Negara: Jerman

  • China Kembangkan Drone Mikro untuk Militer dan Spionase

    China Kembangkan Drone Mikro untuk Militer dan Spionase

    Jakarta

    Boleh jadi, impian setiap dinas intelijen dunia adalah sebuah peranti intai berbentuk seperti seekor nyamuk besar, memiliki dua sayap kecil, berbadan ramping, dan berdiri di atas tiga kaki. Namun bukanlah serangga, nyamuk tersebut melainkan adalah sebuah mini-drone, hasil pengembangan Universitas Teknologi Pertahanan Nasional (NUDT) di Cina.

    Drone mungil ini dirancang untuk digunakan dalam operasi militer rahasia dan misi pengintaian, demikian laporan South China Morning Post, surat kabar berbahasa Inggris terbesar di Hong Kong. Penerbangan publik perdana “pengintai berdengung” itu disiarkan oleh CCTV7, saluran militer milik televisi nasional Cina, belum lama ini.

    Wahana yang hampir tak terlihat ini diperkenalkan oleh peneliti NUDT, Liang Hexiang, yang dikenal sebagai pengembang robot humanoid. “Di tangan saya ini ada sebuah robot mirip nyamuk. Robot miniatur bionik seperti ini sangat cocok untuk misi intelijen dan operasi khusus di medan perang,” ujar Liang kepada CCTV7.

    Dalam laporan tersebut, dia juga memperlihatkan prototipe drone mini yang lain, dengan empat sayap dan bisa dikendalikan menggunakan ponsel pintar.

    Perlombaan menguasai drone mikro

    Yang mengejutkan dari laporan CCTV bukan hanya kemajuan mencolok Cina dalam teknologi robotik, tetapi juga kenyataan bahwa drone mata-mata seukuran nyamuk itu ditampilkan secara terbuka kepada publik.

    Selama bertahun-tahun, para pengembang militer di seluruh dunia berlomba dalam miniaturisasi teknologi drone.

    Tantangan utamanya terletak pada desain mikrofon, kamera, sistem kendali, sumber daya, dan komponen lain yang harus muat dalam ruang terkecil. Drone juga harus bekerja secara senyap, tahan banting, memiliki jangkauan yang jauh, dan berdaya tahan tinggi.

    Kemiripan mencolok dengan drone AS

    Teknologi miniatur robot bionik biasanya dikembangkan dengan meniru struktur dan gerakan serangga alami. Banyak nama drone mikro sebabnya terinspirasi dari alam, seperti lebah, tawon, dan nyamuk.

    Tapi bukan hanya militer Cina yang mendorong pengembangan drone mikro secara agresif.

    Drone yang diperlihatkan NUDT menunjukkan kemiripan mencolok dengan “RoboBee”, sebuah drone yang diperkenalkan oleh peneliti Harvard pada tahun 2013. RoboBee yang panjangnya sekitar tiga sentimeter itu awalnya dikembangkan untuk pemantauan pertanian dan lingkungan. Kendati begitu, versi buatan Cina berukuran lebih kecil.

    Beberapa model RoboBee diklaim dapat berenang di dalam air dan lepas landas dari permukaan air, atau “hinggap di permukaan dengan bantuan listrik statis,” demikian menurut laman resmi Wyss Institute Harvard.

    Drone Nano tangguh untuk medan tempur

    Meski mengesankan, drone pengintai berukuran mikro buatan Cina belum cukup tangguh untuk misi tempur. Karena peranti yang digunakan dalam medan perang harus mampu menghadapi kondisi cuaca ekstrem, sembari tetap memberikan citra dan data presisi tinggi.

    Sebabnya, drone perang harus dilengkapi baterai tangguh dan berkapasitas besar, serta sistem kendali jarak jauh agar dapat dioperasikan dari lokasi aman.

    Alasan ketangguhan pula yang mendorong banyak negara lebih menaruh minat pada drone seukuran telapak tangan “Black Hornet” buatan Norwegia, yang sudah digunakan selama beberapa tahun dalam misi pengintaian aman di medan tempur.

    Angkatan Bersenjata Jerman, misalnya, juga telah membeli drone mirip mini-helikopter ini untuk misi “pengintaian visual senyap dalam jarak taktis dekat.”

    Menurut Bundeswehr, Black Hornet “memungkinkan prajurit tanpa pelatihan khusus untuk melakukan pengintaian tersembunyi secara instan.”

    Drone ini dilengkapi teknologi inframerah, sangat ringan dan nyaris tanpa suara. Dengan waktu terbang hingga 25 menit, nano-drone yang seukuran kantong celana ini dapat menyiarkan video langsung dan menangkap gambar beresolusi tinggi, berguna untuk mendeteksi jebakan atau ranjau tersembunyi, misalnya.

    Militer Amerika Serikat juga diketahui mengembangkan drone mini sendiri. Pada tahun 2021, Angkatan Udara AS menyatakan tengah mengerjakannya. Namun sejauh mana kemajuannya, atau model apa saja yang sudah digunakan di lapangan, masih dirahasiakan oleh militer AS.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Rizki Nugraha

    Editor: Yuniman Farid

    Tonton juga “China Kecam AS Serang Situs Nuklir Iran: Pelanggaran Serius!” di sini:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Terungkap, AS Minta Prancis Bicara dengan Iran Sebelum Gencatan Senjata

    Terungkap, AS Minta Prancis Bicara dengan Iran Sebelum Gencatan Senjata

    Jakarta

    Iran dan Israel telah mencapai gencatan senjata untuk menghentikan perang kedua negara yang berlangsung selama 12 hari. Terungkap bahwa beberapa jam sebelum gencatan senjata itu, pemerintah Amerika Serikat telah meminta Prancis untuk menyampaikan kepada Iran tentang ketentuan gencatan senjata yang diusulkan AS.

    Hal ini diungkapkan seorang sumber diplomatik Prancis pada hari Rabu (25/6), dilansir dari kantor berita AFP, Rabu (25/6/2025).

    Menurut sumber tersebut, pada Senin (23/6) malam lalu, Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Marco Rubio menelepon Menlu Prancis Jean-Noel Barrot untuk “memberi tahu dia tentang keinginan AS untuk gencatan senjata asalkan tidak ada pembalasan Iran,” kata sumber Prancis itu.

    “Rubio meminta Jean-Noel Barrot untuk menyampaikan informasi ini kepada Abbas Araghchi (Menlu Iran),” ujar sumber itu.

    “Setelah panggilan telepon tersebut, menteri (Prancis) berbicara kepada mitranya dari Iran tersebut untuk… menyampaikan ketentuan dan rincian diskusi (antara) Amerika dan Israel,” imbuh sumber itu.

    Araghchi kemudian mengindikasikan “kesediaannya untuk melanjutkan negosiasi mengenai program nuklir Iran” termasuk dengan Prancis, Inggris, dan Jerman, dan “setelah diskusi ini, gencatan senjata dapat diberlakukan”, katanya.

    Qatar dan negara Teluk lainnya, Oman, juga telah mendorong solusi diplomatik untuk konflik Iran-Israel tersebut.

    Tonton juga “Peristiwa Besar dalam Hubungan Iran-AS Sejak 1953 Hingga Kini” di sini:

    Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani membujuk Iran untuk menyetujui gencatan senjata dengan Israel yang diusulkan AS setelah rudal Iran menargetkan pangkalan militer Amerika di dekat Doha, ibu kota Qatar. Demikian menurut seorang sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut.

    Pemerintah Israel mengatakan pada hari Selasa (24/6), bahwa mereka telah menyetujui deklarasi gencatan senjata dengan Iran yang diumumkan Presiden AS Donald Trump. Israel menambahkan bahwa mereka telah mencapai semua tujuannya dalam perang 12 hari dengan musuh bebuyutannya itu.

    Pada Rabu (25/6), Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengumumkan berakhirnya perang 12 hari dengan Israel. Dilansir AFP, Rabu (25/6/2025), Masoud Pezeshkian mengumumkan “berakhirnya perang 12 hari” yang dipaksakan oleh Israel, dalam sebuah pidato kepada rakyat Iran yang disiarkan oleh kantor berita resmi Iran, IRNA.

    “Hari ini, setelah perlawanan heroik bangsa kita yang hebat, yang tekadnya membuat sejarah, kita menyaksikan terbentuknya gencatan senjata dan berakhirnya perang 12 hari yang dipaksakan oleh petualangan dan provokasi Israel,” kata Pezeshkian.

    Tonton juga “AS Jelaskan Alasan Serang Fasilitas Nuklir Iran ke Dewan Keamanan PBB” di sini:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Begini Cara Baca Peugeot yang Benar, Bukan Pijet atau Piget

    Begini Cara Baca Peugeot yang Benar, Bukan Pijet atau Piget

    Jakarta

    Meski cukup terkenal dan sudah malang melintang di industri mobil dunia, namun belum banyak orang Indonesia tahu cara baca Peugeot yang benar. Kini, kebanyakan orang masih menyebutnya ‘Pijet’ atau ‘Piget’. Padahal, keduanya tak ada yang benar!

    Dilansir detikOto dari berbagai sumber, Rabu, (25/6), sebenarnya tiap negara memiliki cara tersendiri dalam melafalkan nama ‘Peugeot’. Misalnya di Filipina, masyarakat lokal biasa menyebutnya ‘Piyujot’. Lain lagi di Afrika, yang lebih akrab dengan sebutan ‘Piyujow’.

    Di Indonesia sendiri, seperti disinggung di awal, mayoritas masyarakat cenderung menyebutnya ‘Pijet’ atau ‘Piget’. Ada juga yang dengan kocak melafalkannya sesuai tulisan, ‘Peugeot’ secara utuh dengan gaya Bahasa Indonesia.

    Cara baca Peugeot yang benar. Foto: Autocar

    Patut diakui, pelafalan dalam bahasa Prancis memang cukup rumit. Dalam pengucapannya, sering kali ada bunyi yang didengungkan atau terdengar samar. Bahkan, ada huruf-huruf dalam kata tertentu yang seperti “hilang” saat diucapkan.

    Pada kata Peugeot, misalnya, kita bisa melihat ada huruf ‘G’ di tengah dan ‘T’ di akhir. Tapi keduanya tidak dilafalkan. Maka, pengucapan yang benar bukan ‘Pijet’, ‘Piget’, apalagi ‘Pe-geot’. Versi yang benar justru adalah ‘Pe-zyo’, dengan bunyi ‘Z’ yang terdengar agak halus dan lembut.

    Menariknya, pelafalan yang tepat ini tetap saja sulit diikuti masyarakat luar Prancis. Bahkan mereka yang sehari-hari menggunakan bahasa Inggris pun kerap keliru. Alih-alih ‘Pe-zyo’, mereka justru menyebutnya ‘Pu-syou’ yang terdengar sangat berbeda dari aslinya.

    Susahnya pelafalan nama-nama merek otomotif Eropa memang bukan cerita baru. Selain Peugeot, ada beberapa merek lain yang sering juga salah ucap. Contohnya Porsche, yang benar dibaca ‘Por-shuh’, bukan ‘Por-sye’. Kemudian ada Renault, yang pelafalan tepatnya adalah ‘Ray-noh’, bukan ‘Rinolt’.

    Ada juga Volkswagen, yang seharusnya dibaca ‘Folksvagn’ atau cukup disingkat ‘Fau Vee’ (VW). Lalu Audi, yang masih sering dilafalkan ‘Auw-di’ atau ‘Audi’ sesuai tulisannya. Padahal, dalam bahasa Jerman pelafalan yang tepat adalah ‘Ow dee’ atau ‘Ow-di’.

    (sfn/rgr)

  • Update Baru Trump Usai Gencatan Senjata Israel-Iran, Guncang NATO

    Update Baru Trump Usai Gencatan Senjata Israel-Iran, Guncang NATO

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saat menghadiri KTT NATO di Den Haag kembali mengguncang aliansi Barat. Pasalnya, Trump menolak menyatakan dukungan eksplisit terhadap klausul pertahanan bersama Pasal Lima.

    Melansir AFP pada Rabu (25/6/2025), penolakan ini dilakukan Trump meski 31 negara anggota berupaya meyakinkan komitmen Washington melalui janji peningkatan belanja militer.

    “Saya berkomitmen untuk menjadi teman mereka,” ujar Trump saat ditanya apakah AS masih menjamin perlindungan militer bagi Eropa. “Tergantung pada definisi Anda. Ada banyak definisi Pasal Lima.”

    Para pemimpin NATO menggelar pertemuan selama dua hari, dimulai dengan jamuan makan malam kerajaan yang diselenggarakan Raja Belanda Willem-Alexander. Fokus utama pertemuan tersebut adalah menjaga Trump tetap terikat pada komitmen aliansi dengan janji belanja militer hingga 5% dari PDB.

    Untuk meredam ketidakpastian dari Washington, para anggota menyepakati skema kompromi: 3,5% PDB untuk pertahanan inti pada 2035 dan 1,5% untuk keamanan siber serta infrastruktur. “Mereka akan menaikkannya menjadi lima persen, itu bagus. Itu memberi mereka lebih banyak kekuatan,” kata Trump, menyambut positif usulan tersebut.

    Namun, perpecahan muncul. Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez terang-terangan menolak target lima persen, memicu ketegangan dengan Trump. Sementara itu, Jerman mempercepat komitmen 3,5% pada 2029, enam tahun lebih awal dari jadwal.

    Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebut janji belanja pertahanan itu sebagai “momen bersejarah” bagi Eropa. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menambahkan, “Kita harus menavigasi era ketidakpastian yang radikal ini dengan kelincahan,” sembari mengumumkan pembelian 12 jet tempur F-35A untuk mendukung misi nuklir NATO.

    Sementara NATO berusaha menjaga soliditas, Kremlin menuduh aliansi itu melakukan “militerisasi yang merajalela”. “Ini adalah kenyataan yang ada di sekitar kita,” ujar juru bicara Dmitry Peskov.

    Di sela pertemuan, Trump juga dijadwalkan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang kini memainkan peran lebih kecil dalam KTT tersebut. Zelensky berharap bisa mengamankan paket pertahanan udara baru dan mendesak sanksi tambahan terhadap Rusia.

    “Tidak ada tanda-tanda bahwa Putin ingin menghentikan perang ini,” tegas Zelensky dalam forum pertahanan paralel.

    Trump juga sempat bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang menyerukan “dialog erat” untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina. Namun, meskipun PM Belanda Mark Rutte menegaskan dukungan sekutu untuk Kyiv “tidak tergoyahkan”, NATO memilih tak menyebut isu keanggotaan Ukraina secara eksplisit, menyusul penolakan Trump.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 7 Update Perang Iran-Israel, Trump Murka ke Israel-Tiba-Tiba Bela Iran

    7 Update Perang Iran-Israel, Trump Murka ke Israel-Tiba-Tiba Bela Iran

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Israel dan Iran mengatakan pada Selasa bahwa mereka telah menyetujui usulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk gencatan senjata setelah perang memasuki hari ke-12.

    Israel menyatakan telah mencapai semua tujuan militernya, termasuk menghentikan ancaman dari program nuklir dan rudal balistik Iran.

    “Kami telah menyingkirkan ancaman eksistensial ganda. Namun, kami tetap waspada dan akan menanggapi tegas setiap pelanggaran,” ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Israel, Letkol Ariel Mizrachi, seperti dikutip AFP.

    Sementara itu, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menegaskan bahwa Teheran akan mematuhi kesepakatan selama Israel juga menahan diri.

    “Jika rezim Zionis tidak melanggar gencatan senjata, Iran juga tidak akan melanggarnya,” kata Pezeshkian dalam percakapan dengan PM Malaysia Anwar Ibrahim, dikutip dari situs resmi kepresidenan Iran.

    Berikut perkembangan terbaru dari panasnya perang Iran dan Israel serta AS, seperti dihimpun dari berbagai sumber pada Rabu (25/6/2025).

    1. Serangan Terakhir Sebelum Gencatan Senjata

    Menjelang dimulainya gencatan senjata, Israel masih melancarkan serangan udara terakhir yang menghancurkan instalasi radar Iran. Serangan itu dilakukan setelah percakapan telepon antara Presiden Trump dan PM Netanyahu.

    “Setelah percakapan Presiden Trump dengan Perdana Menteri Netanyahu, Israel menahan diri dari serangan lebih lanjut,” bunyi pernyataan resmi Kantor Perdana Menteri Israel.

    Namun, pada saat yang hampir bersamaan, media pemerintah Iran melaporkan peluncuran gelombang rudal ke Israel. Serangan tersebut menyebabkan empat orang tewas dan dua lainnya luka-luka di Beersheba, Israel selatan.

    Kementerian Kesehatan Iran menyebut sedikitnya 610 warga sipil tewas akibat serangan Israel selama konflik. Termasuk di antaranya ilmuwan nuklir Mohammad Reza Seddighi Saber, yang disebut media Iran sebagai korban serangan malam terakhir sebelum gencatan senjata.

    2. Ilmuwan Nuklir Kembali Iran Jadi Korban Israel

    Iran telah mengidentifikasi seorang ilmuwan nuklir senior negaranya tewas dalam sebuah serangan Israel. Hal ini disampaikan saat Tel Aviv berada dalam ketegangan geopolitik dengan Tehran.

    Media Pemerintah Iran, Press TV, pada Selasa (24/6/2025), mengatakan bahwa ilmuwan yang tewas itu bernama Mohammad Reza Seddighi Saber. Ia diduga sedang bekerja dalam pengembangan dan pengayaan nuklir Tehran.

    “Saber dibunuh dalam serangan terbaru Israel di wilayah utara ibu kota, Tehran,” ujar laporan itu yang juga dikutip CNN International.

    Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Selasa juga mengkonfirmasi bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menewaskan seorang lagi ilmuwan nuklir Iran. Namun mereka tidak menyebutkan nama Seddighi Saber.

    “Dalam 24 jam terakhir, IDF telah menyerang target-target utama rezim di jantung kota Teheran, melenyapkan ratusan anggota Basij-pasukan penindas internal rezim-dan membunuh seorang lagi ilmuwan nuklir senior,” demikian pernyataan dari kantor Netanyahu.

    Seddighi Saber termasuk di antara beberapa individu yang dijatuhi sanksi awal tahun ini oleh Departemen Luar Negeri dan Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) karena keterkaitan mereka dengan program nuklir Iran.

    Menurut Departemen Luar Negeri AS, ia adalah kepala sebuah kelompok yang mengerjakan proyek-proyek terkait bahan peledak diorganisasi pertahanan, inovasi, dan riset Iran, SPND. Proyek-proyek kelompok tersebut mencakup penelitian dan pengujian yang dapat diterapkan pada pengembangan perangkat peledak nuklir.

    Sementara itu, sejauh ini kedua negara telah berada dalam tahapan gencatan senjata yang dimediasi Washington. Meski begitu, Israel menyebut akan kembali menyerang Iran lantaran menuding Negeri Para Mullah itu telah melanggar kesepakatan untuk menghentikan serangan.

    3. Trump Kecam Israel di Tengah Gencatan Senjata yang Goyah

    Presiden AS Donald Trump melontarkan kritik tajam terhadap Israel pada Selasa pagi, setelah gencatan senjata antara Israel dan Iran yang ia mediasi tampak mulai runtuh.

    Meski menyalahkan kedua pihak atas ketegangan terbaru, Trump secara khusus menyoroti tindakan Israel yang dinilainya gegabah.

    “Segera setelah kami mencapai kesepakatan, Israel langsung meluncurkan serangan udara besar-besaran ke Iran. Itu belum pernah saya lihat sebelumnya,” kata Trump saat berbicara kepada wartawan sebelum bertolak ke KTT NATO di Belanda. “Saya tidak senang dengan mereka.”

    Trump menegaskan bahwa ia belum menganggap gencatan senjata resmi dilanggar, namun menuduh Israel bertindak di luar batas.

    “Saya katakan, ‘Kalian punya waktu 12 jam.’ Tapi mereka langsung menyerang di jam pertama. Itu bukan tindakan yang bijak,” ujarnya. “Saya juga tidak senang dengan Iran, tapi Israel melangkah terlalu jauh.”

    Melalui unggahan di Truth Social, Trump menegaskan kembali kekecewaannya dengan nada lebih keras: “ISRAEL. JANGAN JATUHKAN BOM ITU. JIKA ANDA MELAKUKANNYA, ITU ADALAH PELANGGARAN BESAR. BAWA PILOT KALIAN PULANG, SEKARANG!”

    Trump menggambarkan konflik ini sebagai pertikaian lama yang sulit diurai. “Kedua negara ini sudah terlalu lama berperang hingga mereka lupa apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan,” katanya.

    4. Trump: Tidak Ada Agenda Perubahan Rezim

    Dalam perjalanan menuju KTT NATO di Belanda, Presiden Trump menepis dugaan bahwa AS ingin menggulingkan rezim Iran.

    “Saya tidak menginginkan perubahan rezim. Saya hanya ingin semuanya segera tenang,” kata Trump kepada wartawan di Air Force One. “Perubahan rezim berarti kekacauan, dan kami tidak mencari kekacauan lebih lanjut.”

    Sebelumnya, Trump sempat mengisyaratkan ide perubahan rezim melalui media sosial, sementara Netanyahu secara terbuka meminta rakyat Iran menggulingkan pemimpinnya.

    5. Dunia Sambut Gencatan Senjata dengan Hati-Hati

    Berbagai pemimpin dunia menyambut baik kesepakatan gencatan senjata antara Iran dan Israel, meskipun tetap mengingatkan akan rapuhnya situasi.

    “Jika gencatan senjata memang telah tercapai, ini hanya dapat disambut baik,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan, “Sangat baik bahwa Presiden Trump menyerukan gencatan senjata, tapi situasinya masih sangat rapuh.”

    Sementara itu, Kanselir Jerman Friedrich Merz menambahkan, “Jika gencatan senjata ini berhasil, itu bisa menjadi perkembangan yang sangat positif bagi stabilitas Timur Tengah dan dunia.”

    Arab Saudi menyambut baik perkembangan ini, sementara China menekankan pentingnya “gencatan senjata yang sesungguhnya”.

    Pasar keuangan merespons positif: indeks saham menguat dan harga minyak dunia menurun setelah Trump menyatakan bahwa China tetap dapat membeli minyak Iran.

    6. AS Evakuasi Ratusan Warganya dari Wilayah Konflik

    Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi telah membantu sekitar 400 orang, termasuk warga negara AS, penduduk tetap, dan keluarga dekat mereka, meninggalkan Israel sejak Sabtu.

    “Kami tahu masih banyak warga yang ingin keluar dari Israel. Situasi wilayah udara sangat dinamis,” kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri kepada pers.

    Informasi evakuasi telah dibagikan kepada lebih dari 27.000 orang. Evakuasi dilakukan melalui penerbangan terbatas, jalur darat ke Yordania dan Mesir, serta kapal ke Siprus.

    Ratusan warga AS juga dilaporkan telah meninggalkan Iran melalui Azerbaijan. Turkmenistan yang awalnya membatasi akses kini telah membuka pintunya bagi warga AS setelah intervensi diplomatik.

    Meski demikian, pejabat tersebut mengaku masih memverifikasi laporan tentang beberapa warga AS yang kemungkinan ditahan di Iran, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    7. Gencatan Senjata Iran-Israel Angkat Wall Street, Harga Minyak Turun

    Saham-saham di Wall Street melonjak pada Selasa setelah gencatan senjata antara Iran dan Israel tampak bertahan di hari pertama, disertai penurunan harga minyak.

    Tiga indeks utama bergerak di zona hijau sepanjang hari, seiring kedua negara menahan diri dari serangan lanjutan usai rentetan serangan menit terakhir.

    “Dengan deeskalasi konflik, pasar terlihat membaik,” kata Art Hogan, Kepala Strategi Pasar di B. Riley Wealth. Ia juga menyebut kesaksian Ketua Federal Reserve Jerome Powell di Kongres sebagai sinyal positif bagi pasar saham.

    Melansir AFP, Dow Jones naik 1,2% ke 43.089,02, S&P 500 menguat 1,1% ke 6.092,18, dan Nasdaq melonjak 1,4% ke 19.912,53.

    Dalam kesaksian pertamanya, Powell menyatakan The Fed masih menunggu dampak penuh dari tarif sebelum memutuskan langkah suku bunga berikutnya.

    Meski demikian, menurut Hogan, Powell “tidak menutup pintu” bagi kemungkinan pemotongan suku bunga di masa mendatang.

    (tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Posisi Indonesia, di ambang perang besar

    Posisi Indonesia, di ambang perang besar

    Istimewa

    Posisi Indonesia, di ambang perang besar
    Dalam Negeri   
    Editor: Nandang Karyadi   
    Selasa, 24 Juni 2025 – 21:24 WIB

    Elshinta.com – Ulah Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang Sabtu (21/6/2025) melancarkan serangan udara ke tiga fasilitas nuklir utama milik Iran: Isfahan, Natanz, dan Fordow tidak saja menghantam objek vital Iran, tapi juga membuat gaduh dan menguncang stabilitas geopolitik dunia yang memang sudah rapuh.

    Belakangan Trump kabarnya tidak ingin melanjutkan serangan terhadap Iran dan berniat mengupayakan kesepakatan damai dengan Teheran. Seorang pejabat AS, Axios, Senin (23/6/2025) menyebut, Trump telah menghubungi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sesaat setelah serangan, dan menyatakan bahwa tujuan berikutnya adalah mengejar kesepakatan damai dengan Iran. “Presiden (Trump) tidak ingin melanjutkan serangan. Ia siap jika Iran melakukan serangan balasan, tetapi ia sudah menyampaikan kepada Netanyahu bahwa ia menginginkan perdamaian,” kata pejabat itu.

    Kendati begitu, serangan tersebut tak urung menyalakan kembali api perang besar di Timur Tengah. Kali ini, ancamannya jauh lebih dahsyat. Potensi perang regional menjalar menjadi konflik global. Bahkan banyak pengamat mengkhawatirkan konflik ini memicu pecahnya Perang Dunia III.

    Dan Iran memang tak tinggal diam. Militer Iran bersiaga penuh. Kelompok sekutu Iran—Hizbullah di Lebanon, milisi Syiah di Irak dan Suriah, Houthi di Yaman—siap menjadi alat pukul Teheran. Bagi Iran, dalam doktrin strategisnya, serangan terhadap infrastruktur nuklir adalah deklarasi perang.

    Salah satu langkah yang paling ditakuti dunia adalah pemblokiran Selat Hormuz, yang menjadi  salah satu urat nadi energi global. Sekitar 30 persen perdagangan minyak dunia dan 25 persen lalu lintas Gas Alam Cair (LNG) melewati selat itu. Bila Iran menutupnya, harga energi global dipastikan melambung, memicu inflasi, dan mengguncang pasar keuangan.

    Ancaman itu bukan gertakan kosong. Pada hari Minggu (22/6/2025), Parlemen Iran dilaporkan telah menyetujui rencana penutupan total selat tersebut, dan kini tinggal menunggu lampu hijau dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran. Jika Iran betul betuk memblokade Selat tersebut, paling tidak ada tiga negara yang terkena dampak paling siginifikan: China, India dan Jepang. Lalu lintas energi ketiga negara itu sangat tergantung dengan Selat Hormuz. 

    Bagaimana dengan Indonesia? Kita dipastikan juga akan terimbas dampak yang tidak kecil. Ketergantungan kita pada impor minyak dan gas dari kawasan Teluk masih sangat besar, terutama dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar—negara-negara yang menggunakan jalur Selat Hormuz untuk mengekspor energi. Jika Iran menutup selat ini, dunia akan mengalami lonjakan harga minyak dan gas, yang langsung akan menekan APBN Indonesia melalui pembengkakan subsidi energi dan melemahnya neraca perdagangan. 

    Pemblokiran Selat Hormuz bukan hanya akan membakar Tel Aviv, tapi mengguncang seluruh pasar global. Inflasi energi dan gejolak pasar keuangan adalah dua bahaya nyata yang sudah mulai terasa pasca-serangan AS, dengan harga minyak mentah jenis Brent yang sempat menyentuh USD 120 per barel, tertinggi sejak krisis Rusia-Ukraina.

    Dampak lanjutannya akan merembet pada sektor-sektor domestik. Ongkos produksi industri meningkat, transportasi publik dan logistik terganggu, dan daya beli masyarakat menurun. Semua ini menempatkan Indonesia, seperti banyak negara berkembang lain, pada posisi yang sangat rentan.

    Reaksi Dunia Atas Serangan AS ke Iran

    Serangan AS ke Iran bisa menjadi lonceng perang yang menyulut krisis regional menjadi konflik global, sehingga bukan hanya merupakan eskalasi militer. Dalam kaitan itu, sikap para pemimpin dunia terbelah. Uni Eropa yang diwakili Inggris, Prancis, dan Jerman misalnya meminta Iran untuk menghindari tindakan apa pun yang dapat “mendestabilisasi” Timur Tengah lebih lanjut. Mereka secara konsisten menegaskan penolakan terhadap senjata nuklir Iran dan mereka mendukung penuh keamanan Israel.

    Sementara Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, mengecam serangan udara AS yang merupakan eskalasi yang berbahaya. Adapun Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mendesak semua pihak untuk mundur dan kembali ke meja perundingan.

    Arab Saudi telah menyuarakan “kekhawatiran besar”, sementara Oman mengutuk serangan tersebut dan menyerukan de-eskalasi.

    Perdana Menteri India, Narendra Modi mengaku telah berbicara dengan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian. Modi kemudian menyerukan “dialog dan diplomasi sebagai jalan ke depan”.

    Politikus Rusia, Dmitry Medvedev, sekutu Presiden Vladimir Putin, mengatakan: “Trump, yang datang sebagai presiden pembawa damai, telah memulai perang baru bagi AS.

    Penyelesaian Perang dengan Telepon 

    Banyak kalangan memprediksi, krisis ini bisa berakhir dalam dua arah: eskalasi ke perang global, atau pembukaan kembali jalur diplomatik. 

    Seorang pejabat Iran menyatakan konflik dengan Israel sebenarnya bisa berakhir dengan satu panggilan telepon, yaitu dari Presiden AS Donald Trump kepada pemimpin Israel. Sang pejabat itu pun menyebut Iran selalu siap berunding dengan siapa pun yang serius mencari solusi damai.

    “Iran percaya pada dialog yang beradab, langsung atau tidak langsung. Presiden Trump bisa dengan mudah menghentikan perang dengan satu telepon ke Israel,” kata Juru Bicara Kantor Wakil Presiden Iran Majid Farahani, dalam wawancara khusus dengan CNN, Jumat (20/6/2025) lalu.

    Namun, dalam atmosfer politik AS, diplomasi mungkin bukan opsi utama Trump. Begitu pula Israel yang merasa mendapat lampu hijau dari Washington.

    Bagi Indonesia dan dunia, pilihan terbatas. Tidak ikut perang bukan berarti tak terkena dampak. Justru saat kekuatan besar sibuk mengukur misil dan kekuasaan, negara-negara non-blok seperti Indonesia bisa berperan sebagai penyeimbang moral dan penstabil kawasan.

    Itu sebabnya Indonesia selayaknya mengupayakan langkah diplomasi yang apik dan teukur. Soalnya perang yang terjadi di antara kedua negara sudah pasti akan berdampak pada tidak berkembangnya sektor ekonomi bagi negara mana pun. 

    Kita dituntut untuk waspada, cermat, dan tanggap. Indonesia perlu segera memikirkan peningkatan cadangan energi melalui percepatan diversifikasi sumber pasokan energi dari negara-negara non-Timur Tengah dan memperkuat cadangan strategis minyak nasional. Presiden Prabowo selayaknya mulai memikirkan stimulus konsumsi dengan cara memperluas bantuan sosial dan subsidi langsung kepada kelompok rentan untuk menjaga daya beli. 

    Kementerian Luar Negeri harus didorong untuk terlibat penuh dalam menjalankan diplomasi bebas aktif yang lebih progresif. Indonesia dapat mengambil peran dalam mendorong diplomasi damai di kawasan melalui jalur G20, OKI, dan ASEAN+.

    Dan yang tak kalah pentingnya adalah memperkuat perlindungan terhadap iklim investasi.  Dengan cara mempertebal kepastian hukum, menjaga stabilitas politik, dan insentif fiskal, supaya Indonesia tetap bisa menarik bagi investor global yang mencari “zona aman” di tengah gejolak global. 

    Penulis : Zenzia Sianica Ihza, Pakar Investasi dan Hubungan Internasional 

    Sumber : Radio Elshinta

  • Bukan Indonesia, Ini 5 Negara IQ Tertinggi Di Dunia

    Bukan Indonesia, Ini 5 Negara IQ Tertinggi Di Dunia

    Jakarta

    Kecerdasan intelektual atau IQ seringkali dijadikan salah satu indikator untuk menilai potensi kognitif suatu individu atau kelompok. Beberapa negara tercatat memiliki IQ skor rata-rata yang sangat tinggi.

    Skor IQ tak hanya mengukur keberhasilan sistem pendidikan suatu negara, namun juga pertumbuhan kognitif warga negaranya. Lantas, negara mana saja yang memiliki skor IQ tertinggi di dunia?

    Apa Itu IQ?

    Intelligence Quotient (IQ) adalah ukuran kemampuan penalaran seseorang. Dikutip dari laman Science News Explores, IQ dimaksudkan untuk mengukur seberapa baik seseorang bisa menggunakan informasi dan logika untuk menjawab pertanyaan atau membuat prediksi.

    Beberapa tes IQ berhubungan dengan ingatan. Sementara yang lainnya mengukur fluid intelligence, yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan logika dan alasan dalam memecahkan suatu masalah.

    5 Negara IQ Tertinggi Di Dunia

    Menurut data dari World Population Review yang mengacu pada IIT (International IQ Test) 2024, berikut negara-negara dengan IQ tertinggi di dunia. Ada China, Taiwan, Hong Kong, dan Macau dengan rata-rata skor IQ yang sama. Kemudian disusul oleh Korea Selatan.

    1. China

    China menjadi salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Menempati posisi atas, rata-rata skor IQnya mencapai 107. Dikutip dari laman Nature, pendidikan yang mencakup Sains, Teknologi, Teknik and Matematika atau STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) diakui secara luas oleh pemerintah China dan masyarakatnya.

    2. Taiwan

    Taiwan memiliki rata-rata skor IQ yang sama dengan China, yaitu mencapai 107. Negara ini telah membuat kemajuan besar di dunia karena penduduknya yang cerdas. Investasi besar negara ini berada dalam bidang pendidikan, terutama STEM.

    3. Hong Kong

    Rata-rata skor yang sama seperti China dan Taiwan, 107 membuat Hong Kong juga menduduki posisi atas dalam urutan negara dengan IQ tertinggi di dunia. Sebanyak 4 kampus di Hong Kong menempati posisi teratas dalam daftar pemeringkatan kampus paling internasional atau world’s most international universities tahun 2025 versi Times Higher Education.

    City of University Hong Kong menempati posisi pertama, lalu disusul oleh The Hong Kong University of Science and Technology. Kampus dari negara-negara yang terkenal seperti Amerika Serikat, Jerman, China, dan Prancis mengalami penurunan peringkat.

    4. Macau

    Macau adalah wilayah pertama di Tiongkok Raya yang menyediakan pendidikan gratis selama 15 tahun pada tahap pendidikan normal. Dikutip dar laman Dikutip dari laman Governo da Região Administrativa Especial de Macau Comissão de Desenvolvimento de Quadros Qualificados, negara ini juga menyediakan subsidi biaya pendidikan untuk siswa yang belajar di sekolah-sekolah yang tidak termasuk dalam jaringan pendidikan gratis. Macau menjadi negara selanjutnya yang memiliki IQ tertinggi di dunia dengan rata-rata skor yang masih sama, yaitu 107.

    5. Korea Selatan

    Hanya berbeda satu angka dengan empat negara sebelumnya, Korea Selatan memiliki rata-rata skor IQ 106. Dikutip dari lama Korean Education Center in UK, masyarakat Korea yang berpendidikan baik telah menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi pesat yang telah dicapai negara tersebut selama enam dekade terakhir.

    (elk/tgm)

  • Istana Tegaskan Penunjukan Calon Dubes Kosong Sedang Diproses

    Istana Tegaskan Penunjukan Calon Dubes Kosong Sedang Diproses

    Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Menteri Sekretaris Negara (Wamensesneg) Juri Ardiantoro menyatakan pemerintah memastikan proses penunjukan duta besar (dubes) RI terus berlangsung.

    Termasuk, kata Juri, melalui usulan dan masukan dari berbagai pihak, seperti mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Dino Patti Djalal.

    “Semua masukan dan informasi dari masyarakat, dari tokoh-tokoh mengenai isu-isu penting, termasuk pengisian dubes, tentu tidak luput dari perhatian Presiden. Ini hanya soal timing, soal waktu, dan soal siapa yang akan ditempatkan,” ujar Juri di Kantor Kementerian Sekretariat Presiden (Kemensesneg), Selasa (24/6/2025).

    Juri menyatakan bahwa proses penunjukan dubes sedang berjalan dan tetap berada dalam kendali penuh Presiden sebagai pemegang hak prerogatif dalam menentukan siapa yang akan mewakili Indonesia di luar negeri.

    Ketika ditanya soal nama-nama kandidat dubes, Juri menjawab singkat bahwa hal tersebut masih dalam proses dan belum bisa dipublikasikan. 

    “Ya itu on process dan menjadi prerogatif Presiden untuk menentukan pemimpin dari perwakilan kita di luar negeri,” pungkas Juri.

    Dalam kesempatan lain, Wakil Menteri Sekretaris Negara (Wamensesneg) Bambang Eko menyatakan bahwa pemerintah saat ini tengah memproses sejumlah nama kandidat, dan menunggu arahan final dari Presiden Prabowo Subianto.

    “Kita tunggu arahan Presiden tentang itu. Sampai sekarang sudah ada arahan, cuma kita lagi olah untuk ngisinya. Ada beberapa nama, cuma sedang kita proses,” ujar Bambang kepada wartawan di Kantor Kemenkum, Senin (23/6/2025).

    Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa calon dubes berasal dari beragam latar belakang, baik kalangan profesional diplomatik maupun politikus. 

    Saat ditanya apakah Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto termasuk dalam bursa nama calon dubes, Bambang membantah hal tersebut.

    “Tidak, belum ke sana kita. Kita masih menunggu usulan dari Menteri Luar Negeri,” katanya.

    Lebih lanjut, Bambang menjelaskan bahwa proses pengusulan memang dimulai dari Menteri Luar Negeri, sebelum nantinya ditetapkan oleh Presiden.

    Mengenai jumlah kandidat, Bambang enggan menyebutkan secara pasti, namun memberi gambaran bahwa ada sekitar tiga nama yang sedang dipertimbangkan.

    “Ada, saya lupa karena saya tidak siap kalau ditanya. Kira-kira [tiga orang],” tandas Bambang.

    Sebelumnya, Eks Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal meminta Presiden Prabowo Subianto untuk segera mengisi sejumlah posisi Duta Besar RI di luar negeri yang masih kosong, termasuk di Amerika Serikat (AS) dan Jerman.

    Dalam unggahan di akun X pribadinya, @dinopattidjalal, yang dikutip pada Senin (23/6/2025), Dino menilai kekosongan posisi duta besar tersebut akan menyulitkan Indonesia untuk berdiplomasi secara efektif.

    “Dalam dunia yang semakin dihantui perang, konflik, krisis yang berbahaya, mohon agar kursi Dubes-dubes untuk AS, PBB (New York & Jenewa), Jerman yang sudah lama kosong dapat segera diisi,” ungkap pendiri dan Ketua FPCI ini dalam unggahannya.

    Adapun, komentar tersebut disampaikan Dino di tengah eskalasi konflik global akibat ketegangan antara Iran dan Israel. Tensi geopolitik pun makin memanas pada akhir pekan lalu saat Amerika Serikat (AS) turut serta membantu Israel dengan menyerang berbagai fasilitas nuklir Iran.

    Posisi Duta Besar Indonesia untuk AS terakhir diisi oleh Rosan Roeslani dan telah kosong selama hampir 2 tahun. Rosan meninggalkan posnya di Washington pada Juli 2023 karena diangkat sebagai Wakil Menteri BUMN oleh Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).

    Sementara itu, posisi Duta Besar RI untuk PBB berkedudukan di New York terakhir kali dipegang oleh Arrmanatha Nasir. Dia meninggalkan posisi tersebut pada Oktober 2024 saat ditunjuk Prabowo menjadi Wakil Menteri Luar Negeri.

  • IHSG ditutup melemah seiring pasar cermati eskalasi di Timur Tengah

    IHSG ditutup melemah seiring pasar cermati eskalasi di Timur Tengah

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    IHSG ditutup melemah seiring pasar cermati eskalasi di Timur Tengah
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 23 Juni 2025 – 18:05 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin sore ditutup melemah seiring pelaku pasar masih mencermati eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah.

    IHSG ditutup melemah 120,00 poin atau 1,74 persen ke posisi 6.787,14. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 11,10 poin atau 1,45 persen ke posisi 753,83.

    “IHSG ditutup melemah, akibat kekhawatiran akan dampak meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, dan kenaikan harga minyak mentah terhadap ekonomi domestik di tengah melemahnya daya beli masyarakat dan perang tarif,” ujar Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim di Jakarta, Senin.

    Di sisi lain, kekhawatiran pasar bahwa perang akan meluas mereda, karena ada kecenderungan China dan Rusia mendorong gencatan senjata di forum Persatuan Bangsa Bangsa (PBB).

    Meskipun demikian, pelaku pasar masih khawatir dengan potensi penutupan Selat Hormuz oleh Iran yang dapat mendorong kenaikan signifikan pada harga minyak mentah dan gas.

    Dari Jepang, rilis data Jibun Bank Manufacturing PMI Flash bulan Juni 2025 naik menjadi 50,4 dari sebelumnya 49,4 pada Mei 2025. Jibun Bank Services PMI Flash Juni 2025 juga membaik ke level 51,5 dari 51 di Mei 2025.

    Dari Jerman, data HCOB Manufacturing PMI Flash Juni 2025 ke level 49 dari sebelumnya 48,3 di Mei 2025. Dari Inggris, S&P Global Manufacturing PMI Flash Juni 2025 naik ke level 47,7 dari 46,4 di Mei 2025. Demikian juga dengan S&P Global Services PMI Flash Juni 2025 ke level 51,3 dari 50,9 di Mei 2025.

    Dibuka melemah, IHSG betah di teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.

    Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, semua atau sebelas sektor melemah yaitu paling dalam sektor barang konsumen non primer yang minus 3,36 persen, diikuti oleh sektor properti dan sektor teknologi yang turun masing-masing sebesar 2,97 persen dan sebesar 2,55 persen.

    Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu SICO, PNSE, PTMR, RUIS, dan APEX. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni IOTF, PTBA, SSTM, CINT, dan AGAR.

    Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.363.337 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 25,39 miliar lembar saham senilai Rp12,79 triliun. Sebanyak 128 saham naik, 535 saham menurun, dan 140 tidak bergerak nilainya.

    Bursa saham regional Asia sore ini antara lain indeks Nikkei menguat 2,23 poin atau 0,01 persen ke 38.401,50, indeks Hang Seng menguat 158,65 poin atau 0,67 persen ke 23.689,48, indeks Shanghai menguat 21,69 poin atau 0,65 persen ke 3.381,78, dan indeks Strait Times melemah 4,17 poin atau 0,1 persen ke 3.930,64.

    Sumber : Antara

  • 5 Fakta Terkait AS Gempur Tiga Situs Nuklir Iran – Page 3

    5 Fakta Terkait AS Gempur Tiga Situs Nuklir Iran – Page 3

    Di tengah memuncaknya ketegangan di Timur Tengah, Iran memperingatkan akan adanya “konsekuensi berat” bagi Amerika Serikat (AS) setelah AS bergabung dengan pasukan Israel untuk menyerang tiga lokasi nuklir di Iran pada Minggu 22 Juni 2025.

    Televisi pemerintah Iran menyatakan bahwa “setiap warga negara atau personel militer AS” di Asia Barat kini menjadi “target” setelah serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.

    Hossein Shariatmadari, orang dekat Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei dan pemimpin redaksi surat kabar garis keras Kayhan, menulis editorial pada Minggu yang menyerukan kepada pasukan Iran untuk menyerang armada laut AS di Bahrain dan menutup Selat Hormuz bagi kapal-kapal AS, Inggris, Jerman, dan Prancis.

    “Sekarang giliran kita untuk bertindak tanpa penundaan. Sebagai langkah pertama, kita harus meluncurkan serangan rudal terhadap armada laut AS di Bahrain dan secara bersamaan menutup Selat Hormuz bagi kapal-kapal AS, Inggris, Jerman, dan Prancis,” tulisnya seperti dilansir NDTV.

    Editorial yang ditulis Shariatmadari ini menyusul peringatan langsung dari Khamenei sendiri, yang sebelumnya memperingatkan AS akan adanya konsekuensi berat atas intervensi militernya.

    Sementara Iran merencanakan langkah balasannya, sejumlah pangkalan militer utama AS di Timur Tengah menjadi sorotan karena dinilai bisa menjadi target.

    Di seluruh Timur Tengah, AS dilaporkan menempatkan lebih dari 40.000 tentara di berbagai pangkalan militer dan kapal perang milik AS—yang berada di bawah komando militer AS untuk kawasan tersebut, yaitu Komando Pusat AS (CENTCOM). Konsentrasi utama pasukan AS di kawasan ini berada di Qatar, Bahrain, Irak, Suriah, Kuwait, dan Uni Emirat Arab (UEA).

    Berikut sejumlah pangkalan utama AS di Timur Tengah:

    Bahrain: Armada Kelima Angkatan Laut AS dan Komando Pusat Angkatan Laut AS bermarkas di Bahrain—sebuah kerajaan kecil di Teluk yang memainkan peran strategis bagi AS di kawasan Teluk Persia sejak lama hingga sekarang.

    Pelabuhan laut dalam milik Bahrain mampu menampung beberapa kapal militer terbesar milik AS, termasuk kapal induk. Pangkalan ini menjadi rumah bagi empat kapal pemburu ranjau AS dan dua kapal pendukung logistik. Menurut laporan The Times of Israel, Penjaga Pantai AS juga mengoperasikan kapal-kapalnya di negara tersebut.

    Pangkalan ini telah digunakan oleh Angkatan Laut AS sejak tahun 1948, ketika masih dioperasikan oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris.

    Qatar: Pangkalan Udara Al Udeid, yang merupakan pangkalan militer terbesar milik AS di Timur Tengah, terletak di Qatar. Pangkalan ini dilaporkan menjadi markas bagi komponen terdepan Komando Pusat AS (CENTCOM), serta menampung kekuatan angkatan udara dan pasukan operasi khusus AS di kawasan.

    Al Udeid menjadi lokasi penempatan bergilir pesawat-pesawat tempur AS, sekaligus markas bagi Wing Ekspedisi Udara ke-379—satuan udara tempur yang dapat dikerahkan untuk berbagai operasi militer di wilayah tersebut.

    Irak: AS memiliki berbagai instalasi militer di Irak, termasuk Pangkalan Udara Al Asad di Provinsi Al-Anbar dan Pangkalan Udara Al Harir di Erbil. Baghdad bukan hanya sekutu dekat Washington sejak perang 2003, namun juga merupakan musuh bebuyutan Iran di kawasan.

    Negara ini menampung sekitar 2.500 tentara AS sebagai bagian dari koalisi internasional dalam perang melawan ISIS.

    Iran pernah menargetkan Pangkalan Udara Al Asad pada 2020, setelah terbunuhnya pemimpin Pasukan Quds Qasem Soleimani. Pangkalan Udara Al Harir pernah menjadi sasaran serangan drone yang dilancarkan oleh kelompok proksi Iran.

    Suriah: Selama bertahun-tahun, AS mempertahankan kehadiran militer di sejumlah instalasi di Suriah sebagai bagian dari upaya internasional melawan kelompok ISIS, yang muncul dari perang saudara di negara itu dan sempat menguasai sebagian besar wilayah Suriah serta negara tetangganya, Irak. Garnisun Al Tanf milik AS terletak di wilayah selatan Suriah, dekat perbatasan dengan Irak dan Yordania.

    Kuwait: Kuwait menjadi tuan rumah bagi beberapa pangkalan militer AS, termasuk Pangkalan Udara Ali al-Salem yang terletak sekitar 32,19 km dari perbatasan Irak. Pangkalan ini menampung anggota Wing Ekspedisi Udara ke-386 Angkatan Udara AS, satuan yang bertanggung jawab atas pengangkutan logistik dan pasukan di kawasan.

    Pangkalan Ali al-Salem dikenal sebagai pusat pengangkutan udara utama dan gerbang strategis untuk mengirimkan kekuatan tempur kepada pasukan gabungan dan koalisi di Timur Tengah.

    Uni Emirat Arab (UEA): Pangkalan Udara Al Dhafra milik AS terletak di Uni Emirat Arab dan menjadi markas bagi Wing Ekspedisi Udara ke-380 Angkatan Udara AS. Satuan ini mengoperasikan jet tempur F-22 Raptor, serta berbagai jenis pesawat pengintai dan drone, termasuk MQ-9 Reaper.

    Selain itu, Pangkalan Udara Al Dhafra juga menjadi lokasi Gulf Air Warfare Centre, fasilitas pelatihan pertahanan udara dan rudal yang digunakan untuk memperkuat kemampuan tempur serta koordinasi operasi udara antara AS dan sekutunya di kawasan.