Negara: Jerman

  • PIS Dukung Pelaut RI Go Global Bersama Perusahaan Kapal Kelas Dunia

    PIS Dukung Pelaut RI Go Global Bersama Perusahaan Kapal Kelas Dunia

    Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina International Shipping, selaku Sub Holding Integrated Marine Logistics (SH IML), membuktikan komitmennya untuk meningkatkan kapabilitas pelaut Indonesia agar semakin kompetitif di market internasional.

    Komitmen ini dibuktikan lewat perusahaan afiliasi PIS, yakni PT Pertamina Marine Solutions (PMSol), yang resmi menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan pelayaran ternama berskala global untuk penyediaan awak kapal (manning agency). Kerja sama ini bertujuan meningkatkan kapabilitas tenaga kerja pelaut Indonesia, untuk semakin kompetitif di market internasional.

    PMsol menandatangani Manning Agent Agreement dan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Chemikalien Seetransport (CST) Singapore Pte Ltd, yang merupakan anak usaha Chemikalien Seetransport GmbH asal Jerman. Perusahaan global ini memiliki pengalaman selama 65 tahun dalam bisnis pengelolaan kapal dan layanan manajemen perkapalan.

    “Kemitraan keduanya menandai langkah penting dalam memperkuat kapabilitas Indonesia di industri maritim internasional, khususnya dalam hal penyediaan tenaga kerja pelaut yang kompeten dan tersertifikasi secara global,” ujar Direktur PMSol Dian Prama Irfani.

    Dalam kerja sama ini, PMSol ditunjuk sebagai penyedia awak kapal untuk CST Singapore, artinya pelaut-pelaut Indonesia yang dikelola oleh PMSol berkesempatan mengikuti rekrutmen dan penempatan di kapal-kapal CST Singapore dan berlayar di laut internasional.

    “Kolaborasi ini pastinya sangat menjanjikan untuk kedua belah pihak, kami sangat mengapresiasi inisiatif PMSol untuk bekerja sama dan membuka pintu-pintu potensi kolaborasi lainnya lebih jauh,” ujar Managing Director CST Singapore Capt. Maheswaran Muniandy.

    Dengan kolaborasi ini, para pelaut yang bergabung di PMSol berkesempatan mengikuti proses seleksi berstandar internasional dan mengikuti pelatihan, serta pemenuhan standarisasi tertentu sesuai dengan regulasi yang berlaku.

    “Penunjukan ini menjadi bukti kepercayaan CST terhadap reputasi dan kualitas sistem crewing yang dibangun oleh PIS selaku Subholding Integrated Marine Logistics (SH IML) melalui PMSol, serta menjadi validasi atas kapasitas SDM maritim Indonesia dalam memenuhi ekspektasi perusahaan pelayaran global,” lanjut Irfani.

    Saat ini, PMSol mengelola sebanyak 2.000 lebih pelaut untuk bekerja di 350 lebih kapal-kapal yang berlayar di perairan nusantara maupun mancanegara. Selain 2.000 pelaut, terdapat juga sebanyak 7.000 lebih pekerja dan ahli di bidang industri maritim untuk mendukung operasional. Di bawah manajemen PMSol, ratusan kapal tersebut mendapatkan lebih dari 2.500 ships inspection call atau panggilan inspeksi kapal per tahun.

    Kerja sama ini juga menjadi langkah strategis jangka panjang dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul di sektor maritim. Hal tersebut sejalan dengan arah pembangunan nasional yang tercermin dalam Asta Cita, terutama poin peningkatan kualitas dan daya saing SDM melalui kolaborasi internasional yang produktif.

    Kolaborasi dengan CST Singapore, kedepannya juga berpotensi membuka lebih banyak peluang bagi pelaut Indonesia dan memperluas penetrasi bisnis penyediaan awak kapal ke pasar global.

    Dalam jangka panjang, kemitraan ini juga diharapkan dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekosistem maritim nasional yang lebih profesional, tangguh, dan berstandar internasional.

  • Benarkah Pria Tajir Lebih Menarik? Begini Alasan Ilmiah di Baliknya

    Benarkah Pria Tajir Lebih Menarik? Begini Alasan Ilmiah di Baliknya

    Jakarta

    Penelitian terbaru mengungkap pria dengan isi rekening yang lebih banyak alias tajir cenderung lebih mudah menemukan pasangan. Dalam Journal of Marriage and Family, pria yang memiliki uang banyak disebut cenderung lebih menarik dan memberikan sinyal kesiapan menjalin cinta yang lebih kuat.

    Peneliti di Kanda melakukan dua studi jangka panjang di Amerika Serikat dan Jerman. Mereka ingin melihat bagaimana sikap seseorang terhadap hubungan berubah seiring waktu, sejalan dengan penghasilan.

    Peneliti secara khusus fokus pada kelompok usia 25-35 tahun. Kelompok ini dianggap sebagai masa ketika seseorang paling mungkin mencari hubungan asmara.

    Hasilnya, pria lajang berpenghasilan tinggi cenderung mengatakan ini waktu yang tepat untuk mencari pasangan. Setelah disurvei kembali, dalam 6-12 bulan, mereka yang bergaji lebih besar lebih mungkin menemukan cinta.

    “Dengan meningkatnya sumber daya finansial, kebutuhan hierarkis yang lebih tinggi seperti cinta dan rasa memiliki, yakni keintiman dan romansa yang merupakan dari sebuah hubungan, menjadi lebih relevan,” kata peneliti dikutip dari Daily Mail, Senin (28/7/2025).

    “Kaitan ini membantu kita memahami berbagai hal yang mungkin menjadi fokus banyak orang lajang, serta bagaimana mereka mengatur hidupnya, seperti upaya untuk lebih dahulu memastikan keamanan finansial,” sambungnya.

    Peneliti menyimpulkan, selain kepribadian yang baik untuk membentuk dan menjaga hubungan, kondisi material memainkan peran yang signifikan dengan cara menunjukkan ‘sinyal kesiapan’ tersebut.

    Dalam penelitian ini, peneliti juga menemukan peran pendapatan dalam ketertarikan terhadap hubungan relatif serupa antara pria dan wanita. Ini menantang persepsi umum yang menyebut uang hanya menjadi masalah bagi pria ketika ingin mendapatkan pasangan.

    Meski penelitian ini menunjukkan adanya kaitan kekayaan dan niat menjalin hubungan, bukan berarti uang adalah faktor satu-satunya seseorang memutuskan memiliki pasangan. Peneliti mengingatkan faktor lain yang juga memengaruhi adalah kepribadian, tujuan hidup, dan budaya juga berperan dalam kesiapan menjalin hubungan.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/suc)

  • Bukan AS, Putin Akui Negara NATO Ini Bikin Rusia Was-was

    Bukan AS, Putin Akui Negara NATO Ini Bikin Rusia Was-was

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dinamika terus meningkat antara Rusia dan pakta pertahanan pimpinan AS, NATO. Terbaru, Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan kecemasannya terhadap aliansi yang menyokong Ukraina itu.

    Berbicara kepada harian bisnis RBK, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan bahwa saat ini Jerman telah menjadi ancaman serius bagi Rusia. Ia menanggapi pernyataan Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius, yang menyatakan bahwa pasukan Jerman siap membunuh pasukan Rusia.

    “Jerman kembali menjadi berbahaya,” tambahnya dalam wawancara itu yang juga dikutip oleh Russia Today, Selasa (15/7/2025).

    Jerman merupakan pendukung utama Ukraina dalam perang bersama Rusia. Berlin telah menjadi penyuplai utama persenjataan bagi Kyiv. Langkah ini mendapatkan resistensi dari Rusia yang menyebut hal ini hanya akan memperpanjang konflik.

    Sementara itu, Pistorius menyampaikan komentar keras terhadap Rusia dalam sebuah wawancara dengan Financial Times yang diterbitkan pada hari Minggu. Ia memuji kesiapan tempur pasukan Jerman dan tekad mereka untuk mengambil tindakan mematikan terhadap pasukan Rusia jika diperlukan.

    “Jika pencegahan tidak berhasil dan Rusia menyerang, apakah itu akan terjadi? Ya,” kata Pistorius. “Tetapi saya sarankan Anda pergi saja ke Vilnius dan berbicara dengan perwakilan brigade Jerman di sana. Mereka tahu persis apa tugas mereka.”

    Jerman Siap Bangun Senjata Nuklir

    Di sisi lain, kepala lembaga nuklir PBB IAEA, Rafael Grossi, mengatakan bahwa dalam situasi saat ini, Jerman dapat mengembangkan senjata nuklirnya sendiri. Ia menyebut Berlin telah memiliki semuanya seperti pengetahuan dan akses teknologi yang diperlukan.

    “Jerman dapat membangun bom nuklir dalam beberapa bulan. Ini hanyalah asumsi hipotetis belaka,” ujarnya dalam wawancara yang juga dikutip Russia Today.

    Pernyataan Grossi juga muncul di tengah dorongan militerisasi yang lebih luas di antara anggota NATO Eropa. Jerman didesak untuk mendapatkan akses ke persenjataan nuklir Inggris atau Prancis atau bergabung dengan sistem pencegah Eropa yang lebih luas, dengan alasan bahwa ketergantungan pada senjata AS tidak lagi memadai.

    Di sisi lain, Rusia telah berulang kali membantah bahwa hal itu menimbulkan ancaman bagi anggota NATO Eropa. Moskow menuduh para pejabat Barat menggunakan rasa takut untuk membenarkan peningkatan anggaran, serta penurunan standar hidup warga negara mereka.

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Duit Ada, Kenapa Orang Indonesia Menahan Beli Mobil?

    Duit Ada, Kenapa Orang Indonesia Menahan Beli Mobil?

    Jakarta

    Penjualan mobil Indonesia turun cukup dalam. Padahal orang Indonesia punya uang tapi memilih untuk menahan. Apa sebabnya?

    Kondisi perekonomian Indonesia tak baik-baik saja. Hal itu terlihat dari penurunan angka penjualan mobil sepanjang semester satu tahun 2025. Dalam data penjualan yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) 2025, secara retail penurunannya mencapai 9,7 persen atau sekitar 41.986 unit.

    Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi mengungkap penurunan penjualan itu disebabkan kondisi perekonomian global yang melambat. Pun demikian dengan kondisi perekonomian Indonesia yang juga tengah merosot. Kondisi tersebut membuat masyarakat Indonesia menahan untuk membeli mobil baru.

    “Jadi semua ekonomi terganggu lah intinya ke sana. Jadi orang menahan (beli mobil) sedikit intinya ke sana,” kata Nangoi.

    Padahal menurut Nangoi, uangnya ada. Namun kebanyakan memilih untuk menahan uangnya membeli mobil. Banyak memilih menggunakan uangnya untuk kebutuhan yang lain.

    “Semuanya menahan, bukan gak ada uang, uang ada, masih menahan dulu karena mereka prioritas bisa diubah dan segala macam,” tambah Nangoi.

    Di tengah penurunan penjualan itu, sebenarnya ada catatan menarik. Tercatat ada beberapa merek yang justru mengalami peningkatan penjualan dibandingkan bulan sebelumnya.

    “Substitusi, kiri kanan aja, kalau Anda lihat ada satu naik satu turun overall turun kan kelihatan,” ucap Nangoi.

    Keberadaan pameran GIIAS 2025 diharapkan bisa menjadi salah satu upaya untuk memulihkan kondisi tersebut. Masyarakat diharapkan bisa memanfaatkan pameran ini untuk membeli mobil. Lebih lagi, peserta yang mengikuti pameran GIIAS juga terus bertambah. Nangoi mengungkap ada 44 merek mobil dan 17 merek sepeda motor yang ikutan pameran GIIAS tahun ini. Tak cuma itu, ada juga empat perusahaan karoseri besar yang ikutan.

    “Kalau saya bilang pameran ini adalah pameran paling besar paling lengkap di luar china. Tapi kalo lengkapnya saya lebih yakin, karena kita dari ada dari Jepang, dari Korea, dari Vietnam dari China, dr UK, Prancis, Jerman, jadi cukup komplet di sini,” tukas Nangoi.

    (dry/lua)

  • Prancis Akui Palestina, Pemimpin Eropa Kasih Komentar Tak Terduga

    Prancis Akui Palestina, Pemimpin Eropa Kasih Komentar Tak Terduga

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni mengatakan bahwa jika Palestina diakui sebelum didirikan maka akan menjadi kontraproduktif. Hal itu menyusul wacana Palestina yang akan menjadi negara berdaulat.

    “Saya sangat mendukung Negara Palestina tetapi saya tidak mendukung pengakuannya sebelum pendiriannya,” kata Meloni kepada harian Italia La Repubblica, dilansir Reuters, Sabtu (26/7/2025).

    “Jika sesuatu yang tidak ada dikenali di atas kertas, masalahnya bisa tampak terpecahkan padahal tidak ada,” tambah Meloni.

    Adapun, Prancis berencana untuk mengakui negara Palestina di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan September, menarik kecaman dari Israel dan Amerika Serikat. Apalagi hal itu di tengah perang di Gaza antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.

    Pada hari Jumat (25/7/2025), Menteri Luar Negeri Italia mengatakan pengakuan negara Palestina harus terjadi bersamaan dengan pengakuan Israel oleh entitas Palestina yang baru.

    Di samping itu, seorang juru bicara pemerintah Jerman juga mengatakan bahwa Berlin tidak berencana untuk mengakui negara Palestina dalam jangka pendek dan mengatakan prioritasnya sekarang adalah membuat “kemajuan yang sudah lama tertunda” menuju solusi dua negara.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan bahwa negaranya akan secara resmi mengakui Negara Palestina pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) September mendatang.

    Pengumuman ini disampaikan Macron pada Kamis (24/7/2025), di tengah meningkatnya tekanan internasional terhadap Israel atas krisis kemanusiaan di Gaza.

    “Prioritas mendesak hari ini adalah mengakhiri perang di Gaza dan menyelamatkan penduduk sipil,” tulis Macron dalam unggahannya di media sosial, dilansir AFP.

    Jika kemudian terealisasi maka Prancis menjadi negara kelompok kaya G-7 yang mengakui Palestina.

    Negara lain belum merencanakan hal yang sama, mulai dari Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.

    Langkah Prancis ini juga semakin menambah negara Eropa yang mengakui Palestina. Sebelumnya beberapa negara Eropa secara resmi telah mengakui Negara Palestina, mencerminkan meningkatnya dukungan internasional. Di antaranya adalah Armenia, Slovenia, Irlandia, Norwegia, dan Spanyol.

    Saat ini, Palestina diakui sebagai negara berdaulat oleh 147 dari 193 anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mewakili sekitar 75 persen komunitas internasional. Palestina juga diakui oleh Takhta Suci (Vatikan), otoritas tertinggi Gereja Katolik dan pemegang status pengamat di PBB.

    (fsd/fsd)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Mengakui Negara Palestina Sebelum Berdiri Mungkin Kontraproduktif

    Mengakui Negara Palestina Sebelum Berdiri Mungkin Kontraproduktif

    JAKARTA – Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menegaskan memberikan pengakuan terhadap Negara Palestina sebelum negara tersebut berdiri dapat menjadi kontraproduktif.

    “Saya sangat mendukung Negara Palestina, tetapi saya tidak mendukung pengakuan sebelum pembentukannya,” ujar Meloni kepada harian Italia La Repubblica dilansir Reuters, Sabtu, 26 Juli.

    “Jika sesuatu yang tidak ada diakui di atas kertas, masalahnya bisa tampak terpecahkan padahal sebenarnya tidak,” sambungnya Meloni.

    Keputusan Prancis untuk mengakui negara Palestina di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September menuai kecaman dari Israel dan Amerika Serikat, di tengah perang di Gaza antara Israel dan kelompok militan Palestina, Hamas.

    Pada Jumat, menteri luar negeri Italia mengatakan pengakuan negara Palestina harus terjadi bersamaan dengan pengakuan Israel oleh entitas Palestina yang baru.

    Seorang juru bicara pemerintah Jerman mengatakan  Berlin tidak berencana untuk mengakui negara Palestina dalam jangka pendek. Jerman mengatakan prioritasnya sekarang adalah untuk membuat kemajuan menuju dua solusi negara.

  • IEU-CEPA Resmi Disepakati: Jerman hingga Finlandia Berebut Investasi di Indonesia – Page 3

    IEU-CEPA Resmi Disepakati: Jerman hingga Finlandia Berebut Investasi di Indonesia – Page 3

    Perjanjian IEU-CEPA dinilai sebagai katalis utama masuknya investasi berkualitas tinggi dari negara-negara anggota Uni Eropa. Beberapa negara telah menunjukkan minat yang signifikan:

    Jerman: Tertarik pada pengembangan kendaraan listrik dan rantai pasok industri teknologi tinggi.
    Prancis: Siap mendukung transisi energi nasional melalui PLTS dan teknologi hijau.
    Belanda: Fokus pada kerja sama pelabuhan pintar dan logistik digital ramah lingkungan.
    Italia: Berminat pada sektor farmasi, alat kesehatan, dan bioteknologi.
    Denmark: Menawarkan kemitraan dalam bidang energi angin dan efisiensi energi.
    Finlandia: Membuka peluang kerja sama di sektor digital, kecerdasan buatan, dan pendidikan jarak jauh.

    Indonesia menegaskan bahwa perjanjian ini dirancang secara seimbang dan tetap menjaga kedaulatan ekonomi nasional. Mekanisme perlindungan investor dilakukan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas, namun tetap memberikan ruang bagi kebijakan strategis nasional seperti hilirisasi, transisi energi, dan pemberdayaan pelaku usaha lokal.

    Melalui IEU-CEPA, Indonesia menegaskan posisinya sebagai pusat industri strategis di kawasan Indo-Pasifik. Kesepakatan ini tidak hanya membuka gerbang bagi investasi global, tetapi juga memperkuat fondasi kemitraan jangka panjang yang bertumpu pada keberlanjutan, inovasi, dan transformasi digital.

  • SBY Minta Sidang Umum PBB Putuskan Setop Genosida di Gaza

    SBY Minta Sidang Umum PBB Putuskan Setop Genosida di Gaza

    Bisnis.com, Jakarta — Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta semua kepala negara bisa bersepakat mengakhiri perang dan tragedi kemanusiaan di Gaza pada sidang umum PBB September 2025 nanti.

    SBY menjelaskan bahwa empat negara di Eropa yaitu Inggris, Prancis, Jerman dan Italia secara eksplisit sudah sepakat agar perang dan tragedi kemanusiaan di Gaza bisa segera dihentikan.

    SBY berharap negara lainnya bisa mengikuti jejak keempat negara di Eropa tersebut dan mengakhir penderitaan masyarakat di Gaza Palestina.

    “Perhelatan Sidang Umum PBB pada bulan September mendatang di New York, dapat dijadikan forum bagi pengakhiran perang dan tragedi kemanusiaan di Gaza,” tutur SBY melalui akun media sosial X @SBYudhoyono, Sabtu (26/7).

    SBY mengatakan meskipun seran untuk menghentikan perang gaza itu terlambat, namun tetap bisa bermanfaat bagi warga Gaza Palestina.

    “Meskipun hal begini sudah sangat terlambat, tetapi tetap ada baiknya,” kata SBY.

    SBY optimistis banyak negara PBB yang menyetujui dengan usulannya mengakhiri penderitaan warga Gaza. Pasalnya, kata SBY perang yang terjadi di Gaza itu telah melampaui batas kemanusiaan.

    “Saya kira banyak yang bersetuju dengan saya, bahwa penderitaan saudara-saudara kita di Gaza sudah sangat melampaui batas-batas kemanusiaan,” ujarnya.

  • Iran dan 3 Negara Eropa Sepakat Lanjutkan Perundingan Nuklir

    Iran dan 3 Negara Eropa Sepakat Lanjutkan Perundingan Nuklir

    JAKARTA – Wakil Menteri Luar Negeri Iran Kazem Gharibabadi mengatakan Iran dan tiga negara Eropa — Inggris, Prancis, dan Jerman — bertukar usulan mengenai isu nuklir dan sepakat untuk melanjutkan konsultasi

    Iran dan ketiga negara Eropa itu merampungkan pembicaraan awal mengenai isu nuklir pada Jumat, 25 Juli.

    “(Kami) telah mengadakan diskusi yang serius, jujur, dan terperinci dengan E3. Perkembangan terbaru mengenai isu pencabutan sanksi dan isu nuklir telah dibahas dan ditinjau,” ujar Gharibabadi di X dilansir ANTARA dari Sputnik.

    “Sambil mengkritik keras sikap mereka terkait perang agresi baru-baru ini terhadap rakyat kami, kami menjelaskan posisi berprinsip kami, termasuk mengenai apa yang disebut mekanisme snapback,” katanya.

    “Kedua pihak datang ke pertemuan tersebut dengan ide-ide spesifik, yang berbagai aspeknya telah dikaji. Disepakati bahwa konsultasi mengenai masalah ini akan dilanjutkan,” ujar Gharibabadi.

    Kelompok E3 yang terdiri dari Inggris, Prancis, dan Jerman sebelumnya bertemu dengan para pejabat Iran di Istanbul pada 16 Mei untuk melakukan pembicaraan tingkat wakil menteri luar negeri.

    Para pihak telah sepakat untuk mempertahankan dialog seiring dengan negosiasi tidak langsung yang sedang berlangsung antara Iran dan AS.

    Perundingan AS-Iran dan proses negosiasi yang lebih luas dengan pihak Eropa terhenti setelah Israel melancarkan serangan terhadap Iran pada 13 Juni.

  • BKKBN Bicara Alasan Wajah Warga +62 Kurang Glowing, Stres Kebanyakan Beban

    BKKBN Bicara Alasan Wajah Warga +62 Kurang Glowing, Stres Kebanyakan Beban

    Jakarta

    Ada alasan medis di balik warga negara Eropa kebanyakan lebih glowing dan charming ketimbang warga Indonesia. Hal ini disinggung Sekretaris Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Sekretaris Utama BKKBN Prof Budi Setiyono.

    Pria yang juga memiliki pengalaman di berbagai organisasi profesional termasuk UNDP dan UNFPA tersebut menyinggung pengaruh hormon stres atau kortisol pada penampilan wajah kebanyakan warga Indonesia.

    “Kenapa orang Eropa, atau warga negara di negara maju lebih banyak warga yang charming, glowing? Itu dipastikan mereka tidak ada kekhawatiran menghadapi disrupsi kehidupan,” sorot Prof Budi dalam diskusi bersama media di perjalanan menuju Ambarawa, Semarang, Jumat (25/11/2025).

    Berbanding terbalik dengan beban yang dihadapi warga Indonesia, banyak kekhawatiran terkait finansial dan keberlangsungan masa depan. Bahkan, untuk sekadar mencukupi kebutuhan dasar sehari-hari pun sulit.

    “Jadi sebenarnya tidak melulu karena DNA-nya, di kita pengaruhnya adalah hormon stres atau hormon kortisol, yang otomatis keluar dari tubuh saat menghadapi adanya ancaman, kelaparan, ketidakpastian, saat itulah hormon kortisol bergerak,” sorot dia.

    Semakin banyak hormon kortisol yang keluar, semakin besar berpengaruh pada penampilan. Sesederhana seperti melihat seseorang tengah stres, sakit, dan menghadapi beban masalah yang menumpuk.

    “Itu yang terjadi, wajah orang Indonesia sehari-hari dipenuhi dengan kortisol. Kalau kita ingin wajah kita berubah, maka kita harus mengikuti pola penjaminan hidup di atas garis kesejahteraan benar-benar terjamin,” kata dia.

    Itu pula yang disebutnya tengah diupayakan pemerintah dengan menyediakan program makan bergizi gratis, pengadaan koperasi merah putih, serta berdirinya sekolah rakyat. Meski menurutnya, belum banyak masyarakat yang benar-benar memahami program pemerintah tengah berjalan ke target tersebut.

    Prof Budi juga membandingkan tampilan wajah Korea Utara dan Korea Selatan. Meski etnik, bahasa, dan kulturnya sama, perbandingan wajah populasi umum kedua negara tersebut jelas berbeda, dengan mengesampingkan maraknya juga tren operasi plastik.

    “Lebih enak dilihat Korsel bukan karena oplas tapi Korsel itu secara hukum sudah terbebas dari kebutuhan dasar, Korea Utara belum, sehingga wajahnya berbeda,” tandasnya.

    Hal yang sama juga diklaim terjadi di masa Jerman Barat dan Timur saat dipisahkan oleh tembok Berlin. Penampilan orang Jerman timur sama seperti Korut, sementara Jerman barat seperti Korsel.

    “Jerman Barat cantik-cantik, Jerman Timur tidak, seperti kita, itu bukti keterjaminan, ketakutan, pemenuhan dasar itu berpengaruh kepada ada tidaknya hormon kortisol,” pungkasnya.

    Hal yang kemudian bisa dipelajari untuk merubah wajah penduduk Indonesia adalah jaminan hidup layak. Memperbaiki keturunan tidak selalu harus menikah dengan orang Eropa, tapi yang utama adalah memperbaiki kesejahteraan hidup atau setidaknya ansuransi hingga hari tua.

    Seluruh penduduk disebutnya perlu diupayakan mendapatkan penghasilan yang sesuai minimal dengan kebutuhan dasar, pendidikan dasar 12 tahun terpenuhi, dan hadirnya sertifikat kompetensi yang menjadi bekal ‘market’ pekerjaan banyak warga negara Indonesia.

    Belum lagi dengan persoalan prevalensi stunting yang perlu ditekan seminimal mungkin bahkan bila memungkinkan hingga zero case. Ia berharap ke depan 70 persen penduduk usia produktif Indonesia benar-benar memastikan kesehariannya produktif alias memiliki pekerjaan yang kemudian bisa ikut mengcover tanggungan 30 persen penduduk non-produktif di tengah aging population. Perhitungannya, pada 2045 sekitar 30 persen warga Indonesia berusia lansia.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)