Negara: Kanada

  • Otak Putar Kilas Balik Memori dan Kenangan Hidup sesaat Sebelum Meninggal

    Otak Putar Kilas Balik Memori dan Kenangan Hidup sesaat Sebelum Meninggal

    Jakarta

    Sekelompok ahli saraf melakukan penelitian merekam aktivitas otak manusia saat sekarat untuk melihat apa yang dirasakan atau dialami pasien sebelum meninggal.

    Rekaman otak itu dibuat ketika seorang pasien berusia 87 tahun mengalami serangan jantung saat dirawat karena epilepsi. Dokter telah memasang alat di kepalanya untuk memantau aktivitas otak, tetapi pria itu meninggal selama proses tersebut.

    Diberitakan Daily Mail, para ahli saraf merekam aktivitas otak selama 900 detik sekitar waktu kematian, yang memungkinkan mereka melihat apa yang terjadi dalam 30 detik sebelum dan sesudah jantungnya berhenti berdetak.

    Pengukuran gelombang otak sebelum dan sesudah kematian menunjukkan area yang terlibat dengan ingatan dan pengambilan kembali masih aktif.

    “Melalui pembangkitan osilasi otak [gelombang otak] yang terlibat dalam pengambilan memori, otak mungkin memainkan ingatan terakhir dari peristiwa-peristiwa penting dalam hidup sebelum kita meninggal, mirip dengan yang dilaporkan dalam pengalaman mendekati kematian,” kata Dr Ajmal Zemmar dari Universitas Louisville, Kentucky.

    “Temuan-temuan ini menantang pemahaman kita tentang kapan tepatnya kehidupan berakhir dan memunculkan pertanyaan-pertanyaan penting berikutnya, seperti yang terkait dengan waktu donasi organ,” ucapnya lagi.

    Pasien asal Kanada tersebut dirawat karena epilepsi, yang mendorong dokter untuk memasang elektroensefalografi (EEG) untuk mempelajari gelombang otak yang terkait dengan aktivitas kejang. Perangkat ini menempel pada kulit kepala melalui elektroda yang mendeteksi dan memperkuat gelombang otak, dengan aktivitas neurologis yang muncul sebagai garis-garis bergelombang pada apa yang dikenal sebagai rekaman EEG.

    Kemudian, pasien mengalami serangan jantung dan meninggal saat EEG masih memantau otaknya, memberikan bukti pertama tentang apa yang terjadi di otak beberapa saat sebelum kematian.

    “Tepat sebelum dan setelah jantung berhenti bekerja, kami melihat perubahan pada pita osilasi saraf tertentu, yang disebut osilasi gamma, tetapi juga pada pita lain seperti osilasi delta, theta, alfa, dan beta,” kata Dr Zemmar dalam sebuah pernyataan.

    Osilasi otak, atau gelombang otak, adalah pola impuls listrik berulang yang biasanya ada di otak manusia yang hidup. Berbagai jenis gelombang otak mencerminkan fungsi otak dan kondisi kesadaran yang berbeda.

    Gelombang gamma terlibat dalam fungsi kognitif tingkat tinggi seperti pengambilan memori, yang dikaitkan dengan kilas balik memori.

    Para peneliti mengatakan bahwa otak dapat diprogram secara biologis untuk mengelola transisi menuju kematian, yang berpotensi mengatur serangkaian peristiwa fisiologis dan neurologis daripada langsung mati begitu saja.

    Sesaat sebelum meninggal, otak mengingat kembali dalam kondisi ‘meditasi’ yang memungkinkan seseorang merasakan kilas balik memori.

    “Jadi mungkin mereka (otak) membiarkan kita memutar ulang kehidupan di detik-detik terakhir saat kita meningga,” beber Dr Zemmar.

    (kna/kna)

  • Indonesia Harus Ambil kesempatan dari Kebijakan Ekonomi Donald Trump – Page 3

    Indonesia Harus Ambil kesempatan dari Kebijakan Ekonomi Donald Trump – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kebijakan ekonomi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait tarif impor untuk beberapa negara seperti China, Kanada, dan Meksiko, tengah jadi sorotan dunia saat ini. Beberapa negara melihat ini bukan ancaman tetapi justru peluang dari kebijakan Donald Trump tersebut.

    Ketua Dewan Pembina Indonesia Business Council (IBC) Arsjad Rasjid menilai, imbas kebijakan Trump bisa dilihat dari beberapa sisi. Menurutnya, Indonesia bisa mengambil sudut pandang positif terhadapnya.

    “Untuk kita, kita harus melihat peluangnya. Misalnya contoh, kalau mereka enggak mau beli produk China, kalau produk Indonesia gimana?” kata Arsjad di Jakarta, Rabu (12/2/2025).

    “Dengan begitu, pengusaha China akan lebih banyak investasi di Indonesia. Kalau enggak, tidak bisa dia jualan,” dia menambahkan.

    Menurut dia, Indonesia harus bisa mengambil sisi positif dari kebijakan Trump, lantaran banyak potensi perdagangan yang bisa dikawal oleh Indonesia. Tak hanya itu, Indonesia pun didorong untuk bisa bersinergi dengan negara tetangga dalam menyikapinya.

    “Di sisi ini juga yang penting, bicara mengenai, kenapa enggak Indonesia, kenapa enggak Asean, menjadi the supply chain,” ujar Arsjad.

    Sudut pandang terhadap kebijakan Donald Trump pun telah beberapa kali diutarakan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia. Khususnya setelah Amerika Serikat memilih keluar dari Paris Agreement.

    Bahlil bilang, keputusan Trump hengkang dari Paris Agreement membuat batu bara kembali dibutuhkan. Utamanya sebagai sumber kelistrikan yang lebih hemat biaya dibanding energi baru terbarukan (EBT).

    “Kita pikir batu bara udah mau selesai, eh bernyawa lagi barang ini. Jadi bapak/ibu semua, memang batu bara ini jujur saya katakan harganya jauh lebih murah,” kata Bahlil di Mandiri Investment Forum 2025 di Fairmont Hotel, Jakarta, Selasa (11/2/2025) kemarin.

     

  • Pemerintah Masih Pantau Efek Eskalasi Perang Dagang AS

    Pemerintah Masih Pantau Efek Eskalasi Perang Dagang AS

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah tidak ingin gegabah merespons perang dagang yang semakin memanas antara Amerika Serikat dengan China, Meksiko, Kanada, hingga Brasil.

    Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi menjelaskan pemerintah ingin melihat perkembangan yang terjadi akibat perang dagang itu terlebih dahulu sebelum ambil tindakan.

    “Antisipasi situasi kompetisi yang keras seperti ini, kita juga tidak boleh melakukan tindakan yang sifatnya langsung keras juga. Kita lihat dulu, pelajari dulu,” ujar Edi di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (12/2/2025).

    Dia mencontohkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump awalnya menerapkan tarif tinggi kepada barang impor dari Kanada dan Meksiko, namun akhirnya direlaksasi. Edi pun melihat Trump memakai perang dagang untuk melakukan lobi dengan negara lain.

    Lagi pula, sambungnya, AS tidak menerapkan tarif khusus kepada barang impor dari Indonesia. Oleh sebab itu, yang perlu diwaspadai pemerintah adalah kebijakan yang sifatnya nontarif. “Kalau tarif kelihatan angkanya, kita bisa turunkan-naikkan dari proses produksi, tapi kalau nontarif itu sulit,” jelas Edi.

    Sebagai informasi, sebelumnya Trump menerapkan bea masuk atau tarif impor sebesar 25% terhadap barang dari Kanada dan Meksiko serta 10% terhadap barang dari China.

    Kendati demikian, Trump menangguhkan tarif atas barang impor Kanada dan Meksiko usai kedua negara itu mengancam ingin membalasnya.

    Kanada mengancam akan mengenakan pungutan sebesar 25% pada sejumlah besar produk impor asal AS, sementara Meksiko mempersiapkan kemungkinan tarif balasan berkisar antara 5% hingga 20% pada daging babi, keju, produk segar, baja manufaktur, dan aluminium.

    Terbaru, Trump resmi menaikkan tarif impor baja dan aluminium menjadi 25% tanpa pengecualian. Kebijakan ini akan berdampak pada jutaan ton baja dan aluminium dari Kanada, Brasil, Meksiko, Korea Selatan, dan negara lain yang sebelumnya mendapat pengecualian tarif.

    Sebelumnya, Wakil Kepala Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu mendorong pemerintah mendiservikasi mitra dagang sebagai langkah antisipasi dari efek negatif ekskalasi perang dagang.

    “Jadi, saya pikir Indonesia sedang berada di jalan yang benar. Kami ingin berteman dengan siapa saja, yang artinya mendiversifikasi mitra dagang dan meningkatkan negosiasi bilateral,” ungkap Mari Elka dalam Mandiri Investment Forum 2025 di Jakarta Pusat, Selasa (11/2/2025).

  • Gara-gara Donald Trump, Harga Emas Dunia Melonjak Capai Rekor Tertinggi – Halaman all

    Gara-gara Donald Trump, Harga Emas Dunia Melonjak Capai Rekor Tertinggi – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Harga emas di pasar spot telah melonjak ke rekor tertinggi baru, mencapai US$2.909,49 per ons troi.

    Ini adalah rekor tertinggi pada Februari 2025 ini. 

    Analis mulai melirik saham emiten emas untuk investasi. 

    Melansir Reuters, harga emas spot sempat menyentuh puncak di US$2.942,70 per ons troi dalam sesi perdagangan Asia.

    Meski sempat turun sedikit menjadi US$2.909,49 per ons troi, namun naik lagi 0,1 persen pada pukul 09:16 GMT.

    Lonjakan harga emas ini menandai rekor kedelapan pada tahun 2025, mendekatkan logam mulia ini ke ambang US$3.000 per ons.

    Pemicunya perang dagang Donald Trump

    Investor semakin waspada terhadap dampak kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS) terhadap ekonomi global.

    Seperti diketahui Presiden Donald Trump memicu perang dagang global setelah menaikkan tarif produk impor sejumlah barang.

    Permintaan yang kuat dari bank sentral di pasar berkembang, di samping meningkatnya minat dari investor swasta dan institusional, merupakan pendorong utama di balik kenaikan harga. 

    Investor memandang kebijakan Presiden AS Donald Trump sebagai ancaman terhadap stabilitas ekonomi global, yang mendorong mereka untuk mengalihkan dana ke aset safe haven seperti emas.

    Jika sengketa perdagangan antara AS dan negara lain meningkat maka  harga emas dapat meningkat menjadi $3.000-$3.300 per troy ounce dalam beberapa bulan mendatang, menurut analis yang dikutip oleh Kommersant.

    Pada tanggal 1 Februari, AS memberlakukan tarif 10% untuk semua impor Tiongkok.

    Sebagai balasan, Beijing mengenakan tarif pada batu bara AS, gas alam cair, minyak mentah, peralatan pertanian, dan mobil.

    Washington menunda penerapan tarif 25% untuk produk Kanada dan Meksiko hingga tanggal 1 Maret karena kedua negara melanjutkan negosiasi dengan presiden AS.

    Selain itu, Donald Trump mengumumkan pada akhir pekan niatnya untuk mengenakan tarif 25% pada semua impor baja dan aluminium.

    “Seperti yang diantisipasi, ketegangan geopolitik global telah meningkat sejak Donald Trump menjabat di AS, yang menyebabkan peningkatan ketidakpastian yang signifikan. Akibatnya, tren deglobalisasi yang sedang berlangsung mendorong harga emas,” kata Kepala Analis Sovcombank Mikhail Vasilyev.

    “Lebih jauh lagi, ancaman sanksi yang terus-menerus dan utang nasional AS yang membengkak terus mengurangi kepercayaan terhadap sistem keuangan yang berpusat pada dolar, ” tambah Vasilyev.

    Hal ini menjelaskan mengapa bank sentral di seluruh dunia terus meningkatkan cadangan emas mereka.

    Menurut Bloomberg, kepemilikan dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) yang diinvestasikan dalam emas telah tumbuh sebesar 23 metrik ton sejak awal tahun, mendekati angka 2.600 ton untuk pertama kalinya sejak Oktober 2024.

    “Dengan Donald Trump berkuasa, ditambah dengan meningkatnya kekhawatiran akan meningkatnya inflasi dan potensi kemerosotan ekonomi global akibat perang dagang dan sanksi, emas telah muncul sebagai aset safe haven yang semakin menarik bagi investor internasional,” kata Dmitry Skryabin, manajer portofolio di Alfa Capital.

    Para ahli memperkirakan bahwa harga akan terus naik dalam waktu dekat.

    Analis Citi Research memperkirakan bahwa konflik perdagangan skala penuh antara Tiongkok dan AS dapat mendorong harga emas hingga $3.000 per troy ounce dalam tiga bulan ke depan.

    Bagaimana dengan di Indonesia?

     Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan mengamati lonjakan harga emas dipicu oleh potensi ketidakpastian ekonomi global usai  Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif terhadap Meksiko, Kanada dan China.

    Kondisi ini membawa investor untuk kembali melirik aset safe haven.

    Equity Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas Irsyady Hanief menambahkah, sentimen kebijakan tarif Donald Trump mendongkrak permintaan emas fisik, termasuk di pasar AS.

    Emas fisik diklasifikasikan sebagai zero-risk asset, sehingga banyak institusi keuangan mulai beralih ke emas fisik sebagai bentuk mitigasi risiko.

    “Harga emas diperkirakan akan tetap kuat dalam waktu dekat, meskipun volatilitas tetap menjadi faktor yang harus diperhatikan seiring dengan dinamika kebijakan ekonomi global,” kata Iryady kepada Kontan.co.id, Selasa (4/2/2025).

    Research Analyst Phintraco Sekuritas Muhamad Heru Mustofa sepakat, tarif yang diberlakukan Donald Trump serta tingkat inflasi berpotensi meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven.

    Kenaikan harga emas di awal tahun ini berpotensi mengerek naik harga jual rata-rata emiten emas, sehingga berpeluang mendongkrak kinerja emiten pada kuartal I-2025.

    “Tapi momentum kenaikan harga emas ini perlu diiringi dengan peningkatan volume penjualan supaya kinerja keuangan dapat maksimal,” kata Heru.

    Irsyady menimpali, secara historis kinerja maupun pergerakan harga saham emiten emas cenderung sejalan dengan harga komoditas emas.

    Tapi, dampaknya tergantung dari sejumlah faktor. Terutama dari sisi tingkat produksi, efisiensi biaya operasional dan kondisi makro ekonomi.

     

     

  • Presiden Prancis Macron Bakal Kunjungi RI Mei 2025, Bahas Penguatan AI

    Presiden Prancis Macron Bakal Kunjungi RI Mei 2025, Bahas Penguatan AI

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prancis Emmanuel Macron bakal berkunjung ke Indonesia pada Mei 2025 guna membahas berbagai hal, salah satunya penguatan kecerdasan buatan (AI) dan pertahanan.

    Pernyataan ini disampaikan langsung kepada Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid, di sela-sela acara AI Action Summit yang berlangsung di Grand Palais, Paris, Senin (11/2).

    Menkomdigi Meutya Hafid mengatakan kehadiran Macron akan menjadi momen penting dalam memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Prancis.

    “Kunjungan Presiden Macron ke Indonesia akan makin memperkokoh kerja sama strategis di berbagai sektor, termasuk ekonomi digital, kecerdasan buatan, pertahanan, dan energi hijau,” kata Meutya, dikutip Rabu (12/2/2025).

    Jika terlaksana, ini akan menjadi kunjungan kenegaraan pertama Presiden Prancis ke Indonesia sejak deklarasi bersama kemitraan strategis kedua negara pada 2011, saat Perdana Menteri François Fillon dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertemu di Jakarta.

    Indonesia dan Prancis memiliki hubungan diplomatik yang erat dengan berbagai kerja sama di bidang perdagangan, pertahanan, hingga teknologi. Kehadiran Macron di Indonesia diharapkan dapat membuka babak baru dalam kemitraan strategis kedua negara, khususnya dalam menghadapi tantangan global di era digital.

    Sebelumnya Prancis dikabarkan akan ikut memanaskan persaingan AI di global. 

    Macron akan mengumumkan rencana investasi jumbo swasta senilai US$112,5 miliar atau Rp1.830 triliun untuk pengembangan kecerdasan buatan (AI).   

    Pendanaan tersebut mencakup rencana perusahaan investasi Kanada Brookfield untuk menginvestasikan US$20,61 miliar dalam proyek AI di Prancis dan pendanaan dari Uni Emirat Arab yang dapat mencapai US$51,52 miliar pada tahun-tahun mendatang.

    Dilansir dari Reuters, Senin (10/1/2025) Istana Elysee mengatakan investasi UEA akan mencakup pembiayaan untuk pusat data 1 gigawatt. Surat kabar La Tribune de Dimanche melaporkan bahwa sebagian besar investasi Brookfield akan digunakan untuk pusat data.

    AI membutuhkan sejumlah besar energi untuk memberi daya pada pusat data besar, dengan Eropa terlihat kesulitan untuk memenuhi permintaan pada masa mendatang.

    Bulan lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa OpenAI, SoftBank Group akan menginvestasikan US$500 miliar dalam infrastruktur AI selama empat tahun ke depan untuk membantu Amerika Serikat tetap unggul dari China dan pesaing lainnya dalam perlombaan AI global.

  • Uni Eropa dan Kanada Kecam Langkah Trump Naikkan Tarif Impor Baja dan Aluminium AS – Halaman all

    Uni Eropa dan Kanada Kecam Langkah Trump Naikkan Tarif Impor Baja dan Aluminium AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Uni Eropa dan Kanada kompak menyatakan kecamannya kepada Presiden Amerika Serikat, Donald Trump setelah ia memutuskan untuk memberlakukan tarif terhadap semua impor baja dan aluminium, yang memperburuk kekhawatiran akan perang dagang.

    Seperti yang diketahui sebelumnya, Trump telah menandatangani kebijakan tarif baru pada Senin malam (10/2/2025) yang menaikkan tarif baja AS menjadi 25 persen dari rencana sebelumnya sekitar 10 persen.

    “Tarifnya adalah 25 persen tanpa pengecualian atau pembebasan. Ini berlaku untuk semua negara, dari mana pun asalnya.” ungkap Trump.

    Trump juga menyatakan bahwa dia akan mengumumkan tarif balasan terhadap semua negara yang memberlakukan bea atas barang-barang AS dalam dua hari ke depan, serta mengatakan bahwa dia sedang mempertimbangkan tarif pada mobil, semikonduktor, dan farmasi.

    Ketika ditanya tentang ancaman pembalasan oleh negara-negara lain terhadap tarif barunya, Trump berkata: “Saya tidak keberatan.”

    Selain itu, Trump juga menghapus pengecualian negara dan kesepakatan kuota dari aturan tersebut dan ratusan ribu pengecualian tarif spesifik produk untuk kedua logam tersebut.

    Langkah-langkah yang mulai berlaku pada 12 Maret 2025 in, akan diterapkan pada jutaan ton impor baja dan aluminium dari Kanada, Brasil, Meksiko, Korea Selatan, dan negara-negara lain yang sebelumnya masuk ke AS tanpa bea berkat pengecualian tertentu.

    Dikutip dari Reuters, kebijakan itu kompak dikecam oleh pimpinan Uni Eropa serta Kanada.

    Dalam kunjungannya ke Paris pada hari Selasa (11/2/2025), Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, menyebut kebijakan kenaikan tarif tersebut sebagai hal yang “tidak dapat diterima”.

    Berbicara di sela-sela KTT kecerdasan buatan di Paris, Perdana Menteri Trudeau mengatakan bahwa Kanada akan berusaha menyoroti dampak negatif dari tarif AS dan, jika perlu, tanggapannya akan tegas dan jelas.

    “Warga Kanada akan bersikap kuat dan tegas jika kita harus menghadapinya (Tarif Trump),” katanya.

    Dikutip dari Reuters, Kanada sendiri dikenal sebagai salah satu negara pengimpor baja tertinggi di AS.

    Kanada tercatat mendistribusikan sekitar 23?ri konsumsi baja Amerika pada tahun 2023 , menurut data dari Institut Baja dan Besi Amerika, dengan Kanada, Brasil, dan Meksiko sebagai pemasok terbesar.
     
    Kanada, yang memiliki sumber daya hidroelektrik melimpah guna mendukung produksi logamnya, juga menyumbang hampir 80?ri impor aluminium primer AS pada tahun 2024 .

    Hal senada disampaikan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, yang mengutuk keputusan tersebut.

    Ia menambahkan bahwa kenaikan tarif tersebut merupakan kebijakan yang buruk bagi bisnis dan lebih buruk lagi bagi konsumen.

    “Kerugian akan meluas melebihi para pelaku sektor baja dan aluminium saja, kebijakan ini juga memengaruhi semua bisnis yang bergantung pada material-material ini di seluruh rantai pasokan,” tambahnya.

    Ursula mengingatkan bahwa ekspor baja UE ke AS selama ini mencapai angka rata-rata sekitar 3 miliar euro atau setara dengan Rp50,7 triliun per tahun selama satu dekade terakhir, 

    Ia juga mengatakan bahwa blok 27 negara itu akan mengambil langkah balasan yang “tegas dan proporsional” guna menanggapi kenaikan tarif sepihak dari Donald Trump tersebut.

    “Tarif yang tidak dapat dibenarkan terhadap UE tidak akan dibiarkan tanpa jawaban – mereka akan memicu langkah balasan yang tegas dan proporsional. UE akan bertindak untuk melindungi kepentingannya,” pungkas Ursula

    (Tribunnews.com/BObby)

  • Eropa Jawab Ajakan Perang Terbaru dari AS, Blak-blakan Respons Begini

    Eropa Jawab Ajakan Perang Terbaru dari AS, Blak-blakan Respons Begini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Uni Eropa merespons genderang perang dagang baru dari Amerika Serikat setelah Presiden Donald Trump resmi memberlakukan tarif 25% pada impor baja dan aluminium mulai 12 Maret 2025. Langkah ini mendapat kecaman keras dari para pemimpin Eropa.

    Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengecam kebijakan Trump dan berjanji akan mengambil tindakan balasan yang sepadan.

    “Saya sangat menyesalkan keputusan AS untuk memberlakukan tarif pada ekspor baja dan aluminium Eropa,” ujarnya dalam pernyataan resmi, dilansir AFP, Selasa (11/2/2025).

    “Tarif yang tidak berdasar terhadap Uni Eropa tidak akan dibiarkan begitu saja-kami akan merespons dengan tindakan yang tegas dan proporsional. UE akan bertindak untuk melindungi kepentingan ekonominya. Kami akan melindungi pekerja, bisnis, dan konsumen kami,” tambahnya.

    Senada dengan von der Leyen, Kanselir Jerman Olaf Scholz menegaskan bahwa Uni Eropa akan bersatu dan bertindak sebagai pasar terbesar di dunia dalam menghadapi kebijakan proteksionisme AS ini.

    Komisaris Perdagangan UE Maros Sefcovic juga mengkritik langkah Trump, dengan menyebutnya sebagai “skenario kalah-kalah” yang justru akan merugikan perekonomian AS sendiri.

    “Dengan menerapkan tarif, AS sebenarnya sedang memajaki warganya sendiri, menaikkan biaya bagi bisnisnya, dan memicu inflasi,” tegas Sefcovic dalam pertemuan parlemen di Strasbourg, Prancis.

    Adapun Trump menandatangani dua perintah eksekutif terkait kebijakan tarif ini, yakni tarif aluminium sebesar 25% akan dikenakan pada impor dari Argentina, Australia, Kanada, Meksiko, Uni Eropa, dan Inggris.

    Berikutnya tarif baja dengan persentase yang sama akan dikenakan pada impor dari negara-negara yang terkena tarif aluminium, ditambah dengan Brasil, Jepang, dan Korea Selatan.

    Selain itu, Trump juga mengisyaratkan bahwa tarif tambahan dapat diberlakukan terhadap mobil, obat-obatan, dan cip komputer di masa mendatang.

    Kebijakan tarif ini mengingatkan pada keputusan serupa yang diambil Trump saat menjabat sebagai presiden pada 2018, di mana AS memberlakukan tarif terhadap baja dan aluminium dari UE. Saat itu, UE merespons dengan menaikkan bea masuk untuk berbagai produk asal AS, sehingga memicu perang dagang antara kedua pihak.

    Kebijakan tarif Trump menuai kritik tajam dari berbagai kalangan, termasuk Kamar Dagang Amerika Serikat untuk Uni Eropa (AmCham EU), yang memperingatkan bahwa tarif ini akan memberikan dampak negatif yang luas.

    “Keputusan ini akan memiliki dampak yang sangat luas dan mayoritasnya bersifat negatif terhadap lapangan kerja, kesejahteraan, dan keamanan di kedua sisi Atlantik,” kata pernyataan resmi AmCham EU pada Selasa.

    Dengan kebijakan baru ini, ketegangan perdagangan antara AS dan UE berpotensi meningkat, membawa dampak pada berbagai industri mulai dari baja dan aluminium hingga otomotif dan farmasi.

     

    (luc/luc)

  • Trump Naikkan Tarif Aluminium 25%, Apa Dampaknya?

    Trump Naikkan Tarif Aluminium 25%, Apa Dampaknya?

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menaikkan tarif baru sebesar 25% pada semua impor baja dan aluminium, pada Senin (11/02). Langkah ini berpotensi meningkatkan risiko perang dagang.

    “Hari ini saya menyederhanakan tarif baja dan aluminium negara ini,” kata Trump saat menandatangani perintah eksekutif. “Ini 25% tanpa pengecualian atau pembebasan.”

    Seorang pejabat Gedung Putih mengonfirmasi, kebijakan ini akan berlaku mulai 4 Maret. Trump juga mengindikasikan akan mempertimbangkan pengenaan tarif tambahan pada mobil, farmasi, dan cip komputer.

    Pengecualian tarif baja dan aluminium untuk Australia

    Tarif baru Trump ini akan berlaku bagi jutaan ton impor baja dan aluminium dari Kanada, Brasil, Meksiko, Korea Selatan, dan negara lain yang sebelumnya bebas bea masuk di bawah pengecualian.

    Namun, setelah pembicaraannya dengan Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese, Trump justru mengatakan ia memberikan “pertimbangan besar” untuk mengecualikan tarif baru impor baja dan aluminium dari Australia.

    Albanese berargumen, pengecualian tersebut merupakan kesepakatannya dengan Trump dalam panggilan yang dijadwalkan sebelum Presiden AS itu mengumumkan tarif barunya.

    Masih belum pasti apakah ada peran perjanjian kapal selam AUKUS (Australia, Inggris, dan AS) senilai miliaran dolar, dalam pertimbangan pengecualian tarif Trump untuk Australia ini.

    “Baja dan aluminium kami adalah komponen penting bagi industri pertahanan di kedua negara kami, AS-Australia,” kata Albanese.

    Australia hanya menyumbang 1% dari sektor impor baja dan 2% dari impor bijih besi. Sumber utama impor baja AS adalah Kanada, Brasil, dan Meksiko, diikuti oleh Korea Selatan dan Vietnam.

    Empat sekutu AS menyerah pada strategi koersif Trump

    Hanya dalam dua pekan setelah Trump kembali ke Gedung Putih, empat sekutu AS memilih menyerah pada strategi perdagangan koersif presiden AS itu, setelah diancam dengan tarif dan tindakan hukuman lainnya.

    Pekan ini, Meksiko dan Kanada bertekad memperketat keamanan di perbatasan negara mereka dengan AS guna menangani permasalahan imigrasi ilegal dan perdagangan narkoba. Mereka mendapatkan penangguhan selama 30 hari atas tarif baru Trump itu.

    Kolombia, yang juga diancam dengan tarif baru dan sanksi, dengan cepat berbalik arah setelah awalnya menolak menerima migran yang dideportasi dari AS.

    Sementara itu, Panama tampaknya telah membuat konsesi terhadap Trump terkait Terusan Panama, jalur perairan penting yang menghubungkan Atlantik dengan Pasifik di Amerika Tengah.

    Strategi tarif Trump tidak konsisten, merugikan global

    Ekonom Italia Marco Buti menilai, strategi tarif Trump ini diterapkan secara “tidak konsisten” dan hanya memicu respons tertentu dari sekutu-sekutu AS.

    “Apa yang telah ia [Trump] peroleh sejauh ini dari negara-negara yang diancam [Kanada dan Meksiko] sebagai konsesi sepihak, sebagian besar bersifat simbolis,” kata Buti, mantan direktur jenderal urusan ekonomi dan keuangan di Komisi Eropa, kepada DW.

    Ia mengatakan bahwa langkah-langkah baru yang diusahakan oleh Meksiko dan Kanada di perbatasan, tidak akan cukup untuk menghentikan aliran fentanyl yang mematikan atau bahkan menghentikan imigran ilegal untuk masuk ke AS.

    “[Tarif Trump] menciptakan ketidakpastian ekonomi secara global dan itu akan sangat merugikan pertumbuhan dan kemakmuran,” tambah Buti.

    Selain mendorong ekonomi Kanada dan Meksiko ke dalam resesi, ancaman tarif Trump diperkirakan akan meningkatkan inflasi AS lebih dari satu poin persentase, yang berpotensi menyebabkan Federal Reserve menahan atau menaikkan suku bunga.

    Tarif ini juga dapat mengganggu rantai pasokan produksi yang sudah mapan antara Kanada, AS, dan Meksiko, terutama di sektor otomotif.

    Produksi mobil di Amerika Utara sangat terintegrasi, dengan suku cadang kendaraan melintasi perbatasan beberapa kali selama proses produksi. Tarif di setiap tahap dapat meningkatkan harga kendaraan secara signifikan.

    “Trump sangat berpandangan lama,” kata Rolf Langhammer, peneliti di Kiel Institute for the World Economy (IfW-Kiel), kepada DW. “Dia berpikir bahwa tarif akan melindungi industri dalam negeri dan bahwa pendapatan dari tarif akan memungkinkan dia untuk memangkas pajak.”

    Namun, Langhammer mencatat, saat ini tarif hanya menyumbang 2% dari pendapatan pemerintah federal AS. Angka itu jauh dibandingkan dengan hampir 60% yang berasal dari pajak penghasilan dan pajak perusahaan.

    Beberapa sekutu AS ambil langkah pencegahan

    India, yang telah menjadi sasaran kritik Trump karena hambatan perdagangan yang tinggi terhadap eksportir AS, kini memangkas tarifnya sendiri pada berbagai produk dari 13% menjadi 11%, termasuk sepeda motor dan instalasi darat satelit. New Delhi pekan ini mengumumkan rencana untuk mengurangi tarif di lebih dari 30 produk lainnya.

    Korea Selatan dan Jepang justru menyatakan pihaknya akan membeli lebih banyak energi dan barang lainnya dari AS, sementara Thailand mengumumkan akan meningkatkan impor produk pertanian AS, termasuk etana yang digunakan dalam pembuatan plastik.

    Selain itu, Uni Eropa juga tengah bersiap menghadapi langkah balasan terhadap tarif Trump dengan mempertimbangkan penggunaan Anti-Coercion Instrument (ACI) yang baru dibentuk, terutama terhadap perusahaan teknologi AS, seperti yang dilaporkan Financial Times pekan ini.

    “Saya sangat meragukan bahwa [membuat kesepakatan] akan cukup kali ini. Kita bisa mencoba bernegosiasi dan mengambil pendekatan damai, tetapi kita juga harus merancang strategi pembalasan yang kredibel dan berdampak besar,” kata Buti.

    Reputasi AS terancam

    Strategi tekanan penuh Trump ini mungkin berhasil dalam jangka pendek dengan terus memaksa banyaknya negosiasi untuk mencapai tujuan perdagangan, tetapi keberhasilannya dalam jangka panjang masih dipertanyakan.

    Dalam sebuah blog terbaru, Philip Luck, seorang ekonom di Center for Strategic and International Studies di Washington, menyamakan penggunaan strategi koersif presiden AS itu dengan antibiotik.

    “Mereka sangat efektif dalam menargetkan ancaman tertentu, tetapi jika digunakan secara berlebihan, dapat menyebabkan hasil yang semakin menurun. Sama seperti bakteri yang mengembangkan resistensi terhadap antibiotik, negara-negara yang berulang kali terkena sanksi akan mengembangkan kekebalan dengan mengurangi ketergantungan mereka pada pasar AS,” Luck memperingatkan.

    Menghadapi ketidakpastian yang meningkat dalam hubungan perdagangan dengan AS, banyak negara serta Uni Eropa harus mencari pasar perdagangan alternatif untuk mengimbanginya.

    Pemerintahan Biden sebelumnya telah menekan Brussel untuk mengurangi ketergantungannya pada Cina guna menahan kebangkitan kekuatan Asia tersebut. Namun, dengan potensi perang dagang dengan sekutu terdekatnya di cakrawala, para pembuat kebijakan UE mungkin dipaksa untuk mengubah arah.

    Meskipun mendapat penangguhan tarif, PM Kanada Justin Trudeau pekan ini mengadakan pertemuan puncak dengan para pebisnis utama demi membantu negaranya mendiversifikasi perdagangan dari AS.

    Sementara itu, mitra Kanada dari Meksiko, Claudia Sheinbaum, telah meluncurkan rencana yang juga bertujuan mengurangi ketergantungan pada mitra dagang utamanya, AS.

    “Semua orang bertanya: ‘Apakah Amerika Serikat masih menjadi mitra yang dapat dipercaya?’” kata Niclas Poitiers, peneliti think tank yang berbasis di Brussel, kepada DW. “Kerusakan reputasi internasional Washington [dari tarif ini] begitu besar.”

    Artikel ini diadaptasi dari DW bahasa Inggris

    *informasi terbaru soal tarif baru impor baja dan aluminium sebesar 25% diambil dari Reuters

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Waduh, Harga iPhone Makin Mahal Gara-gara Trump

    Waduh, Harga iPhone Makin Mahal Gara-gara Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – Harga iPhone dan iPad diprediksi akan mengalami lonjakan, imbas kebijakan tarif yang diberlakukan oleh Donald Trump.

    Kenaikan harga iPhone ini bermula dari penerapan tarif sebesar 10% terhadap semua produk yang diimpor dari China, yang diterapkan per Selasa (4/2) lalu.

    Trump juga mencanangkan tarif impor 25% untuk barang dari Kanada dan Meksiko. Meskipun aturan ini masih dinegosiasikan oleh pihak terkait.

    Kebijakan Trump ini membuat produk Apple bisa terkena imbasnya arena Sebagian pabrik mereka berada di China.

    Analis teknologi kemudian menyoroti tindakan CEO Apple, Tim Cook, terhadap kebijakan tarif Donald Trump.

    Mereka mempertanyakan apakah Cook bisa berhasil membebaskan Apple dari pungutan tersebut, seperti yang ia lakukan pada tarif Trump terhadap China pada 2019 lalu.

    Mengutip Business Insider, sebelumnya Apple berhasil melindungi iPhone dan MacBook saat tarif Trump diberlakukan untuk China.

    Reuters melaporkan bahwa Cook mengutip persaingan dengan Samsung Korea Selatan dalam diskusi sebelumnya dengan Trump.

    Analis Morningstar William Kerwin, mengatakan eksplorasi Apple terhadap manufaktur AS “bisa menjadi bagian dari kesepakatan pengecualian”.

    “Kita lihat saja nanti apakah Cook bisa menyampaikan argumen bagus kepada Trump pada tahun 2025,” kata Kerwin.

    Tak hanya Apple, tarif Trump juga kemungkinan kan berdampak terhadap produksi Intel dan Dell.

  • Sri Mulyani Ungkap Tarif 25% Baja & Aluminium Trump Bisa Guncang Ekonomi

    Sri Mulyani Ungkap Tarif 25% Baja & Aluminium Trump Bisa Guncang Ekonomi

    Jakarta

    Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai dampak kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengenakan tarif 25% pada impor baja dan aluminium ke AS. Kebijakan itu disebut akan memiliki pengaruh besar terhadap ekonomi global.

    “Tidak hanya menerapkan tarif untuk Kanada, China, serta Meksiko, tetapi juga yang terbaru, yang terbaru untuk baja dan aluminium yang akan dikenakan dengan tarif 25%. Ini pasti akan mempengaruhi secara besar dalam hal rantai pasok, selain prospek ekonomi global,” kata Sri Mulyani dalam acara Mandiri Investment Forum di Fairmont Jakarta, Selasa (11/2/2025).

    Sri Mulyani menyoroti pertumbuhan ekonomi global yang diprediksi akan melemah oleh berbagai lembaga dunia seperti Dana Moneter Internasional (IMF) hingga Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).

    “Ini adalah saat di mana semua pemimpin serta negara harus terus berpikir terbuka dan berhati-hati saat membuat policy,” tuturnya.

    Tarif Impor Baja dan Aluminium

    Sebagai informasi, kebijakan terbaru Trump yakni resmi menandatangani perintah untuk mengenakan tarif 25% pada impor baja dan aluminium ke AS. Ini menjadi perang barunya ke global, terlebih kedua logam tersebut merupakan komponen vital dalam berbagai industri termasuk transportasi, konstruksi dan pengemasan.

    “Pada dasarnya kami akan mengenakan tarif 25% tanpa pengecualian pada semua aluminium dan baja,” kata Trump saat menandatangani perintah eksekutif dikutip dari Finansial Post.

    Dikutip dari CNBC, negara yang paling dirugikan dengan kebijakan Trump ini kemungkinan adalah Kanada dan Meksiko. Kedua negara tersebut termasuk di antara pengekspor baja dan aluminium terbesar ke AS.

    Jerman juga merupakan eksportir baja besar ke AS dan kemungkinan akan terkena dampak negatif dari tarif tersebut. Hanya saja perusahaan Jerman Thyssenkrupp memperkirakan dampaknya sangat terbatas pada bisnisnya jika AS mengenakan tarif tambahan pada baja dan aluminium.

    Produsen baja tersebut mengatakan bahwa Eropa tetap menjadi pasar utamanya dan hanya produk khusus berkualitas tinggi yang diekspor ke AS.

    “Mayoritas penjualan Thyssenkrupp di AS berasal dari bisnis perdagangan dan bisnis pasokan otomotif. Pada prinsipnya, Thyssenkrupp memiliki posisi yang baik dalam bisnis-bisnis ini di AS dengan pangsa manufaktur lokal yang signifikan untuk pasar lokal. Sebagian besar produksi untuk pelanggan AS dilakukan di AS,” kata seorang juru bicara Thyssenkrupp melalui email.

    Tidak hanya itu, eksportir Asia seperti Korea Selatan, Vietnam dan Jepang juga termasuk di antara negara-negara yang kemungkinan logamnya terkena tarif impor Trump.

    (aid/ara)