Negara: Kanada

  • Perang Dagang, The Fed Diprediksi Makin Sulit Turunkan Suku Bunga

    Perang Dagang, The Fed Diprediksi Makin Sulit Turunkan Suku Bunga

    Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Andry Asmoro meyakini ruang pemangkasan suku bunga The Fed akan semakin sempit akibat perang dagang antara Amerika Serikat dengan China, Meksiko, dan Kanada.

    Asmo menjelaskan perang tarif dagang akan meningkat biaya impor sehingga berkontribusi kepada peningkatan inflasi di Amerika Serikat (AS). Akibatnya, bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) akan semakin sulit menurunkan suku bunga acuan Fed Funds Rate.

    Para pejabat Federal Reserve, sambungnya, sudah mewanti-wanti bahwa kenaikan tarif yang diinisiasi Presiden AS Donald Trump dapat menyebabkan peningkatan inflasi saat rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 25 Januari lalu.

    Asmo menjelaskan prediksi awal Federal Reserve akan memangkas suku bunga hingga 75 basis poin (bps) selama 2025 yaitu masing-masing 25 bps pada Juni, September, dan Desember. Kendati demikian, eskalasi perang dagang diyakini akan membuat potensi pemangkasan Fed Funds Rate tersebut semakin sempit.

    “Jika risiko inflasi kembali melonjak, pemangkasan suku bunga mungkin tidak sebesar yang diharapkan,” ujar Asmo dalam keterangannya, Rabu (5/3/2025).

    Sejalan dengan itu, suku bunga yang tertahan tinggi akan membuat investor di pasar keuangan beralih ke aset dolar AS karena lebih aman. Dengan demikian, pasar keuangan di negara berkembang seperti Indonesia juga akan terdampak secara negatif sehingga depresiasi rupiah akan berlanjut.

    “Karena investor beralih ke aset yang lebih aman seperti dolar AS, pasar mengalami volatilitas yang besar. Rupiah melemah 1,5% YtD [year to date], sementara IHSG turun -7,7% [YtD] dengan net outflow [modal keluar] investor asing meningkat Rp21,4 triliun,” jelasnya.

    Sebagai informasi, perang dagang sendiri resmi dimulai usai AS menaikkan tarif impor ke produk asal China, Meksiko, dan Kanada mulai 4 Maret 2025. AS resmi menaikkan tarif dari 10% menjadi 20% untuk barang elektronik asal China; AS juga menerapkan tarif 25% ke semua barang asal Meksiko dan Kanada.

    Akibatnya China, Meksiko, dan Kanada pun tidak tinggal diam. China mengumumkan akan mengenakan tarif tambahan sebesar 15% untuk produk pertanian AS, serta pungutan tambahan sebesar 10% untuk produk pangan lainnya.

    Sejalan, Kanada membalas dengan tarif 25% atas impor barang dari AS senilai US$30 miliar, yang nantinya akan diperluas menjadi US$155 miliar. Sementara Meksiko akan mengumumkan rincian tarif balasan untuk barang asal AS paling lambat pada 9 Maret 2025.

  • Masukan Ekonom terkait Langkah RI saat Terjadi Eskalasi Perang Dagang

    Masukan Ekonom terkait Langkah RI saat Terjadi Eskalasi Perang Dagang

    Bisnis.com, JAKARTA — Eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dengan China, Meksiko, dan Kanada membuat banyak pihak resah. Lantas, bagaimana langkah yang harus diambil pemerintah Indonesia agar bisa memanfaatkan perang dagang tersebut?

    Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Andry Asmoro meyakini pemerintah Indonesia harus mendekatkan diri ke pemerintah Amerika Serikat (AS).

    Asmo menjelaskan jika konflik perdagangan terus berlarut-larut maka akan menyebabkan perlambatan volume perdagangan global. Apalagi, sambungnya, China, Meksiko, dan Kanada menyumbang 43% dari keseluruhan impor AS.

    Kendati demikian, dia meyakini pemerintah bisa memanfaatkan situasi. Dia mengingatkan pada tahun lalu ekspor Indonesia ke AS didominasi oleh barang elektronik, pakaian jadi, dan alas kaki, dengan total nilai US$42,5 miliar.

    Menurutnya, terdapat peluang besar untuk lebih meningkatkan ekspor produk-produk tersebut usai terjadi eskalasi perang dagang. Oleh sebab itu, Asmo mendorong pemerintah menegosiasikan pembebasan tarif untuk produk ekspor utama Indonesia dalam pertemuan bilateral dengan AS.

    Selain itu, dia meyakini pemerintah bisa memperbarui program Generalized System of Preferences (GSP) untuk mempertahankan akses istimewa ke pasar AS.

    “Dengan pendekatan terpadu yang mencakup kebijakan perdagangan, stabilitas ekonomi, dan diplomasi strategis, Indonesia dapat mengambil peluang dari perang dagang dan mempertahankan pertumbuhan ekonominya,” jelas Asmo dalam keterangannya, Rabu (5/3/2025).

    Di samping itu, dia menekankan perlunya mitigasi dampak negatif dengan menerapkan kebijakan diversifikasi pasar dengan memperluas perdagangan dengan negara lain.

    Pemerintah, sambungnya, juga dapat memberikan insentif pajak dan subsidi sekaligus menjaga stabilitas nilai tukar melalui kebijakan moneter yang adaptif.

    “Peningkatan hilirisasi industri juga diperlukan untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan baku dan meningkatkan daya saing produk Indonesia,” tutup Asmo.

  • Lindungi Pengguna Android, Google Rilis Pendeteksi SMS Penipuan

    Lindungi Pengguna Android, Google Rilis Pendeteksi SMS Penipuan

    Jakarta

    Google merilis fitur AI baru untuk melindungi pengguna Android dari SMS penipuan. Fitur ini diluncurkan sebagai bagian dari ‘Feature Drop’ terbaru untuk pengguna Android dan Google Pixel.

    Fitur baru tersebut bernama ‘Scam Detection in Google Messages’. Sesuai namanya, fitur ini bekerja mengawasi pesan SMS, MMS, dan RCS secara real time untuk melihat pola yang mencurigakan.

    Begitu fitur ini mendeteksi kemungkinan penipuan, Google Messages akan menampilkan peringatan di layar dan memberikan pengguna pilihan untuk mengabaikan peringatan atau melaporkan dan memblokir pengirim pesan. Google mengatakan fitur ini dirancang untuk percakapan yang awalnya terlihat biasa-biasa saja namun berujung mencurigakan.

    “Perlindungan spam tradisional difokuskan kepada melindungi pengguna sebelum percakapan dimulai, dan kurang efektif terhadap taktik terbaru dari penipu yang berubah menjadi berbahaya di tengah percakapan dan menggunakan teknik rekayasa sosial,” kata Senior Product Manager Google Messages Alberto Pastor Nieto, seperti dikutip dari The Verge, Rabu (5/3/2025).

    “Guna melindungi pengguna dengan lebih baik, kami berinvestasi pada model AI baru yang cerdas yang dapat mendeteksi pola mencurigakan dan memberikan peringatan secara real-time selama percakapan, sekaligus memprioritaskan privasi pengguna,” sambungnya.

    Fitur deteksi SMS penipuan awalnya tersedia dalam bahasa Inggris dan akan diluncurkan di Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada terlebih dulu sebelum diluncurkan ke lebih banyak negara. Fitur ini akan aktif secara default dan hanya memonitor percakapan dengan nomor yang tidak disimpan di kontak.

    Fitur baru Android untuk deteksi penipuan via SMS dan telepon Foto: Google

    Google menekankan semua pesan akan diproses di perangkat untuk menjaga privasi pengguna. Fitur ini dapat dinonaktifkan lewat pengaturan Spam Protection di Google Messages.

    Sistem pendeteksi serupa juga bisa digunakan untuk panggilan telepon. Google memanfaatkan Gemini Nano untuk menganalisis percakapan secara real time dan mengidentifikasi upaya penipuan seperti meminta pengguna melakukan pembayaran via kode gift card.

    Fitur lainnya yang mulai digulirkan untuk pengguna Android adalah opsi untuk membagikan informasi live location ke kontak yang dipercaya di aplikasi Find My. Google mengatakan data lokasi pengguna sudah disimpan secara aman, dan pengguna dapat memilih dengan siapa mereka ingin berbagi lokasi dan berapa lama.

    Fitur serupa sudah tersedia di Google Maps, namun kini pengguna Android bisa mengatur pertemuan atau mencari teman yang hilang di aplikasi yang sama untuk mencari perangkat yang hilang.

    (vmp/vmp)

  • Saham Tesla Anjlok, Kekayaan Elon Musk Menguap USD116 Miliar

    Saham Tesla Anjlok, Kekayaan Elon Musk Menguap USD116 Miliar

    Jakarta: Elon Musk, yang pernah menjadi orang terkaya di dunia, kini harus menerima kenyataan pahit. Kekayaannya merosot drastis akibat anjloknya harga saham Tesla. 
     
    Dalam beberapa bulan terakhir, saham pabrikan mobil listrik tersebut terus tertekan, menyebabkan penurunan besar dalam kekayaan bersih Musk. 
    Apa yang sebenarnya terjadi?
    Melansir laman Forbes, Rabu, 5 Maret 2025, kekayaan Musk susut USD116 miliar. Berdasarkan data real-time dari Forbes, kekayaan Elon Musk anjlok sebesar USD7,1 miliar (sekitar Rp111 triliun) hanya dalam satu hari, membuat total kekayaannya kini berada di angka USD347,7 miliar (sekitar Rp5.448 triliun). 
     
    Padahal, pada Desember lalu, kekayaannya sempat mencapai rekor USD464 miliar (sekitar Rp7.272 triliun). Artinya, dalam beberapa bulan saja, Musk kehilangan sekitar USD116,3 miliar (sekitar Rp1.800 triliun).
     

    Saham tesla merosot, apa penyebabnya?
    Turunnya kekayaan Musk ini sejalan dengan anjloknya harga saham Tesla. Pada 17 Desember 2024, saham Tesla sempat mencapai puncak USD480 per lembar. Namun, kini nilainya telah jatuh ke USD272 per lembar, menandai titik terendah sejak Hari Pemilu di AS.

    Penyebab utama kejatuhan saham Tesla adalah kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Donald Trump terhadap China, Kanada, dan Meksiko. 
    Kebijakan ini memicu gejolak di pasar saham, termasuk indeks S&P 500 yang turun lebih dari 1 persen ke level terendah tahun 2025.
     
    Tesla sangat terdampak karena Tiongkok merupakan pasar terbesar kedua bagi kendaraan listriknya. Selain itu, produsen mobil asal AS ini juga bergantung pada suku cadang impor dari Kanada. 
     
    Chief Financial Officer Tesla, Vaibhav Taneja, telah memperingatkan bahwa kebijakan tarif tersebut bisa memengaruhi bisnis dan profitabilitas perusahaan.
     

    Seberapa besar kerugian Elon Musk?
    Sebagai gambaran, total kerugian kekayaan Musk sebesar USD 116 miliar (Rp1.800 triliun) lebih besar dari total kekayaan pendiri Microsoft, Bill Gates, yang saat ini memiliki USD 108,1 miliar (sekitar Rp1.693 triliun). 
     
    Bahkan, jumlah tersebut hampir dua kali lipat dari kekayaan orang terkaya di Asia, Mukesh Ambani, yang memiliki USD 85,6 miliar (sekitar Rp1.340 triliun).

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Video: Trump Lempar “Bom” Tarif, China hingga Kanada Membalas

    Video: Trump Lempar “Bom” Tarif, China hingga Kanada Membalas

    Jakarta, CNBC Indonesia- Genderang perang mulai ditabuh Presiden AS Donald Trump, setelah resmi memberlakukan kebijakan tarif baru terhadap barang-barang dari Meksiko, Kanada, dan China per 4 Maret 2025. Kebijakan itu sontak membuat bikin panas tiga negara tersebut. Lalu apa alasan Trump bersikeras menerapkan tarif untuk sejumlah negara tersebut? Dan seperti apa sikap negara-negara tersebut? Simak paparan Andi Shalini, selengkapnya dalam program Power Lunch CNBC Indonesia (Rabu, 05/03/2025) berikut ini.

  • Perang Dagang Makin Panas, Menko Airlangga Percepatan Aksesi RI Jadi Anggota OECD

    Perang Dagang Makin Panas, Menko Airlangga Percepatan Aksesi RI Jadi Anggota OECD

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan kunjungan kerja ke Paris, Prancis untuk mempercepat aksesi Indonesia menjadi anggota penuh Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD.

    Selama 3—5 Maret 2025, Airlangga dijadwalkan bertemu dengan Menteri Keuangan Prancis Eric Lombard, Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann, dan sejumlah Duta Besar Negara OECD seperti Australia, Jepang, Belanda, Inggris, Polandia, Irlandia, Jerman, Prancis, dan Korea Selatan.

    “Pertemuan dengan Sekjen OECD diperlukan untuk membahas langkah lanjutan terkait proses aksesi Indonesia, terutama penyampaian Initial Memorandum Indonesia pada Pertemuan Dewan OECD Tingkat Menteri pada Juni 2025,” ujar Airlangga dalam keterangannya, dikutip pada Rabu (5/3/2025).

    Proses aksesi Indonesia ke OECD sendiri harus melalui proses evaluasi yang mendalam terkait aspek tata kelola ekonomi, tata kelola publik, serta kemampuan, kapasitas, dan peran di tataran regional dan global.

    Airlangga menyatakan pemerintah tengah dalam tahap merampungkan dokumen Initial Memorandum untuk menilai kesesuaian antara kebijakan, regulasi, dan standar Indonesia terhadap instrumen OECD.

    Politisi Partai Golkar itu pun mengaku akan menyampaikan berbagai inisiatif dan reformasi kebijakan yang telah dilakukan Indonesia untuk mendorong proses aksesi OECD ini. Dia turut akan meyakinkan sejumlah Duta Besar negara OECD untuk menindaklanjuti komitmen dukungan terhadap aksesi Indonesia.

    “Dukungan dari beberapa negara mitra sudah dimanfaatkan, sementara komitmen beberapa negara yang lain perlu didorong realisasinya,” kata Airlangga.

    Sebagai informasi, pertemuan Airlangga dengan OECD ini dilakukan di tengah ekskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, Meksiko, dan Kanada.

    Perang dagang antara AS-China misalnya. Pemerintah AS mengumumkan kenaikan pungutan tambahan atas sejumlah barang asal China seperti penggandaan bea masuk atas semikonduktor asal China menjadi 50% dan penggandaan bea masuk atas kendaraan listrik asal China menjadi lebih dari 100%.

    Selain itu, tarif sebesar 20% akan berlaku untuk beberapa barang elektronik asal China yang banyak diminati konsumen AS seperti gawai, laptop, konsol permainan video, jam tangan pintar, speaker, hingga perangkat Bluetooth.

    Akibatnya, kini pemerintah China langsung merespons tarif baru dari AS tersebut. Kementerian Keuangan China dalam pernyataan resminya mengumumkan akan mengenakan tarif tambahan sebesar 15% pada ayam, gandum, jagung, dan kapas asal AS, serta pungutan tambahan sebesar 10% pada kedelai, sorgum, daging babi, daging sapi, produk akuatik, buah-buahan, sayur-sayuran, dan impor susu asal AS mulai 10 Maret.

    Airlangga sendiri meyakini dengan bergabung ke OECD, Indonesia akan dapat meningkatkan daya saing dalam berbagai sektor dan bidang, termasuk dalam perdagangan dunia.

    “Pemerintah Indonesia optimis bahwa aksesi Indonesia ke OECD ini akan memberikan dampak positif yang luas, baik dalam peningkatan kualitas kebijakan ekonomi maupun dalam peningkatan kerja sama internasional yang lebih kuat,” tutupnya.

  • Perang Dagang Trump Ancam Stabilitas Ekonomi AS

    Perang Dagang Trump Ancam Stabilitas Ekonomi AS

    Bisnis.com, JAKARTA — Perekonomian AS yang dipuji atas ketahanannya menghadapai pandemi, inflasi tinggi, dan kenaikan suku bunga yang cepat, kini harus menghadapi tantangan baru dari perang dagang yang dideklarasikan sendiri oleh Presiden Donald Trump. 

    Melansir Reuters, Rabu (5/3/2025), kebijakan tarif Trump tersebut dipandang oleh para ekonom sebagai sumber dari turunnya lapangan kerja, perlambatan pertumbuhan, dan kenaikan harga.

    Dampak kebijakan ini diperkirakan akan luas dan berkepanjangan, kecuali Trump mengubah arah di tengah gejolak pasar saham dan melemahnya kepercayaan konsumen serta dunia usaha. AS kini harus beradaptasi dengan lonjakan tarif sebesar 25% untuk sebagian besar barang impor dari Kanada dan Meksiko—dua mitra dagang terdekatnya—serta tarif tambahan 10% terhadap produk dari China.

    Kanada dan China telah mengumumkan tarif balasan terhadap produk AS, sementara Meksiko diperkirakan akan mengikuti langkah serupa dalam beberapa hari ke depan.

    Kepala ekonom KPMG Diane Swonk mengatakan kebijakan ini tidak hanya akan memicu lonjakan harga tetapi juga dapat menghambat permintaan. Jika konsumen mulai mengurangi belanja dan perusahaan menahan investasi serta perekrutan akibat ketidakpastian yang meningkat, dampaknya bisa meluas ke seluruh perekonomian.

    Swonk juga menyoroti risiko tambahan, seperti potensi pengetatan kredit oleh bank yang lebih berhati-hati dalam memberikan pinjaman kepada usaha kecil. Kemungkinan resesi pada awal tahun depan tidak bisa diabaikan, menurutnya.

    Beberapa analis bahkan memperkirakan bahwa dampaknya bisa meluas ke seluruh Amerika Utara, mengingat betapa besarnya ketergantungan ekonomi Kanada dan Meksiko pada ekspor ke AS. Jika negara-negara ini terus memperketat kebijakan balasan mereka, pukulan terhadap ekonomi AS bisa semakin dalam.

    “Saat ini kita memiliki banyak perang dagang di berbagai bidang,” kata Swonk. 

    Analisisnya menunjukkan tingkat tarif efektif yang tersebar di sekitar US$3 triliun impor AS dapat meroket menjadi 16% pada awal 2026 dari tingkat dasar saat ini sekitar 3% jika Trump menindaklanjuti semua ancamannya. 

    “Itu akan menjadi tingkat tertinggi sejak 1936,” selama Depresi Besar, dan ‘membuat Anda menggoda dengan stagflasi’—kondisi ekonomi di mana pertumbuhan yang lemah, pengangguran yang tinggi, dan inflasi yang terus-menerus yang menjadi ciri khas tahun 1970-an.

     Meskipun ekonomi AS saat ini diatur secara berbeda dari tahun 1930-an atau 1970-an, tindakan Trump dan ketidakpastian mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya masih mengejutkan pasar yang berharap bahwa penerapan tarif hanya merupakan gertakan untuk mendapatkan pengaruh dalam negosiasi dengan mitra dagang.

    Indeks S&P 500 telah mengalami penurunan tajam sejak Trump pada hari Senin memupuskan ekspektasi penangguhan tarif di menit-menit terakhir, dan saat ini turun sekitar 5,5% dari level tertinggi sepanjang masa pada tanggal 19 Februari. Imbal hasil obligasi negara AS telah jatuh ke level terendah sejak Oktober.

  • Rupiah Dibuka Makin Perkasa dari Dolar AS, Segini Sekarang – Page 3

    Rupiah Dibuka Makin Perkasa dari Dolar AS, Segini Sekarang – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi di Amerika Serikat (AS) berdampak pada pelemahan dolar AS, yang turut mendorong penguatan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

    Dikutip dari ANTARA, Rabu (5/3/2025), pada pembukaan perdagangan hari Rabu di Jakarta, rupiah tercatat menguat 14 poin atau 0,09 persen menjadi 16.431 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya di 16.445 per dolar AS.

    Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, menyatakan bahwa ketidakpastian ekonomi AS menjadi faktor utama di balik pergerakan ini.

    Pelemahan Dolar AS Akibat Kebijakan Tarif Impor

    Indeks dolar AS melemah ke level 105,6, posisi terendah sejak awal Desember 2024. Penyebab utama pelemahan ini adalah kebijakan tarif impor baru yang diberlakukan terhadap Kanada, Meksiko, dan China. Langkah ini memicu kekhawatiran investor mengenai prospek ekonomi AS ke depan.

    Presiden AS Donald Trump mengumumkan pada Senin (3/3) bahwa tarif impor sebesar 25 persen untuk produk asal Kanada dan Meksiko mulai berlaku pada Selasa (4/3).

    Sebelumnya, kebijakan ini telah ditandatangani sejak 1 Februari namun mengalami penundaan satu bulan. Selain itu, AS juga mengenakan tarif impor 10 persen terhadap barang asal China sebagai langkah lanjutan untuk menekan peredaran fentanil di dalam negeri, sehingga total tarif impor terhadap produk China meningkat menjadi 20 persen.

     

  • Harga Emas Antam Makin Tak Terkendali, Tembus Termahal Lagi – Page 3

    Harga Emas Antam Makin Tak Terkendali, Tembus Termahal Lagi – Page 3

    Harga emas naik pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta), didorong oleh melemahnya dolar Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah meningkatnya konflik perdagangan menyusul pemberlakuan tarif baru oleh Presiden AS Donald Trump.

    Dikutip dari CNBC, Rabu (5/3/2025), harga emas dunia di pasar spot naik 0,7% menjadi USD 2.914 per ons. Sedangkan harga emas batangan telah naik lebih dari 11% sepanjang tahun ini dan mencapai rekor tertinggi USD 2.956,15 pada tanggal 24 Februari.

    Sementara harga emas berjangka AS naik 0,8% ke USD 2.925,1.

    “Penerapan tarif membawa ketidakpastian tingkat tinggi ke pasar, dan produk-produk safe haven seperti emas dan perak terus berkinerja baik,” kata Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures, David Meger.

    “Dolar mengalami tekanan terhadap beberapa mata uang utama lainnya, sehingga hal itu juga memberikan dukungan,” tambahnya.

    Tarif baru Trump sebesar 25% atas impor dari Meksiko dan Kanada mulai berlaku pada pukul 05.01 GMT. Ia juga menggandakan bea masuk atas barang-barang China menjadi 20%. China langsung membalas dengan tarif tambahan sebesar 10%-15% atas impor AS tertentu mulai 10 Maret dan serangkaian pembatasan ekspor baru untuk entitas AS tertentu.

    Indeks dolar AS turun 0,7%, mencapai level terendah sejak Desember dan membuat emas yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.

    Fokus investor beralih ke laporan ketenagakerjaan ADP yang akan dirilis pada hari Rabu dan laporan penggajian nonpertanian AS pada hari Jumat untuk petunjuk tentang lintasan suku bunga Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed).

  • Harga Minyak Anjlok ke Level Terendah, Harga BBM Bakal Turun? – Page 3

    Harga Minyak Anjlok ke Level Terendah, Harga BBM Bakal Turun? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia turun ke posisi terendah dalam beberapa bulan pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta) setelah laporan mengenai rencana OPEC+ untuk melanjutkan peningkatan produksi pada bulan April. Sementara tekanan harga minyak lebih lanjut diterapkan oleh tarif AS terhadap Kanada, Meksiko, dan China serta tarif pembalasan Beijing.

    Harga minyak Brent berjangka ditutup 58 sen lebih rendah, atau 0,8%, pada USD 71,04 per barel. Harga terendah sesi ini adalah USD 69,75 per barel, terendah sejak September.

    Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 11 sen per barel atau 0,2%, menjadi USD 68,26. Harga acuan sebelumnya turun menjadi USD 66,77 per barel, terendah sejak November.

    “Tren penurunan harga minyak saat ini terutama disebabkan oleh keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi dan penerapan tarif AS,” kata Ahli Strategi Komoditas Phillip Nova, Darren Lim.

    Ia mengatakan faktor lainnya adalah keputusan Presiden Donald Trump untuk menghentikan semua bantuan militer AS ke Ukraina setelah bentrokan di Ruang Oval dengan Presiden Volodymyr Zelenskiy minggu lalu.

    OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, pada hari Senin memutuskan untuk melanjutkan rencana peningkatan produksi minyak pada bulan April sebesar 138.000 barel per hari, yang pertama sejak 2022.

    Langkah tersebut mengejutkan pasar, kata Bjarne Schieldrop, kepala analis komoditas di SEB.

    “Perubahan strategi OPEC terlihat seperti mereka lebih mengutamakan politik daripada harga. Politik tersebut kemungkinan terkait dengan upaya Donald Trump,” kata Schieldrop, merujuk pada seruan presiden AS untuk menurunkan harga minyak.

    Tarif AS  sebesar 25% pada impor dari Kanada dan Meksiko mulai berlaku pada pukul 12:01 dini hari EST (0501 GMT) pada hari Selasa, dengan tarif 10% pada energi Kanada, sementara tarif pada impor barang-barang Tiongkok dinaikkan menjadi 20% dari 10%.

    Para analis memperkirakan tarif akan mengekang aktivitas ekonomi dan permintaan energi, sehingga membebani harga minyak.