Negara: Kanada

  • Trump Pastikan Tarif Impor Kanada-Meksiko Mulai Berlaku 4 Maret

    Trump Pastikan Tarif Impor Kanada-Meksiko Mulai Berlaku 4 Maret

    JAKARTA – Presiden AS Donald Trump mengatakan tarif impor terhadap Meksiko dan Kanada akan mulai berlaku pada 4 Maret sesuai jadwal karena obat-obatan terlarang masih mengalir ke Amerika Serikat dari negara-negara tersebut.

    Trump juga mengatakan Tiongkok akan dikenakan biaya tambahan 10% pada hari itu, menurut postingan di platform Truth Social miliknya dilansir Reuters, Kamis, 27 Februari.

    Trump sebelumnya menunda tarif baru terhadap Meksiko selama satu bulan setelah Meksiko setuju untuk memperkuat perbatasan utaranya dengan 10.000 anggota Garda Nasional untuk membendung aliran obat-obatan terlarang, khususnya fentanil.

    Perjanjian tersebut juga mencakup komitmen AS untuk bertindak mencegah perdagangan senjata berkekuatan tinggi ke Meksiko, kata Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum di X.

    Kedua pemimpin tersebut berbicara melalui telepon pada Senin, 3 Februari hanya beberapa jam sebelum tarif AS terhadap Meksiko, China, dan Kanada ditetapkan.

    Trump saat itu mengatakan kedua negara akan mendapatkan penangguhan selama sebulan untuk melakukan negosiasi lebih lanjut.

    “Saya berharap dapat berpartisipasi dalam negosiasi tersebut, dengan Presiden Sheinbaum, dalam upaya kami mencapai kesepakatan antara kedua negara,” tulisnya di Truth Social dilansir Reuters, Senin, 3 Februari.

    Saham-saham AS, yang turun tajam pada Senin pagi di tengah kekhawatiran perang dagang yang semakin mendalam, mengurangi kerugiannya setelah pengumuman tersebut. Indeks acuan S&P 500 turun 0,7% sekitar pukul 10:45 ET (15.45 GMT), memotong setengah kerugiannya hari ini.

  • IHSG diprediksi melemah di tengah kekhawatiran penerapan tarif AS

    IHSG diprediksi melemah di tengah kekhawatiran penerapan tarif AS

    Jakarta (ANTARA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat diperkirakan bergerak melemah di tengah kekhawatiran pelaku pasar terhadap penerapan tarif oleh Amerika Serikat (AS).

    IHSG dibuka melemah 73,27 poin atau 1,13 persen ke posisi 6.412,18. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 12,25 poin atau 1,67 persen ke posisi 719,14.

    “IHSG hari ini (28/2) diprediksi bergerak melemah dalam range 6.400 sampai 6.550,” ujar Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih di Jakarta, Jumat.

    Dari mancanegara, kekhawatiran terhadap ancaman tarif Presiden AS Donald Trump kembali berlanjut pasca kenaikan tarif 25 persen atas impor dari Meksiko dan Kanada akan tetap berlaku pada 4 Maret 2025, setelah wacana sebelumnya ditunda hingga April 2025.

    Dari Asia, Jepang melaporkan inflasi tahunan pada Februari 2025 sebesar 2,9 persen atau lebih landai dari bulan sebelumnya sebesar 3,4 persen, meskipun melandai, inflasi itu masih di atas target Bank Sentral Jepang (BOJ) sebesar 2 persen.

    Dari dalam negeri, IHSG terkoreksi senada dengan aksi outflow investor asing di seluruh pasar ekuitas domestik senilai Rp1,87 triliun pada Kamis (27/2). Di pasar reguler investor asing tercatat jual bersih saham Big Banks (BBRI, BBCA, dan BMRI) dengan total Rp1,5 triliun.

    Profit taking terjadi setelah perbankan merilis kinerja keuangan bulanan yang melandai, yang mana laba bersih tumbuh minimalis terutama segmen UMKM akibat kenaikan beban provisi.

    Apabila dibandingkan dengan bursa di kawasan Asia Tenggara, performa IHSG menjadi yang terlemah pada perdagangan Kamis (27/2).

    Sementara itu, indeks saham AS Wall Street Wall Street dilanda aksi profit taking, indeks Nasdaq 100 memimpin pelemahan 2,78 persen ke level 18.544, yang mana saham NVDA turun 8 persen setelah rilis laporan keuangan, serta ancaman kinerja melandai di tengah beban produksi yang tetap tinggi..

    Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei melemah 1.140,88 poin atau 2,98 persen ke 37.115,29, indeks Shanghai melemah 23,09 poin atau 0,69 persen ke 3.364,97, indeks Kuala Lumpur melemah 8,49 poin atau 0,54 persen ke 1.578,11, dan indeks Strait Times melemah 12,21 poin atau 0,31 persen ke 3.908,98.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2025

  • Perang Dagang AS Vs Meksiko-China Dimulai 4 Maret

    Perang Dagang AS Vs Meksiko-China Dimulai 4 Maret

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mulai memberlakukan kebijakan tarif kepada Meksiko, Kanada, dan China mulai 4 Maret 2025. Tarif tambahan yang akan dikenakan kepada Meksiko dan Kanada 25%, sementara China 20%.

    Dikutip dari Reuters, Jumat (28/2/2025), untuk China, tarif 20% termasuk bea tambahan untuk masuknya obat-obatan jenis fentanil 10%. Tambahan ini juga diumumkan langsung oleh Trump.

    Tarif tambahan untuk obat jenis opioid fentanil ini dilakukan karena pasokannya selalu membanjiri AS. Trump mengaku tidak terima karena obat tersebut dikhawatirkan mematikan.

    Sebagai balasan, seorang sumber mengatakan bahwa Meksiko akan memproses hukum gembong narkoba Amerika Serikat Rafael Caro Quintero. Gembong narkoba itu telah dihukum pada tahun 1985 karena membunuh seorang agen Badan Penegakan Narkoba AS tetapi dibebaskan pada tahun 2013 dan kembali melakukan perdagangan gelap.

    (ada/rrd)

  • Laju IHSG Diramal Masih Tertekan, Perhatikan Beberapa Saham Ini – Halaman all

    Laju IHSG Diramal Masih Tertekan, Perhatikan Beberapa Saham Ini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat (28/2/2025) diramal masih akan melanjutkan pelemahan.

    Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup merosot 120,73 poin atau 1,83 persen ke 6.485.

    Analis Phillip Sekuritas Indonesia Joshua Marcius mengatakan, ada tiga sektor yang paling menekan pergerakan IHSG pada perdagangan kemarin, yaitu financial, basic material, dan energy. 

    “Sentimen yang mempengaruhi adalah rencana penerapan tarif dagang baru ke Uni Eropa (UE), Kanada, dan Meksiko,” ujar Joshua dikutip dari Kontan, Jumat (28/2/2025).

    Ia pun memprediksi tren pelemahan IHSG masih berlanjut hari ini, karena telah melewati level support kuat pada level kisaran 6.500, dengan candle marubozu bearish. 

    Proyeksi pergerakan IHSG di rentang support 6.300 dan resistance 6.770.

    “Sentimen yang dapat mempengaruhi adalah hasil estimate GDP Growth Rate and PCE United States (US),” ungkapnya.

    Joshua menyarankan investor untuk mencermati saham EMTK dan PTRO.

    Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, pelemahan nilai tukar rupiah dan aliran keluar dana asing dari perbankan masih membayangi pergerakan IHSG.

    Ia melihat, IHSG berpeluang menguat dengan kecenderungan terbatas. Level pergerakannya ada di support 6.460 dan resistance 6.503. 

    Herditya menyarankan investor untuk mencermati pergerakan saham AMRT dengan target harga Rp 2.330 – Rp 2.470 per saham, AADI Rp 7.425 – Rp 7.650 per saham, dan AKRA Rp 1.335 – Rp 1.350 per saham.

  • Analisis – di Bawah Trump, Amerika Punya Teman Baru: Rusia, Korea Utara, dan Belarus – Halaman all

    Analisis – di Bawah Trump, Amerika Punya Teman Baru: Rusia, Korea Utara, dan Belarus – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Langkah terbaru Presiden AS Donald Trump mungkin menunjukkan siapa saja sekutu barunya dalam masa jabatan keduanya, menurut analisis dari The New York Times.

    Dalam sebuah keputusan yang tak biasa, Trump meminta Amerika Serikat untuk memberikan suara menentang resolusi Majelis Umum PBB yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina pada peringatan tiga tahun perang tersebut.

    Beberapa negara yang berpihak kepada Rusia dalam hal ini antara lain Korea Utara, Belarus, dan Sudan.

    Sebaliknya, negara-negara seperti Inggris, Prancis, Jerman, Kanada, Italia, Jepang, dan mayoritas dunia, mendukung resolusi tersebut.

    Hanya sebulan setelah menjabat, Trump mulai menggeser posisi Amerika di panggung internasional.

    AS kini berada di kubu negara-negara yang dianggap terisolasi oleh dunia, dan menjauh dari negara-negara sahabat tradisionalnya sejak Perang Dunia II.

    Pegeseran hubungan dengan sekutu lama ini memiliki dampak besar bagi kebijakan luar negeri Amerika di masa depan. 

    Meski para pemimpin Eropa seperti dari Polandia, Prancis, dan Inggris berusaha mendekati Trump, mereka kini menghadapi kenyataan bahwa nilai-nilai Trump berbeda dengan mereka, atau bahwa prioritas AS kini tidak sejalan dengan kepentingan mereka.

    Jika Amerika Serikat terus merangkul negara-negara yang terisolasi secara internasional seperti Rusia, maka Eropa, Kanada, dan sekutu Asia seperti Jepang dan Korea Selatan mungkin terpaksa mencari aliansi baru.

    Sementara itu, kedekatan Trump dengan Rusia memberikan kesempatan bagi Moskow untuk keluar dari isolasi diplomatik yang berusaha dibangun oleh Barat sejak invasinya ke Ukraina.

    Susan E. Rice, mantan duta besar PBB di bawah Barack Obama, menuduh Trump terang-terangan menuruti kehendak Rusia.

    “Trump menyelaraskan Amerika dengan musuh-musuh kita dan melawan sekutu-sekutu perjanjian kita,” kata Rice.

    “Kita semua harus bertanya mengapa?”

    Langkah Amerika untuk menentang resolusi PBB pada hari Senin (24/2/2025) mengejutkan para pemimpin Eropa.

    AS, bersama China dan Rusia, memberikan suara mentang resolusi, sementara Inggris, Prancis, dan sebagian besar negara Eropa lainnya abstain.

    Bahkan di dalam Partai Republik, beberapa anggota terpaksa menyuarakan ketidakpuasan mereka secara terbuka.

    Senator John Curtis dari Utah mengungkapkan kekhawatirannya.

    “Saya sangat prihatin dengan hasil pemungutan suara di PBB hari ini yang menempatkan kita di pihak yang sama dengan Rusia dan Korea Utara,” katanya di media sosial.

    Penasihat Trump berargumen bahwa sang presiden sedang melakukan negosiasi rumit untuk mengakhiri perang.

    Mereka mengklaim bahwa pendekatan Trump, yang berbeda dari presiden sebelumnya, pasti akan menghasilkan kesepakatan yang lebih baik.

    “Presiden Trump tahu cara membuat kesepakatan lebih baik dari siapa pun yang pernah memimpin negara ini,” kata Karoline Leavitt, juru bicara Gedung Putih.

    Namun, Trump tampaknya lebih memilih untuk mendekati Putin, bahkan menyalahkan Ukraina atas perang tersebut, dan menyebut Presiden Zelensky sebagai “diktator tanpa pemilihan umum.”

    Sikap Trump yang lebih ramah terhadap otokrat seperti Putin dan Kim Jong Un semakin jelas ketika ia mengabaikan kritik terhadap Rusia.

    Sementara Trump dengan ramah menjamu Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, harapan Eropa untuk meyakinkan Trump tetap rendah.

    Pada akhirnya, Trump terlihat lebih tertarik pada aliansi dengan Rusia dan Korea Utara, daripada mempertahankan hubungan dengan sekutu tradisional Amerika.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • 3 Alasan AS Kini Dukung Rusia untuk Melawan Ukraina

    3 Alasan AS Kini Dukung Rusia untuk Melawan Ukraina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS), yang kini dipimpin oleh Presiden Donald Trump, telah berubah haluan dalam konflik antara Rusia dan Ukraina. Washington kini mulai mendukung Moskow.

    Lalu apa sebabnya? Berikut beberapa alasan mengapa AS kini terlihat mendukung Ukraina, dirangkum CNBC Indonesia dari beragam sumber, Kamis (27/2/2025).

    AS Ingin Segera Akhiri Perang Ukraina

    Sejak menjabat, pemerintahan Trump mengatakan bahwa mereka setuju untuk mengadakan lebih banyak pembicaraan dengan pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin. Ini dilakukan untuk mengakhiri perang di Ukraina. 

    Pada pertengahan Februari lalu, AS dan Rusia telah melakukan pertemuan yang berlangsung di Riyadh, Arab Saudi. Dalam pertemuan, empat setengah jam di ibu kota Saudi berlangsung, Rusia memperkeras tuntutannya, terutama menegaskan tidak akan menoleransi aliansi NATO yang memberikan keanggotaan bagi Ukraina.

    Ini adalah pertama kalinya pejabat AS dan Rusia duduk bersama untuk membahas cara menghentikan konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II (PD 2). Perlu diketahui penghentian perang yang AS danai, termasuk Ukraina, menjadi salah satu program kampanye Trump.

    Meski demikian, sebenarnya pembicaraan itu sendiri tidak mengajak Ukraina di dalamnya. Bahkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa ia telah menunda kunjungan ke Arab Saudi yang direncanakan pada hari Rabu hingga bulan depan.

    Sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan keputusan tersebut dibuat untuk menghindari pemberian “legitimasi” bagi perundingan AS-Rusia. Kyiv mengatakan perundingan tentang cara mengakhiri perang tidak boleh dilakukan tanpa sepengetahuan Ukraina.

    Trump Buka-bukaan ‘Kangen’ Putin, Ingin Rusia Kembali Geng G-8

    Beberapa waktu lalu Trump mengaku menginginkan kehadiran Rusia kembali dalam kelompok negara-negara ekonomi terkuat dunia, G8. Hal ini terjadi saat Trump terus memberikan sinyal bahwa dirinya akan memperbaiki hubungan antara Washington dan Moskow yang memburuk pasca perang Ukraina.

    Dalam pernyataannya, Trump menegaskan kembali bahwa bergabungnya Rusia di G8 adalah sesuatu yang penting. Diketahui, Rusia sempat dikeluarkan dari kelompok itu pada tahun 2014 setelah melakukan aneksasi terhadap wilayah Semenanjung Krimea dari Ukraina.

    “Saya ingin mereka kembali. Saya pikir adalah sebuah kesalahan untuk menyingkirkan mereka. Begini, ini bukan masalah menyukai Rusia atau tidak menyukai Rusia. Ini adalah G8,” kata Trump di Gedung Putih pekan lalu, seperti dikutip Russia Today.

    Rusia menjadi anggota kelompok tersebut pada tahun 1997. Anggota kelompok itu sendiri juga meliputi Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, AS, dan UE.

    Trump telah berulang kali mengkritik pengecualian Rusia dari kelompok itu dan melontarkan gagasan untuk mengembalikannya selama masa jabatan pertamanya. Pada saat itu, usulan tersebut ditolak oleh anggota klub G7 lainnya. Sementara Moskow sendiri tampaknya tidak menunjukkan minat untuk kembali.

    Ingin Bekerja Sama di Bidang Ekonomi dengan Rusia

    Ekonomi Rusia diketahui mengalami tekanan seiring dengan stimulus fiskal yang besar, suku bunga yang melonjak, inflasi yang sangat tinggi, dan sanksi Barat berdampak buruk pascaserangan Moskow ke Ukraina. Namun, setelah tiga tahun perang, AS justru bisa memainkan peran baru sebagai juru selamat.

    Trump mendorong kesepakatan cepat untuk mengakhiri perang di Ukraina dengan mengambil sejumlah pernyataan keras kepada Ukraina, yang disalahkan atas terjadinya perang itu. Trump juga disebut sedang mempertimbangkan pencabutan sanksi terhadap Moskow.

    “Dorongan Washington muncul saat Moskow menghadapi dua pilihan yang tidak diinginkan,” menurut mantan wakil ketua bank sentral Rusia, Oleg Vyugin, kepada Reuters, awal pekan ini.

    “Rusia dapat menghentikan peningkatan pengeluaran militer saat menekan untuk mendapatkan wilayah di Ukraina atau mempertahankannya dan membayar harganya dengan pertumbuhan yang lambat selama bertahun-tahun, inflasi yang tinggi, dan standar hidup yang menurun, yang semuanya membawa risiko politik.”

    Meskipun pengeluaran pemerintah biasanya merangsang pertumbuhan, pengeluaran non-regeneratif untuk rudal dengan mengorbankan sektor sipil telah menyebabkan pemanasan berlebihan. Hal ini kemudian membuat suku bunga sebesar 21% memperlambat investasi perusahaan dan inflasi tidak dapat dijinakkan.

    “Karena alasan ekonomi, Rusia tertarik untuk menegosiasikan akhir diplomatik dari konflik tersebut,” tutur Vyugin.

    “(Ini) akan menghindari peningkatan lebih lanjut dalam pendistribusian ulang sumber daya yang terbatas untuk tujuan yang tidak produktif. Itulah satu-satunya cara untuk menghindari stagflasi.”

    Meskipun Rusia tidak mungkin dengan cepat mengurangi pengeluaran pertahanan, prospek kesepakatan dengan AS akan meredakan tekanan ekonomi lainnya. Ini dapat membawa keringanan sanksi dan akhirnya kembalinya perusahaan-perusahaan Barat.

    “Rusia akan enggan menghentikan pengeluaran untuk produksi senjata dalam semalam, takut menyebabkan resesi, dan karena mereka perlu memulihkan angkatan darat,” tutur Alexander Kolyandr, peneliti di Pusat Analisis Kebijakan Eropa (CEPA).

    “Tetapi dengan melepaskan beberapa tentara, itu akan sedikit mengurangi tekanan dari pasar tenaga kerja. Tekanan inflasi juga dapat mereda karena prospek perdamaian dapat membuat Washington kurang mungkin memberlakukan sanksi sekunder pada perusahaan-perusahaan dari negara-negara seperti China, membuat impor lebih mudah dan, oleh karena itu, lebih murah.”

    (sef/sef)

  • IHSG ditutup melemah seiring pasar khawatir penerapan tarif Trump

    IHSG ditutup melemah seiring pasar khawatir penerapan tarif Trump

    Ancaman tarif Donald Trump ke Uni Eropa sebesar 25 persen jadi kekhawatiran pasar

    Jakarta (ANTARA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup melemah seiring pelaku pasar, utamanya asing khawatir di tengah penerapan kebijakan tarif oleh Presiden AS Donald Trump.

    IHSG ditutup melemah 120,73 poin atau 1,83 persen ke posisi 6.485,45. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 16,06 poin atau 2,15 persen ke posisi 731,79.

    “Ancaman tarif Donald Trump ke Uni Eropa sebesar 25 persen jadi kekhawatiran pasar,” ujar Ekonom dan Praktisi Pasar Modal Hans Kwee kepada Antara di Jakarta, Kamis.

    Para pelaku pasar terus menilai dampak potensial dari meningkatnya ancaman tarif Presiden AS Donald Trump.

    Pada Rabu, Trump mengindikasikan rencana untuk mempertimbangkan tarif “timbal balik” sebesar 25 persen pada mobil Eropa dan barang-barang lainnya.

    Selain itu, juga mengonfirmasi bahwa tarif pada Meksiko dan Kanada akan berlaku pada tanggal 2 April, bukan batas waktu yang ditetapkan sebelumnya yaitu tanggal 4 Maret.

    Pada sisa pekan ini, para pelaku pasar menantikan rilis GDP Growth Rate kuartalan 2nd Est AS yang diperkirakan menurun dari sebelumnya 3,1 persen menjadi 2,3 persen.

    Core PCE Price Index bulanan AS yang diperkirakan mengalami kenaikan dari sebelumnya 0,2 persen menjadi 0,3 persen, Personal Income bulanan AS yang diperkirakan menurun dari sebelumnya 0,4 persen menjadi 0,3 persen, Personal Spending MoM AS yang diperkirakan menurun dari sebelumnya 0,7 persen menjadi 0,1 persen, dan NBS Manufacturing PMI China yang diperkirakan mengalami kenaikan dari sebelumnya 49,1 menjadi 50.

    Bursa saham Asia bergerak variatif karena Investor tetap berhati-hati menjelang “Two Sessions” pada pekan depan, yang mana pemerintah China akan menguraikan rencana kebijakannya untuk tahun mendatang. Perhatian utama akan tertuju pada rincian langkah-langkah stimulus fiskal yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

    Meskipun demikian, sentimen tetap berhati-hati karena ketidakpastian ekonomi yang sedang berlangsung, kurangnya stimulus yang agresif, dan meningkatnya ketegangan geopolitik dan perdagangan dengan AS.

    Di Jepang, Bank of Japan secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini, menyusul kenaikan inflasi kuartal keempat yang tidak terduga dan pertumbuhan upah yang kuat.

    Dibuka melemah, IHSG betah di teritori negatif hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua IHSG masih betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.

    Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, saru sektor menguat yaitu sektor barang konsumen non primer yang naik sebesar 0,22 persen.

    Sedangkan, sepuluh sektor turun yaitu sektor kesehatan turun paling dalam minus 1,96 persen, diikuti oleh sektor keuangan dan sektor barang baku yang turun sebesar 1,69 persen dan industri 0,11 persen.

    Adapun saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu MSIN, LABA, LIVE, AREA dan TAXI. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni VAST, WAPO, MDRN, KOTA, dan MREI.

    Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.139.000 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 18,51 miliar lembar saham senilai Rp12,98 triliun. Sebanyak 209 saham naik 435 saham menurun, dan 311 tidak bergerak nilainya.

    Bursa saham regional Asia sore ini antara lain Indeks Nikkei menguat 113,80 poin atau 0,30 persen ke 38.256,17, indeks Shanghai menguat 7,85 poin atau 0,23 persen ke 3.388,06, indeks Kuala Lumpur melemah 2,11 persen atau 0,13 poin ke posisi 1,586,60, dan indeks Straits Times menguat 13,14 poin atau 0,34 persen ke 3.921,19.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Ahmad Buchori
    Copyright © ANTARA 2025

  • IHSG Hari Ini Melemah 120,7 Poin Imbas Sentimen Global

    IHSG Hari Ini Melemah 120,7 Poin Imbas Sentimen Global

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini mengalami pelemahan signifikan, turun 120,7 poin atau 1,83% ke level 6.485,4 pada Kamis (27/2/2025). Koreksi ini menghapuskan kenaikan yang tercatat pada sesi perdagangan sebelumnya.

    Sebanyak 196 saham tercatat menguat, sementara 413 saham melemah dan 184 saham lainnya bertahan di posisi stagnan. Total nilai transaksi yang terjadi di bursa mencapai Rp 12,5 triliun dengan volume perdagangan mencapai 18,5 miliar saham yang diperdagangkan pada 1,143 kali transaksi.

    Mayoritas sektor mengalami tekanan pada penutupan perdagangan IHSG hari ini. Sektor kesehatan menjadi yang paling tertekan dengan penurunan sebesar 1,9%, diikuti oleh sektor keuangan yang melemah 1,6%. Sektor barang baku turun 1,4%, infrastruktur melemah 1,3%, serta sektor barang konsumsi primer yang terkoreksi 1,2%.

    Di sisi lain, sektor barang konsumsi nonprimer menjadi satu-satunya yang mencatatkan kenaikan, meskipun hanya sebesar 0,2%.

    Sementara IHSG mengalami tekanan, pergerakan indeks saham di Asia menunjukkan hasil yang beragam. Indeks Shanghai (China) naik 0,2%, Straits Times (Singapura) meningkat 0,2%, dan Nikkei (Jepang) bertambah 0,3%. Sebaliknya, Hang Seng (Hong Kong) melemah 0,2%.

    Menurut Pilarmas Investindo Sekuritas, tekanan terhadap IHSG hari ini dipengaruhi oleh kebijakan tarif baru yang dicanangkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Meski pemerintah AS telah menunda penerapan tarif impor dari Kanada dan Meksiko hingga 2 April mendatang, pasar tetap menunjukkan sikap hati-hati terhadap kebijakan tarif ini.

    “Pemerintahan Trump dalam waktu dekat diperkirakan akan mengumumkan tarif 25% terhadap impor dari Uni Eropa,” ungkap Pilarmas dalam risetnya terkait IHSG hari ini, Kamis (27/2/2025).
     

  • Ekonom: Pelemahan IHSG seiring asing khawatir penerapan tarif AS

    Ekonom: Pelemahan IHSG seiring asing khawatir penerapan tarif AS

    Jakarta (ANTARA) – Ekonom dan praktisi pasar modal Hans Kwee menyampaikan pelemahan signifikan yang terjadi pada indeks harga saham gabungan (IHSG) disebabkan oleh pelaku pasar asing yang keluar dari pasar saham Indonesia (foreign outflow).

    Sikap pelaku pasar asing itu disebabkan oleh berbagai sentimen dari tingkat global, utamanya terkait ancaman penerapan tarif oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke berbagai negara.

    Pertama, Hans menjelaskan pelaku pasar khawatir terhadap ancaman tarif AS ke Uni Eropa sebesar 25 persen, katanya saat dihubungi oleh Antara di Jakarta, Kamis.

    Kedua, lanjutnya, pelaku pasar khawatir seiring adanya rencana penerapan tarif oleh AS untuk Meksiko dan Kanada, yang segera akan dilakukan pada pekan depan.

    “Kemarin pasar juga jatuh, karena rencana tarif untuk Meksiko dan Kanada segera terjadi minggu depan,” ujar Hans.

    Kemudian, ketiga, pelaku pasar khawatir seiring adanya sentimen rencana pembatasan investasi AS ke China.

    “Lalu ada sentimen rencana pembatasan investasi AS ke China,” ujar Hans.

    Seiring dengan itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga memastikan bahwa pelemahan IHSG seiring masih terjadinya dana asing keluar (foreign outflow) dari pasar modal Indonesia.

    Ia mengatakan saat ini pelaku pasar sedang bersikap “wait and see” terhadap data- data perekonomian AS, diantaranya data Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal IV- 2024 dan data Indeks Harga Belanja Personal (PCE) AS

    “Penantian US GDP Kuartal IV- 2024. penantian US PCE data,” ujar Nafan.

    Dari dalam negeri, Ia menyebut volatilitas yang tinggi di pasar saham juga disebabkan oleh kondisi politik maupun ekonomi domestik yang masih belum kondusif.

    “Serta kondisi politik maupun ekonomi domestik yang masih belum kondusif,” ujar Nafan.

    Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (27/02) sore, IHSG ditutup melemah 120,73 poin atau 1,83 persen ke posisi 6.485,45. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 16,06 poin atau 2,15 persen ke posisi 731,39.

    Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.132.000 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 18,13 miliar lembar saham senilai Rp12,18 triliun. Sebanyak 209 saham naik 435 saham menurun, dan 311 tidak bergerak nilainya.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Adi Lazuardi
    Copyright © ANTARA 2025

  • Rupiah melemah dipengaruhi ancaman tarif Trump terhadap tembaga

    Rupiah melemah dipengaruhi ancaman tarif Trump terhadap tembaga

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Rupiah melemah dipengaruhi ancaman tarif Trump terhadap tembaga
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 26 Februari 2025 – 17:11 WIB

    Elshinta.com – Pengamat mata uang Ibrahim Assuabi mengatakan pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi pernyataan Presiden AS Donald Trump terkait ancaman tarif perdagangan terhadap tembaga.

    “Trump menambah sentimen negatif dengan mengancam akan mengenakan tarif pada tembaga,” ucapnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu.

    Berdasarkan informasi dari Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), Trump memperketat kebijakan perdagangan dengan memerintahkan penyelidikan terhadap potensi tarif baru pada impor tembaga.

    Langkah dari AS ini bertujuan untuk memperkuat industri domestik AS yang mendukung sektor kendaraan listrik, perangkat keras militer, dan infrastruktur jaringan listrik.

    Faktor lain dari pelemahan kurs rupiah ialah isyarat Trump terkait tarif 25 persen terhadap Kanada dan Meksiko yang akan tetap berjalan sesuai rencana.

    Presiden AS sempat menandatangani perintah eksekutif pada awal Februari untuk mengenakan tarif sebesar 25 persen terhadap impor dari Kanada dan Meksiko. Kemudian, pemberlakuan tarif atas produk dari kedua negara tersebut di AS ditangguhkan selama 30 hari.

    Setelah hampir sebulan, Trump tetap bersikukuh dengan rencana untuk memberlakukan tarif terhadap Kanada dan Meksiko.

    “Pungutan atas impor dari kedua negara tersebut tepat waktu dan sesuai jadwal meskipun kedua (negara itu) telah berupaya untuk memperkuat keamanan perbatasan,” ungkap Ibrahim.

    Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan pasa Rabu di Jakarta melemah hingga 10 poin atau 0,06 persen menjadi Rp16.381 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.371 per dolar AS.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini turut melemah ke level Rp16.387 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.316 per dolar AS.

    Sumber : Antara