan saksama. Namun, dia kecewa karena laporannya “terdengar seperti deskripsi produk”.

    “Selain percakapan terakhir pilot, tidak ada apa pun di dalamnya yang benar-benar menunjukkan penyebab kecelakaan.”

    Ia berharap detail lebih lanjut akan dipublikasikan dalam beberapa bulan mendatang.

    “Ini penting bagi kami. Kami ingin tahu persis apa yang terjadi. Itu tidak akan mengubah apa pun bagi kami sekarang, kami terus berduka seperti yang telah kami alami sejak hari itu.

    “Tapi setidaknya kami akan mendapatkan beberapa jawaban,” kata Ali.

  • Fakta Baru Rekaman Pilot Air India, Pakar Curiga Sengaja Kecelakaan

    Fakta Baru Rekaman Pilot Air India, Pakar Curiga Sengaja Kecelakaan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Temuan terbaru terkait kecelakaan Air India Flight 171 yang jatuh di Ahmedabad, India, menuai kekhawatiran dari pakar penerbangan. Salah satu sorotan utama adalah rekaman suara kokpit yang menunjukkan kemungkinan adanya tindakan mematikan pasokan bahan bakar sesaat setelah lepas landas.

    Menurut laporan awal investigasi, kedua sakelar pengontrol bahan bakar pesawat Boeing 787-8 itu berpindah ke posisi “cut-off” hanya dalam hitungan detik setelah pesawat mengudara.

    Sakelar tersebut kemudian dikembalikan ke posisi normal, yang memicu pengaktifan ulang mesin secara otomatis. Saat pesawat jatuh, satu mesin mulai kembali memberikan dorongan, sementara mesin lainnya telah menyala kembali namun belum sepenuhnya pulih.

    Peter Goelz, mantan Direktur Pelaksana National Transportation Safety Board (NTSB) Amerika Serikat, mengatakan temuan ini sangat meresahkan.

    “Temuan ini amat mengganggu, bahwa seorang pilot mematikan sakelar bahan bakar hanya beberapa detik setelah pesawat mengudara,” kata Goelz, dikutip BBC, Senin (14/7/2025).

    Rekaman suara menunjukkan salah satu pilot bertanya kepada yang lain, “kenapa kamu mematikan sakelarnya?”, namun tidak jelas siapa yang mengatakan apa. Kedua pilot diketahui telah lolos uji kelayakan dan alkohol sebelum penerbangan.

    Goelz menilai masih banyak yang belum terungkap dari rekaman kokpit tersebut.

    “Ada kemungkinan isi rekaman suara kokpit lebih banyak daripada yang telah dibagikan. Hanya satu kalimat seperti ‘kenapa kamu mematikan sakelar’ tidak cukup,” ujarnya.

    Ia juga menyebut pentingnya identifikasi suara yang akurat, transkrip lengkap kokpit dengan label siapa yang berbicara, dan tinjauan menyeluruh terhadap seluruh komunikasi sejak pesawat didorong keluar dari gerbang hingga saat kecelakaan terjadi. Goelz juga mendesak penggunaan kamera video di kokpit.

    Goelz menanggapi, “Saya belum pernah mendengar adanya keluhan terkait sakelar ini. Tapi karena disebut dalam laporan, tentu harus ditelusuri, meski bisa jadi hanya pengalih perhatian.”

    Investigasi terhadap kecelakaan ini masih berlangsung, dengan tim gabungan dari India, Boeing, General Electric, dan sejumlah pakar internasional lainnya.

    Para penyelidik menjelaskan bahwa sakelar bahan bakar jenis lever-lock ini dirancang untuk mencegah aktivasi tidak sengaja. sakelar ini harus diangkat terlebih dahulu untuk dibuka sebelum dipindahkan, sebuah fitur keamanan yang sudah digunakan sejak 1950-an. Sakelar ini dirancang dengan standar tinggi dan sangat dapat diandalkan. Pelindung tambahan juga disediakan untuk mencegah benturan tak disengaja.

    “Nyaris mustahil untuk memindahkan kedua sakelar sekaligus hanya dengan satu tangan, sehingga aktivasi tidak sengaja sangat kecil kemungkinannya,” ujar seorang penyelidik kecelakaan udara yang berbasis di Kanada dan enggan disebutkan namanya kepada BBC.

    Juni lalu, pesawat Air India Flight 171 diketahui jatuh kurang dari satu menit setelah lepas landas dan menewaskan ratusan penumpang dan kru di dalamnya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Australia Gelar Latihan Perang Terbesar

    Australia Gelar Latihan Perang Terbesar

    Jakarta

    Latihan militer terbesar dalam sejarah Australia resmi dimulai pada hari Minggu (13/6), dan diperkirakan akan kembali dibayangi kapal mata-mata Cina.

    Latihan bernama Talisman Sabre itu pertama kali dilaksanakan pada 2005 sebagai latihan bersama dua tahunan antara Amerika Serikat dan Australia. Tahun ini, lebih dari 35.000 personel militer dari 19 negara akan ambil bagian dalam latihan selama tiga pekan, demikian disampaikan Departemen Pertahanan Australia pada Minggu (13/6).

    Negara yang turut mengirimkan militernya antara lain mencakup Kanada, Fiji, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Jepang, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Papua Nugini, Filipina, Korea Selatan, Singapura, Thailand, Tonga, dan Inggris

    Sedangkan Malaysia dan Vietnam turut hadir sebagai pengamat.

    Latihan juga akan digelar di perairan Papua Nugini yang menandai pertama kalinya aktivitas Talisman Sabre berlangsung di luar wilayah Australia.

    Aksi spionase Tiongkok

    Menteri Industri Pertahanan Australia, Pat Conroy, mengatakan bahwa kapal pengintai Cina telah memantau latihan laut di lepas pantai Australia dalam empat pelaksanaan Talisman Sabre sebelumnya, dan diperkirakan akan kembali melakukan pengawasan pada latihan kali ini.

    “Militer Cina telah mengamati latihan ini sejak 2017. Akan sangat tidak biasa jika mereka tidak mengamatinya kali ini,” ujar Conroy kepada Australian Broadcasting Corporation.

    Conroy menyebutkan bahwa hingga hari Minggu, belum ada tanda-tanda adanya kapal Tiongkok yang membayangi armada latihan.

    Latihan resmi dimulai pada Minggu dengan sebuah upacara di Sydney yang dihadiri oleh Wakil Komandan Jenderal Angkatan Darat Pasifik AS Letnan Jenderal J.B. Vowell serta Kepala Operasi Gabungan Angkatan Bersenjata Australia Laksamana Madya Justin Jones.

    Albanese melawat ke Cina

    Latihan Talisman Sabre dimulai sehari setelah Perdana Menteri Australia Anthony Albanese memulai kunjungan selama enam hari ke Cina. Dia dijadwalkan bertemu Presiden Xi Jinping untuk keempat kalinya secara langsung di Beijing pada Selasa (15/6).

    Albanese mengatakan kegiatan spionase oleh Cina terhadap Talisman Sabre tidak akan menjadi topik pembahasan dengan Xi.

    “Bukanlah hal yang luar biasa. Itu sudah terjadi sebelumnya dan saya akan terus menyuarakan kepentingan nasional Australia, seperti yang selalu saya lakukan,” ujar Albanese kepada wartawan di Shanghai pada Senin.

    Albanese juga menekankan bahwa meskipun dia telah lima kali mengunjungi Amerika Serikat sebagai perdana menteri, baru dua kali dia melawat ke Beijing.

    Dia banyak dikritik di dalam negeri karena dianggap gagal mengatur pertemuan langsung dengan Presiden AS Donald Trump.

    “Saya menantikan keterlibatan yang konstruktif dengan Presiden Trump. Kami telah melakukan tiga percakapan telepon yang konstruktif,” kata Albanese.

    Kembali mesra usai kisruh kapal selam

    Australia semakin menggantungkan keamanan kepada AS, terutama sejak membatalkan pembelian kapal selam dari Prancis dan sebaliknya memilih kapal selam bertenaga nuklir melalui pakta trilateral AUKUS bersama Amerika Serikat dan Inggris.

    Polemik tersebut membuat Paris meradang, dan akibatnya, relasi antara kedua negara pun merenggang.

    Namun sejak terpilihnya Perdana Menteri Anthony Albanese pada pemilu 2022, hubungan pertahanan antara Australia dan Prancis mengalami “awal yang baru,” ujar Duta Besar Prancis Pierre-Andre Imbert, Sabtu (13/6).

    “Saat ini, pilar pertama kerja sama kami adalah pertahanan dan keamanan, jadi kami memiliki tingkat kerja sama yang sangat baik,” kata sang duta besar kepada AFP saat pasukan Prancis turut ambil bagian dalam latihan Talisman Sabre.

    Perkara bagi Canberra, ketika seorang pejabat pertahanan AS bulan lalu mengungkapkan bahwa kesepakatan AUKUS tengah ditinjau ulang guna memastikan kesesuaiannya dengan “agenda America First dari Presiden” dan untuk menilai kemampuan industri pertahanan AS “memenuhi kebutuhan kami.”

    Dalam kerangka AUKUS, Australia direncanakan akan mengakuisisi sedikitnya tiga kapal selam kelas Virginia dari Amerika Serikat dalam 15 tahun ke depan, sebelum akhirnya memproduksi kapal selamnya sendiri.

    Saat ini, Angkatan Laut AS memiliki 24 kapal selam kelas Virginia, tetapi galangan kapal AS tengah kesulitan memenuhi target produksi dua kapal baru per tahun.

    Ketika ditanya apakah Prancis akan mempertimbangkan untuk kembali membuka pembicaraan terkait kapal selam dengan Australia jika kesepakatan AUKUS dibatalkan akibat hasil tinjauan tersebut, duta besar Prancis enggan berspekulasi.

    “Saya kira itu lebih merupakan isu bagi Australia untuk saat ini. Dan tentu saja, kami selalu berdiskusi dengan sahabat kami di Australia,” ujarnya.

    “Tetapi untuk saat ini, mereka telah memilih AUKUS,” lanjutnya. “Jika itu berubah dan mereka meminta kerja sama, kita akan lihat nanti.”

    Editor: Hendra Pasuhuk

    Lihat juga Video ‘Backpacker Jerman Selamat Setelah 2 Minggu Hilang di Alam Australia’:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Misteri Rekaman Suara Kokpit Air India: Mengapa Kamu Matikan Sakelar?

    Misteri Rekaman Suara Kokpit Air India: Mengapa Kamu Matikan Sakelar?

    Jakarta

    Tim penyelidik menemukan sesuatu yang misterius dalam investigasi jatuhnya pesawat Air India nomor penerbangan 171 yang menewaskan 260 orang pada Juni lalu.

    Hanya beberapa detik setelah lepas landas, kedua sakelar pengendali bahan bakar Boeing 787 Dreamliner berusia 12 tahun itu tiba-tiba berpindah ke posisi “mati” sehingga mesin kekurangan bahan bakar dan memicu kehilangan daya. Perpindahan pengendali bahan bakar ke posisi “mati” biasanya hanya dilakukan setelah mendarat.

    Rekaman audio kokpit merekam suara seorang pilot bertanya kepada pilot lainnya mengapa ia “mematikan sakelar”, yang dijawab oleh pilot tersebut bahwa ia tidak melakukannya. Rekaman tersebut tidak menjelaskan siapa yang mengatakan apa. Pada saat lepas landas, kopilot sedang menerbangkan pesawat, sedangkan kapten memantau.

    Sakelar-sakelar tersebut kemudian dinyalakan lagi, yang memicu penyalaan ulang mesin secara otomatis.

    Pada saat pesawat jatuh, diketahui satu mesin mendapatkan kembali daya dorong. Adapun mesin lainnya menyala kembali tetapi belum sempat mendapatkan daya dorong.

    Pesawat Air India dengan nomor penerbangan 171 hanya mengudara kurang dari satu menit sebelum jatuh di permukiman padat di Kota Ahmedabad, India. Peristiwa itu merupakan salah satu bencana penerbangan paling membingungkan di India.

    Para penyelidik sedang menyelidiki puing-puing dan perekam kokpit untuk memahami apa yang salah sesaat setelah pesawat lepas landas. Pesawat tersebut naik hingga 625 kaki dalam cuaca cerah, namun kehilangan data lokasi setelah 50 detik, menurut situs FlightRadar24.

    Penyelidik mengatakan sakelar bahan bakar dilengkapi pengunci tuas. Cara menyalakannya: sakelar harus ditarik ke atas untuk membuka kunci lalu dibalik. Mekanisme ini dirancang untuk mencegah sakelar diaktifkan atau dimatikan secara tidak disengaja, sebuah fitur keselamatan yang sudah ada sejak tahun 1950-an. Braket pelindung juga melindungi sakelar itu dari benturan yang tidak disengaja.

    “Hampir mustahil untuk menarik kedua tombol hanya dengan satu gerakan tangan, dan ini membuat kemungkinan terjadinya kecelakaan tergolong kecil,” ujar seorang investigator kecelakaan udara di Kanada, yang tidak ingin namanya dipublikasikan, kepada BBC.

    Hal inilah yang membuat kasus Air India menonjol.

    BBC

    Jika salah satu pilot mematikan sakelar, baik disengaja maupun tidak, hal itu “menimbulkan pertanyaan: mengapa?”, kata Shawn Pruchnicki, mantan penyelidik kecelakaan pesawat dan pakar penerbangan di Ohio State University.

    “Apakah itu disengaja, atau karena kebingungan? Kemungkinannya kecil, karena para pilot tidak melaporkan hal yang tidak biasa.

    “Dalam banyak keadaan darurat di kokpit, pilot mungkin menekan tombol yang salah atau membuat pilihan yang salah. Tetapi tidak ada indikasi situasi seperti itu di sini, atau diskusi apa pun yang menunjukkan bahwa sakelar bahan bakar dinyalakan secara tidak sengaja,” katanya.

    “Kesalahan semacam ini biasanya tidak terjadi tanpa masalah yang jelas.”

    BBC

    Peter Goelz, mantan direktur pelaksana badan penyelidik kecelakaan transportasi AS (NTSB), mengatakan: “Temuan ini sangat meresahkan, yaitu seorang pilot mematikan sakelar bahan bakar dalam hitungan detik setelah terbang.”

    “Kemungkinan ada lebih banyak informasi di perekam suara kokpit daripada yang dibagikan. Satu pertanyaan seperti ‘mengapa Anda mematikan sakelar?’ saja tidak cukup,” katanya.

    “Fakta yang baru diungkap ini menunjukkan seseorang di kokpit mematikan sakelar itu. Pertanyaannya adalah, siapa, dan mengapa? Kedua sakelar dimatikan lalu dihidupkan kembali dalam hitungan detik.”

    “Perekam suara akan mengungkapkan lebih banyak: apakah pilot yang sedang mengemudikan pesawat yang mencoba menyalakan kembali mesin, atau pilot yang sedang memantau?”

    Para penyelidik yakin perekam suara kokpit dengan audio dari mikrofon pilot, panggilan radio, dan suara kokpit di sekitarnya memegang kunci teka-teki ini.

    “Mereka belum mengidentifikasi [pemilik] suara-suara tersebut, itu yang sangat penting. Biasanya, ketika perekam suara ditinjau, orang-orang yang akrab dengan pilot hadir untuk membantu mencocokkan suara.

    “Sampai sekarang, kami masih belum tahu pilot mana yang mematikan dan menyalakan kembali sakelar itu,” kata Goelz.

    Singkatnya, para penyelidik mengatakan yang diperlukan sekarang adalah identifikasi suara yang jelas, transkrip rekaman suara kokpit lengkap dengan label siapa yang mengatakan apa, serta tinjauan menyeluruh terhadap semua komunikasi sejak pesawat keluar dari gerbang hingga saat jatuh.

    Mereka juga mengatakan hal ini menggarisbawahi perlunya perekam video kokpit, seperti yang direkomendasikan oleh NTSB. Rekaman video akan menunjukkan siapa yang mematikan sakelar bahan bakar.

    Sebelum menaiki pesawat nomor penerbangan 171, baik pilot maupun awak telah lulus uji napas dan dinyatakan layak terbang, menurut laporan tersebut. Para pilot, yang berbasis di Mumbai, telah tiba di Ahmedabad sehari sebelum penerbangan dan telah beristirahat dengan cukup.

    Namun, para penyelidik juga memfokuskan pada satu elemen dalam laporan tersebut.

    Air India nomor penerbangan 171 menghantam kawasan permukiman padat penduduk di Ahmedabad. (Getty Images)

    Disebutkan bahwa pada Desember 2018, Badan Penerbangan Federal AS mengeluarkan Buletin Informasi Kelaikan Udara Khusus (SAIB) yang menyoroti bahwa beberapa sakelar kontrol bahan bakar Boeing 737 dipasang dengan fitur pengunci dinonaktifkan.

    Meskipun masalah ini telah dicatat, kondisi tersebut tidak dianggap sebagai kondisi tidak aman yang memerlukan Arahan Kelaikan Udara (AD)sebuah peraturan yang dapat ditegakkan secara hukum untuk memperbaiki aspek ketidakamanan pada suatu produk.

    Desain sakelar yang sama digunakan pada pesawat Boeing 787-8, termasuk VT-ANB milik Air India yang jatuh. Karena SAIB bersifat imbauan, Air India tidak melakukan inspeksi yang direkomendasikan.

    Shawn Pruchnicki, mantan penyelidik kecelakaan pesawat, mengaku dirinya bertanya-tanya apakah ada masalah dengan sakelar kontrol bahan bakar.

    “Apa sebenarnya makna [laporan] ini? Apakah artinya dengan sekali tekan, sakelar itu dapat mematikan mesin dan memutus pasokan bahan bakar? Ketika fitur pengunci dinonaktifkan, apa yang sebenarnya terjadi? Mungkinkah sakelar itu otomatis mati dan mematikan mesin? Jika demikian, ini masalah yang sangat serius. Jika tidak, hal itu juga perlu dijelaskan,” paparnya.

    Namun, pakar lain tidak yakin hal itu merupakan masalah utama.

    “Saya belum pernah mendengar tentang hal ini, yang tampaknya merupakan laporan FAA yang tidak terlalu mencolok. Saya juga belum mendengar keluhan [tentang sakelar bahan bakar] dari pilotyang biasanya cepat angkat bicara. Ini patut diteliti karena sudah disebutkan, tetapi mungkin hanya pengalih perhatian,” kata Goelz.

    Kapten Kishore Chinta, mantan penyelidik di Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat Udara India (AAIB), mempertanyakan apakah sakelar tersebut mati karena masalah pada unit kontrol elektronik pesawat.

    “Bisakah sakelar pemutus bahan bakar dipicu secara elektronik oleh unit kontrol elektronik pesawat tanpa gerakan pilot? Jika sakelar pemutus bahan bakar mati secara elektronik, maka itu perlu dikhawatirkan,” katanya kepada BBC.

    Bagian pesawat berada di antara bangunan di Ahmedabad, India, Kamis (12/06). (Reuters)

    Laporan tersebut menyatakan sampel bahan bakar dari tangki pengisian bahan bakar “memuaskan”.

    Para ahli sebelumnya menduga kontaminasi bahan bakar sebagai kemungkinan penyebab kegagalan mesin ganda. Patut dicatat, belum ada peringatan yang dikeluarkan untuk Boeing 787 atau mesin GE GEnx-1B-nya. Kemungkinan kegagalan mekanis dikesampingkan untuk saat ini sambil menunggu penyelidikan lebih lanjut.

    Laporan tersebut juga menyatakan bahwa Turbin Udara Ram (RAT) pesawat telah mengembang, sebuah tanda yang jelas adanya kegagalan sistem utama dan roda pendaratan ditemukan dalam “posisi turun” atau tidak ditarik.

    RAT, sebuah baling-baling kecil yang memanjang dari bagian bawah Boeing 787 Dreamliner, berfungsi sebagai generator cadangan darurat. RAT secara otomatis menyala saat penerbangan ketika kedua mesin kehilangan daya atau jika ketiga sistem hidrolik mencatat tekanan yang sangat rendah. RAT memasok daya terbatas untuk menjaga sistem penerbangan penting tetap beroperasi.

    “Fakta bahwa Turbin Udara Ram (RAT) menyala sangat mendukung kesimpulan bahwa kedua mesin telah gagal,” kata Pruchnicki.

    Seorang pilot Boeing 787 menjelaskan mengapa ia mengira roda pendaratan tidak ditarik.

    “Akhir-akhir ini, setiap kali saya lepas landas dengan pesawat 787, saya memperhatikan proses penarikan roda pendaratan dengan saksama. Saat tuas roda pendaratan ditarik, ketinggiannya sudah sekitar 200 kaki, dan seluruh proses penarikan roda pendaratan selesai sekitar 400 kaki, total sekitar delapan detik, berkat sistem hidrolik bertekanan tinggi.”

    Pilot tersebut yakin pilot yang menerbangkan pesawat tidak punya waktu untuk berpikir.

    “Ketika kedua mesin mati dan pesawat mulai turun, reaksinya bukan sekadar terkejut, pilot pasti mati rasa. Saat itu, fokus pilot bukan pada roda pendaratan. Pikiran pilot tertuju pada satu hal: jalur penerbangan. ‘Di mana saya bisa mendaratkan pesawat ini dengan aman?’ Dalam kasus ini, ketinggiannya tidak cukup.”

    Penyelidik mengatakan pilot mencoba membuat pesawat kembali mengangkasa, tetapi itu terjadi terlalu cepat.

    “Mesin dimatikan lalu dihidupkan kembali. Para pilot menyadari mesin kehilangan daya dorong – kemungkinan besar mereka menyalakan kembali mesin kiri terlebih dahulu, diikuti oleh mesin kanan,” kata Pruchnicki.

    “Namun, mesin kanan tidak punya cukup waktu untuk kembali menyala, dan daya dorongnya pun tidak mencukupi. Kedua mesin akhirnya berhasil “menyala”, tetapi karena mesin kiri dimatikan terlebih dahulu dan mesin kanan terlambat menyala, hasilnya terlambat.”

    Roda pesawat Air India yang jatuh sesaat setelah lepas landas pada Kamis (12/06). (Getty Images)

    Sanak saudara korban kecelakaan telah menunggu dengan cemas hasil laporan awal.

    Ketika laporan tersebut akhirnya dirilis Sabtu (12/07) pagi di India, Imtiyaz Ali, yang kehilangan saudara laki-laki, ipar perempuan, dan dua anak mereka yang masih kecil, membacanya dengan saksama. Namun, dia kecewa karena laporannya “terdengar seperti deskripsi produk”.

    “Selain percakapan terakhir pilot, tidak ada apa pun di dalamnya yang benar-benar menunjukkan penyebab kecelakaan.”

    Ia berharap detail lebih lanjut akan dipublikasikan dalam beberapa bulan mendatang.

    “Ini penting bagi kami. Kami ingin tahu persis apa yang terjadi. Itu tidak akan mengubah apa pun bagi kami sekarang, kami terus berduka seperti yang telah kami alami sejak hari itu.

    “Tapi setidaknya kami akan mendapatkan beberapa jawaban,” kata Ali.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 15 Ribu Ilmuwan Teriak Bumi Mau Kiamat, Jadwalnya Sudah Ada

    15 Ribu Ilmuwan Teriak Bumi Mau Kiamat, Jadwalnya Sudah Ada

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah makalah yang ditandatangani lebih dari 15 ribu ilmuwan mengungkapkan kehidupan Bumi tengah terancam. Perubahan iklim disebutkan terus memburuk dan berubah dengan sangat cepat.

    Dampak buruk ini bisa menimbulkan bencana yang lebih besar pada akhir abad ini. Kehidupan Bumi disebutkan terancam dan bergerak lebih cepat menuju “kiamat” yaitu pemanasan global yang dampaknya sudah mustahil dibatalkan.

    “Selama beberapa dekade, para ilmuwan secara konsisten memperingatkan masa depan yang ditandai dengan kondisi iklim ekstrem karena meningkatnya suhu global yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang melepaskan gas rumah kaca berbahaya ke atmosfer,” tulis makalah tersebut, dikutip dari Futurism.

    “Sayang, waktunya sudah habis,” imbuh penelitian tersebut.

    Salah satu penulis utama studi dari Oregon State University (OSU), Christopher Wolf mengungkapkan dampak besar dari bencana ini. Mulai dari kekurangan sumber daya alam, makanan dan air bersih.

    “Kita sedang menuju potensi runtuhnya sistem alam dan sosial-ekonomi dan dunia dengan panas yang tak tertahankan dan kekurangan sumber daya alam, makanan dan air bersih,” kata Wolf.

    Tim peneliti memasukkan banyak poin data dalam studi tersebut. Ini menunjukkan pada 2023 terdapat banyak rekor iklim yang dipecahkan dengan margin besar.

    Salah satunya adalah musim kebakaran hutan Kanada yang aktif. Kejadian itu menunjukkan titik kritik kebakaran baru, menjadi salah satu kalimat akademis paling menakutkan yang pernah ditulis.

    Salah satu penulis studi lainnya dan profesor kehutanan OSU, William Ripple mengatakan pola yang mengkhawatirkan terjadi kala itu. Sayangnya manusia hanya melakukan sedikit hal untuk memperbaiki keadaan.

    “Kami juga hanya menemukan sedikit kemajuan yang bisa dilaporkan terkait upaya umat manusia dalam memerangi perubahan iklim,” kata Ripple dalam pernyataannya.

    Dampak buruk ini disebabkan bukan hanya dari industri bahan bakar fosil, tetapi juga perwakilan pemerintah yang menggelontorkan subsidi.

    Subsidi bahan bakar fosil antara 2021-2022 dilaporkan mengalami peningkatan dua kali lipat di Amerika Serikat (AS) saja. Yakni dari US$531 miliar menjadi lebih dari US$1 triliun.

    Para peneliti mengungkapkan beberapa cara yang harus dilakukan untuk mencegah bencana lanjutan sebelum abad ke-21 berakhir. Manusia perlu beralih dari bahan bakar fosil dan memerangi konsumsi berlebihan oleh orang kaya.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Gen.G Juara MSI 2025 Usai Kalahkan T1 3-2, Cetak Rekor Tak Terkalahkan 23 Kali Beruntun! – Page 3

    Gen.G Juara MSI 2025 Usai Kalahkan T1 3-2, Cetak Rekor Tak Terkalahkan 23 Kali Beruntun! – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Rivalitas abadi antara Gen.G dan T1 semakin panas! Hal terlihat kedua tim bertemu di babak final esports League of Legends Mid-Season Invitational (MSI) 2025 yang digelar di Vancouver, Kanada.

    Bertarung di babak final League of Legends (LoL) MSI 2025 pada Minggu, 13 Juli 2025 jam 7.00 WIB, laga dua tim esports raksasa di skena LoL ini membuat fans kedua tim berdebar-debar.

    Untuk Gen.G sendiri, tim esports diisi oleh Kim “Kiin” Ki-in, Kim “Canyon” Geon-bu, Jeong “Chovy” Ji-hoon, Park “Ruler” Jae-hyuk, dan Joo “Duro” Min-kyu ini keluar sebagai juara dunia paruh musim untuk tahun kedua berturut-turut.

    Tak hanya sekadar tentang trofi, kemenangan Gen.G ini juga tentang gengsi, reputasi, dan sejarah di mana mereka berhasil mempertahankan gelar juara MSI.

    Sekaligus, tim esports asal Korea Selatan ini juga menorehkan rekor 23 kemenangan beruntun sepanjang musim. Pencapaian ini menaji bukti dominasi Ruler dkk di kancah kompetitif League of Legends tingkat global.

     

  • Trump Tabuh Genderang Perang Dagang, Uni Eropa dan Meksiko Kena Tarif 30%

    Trump Tabuh Genderang Perang Dagang, Uni Eropa dan Meksiko Kena Tarif 30%

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melanjutkan ancaman perang dagangnya dengan berbagai negara mitra sampai dengan akhir pekan ini. Pada Sabtu (12/7/2025), dia mengancam penerapan tarif 30% terhadap barang atau produk impor dari Uni Eropa dan Meksiko.

    Dilansir Reuters, ancaman tarif itu disampaikan Trump melalui situs Truth Social miliknya dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Presiden Komisi Eropa Ursula on der Leyen dan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum.

    Trump mengancam tarif impor 30% itu berlaku mulai 1 Agustus 2025, apabila kedua negara gagal gagal untuk mencapai kesepakatan perdagangan yang komprehensif dengan AS. 

    Uni Eropa dan Meksiko merupakan dua di antara negara-negara mitra dagang terbesar AS. Kedua negara itu telah menyatakan bahwa tarif yang diterapkan pemerintahan Donald Trump tidak adil dan disruptif. 

    Meski demikian, mereka juga menyatakan bakal terus bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan perdagangan yang lebih luas dengan AS sebelum batas waktu 1 Agustus 2025.

    Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum misalnya, meyakini bahwa suatu kesepakatan bisa tercapai. Pada suatu acara di negara bagian Sonora, Meksiko, dia menyampaikan bahwa yang harus dilakukan adalah tenang untuk menghadapi masalah apa pun. 

    “Kami juga sudah memahami dengan jelas atas apa yang bisa kami kerjakan dengan pemerintah Amerika Serikat, dan kami juga jelas atas apa saja yang tidak bisa. Dan ada sesuatu yang tidak pernah bisa dinegosiasikan: kedaulatan negara kami,” ujarnya 

    Adapun Trump mengirimkan surat ke beberapa pimpinan negara lain dalam pekan ini mengenai kebijakan tarif impor. Jumlahnya mencapai 23 surat, yang disampaikan kepada negara-negara seperti di antaranya Kanada, Jepang dan Brasil.  

    Presiden dari Partai Republik AS itu menetapkan tarif yang menyasar ke berbagai produk atau barang-barang yang diimpor dari negara tersebut, mulai dari sebesar 20% hingga 50%. Sementara itu, produk khusus tembaga diganjar tarif 50%.

    Mengenai tarif yang baru disampaikan kepada Uni Eropa dan Meksiko, Trump menyebut tarif 30% itu terpisah dengan beberapa tarif sektoral yang tetap akan berlaku sendiri seperti 50% untuk impor baja dan aluminium, serta 25% untuk impor otomotif.  

    Jadwal penerapan tarif impor pada 1 Agustus 2025 itu memberikan waktu kesempatan bagi negara-negara terdampak mitra dagang AS untuk bernegosiasi. Beberapa kalangan investor maupun ekonom melihat pola yang ditunjukkan Trump untuk mundur dari berbagai ancamannya.

    Batas akhir 1 Agustus 2025 itu sejatinya juga telah mundur dari sebelumnya yakni 9 Juli 2025. Pada saat itu, Trump pertama kali mengumumkan pada April 2025 sederet tarif impor ke berbagai negara-negara mitranya atas dalih defisit neraca dagang AS dan tidak adanya timbal balik perdagangan.