Negara: Kamboja

  • Trump Ubah Tarif Dagang, Negara Asia Beri Respons – Page 3

    Trump Ubah Tarif Dagang, Negara Asia Beri Respons – Page 3

    Berikut respons sejumlah negara di Asia terhadap pengumuman tarif terbaru Trump, di tengah ketidakpastian menjelang tenggat waktu pemberlakuan kebijakan tersebut.

    Kamboja

    Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menyambut baik revisi tarif terbaru yang diumumkan Presiden Trump.

    “Ini adalah kabar baik bagi warga negara dan perekonomian Kamboja untuk terus membangun negara,” tulis Manet dalam sebuah unggahan di Facebook pada Jumat, tak lama setelah daftar tarif yang direvisi dirilis.

    Dalam kebijakan baru tersebut, Kamboja kini dikenai bea masuk sebesar 19 persen, jauh lebih rendah dibandingkan tarif “Hari Pembebasan” mencapai 49 persen yang sebelumnya termasuk tertinggi dalam daftar yang diumumkan pada 2 April lalu.

    Manet juga berterima kasih kepada Trump karena telah “memulai dan mendorong gencatan senjata antara tentara Kamboja dan tentara Thailand.” Pada pekan sebelumnya kedua negara tersebut sempat terlibat bentrokan di wilayah perbatasan.

    Thailand

    Menteri Keuangan Thailand, Pichai Chunhavajira, menyambut baik kebijakan tarif terbaru yang diumumkan Amerika Serikat.

    Dalam sebuah unggahan di platform X, ia menyatakan bahwa tarif yang dikenakan terhadap Thailand “mencerminkan persahabatan dan kemitraan yang erat antara Thailand dan Amerika Serikat,” menurut terjemahan Google dari pernyataannya dalam bahasa Thailand.

    Thailand kini menghadapi tarif sebesar 19 persen untuk ekspor ke AS, penurunan signifikan dari tarif awal yang sebelumnya ditetapkan sebesar 36 persen.

    Chunhavajira menambahkan bahwa tarif yang diumumkan membantu Thailand tetap kompetitif di pasar global, memperkuat kepercayaan investor, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

    Namun, ia juga mengakui bahwa kebijakan tersebut tetap berdampak pada para pelaku usaha dan petani. Untuk itu, pemerintah telah menyiapkan “langkah-langkah dukungan komprehensif,” termasuk pinjaman berbunga rendah, subsidi, serta insentif perpajakan guna membantu sektor domestik beradaptasi.

     

  • Susul Indonesia, Trump Kasih Tarif 19% untuk Malaysia dan Filipina – Page 3

    Susul Indonesia, Trump Kasih Tarif 19% untuk Malaysia dan Filipina – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengabarkan, dua negara tetangga yakni Malaysia dan Filipina kini dikenakan porsi tarif impor yang sama oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, sebesar 19%.

    “Hari ini, tanggal 31 (Agustus) ini, sudah ada pengumuman lagi, beberapa negara memang di Asean juga mendapatkan 19%.  Malaysia, Filipina, baru hari ini. Tadi kami sudah dapat infonya,” ujarnya dalam Peresmian Export Center Balikpapan dan Batam, Jumat (1/8/2025).

    Tak hanya Malaysia, Trump diketahui menetapkan tarif 19% untuk negara ASEAN lainnya, yakni Thailand dan Kamboja. Adapun nilai itu lebih besar dari ancaman tarif 25% untuk Malaysia, dan juga ancaman 36% untuk Thailand dan Kamboja. 

    Sementara Filipina lebih dulu dipatok tarif 19% jelang akhir Juli 2025 lalu. Lebih tinggi dari pengumuman sebelumnya sebesar 17%, tetapi sedikit lebih rendah dari ancaman tarif 20%. 

    Meskipun sudah mengantongi tarif Trump 19%, Mendag menyebut Pemerintah RI masih terus bernegosiasi dengan pihak Washington DC. 

    “Dengan Amerika, kita masih proses perundingan, tetapi kan kita sudah mendapatkan 19%,” ungkapnya. 

    Indonesia-Uni Eropa Tuntaskan IEU-CEPA

    Selain kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat, Pemerintah RI terus mengeksplorasi diversifikasi pasar ekspor lain lewat perjanjian bilateral. Seperti kesepakatan Indonesia-Uni Eropa lewat IEU-CEPA yang sebentar lagi akan diselesaikan. 

    “Jadi kita sudah selesai, kemarin diumumkan bapak Presiden, kita sudah menyelesaikan secara substansi perundingan IEU-CEPA. Nanti kita bisa masuk ke 27 negara di Uni Eropa dengan banyak fasilitas, termasuk tarif 0 persen,” kata Mendag. 

    Lagi-lagi Indonesia tidak sendirian. Negara ASEAN lain yakni Vietnam pun disebut telah menuntaskan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif dengan Uni Eropa. “Di Asean mungkin baru Indonesia dan Vietnam yang mempunyai perjanjian (sejenis) dengan IEU-CEPA,” imbuhnya. 

  • Starlink Diminta Setop Layanan di Asia Tenggara, Indonesia Kena?

    Starlink Diminta Setop Layanan di Asia Tenggara, Indonesia Kena?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk, CEO SpaceX didesak untuk menghentikan layanan Starlink pada pengguna tertentu di Asia Tenggara. Permintaan ini datang dari Senator Demokrat bernama Maggie Hassan dalam suratnya kepada pengusaha tersebut.

    Hassan mengatakan layanan internet berbasis satelit itu memfasilitasi penipuan pada warga Amerika Serikat (AS). Dia menyebut ada berbagai organisasi kriminal yang melakukan hal itu di Asia Tenggara.

    Berdasarkan catatan Jaringan Penegakan Kejahatan Keuangan Departemen Keuangan AS, kelompok penipu itu telah meraup miliaran dolar dari hasil menipu warganya. Hassan menyebut empat negara asal kejahatan itu yakni Myanmar, Thailand, Kamboja dan Laos. Indonesia belum termasuk dalam daftar, sehingga masih bisa tetap melanjutkan layanan.

    “Jaringan penipuan di Myanmar, Thailand, Kamboja, dan Laos terus menggunakan Starlink meski aturan layanan mengizinkan SpaceX memblokir akses untuk aktivitas penipuan,” kata Hassan dikutip dari Reuters, Jumat (1/8/2025).

    “SpaceX bertanggung jawab mencegah penjahat menggunakan layanan ini yang menargetkan warga Amerika,” dia melanjutkan.

    Masyarakat yang menjadi korban kemungkinan juga tak tahu penjahat yang mengincar mereka berasal dari negara lain yang menggunakan Starlink.

    “Meski kebanyakan orang mungkin menyadari meningkatnya jumlah SMS, telepon dan email penipuan, mereka mungkin tidak tahu penjahat transnasional di belahan lain melakukan penipuan dengan akses internet Starlink,” jelasnya.

    Reuters melaporkan tidak segera menanggapi untuk berkomentar terkait permintaan ini.

    Catatan PBB menyebutkan jaringan kriminal melakukan perdagangan orang untuk melakukan penipuan di Asia Tenggara. Salah satunya dipaksa bekerja untuk skema online ilegal pada perbatasan Thailand-Myanmar.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Elon Musk Didesak Setop Layanan Starlink di Asia Tenggara, Kenapa?

    Elon Musk Didesak Setop Layanan Starlink di Asia Tenggara, Kenapa?

    Washington

    Seorang senator dari Partai Demokrat mendesak CEO SpaceX, Elon Musk, untuk bertindak terkait penyalahgunaan akses internet Starlink di Asia Tenggara oleh kelompok kriminial.

    Orang terkaya di dunia itu diminta untuk memblokir kelompok kriminal transnasional di Asia Tenggara agar tidak menggunakan layanan internet satelit Starlink untuk melakukan penipuan terhadap warga Amerika Serikat.

    Senator Maggie Hassan mengutip laporan terbaru bahwa Starlink digunakan untuk memfasilitasi penipuan terhadap warga AS oleh berbagai organisasi kriminal transnasional yang mengoperasikan jaringan penipuan di Asia Tenggara.

    U.S. Treasury Department’s Financial Crimes Enforcement Network mengatakan kelompok-kelompok ini menipu warga Amerika hingga miliaran dolar.

    “Jaringan penipuan di Myanmar, Thailand, Kamboja, dan Laos tampaknya terus menggunakan Starlink meskipun aturan layanan mengizinkan SpaceX untuk menghentikan akses karena aktivitas penipuan,” tulis Hassan dalam surat kepada Musk.

    “SpaceX memiliki tanggung jawab memblokir penjahat agar tidak menggunakan layanan ini untuk menargetkan warga Amerika,” imbuhnya seperti dikutip detikINET dari Reuters, Kamis (31/7/2025).

    Menurut PBB, jaringan kriminal telah melakukan trafficking ratusan ribu orang ke berbagai tempat penipuan di Asia Tenggara, termasuk banyak tempat di sepanjang perbatasan Thailand-Myanmar, tempat para korban dipaksa bekerja dalam skema online ilegal.

    “Meskipun kebanyakan orang mungkin menyadari meningkatnya jumlah SMS, panggilan telepon, dan email penipuan yang mereka terima, mereka mungkin tidak tahu bahwa penjahat transnasional di belahan dunia lain mungkin melakukan penipuan ini dengan menggunakan internet Starlink,” tulis Hassan.

    Sejak Februari, Thailand telah menghentikan pasokan listrik, internet, dan bahan bakar ke lima wilayah perbatasan Myanmar, termasuk Myawaddy, dalam upaya mengganggu pusat-pusat penipuan.

    Aktivitas kejahatan itu telah menjadi masalah keamanan regional di Asia Tenggara. Jaringan kriminal itu diketahui sebagian besar berasal dari China.

    (fyk/fay)

  • Kamboja Desak Thailand Pulangkan 20 Tentaranya yang Ditawan

    Kamboja Desak Thailand Pulangkan 20 Tentaranya yang Ditawan

    Jakarta

    Pemerintah Kamboja mendesak Thailand untuk memulangkan 20 tentaranya, yang disebutnya ditawan beberapa jam setelah gencatan senjata untuk menghentikan bentrokan perbatasan kedua negara.

    Kedua negara menyepakati gencatan senjata pada hari Selasa lalu setelah lima hari bentrokan yang menewaskan sedikitnya 43 orang di kedua belah pihak.

    Dilansir kantor berita AFP, Kamis (31/7/2025), juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, mengatakan pada hari Kamis (31/7) bahwa perundingan sedang berlangsung untuk pembebasan 20 tentara.

    “Kami akan melakukan yang terbaik untuk melanjutkan negosiasi dengan pihak Thailand agar semua tentara kami dapat pulang dengan selamat dan sesegera mungkin,” ujarnya dalam sebuah pengarahan.

    “Kami mendesak pihak Thailand untuk memulangkan seluruh 20 personel militer ke Kamboja sesegera mungkin,” imbuhnya.

    Pasukan tersebut ditangkap sekitar pukul 07.50 pagi pada hari Selasa lalu, ujarnya — hampir delapan jam setelah gencatan senjata berlaku.

    Sebelumnya, pemerintah Thailand mengatakan pada hari Rabu (30/7), bahwa tentara-tentara yang ditahan diperlakukan sesuai dengan hukum internasional dan peraturan militer, dan akan dipulangkan ketika situasi perbatasan stabil.

    Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk, mendesak negara-negara tetangga itu untuk melaksanakan kesepakatan gencatan senjata mereka secara penuh, dan mengambil langkah-langkah cepat untuk membangun kepercayaan dan perdamaian.

    “Perjanjian penting ini harus dihormati sepenuhnya, dengan itikad baik, oleh kedua belah pihak, seiring upaya diplomatik yang terus berlanjut, dalam upaya untuk menyelesaikan akar penyebab konflik,” ujarnya.

    Sebelumnya, hampir 300.000 orang mengungsi dari rumah mereka saat Thailand dan Kamboja bertempur dengan menggunakan jet tempur, roket, dan artileri di sepanjang wilayah perbatasan.

    Thailand menyatakan 15 tentaranya dan 15 warga sipil tewas, sementara Kamboja mengonfirmasi delapan warga sipil dan lima tentaranya tewas.

    Jumlah korban tewas ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan gejolak kekerasan besar terakhir di perbatasan, ketika 28 orang tewas dalam pertempuran sporadis dari tahun 2008 hingga 2011.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Kondisi Usai konflik Thailand-Kamboja, Para Tentara Dirawat di RS

    Kondisi Usai konflik Thailand-Kamboja, Para Tentara Dirawat di RS

    Foto Health

    Chelsea Olivia Daffa – detikHealth

    Rabu, 30 Jul 2025 19:00 WIB

    Kamboja – Para tentara terluka akibat konflik Thailand-Kamboja mengantre perawatan. Gencatan senjata disepakati, namun ketegangan belum sepenuhnya reda.

  • Konflik Regional Tak Ganggu Minat Wisman Thailand & Kamboja ke Indonesia

    Konflik Regional Tak Ganggu Minat Wisman Thailand & Kamboja ke Indonesia

    Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (Gipi) menyebut kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) asal Thailand dan Kamboja ke Indonesia tetap stabil, di tengah memanasnya konflik antar kedua negara.

    Ketua Umum Gipi Hariyadi B. Sukamdani menyampaikan kalau pun mengalami penurunan kunjungan sepanjang konflik berlangsung, jumlahnya tak signifikan sehingga hal ini tidak terlalu berdampak terhadap pariwisata Indonesia.

    “Karena kebanyakan orang kan udah jauh-jauh hari ya mereka pesan tiket dan segala macam. Jadi mengubah-ubah juga nggak gampang dan pasti ada tambahan biaya,” jelas Hariyadi kepada Bisnis, Rabu (30/7/2025).

    Menurut Hariyadi, konflik yang terjadi antar kedua negara juga tidak memberikan keuntungan berarti bagi Indonesia. Apalagi, saat ini kedua negara telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata.

    “Tergantung konfliknya lama apa nggak sih sebetulnya. Kalau konfliknya lama, tentu kita bisa narik yang dari jarak jauh ya, yang long haul,” ujarnya.

    Namun, alih-alih fokus mencari peluang dari konflik Thailand dan Kamboja, Hariyadi menilai Indonesia harus fokus pada upaya untuk mendatangkan lebih banyak wisman ke Tanah Air.

    Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), total kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 13,90 juta kunjungan pada 2024. Dari total tersebut, sebanyak 118.193 kunjungan berasal dari Thailand dan 10.497 kunjungan dari Kamboja. 

    Total kunjungan wisman ke Indonesia masih tertinggal jauh dari Thailand, yang mampu menarik sekitar 35 juta wisman pada 2024.

    Sementara itu, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) hingga saat ini belum melihat adanya dampak signifikan imbas konflik Thailand dan Kamboja, terhadap sektor pariwisata Indonesia.

    Namun, Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa menyampaikan, pemerintah terus memantau situasi dan berkoordinasi dengan pemangku kepentingan di industri pariwisata, guna mengantisipasi potensi pergerakan wisatawan lintas negara di kawasan Asean.

    “Kami tetap fokus mengkomunikasikan nilai tambah yang dimiliki Indonesia, seperti keberagaman budaya, alam, dan kualitas layanan yang lebih terfokus pada pariwisata regeneratif,” jelas Ni Luh kepada Bisnis, Rabu (30/7/2025).

  • Asita: Banyak Wisatawan RI Tunda Perjalanan Imbas Konflik Thailand-Kamboja

    Asita: Banyak Wisatawan RI Tunda Perjalanan Imbas Konflik Thailand-Kamboja

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) mengungkapkan, konflik yang terjadi antara Thailand dan Kamboja sempat membuat sejumlah wisatawan asal Indonesia menunda rencana perjalanannya ke dua negara tersebut.

    Sekretaris Jenderal Asita Budijanto Ardiansjah mengatakan, adanya konflik antara Thailand dan Kamboja telah memicu kekhawatiran sejumlah rombongan wisatawan Indonesia yang ingin melakukan perjalanan, utamanya ke Thailand.

    “Saya dengar ada beberapa rombongan yang juga pending ya, bukan batal, tapi pending dulu kunjungan mereka karena ada kekhawatiran terhadap konflik antara Thailand dan Kamboja yang makin memanas,” kata Budijanto kepada Bisnis, Rabu (30/7/2025).

    Meski menimbulkan kekhawatiran, dia menyebut hanya sebagian kecil wisatawan asal Indonesia yang memilih untuk menunda perjalanannya ke Thailand dan Kamboja. Pasalnya, destinasi tujuan para wisatawan masih sebatas Bangkok, Pattaya, Phuket, dan Hat Yai. 

    Jika dilihat menurut persentase, rombongan wisatawan yang menunda perjalanan imbas konflik ini hanya sekitar 10%. 

    “10% maksudnya begini. Kalau misalnya bulan ini katakanlah ada 50 grup wisatawan yang masuk ke Thailand dari Indonesia, mungkin hanya 5 grup yang pending,” tuturnya.

    Dia juga menyebut, belum ada informasi terkait kerugian yang dialami asosiasi perjalanan, imbas adanya penundaan perjalanan. “Itu hanya pending sementara ya. Jadi mereka tetap berangkat lagi,” ujarnya.

    Sementara itu, Asita juga belum melihat adanya penurunan kunjungan wisman asal Thailand dan Kamboja ke Indonesia, sepanjang konflik ini berlangsung.

    Di sisi lain, Budijanto menilai, situasi saat ini dapat dimanfaatkan Kementerian Pariwisata untuk mempromosikan Indonesia sebagai destinasi wisata yang lebih aman dan stabil dari Thailand.

    Menurutnya, ini merupakan kesempatan Indonesia untuk mengambil wisatawan mancanegara yang ingin berlibur ke Thailand. Apalagi, Indonesia dan Thailand dari sisi lokasi dan budaya tidak jauh berbeda.

    Pada 2024, dia mengungkap bahwa Thailand berhasil mendatangkan sekitar 35 juta kunjungan wisman ke negaranya. Jumlah tersebut sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan Indonesia yang hanya mampu menarik sebanyak 13,90 juta kunjungan di 2024, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).

    “Misalnya kita bisa ‘mengambil keuntungan’ daripada situasi ini, harusnya wisatawan-wisatawan yang masuk ke Thailand itu bisa lah ya, senggol-senggol dikit lah ke Indonesia,” pungkasnya.

  • Akankah Gencatan Senjata Thailand-Kamboja Bertahan Lama?

    Akankah Gencatan Senjata Thailand-Kamboja Bertahan Lama?

    Jakarta

    Gencatan senjata yang disepakati pada Senin (28/07) antara Thailand dan Kamboja disambut dengan optimisme serta kewaspadaan dari banyak pihak. Kesepakatan ini muncul setelah terjadinya pertempuran terkait sengketa perbatasan selama lima hari, yang telah menewaskan sedikitnya 35 tentara dan warga sipil. Bentrokan ini juga telah menyebabkan 200.000 orang mengungsi di kedua sisi.

    Gencatan senjata yang bersifat “segera dan tanpa syarat” telah disepakati pada Senin (28/07) dan mulai berlaku pada tengah malam setelah pertemuan mediasi di Malaysia.

    Perdana Menteri Malaysia sekaligus ketua ASEAN, Anwar Ibrahim, menyebut dalam konferensi persnya bahwa kesepakatan gencatan senjata ini merupakan “langkah awal yang penting menuju de-eskalasi dan pemulihan perdamaian serta keamanan”.

    Namun, beberapa jam setelah gencatan senjata berlaku, militer Thailand melaporkan adanya pelanggaran oleh pasukan Kamboja di beberapa wilayah. Klaim tersebut dibantah oleh Kementerian Pertahanan Kamboja, yang menyatakan bahwa gencatan senjata masih terus berjalan.

    Meskipun tembakan senjata ringan sporadis masih mungkin terjadi, Zachary Abuza, profesor di National War College di Washington, mengatakan gencatan senjata kemungkinan besar akan tetap bertahan, karena kedua pihak telah mencapai sebagian besar tujuan mereka.

    Melemahkan dinasti politik Thaksin

    “Dari pihak Thailand, militer dan kalangan elit menggunakan konflik ini untuk melemahkan keluarga Thaksin secara politik,” ujar Abuza, merujuk pada mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra dan putrinya, Paetongtarn.

    Paetongtarn Shinawatra merupakan anggota ketiga dari keluarganya yang menjabat sebagai perdana menteri, setelah tantenya, Yingluck. Baru-baru ini, ia diskors oleh Mahkamah Konstitusi Thailand terkait bocoran rekaman percakapan telepon dengan Ketua Senat Kamboja, Hun Sen, pada bulan lalu.

    Pasalnya, keluarga Thaksin telah lama bersitegang dengan militer Thailand, yang telah dua kali menggulingkan pemerintahan keluarga mereka sejak 2006.

    Konflik memperkuat dinasti keluarga Hun

    Menurut Abuza, di Kamboja sendiri, konflik ini membantu memperkuat kekuasaan keluarga Hun, khususnya mantan Perdana Menteri Hun Sen dan putra sulungnya Hun Manet, yang menggantikan ayahnya pada 2023.

    “Hun Sen dan Hun Manet berhasil mempersatukan bangsa, menunjukkan kepemimpinan Manet, serta menghapus salah satu celah serangan dari oposisi politik yang sebagian besar kini berada di pengasingan,” kata Abuza. “Pertempuran yang berlanjut tak menguntungkan pihak manapun secara politik.”

    Siapa yang akan mengawasi gencatan senjata?

    Matthew Wheeler, analis senior dari International Crisis Group di Bangkok, mengatakan bahwa gencatan senjata mungkin bisa bertahan selama kedua pihak “menyadari bahwa kepentingan mereka lebih terfasilitasi melalui gencatan senjata dibanding pertempuran lanjutan.”

    Namun, ia juga mencatat bahwa kesepakatan ini bisa menghadapi hambatan secara teknis, khususnya mengenai pengawasan yang tepat.

    Malaysia, sebagai ketua ASEAN, telah menawarkan diri untuk mengoordinasikan tim pemantau. Walau begitu, menurut Wheeler, kedua pihak enggan menerima pemantau dari negara lain.

    “Dulu sempat ada rencana untuk mengirim pengamat dari Indonesia di bawah naungan ASEAN setelah konflik pada 2011, tetapi tidak pernah terealisasi,” katanya. Meski demikian, ia menambahkan, “kedua militer sebelumnya telah menunjukkan kemampuan untuk meredakan konflik setelah putaran pertempuran sebelumnya.”

    Hingga bentrokan bulan ini, perbatasan Thailand-Kamboja sebagian besar telah damai sejak 2011, ketika tentara dari kedua negara terlibat baku tembak karena sengketa lama mengenai klaim wilayah di sekitar Kuil Preah Vihear.

    “Kesepakatan ini menyebutkan bahwa Malaysia siap menjalankan peran pengawasan, tetapi tidak secara eksplisit menyatakan bahwa Malaysia atau negara lain akan menjadi pengamat,” jelas Paul Chambers, peneliti tamu di ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura sekaligus analis keamanan kawasan. “Tanpa pengawasan dari pihak ketiga, sulit untuk menegakkan gencatan senjata yang telah disepakati.”

    Bagaimana peran Trump dalam mengakhiri ketegangan?

    Meski begitu, para analis menyatakan bahwa Presiden AS Donald Trump patut mendapat sedikit pujian atas tercapainya titik ini antara Kamboja dan Thailand.

    Akhir pekan lalu, Trump mengancam akan menunda pembicaraan perdagangan dengan kedua negara terkait tarif AS jika mereka tidak menyepakati penghentian pertempuran, dan menindaklanjutinya dengan panggilan telepon ke masing-masing pemimpin negara.

    Amerika Serikat adalah pasar ekspor terbesar bagi Kamboja dan Thailand. Kedua negara tersebut kini menghadapi ancaman tarif sebesar 36%, kecuali negosiasi bisa terjadi sebelum Jumat (01/08).

    Wheeler menyebut bahwa ancaman tarif dari Trump kemungkinan besar menjadi pemicu utama bagi Thailand, yang sebelumnya menolak tawaran mediasi dari Malaysia secara sepihak.

    “Pemerintah Thailand saat ini kesulitan menghidupkan kembali perekonomian dan popularitasnya terus menurun, jadi mereka membutuhkan semua peluang untuk menghindari tarif dari AS,” katanya.

    Ancaman Trump kemungkinan juga menjadi pertimbangan bagi kedua negara, ujar Harrison Cheng, direktur di Control Risks, firma konsultan yang berbasis di Singapura.

    “Namun, mereka juga mungkin meragukan sejauh mana AS akan benar-benar peduli dengan sengketa perbatasan dan pelaksanaan gencatan senjata. Sementara, Malaysia yang berada di kawasan yang sama lebih cocok untuk terus memainkan peran sebagai mediator,” katanya.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Adelia Dinda Sani

    Editor: Rahka Susanto

    (ita/ita)

  • Kemarin, pertemuan Prabowo-Anwar hingga konflik Thailand-Kamboja

    Kemarin, pertemuan Prabowo-Anwar hingga konflik Thailand-Kamboja

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah peristiwa politik telah diwartakan oleh pewarta Kantor Berita ANTARA pada Selasa (29/7). Berikut beberapa berita pilihan yang masih menarik dibaca pagi ini.

    1. Presiden Prabowo puji PM Anwar bantu Thailand-Kamboja gencatan senjata

    Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Selasa, memuji Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim karena dia sebagai penengah berhasil membujuk Thailand dan Kamboja gencatan senjata setelah keduanya baku tembak di perbatasan sejak minggu lalu (24/7).

    Selengkapnya di sini

    2. Prabowo-Anwar bentuk pusat pendidikan untuk anak di Sarawak-Sabah

    Pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat untuk membentuk pusat pendidikan atau Community Learning Center di Semenanjung Malaysia, di Sarawak dan Sabah untuk anak-anak, termasuk dari pekerja migran Indonesia.

    Selengkapnya di sini

    3. Presiden Prabowo terima PM Anwar di Istana untuk Konsultasi Tahunan

    Presiden RI Prabowo Subianto menerima kunjungan Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa, untuk menghadiri acara Konsultasi Tahunan ke-13 Indonesia dan Malaysia.

    Selengkapnya di sini

    4. Tito: Sekolah Rakyat bantu daerah sulap aset telantar jadi produktif

    Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyebutkan Sekolah Rakyat yang merupakan program prioritas Presiden Prabowo Subianto, tidak hanya membantu anak-anak dari keluarga prasejahtera bersekolah, tetapi juga membantu pemerintah daerah menyulap aset-aset mereka yang telantar menjadi kembali produktif.

    Selengkapnya di sini

    5. Lemhannas RI yakin konflik Thailand-Kamboja tidak akan meluas

    Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI meyakini konflik antara Thailand dan Kamboja tidak akan meluas, mengingat kedua negara tersebut merupakan bagian dari ASEAN yang berkomitmen menjaga perdamaian di kawasan.

    Selengkapnya di sini

    Pewarta: Benardy Ferdiansyah
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.