Negara: Jerman

  • LAPORAN DARI FRANKFURT: Messe Frankfurt Bidik Omzet 800 Juta Euro Sepanjang 2025

    LAPORAN DARI FRANKFURT: Messe Frankfurt Bidik Omzet 800 Juta Euro Sepanjang 2025

    Bisnis.com, FRANKFURT—The Heimtextil 2025 menandai bergulirnya kembali pameran, konvensi, dan event skala internasional di Kota Frankfurt, Jerman. Eksibisi yang berlangsung selama 14—17 Januari 2025 ini tidak hanya menghubungkan sejumlah perusahaan tekstil, tapi juga menciptakan platform untuk pertumbuhan industri garmen secara global.

    Managing Director Messe Frankfurt Detlef Braun, dalam sambutannya pada pembukaan The Heimtextil 2025, mengatakan bahwa pameran fisik dan interaksi langsung dalam bisnis sangatlah penting di tengah tantangan ekonomi dunia. Sejumlah pihak, ujarnya, perlu fokus dan merapatkan kepentingan untuk memikirkan inovasi dan kolaborasi secara bersama-sama.

    “Messe Frankfurt telah memiliki sejarah selama 784 tahun. Tahun lalu, kami menyelenggarakan 330 acara besar dengan 98.000 peserta pameran di Frankfurt dan 4,1 juta pembeli profesional dari seluruh dunia,” ujarnya, Selasa (14/1/2025).

    The Heimtextil 2025Perbesar

    Sepanjang 2024, Messe Frankfurt mencatatkan pendapatan senilai total 780 juta euro. Braun berharap pihaknya dapat meningkatkan pendapatan dengan perolehan lebih dari 800 juta euro selama perhelatan event berskala internasional tahun ini.

    The Heimtextil sebagai event pembuka bakal dihadiri oleh lebih dari 3.000 perusahaan dengan 95% peserta internasional dari 130 negara. Pameran dan eksibisi ini menampilkan beragam produk tekstil untuk variasi kebutuhan interior di rumah serta perhotelan.

    Menurut Braun, segmen produk karpet dan permadani mengalami pertumbuhan signifikan dengan lebih dari 300 peserta pameran baru. Messe Frankfurt sampai harus menambah aula hanya untuk memamerkan produk karpet yang bertambah signifikan.

    Sejumlah perusahaan karpet ternama telah mengonfirmasi keikutsertaan mereka di The Heimtextil 2025. Di antaranya adalah nama-nama besar internasional seperti Bhadohi Carpets (India), Balta Home (Belgia) dan Kaleen Lifestyle (India), yang akan memamerkan produk mereka untuk pertama kalinya di The Heimtextil 2025.

    Sementara itu, merek-merek ternama lainnya seperti Lalee OHG (Jerman), Mittal International (India), Oriental Weavers Group (Mesir), Ragolle Rugs (Belgia), dan Universal XXI (Spanyol) juga kembali hadir di pameran tahun ini.

    “Heimtextil menjadi tujuan inovasi di industri tekstil rumah, tren, dorongan berkelanjutan, dan berbagai peluang unik bagi bisnis kami. Kami mendapat manfaat dari pengenalan yang luar biasa dan banyak kontak internasional baru,” kata Yasmine Khamis, Head of Oriental Weavers Group.

    Pelaku industri tekstil dari Indonesia juga hadir memamerkan produknya di The Heimtextil 2025. PT Ateja Tritunggal yang tahun lalu juga berpartisipasi, kini kembali menempatkan produknya di aula 6 The Heimtextil 2025.

    Produk yang dipamerkan oleh perusahaan desain interior asal Bandung itu mulai dari kain sofa, jok mobil, hingga produk interior lainnya. Ateja telah berdiri lebih dari 50 tahun dan mengekspor produknya ke 84 negara di dunia.

    The Heimtextil 2025 menjadi medium pertemuan strategis perusahaan-perusahaan tekstil dunia dengan pembeli profesional berskala global. Tahun ini, Messe Frankfurt menyematkan tema ‘Future Continuous’ untuk menegaskan komitmen industri tekstil terhadap masa depan yang berkelanjutan.

    “Kami menganggap Heimtextil seperti ‘batu karang’ yang solid di tengah ketidakpastian ekonomi,” tegas Braun.

  • Negara-negara Eropa Lanjutkan Perundingan Nuklir dengan Iran – Halaman all

    Negara-negara Eropa Lanjutkan Perundingan Nuklir dengan Iran – Halaman all

    Perwakilan dari Teheran dan kelompok “E3” yang terdiri dari Inggris, Prancis, dan Jerman minggu ini di Jenewa melakukan pembicaraan lanjutan dengan Iran. Pertemuan yang dijadwalkan berlangsung dua hari, yaitu Senin (13/1) dan Selasa (14/1), terutama akan membahas program nuklir Iran.

    Inggris, Prancis, Jerman dan AS pernah mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran tahun 2015. Namun kesepakatan itu gagal setelah Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump pada tahun 2018 menarik diri. Tapi Inggris, Prancis dan Jerman bersikukuh tetap mempertahankan kesepakatan itu.

    Bulan Desember lalu, Jerman, Inggris, dan Prancis merilis pernyataan yang menyatakan “kekhawatiran yang sangat besar” atas kapasitas pengayaan (uranium) di Iran. “Kami sangat mendesak Iran untuk membatalkan langkah-langkah ini dan segera menghentikan eskalasi nuklirnya,” kata pernyataan itu.

    Pernyataan itu muncul setelah Rafael Grossi, kepala pengawas nuklir dari Badan Tenaga Atom Internasional IAEA, melaporkan Iran memperkaya uranium hingga kemurnian 60%, mendekati tingkat 90% yang dibutuhkan untuk memproduksi senjata nuklir.

    Minggu lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, percepatan program nuklir Iran “membawa kita semakin dekat ke titik puncaknya,” seraya menambahkan bahwa mitra Uni Eropa dalam kesepakatan nuklir harus mempertimbangkan penerapan kembali sanksi jika tidak ada kemajuan dari Teheran dalam mengatasi masalah tersebut.

    Iran bantah penilaian Prancis

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmail Baghaei menyebut pernyataan Macron “tidak berdasar”, dan menuduh Prancis tidak mematuhi kewajibannya berdasarkan kesepakatan nuklir. Iran berulangkali membantah bahwa mereka bermaksud memproduksi senjata nuklir, dan mengklaim kegiatan nuklir mereka bersifat “damai” dan “dalam kerangka hukum internasional.”

    Esmali Baghaei mengatakan, “berbagai macam” topik akan dibahas di Jenewa, termasuk masalah nuklir. “Tujuan utama pembicaraan ini adalah untuk mencabut sanksi,” katanya.

    Kementerian Luar Negeri Prancis pada hari Kamis menyatakan, pembicaraan tersebut merupakan upaya menuju “solusi diplomatik untuk program nuklir Iran, yang kemajuannya sangat bermasalah.”

    “Ini merupakan kelanjutan dari pembicaraan yang kami lakukan pada bulan Desember,” kata Baghaei.

    Bulan Desember lalu, perwakilan Iran dan E3 bertemu untuk melakukan pembicaraan tertutup mengenai kesepakatan nuklir, dengan sedikit rincian yang dibagikan selain pernyataan Kementerian Luar Negeri Iran bahwa pembahasan tersebut bersifat “progresif.”

    Tekanan politik dalam negeri di Iran

    Kesepakatan nuklir Iran secara resmi telah berakhir pada Oktober 2024. Presiden Prancis Emmanuel Macron minggu lalu mengatakan: “Dalam beberapa bulan mendatang, kita harus bertanya pada diri sendiri apakah akan menggunakan … mekanisme untuk memulihkan sanksi,” kata Macron minggu lalu, mengacu pada tanggal kedaluwarsa pada bulan Oktober.

    Mekanisme ini akan memungkinkan para penandatangan kesepakatan nuklir untuk menerapkan kembali sanksi PBB yang lebih keras terhadap Iran. Dalam pernyataan pada Juni 2024 yang menanggapi laporan IAEA mengenai program nuklir Iran, E3 mengatakan bahwa pengembangan nuklir Iran yang berkelanjutan merupakan hal yang “belum pernah terjadi sebelumnya” bagi negara yang tidak memiliki program senjata nuklir. Pernyataan itu juga mengatakan Iran memiliki uranium yang diperkaya dalam jumlah “yang signifikan.”

    Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah berupaya menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran dan dilaporkan hampir berhasil pada tahun 2022, tetapi pembicaraan itu gagal dan negosiasi sejak saat itu tidak membuahkan hasil.

    Nazila Golestan, aktivis politik yang berbasis di Paris, pada bulan Desember mengatakan kepada DW, melemahnya pengaruh regional Iran dan meningkatnya kerusuhan dalam negeri membuat rezim tersebut berada dalam posisi yang rentan. “Pemerintah menghadapi krisis ganda: menurunnya otoritas di dalam negeri dan berkurangnya kekuasaan di luar negeri. Tekanan-tekanan ini dapat memaksa Iran untuk mengambil sikap yang lebih lunak dalam negosiasi internasional,” katanya.

    Pembicaraan di Jenewa dilakukan seminggu sebelum Donald Trump dilantik sebagai Presiden AS. Pemerintahann Trump diperkirakan akan mengambil sikap keras terhadap Iran dan program nuklirnya.

    Diadaptasi dari artikel DW bahasa Inggris.

  • Badan Intelijen Sebut Donald Trump dan Kim Jong-un Mungkin Dapat Mencapai Kesepakatan

    Badan Intelijen Sebut Donald Trump dan Kim Jong-un Mungkin Dapat Mencapai Kesepakatan

    JAKARTA – Badan intelijen Korea Selatan pada Hari Senin mengatakan, Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dapat melakukan pembicaraan langsung, menambahkan, kemungkinan adanya ‘kesepakatan kecil’ mengenai program nuklir Pyongyang.

    Jika AS menyadari bahwa tujuan denuklirisasi penuh Korea Utara tidak dapat dicapai dalam jangka pendek, AS dapat melanjutkan dengan kesepakatan yang lebih kecil, seperti kesepakatan pengendalian senjata atau perjanjian pelucutan senjata dengan Pyongyang, kata Badan Intelijen Nasional (NIS), melansir The Korea Times 13 Januari.

    Trump yang memenangi Pemilu November lalu, mengungguli petahana Wakil Presiden Kamala Harris, akan mengambil sumpah sebagai presiden pada 20 Januari mendatang.

    NIS membagikan informasi tersebut kepada anggota parlemen selama rapat subkomite parlemen tertutup, menurut anggota parlemen Lee Seong-kweun dari Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa, serta Park Sun-won dari oposisi utama Partai Demokrat Korea, keduanya adalah pemimpin Komite Intelijen Majelis Nasional.

    “Trump telah menggembar-gemborkan pembicaraannya dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sebagai salah satu pencapaian utamanya dari masa jabatan pertamanya, jadi ada kemungkinan untuk melanjutkan dialog dengan Kim,” kata NIS seperti dikutip oleh para anggota parlemen.

    Lebih lanjut badan mata-mata itu mengatakan, beberapa penunjukan Trump baru-baru ini menunjukkan kemungkinan dialog.

    Diketahui, Trump menunjuk mantan Duta Besar untuk Jerman Richard Grenell, yang dikenal karena sikapnya yang pro-dialog tentang isu-isu Korea Utara, sebagai utusan presidennya untuk misi-misi khusus.

    Berikutnya, ada Alex Wong, yang terlibat dalam pembicaraan nuklir tingkat kerja dengan Korea Utara selama masa jabatan pertama Trump, ditunjuk sebagai wakil penasihat keamanan nasional utama Trump.

    NIS mengatakan, Korea Utara diperkirakan akan fokus pada pengamanan manfaat militer dan ekonomi dengan mengirimkan lebih banyak pasukan dan senjata untuk mendukung perang Rusia di Ukraina.

    Badan itu juga mengatakan, mereka memantau dengan saksama tanda-tanda kemungkinan kunjungan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un ke Rusia.

    “Kim mungkin akan mengunjungi Rusia pada paruh pertama tahun ini,” kata Park.

    Sejumlah analis meyakini kunjungan tersebut bertepatan dengan Hari Pembela Tanah Air Rusia, yang jatuh pada tanggal 23 Februari. Hari libur tahunan tersebut menghormati pasukan militer negara tersebut.

  • Rotasi Bumi Melambat, Ini Perubahan Besar yang Terjadi

    Rotasi Bumi Melambat, Ini Perubahan Besar yang Terjadi

    Jakarta

    Sejak pembentukannya sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, rotasi Bumi secara bertahap melambat, dan hari-harinya pun semakin panjang sebagai akibatnya.

    Meskipun perlambatan Bumi tidak terlihat dalam skala waktu manusia, hal itu cukup untuk menyebabkan perubahan signifikan selama ribuan tahun. Salah satu perubahan tersebut mungkin yang paling signifikan dari semuanya, setidaknya bagi kita. Hari-hari yang lebih panjang terkait dengan oksigenasi atmosfer Bumi, menurut sebuah studi pada 2021.

    Secara khusus, alga biru-hijau (atau cyanobacteria) yang muncul dan berkembang biak sekitar 2,4 miliar tahun yang lalu akan mampu menghasilkan lebih banyak oksigen sebagai produk sampingan metabolisme karena hari-hari Bumi bertambah panjang.

    “Pertanyaan yang terus ada dalam ilmu Bumi adalah bagaimana atmosfer Bumi memperoleh oksigennya, dan faktor apa yang mengendalikan kapan oksigenasi ini terjadi,” kata ahli mikrobiologi Gregory Dick dari Michigan University, dikutip dari Science Alert.

    “Penelitian kami menunjukkan bahwa laju perputaran Bumi, dengan kata lain, panjang harinya, mungkin memiliki efek penting pada pola dan waktu oksigenasi Bumi,” jelasnya.

    Perputaran Bumi

    Ada dua komponen utama dalam cerita ini yang, sekilas, tampaknya tidak banyak berhubungan satu sama lain. Yang pertama adalah perputaran Bumi melambat.

    Alasan perputaran Bumi melambat adalah karena Bulan memberikan tarikan gravitasi pada planet, yang menyebabkan perlambatan rotasi karena Bulan secara bertahap menjauh.

    Berdasarkan catatan fosil,sekitar 1,4 miliar tahun yang lalu, hari-hari di Bumi hanya berdurasi 18 jam. Sekitar 70 juta tahun yang lalu, durasinya setengah jam lebih pendek dari hari-hari saat ini. Bukti menunjukkan bahwa durasi hari di Bumi bertambah 1,8 milidetik per abad.

    Komponen kedua adalah sesuatu yang dikenal sebagai Peristiwa Oksidasi Besar, yakni ketika cyanobacteria muncul dalam jumlah yang sangat besar sehingga atmosfer Bumi mengalami peningkatan oksigen yang tajam dan signifikan.

    Tanpa oksidasi ini, para ilmuwan berpikir kehidupan seperti yang kita ketahui tidak mungkin muncul. Jadi, meskipun cyanobacteria mungkin sedikit dipandang sebelah mata saat ini, faktanya kita mungkin tidak akan berada di sini tanpa mereka.

    Masih banyak yang belum kita ketahui tentang peristiwa ini, termasuk pertanyaan-pertanyaan seperti mengapa hal itu terjadi pada saat itu, dan bukan di masa lalu dalam sejarah Bumi.

    Meneliti Cyanobacteria

    Ilmuwan pun meneliti mikroba cyanobacteria untuk menghubungkan titik-titiknya. Di Middle Island Sinkhole di Danau Huron, lapisan mikroba dapat ditemukan. Mikroba ini dianggap sebagai analog dari cyanobacteria yang bertanggung jawab atas Peristiwa Oksidasi Besar.

    Cyanobacteria ungu yang menghasilkan oksigen melalui fotosintesis dan mikroba putih yang memetabolisme sulfur, bersaing dalam lapisan mikroba di dasar danau.

    Pada malam hari, mikroba putih naik ke atas lapisan mikroba dan melakukan tugasnya mengunyah sulfur. Saat hari mulai terang, dan Matahari terbit cukup tinggi di langit, mikroba putih mundur dan cyanobacteria ungu naik ke atas.

    “Sekarang mereka dapat mulai berfotosintesis dan menghasilkan oksigen,” kata geomikrobiologi Judith Klatt dari Max Planck Institute for Marine Microbiology di Jerman.

    “Namun, butuh beberapa jam sebelum mereka benar-benar mulai beraktivitas, ada jeda yang panjang di pagi hari. Tampaknya, cyanobacteria lebih suka bangun agak siang daripada orang yang bangun pagi,” ujarnya.

    Ini berarti, jendela waktu siang hari ketika cyanobacteria dapat memompa oksigen sangat terbatas, dan fakta inilah yang menarik perhatian ahli kelautan Brian Arbic dari Michigan University. Ia bertanya-tanya apakah perubahan panjang hari sepanjang sejarah Bumi berdampak pada fotosintesis.

    “Ada kemungkinan bahwa jenis persaingan yang serupa antara mikroba berkontribusi pada keterlambatan produksi oksigen di Bumi purba,” jelas Klatt.

    Untuk menunjukkan hipotesis ini, tim melakukan eksperimen dan pengukuran pada mikroba, baik di lingkungan alami maupun di laboratorium. Mereka juga melakukan studi pemodelan terperinci berdasarkan hasil mereka untuk menghubungkan sinar Matahari dengan produksi oksigen mikroba, dan produksi oksigen mikroba dengan sejarah Bumi.

    “Intuisi menunjukkan bahwa dua hari yang masing-masing berdurasi 12 jam seharusnya sama dengan satu hari yang masing-masing berdurasi 24 jam. Sinar Matahari terbit dan terbenam dua kali lebih cepat, dan produksi oksigen mengikutinya secara bersamaan,” jelas ilmuwan kelautan Arjun Chennu dari Leibniz Centre for Tropical Marine Research di Jerman.

    “Namun, pelepasan oksigen dari lapisan bakteri tidak demikian, karena dibatasi oleh kecepatan difusi molekuler. Pemisahan halus pelepasan oksigen dari sinar Matahari ini merupakan inti dari mekanisme tersebut,” jelasnya.

    Hasil ini dimasukkan ke dalam model global kadar oksigen, dan tim menemukan bahwa hari yang lebih panjang dikaitkan dengan peningkatan oksigen Bumi, bukan hanya Peristiwa Oksidasi Besar, tetapi juga oksigenasi atmosfer kedua yang disebut Peristiwa Oksigenasi Neoproterozoikum sekitar 550 hingga 800 juta tahun yang lalu.

    “Kami menggabungkan hukum fisika beroperasi pada skala yang sangat berbeda, dari difusi molekuler hingga mekanika planet. Kami menunjukkan bahwa ada hubungan mendasar antara panjang hari dan seberapa banyak oksigen yang dapat dilepaskan oleh mikroba penghuni tanah,” kata Chennu.

    “Ini cukup menarik. Dengan cara ini kami menghubungkan tarian molekul dalam lapisan mikroba dengan tarian planet kita dan Bulannya,” tutupnya.

    (rns/rns)

  • IHSG Hari Ini Jatuh ke Bawah Level 7.000

    IHSG Hari Ini Jatuh ke Bawah Level 7.000

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali jatuh hingga di bawah level 7.000 pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (14/1/2025).

    IHSG pada hari ini sebetulnya dibuka menguat, tetapi tiba-tiba berbalik arah menjelang penutupan perdagangan sesi I dan bertahan di zona merah hingga penutupan perdagangan hari ini.

    IHSG jatuh 0,86% atau 60,21 poin ke level 6.956,6.

    IHSG I hari ini bergerak dalam rentang 7.042-7.956. Perdagangan IHSG hari ini mencatatkan 16,4 miliar lembar saham senilai Rp 10 triliun dari 1,32 juta kali transaksi.

    Sebanyak 294 saham yang diperdagangkan hari ini tercatat menguat, sebanyak 298 saham melemah, dan sebanyak 210 saham stagnan.

    Pada saat IHSG hari ini melemah, saham global dibuka beragam. Indeks CAC 40 Prancis naik hampir 1,0% pada perdagangan awal menjadi 7.478,96, sementara indeks DAX Jerman naik 0,6% menjadi 20.263,87. Indeks FTSE 100 Inggris hampir datar pada level 8.227,05.

    Dalam perdagangan di Asia, indeks acuan Nikkei 225 Jepang tergelincir 1,8% hingga berakhir pada 38.474,30 setelah libur pada Senin.

  • Anggota DPR dukung pemerintah atur pembatasan penggunaan media sosial

    Anggota DPR dukung pemerintah atur pembatasan penggunaan media sosial

    Kami berharap kebijakan ini tidak hanya memberikan perlindungan maksimal bagi anak-anak, tetapi juga menjadi langkah strategis dalam menciptakan ruang digital yang aman, sehat, dan produktif di Indonesia

    Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi I DPR RI Amelia Anggraini mendukung pemerintah untuk segera membuat dan menegakkan aturan terkait pembatasan penggunaan media sosial, khususnya bagi anak-anak.

    Dia mengatakan media sosial saat ini sudah sangat mengkhawatirkan, karena banyak konten yang tidak mendidik, tidak senonoh, hingga konten kekerasan yang dengan mudah dikonsumsi oleh anak-anak. Situasi tersebut memerlukan langkah tegas dan strategis agar ruang digital menjadi lebih aman bagi generasi muda.

    “Namun, pembatasan ini tidak boleh hanya bersifat represif. Pemerintah perlu mengimbanginya dengan edukasi literasi digital yang masif bagi anak-anak, orang tua, dan masyarakat,” kata Amelia dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

    Dia mengungkapkan, Australia telah menerapkan aturan larangan penggunaan media sosial bagi anak di bawah usia 16 tahun. Kebijakan serupa juga telah diberlakukan di sejumlah negara di Asia, seperti Tiongkok, Korea Selatan, dan India, serta negara-negara di Eropa seperti Inggris, Norwegia, Jerman, Belanda, dan Italia.

    “Bahkan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat, telah diusulkan Undang-Undang wajib pembatasan media sosial. Indonesia perlu belajar dari penerapan kebijakan di negara-negara tersebut dan menyesuaikannya dengan kondisi sosial budaya di Tanah Air,” kata dia.

    Selain itu, menurut dia, pembatasan itu perlu disoroti menimbang situasi darurat kejahatan siber (cybercrime) yang terus meningkat, seperti kasus predator online, penipuan digital, hingga penyalahgunaan data pribadi. Karena itu, dia mendorong kebijakan itu segera diimplementasikan dengan pendekatan yang komprehensif dan strategis.

    Dia mengatakan pengawasan dan pengaturan yang efektif harus disusun dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk platform digital, lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat sipil.

    Dia juga mendorong adanya penguatan kolaborasi dengan aparat penegak hukum dan lembaga terkait dalam penanganan cybercrime yang menyasar anak-anak. Selain itu, mekanisme pelaporan dan penanganan kasus harus dibuat lebih mudah diakses dan responsif.

    “Kami berharap kebijakan ini tidak hanya memberikan perlindungan maksimal bagi anak-anak, tetapi juga menjadi langkah strategis dalam menciptakan ruang digital yang aman, sehat, dan produktif di Indonesia,” kata dia.

    Saat ini, Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid sedang berdiskusi membahas strategi pemerintah untuk melindungi anak-anak di ruang-ruang digital.

    Meutya melanjutkan ada kemungkinan untuk menyusun draf peraturan pemerintah lebih dulu sambil mengkaji regulasi yang lebih kuat untuk melindungi anak-anak di ruang digital.

    “Kami pelajari dulu betul-betul, tetapi pada prinsipnya sambil menjembatani aturan yang lebih ajeg, pemerintah akan mengeluarkan aturan pemerintah terlebih dahulu,” kata Menteri Komunikasi dan Digital (13/1).

    Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2025

  • 6 Beda Homo Neanderthal dan Homo Sapiens, Moyang Manusia yang Dianggap Kembar

    6 Beda Homo Neanderthal dan Homo Sapiens, Moyang Manusia yang Dianggap Kembar

    Jakarta

    Homo neanderthal dan Homo sapiens diyakini sebagai nenek moyang manusia modern. Meski dianggap sebagai kembaran karena bersaudara dekat, ilmuwan menganggap mereka sebagai jenis berbeda.

    Dalam artikel ini akan kita ulas perbedaan antara Homo neanderthal dan Homo sapiens, mulai dari sejarah penemuan, ciri-ciri, hingga masa hidup keduanya.

    Beda Homo Neanderthal dan Homo Sapiens

    Berikut ini 6 perbedaan Homo neanderthal dan Homo sapiens dari berbagai sisi:

    1. Sejarah Penemuan

    Menurut situs The Smithsonian’s Museum Conservation Institute, spesimen pertama Homo neanderthalensis yang diakui adalah Neanderthal 1. Fosil Neanderthal 1 ditemukan pada tahun 1856 di Jerman.

    Penemuan fosil selanjutnya pada 1864 diberi nama Homo neanderthalensis oleh ahli geologi William King. Nama ini berdasarkan lokasi penemuannya, yakni di Gua Feldhofer, Neanderthal (Lembah Neander), Jerman.

    Beberapa tahun kemudian, para ilmuwan menyadari penemuan fosil pada 1829 di Engis, Belgia, dan 1848 di Tambang Forbes, Gibraltar juga merupakan Neanderthal. Sehingga, dua fosil ini disebut sebagai penemuan Neanderthal yang pertama.

    Sementara Homo sapiens, menurut Natural History Museum, fosil pertamanya ditemukan di Jebel Irhoud, Maroko, pada 1960-an. Awalnya, usia fosil diperkirakan sekitar 40.000 tahun.

    Selanjutnya banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui fosil melalui penggalian situs. Riset menemukan berbagai tengkorak parsial, rahang bawah, hingga perkakas batu. Melalui berbagai bagian fosil ini, usia H sapiens diperkirakan 100.000 hingga 350.000 tahun.

    2. Fitur wajah

    Berbagai fitur wajah H neanderthal sangat unik, seperti dikatakan profesor antropologi biologi di New York University bernama Shara Bailey. Dikutip dari Live Science, fitur ini memungkinkan H neanderthal tak sulit dibedakan dengan spesies lain.

    Ciri-cirinya adalah memiliki dahi yang miring dengan alis sangat tebal melengkung, hidung lebih lebar dan menonjol, serta tengkorak yang sedikit lebih memanjang. Jika dilihat dari samping, H neanderthal juga memiliki dagu yang lebih kecil serta gigi depan yang lebih besar dari H sapiens.

    Sementara tengkorak manusia modern cenderung tinggi dan bulat, tempurung otaknya berbentuk bulat. Sedangkan tengkorak Neanderthal, seperti kebanyakan manusia purba lainnya, panjang dan rendah.

    3. Bentuk Tubuh

    Pimpinan penelitian evolusi manusia Chris Stringer di Natural History Museum mengatakan, H neanderthal dapat berdiri tegak dengan dua kaki dan tulang mirip manusia modern. Rata-rata tinggi H neandherthal adalah 150-170 cm, badan berotot dengan bahu lebar, serta pinggulnya melebar.

    Namun, kapasitas paru H neanderthal 20% lebih besar daripada manusia modern. Proporsi badan Neanderthal juga berbeda, seperti segmen bawah lengan dan kaki mereka relatif lebih pendek dibandingkan dengan segmen atas.

    4. Pola Makan

    H neanderthal dipercaya mengonsumsi daging dan tumbuhan seperti biji-bijian dan kacang-kacangan. Namun mereka cenderung makan daging karena iklim saat itu lebih dingin.

    Spesies H neanderthal disebut berburu binatang berukuran besar dan sedang. Mereka kemungkinan menggunakan teknik perburuan penyergapan jarak dekat dengan menusuk binatang dengan tombak tajam.

    5. Pola Perilaku

    Perilaku Neanderthal juga mirip dengan manusia sekarang. Mereka mengubur kerabatnya yang meninggal, merawat yang sakit, tinggal di gua bersama komunitas kecil, dapat membuat api dan bisa berbahasa. Neanderthal juga mengenakan beberapa pakaian, seperti kulit binatang di bahu atau di sekitar pinggang,

    Menurut Stringer, perilaku H neanderthal sebetulnya mirip H sapiens generasi awal. Hal ini terlihat pada Homo sapiens yang meninggalkan Afrika sekitar 200.000 tahun yang lalu. Mereka diperkirakan menggunakan jenis perkakas batu yang sama dengan Neanderthal. Baru sekitar 50.000 tahun yang lalu, terjadi ‘ledakan’ kebudayaan pada Homo sapiens.

    6. Masa Hidup

    Dalam buku Sangiran Menjawab Dunia terbitan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dijelaskan, H neanderthalensis punah karena tak mampu melawan kondisi alam yang sangat dingin.

    Banyak dari mereka mati muda ketika berusia tak sampai 20 tahun. Masa hidup mereka terbilang sangat singkat, karena spesies tersebut hanya bertahan kurang dari 100.000 tahun.

    Sementara Homo sapiens adalah spesies yang menjadi satu-satunya manusia yang bertahan hingga saat ini. Spesies ini bisa bertahan karena punya kemampuan adaptasi yang luar biasa.

    (bai/row)

  • Revisi UU ASN: Antara Netralitas dan Dilema Otonomi Daerah
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        14 Januari 2025

    Revisi UU ASN: Antara Netralitas dan Dilema Otonomi Daerah Nasional 14 Januari 2025

    Revisi UU ASN: Antara Netralitas dan Dilema Otonomi Daerah
    Dosen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Mahmud Yunus Batusangkar
    ADA
    yang menggelitik dalam revisi UU Aparatur Sipil Negara (UU ASN) yang tengah digodok. Di satu sisi, alasan menjaga netralitas ASN dari politik praktis menjadi dalih yang tampaknya tak terbantahkan.
    Namun, di sisi lain, gagasan untuk mengalihkan kewenangan penetapan pejabat eselon II dari daerah ke pemerintah pusat justru memunculkan ironi.
    Bagaimana mungkin semangat desentralisasi yang menjadi fondasi
    otonomi daerah
    dapat berdiri tegak jika kewenangan kunci daerah tergerus? Bukankah solusi semacam ini lebih mirip pergeseran masalah daripada penyelesaian?
    Ketika pemerintahan daerah dikebiri wewenangnya, yang tersisa hanyalah bayang-bayang birokrasi tanpa roh otonomi.
    Kepala daerah yang dipilih langsung oleh rakyat kehilangan kendali atas tim strategis mereka. Jika ini terjadi, kepada siapa rakyat akan meminta pertanggungjawaban atas gagalnya program pembangunan lokal? Inilah dilema nyata yang dihadirkan oleh wacana revisi ini.
    Otonomi daerah bukan sekadar slogan, melainkan ruh dari desentralisasi itu sendiri. Dengan desentralisasi, kepala daerah memiliki ruang untuk menyesuaikan kebijakan berdasarkan kebutuhan lokal yang unik.
    Namun, dengan kewenangan penetapan pejabat strategis seperti eselon II berada di tangan pemerintah pusat, daerah tidak lagi memiliki kebebasan dalam memilih pejabat yang mampu menjawab tantangan lokal.
    Situasi ini memunculkan risiko signifikan: efektivitas pelaksanaan program daerah bisa terganggu.
    Pejabat yang ditunjuk oleh pusat mungkin memiliki agenda yang berbeda atau bahkan kurang memahami kebutuhan masyarakat lokal.
    Pada akhirnya, daerah hanya menjadi perpanjangan tangan pusat tanpa memiliki daya inovasi dan respons terhadap kebutuhan warga.
    Mengalihkan kewenangan ke pusat tidak hanya mengurangi fleksibilitas daerah, tetapi juga menciptakan kesan sentralisasi berlebihan.
    Risiko hilangnya akuntabilitas lokal menjadi nyata, ketika kepala daerah merasa tidak memiliki kendali atas kinerja pejabat yang dipaksakan oleh pusat.
    Hal ini dapat menciptakan friksi antara pusat dan daerah, terutama jika pejabat yang ditunjuk tidak mampu memenuhi ekspektasi masyarakat lokal.
    Lebih jauh lagi, koordinasi yang panjang antara pusat dan daerah dalam penetapan pejabat dapat memperlambat pengambilan keputusan yang krusial.
    Bukankah ini kontraproduktif dengan kebutuhan pelayanan publik yang cepat dan efektif?
    Ironisnya, DPR sebagai lembaga legislatif yang seharusnya menjadi benteng bagi semangat desentralisasi justru menjadi pengusul utama gagasan ini.
    Alih-alih memperjuangkan keseimbangan kekuasaan antara pusat dan daerah, DPR tampak terlalu mudah menyerah pada wacana sentralisasi.
    Sikap ini tidak hanya mengkhianati prinsip dasar reformasi birokrasi, tetapi juga memperlihatkan betapa lemahnya keberpihakan mereka terhadap kepentingan daerah.
    Jika DPR terus menerapkan pendekatan ini, mereka hanya akan memperlebar jurang ketidakpercayaan antara rakyat daerah dan pemerintah pusat.
    Menjaga netralitas ASN dari politik praktis adalah cita-cita yang tak bisa disangkal. Namun, alih-alih mengalihkan kewenangan ke pusat, mengapa tidak memperkuat sistem merit di daerah?
    Sistem merit adalah jantung dari birokrasi yang profesional, di mana pengangkatan pejabat didasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.
    Dengan sistem ini, loyalitas politik dapat diminimalisasi tanpa harus mencabut hak daerah untuk menentukan pejabatnya sendiri.
    Sistem merit yang efektif di daerah tidak hanya memperkuat otonomi, tetapi juga memastikan bahwa birokrasi tetap berjalan dalam koridor profesionalisme. Kunci keberhasilan sistem ini adalah transparansi dan akuntabilitas.
    Proses rekrutmen pejabat harus melibatkan pihak-pihak independen yang bebas dari tekanan politik. Teknologi juga dapat menjadi alat bantu penting.
    Platform digital berbasis kecerdasan buatan dapat digunakan untuk menilai kinerja dan kompetensi calon pejabat secara objektif.
    Namun, perbaikan sistem merit tidak cukup hanya pada tataran teknis. Perlu ada penguatan budaya birokrasi yang menempatkan kompetensi dan integritas di atas loyalitas pribadi.
    Pemerintah pusat, dalam hal ini, harus mengambil peran strategis dengan memberikan pelatihan, sertifikasi, dan bimbingan teknis kepada ASN di daerah. Hal ini dapat mengatasi kesenjangan kapasitas yang sering kali menjadi alasan di balik campur tangan pusat.
    Selain itu, pengawasan terhadap sistem merit di daerah harus dilakukan secara ketat, tapi proporsional.
    Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) dapat diberdayakan lebih lanjut untuk memastikan bahwa proses seleksi berjalan sesuai prinsip-prinsip meritokrasi.
    Pengawasan ini tidak dimaksudkan untuk mengurangi kewenangan daerah, melainkan untuk memastikan bahwa sistem berjalan adil dan transparan.
    Dengan perbaikan yang sistematis seperti ini, kepala daerah tetap memiliki kendali penuh atas tim strategis mereka, tanpa mengorbankan prinsip netralitas ASN. Otonomi daerah tetap hidup, tetapi dengan birokrasi yang lebih profesional dan responsif.
    Banyak negara telah berhasil menjaga keseimbangan antara netralitas birokrasi dan otonomi lokal.
    Di Jerman, misalnya, pengangkatan pejabat di tingkat lokal sepenuhnya menjadi kewenangan daerah, meskipun tetap diatur oleh standar kompetensi nasional.
    Sementara itu, Australia telah membuktikan bahwa sistem merit berbasis kompetensi yang diawasi oleh lembaga independen mampu menciptakan birokrasi yang netral tanpa mengurangi otonomi lokal.
    Revisi UU ASN
    adalah peluang emas untuk menciptakan birokrasi yang lebih profesional dan netral. Namun, itu harus dilakukan tanpa mengorbankan esensi otonomi daerah.
    Solusinya bukanlah mengalihkan kewenangan ke pusat, melainkan memperbaiki sistem merit di daerah.
    Dengan cara ini, daerah tetap memiliki fleksibilitas untuk menentukan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan lokal, sambil memastikan bahwa proses seleksi pejabat berjalan transparan, akuntabel, dan bebas dari intervensi politik.
    Jika kita serius ingin membangun birokrasi yang netral, kita harus fokus pada penguatan kapasitas daerah, bukan melemahkannya.
    Dengan semangat desentralisasi yang hidup, rakyat di daerah akan merasakan manfaat dari pemerintahan yang lebih efektif dan efisien, tanpa kehilangan kendali atas nasib mereka sendiri.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Anjlok di bawah 1,02 dolar AS, titik terendah baru Euro sejak 2022

    Anjlok di bawah 1,02 dolar AS, titik terendah baru Euro sejak 2022

    Frankfurt (ANTARA) – Euro jatuh di bawah ambang batas signifikan 1,02 dolar AS pada Senin (13/1) sekaligus menandai level terendah baru sejak akhir November 2022.

    Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) menetapkan nilai tukar acuan untuk euro terhadap dolar AS pada 1,0198, mencerminkan penurunan mata uang yang berkelanjutan. Para analis memperingatkan bahwa euro dapat terus melemah, berpotensi menguji level terendah yang tercatat pada 2022.

    Kekuatan dolar AS dikaitkan dengan data ketenagakerjaan yang kuat secara tak terduga di Amerika Serikat (AS), yang meningkatkan kepercayaan pada ekonomi Amerika dan meningkatkan permintaan terhadap dolar, kata para analis.

    Logo besar Euro terlihat di Frankfurt, Jerman, pada 27 Juli 2023 ini. (Xinhua/Zhang Fan)

    Goldman Sachs Group baru-baru ini merevisi prospeknya terhadap euro, memperkirakan bahwa mata uang tersebut dapat turun di bawah paritas terhadap dolar AS, dengan nilai tukar berpotensi turun menjadi 0,97 banding 1.

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Junaydi Suswanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Wisata Bubohu, Destinasi Religi hingga Belajar Fosil Kayu yang Menyenangkan

    Wisata Bubohu, Destinasi Religi hingga Belajar Fosil Kayu yang Menyenangkan

    Liputan6.com, Gorontalo – Bagi Anda yang ingin berwisata sekaligus belajar sejarah, Desa Bongo di Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo, menawarkan destinasi unik bernama Wisata Bubohu. Destinasi ini menggabungkan pesona alam, budaya, dan nilai-nilai sejarah yang membuatnya menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan.

    Hanya berjarak sekitar 30 menit dari pusat Kota Gorontalo, Desa Bongo terletak di pesisir Teluk Tomini dan berbatasan langsung dengan Kota Gorontalo.

    Keindahan alam yang ditawarkan kawasan ini menjadi salah satu daya tarik utama, terutama bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana tenang jauh dari hiruk-pikuk kota.

    Wisata Bubohu tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga nilai historisnya. Destinasi ini menyimpan berbagai warisan budaya dan sejarah Kerajaan Gorontalo.

    Salah satu daya tarik utamanya adalah koleksi fosil kayu peninggalan masa lampau yang berbaris rapi di depan pintu masuk desa wisata.

    “Kami bisa melihat banyaknya fosil kayu di sini. Wisata sambil belajar memang menyenangkan,” ujar Maryati, salah satu pengunjung.

    Selain itu, pengunjung juga dapat menjelajahi wahana tradisional seperti pondok-pondok kecil yang beratapkan daun rumbia, menciptakan kesan estetik dan menyatu dengan alam. Ratusan burung merpati yang beterbangan di sekitar lokasi semakin menambah keunikan tempat ini.

    Abidzal, seorang pengunjung lainnya, mengaku terkesan dengan fasilitas yang tersedia di Wisata Bubohu. Semua fasilitas di lokasi ini dapat dinikmati tanpa dipungut biaya, termasuk Wombohe (pondok tradisional) dan kolam renang.

    “Kami merasa beruntung bisa mengunjungi destinasi ini. Fasilitas gratis dan suasana alam yang tenang membuat kami merasa lebih dekat dengan alam,” kata Abidzal.

     

    Inspiratif, Pemuda Cilacap Bikin Drum Kayu yang Laris di Amerika dan Jerman