Negara: Kamboja

  • Korban Tewas Serangan Kamboja di Thailand Bertambah Jadi 20 Orang

    Korban Tewas Serangan Kamboja di Thailand Bertambah Jadi 20 Orang

    Bangkok

    Bentrokan perbatasan antara Thailand dan Kamboja memasuki hari ketiga pada Sabtu (26/7), meskipun ada seruan gencatan senjata segera dari Phnom Penh. Otoritas Thailand melaporkan jumlah korban tewas akibat serangan-serangan militer Kamboja kembali bertambah menjadi sedikitnya 20 orang.

    Pertikaian perbatasan sejak lama antara kedua negara kembali memanas hingga menjadi pertempuran intens, yang melibatkan jet tempur, artileri, tank, dan pengerahan pasukan darat pada Kamis (24/7) dan berlanjut hingga Sabtu (26/7).

    Kedua negara, seperti dilansir AFP, Sabtu (26/7/2025), melaporkan bentrokan kembali terjadi pada Sabtu (26/7) pagi, sekitar pukul 05.00 waktu setempat, dengan Kamboja menuduh militer Thailand menembakkan “lima peluru artileri berat” ke sejumlah lokasi di Provinsi Pursat, yang berbatasan dengan Provinsi Trat di Thailand.

    Sedangkan militer Thailand, menurut laporan Bangkok Post, melaporkan pertempuran meletus di area Ban Chamrak, distrik Muang, pada akhir pekan.

    Sejumlah jurnalis AFP di kota Samraong, Kamboja, dekat area perbukitan yang dipenuhi hutan melaporkan wilayah itu menjadi lokasi pertempuran paling sengit. Mereka mendengar dentuman artileri pada Sabtu (26/7) siang waktu setempat.

    Seorang warga desa Thailand yang dihubungi melalui telepon saat berlindung di sebuah bunker di Provinsi Sisaket — hanya 10 kilometer dari perbatasan — juga melaporkan dirinya mendengar tembakan artileri.

    Laporan terbaru militer Thailand menyebut lima tentaranya tewas pada Jumat (25/7), sehingga jumlah korban tewas di negara tersebut bertambah menjadi sedikitnya 20 orang sejauh ini. Para korban tewas itu terdiri atas 14 warga sipil dan enam tentara Thailand.

    Sementara itu, Kementerian Pertahanan Kamboja melaporkan sedikitnya 13 orang tewas — terdiri atas delapan warga sipil dan lima tentara — akibat serangan militer Thailand. Lebih dari 70 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan lintas perbatasan itu.

    Secara total, sedikitnya 33 orang tewas dalam bentrokan berdarah di perbatasan Thailand dan Kamboja.

    Angka itu lebih tinggi daripada 28 korban tewas dalam pertempuran besar terakhir antara kedua negara pada tahun 2008 dan tahun 2011 lalu.

    Pertempuran sengit antara kedua negara itu telah memaksa lebih dari 138.000 orang dievakuasi dari area perbatasan Thailand, dan lebih dari 35.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah-rumah mereka di Kamboja.

    Duta Besar Kamboja untuk PBB, Chhea Keo, setelah pertemuan Dewan Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat dengan Thailand.

    Thailand belum memberikan tanggapan langsung, namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura, mengatakan kepada AFP bahwa Bangkok terbuka untuk berdialog dengan Kamboja, mungkin dengan bantuan Malaysia yang tahun ini menjabat Ketua ASEAN.

    Lihat juga Video: SPBU di Thailand Dibom Kamboja, 6 Orang Tewas

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/dhn)

  • Muhammadiyah Desak ASEAN Hentikan Konflik Thailand–Kamboja – Page 3

    Muhammadiyah Desak ASEAN Hentikan Konflik Thailand–Kamboja – Page 3

    Pejabat Kamboja melaporkan korban tewas akibat konflik perbatasan yang sedang berlangsung dengan Thailand bertambah 12 orang, yang kini totalnya mencapai 32 orang dari kedua belah pihak.

    Juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja, Maly Socheata, mengatakan bahwa tujuh warga sipil dan lima tentara lagi telah dikonfirmasi tewas. Sebelumnya, seorang pria Kamboja dilaporkan tewas ketika roket Thailand menghantam pagoda Buddha tempat ia berlindung pada Kamis (24/7).

    Menurutnya, tak kurang 50 warga sipil Kamboja dan lebih dari 20 tentara juga dilaporkan terluka.

    Thailand melaporkan bahwa 13 warga sipil, termasuk anak-anak, serta enam tentara tewas selama dua hari terakhir pertempuran. Sebanyak 29 tentara Thailand dan 30 warga sipil juga dilaporkan terluka akibat serangan dari pihak Kamboja.

    Seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (26/7/2025), surat kabar Kamboja The Khmer Times, mengutip pejabat di Provinsi Preah Vihear, melaporkan sekitar 20.000 penduduk telah dievakuasi dari wilayah perbatasan utara negara itu dengan Thailand.

    Sementara itu, lebih dari 138.000 orang juga telah dievakuasi dari wilayah perbatasan Thailand, dengan sekitar 300 pusat evakuasi dibuka, menurut pejabat Thailand.

  • Eskalasi Konflik Makin Memanas, Ini Perbandingan Kekuatan Militer Kamboja dan Thailand

    Eskalasi Konflik Makin Memanas, Ini Perbandingan Kekuatan Militer Kamboja dan Thailand

    YOGYAKARTA – Dalam artikel ini akan dibahas perbandingan kekuatan militer Kamboja dan Thailand. Kedua negara ini diketahui sudah saling bersitegang di wilayah perbatasan yang disengketakan selama berminggu-minggu sejak Mei 2025, di mana seorang tantara Kamboja tewas dalam baku tembak di perbetasan.

    Belakangan, eskalasi konflik antara Kamboja dan Thailand semakin memanas. Pada Kamis, 24 Juli 2025 pagi, militer Thailand mengerahkan jet tempur F-16 untuk menggempur pangkalan militer milik Kamboja.

    Aksi ini dilakukan setelah Kamboja menyerang wilayah perbatan Provinsi Sisaket dengan sistem roket BM-21 Grad, dikutip dari Antara.

    Baik Kamboja maupun Thailand, keduanya saling menyalahkan atas dimulainya serangan pada Kamis pagi di wilayah perbatasan yang dikenal sebagai segita Zamrud. Wilayah ini merupakan perbatasan Thailand-Kamboja-Laos dengan batas yang tak pernah benar-benar disepakati.

    Perbandingan Kekuatan Militer Kamboja dan Thailand

    Jika konfik bersenjata meluas dan diplomasi tidak menemui titik terang, militer Kamboja-Thailand berpotensi saling berhadap-hadapan sebagai musuh.

    Di atas kertas, kekuatan militer Thailand jauh lebih unggul dari Kamboja. Negeri Gajah Putih memiliki skor indeks kekuatan (PwrIndx) sebesar 0,4536, peringkat ke-25 secara global. Sementara PwrIndx Kamboja berada di level 2,0752, peringkat ke-95 dari 145 negara.

    Secara lebih rinci, berikut perbandingan kekuatan militer Kamboja dan Thailand berdasarkan informasi yang dihimpun VOI.

    Personel

    Dari segi personel, kekuatan militer Kamboja masih jauh di bawah Thailand. Populasi total Kamboja sekitar 17 juta jiwa (peringkat 72), sedangkan Thailand sekitar 70 juta jiwa (peringkat 20).

    Kamboja diketahui memiliki 221.000 personel aktif. Sementara Thailand mempunyai 360.850 personel dengan 200.000 personel cadangan. Terkait hal ini, Kamboja dilaporkan tidak mempunyai personel cadangan.

    Lebih lanjut, kamboja memiliki 10.000 pasukan paramiliter. Sementara jumlah pasukan paramiliter yang dimiliki Thailand mencapai 25.000 orang.

    Anggaran Pertahanan

    Anggaran pertahanan yang dialokasikan oleh pemerintah kamboja berada di level 860 juta dolar AS (sekitar Rp14 triliun). Angka ini masih berada di bawah Thailand yang anggaran militernya sebesar 598 miliar dolar AS (sekitar Rp95 triliun).

    Kekuatan Angkatan Darat

    Angkatan darat Kamboja dilaporkan memiliki 644 tank dan 3.627 unit kendaraan lapis baja. Kamboja juga mempunyai 30 unit artileri swagerak, 430 artileri tarik. Untuk proyektor roket bergerak, Kamboja menduduki peringkat ke-10 dunia dengan 463 unit.

    Sedangkan Thailand memiliki 635 unit tank dan 16.935 unit kendaraan lapis baja. Angkatan Darat Thailand juga mengoperasikan 589 unit artileri tarik dan 50 unit artileri swagerak.

    Kekuatan Angkatan Laut

    Kekuatan Angkatan Laut Kamboja hanya terdiri dari sekitar 2.800 personel, termasuk 1.500 marinir, dan hanya mempunyai 13 kapal patrol serta 1 kapal pendarat amfibi.

    Lain halnya dengan Thailand, Negeri Gajah Putih memiliki armada laut besar dengan hampir 70.000 personel, meliputi divisi penerbangan Angkatan laut, mariner, pertahanan pantai, dan personel wajib militer.

    Selain itu, Angkatan Laut Thailand juga memiliki 1kapal induk, 7 fregat, 68 kapal patrol dan tempur pesisir, kapal pendarat amfibi berkapasitas ratusan personel, Armada UAV dan helicopter Angkatan laut, serta mariner aktif sebanyak 23.000 personel.

    Kekuatan Angkatan Udara

    Dari segi angkatan udara, militer Kamboja mempunyai sekitar 1.500 personel dan hanya memiliki inventaris pesawat terbatas yang mencakup 10 pesawat angkut dan 10 helikopter angkut. Negeri Seribu Pagoda dilaporkan tidak mengoperasikan jet tempur, namun memiliki 16 helikopter multi-peran, seperti enam Mi-17 era Soviet dan 10 Z-9 China.

    Sementara Thailand, merujuk laporan International Institute for Strategic Studies (IISS), memiliki angkatan udara yang sangat terlatih.

    Jumlah personel Angkatan Udara Kerajaan Thailand dilaporkan mencapai 46.000 personel. Selain itu, Thailand juga memiliki 112 pesawat tempur aktif, dengan rincian 28 unit jet tempur F-16 Fighting Falcon, 11 unit jet temput Gripen buatan Swedia, dan puluhan helicopter tempur dan UAV.

    Jika melihat perbandingan kekuatan militer Kamboja dan Thailand, Kamboja tidak diuntungkan lantaran kekuatan militernya jauh di bawah Thailand. Meski begitu, Kamboja tidak memiliki wilayah perairan yang luas, sehingga bisa lebih fokus pada kekuatan angkatan darat.

    Demikian informasi tentang perbandingan kekuatan militer Kamboja dan Thailand. Dapatkan update berita pilihan lainnya hanya di VOI.ID.

  • Terpopuler, Indonesia ke final dan wanita jatuh dari apartemen Tebet 

    Terpopuler, Indonesia ke final dan wanita jatuh dari apartemen Tebet 

    Jakarta (ANTARA) – Terdapat sejumlah berita unggulan Antara pada Jumat (26/7) yang masih menarik disimak pada hari ini. Mulai dari Timnas Indonesia maju ke final Piala AFF 2025 setelah singkirkan Thailand hingga jatuhnya seorang wanita di sebuah apartemen di Tebet.
    Berikut daftar beritanya:

    1. Indonesia maju ke final setelah singkirkan Thailand lewat adu penalti

    Timnas U-23 Indonesia berhasil maju ke final setelah menyingkirkan Timnas U-23 Thailand lewat adu penalti pada semifinal Kejuaraan ASEAN U-23 2025 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (25/7).

    Baca selengkapnya di sini.

    2. Seorang wanita jatuh dari lantai 33 apartemen di Tebet

    Pihak Kepolisian mendalami kasus wanita inisial JA (24) yang jatuh dari lantai 33 sebuah apartemen di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, pada Jumat pagi pukul 05.30 WIB.

    Baca selengkapnya di sini.

    3. KPK: Ridwan Kamil samarkan kepemilikan kendaraan dengan nama pegawai

    Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkapkan mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK) menyamarkan kepemilikan kendaraan yang disita lembaga antirasuah itu dengan nama pegawainya.

    Baca selengkapnya di sini.

    4. Pemerintah pastikan WNI di Thailand dan Kamboja dalam keadaan aman

    Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Wamenko Polkam) Lodewijk Freidrich Paulus memastikan warga negara Indonesia yang berada di Thailand dan Kamboja dalam kondisi aman.

    Baca selengkapnya di sini.

    5. Daftar lengkap merek dan mobil baru yang tampil di GIIAS 2025

    Tahun ini, GIIAS 2025 menampilkan lebih dari 60 merek otomotif global, didukung oleh lebih dari 120 industri pendukung, dan menempati area seluas 120.000 meter persegi.

    Pameran ini juga menjadi ajang peluncuran berbagai kendaraan baru, termasuk mobil listrik, kendaraan hybrid, hingga mobil konsep masa depan.

    Baca selengkapnya ada di sini.

    Pewarta: Agita Tarigan/Fatihani Syahira
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bertambah, 13 Orang Tewas Akibat Gempuran Thailand di Kamboja

    Bertambah, 13 Orang Tewas Akibat Gempuran Thailand di Kamboja

    Phnom Penh

    Korban tewas akibat serangan militer Thailand di area perbatasan Kamboja dilaporkan bertambah menjadi sedikitnya 13 orang. Sebagian besar korban tewas merupakan warga sipil yang terjebak bentrokan berdarah antara militer kedua negara di wilayah perbatasan yang disengketakan.

    Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, seperti dilansir AFP dan Khmer Times, Sabtu (26/7/2025), melaporkan bahwa para korban tewas terdiri atas delapan warga sipil dan lima personel Angkatan Bersenjata Kamboja.

    Lebih dari 70 orang lainnya, sebut Socheata, mengalami luka-luka akibat rentetan serangan lintas perbatasan yang dilancarkan militer Thailand sejak bentrokan terbaru pecah pada Kamis (24/7).

    Puluhan korban luka itu terdiri atas 21 tentara Kamboja dan setidaknya 50 warga sipil, dengan kondisi luka-luka mereka memiliki tingkat keparahan yang bervariasi. Disebutkan Socheata bahwa warga sipil yang luka-luka itu terjebak serangan artileri yang menargetkan desa Ekphap, Thmar Da Commune, di distrik Veal Veng.

    Dalam pernyataannya, Socheata juga menyebut sedikitnya 35.829 warga sipil telah dievakuasi dari area-area berisiko tinggi di Provinsi Preah Vihear, Oddar Meanchey, dan Pursat yang ada di wilayah perbatasan yang menjadi lokasi bentrokan.

    Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh militer Thailand telah melanggar hukum kemanusiaan internasional, termasuk Konvensi Jenewa, dengan melancarkan serangan membabi-buta terhadap warga sipil, mengebom desa-desa, dan tempat-tempat suci, serta dilaporkan menggunakan amunisi cluster.

    “Thailand telah mengerahkan lebih banyak pasukan di sepanjang perbatasan untuk menyerang Kamboja tanpa ada tanda-tanda langkah penanggulangan konflik,” ujar Socheata dalam pernyataannya.

    “Kementerian Pertahanan Nasional menyerukan kepada masyarakat internasional, termasuk Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, ASEAN, mitra internasional, dan semua pihak terkait, untuk mengeluarkan kecaman keras terhadap agresi dan serangan Thailand terhadap Kamboja,” cetusnya.

    Pertikaian perbatasan sejak lama antara kedua negara kembali memanas menyusul ledakan ranjau yang melukai tentara Thailand di perbatasan pada Rabu (23/7). Sehari kemudian, atau Kamis (24/7), pertempuran sengit terjadi dengan melibatkan serangan roket, jet tempur, artileri, tank dan pengerahan pasukan darat.

    Pertempuran pada Kamis (24/7), menurut militer Thailand, difokuskan di enam lokasi, termasuk di sekitar dua kuil kuno di area perbatasan yang disengketakan.

    Pasukan Kamboja menembakkan rentetan roket dan peluru artileri ke wilayah Thailand. Sedangkan militer Thailand mengerahkan sejumlah jet tempur F-16 untuk menyerang target-target militer di dalam wilayah Kamboja. Kedua negara saling menyalahkan sebagai yang melepaskan tembakan terlebih dahulu.

    Pertempuran kembali berlanjut pada Jumat (25/7) pagi, sekitar pukul 04,00 waktu setempat, di tiga wilayah perbatasan. Militer Thailand mengklaim pasukan Kamboja melancarkan pengeboman dengan senjata berat, artileri lapangan, dan sistem roket BM-21. Pasukan Thailand merespons dengan “tembakan dukungan yang sepadan”.

    Kementerian Kesehatan Thailand, dalam laporannya, menyebut sedikitnya 15 orang — terdiri atas 14 warga sipil dan satu tentara — tewas akibat serangan-serangan Kamboja. Sekitar 46 orang lainnya, termasuk 15 tentara, mengalami luka-luka. Lebih dari 138.000 orang juga telah dievakuasi dari area perbatasan Thailand.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura, mengatakan kepada AFP bahwa pertempuran mulai mereda pada Jumat (25/7) sore. Dia mengatakan Bangkok terbuka untuk berdialog dengan Kamboja, mungkin dengan bantuan Malaysia yang tahun ini menjabat Ketua ASEAN.

    Lihat juga Video: SPBU di Thailand Dibom Kamboja, 6 Orang Tewas

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/dhn)

  • Perang Thailand vs Kamboja, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

    Perang Thailand vs Kamboja, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

    Bangkok

    Pertempuran antara tentara Thailand dan Kamboja sejak Kamis (24/07) telah menewaskan setidaknya 16 orang dan puluhan ribu lainnya dievakuasi dari perbatasan kedua negara. Sejumlah pengamat menganggap Indonesia akan terkena dampak jika konflik antara Thailand dan Kamboja semakin parah.

    Aksi saling serang ini menunjukkan eskalasi sengketa antara dua negara bertetangga di Asia Tenggara yang telah berlangsung selama satu abad.

    Thailand telah menutup wilayah perbatasannya dengan Kamboja.

    Sementara itu, Kamboja telah memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Thailand seraya menuduh negara tetangganya itu menggunakan “kekuatan berlebihan”.

    Masing-masing negara telah meminta warganya yang tinggal dekat perbatasan untuk mengungsi dari wilayah tersebut.

    Seorang saksi mata bercerita tentang pertempuran yang intens.

    “Ini benar-benar serius. Kami sedang dalam proses evakuasi,” kata Sutian Phiwchan, seorang warga lokal di distrik Ban Dan, Provinsi Buriram, Thailand, yang berbatasan dengan Kamboja, kepada BBC.

    Dalam pernyataan terdahulu, pemimpin Thailand mengatakan, pertempuran sengit dengan Kamboja, dapat “bergerak menuju perang”.

    Apa dampaknya terhadap Indonesia jika konflik Thailand-Kamboja terus memanas?

    Pengamat hubungan internasional dari Universitas Pelita Harapan, Wempy Pasaribu, mengatakan dampak yang paling jelas dari konflik Thailand dan Kamboja adalah kemungkinan Indonesia kebanjiran pengungsi dari daerah konflik.

    “Kita khawatirkan bisa terjadi banjir pengungsi, seperti perang Vietnam dulu. Spill out dari pengungsi ini kan bisa juga mengakibatkan yang tidak baik dalam hubungan Indonesia dengan kedua negara,” kata Wempy, Jumat (25/07).

    Jika benar terjadi, kata Wempy, kondisi di Indonesia akan semakin buruk karena saat ini saja, pemerintah masih kewalahan mengurus pengungsi Rohingya dan Afghanistan.

    Sementara itu, pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, memperingatkan agar Indonesia mewaspadai pihak-pihak luar yang ingin memanfaatkan keadaan di Thailand dan Kamboja.

    Ia mengambil contoh sindikat perdagangan senjata yang mungkin ingin memasukkan barang ke daerah konflik melalui negara-negara tetangga Thailand dan Kamboja, termasuk Indonesia.

    “Mereka tidak mau langsung membawa barang ke wilayah konfliknya, tapi mungkin lewat Indonesia dulu untuk menyamarkan senjata itu sebenarnya dari siapa. Nanti seolah-olah Indonesia yang terlibat,” kata Teuku.

    “Itu harus kita hindari. Jangan sampai kelengahan kita berujung pada kita dipermalukan.”

    Namun, Wempy dan Teuku mengatakan, konflik ini baru saja pecah, jadi belum dapat diketahui pasti dampaknya buat Indonesia.

    Untuk saat ini, mereka hanya mengingatkan pemerintah dan masyarakat Indonesia agar tidak terlihat membela salah satu pihak.

    “Jangan merasa harus mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang enggak perlu karena bisa dianggap oleh mereka sebagai upaya ikut campur atau ikut memengaruhi,” kata Teuku.

    Mengapa Thailand dan Kamboja bertempur?

    Percekcokan wilayah perbatasan ini bermula lebih dari 100 tahun lalu saat batas-batas kedua negara ditetapkan setelah penjajahan Prancis di Kamboja.

    Hubungan keduanya menjadi tegang pada 2008. Saat itu Kamboja mencoba mendaftarkan sebuah kuil abad ke-11 yang berada di wilayah sengketa sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Langkah ini disambut protes keras dari Thailand

    Getty ImagesSeorang tentara Thailand sedang berjaga di kuil kuno Khmer yang disengketakan, Prasat Ta Muen Thom, di wilayah sengketa perbatasan Thailand-Kamboja.

    Selama bertahun-tahun terjadi bentrokan secara sporadis yang menewaskan tentara dan warga sipil di kedua belah pihak.

    Pertempuran yang saat ini berlangsung berawal ketika pada Mei lalu seorang tentara Kamboja tewas dalam bentrokan. Hal ini membuat hubungan bilateral Thailand-Kamboja mencapai titik terendah dalam lebih dari satu dekade.

    Dalam dua bulan terakhir, kedua negara memberlakukan pembatasan di perbatasan satu sama lain. Kamboja melarang impor dari Thailand seperti buah-buahan dan sayuran, serta menghentikan impor layanan listrik dan internet.

    Kedua negara juga telah memperkuat kehadiran pasukan di sepanjang perbatasan dalam beberapa minggu terakhir.

    Sejarah hubungan Thailand-Kamboja

    Ini bukan pertama kalinya terjadi ketegangan antara Thailand dan Kamboja. Setiap kali tensi meningkat, biasanya disebabkan oleh sengketa perbatasan atau ketegangan politik, seperti:

    Pada 1958 dan 1961, Kamboja mengakhiri hubungan diplomatik dengan Thailand terkait sengketa Kuil Preah Vihear.

    Pada 2003, menyusul kerusuhan dan serangan terhadap Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh, Perdana Menteri Thailand saat itu, Thaksin Shinawatra, melancarkan Operasi Pochentong. Operasi ini mengirimkan pesawat militer untuk mengevakuasi semua warga negara dan diplomat Thailand dari Kamboja dan mengusir diplomat Kamboja sebagai balasan.

    Pada 2008 dan 2011, bentrokan militer pecah di Kuil Preah Vihear.

    Pada 2009, Thailand menurunkan hubungan sebagai tanggapan atas dukungan Kamboja terhadap mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, yang saat itu sedang diasingkan.

    Ke mana arah konflik ini?

    Perdana Menteri sementara Thailand, Phumtham Wechayachai, mengatakan sengketa dengan Kamboja tetap “sensitif” dan harus ditangani dengan hati-hati, serta sesuai dengan hukum internasional.

    Di sisi lain, Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, mengatakan negaranya ingin menyelesaikan sengketa secara damai. Mereka mengaku “tidak punya pilihan” selain “menanggapi agresi bersenjata dengan kekuatan bersenjata”.

    Pada masa lalu, meskipun telah terjadi saling serang yang serius, situasi-situasi tersebut mereda relatif cepat.

    Pada pertikaian saat ini, kedua negara kekurangan pemimpin yang punya kekuatan dan keyakinan untuk mundur dari konfrontasiwalau tampaknya pertempuran terkini tak akan meluas menjadi perang besar-besaran.

    Hun Manet, putra dari seorang mantan penguasa yang kuat, belum benar-benar punya otoritasnya sendiri. Ayah Hun Manet, Hun Sen, tampaknya bersedia memperdalam konflik ini untuk memperkuat reputasi nasionalisnya.

    Di Thailand, pemerintahan koalisi saat ini tampak rapuh.

    Meskipun Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra disokong ayahnya, Thaksin Shinawatra, dan Thaksin punya hubungan pribadi yang dekat dengan Hun Sen dan keluarganya, namun dia merasa dikhianati keputusan Hun Sen untuk membocorkan percakapan pribadi yang mengakibatkan Paetongtarn diskors sebagai perdana menteri oleh Mahkamah Konstitusi Thailand.

    Reportase tambahan oleh May Titthara di Phnom Penh.

    Lihat juga Video: DPR Minta Pemerintah Evakuasi WNI di Area Perang Thailand-Kamboja

    (nvc/nvc)

  • Kamboja Serukan Gencatan Senjata, Apa Respons Thailand?

    Kamboja Serukan Gencatan Senjata, Apa Respons Thailand?

    Phnom Penh

    Kamboja menyerukan gencatan senjata “segera” dengan Thailand, setelah dua hari pertempuran lintas batas antara dua negara bertetangga di Asia Tenggara. Thailand belum memberi komentar atas seruan ini.

    Duta Besar Kamboja untuk PBB, Chhea Keo, mengatakan negaranya meminta gencatan senjata “tanpa syarat”. Ia menambahkan, Phnom Penh menginginkan “penyelesaian damai sengketa” batas wilayah dengan Thailand.

    Sejauh ini, Thailand belum memberikan pernyataan publik mengenai usulan gencatan senjata tersebut. Sebelumnya, Thailand telah memberlakukan hukum darurat di delapan distrik yang berbatasan dengan Kamboja.

    Setidaknya 16 orang tewas dan puluhan ribu orang mengungsi di kedua negara, yang saling menuduh sebagai pihak yang pertama kali menembak pada Kamis.

    Artileri Thailand melepaskan tembakan ke wilayah Kamboja pada hari kedua pertikaian, Jumat (25/07) (Reuters)

    Pemimpin Thailand mengatakan bahwa pertempuran sengit antara Thailand dan Kamboja, yang telah menewaskan sedikitnya 16 orang dan membuat puluhan ribu orang mengungsi, dapat “bergerak menuju perang”.

    Thailand mengatakan sejauh ini korban tewas mencakup 14 warga sipil dan satu tentara. Di pihak Kamboja, otoritas negara itu menyebut sebanyak satu warga sipil tewas.

    Selain itu, bentrokan melukai puluhan orang dan membuat lebih dari 100.000 warga sipil Thailand mengungsi di Provinsi Ubon Ratchathani dan Provinsi Surin.

    Di sebuah kompleks olahraga yang telah diubah menjadi pusat evakuasi di Provinsi Surin, Thailand, mayoritas pengungsi adalah anak-anak dan lansia. Mereka mengatakan terguncang oleh serangan roket dan artileri yang mereka saksikan pada Kamis (24/07).

    Di Kamboja, sekitar 1.500 keluarga di Provinsi Oddar Meanchey telah dievakuasi.

    Para pengungsi lanjut usia yang selamat dari pemboman selama Perang Saudara Kamboja tahun 1980-an mengatakan kepada BBC bahwa pertempuran terkini adalah yang terburuk yang pernah mereka alami.

    Reaksi berbagai negara

    Berbagai negara telah menyerukan agar Thailand dan Kamboja segera memberlakukan gencatan senjata.

    Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yang memimpin ASEAN, mengimbau para pemimpin kedua negara untuk segera melakukan gencatan senjata.

    “Saya menyambut baik sinyal positif dan kesediaan yang ditunjukkan oleh Bangkok dan Phnom Penh untuk mempertimbangkan langkah ini ke depan,” tulis Anwar di Facebook, Kamis (24/07) malam.

    Terlepas dari optimisme Anwar, pertempuran terus berlanjut hingga malam.

    AS juga menyerukan “penghentian segera permusuhan, perlindungan warga sipil, dan penyelesaian konflik secara damai”.

    “Kami … sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja, dan sangat sedih dengan laporan mengenai korban jiwa warga sipil,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tommy Pigott, dalam jumpa pers.

    China, yang memiliki hubungan politik dan strategis dengan Kamboja dan Thailand, mengatakan “sangat prihatin” dan berharap kedua belah pihak dapat menyelesaikan masalah melalui dialog dan konsultasi.

    Australia, Uni Eropa, dan Prancis juga telah menyerukan perdamaian.

    Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa diperkirakan akan bertemu pada Jumat (25/07) untuk membahas konflik tersebut.

    Pertempuran kedua negara pertama kali berlangsung di beberapa wilayah Kamis (24/07) pagi.

    Thailand mengklaim Kamboja melepaskan tembakan terlebih dahulu. Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja menuduh Thailand sengaja mengerahkan pasukan dalam jumlah banyak, menggunakan senjata berat, dan melancarkan serangan udara guna menduduki wilayah Kamboja.

    Bagaimana kronologi versi Thailand?

    Angkatan Darat Kerajaan Thailand menyatakan insiden berawal pada Kamis (24/07), tepat setelah pukul 07.30 waktu setempat. Saat itu, militer Kamboja mengerahkan pesawat tanpa awak untuk melakukan pengawasan terhadap pasukan Thailand di dekat perbatasan, menurut juru bicara Dewan Keamanan Nasional (NSC) Thailand.

    Tak lama kemudian, menurut militer Thailand, enam personel militer Kamboja bersenjata lengkap, termasuk granat berpeluncur roket (RPG), berkumpul di dekat perbatasan. Tentara di pihak Thailand mencoba bernegosiasi dengan berteriak, tetapi tidak berhasil, kata juru bicara NSC.

    Juru bicara NSC menambahkan, tentara Kamboja melepaskan tembakan sekitar pukul 08.20, yang memaksa pihak Thailand untuk membalas tembakan dan mengerahkan enam pesawat tempur F-16 untuk menyerang target militer Kamboja. Militer Thailand menyatakan bahwa Komando Daerah Militer Khusus 8 dan 9 Kamboja “telah dihancurkan”.

    Thailand menuduh Kamboja mengerahkan senjata berat, termasuk kendaraan peluncur roket BM-21 dan artileri, yang menyebabkan kerusakan pada rumah dan fasilitas umum di sepanjang sisi perbatasan Thailand.

    Baca juga:

    Sesaat setelah pertempuran berlangsung, Thailand menutup semua pintu perbatasannya dengan Kamboja. Kemudian, Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh mendesak warga negara Thailand untuk meninggalkan Kamboja.

    Bagaimana kronologi versi Kamboja?

    Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja mengklaim tentara Thailand memulai konflik pada Kamis (24/07) sekitar pukul 06.30 waktu setempat. Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja menuduh Thailand sengaja melancarkan serangan udara guna menduduki wilayah Kamboja.

    Kamboja menuding Thailand melanggar perjanjian sebelumnya dengan maju ke sebuah kuil di dekat perbatasan dan memasang kawat berduri di sekitar pangkalan militernya.

    Tentara Thailand kemudian mengerahkan pesawat nirawak tepat setelah pukul 07.00, dan melepaskan tembakan “ke udara” sekitar pukul 08.30, menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja.

    Pukul 08.46, tentara Thailand “secara preemptif” melepaskan tembakan ke arah pasukan Kamboja, menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional, Maly Socheata. Kamboja tidak punya pilihan selain menggunakan hak membela diri, menurut surat kabar Phnom Penh Post.

    Socheata selanjutnya menuduh Thailand mengerahkan pasukan secara berlebihan, menggunakan senjata berat, dan melakukan serangan udara di wilayah Kamboja.

    Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja menyebut tindakan Thailand sebagai “agresi militer yang brutal dan ilegal” dan “pelanggaran terang-terangan terhadap Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, norma-norma ASEAN, dan prinsip-prinsip inti hukum internasional”.

    Kementerian tersebut juga mengklaim bahwa jet tempur Thailand menjatuhkan dua bom di wilayah yang dikuasai Kamboja ketika bentrokan antara kedua negara meningkat pada Kamis (24/07) pagi.

    “Tindakan-tindakan yang melanggar hukum dan tidak bertanggung jawab ini tidak hanya menimbulkan ancaman serius bagi perdamaian dan stabilitas regional, tetapi juga merusak fondasi tatanan internasional,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Kamboja, Maly Socheata.

    Kementerian tersebut lebih lanjut memperingatkan bahwa militer sepenuhnya siap untuk mempertahankan kedaulatan Kamboja “dengan segala cara”.

    Bentrokan kedua negara terjadi sehari setelah Thailand menarik duta besarnya dari Kamboja, menyusul ledakan ranjau darat yang melukai seorang tentara Thailand di perbatasan.

    Pada Rabu (23/07), pemerintah Thailand juga mengatakan akan mengusir duta besar Kamboja dari Bangkok.

    BBC

    Kesaksian warga Thailand di perbatasan ‘Menegangkan dan menakutkan’

    Sutian Phiwchan, warga lokal Distrik Ban Dan di Provinsi Buriram, yang dekat perbatasan Kamboja, mengatakan kepada BBC bahwa penduduk di kawasan itu mulai mengungsi, termasuk keluarganya. Dia membawa mereka ke shelter di dekat rumahnya.

    “Situasinya benar-benar serius. Kami sedang mengungsi,” ujar Sutian.

    Dia mengatakan kondisinya menegangkan dan menakutkan. “Mereka menembak langsung ke sini. Tepat di sana [ke perbatasan Thailand, tempat penduduk bermukim]. Anak-anak dan semuanya…kami benar-benar ketakutan.”

    Ketika ditanya apakah pertempuran kali ini lebih buruk dari sebelumnya, dia menjawab: “Ya, karena sekarang mereka tidak hanya menggunaka senapan, artileri berat dilibatkan juga’.

    BBC

    Kedua negara tidak mau menurunkan tensi

    Jonathan Head

    Koresponden BBC di Asia Tenggara

    Menurut militer Thailand, pasukan mereka melepaskan tembakan setelah berhadapan dengan sekelompok tentara Kamboja yang bersenjata lengkap tepat di perbatasan yang disengketakan.

    Pihak Kamboja mengatakan bahwa pihak Thailand-lah yang melepaskan tembakan terlebih dahulu.

    Kini, penduduk di wilayah perbatasan sisi Thailand telah diperintahkan untuk mengungsi. Hal ini menyusul keputusan Thailand untuk mengusir duta besar Kamboja dari Bangkok dan menarik duta besarnya dari Phnom Penh.

    Untuk saat ini, kedua negara tampaknya belum siap untuk meredakan ketegangan. Namun, konflik ini sejatinya telah meletus bulan lalu, setelah Pemimpin Kamboja, Hun Sen, mempermalukan Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, dengan membocorkan percakapan telepon mereka tentang perbatasan yang disengketakan.

    Tidak ada yang tahu mengapa ia memilih melakukan hal ini. Faktanya, ia telah merusak hubungan dekat antara kedua keluarga yang telah terjalin selama beberapa dekade.

    Paetongtarn Shinawatra kemudian diskors sebagai perdana menteri oleh Mahkamah Konstitusi Thailand, dan pemerintahannya yang tidak populer kini tidak bisa terlihat lemah dalam menghadapi Kamboja.

    Dampaknya adalah meningkatnya perang kata-kata antara kedua negara, runtuhnya perdagangan perbatasan yang bernilai miliaran dolar, dan meningkatnya risiko bentrokan yang lebih serius antara kedua negara.

    BBC

    Sejarah hubungan Thailand-Kamboja

    Ini bukan pertama kalinya terjadi ketegangan antara Thailand dan Kamboja. Setiap kali tensi meningkat, biasanya disebabkan oleh sengketa perbatasan atau ketegangan politik, seperti:

    Pada 1958 dan 1961, Kamboja mengakhiri hubungan diplomatik dengan Thailand terkait sengketa Kuil Preah Vihear.

    Pada 2003, menyusul kerusuhan dan serangan terhadap Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh, Perdana Menteri Thailand saat itu, Thaksin Shinawatra, melancarkan Operasi Pochentong. Operasi ini mengirimkan pesawat militer untuk mengevakuasi semua warga negara dan diplomat Thailand dari Kamboja dan mengusir diplomat Kamboja sebagai balasan.

    Pada 2008 dan 2011, bentrokan militer pecah di Kuil Preah Vihear.

    Pada 2009, Thailand menurunkan hubungan sebagai tanggapan atas dukungan Kamboja terhadap mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, yang saat itu sedang diasingkan.

    Artikel ini akan diperbarui secara berkala.

    (nvc/nvc)

  • Kamboja Serukan Gencatan Senjata Tanpa Syarat dengan Thailand

    Kamboja Serukan Gencatan Senjata Tanpa Syarat dengan Thailand

    Jakarta

    Utusan Kamboja untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pihaknya menginginkan gencatan senjata segera dengan Thailand. Seruan ini disampaikan setelah kedua negara tetangga tersebut saling serang untuk hari kedua.

    Dilansir AFP, Sabtu (26/7/2025), perselisihan perbatasan yang telah berlangsung lama meletus menjadi pertempuran sengit yang melibatkan jet tempur, artileri, tank, dan pasukan darat pada hari Kamis. Hal ini mendorong Dewan Keamanan (DK) PBB untuk mengadakan pertemuan darurat mengenai krisis tersebut pada hari Jumat.

    “Kamboja meminta gencatan senjata segera, tanpa syarat, dan kami juga menyerukan solusi damai untuk perselisihan ini,” kata Duta Besar Kamboja, Chhea Keo, setelah pertemuan tertutup DK PBB yang dihadiri oleh Kamboja dan Thailand.

    Utusan tersebut mempertanyakan bagaimana Thailand, negara dengan kekuatan militer besar di kawasan, dapat menuduh Kamboja, negara tetangganya yang lebih kecil, menyerangnya.

    “(Dewan Keamanan) meminta kedua belah pihak untuk menahan diri semaksimal mungkin dan menempuh solusi diplomatik. Itulah yang kami serukan juga,” kata Chhea Keo.

    Lebih dari 138.000 orang telah dievakuasi dari wilayah perbatasan Thailand, menurut Kementerian Kesehatan, melaporkan 15 korban jiwa-14 warga sipil dan seorang tentara. Sementara itu 46 lainnya luka-luka, termasuk 15 tentara.

    (lir/lir)

  • Bertambah, 13 Orang Tewas Akibat Gempuran Thailand di Kamboja

    Warning Thailand Kala Makin Panas dengan Kamboja

    Jakarta

    Militer Thailand dan Kamboja terlibat saling serang di perbatasan. Kerajaan Thailand pun memberi peringatan saat konflik dengan Kamboja semakin panas.

    Pelaksana Tugas (Plt) Perdana Menteri (PM) Thailand, Phumtham Wechayachai, memberi peringatan untuk Kamboja saat pertempuran di perbatasan terus berlanjut dan telah menewaskan sedikitnya 15 orang. Korban tewas akibat serangan Kamboja itu sebagian besar merupakan warga sipil.

    Selain itu, lebih dari 130.000 orang juga terpaksa mengungsi dari rumah-rumah mereka di area perbatasan Thailand saat bentrokan dengan Kamboja memasuki hari kedua pada Jumat (25/7/2025). Aksi saling serang masih berlangsung antara pasukan militer kedua negara di area perbatasan yang disengketakan.

    Dilansir AFP, Phumtham memperingatkan Kamboja pertempuran lintas perbatasan yang kini berlangsung ‘dapat berkembang menjadi perang’.

    “Kami telah mencoba berkompromi karena kita bertetangga, tetapi kami sekarang telah menginstruksikan militer Thailand untuk segera bertindak jika terjadi keadaan darurat,” kata Phumtham saat berbicara kepada wartawan di Bangkok.

    “Jika situasi memanas, dapat berkembang menjadi perang, meskipun untuk saat ini, masih terbatas pada bentrokan,” sambungnya.

    Otoritas Thailand melaporkan lebih dari 138.000 orang telah dievakuasi dari wilayah perbatasan sejak bentrokan terbaru pecah pada Kamis (24/7) pagi. Sementara, Kementerian Kesehatan Thailand melaporkan data terbarunya yang menyebut sedikitnya 15 orang tewas, terdiri atas 14 warga sipil dan satu tentara, akibat rentetan serangan Kamboja di area perbatasan. Sekitar 46 orang lainnya, termasuk 15 tentara, mengalami luka-luka.

    Otoritas Kamboja sebelumnya melaporkan seorang warga sipil berusia 70 tahun tewas akibat serangan Thailand di Provinsi Oddar Meanchey. Sementara, lima orang lainnya mengalami luka-luka.

    Pertikaian perbatasan yang sebenarnya terjadi sejak lama antara kedua negara itu kembali memanas menyusul ledakan ranjau yang melukai tentara Thailand di perbatasan pada Rabu (23/7). Sehari kemudian, atau Kamis (24/7), pertempuran sengit terjadi dengan melibatkan serangan roket, jet tempur, artileri, tank dan pengerahan pasukan darat.

    Situasi di perbatasan Thailand dan Kamboja (2142AS-THAILAND-CAMBODIA_SMOKE_O_ Foto: Reuters)

    Pertempuran pada Kamis (24/7), menurut militer Thailand, difokuskan di enam lokasi termasuk sekitar dua kuil kuno di area perbatasan yang disengketakan. Dalam pertempuran itu, pasukan Kamboja menembakkan rentetan roket dan peluru artileri ke wilayah Thailand. Sedangkan militer Thailand mengerahkan sejumlah jet tempur F-16 untuk menyerang target-target militer di dalam wilayah Kamboja.

    Kedua negara saling menyalahkan sebagai yang melepaskan tembakan terlebih dahulu. Pada Jumat (25/7) pagi, sekitar pukul 04,00 waktu setempat, pertempuran kembali terjadi di tiga wilayah perbatasan.

    Militer Thailand mengklaim pasukan Kamboja melancarkan pengeboman dengan senjata berat, artileri lapangan, dan sistem roket BM-21. Pasukan Thailand mengaku telah merespons dengan ‘tembakan dukungan yang sepadan’.

    Penyebab Pertempuran

    Dilansir BBC, percekcokan wilayah perbatasan ini bermula lebih dari 100 tahun lalu saat batas-batas kedua negara ditetapkan setelah penjajahan Prancis di Kamboja. Hubungan keduanya menjadi tegang pada tahun 2008 saat Kamboja mencoba mendaftarkan kuil abad ke-11 yang berada di wilayah sengketa sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

    Langkah ini disambut protes keras dari Thailand. Selama bertahun-tahun terjadi bentrokan secara sporadis yang menewaskan tentara dan warga sipil di kedua belah pihak.

    Pertempuran yang kini ini berlangsung berawal ketika pada Mei lalu seorang tentara Kamboja tewas dalam bentrokan. Hal ini membuat hubungan bilateral Thailand-Kamboja mencapai titik terendah dalam lebih dari satu dekade.

    Dalam dua bulan terakhir, kedua negara memberlakukan pembatasan di perbatasan satu sama lain. Kamboja melarang impor dari Thailand seperti buah-buahan dan sayuran, serta menghentikan impor layanan listrik dan internet. Kedua negara juga telah memperkuat kehadiran pasukan di sepanjang perbatasan dalam beberapa minggu terakhir.

    Kuil Preah Vihear yang disengketakan (Photo by Patrick AVENTURIER/Gamma-Rapho via Getty Images)

    Ini sebenarnya bukan pertama kalinya terjadi ketegangan antara Thailand dan Kamboja. Setiap kali tensi meningkat, biasanya disebabkan oleh sengketa perbatasan atau ketegangan politik.

    Pada 1958 dan 1961, Kamboja mengakhiri hubungan diplomatik dengan Thailand terkait sengketa Kuil Preah Vihear. Pada 2003, Perdana Menteri Thailand saat itu, Thaksin Shinawatra, melancarkan Operasi Pochentong menyusul kerusuhan dan serangan terhadap Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh. Operasi itu mengirimkan pesawat militer untuk mengevakuasi semua warga negara dan diplomat Thailand dari Kamboja dan mengusir diplomat Kamboja sebagai balasan.

    Pada 2008 dan 2011, bentrokan militer pecah di Kuil Preah Vihear.

    Pada 2009, Thailand menurunkan hubungan sebagai tanggapan atas dukungan Kamboja terhadap mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, yang saat itu sedang diasingkan.

    Halaman 2 dari 4

    (haf/lir)

  • IHSG ditutup menguat di tengah `wait and see` pertemuan FOMC The Fed

    IHSG ditutup menguat di tengah `wait and see` pertemuan FOMC The Fed

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    IHSG ditutup menguat di tengah `wait and see` pertemuan FOMC The Fed
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 25 Juli 2025 – 18:10 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat sore ditutup menguat di tengah pelaku pasar bersikap “wait and see” terhadap pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed pada pekan depan.

    IHSG ditutup menguat 12,60 poin atau 0,17 persen ke posisi 7.543,50. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 5,29 poin atau 0,66 persen ke posisi 794,51.

    “Pasar menantikan lanjutan negosiasi dagang dan FOMC Meeting pekan depan,” sebut Tim Riset Phintraco Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Jumat.

    Dari mancanegara, mayoritas bursa saham kawasan Asia ditutup melemah di tengah meningkatnya konflik antara Thailand dan Kamboja, yang dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap perekonomian kedua negara yang bergantung dari pariwisata.

    Pada pekan depan, banyak agenda global yang akan dicermati oleh para pelaku pasar, diantaranya negosiasi dagang lanjutan antara Amerika Serikat (AS) dan China di Stockholm, Swedia, pada 28 dan 29 Juli 2025, kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Skotlandia pada 25 sampai 29 Juli 2025, serta pertemuan FOMC The Fed pada 29 dan 30 Juli 2025.

    Pada kunjungan ke Skotlandia, berpotensi adanya negosiasi lanjutan antara AS dengan Inggris mengenai tarif impor 25 persen atas produk baja dan aluminium dari Inggris.

    Pada perjanjian awal antara AS dan Inggris yang mulai berlaku 30 Juni 2025 ada salah satu komitmen bahwa AS akan menghapus tarif impor produk baja dan aluminium dari Inggris tersebut.

    Dibuka menguat, IHSG betah di teritori positif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham

    Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, tujuh sektor menguat yaitu dipimpin sektor keuangan yang naik sebesar 1,68 persen, diikuti oleh sektor infrastruktur dan sektor barang baku yang naik masing- masing sebesar 0,99 persen dan 0,76 persen.

    Sedangkan, empat sektor melemah yaitu dipimpin sektor barang konsumen kesehatan yang turun sebesar 0,77 persen, diikuti oleh sektor transportasi & logistik dan sektor barang konsumen primer yang turun masing- masing sebesar 0,68 persen dan 0,19 persen.

    Adapun saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu CLAY, FUJI, PGUN, BUVA dan SMMA. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni FMII, FITT PANR, RELI, dan VTNY.

    Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.433.111 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 23,25 miliar lembar saham senilai Rp12,21 triliun. Sebanyak 246 saham naik 255 saham menurun, dan 203 tidak bergerak nilainya.

    Bursa saham regional Asia sore ini antara lain Indeks Nikkei melemah 352,84 poin atau 0,84 persen ke 41.473,00, indeks Shanghai menguat 12,07 poin atau 0,33 persen ke 3.593,19, indeks Hang Seng melemah 278,27 poin atau 1,09 persen ke posisi 25.388,31, dan indeks Straits Times menguat 11,19 poin atau 0,28 persen ke 4.261,09.

    Sumber : Antara