Negara: Kamboja

  • Dorong Akses Kesehatan, Perusahaan Farmasi Indonesia Ekspansi ke Kamboja – Halaman all

    Dorong Akses Kesehatan, Perusahaan Farmasi Indonesia Ekspansi ke Kamboja – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sejak tahun 2000, Dexa Medica memasuki layanan kesehatan di Kamboja.

    Saat ini, Dexa Medica menghadirkan lebih dari 100 SKU produk farmasi terdaftar di berbagai kelas terapi, termasuk onkologi, pernapasan, serta kardiovaskular-metabolik.

    Sebagai bagian dari Dexa Group, perusahaan farmasi asal Indonesia yang telah berkontribusi dalam sektor kesehatan selama lebih dari 55 tahun, Dexa Medica memanfaatkan sumber daya manusia dan alam yang melimpah di Indonesia untuk mendorong inovasi farmasi serta peningkatan layanan kesehatan.

    Pada acara perayaan 25 Tahun Dexa Medica di Kamboja yang berlangsung di Phnom Penh pada 22 Maret 2025, Under Secretary of State Kementerian Kesehatan Kamboja, HE Dr. Peas Muslim, menegaskan bahwa pemerintah Kamboja terus memperketat regulasi guna memastikan masyarakat mendapatkan produk farmasi yang berkualitas, aman, dan efektif, serta informasi yang akurat tentang penggunaannya.

    “Berkat kolaborasi Dexa Group dan Dynamic Group selama dua setengah dekade terakhir, modernisasi produksi farmasi telah menghasilkan obat-obatan berkualitas tinggi, asli, dan aman, yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat Kamboja. Hal ini membangun kepercayaan masyarakat dalam menggunakan produk-produk tersebut,” ujar Peas Muslim dalam keterangan tertulis, Kamis (27/3/2025).

    Kementerian Kesehatan Kamboja juga mendorong perusahaan untuk semakin berinvestasi dalam riset dan pengembangan guna menghadirkan obat-obatan dengan kualitas lebih baik.

    “Kami sangat mengapresiasi kontribusi Dexa Medica dalam mendukung sistem kesehatan Kamboja melalui distribusi produk farmasi yang legal dan etis, sesuai dengan regulasi kami,” tambahnya.

    Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Kamboja, Santo Darmosumarto, menilai bahwa Dexa Medica adalah contoh sukses industri farmasi Indonesia yang mampu menembus pasar internasional dan memberikan manfaat bagi masyarakat global. Keberhasilan ini juga mencerminkan hubungan bilateral yang erat antara Indonesia dan Kamboja.

    “Kehadiran Dexa Medica di Kamboja menunjukkan bahwa Indonesia mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi yang diterima dengan baik di pasar luar negeri. Saya mengapresiasi peran Dexa Medica dalam memperkuat hubungan perdagangan antara Indonesia dan Kamboja,” ujar Dubes Santo Darmosumarto.

    Produk-produk Dexa Medica memiliki peran penting dalam sektor kesehatan Kamboja. Pemerintah Kamboja menargetkan pencapaian Universal Health Coverage (UHC) pada tahun 2035, sebagaimana diuraikan dalam Roadmap Towards Universal Health Coverage in Cambodia 2024-2035. Saat ini, skema asuransi kesehatan nasional Kamboja, Bososo, telah mencakup sekitar 44,5 persen populasi negara tersebut.

    Pimpinan Dexa Group Ferry Soetikno menyampaikan rasa syukur atas perjalanan 25 tahun Dexa Medica di Kamboja. “Kami berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam sistem kesehatan global, khususnya di Kamboja, dengan menghadirkan obat-obatan berkualitas dalam berbagai bentuk sediaan, bioaktif inovatif, dan lainnya. Bersama, kita dapat membangun ekosistem kesehatan Kamboja yang lebih maju,” ungkapnya.

    Sementara itu, Founder & CEO Dynamic Group, Tom Kimson, menekankan eratnya hubungan kerja sama antara Indonesia dan Kamboja dalam sektor kesehatan. Ia menjelaskan bahwa perjalanan Dexa Medica di Kamboja dimulai sejak 1998, saat Dynamic Group mulai mengimpor obat-obatan esensial untuk mendukung Kementerian Kesehatan Kamboja.

    Menurutnya, akses terhadap obat-obatan berkualitas tinggi merupakan aspek krusial dalam pembangunan sistem kesehatan yang lebih baik di Kamboja. Kerja sama antara PT Anugrah Argon Medica (AAM), entitas anak dari PT Medela Potentia Tbk., dan Dynamic Group melahirkan Dynamic Argon Co., Ltd., pada 2019, sebuah perusahaan distribusi farmasi modern yang menerapkan standar internasional Good Distribution Practices (GDP).

    Dynamic Argon Co., Ltd., memiliki jaringan distribusi luas di Kamboja, mencakup lebih dari 7.500 fasilitas kesehatan yang terdiri dari lebih dari 2.600 apotek, 550 klinik, 45 rumah sakit pemerintah dan swasta, 2.500 medical cabinet, 95 modern trade, 1.500 traditional trade, serta 210 specialized store. Dengan cakupan ini, perusahaan memastikan akses luas terhadap produk kesehatan, mendukung industri farmasi, dan berkontribusi pada layanan kesehatan di Kamboja.

    Saat ini Dynamic Argon mendistribusikan produk farmasi dari 15 prinsipal asal Eropa, Asia, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Selain produk Dexa Medica, brand lain dari Indonesia yang didistribusikan  adalah Antangin produksi Deltomed, brand Hotin & Fresh Care produksi Ultrasakti.

    “Jaringan luas kami dengan cabang di Phnom Penh, Battambang, dan Kampong Cham memastikan distribusi obat-obatan esensial ke seluruh penjuru Kamboja, bahkan dengan layanan pengiriman hanya dalam satu hari. Dalam 25 tahun terakhir, Dexa Medica bukan hanya penyedia obat-obatan, tetapi juga menjadi mitra strategis dalam kemajuan kesehatan serta jembatan penting antara Indonesia dan Kamboja,” tambah Tom Kimson.

    Pada kesempatan ini, Molecular Pharmacologist Dexa Group, Raymond Tjandrawinata, menyampaikan presentasi bertajuk “Precision Medicine and Pharma 4.0.” Ia menjelaskan bagaimana teknologi canggih dan pemahaman genetika dapat meningkatkan kualitas serta efektivitas pengobatan.

    “Standarisasi dan validasi di setiap tahap produksi farmasi sangat penting untuk menjaga kualitas yang konsisten. Melalui teknologi Pharma 4.0, Dexa Medica memastikan setiap produk telah melewati Uji Bioekivalensi untuk memastikan kesetaraan terapeutik dengan obat referensi. Dengan inovasi ini, Dexa Medica terus mendukung komunitas medis dalam menyediakan solusi kesehatan yang lebih tepat dan efektif bagi pasien,” ungkap Raymond.(Kontan)

  • Kisah Pilu Soleh, Chef asal Bekasi Tewas saat Dijebak Jadi Operator Judol di Kamboja – Halaman all

    Kisah Pilu Soleh, Chef asal Bekasi Tewas saat Dijebak Jadi Operator Judol di Kamboja – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang pemuda asal Bekasi, Jawa Barat (Jabar) bernama Soleh Darmawan (24), bernama dikabarkan meninggal dunia di Kamboja.

    Kabar duka itu diterima ibu Soleh, Diana (43) pada Senin (3/3/2024) pagi.

    Soleh diduga terjebak dalam sindikat judi online (judol) di Kamboja.

    Peristiwa ini bermula pada Februari 2025, saat Soleh mengaku mendapat tawaran pekerjaan dari sebuah yayasan penyalur tenaga kerja di Tanjung Priok, Jakarta Utara.

    “Awalnya, Soleh dijanjikan bekerja di perhotelan di Thailand, karena dia kuliahnya D3 jurusan chef atau koki,” kata Diana saat ditemui di rumahnya di Jalan Swadaya, Kampung Dua, RT 001/RW 021, Jakasampurna, Bekasi Barat, Kota Bekasi, Kamis (27/3/2025), dilansir TribunBekasi.com.

    Soleh lantas mendatangi kantor yayasan tersebut ditemani seorang wanita berinisial S pada 17 Februari 2025. 

    Setelah bertemu pimpinan yayasan itu, Soleh mengabarkan kepada ibunya bahwa dia akan bekerja di Thailand dan dijadwalkan berangkat pada 18 Februari 2025.

    “Soleh waktu itu udah setuju, dia kembali ke rumah untuk minta restu. Terus 18 Februari 2025, Soleh berangkat ke Thailand menggunakan pesawat, walaupun saya sempat larang,” ungkap Diana.

    Meski sempat dilarang ibunya, Soleh yang pantang mundur tetap mantap untuk bekerja di luar negeri.

    “Dia telepon saya pas sudah di Thailand. Dia bilang, ‘sudah sampai, Mak’. Terus (bilang) ‘Jangan kebanyakan pikiran, Mak. Jangan dengerin kata orang’,” ujar Diana sambil meneteskan air mata.

    Pada empat hari pertama Soleh berada di Thailand, Diana selalu berkomunikasi dengan putranya itu melalui ponsel. Tetapi, setelah itu komunikasi mereka terputus.

    Kemudian pada 2 Maret 2025 malam, Diana dihubungi pria yang mengaku bernama Kevin melalui video call.

    Kevin mengabarkan bahwa Soleh berada di Kamboja dan Diana ditanyakan perihal riwayat kejiwaan Soleh.

    “Ya, saya ngebantah aja ditanya riwayat kejiwan, anak saya tidak ada riwayat kejiwaan, gitu,” jelas Diana.

    Diana pun terkejut saat melihat video memperlihatkan Soleh duduk lemas di tempat tidur. 

    Saat itu, Soleh sudah tidak merespons ucapan ibunya.

    “Dia (Soleh) kan saya panggil, ‘Soleh, ini Mamak’. Dia sudah enggak bisa jawab,” ungkap Diana.

    Keesokan harinya pada 3 Maret 2025, Kevin memberitahukan kepada Diana bahwa Soleh telah meninggal dunia.

    Jenazah Soleh kemudian dibawa kembali ke Indonesia pada 15 Maret 2025 dan dimakamkan di hari berikutnya yakni 16 Maret 2025.

    Belakangan, Diana mendapat informasi bahwa Soleh bekerja sebagai operator judol selama di Kamboja.

    Sejauh ini Diana belum mengetahui penyebab meninggalnya Soleh.

    “Awalnya enggak tahu saya. Pas tahu-tahunya sudah meninggal, tahunya (bekerja operator) judol,” tandasnya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunbekasi.com dengan judul Bekerja Sebagai Operator Judi Online, Pemuda Asal Bekasi Meninggal di Kamboja, Diduga Dibunuh?

    (Tribunnews.com/Nina Yuniar) (Tribunbekasi.com/Rendy Rutama)

  • Pemuda Bekasi Tewas Kerja Jadi Admin Judi Online di Kamboja, Awalnya Dijanjikan Kerja di Thailand – Halaman all

    Pemuda Bekasi Tewas Kerja Jadi Admin Judi Online di Kamboja, Awalnya Dijanjikan Kerja di Thailand – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BEKASI –  Soleh Darmawan (24), warga Kota Bekasi, Jawa Barat, diduga menjadi korban perdagangan manusia. Soleh awalnya pamit kepada orangtuanya kerja ke Thailand.

    Ternyata, Soleh bekerja di Kamboja sebagai admin judi online. Soleh meninggal dunia di sana denga bekas luka tubuh.

    Orangtua Soleh, Diana (43) dan Saifullah (48) terlihat sangat terpukul anak sulungnya meninggal dunia saat kerja di luar negeri. 

    Diana mengatakan, putranya pamit kerja di luar negeri sejak Senin (17/2/2025). Soleh bilang ke keluarga bekerja di Thailand sebagai juru masak di sebuah hotel. 

    “Bilangnya ke Thailand, tapi pas udah meninggal adanya di Kamboja,” kata Diana kepada TribunJakarta.com, Jumat (28/3/2025). 

    Selama empat hari pertama di luar negeri, Soleh masih kerap menghubungi keluarga melalui video call. 

    Kejanggalan mulai terlihat saat Diana menerima sambungan telepon dari Soleh pada Minggu (2/3/2025) malam. 

    Kamera sambungan telepon video menampik kondisi Soleh yang terkulai di kasur, kondisi lemas tak berdaya. 

    Suara pada sambung telepon diduga teman sesama rekan kerja, menggambarkan ke Diana kondisi anaknya sakit. 

    Diana waktu itu tak bisa berbuat banyak, dia hanya bisa melihat anaknya sakit melalui sambungan telepon tanpa bisa berbuat apa-apa. 

    Pagi datang, kabar duka dari luar negeri sampai ke keluarga. Soleh dinyatakan meninggal dunia pada Senin (3/3/2025). 

    “Saya diteleponnya malam. Pas malamnya nelfon. Besok pagi dia meninggal,” terang dia. 

    Diana dibantu teman kuliah anaknya berusaha mencari tahu keberadaan Soleh, sampai akhirnya diketahui berada di Kamboja. 

    Melalui Kedutaan Besar RI di Kamboja, jenazah Soleh berhasil dipulangkan ke tanah air untuk diserahkan ke pihak keluarga pada Sabtu (15/3/2025). 

    Setibanya di rumah duka, jenazah Soleh langsung dimandikan untuk selanjutnya disalatkan dan dikubur di pemakaman keluarga samping kediamannya. 

    Pada saat dimandikan, Diana melihat kejanggalan. Ada luka seperti jahitan di bagian dekat perut posisi ginjal. 

    Hal ini yang menimbulkan kecurigaan, Soleh meninggal bukan karena sakit dan diduga menjadi korban perdagangan manusia. 

    “Enggak ngerti deh saya. Pokoknya di bagian perut gitu dah (ada bekas luka) jahitan. Anak saya nggak pernah operasi-operasi,” terang Diana. 

    Belakangan, Diana baru mengetahui anaknya kerja di Kamboja diduga menjadi admin Judol. Saat ini, dia bingung harus berbuat apa untuk menuntut keadilan atas kematian anaknya. 

    “Penyebabnya itu (meninggal) nggak tahu dah, saya kemarin sih sempat ikhlas, cuma saya pengennya enggak ada lagi yang kejadian kayak anak saya,” ucap Diana. 

    Dapat kerja dari Penyalur di Tanjung Priok

    Soleh belum lama meninggalkan Bekasi.

    Dia pamit kepada ibunya pada pertengahan Februari 2025.

    Saat itu Soleh menyatakan bahwa dia dapat tawaran pekerjaan dari sebuah yayasan penyalur tenaga kerja di Tanjung Priok, Jakarta Utara.

    “Awalnya, Soleh dijanjikan bekerja di perhotelan di Thailand, karena dia kuliahnya D3 jurusan chef atau koki,” kata Diana, Kamis (27/3/2025). 

    Soleh mendatangi kantor yayasan tersebut ditemani perempuan berinisial S pada 17 Februari 2025. 

    Setelah bertemu pimpinan yayasan itu, Soleh mengabarkan ke ibunya bahwa dia akan bekerja di Thailand dan dijadwalkan berangkat pada 18 Februari 2025.

    “Waktu itu saya sempat melarang dia,” ucap Diana yang ditemui di rumahnya Jalan Swadaya, Jakasampurna, Bekasi Barat, Kota Bekasi.

    Namun Soleh pantang mundur.

    “Dia telepon saya sesampainya di Thailand,” imbuh Diana.

     

     

     

    dan

    Warga Bekasi Barat Meninggal di Kamboja, Awalnya Dijanjikan Kerja di Industri Perhotelan Thailand

     

  • Nasib Tragis Pemuda Bekasi, Kerja Jadi Admin Judol di Kamboja Pulang Tinggal Nama 

    Nasib Tragis Pemuda Bekasi, Kerja Jadi Admin Judol di Kamboja Pulang Tinggal Nama 

    Laporan wartawan TribunJakarta.com Yusuf Bachtiar 

    TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI BARAT – Nasib tragis dialami pemuda asal Bekasi bernama Soleh Darmawan (24), kerja jadi admin judi online (judol) di Kamboja pulang tinggal nama. 

    Soleh dikabarkan jadi korban perdagangan manusia, disiksa hingga ginjalnya diambil paksa. Hal ini berdasarkan akun X @FaktaHitsPlus62. 

    Unggahan akun X tersebut berisi foto kolase, terdiri dari gambar Soleh bersama sejumlah orang diduga penyalur kerja dan kondisi terakhir korban diduga dalam kondisi meninggal dunia. 

    TribunJakarta.com berusaha menelusuri kabar tersebut, Soleh diketahui tinggal di Jalan Swadaya Raya, RT 002 RW 021, Kelurahan Jakasampurna, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi. 

    Soleh tinggal di kediamannya tersebut bersama kedua orang tuanya Diana (43) dan Saifullah (48) serta enam orang adik. 

    TribunJakarta.com berhasil mewawancarai kedua orang tuanya, Diana dan Saifullah terlihat sangat terpukul anak sulungnya meninggal dunia saat kerja di luar negeri. 

    Diana mengatakan, putranya pamit kerja di luar negeri sejak Senin (17/2/2025). Soleh bilang ke keluarga bekerja di Thailand sebagai juru masak di sebuah hotel. 

    “Bilangnya ke Thailand, tapi pas udah meninggal adanya di Kamboja,” kata Diana kepada TribunJakarta.com, Jumat (28/3/2025). 

    Selama empat hari pertama di luar negeri, Soleh masih kerap menghubungi keluarga melalui video call. 

    Kejanggalan mulai terlihat saat Diana menerima sambungan telepon dari Soleh pada Minggu (2/3/2025) malam. 

    Kamera sambungan telepon video menampik kondisi Soleh yang terkulai di kasur, kondisi lemas tak berdaya. 

    Suara pada sambung telepon diduga teman sesama rekan kerja, menggambarkan ke Diana kondisi anaknya sakit. 

    Diana waktu itu tak bisa berbuat banyak, dia hanya bisa melihat anaknya sakit melalui sambungan telepon tanpa bisa berbuat apa-apa. 

    Pagi datang, kabar duka dari luar negeri sampai ke keluarga. Soleh dinyatakan meninggal dunia pada Senin (3/3/2025). 

    “Saya diteleponnya malam. Pas malamnya nelfon. Besok pagi dia meninggal,” terang dia. 

    Diana dibantu teman kuliah anaknya berusaha mencari tahu keberadaan Soleh, sampai akhirnya diketahui berada di Kamboja. 

    Melalui Kedutaan Besar RI di Kamboja, jenazah Soleh berhasil dipulangkan ke tanah air untuk diserahkan ke pihak keluarga pada Sabtu (15/3/2025). 

    Setibanya di rumah duka, jenazah Soleh langsung dimandikan untuk selanjutnya disalatkan dan dikubur di pemakaman keluarga samping kediamannya. 

    Pada saat dimandikan, Diana melihat kejanggalan. Ada luka seperti jahitan di bagian dekat perut posisi ginjal. 

    Hal ini yang menimbulkan kecurigaan, Soleh meninggal bukan karena sakit dan diduga menjadi korban perdagangan manusia. 

    “Enggak ngerti deh saya. Pokoknya di bagian perut gitu dah (ada bekas luka) jahitan. Anak saya nggak pernah operasi-operasi,” terang Diana. 

    Belakangan, Diana baru mengetahui anaknya kerja di Kamboja diduga menjadi admin Judol. Saat ini, dia bingung harus berbuat apa untuk menuntut keadilan atas kematian anaknya. 

    “Penyebabnya itu (meninggal) nggak tahu dah, saya kemarin sih sempat ikhlas, cuma saya pengennya enggak ada lagi yang kejadian kayak anak saya,” ucap Diana. 

     

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Organisasi Sayap Golkar PP AMPG Bagikan Bantuan di Deli Serdang Sumut, Said Sampaikan Pesan Bahlil – Halaman all

    Organisasi Sayap Golkar PP AMPG Bagikan Bantuan di Deli Serdang Sumut, Said Sampaikan Pesan Bahlil – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM,  DELI SERDANG – Ketua Umum Pimpinan Pusat Angkatan Muda Partai Golkar (PP AMPG) Datuk H Said Aldi Al Idrus menyampaikan pesan Ketua Umum DPP Partai Golkar Bahlil Lahadalia.

    Pesan itu disampaikannya ketika AMPG menggelar bakti sosial dengan memberikan 1.000 paket Sembako kepada masyarakat dan anak yatim di Kabupaten Deli Serdang Sumatera utara, Kamis (27/3/2025), beberapa hari menjelang Lebaran.

    Menurut Said, kegiatan ini bertujuan meningkatkan kepedulian sosial dan menyambung silaturahmi, terutama di bulan suci Ramadhan 1446 Hijriah.

    “Baksos ini merupakan harapan Ketua Umum DPP Partai Golkar Bahlil Lahadalia agar momentum Ramadan 1446 H ini dapat memperkuat silaturahmi serta kepedulian terhadap sesama. Bantuan juga diberikan kepada kader-kader Golkar yang membutuhkan,”ujar Said Aldi.

    Dalam acara kemarin, terlihat hadir Waketum PP AMPG ,M Rahmadian Shah yang juga anggota DPRD Sumatera Utara, anggota DPRD Medan El Barino Shah, Ketua DPD AMPG Sumut Dedi Dermawan Milaya, tokoh masyarakat, ulama dan pengurus OKP,Ormas,Pemuda pancasila,Remaja masjid,Rempala indonesia dan Kelompok pemuda binaan AMPG,

    Said Aldi juga mengungkapkan bahwa kegiatan ini dipantau dan mendapatkan apresiasi dari Ketum DPP Partai Golkar Bahlil Lahadalia dan Ketua DPD I Partai Golkar Sumut H. Musa Rajekshah.

    “Terima kasih kita ucapkan atas dukungan dan apresiasi dari Pak Bahlil dan Pak Musa Rajekshah. Insya allah, DPD I AMPG Sumut mendoakan agar Pak Bahlil dan Pak Musa Rajekshah diberikan kesehatan dan tetap kuat dalam menjalankan amanah,” imbuh Dedi dermawan yang juga Ketua Bidang Pemuda DPD partai Golkar Sumatera utara,

    Dedi Dermawan Milaya, Ketua DPD AMPG Sumut, Yang Juga korwil Pengurus Pusat  PP AMPG mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan wujud kepedulian sosial dan semangat berbagi yang sangat penting dalam masyarakat.

    “Kita harus selalu berbagi dan peduli terhadap sesama, terutama di bulan suci Ramadan seperti ini,” kata Demi Dermawan Milaya.

    Buka puasa di Kamboja

    Awal pekan ini, Said Aldi Al Idrus juga menghadiri undangan buka puasa bersama Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, di Phnom Penh pada Senin (24/3/2025).

    Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 6.000 tokoh masyarakat Islam Kamboja serta 100 pimpinan NGO dunia.

    Dalam kesempatan itu, Said Aldi menyampaikan salam hormat dari Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, serta Ketua Umum Partai Golkar yang juga Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia.

    “Kami membawa salam hangat dan hormat dari Presiden Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia kepada Perdana Menteri Hun Manet serta seluruh masyarakat Kamboja yang hadir di acara ini,” ujar Said Aldi, seperti dalam keterangan yang diterima, Selasa (25/3/2025).

    Pertemuan ini menjadi momen penting bagi PP AMPG dalam memperkuat hubungan persahabatan antara Indonesia dan Kamboja, khususnya dalam membangun sinergi di kalangan pemuda dan komunitas Islam di kedua negara.

    Selain menghadiri acara buka puasa, Ketum PP AMPG juga berinteraksi dengan para pemimpin NGO dari berbagai negara, membahas isu-isu strategis terkait pemuda, kepemimpinan, dan kerja sama internasional.

    “Kami berharap hubungan antara pemuda Indonesia dan Kamboja semakin erat, baik dalam bidang sosial, keagamaan, maupun ekonomi. Semoga momentum Ramadan ini menjadi berkah bagi kita semua dalam memperkuat persatuan dan kerja sama,” tambahnya.

  • Kisah Pilu Soleh, Pemuda Bekasi yang Terjebak dan Tewas di Sindikat Judi “Online”

    Kisah Pilu Soleh, Pemuda Bekasi yang Terjebak dan Tewas di Sindikat Judi “Online”

    Kisah Pilu Soleh, Pemuda Bekasi yang Terjebak dan Tewas di Sindikat Judi “Online”
    Editor
    BEKASI, KOMPAS.com
    – Di sebuah rumah sederhana di Jalan Swadaya, Kampung Dua, seorang ibu masih berduka mengenang putranya yang pergi tanpa kembali.
    Diana (43) tak pernah menyangka, restu yang diberikan untuk anaknya, Soleh Darmawan (24) untuk bekerja di luar negeri justru menjadi awal dari duka mendalam.
    Soleh, pemuda yang dikenal gigih dan penuh semangat, berpamitan pada 18 Februari 2025 untuk bekerja di Thailand.
    Ia pergi dengan membawa harapan besar, mengadu nasib di negeri orang demi masa depan yang lebih baik.
    “Dia bilang ‘jangan kebanyakan pikiran, Mak. Jangan dengerin kata orang’,” ucap Diana saat ditemui di kediamannya di Jalan Swadaya, Kampung Dua, RT 001/RW 021, Jakasampurna, Bekasi Barat, Kota Bekasi, Kamis (27/3/2025).
    Namun, takdir berkata lain. Empat hari setelah keberangkatan, komunikasi Diana dan Soleh tiba-tiba terputus.
    Diana yang semula berusaha menenangkan hati, perlahan mulai dihantui kekhawatiran.
    Hingga akhirnya, sebuah panggilan video pada 2 Maret 2025 malam mengubah segalanya.
    Seorang pria bernama Kevin memberi kabar mengejutkan, Soleh ternyata berada di Kamboja, bukan Thailand.
    Dalam panggilan itu, Kevin menanyakan sesuatu yang membuat Diana semakin cemas.
    “Dia nanya riwayat kejiwaan anak saya. Saya bilang enggak ada, anak saya sehat,” kata Diana seiring mengenang.
    Saat kamera menyorot ke dalam ruangan, Diana melihat putranya terduduk lemas di atas tempat tidur.
    Diana memanggil nama Soleh berulang kali, tapi tak ada jawaban. Hari itu menjadi percakapan terakhir.
    Keesokan paginya, Diana kembali menerima telepon dari Kevin yang mengabarkan bahwa Soleh telah meninggal dunia.
    Dunia seakan runtuh bagi Diana. Ia hanya bisa menangis, menuntut kepastian dan memohon agar jenazah putranya bisa dipulangkan.
    Butuh hampir dua minggu sebelum akhirnya pada 15 Maret 2025, jasad Soleh tiba kembali di Tanah Air.
    Namun, duka belum selesai. Di antara isak tangis keluarga menyambutnya, Diana melihat sesuatu yang menyesakkan yakni sebuah luka serupa tusukan di pinggang anaknya.
    Setelah segala upaya mencari jawaban, barulah kemudian terungkap bahwa Soleh bukan bekerja di perhotelan, melainkan menjadi operator judi online di Kamboja.
    “Awalnya enggak tahu saya. Pas tahu-tahunya sudah meninggal, tahunya (bekerja operator) judol,” lirih Diana.
    Kala itu, di bawah langit yang sama, Soleh dimakamkan di samping rumahnya. Tak ada lagi panggilan telepon, tak ada lagi pesan singkat yang meminta ibunya untuk tidak terlalu banyak berpikir.
    Kini hanya sunyi yang tersisa, menjadi saksi bisu bahwa seorang anak telah pergi dengan membawa mimpi yang tak sempat terwujud.
    (Reporter: Achmad Nasrudin Yahya | Editor: Abdul Haris Maulana)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kisah Pilu Soleh, Pemuda Bekasi yang Terjebak dan Tewas di Sindikat Judi “Online”

    Pemuda Bekasi Meninggal Saat Bekerja di Kamboja, Ada Luka di Pinggang Megapolitan 27 Maret 2025

    Pemuda Bekasi Meninggal Saat Bekerja di Kamboja, Ada Luka di Pinggang
    Tim Redaksi
     
    BEKASI, KOMPAS.com
    – Pemuda asal Kota
    Bekasi
    , Jawa Barat, bernama Soleh Darmawan (24)
    meninggal dunia
    saat bekerja di Kamboja.
    Pihak keluarga menilai kematian Soleh penuh kejanggalan lantaran ada luka di bagian pinggang yang dijahit.
    “Ada luka di bagian ini (pinggang), jahitan,” ujar ibu korban, Diana (43), saat ditemui di kediamannya di Jalan Swadaya, Kampung Dua, RT 001/RW 021, Jakasampurna, Bekasi Barat, Kota Bekasi, Kamis (27/3/2025).
    Diana sempat memandikan jenazah putranya sebelum dikebumikan di samping rumahnya. Namun, ia tak kuat melihat jenazah anaknya.
    “Saya nggak kuat lihatnya,” katanya.
    Saat disemayamkan di rumah duka, Diana mengatakan ada wanita muda berinisial S yang sebelumnya sempat mengantarkan Soleh menemui seseorang dari yayasan pencari kerja di Tanjung Priok.
    Namun, wanita tersebut tidak kooperatif ketika pihak keluarga menanyakan berbagai hal.
    “Ya begitu, susah ditanya,” ungkap Diana.
    Sebelumnya diberitakan, Soleh meninggal dunia di Kamboja. Soleh diduga menjadi korban sindikat perdagangan orang internasional.
    “Meninggalnya tanggal 3 Maret 2024 pagi,” kata ibu korban, Diana (43), saat ditemui di kediamannya di Jalan Swadaya, Kampung Dua, RT 001/RW 021, Jakasampurna, Bekasi Barat, Kota Bekasi, Kamis.
    Diana menjelaskan, anaknya bekerja di Kamboja berawal dari tawaran dari sebuah yayasan pencari kerja yang berkantor di Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada pertengahan Februari 2025.
    Saat itu, Soleh dijanjikan bekerja di bidang perhotelan di Thailand. Kebetulan, Soleh yang lama berkecimpung di dunia perhotelan akhirnya tertarik dengan tawaran tersebut.
    Akhirnya, Soleh mendatangi kantor yayasan tersebut ditemani seorang perempuan berinisial S pada 17 Februari 2025. Saat bertemu pihak yayasan, Soleh pun bersepakat untuk bekerja di Thailand.
    Setelah mencapai kesepakatan, Soleh kembali ke kediamannya untuk meminta restu kedua orangtuanya.
    Tepat pada 18 Februari 2025, Soleh akhirnya berangkat ke Thailand menggunakan pesawat kendati sempat dilarang ibunya.
    Sesampainya di Thailand, Soleh menghubungi ibunya sembari mengingatkan agar tak mengkhawatirkannya.
    “Dia telepon saya pas sudah di Thailand. Dia bilang, ‘Sudah sampai, Mak’. Terus (bilang) ‘Jangan kebanyakan pikiran, Mak. Jangan dengerin kata orang’,” ungkap Diana sembari meneteskan air mata.
    Dalam kurun waktu empat hari, keduanya masih terus berkomunikasi setiap hari. Namun setelah itu, komunikasi keduanya tiba-tiba terputus.
    Selama komunikasi terputus, Diana selalu mengkhawatirkan nasib putranya. Kekhawatiran tersebut akhirnya memuncak ketika ia tiba-tiba dihubungi seorang pria bernama Kevin dalam panggilan video atau video call pada 2 Maret 2025 malam.
    Kala itu, Kevin mengabarkan bahwa putranya tengah berada di Kamboja. Dalam komunikasi ini, Kevin juga menanyakan riwayat kejiwaan Soleh ke Diana.
    “Ya, saya ngebantah. Emang anak saya enggak ada riwayat kejiwaan, gitu,” jelas Diana.
    Di tengah percakapan tersebut, Diana terkejut ketika kamera video call menunjukkan Soleh tengah duduk terkulai di atas tempat tidur. Ia pun berulangkali memanggil putranya, tetapi Soleh sama sekali tak meresponsnya.
    “Dia kan saya panggil, ‘Soleh, ini Mamak’. Dia sudah enggak bisa jawab,” ungkap Diana kembali meneteskan air matanya.
    Setelah itu, percakapan keduanya pun berakhir. Pada 3 Maret 2025 pagi, Kevin kembali menghubunginya. Ia mengabarkan bahwa putranya telah meninggal dunia.
    Kabar tersebut membuatnya sangat bersedih. Ia pun langsung meminta Kevin untuk memulangkan jenazah putranya.
    Tepat pada 15 Maret 2025, jenazah Soleh tiba di Tanah Air dan langsung dibawa menuju ke rumah duka.
    Sesampainya di rumah duka, Diana melihat bekas jahitan di pinggang putranya. Ia menilai ada kejanggalan dalam kematian anaknya.
    Keluarga pun pasrah. Akhirnya Soleh dimakamkan pada 16 Maret 2025. Pemakaman dilakukan di samping rumahnya.
    Setelah itu, Diana baru mengetahui bahwa sebetulnya putranya bekerja di Kamboja sebagai operator judi online (judol).
    “Awalnya enggak tahu saya. Pas tahu-tahunya sudah meninggal, tahunya (bekerja operator) judol,” kata dia.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • OPPO Gelar Turnamen Mobile Legend Terbesar Se-Asia Tenggara di Jakarta!

    OPPO Gelar Turnamen Mobile Legend Terbesar Se-Asia Tenggara di Jakarta!

    Jakarta

    OPPO menghadirkan turnamen OPPO X MLBB terbesar se-Asia Tenggara yang digelar di Jakarta. Turnamen ini mengumpulkan para juara dan legenda Mobile Legends: Bang Bang dari enam negara Asia Tenggara, yaitu Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Indonesia, dan Kamboja, untuk saling adu skill dan strategi dalam kompetisi yang menegangkan.

    Berlangsung di Gandaria City selama 27-29 Maret 2025, turnamen OPPO X MLBB didukung oleh Reno13 5G sebagai perangkat utama dalam turnamen profesional skala global ini. Dikenal karena kemampuan fotografinya yang luar biasa, kini seri Reno telah berevolusi menjadi terobosan teknologi gaming.

    Reno13 5G memiliki fitur unggulan yang memberikan pengalaman gaming selama 8 jam nonstop, tanpa charge, tanpa panas berlebih, dan tanpa lag. Dengan seluruh fitur canggih ini, Reno13 5G menawarkan performa terbaik bagi para pemain Mobile Legends: Bang Bang.

    Turnamen Mobile Legends Foto: dok. OPPO Indonesia

    “Turnamen ini merupakan bukti nyata komitmen kami untuk mendukung ekosistem eSports dan mengedepankan inovasi teknologi. Dengan kehadiran Reno13 5G, kami yakin setiap momen pertandingan akan berjalan lancar dan para gamer dapat mengeluarkan potensi maksimalnya. Ini adalah era baru bagi para pro player yang tidak hanya mengandalkan skill, tetapi juga teknologi canggih sebagai senjata rahasia mereka,” ujar Chief Marketing Officer OPPO Indonesia Patrick Owen dalam keterangan tertulis, Kamis (27/3/202

    Selain menyuguhkan pertandingan epik kelas dunia, kompetisi ini juga menghadirkan berbagai aktivitas menarik bagi para penggemar. Penonton dapat menikmati berbagai hiburan, seperti merchandise eksklusif, photo booth, meet & greet dengan pemain legendaris, serta fun match dalam format 1vs1 dan 3vs3 menggunakan perangkat Reno13 5G.

    Turnamen Mobile Legends Foto: dok. OPPO Indonesia

    Ada pula mini games dan hadiah menarik lainnya yang siap memeriahkan suasana, menjadikan acara ini sebagai perayaan eSports terbesar yang menyatukan komunitas gaming se-Asia Tenggara.

    Lebih dari sekadar turnamen, event ini mengokohkan posisi Indonesia sebagai pusat eSports dan menginspirasi pertumbuhan industri game di Asia Tenggara.

    Informasi lebih lanjut mengenai turnamen OPPO X MLBB dan inovasi teknologi Reno13 5G dapat diakses melalui situs dan media sosial resmi OPPO Indonesia di sini.

    (prf/ega)

  • Setoran Pajak RI Buruk, Bank Dunia Saran Pajaki UMKM hingga Ekonomi Bawah Tanah

    Setoran Pajak RI Buruk, Bank Dunia Saran Pajaki UMKM hingga Ekonomi Bawah Tanah

    Bisnis.com, JAKARTA – Hasil studi terbaru dari Bank Dunia menyatakan kinerja pengumpulan pajak Indonesia sangat buruk. Bank Dunia pun menyarankan agar pemerintah Indonesia memajaki UMKM hingga aktivitas ekonomi bawah tanah.

    Pernyataan dan saran tersebut tercantum dalam laporan studi Bank Dunia bertajuk Estimating Value Added Tax (VAT) and Corpotate Income Tax (CIT) Gaps in Indonesia yang terbit pada 3 Maret 2025.

    Studi tersebut menganalisis kepatuhan setoran pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penghasilan korporasi (PPh Badan) di Indonesia selama 2016—2021. Hasilnya, besarnya kesenjangan pajak (tax gap) menyebabkan efisiensi setoran dua sumber utama penerimaan pajak tersebut sangat rendah.

    Bank Dunia pun menyatakan kinerja pengumpulan pajak pemerintah Indonesia sangat buruk. Mereka mencontohkan, pada 2021 rasio pajak Indonesia hanya sebesar 9,1%.

    Rasio pajak Indonesia itu lebih rendah dari negara-negara di kawasan seperti Kamboja (18%), Malaysia (11,9%), Filipina (15,2%), Thailand (15,7%), dan Vietnam (14,7%). Bahkan, Bank Dunia menyatakan rasio pajak Indonesia sebagai salah satu yang terendah di dunia.

    Bank Dunia mengindikasikan bahwa salah satu penyebab belum maksimalnya penerimaan PPN dan PPh Badan di Indonesia karena tingginya ambang batas pengenaan pajak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

    Memang, hanya usaha dengan omzet di atas Rp4,8 miliar yang wajib memungut PPN dan menyetor PPh Badan.

    Bank Dunia melihat, tingginya ambang batas tersebut menyebabkan banyak korporasi yang tak dikenai pajak. Selain itu, UMKM menjadi kurang diawasi dan meningkatkan ketidakpatuhan pelaporan pajak formal.

    “Menurunkan ambang batas serta memperkenalkan larangan hukum pengelompokan dapat mengurangi selisih [penerimaan yang seharusnya dengan yang sebenarnya] PPN dan PPh,” tulis Bank Dunia dalam laporan tersebut, dikutip Rabu (26/3/2025).

    Selain itu, Bank Dunia melihat pangsa aktivitas ekonomi bawah tanah (underground economy) di Indonesia juga sangat besar yang nilainya bisa mencapai 17,6% hingga 21,8% dari total PDB. Masalahnya, aktivitas ekonomi bawah tanah tidak terdeteksi secara administrasi perpajakan.

    Oleh sebab itu, Bank Dunia menyarankan agar pemerintah harus memperluas akses informasi tentang seluruh kegiatan ekonomi dengan memanfaatkan data pihak ketiga untuk meningkatkan penegakan kepatuhan pajak.

    “Wajib pajak yang masih berada di luar sistem—UMKM dan sektor yang tidak dikenakan pajak—harus dimasukkan ke dalam pelaporan PPN dan PPh untuk mengintegrasikan mereka sepenuhnya ke dalam sistem di masa mendatang,” tulis Bank Dunia.

    Lebih lanjut, hasil perhitungan Bank Dunia menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia kehilangan potensi setoran pajak hingga Rp944 triliun selama 2016—2021.

    “Estimasi kesenjangan PPN dan PPh Badan yang tercatat rata-rata mencapai 6,4% dari PDB atau Rp944 triliun pada periode 2016—2021,” tulis Bank Dunia, dikutip Rabu (26/3/2025).

    Padahal, PPN dan PPh Badan yang merupakan sumber utama penerimaan pajak Indonesia tidak bekerja secara maksimal.

    Bank Dunia menunjukkan, rata-rata selisih antara PPN yang seharusnya dibayar dengan PPN yang sebenarnya dibayar mencapai 43,9% atau setara 2,6% dari PDB selama 2016—2021. Dalam nominal, selisih tersebut setara Rp386 triliun.

    Sementara itu untuk PPh Badan, rata-rata selisih yang seharusnya dibayar dengan yang sebenarnya dibayar mencapai 33% atau setara 1,1% PDB selama 2016—2021. Dalam nominal, selisih tersebut setara Rp160 triliun.

    “Itu dapat disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, termasuk kepatuhan yang rendah, tarif pajak efektif yang relatif rendah, dan basis pajak yang sempit,” tulis Bank Dunia.

  • Deportasi Warga Uighur, Thailand di Tengah Dilema Geopolitik?

    Deportasi Warga Uighur, Thailand di Tengah Dilema Geopolitik?

    Jakarta

    Setelah berminggu-minggu melakukan manuver diplomatik dan mengeluarkan pernyataan-pernyataan ambigu, otoritas Thailand akhirnya mendeportasi sekelompok 40 pria Uighur ke Cina bulan lalu.

    Padahal, selama berbulan-bulan, Amerika Serikat (AS) dan beberapa organisasi hak asasi manusia telah memperingatkan bahwa para warga Uighur itu hampir pasti akan menghadapi penganiayaan, penahanan sewenang-wenang, atau bahkan nasib yang lebih buruk di bawah pemerintahan Cina, jika tindakan itu dilakukan.

    Uighur, minoritas muslim berbahasa Turki dari provinsi Xinjiang di barat laut Cina, telah mengalami penindasan bertahun-tahun oleh otoritas Cina. Washington bahkan telah secara resmi menyebut tindakan Cina sebagai “genosida”.

    Insiden deportasi terbaru ini mirip dengan kejadian pada 2015, ketika pemerintah Thailand juga secara paksa mengembalikan lebih dari 100 pengungsi Uighur ke Cina, yang kemudian memicu kemarahan global dan protes dari warga muslim.

    Kecaman terhadap Pemerintah Thailand

    Menjelang deportasi terbaru ini, Departemen Luar Negeri AS telah mengeluarkan beberapa peringatan, menyerukan Bangkok untuk menghormati kewajibannya berdasarkan hukum internasional, terutama prinsip larangan pengusiran paksa, yang melarang pengembalian individu ke negara di mana mereka berisiko mengalami penyiksaan, perlakuan kejam, hukuman, atau bahaya serius lainnya.

    Pada 27 Februari, hari deportasi terjadi, Kementerian Luar Negeri Jerman mengecam langkah tersebut dalam sebuah pernyataan.

    “Deportasi ini melanggar prinsip dalam hukum internasional yang melarang pengembalian orang ke negara di mana mereka menghadapi pelanggaran hak asasi manusia yang serius,” katanya.

    Komisi Eropa juga mengecam keputusan Bangkok. Dalam sebuah resolusi yang disahkan pada 13 Maret, Parlemen Eropa menyerukan Thailand untuk segera menghentikan deportasi lebih lanjut dan memberikan transparansi mengenai kebijakan pengungsi mereka.

    Banyak analis sepakat bahwa keputusan Thailand ini adalah langkah yang disengaja untuk mencari dukungan dari Cina, yang telah lama menuntut pengembalian pengungsi Uighur dari luar negeri.

    Deportasi ini terjadi pada saat Beijing secara aktif berupaya mempererat hubungannya dengan Bangkok, terutama dalam menangani sindikat industri penipuan siber atau cyberscam yang telah menyebar ke sebagian besar negara tetangga Thailand.

    “Apakah Thailand melakukannya untuk menyenangkan Beijing? Ya. Tetapi apakah Thailand meninggalkan Barat demi Cina? Tidak, sama sekali tidak,” kata seorang analis Thailand dan kolumnis kepada DW. “Thailand sedang memainkan strategi keseimbangan yang biasa, dan dalam hal ini, mereka hanya memprioritaskan kepentingan jangka pendeknya.”

    Utamakan ekonomi daripada isu HAM

    Para analis secara luas melihat keputusan ini lebih didorong oleh pragmatisme ekonomi daripada keselarasan ideologi.

    “Thailand jelas tidak memikirkan kesejahteraan para pembangkang Cina, dan jelas tidak mempertimbangkan kerusakan jangka pendek terhadap reputasinya,” kata Mark Cogan, profesor studi perdamaian dan konflik di Universitas Kansai Gaidai di Osaka, kepada DW.

    Sebaliknya, yang dipikirkan adalah satu hal yang paling penting bagi Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra: pertumbuhan ekonomi. “Saat ini, pertumbuhan ekonomi lebih mungkin terjadi dengan Cina daripada dengan Amerika Serikat,” kata Cogan.

    Ekonomi Thailand memang telah lesu selama bertahun-tahun dan diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 2,5% pada 2025, hampir sama seperti tahun lalu, menurut data pemerintah.

    Salah satu sektor yang jadi perhatian utama Bangkok adalah pariwisata, yang menyumbang sekitar sepersepuluh dari PDB. Namun, enggannya wisatawan Cina untuk kembali dalam jumlah besar sejak pandemi COVID-19, jadi salah satu faktor utama yang merugikan sektor ini.

    Alasan utamanya adalah kepercayaan bahwa Thailand tidak aman, sebuah citra yang sebelumnya dipropagandakan oleh Beijing sebagai bagian dari upayanya menekan pemerintah Asia Tenggara untuk menangani pusat-pusat penipuan atau scam mereka.

    United States Institute of Peace memperkirakan bahwa industri ilegal ini bisa bernilai antara seperempat hingga sepertiga dari ekonomi formal Kamboja, Laos, dan Myanmar, negara tetangga Thailand.

    Banyak pusat penipuan ini ditemukan di kota-kota dekat perbatasan Thailand, dan Thailand adalah titik transit utama dalam perdagangan manusia yang dipaksa bekerja di pusat-pusat tersebut.

    Pada Januari, aktor Cina berusia 31 tahun, Wang Xing, yang juga dikenal dengan nama panggung Xingxing, diselamatkan dari pusat penipuan siber di Myanmar setelah diculik di Thailand.

    Ia dikembalikan ke Thailand setelah mendapat perhatian besar di media sosial Cina.

    Menurut Napon Jatusripitak, peneliti tamu di ISEAS–Yusof Ishak Institute, Bangkok sangat bertekad untuk menarik wisatawan Cina.

    “Namun, tujuan ini dapat terancam oleh laporan berkelanjutan mengenai masalah keamanan bagi wisatawan Cina, atau oleh kegagalan Beijing dalam meyakinkan warganya sendiri,” tambahnya.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Strategi menyeimbangkan kepentingan

    Paul Chambers, pakar urusan Asia Tenggara di Universitas Naresuan, Thailand, mencatat bahwa ini bukan pertama kalinya Bangkok berupaya menenangkan Beijing.

    Sejak Januari, Bangkok dan Beijing telah meningkatkan kerja sama keamanan mereka, yang sebagian besar berfokus pada industri penipuan siber di Asia Tenggara, yang dianggap sebagai ancaman keamanan transnasional paling berbahaya di kawasan ini.

    Namun, Thailand tetap bekerja sama dengan AS, kata Chambers. Negara ini masih menjadi salah satu dari dua sekutu AS di kawasan tersebut, dan kedua negara masih terus berpartisipasi dalam latihan militer dan kepolisian bersama.

    “Sampai kerja sama Thailand-AS menurun drastis, saya ras kita tidak bisa mengatakan bahwa Bangkok telah meninggalkan strategi keseimbangan dan sepenuhnya memasuki orbit Beijing,” kata Chambers.

    Namun, beberapa pihak merasa episode deportasi ini bisa jadi titik balik.

    Bagi Thitinan Pongsudhirak, peneliti senior di Institute of Security and International Studies, kasus ini menandai “titik perubahan” dalam keseimbangan geopolitik Thailand.

    “Thailand kini menjadi bidak terbuka dalam konflik AS-Cina,” katanya kepada DW. “Bahaya strategis terbesar adalah bahwa elite Thailand yang menghadapi sanksi AS kini semakin dekat dengan Cina dan mengorbankan strategi keseimbangan yang pernah terkenal.”

    Untuk saat ini, beberapa analis memperkirakan Bangkok tidak akan terlalu terganggu oleh sanksi visa AS. “Thailand melihat pembatasan perjalanan AS sebagai hukuman yang cukup minimal,” kata Phil Robertson, direktur Asia Human Rights and Labour Advocates, kepada DW.

    Meski begitu, ia menyebutnya “agak cerdik” bahwa kedutaan AS di Bangkok belum mengumumkan siapa yang masuk daftar hitam, yang berarti satu-satunya cara bagi pejabat Thailand untuk mengetahuinya adalah dengan mengajukan visa dan kemudian berisiko mengalami penolakan yang memalukan.

    Robertson di sisi lain juga mempertanyakan: apalah arti potensi kehilangan muka bagi seorang politisi atau pejabat Thailand dibandingkan dengan “neraka yang akan dihadapi 40 orang Uighur di Xinjiang?”

    “Bisa dibilang pemerintah Thailand lolos dengan hukuman yang secara mengejutkan, ringan.”

    Artikel ini diadaptasi dari DW berbahasa Inggris.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini