Negara: Kanada

  • Mahkamah Agung AS Siap Putuskan Nasib Kebijakan Tarif Trump

    Mahkamah Agung AS Siap Putuskan Nasib Kebijakan Tarif Trump

    Bisnis.com, SURABAYA – Mahkamah Agung Amerika Serikat pada Rabu (5/11/2025) waktu setempat akan mulai menguji legalitas penggunaan wewenang darurat oleh Presiden AS Donald Trump untuk memberlakukan tarif impor besar-besaran.

    Kasus ini dipandang sebagai ujian hukum penting yang dapat mendefinisikan ulang batas kewenangan presiden dalam kebijakan perdagangan.

    Melansir Kantor Berita Anadolu pada Selasa (4/11/2025), koalisi yang terdiri atas sejumlah pelaku usaha kecil dan beberapa negara bagian AS menilai bahwa sebagian besar tarif yang diberlakukan Trump di bawah International Emergency Economic Powers Act (IEEPA) bersifat ilegal dan seharusnya dibatalkan.

    Adapun, IEEPA merupakan undang-undang tahun 1977 yang memungkinkan sanksi terhadap ancaman tidak biasa dan luar biasa.

    Jika Mahkamah Agung memutuskan mendukung para penggugat, pemerintah federal berpotensi harus mengembalikan sebagian dari total pungutan pajak impor yang mencapai sekitar US$90 miliar sejak kebijakan tarif itu diberlakukan.

    Trump pertama kali menggunakan kewenangan darurat pada Februari untuk mengenakan tarif terhadap produk asal China, Meksiko, dan Kanada, sebelum memperluas cakupan kebijakan tersebut pada April hingga mencakup hampir semua mitra dagang AS. Ia menyebut defisit perdagangan AS sebagai darurat nasional.

    Melalui platform Truth Social, Trump pada Agustus lalu memperingatkan bahwa pembatalan tarif tersebut akan menghancurkan perekonomian AS. Akhir pekan lalu, dia menegaskan tidak akan menghadiri sidang Mahkamah Agung guna menghindari gangguan. 

    Namun, Trump memperingatkan bahwa kekalahan dalam kasus ini akan melemahkan posisi AS dan menghambat negosiasi perdagangan di masa mendatang.

    Para pengkritik menilai bahwa meskipun IEEPA memberi kewenangan kepada presiden untuk mengatur perdagangan, undang-undang tersebut tidak memberikan wewenang untuk menetapkan tarif, yang menurut mereka merupakan hak konstitusional milik Kongres.

    Kasus ini merupakan kelanjutan dari serangkaian putusan di pengadilan tingkat bawah. Pada Agustus, pengadilan banding federal dengan suara 7–4 memutuskan bahwa Trump telah melampaui batas kewenangan hukumnya. 

    Putusan lain pada 29 Agustus 2025 juga menyatakan bahwa kebijakan tarif tersebut diberlakukan secara tidak sah tanpa persetujuan Kongres.

    Keputusan akhir Mahkamah Agung yang dijadwalkan keluar awal tahun depan diperkirakan akan berdampak besar terhadap hubungan dagang AS dengan Uni Eropa dan mitra global lainnya.

  • Video: Industri Konsumer Dorong Pertumbuhan Lewat Inovasi dan Ekspansi

    Video: Industri Konsumer Dorong Pertumbuhan Lewat Inovasi dan Ekspansi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah pelemahan rupiah dan perlambatan ekonomi yang menekan konsumsi, Konimex menunjukkan ketangguhannya dengan terus memperluas pasar dan berinovasi. Perusahaan ini mencatat langkah strategis lewat ekspor perdana ke Kanada pada 10 Juni 2025, yang dinilai sebagai tonggak penting dalam membuktikan kualitas produk Indonesia di pasar global. Chief Strategy Officer Konimex Edward Joesoef, menyebut ekspor ke Kanada menjadi validation point karena mampu menembus regulasi ketat di negara maju. Keberhasilan ini juga diharapkan menjadi gerbang bagi ekspansi ke wilayah Amerika Utara seperti Amerika Serikat dan Meksiko.

    Edward menuturkan, tantangan utama Konimex saat ini terletak pada perbedaan karakter pasar antara sektor farmasi dan makanan. Namun dengan fokus pada efisiensi, penguatan rantai pasok, serta inovasi produk, pihaknya optimistis dapat menjaga margin dan memperluas ekspansi global di tengah tekanan ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.

    Selengkapnya saksikan dialog Safrina Nasution bersama Chief Strategy Officer Konimex Edward Joesoef di Program Closing Bell CNBC Indonesia, Selasa (4/11/2025).

  • Viral Curhat Wanita Pekalongan ‘Keracunan Enoki’, Berujung Dilarikan ke IGD

    Viral Curhat Wanita Pekalongan ‘Keracunan Enoki’, Berujung Dilarikan ke IGD

    Jakarta

    Wanita 26 tahun di Pekalongan mendadak viral pasca dirinya menceritakan pengalaman mengonsumsi jamur enoki, yang berujung keracunan. Kala itu, ia mengaku mengeluhkan gejala mual muntah tak kunjung membaik.

    “Habis makan enoki, asam lambung naik terus muntah-muntah putih setiap beberapa menit, lebih dari 10 kali,” cerita Ameliya, dalam akun pribadi TikToknya, dikutip detikcom atas izin yang bersangkutan Rabu (4/11/2025).

    Ia kemudian dilarikan ke IGD dengan kondisi kuku sudah membiru keunguan dan seluruh badannya terasa dingin. Ameliya merasa tubuhnya sangat lemas.

    “Sampai nggak bisa ngerasain badan lagi, jantung lemah padangan sudah kosong,” lanjut dia.

    Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter menyebut Ameliya terkena infeksi bakteri dari enoki, sementara asam lambung yang dialaminya karena rasa pedas dari seblak yang dikonsumsi berbarengan dengan jamur enoki.

    Dokter kala itu menyarankan Ameliya untuk menyetop sementara konsumsi jamur enoki, lantaran tinggi risiko infeksi bakteri dari makanan yang tidak diolah dengan baik.

    “Yang pecinta enoki kaya aku mending stop apalagi suka dicampurin sama seblak jangan sampai kaya aku,” pungkasnya.

    Belum diketahui pasti infeksi bakteri jenis apa yang dialami Alemiya hingga mengalami keracunan. Namun, jamur enoki sebelumnya memang sempat disorot terkait kontaminasi bakteri Listeria monocytogenes yang menyebabkan kejadian Luar Biasa (KLB) di Amerika Serikat, Kanada, dan Australia.

    Pakar keamanan pangan UGM, Prof Dr I Endang S Rahayu, MS, menyebutkan bakteri Listeria monocytogenes merupakan salah satu bakteri patogen yang bisa mengakibatkan infeksi usus atau listeriosis. Bakteri yang ikut terkonsumsi akan tumbuh di usus dan menyerang mukosa. Selanjutnya, masuk ke dalam pembuluh darah dan menyerang jaringan yang lain, termasuk saraf. Bisa menimbulkan efek serius pada golongan rentan seperti, balita, lansia, serta ibu hamil.

    “Bakteri yang terkonsumsi ibu hamil juga bisa membahayakan kandungan,” tuturnya, beberapa waktu lalu.

    Trisye, sapaan akrab dari Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM ini, menjelaskan bakteri tersebut dikenal sebagai bakteri psikrotrofik yang dapat tumbuh pada suhu rendah. Mampu tumbuh di antara suhu 1 hingga 44 derajat celcius, dengan suhu optimum 35 hingga 37 derajat celcius. Namun, pada suhu 7 hingga 10 derajat celcius masih bisa tumbuh dengan cepat.

    Listeria monocytogenes juga dapat bertahan pada kondisi garam yang tinggi dan pH>5. Selain itu, juga resisten terhadap pengeringan.

    “Kendati begitu, akan mati jika terpapar suhu pasteurisasi yakni 80 derajat celcius,” terang Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM ini.

    Listeria monocytogenes biasanya terdistribusi luas di tanah, kotoran, feses, saluran air, dan perlatan yang tidak bersih. Sementara makanan yang sering terkontaminasi adalah berbagai jenis makanan yang disimpan di suhu dingin.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/naf)

  • Longsor Salju di Nepal “Sapu” Para Pendaki, Korban Jiwa Berjatuhan

    Longsor Salju di Nepal “Sapu” Para Pendaki, Korban Jiwa Berjatuhan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Upaya penyelamatan terus dilakukan di wilayah pegunungan timur Nepal setelah longsoran salju menerjang sebuah kamp pendakian di Gunung Yalung Ri dan menewaskan sedikitnya tiga orang pada Senin (3/11/2025). Empat pendaki asing hingga kini masih dinyatakan hilang.

    Menurut pejabat kepolisian senior setempat, Gyan Kumar Mahato, insiden tersebut terjadi di ketinggian sekitar 5.630 meter di puncak Yalung Ri, wilayah Distrik Dolakha. Ia mengatakan, longsoran itu menghantam kelompok berisi 12 orang yang tengah berada di kamp pendakian gunung tersebut.

    “Tiga orang telah dipastikan tewas, dua di antaranya warga Nepal dan satu warga asing,” ujar Mahato kepada AFP, mengutip laporan warga di lokasi kejadian. Ia menambahkan bahwa empat pendaki asing masih belum ditemukan, namun belum dapat memastikan kebangsaan para korban maupun yang hilang.

    Beberapa media lokal melaporkan jumlah korban jiwa bisa mencapai tujuh orang, dengan menyebut di antara korban terdapat warga Amerika Serikat, Italia, dan Kanada. Namun, laporan itu belum dapat dikonfirmasi secara resmi oleh pihak berwenang.

    Cuaca buruk di kawasan Dolakha telah menghambat upaya evakuasi. Hujan salju lebat dan kabut tebal membuat helikopter penyelamat tidak dapat mendarat di lokasi pada hari kejadian.

    “Kondisi cuaca sangat sulit. Helikopter baru bisa mendarat di sekitar lokasi sore hari, dan operasi pencarian serta penyelamatan akan dilanjutkan Selasa pagi,” kata Mahato.

    Nepal, yang menjadi rumah bagi delapan dari sepuluh puncak tertinggi di dunia termasuk Gunung Everest, setiap tahun menarik ratusan pendaki dan pejalan kaki dari seluruh dunia.

    Namun, ekspedisi musim gugur di Himalaya biasanya lebih sepi dibanding musim semi, karena hari-hari yang lebih pendek, suhu lebih rendah, dan kondisi salju yang berat membuat waktu pendakian ke puncak jauh lebih sempit.

    Bencana di Yalung Ri terjadi hanya beberapa hari setelah Siklon Montha memicu hujan deras dan salju di berbagai wilayah Nepal. Akibatnya, banyak wisatawan dan pendaki terjebak di jalur-jalur trekking populer di pegunungan Himalaya.

    Dalam insiden terpisah, dua pendaki asal Italia juga dilaporkan hilang saat mendaki sebuah puncak terpencil di bagian barat Nepal.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Akankah PM Kanada Penuhi Undangan Xi Jinping Tahun Baruan di China?

    Akankah PM Kanada Penuhi Undangan Xi Jinping Tahun Baruan di China?

    JAKARTA – Kanada dan China pada Jumat 31 Oktober mengadakan pembicaraan formal pertama antar pemimpin kedua negara sejak terakhir berlangsung pada 2017. 

    Perdana Menteri (PM) Kanada Mark Carney pada Sabtu 1 November mengungkapkan pertemuannya dengan Presiden China Xi Jinping di sela KTT APEC 2025 di Korea Selatan itu sebagai “titik balik” dalam hubungan bilateral kedua negara.

    “Kami sekarang telah membuka jalan ke depan untuk mengatasi masalah-masalah terkini,” kata Carney merujuk pada China kepada para wartawan di kota Gyeongju, Korea Selatan, Sabtu waktu setempat, dikutip dari AFP.

    “Diskusi kami secara keseluruhan konstruktif,” tambahnya.

    Carney mengatakan saat bertemu dengan Xi Jinping mendapat undangan untuk berkunjung ke China dalam momen “tahun baruan”.

    Menurut Carney, yang terpenting dari itu semua adalah tindaklanjut dari pertemuan sehingga hubungan Kanada-China semakin kuat, terutama dalam kerja sama dan pertumbuhan ekonomi. 

    “Saya mengarahkan para menteri dan pejabat kami untuk bekerja sama guna menemukan solusi atas tantangan-tantangan saat ini dan untuk mengidentifikasi area-area untuk kerja sama dan pertumbuhan,” ujarnya.

    Kanada dan China diketahui sama-sama terperangkap dalam sanksi tarif Pemerintahan Presiden AS Donald Trump. 

    Untuk Kanada, Trump bersikap keras. Pada Agustus 2025, Trump menetapkan tarif 35 persen terhadap produk-produk dari Kanada yang tidak terkait dengan Perjanjian Amerika Serikat–Meksiko–Kanada (USMCA). 

    Selain itu, untuk tarif sektor baja dan aluminium Trump memberlakukan tarif sebesar 50 persen untuk Kanada membuat perekonomian negara tersebut terdampak.

    Pada Sabtu 25 Oktober, Trump kembali mengumumkan kenaikan tarif barang-barang Kanada sebesar 10 persen dengan pembatalan seluruh negosiasi perdagangan menyusul iklan menyentil Pemerintah AS yang disiarkan di Otario, Kanada. 

  • KTT APEC 2025: Momen Keakraban Xi Jinping dan Prabowo di Sesi Foto Bersama

    KTT APEC 2025: Momen Keakraban Xi Jinping dan Prabowo di Sesi Foto Bersama

    Bisnis.com, GYEONGJU — Terdapat momen menarik dari formasi sesi foto bersama (family photo) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC 2025 di Gyeongju, Korea Selatan, memperlihatkan posisi strategis Presiden Prabowo Subianto, yang berdiri di barisan depan bersama para pemimpin utama kawasan Asia Pasifik.

    Berdasarkan pantauan Bisnis, dari susunan yang terlihat, Presiden Prabowo berdiri di barisan depan diapit oleh Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung selaku tuan rumah di sisi kiri dan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi di sisi kanan.

    Bahkan, sebelum memulai sesi foto terlihat orang nomor satu di Indonesia itu menyalami tangan dari Presiden China Xi Jinping dan melakukan obrolan dengan Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Christopher Luxon.

    Posisi ini berbeda saat agenda APEC Economic Leaders’ Meeting (AELM), di mana dalam sesi pertemuan para pemimpin ekonomi Asia-Pasifik, Prabowo duduk diapit oleh Kepala Eksekutif Hong Kong (China) John Lee di sebelah kiri, dan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi di sebelah kanan.

    Namun, pengaturan penempatan kursi ini ternyata mengikuti urutan alfabet berdasarkan nama ekonomi anggota APEC, yang menjadi tradisi resmi dalam setiap pertemuan tingkat tinggi AELM.

    Di barisan yang sama untuk sesi foto, juga berdiri para pemimpin dari Malaysia, Selandia Baru, dan Filipina di sisi kanan Prabowo, serta China, Chile, dan Kanada di sisi kiri. Sedangkan di barisan belakang tampak sejumlah kepala pemerintahan dari Amerika Serikat, Vietnam, Thailand, Singapura, Rusia, hingga Meksiko dan Peru.

    Penempatan posisi dalam family photo APEC bukan sekadar simbol protokoler, melainkan juga mencerminkan status diplomatik dan kontribusi ekonomi tiap negara anggota dalam forum kerja sama tersebut.

    Dengan ditempatkannya Presiden Prabowo di barisan tengah, Indonesia menunjukkan pengakuan atas peran aktifnya dalam isu rantai pasok global, transisi energi, dan kemitraan strategis lintas kawasan.

    “Dan kami semua telah belajar dari sejarah bahwa Indonesia telah memimpin pembentukan semangat [di KTT Asia-Afrika] Bandung. Dan jika melihat elemen-elemen kunci dari semangat Bandung, itu adalah keseimbangan, otonomi strategis, kerja sama, dan pragmatisme. Dan nilai-nilai ini merupakan pilar yang sangat kuat bagi kebijakan luar negeri Korea Selatan,” kata Lee Jae-myung saat melakukan pertemuan bilateral dengan Prabowo.

  • Jannik Sinner Pijak Babak Perempat Final Paris Masters 2025

    Jannik Sinner Pijak Babak Perempat Final Paris Masters 2025

    JAKARTA – Jannik Sinner melaju ke babak perempat final Paris Masters untuk pertama kali dalam kariernya setelah ia mengalahkan petenis asal Argentina, Francisco Cerundolo.

    Petenis asal Italia itu bergerak dengan hati-hati di poin-poin awal pada set pertama, tetapi tidak pernah menerima perawatan medis dalam laga yamg berakhir dengan skor 7-5 dan 6-1 pada Kamis, 30 Oktober 2025, waktu setempat.

    Kemenangan ini membuat petenis 24 tahun tersebut menjaga harapannya untuk kembali ke peringkat satu dunia yang saat ini diduduki oleh petenis Spanyol, Carlos Alcaraz.

    “Saya mengakhiri pertandingan dan merasa jauh lebih baik. Semoga ini memberi saya kepercayaan diri untuk memulai dengan baik besok,” kata Sinner dilansir ATP.

    Kemenangan ini membuat Sinner menjadi petenis Italia pertama yang berhasil mencapai babak perempat final di semua sembilan turnamen ATP Masters 1000.

    Petenis yang telah mengoleksi empat Grand Slam dalam kariernya itu sejauh ini tercatat meraih titel di turnamen Masters 1000, yakni di Miami, Kanada, Cincinnati, dan Shanghai.

    “Semoga saya bisa pulih secara fisik, yang menjadi prioritas utama saya. Hari ini ialah pertandingan hebat dan penampilan luar biasa dari saya,” ujar Sinner.

    Sinner otomatis akan kembali ke posisi teratas pada awal pekan depan jika ia berhasil memanfaatkan kekalahan Alcaraz dengan meraih gelar Masters 1000 pertamanya musim ini.

    Sinner selanjutnya akan bertemu dengan Ben Shelton. Petenis asal Amerika Serikat itu mengalahkan Andrey Rublev dengan skor akhir 7-6(6) dan 6-3.

    Shelton mengalahkan Sinner di Shanghai pada 2023, tetapi kalah dalam enam pertemuan berikutnya tanpa memenangi satu set sehingga ia jelas tidak diunggulkan dalam bentrok ini.

  • 3 Fitur Baru TikTok Berbasis AI untuk Permudah Pengguna Bikin Konten

    3 Fitur Baru TikTok Berbasis AI untuk Permudah Pengguna Bikin Konten

    Liputan6.com, Jakarta – TikTok mengumumkan tiga fitur baru di Tiktok US Creator Summit, Amerika Serikat (AS). Fitur ini mencakup pembaruan sistem bagi hasil untuk kreator yang menawarkan langganan.

    Dilansir The Verge, Jumat (31/10/2025), fitur ini dapat membantu tahap awal membuat video dan saat menyunting video panjang menjadi lebih pendek.

    Fitur pertama adalah Smart Split, alat penyunting video panjang menjadi lebih pendek. Meskipun berfungsi untuk video yang lebih dari satu menit, TikTok menyarankan alat ini untuk rekaman podcast panjang atau rekaman seharian.

    Pengguna dapat memilih bagian video yang ingin dipendekkan. Nantinya Smart Split yang akan mengerjakan sisanya, seperti memilih durasi, membuat teks, dan bahkan membingkai ulang konten secara vertikal.

    Fitur ini tersedia global melalui platform manajemen web TikTok Studio.

    Fitur kedua adalah AI Outline, yang dirancang untuk digunakan bahkan sebelum rekaman. Sesuai namanya, alat ini menggunakan AI untuk membuat kerangka video berdasarkan permintaan atau topik yang banyak dicari.

    Kerangka ini mencakup judul video, tagar, hook, dan ide skrip yang dibuat otomatis. Nantinya, hasil dari konten masih bisa diedit dan disempurnakan oleh kreator sesuai preferensinya.

    Berbeda dengan Smart Split, AI Outline akan dirilis terbatas, hanya tersedia mulai Rabu (29/10/2025) untuk kreator TikTok di atas 18 Tahun di AS, Kanada, dan “pasar tertentu”.  Nantinya akan diluncurkan lebih luas dalam beberapa minggu mendatang.

    Fitur ketiga yaitu Pembaruan Pembagian Pendapatan Langganan yang memungkinkan kreator menerima hingga 90 persen dari bagi hasil keuntungan. Setelah dikurangi biaya, kreator menerima 70 persen pendapatan langganan.

    Namun, kreator yang memenuhi persyaratan tertentu dapat membuka hadiah bulanan tambahan sebesar 20 persen. Kreator harus memiliki minimal 10 ribu pengikut, menghasilkan 100 ribu views dalam sebulan terakhir, dan mengunggah tiga atau lebih video khusus langganan dalam sebulan terakhir.

    Dilansir Newsroom Tiktok, “Kami ingin memberdayakan kreativitas manusia dengan perangkat bertenaga AI yang memudahkan pembuatan, penemuan, dan koneksi seputar konten orisinal.”

  • Prabowo hingga Xi Jinping Hadiri KTT APEC di Korea Selatan

    Prabowo hingga Xi Jinping Hadiri KTT APEC di Korea Selatan

    Sejumlah pemimpin negara juga tampak menghadiri KTT APEC. Mulai dari, Perdana Menteri (PM) Singapura Lawrance Wong, PM Malaysia Anwar Ibrahim, PM Kanada Mark Carney, Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, hingga Presiden China Xi Jinping.

    Kehadiran Prabowo menegaskan komitmen Indonesia untuk terus berperan aktif dalam mendorong kerja sama ekonomi kawasan Asia-Pasifik yang inklusif dan berkelanjutan.

    Pada rangkaian KTT APEC hari ini, Prabowo bersama para pemimpin anggota APEC lainnya akan mengikuti sesi pertama APEC Economic Leaders’ Meeting (AELM).

    Sesi ini mengangkat tema “Towards a More Connected, Resilient Region and Beyond” yang menyoroti pentingnya memperkuat konektivitas, ketahanan ekonomi, dan kolaborasi lintas kawasan.

    Dalam sesi ini, Prabowo diagendakan untuk menyampaikan pandangan dan gagasan Indonesia mengenai langkah-langkah strategis untuk membangun kawasan Asia-Pasifik yang saling terhubung, berinovasi, dan sejahtera.

    Kehadiran Presiden Prabowo dalam KTT APEC 2025 memiliki makna strategis mengingat forum ini merepresentasikan sekitar 60 persen produk domestik bruto (PDB) dunia dan lebih dari sepertiga populasi global.

    Konferensi ini menjadi wadah penting bagi Indonesia untuk memperkuat peran dalam pertumbuhan ekonomi kawasan. Turut mendampingi Prabowo dalam sesi pertama AELM yakni Menteri Luar Negeri, Sugiono.

     

  • Mampukah Barat Lepas Cengkraman China atas Logam Tanah Jarang?

    Mampukah Barat Lepas Cengkraman China atas Logam Tanah Jarang?

    Beijing

    Perang dagang antara Amerika Serikat dan China belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Di tengah ketegangan itu, perhatian dunia kembali tertuju pada sekelompok logam yang dikenal sebagai rare earth elements — Logam Tanah Jarang (LTJ) yang vital bagi industri teknologi tinggi.

    China mendominasi hampir seluruh rantai pasok tanah jarang. Sekitar 70 persen produksi tambang dunia dan hingga 90 persen hasil olahannya dikuasai China.

    Laporan terbaru Badan Energi Internasional (IEA) pekan ini menyebut, “konsentrasi pasar yang tinggi” di China membuat rantai pasok global di sektor strategis — mulai dari energi, otomotif, pertahanan hingga pusat data kecerdasan buatan — “rentan terhadap gangguan besar.”

    Awal Oktober, China memperketat kendali atas ekspor logam langka. Mulai 1 Desember, perusahaan asing di mana pun di dunia harus memperoleh izin pemerintah di Beijing jika ingin mengekspor produk yang mengandung bahan rare earth asal China, bahkan dalam jumlah kecil sekalipun, atau yang diproses dengan teknologi China.

    Langkah ini ditetapkan setelah Washington memperluas daftar perusahaan China yang dilarang mengakses cip semikonduktor dan teknologi paling canggih dari Amerika Serikat.

    Keputusan Beijing itu memicu kekhawatiran akan kelangkaan pasokan yang bisa mengganggu produksi berbagai barang penting, mulai dari mobil listrik, peralatan militer, hingga sistem energi terbarukan.

    Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, menyebut kebijakan baru itu “sangat agresif” dan “tidak proporsional”. Kepala perdagangan Uni Eropa, Maros Sefcovic, menilainya “tidak beralasan dan merugikan.”

    Kenapa LTJ bernilai strategis?

    Unsur tanah jarang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Berkat sifat fisik, magnetik, dan kimianya yang unik, logam ini menjadi bahan utama untuk membuat magnet permanen, yang tak kehilangan daya meski tanpa sumber listrik.

    Dari ponsel, laptop, mobil hibrida, turbin angin, hingga panel surya—semuanya bergantung pada logam langka. Ia juga menjadi bahan vital dalam teknologi pertahanan: mesin jet tempur, sistem kendali rudal, pertahanan antirudal, satelit luar angkasa, hingga jaringan komunikasi militer.

    Meski disebut “langka”, unsur ini sebenarnya cukup melimpah di kerak bumi, bahkan lebih banyak dari tembaga atau emas. Namun, mereka jarang ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk ditambang secara ekonomis.

    Selain di China, cadangan logam langka juga ada di Kanada, Australia, Amerika Serikat, Brasil, India, Afrika Selatan, dan Rusia. Unsur-unsur ini terbagi dua jenis utama berdasarkan proses pemisahannya: light rare earths dan heavy rare earths. China memiliki hampir monopoli penuh, terutama untuk pengolahan kategori kedua.

    Menurut Benchmark Mineral Intelligence, lembaga riset energi asal Inggris, perusahaan China menguasai hingga 99 persen pengolahan heavy rare earths dunia.

    Mengapa dunia sulit lepas dari China?

    Amerika Serikat pernah swasembada dalam produksi logam langka. Namun, dalam dua dekade terakhir, China mengambil alih pangsa pasar dan perlahan menguasai rantai pasok global. Dominasi itu sudah terlihat sejak sepuluh tahun lalu. Banyak pihak menduga Beijing sengaja menggunakan logam langka sebagai alat tawar dalam konflik geopolitik.

    Pada 2010, China sempat menutup ekspor LTJ ke Jepang akibat sengketa wilayah, memicu kekhawatiran dunia industri. Saat perang dagang antara Washington dan Beijing memuncak pada 2019, media pemerintah China bahkan mengisyaratkan kemungkinan penghentian ekspor logam langka ke Amerika sebagai balasan atas sanksi AS.

    Presiden Xi Jinping ketika itu menyebut unsur tanah jarang sebagai “sumber daya strategis penting.” Namun, upaya negara lain untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan China sejauh ini masih jalan di tempat.

    Langkah balasan Amerika

    Untuk menandingi dominasi China, pemerintahan Amerika Serikat—yang dimulai sejak era Donald Trump—berusaha menjalin kemitraan baru guna mengamankan pasokan logam langka. Namun, tantangan terbesar justru ada pada tahap hilir: pengolahan dan pemurnian.

    “Hal pertama yang perlu dilakukan AS adalah memprioritaskan bagian tengah rantai pasok—yakni pengolahan dan pemurnian,” kata Karl Friedhoff, peneliti di Chicago Council on Global Affairs, dalam sebuah tulisan blog 16 Oktober lalu.

    “Tanpa kendali di tahap itu, kita memang punya bahan mentah, tapi tetap harus mengirimkannya ke China untuk diolah,” ujarnya. Artinya, AS butuh membangun pabrik pemrosesan dan kilang di luar wilayah China. Namun, proyek semacam itu datang dengan segudang persoalan—terutama masalah lingkungan.

    Harga mahal dominasi China

    Keunggulan China dalam industri logam langka dibayar mahal oleh lingkungannya. Proses penambangan membawa risiko besar bagi kesehatan manusia dan alam, sebab bijih rare earth mengandung unsur radioaktif seperti uranium dan torium yang dapat mencemari udara, air, dan tanah.

    Di negara-negara Barat, membangun pabrik pengolahan serupa menghadapi rintangan berat: regulasi lingkungan yang ketat membuat biayanya melambung dan prosesnya panjang. Selain itu, pengolahan logam langka memerlukan energi dan air dalam jumlah besar, sering kali menimbulkan penolakan publik di wilayah yang dijadikan lokasi.

    Teknologi pengolahannya pun rumit. China memiliki keunggulan teknologi tak tertandingi, dengan pengalaman puluhan tahun, tenaga ahli, dan ekosistem industri yang sulit disaingi.

    Laporan Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) yang berbasis di Washington pada Juli lalu menyebut China memiliki “keahlian teknis yang tak tertandingi dalam pemrosesan logam langka, terutama dalam ekstraksi pelarut”—tahap penting dan paling rumit dalam pemisahan unsur tersebut.

    “Perusahaan-perusahaan Barat tertinggal karena keterbatasan tenaga ahli, riset dan pengembangan, serta tekanan regulasi lingkungan,” tulis laporan itu.

    Menurut CSIS, upaya untuk melepaskan diri dari cengkeraman pasokan China tak cukup hanya dengan membuka tambang baru di luar negeri. Dunia juga membutuhkan fasilitas pemurnian baru, tenaga kerja terampil, dan insentif ekonomi bagi perusahaan, termasuk stabilitas harga dan kontrak pembelian jangka panjang dengan industri pengguna seperti otomotif dan pertahanan.

    Laporan itu mendesak AS membangun kembali keahlian teknis di bidang logam langka dan membentuk pusat-pusat pemrosesan baru. Namun, upaya itu memerlukan lebih dari sekadar bahan baku murah. Diperlukan juga akses terhadap energi terjangkau, infrastruktur transportasi yang efisien, teknologi pemrosesan termutakhir, dan tenaga kerja yang terampil.

    Meski berbagai strategi tengah disusun, para analis memperkirakan China masih akan mendominasi industri ini dalam waktu dekat. Tanpa langkah cepat dan terkoordinasi, tulis CSIS, “jendela untuk menandingi dominasi China akan semakin sempit, menempatkan teknologi, industri, dan kepentingan keamanan dunia dalam risiko yang terus meningkat.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Rizki Nugraha
    Editor: Yuniman Farid

    (nvc/nvc)