Negara: Jerman

  • Surat Kabar Israel Tanggapi Rencana Trump untuk Pindahkan Warga Palestina ke Mesir atau Yordania – Halaman all

    Surat Kabar Israel Tanggapi Rencana Trump untuk Pindahkan Warga Palestina ke Mesir atau Yordania – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM –  Sejumlah tokoh terkemuka di Israel, termasuk jurnalis dan komentator ternama, menanggapi usulan Presiden AS Donald Trump untuk membersihkan Gaza dan memindahkan secara paksa warga Palestina ke Yordania dan Mesir.

    Sebelumnya, pada Sabtu (25/1/2025), kurang dari seminggu setelah gencatan senjata di Gaza, Trump menyebut Jalur Gaza sebagai “lokasi pembongkaran”.

    Dia mengatakan bahwa lebih baik jika semuanya dibersihkan.

    “Saya ingin Mesir menerima orang,” kata Trump, mengutip Middle East Eye.

    “Anda berbicara tentang sekitar satu setengah juta orang, dan kita membersihkan semuanya dan berkata: ‘Anda tahu, ini sudah berakhir’.”

    Trump menyatakan terima kasihnya kepada Yordania yang telah berhasil menerima pengungsi Palestina.

    Ia mengatakan kepada raja, “Saya ingin Anda menerima lebih banyak orang, karena saya melihat seluruh Jalur Gaza sekarang, dan itu kacau balau. Benar-benar kacau.”

    Trump menambahkan bahwa pemindahan itu bisa bersifat sementara atau bisa bersifat jangka panjang.

    Rencana ini mendapat kecaman langsung dari Palestina, serta Yordania dan Mesir.

    EDITORIAL HAARETZ – Tangkapan layar laman media Haaretz yang diambil pada 29 Januari 2025, berisi pandangan editorial mengenai rencana Donald Trump untuk merelokasi warga Gaza. Pernyataan Trump ditolak dan dikecam secara luas. (Tangkap layar website Haaretz)

    Negara-negara tersebut menolak gagasan Trump karena khawatir Israel tidak akan pernah mengizinkan warga Palestina kembali ke Gaza jika mereka dipaksa untuk pergi.

    Surat kabar resmi Israel, Haaretz, mengeluarkan serangan pedas terhadap usulan kebijakan Trump pada hari Senin (27/1/2025).

    Dewan redaksi Haaretz menyatakan bahwa Jalur Gaza adalah rumah bagi lebih dari dua juta warga Palestina.

    “Pada tingkat ini Trump kemungkinan akan mengusulkan agar warga Gaza diluncurkan ‘secara sukarela’ ke luar angkasa dan menetap di Mars, sesuai dengan semangat janjinya dalam pidato pelantikannya,” tulis dewan redaksi.

    “Mengapa tidak bendera Palestina juga? Mungkin saja mitranya Elon Musk sudah mengerjakannya.”

    Chaim Levinson, seorang kolumnis di Haaretz, menulis: 

    “Saya minta maaf, tetapi saya harus mengecewakan Anda. Setelah memeriksa dengan sejumlah pejabat, baik di Israel maupun di negara-negara terkait—termasuk para diplomat yang terlibat dalam negosiasi—tampaknya ini hanya visi seorang taipan properti, tanpa rencana konkret yang nyata.”

    “Orang-orang yang tinggal di Jalur Gaza dianggap sebagai penderita kusta di antara teman-teman mereka dari negara-negara Islam lainnya.”

    “Semua orang membicarakan tentang penderitaan mereka, dari emir Qatar hingga presiden Mesir, yang bersedia mengirimi mereka uang – tetapi menerima orang? Ada batasnya, dan mereka akan dengan tegas mematuhinya.”

    Sementara itu, Zvi Bar’el, kolumnis di Haaretz, mengatakan tidak masuk akal jika Yordania akan menerima lebih banyak warga Palestina, terutama setelah pidato Raja Abdullah pada bulan September lalu di Majelis Umum PBB.

    Raja Abdullah mengatakan Kerajaan Hashemite tidak akan pernah menjadi tanah air alternatif bagi warga Palestina.

    “Selama puluhan tahun, Yordania mencurigai dan memperhatikan wacana Israel tentang pembentukan tanah air alternatif bagi Palestina, dan terus-menerus meminta pernyataan yang jelas dari para pemimpin Israel bahwa mereka tidak berniat menghancurkan identitas demografis kerajaan tersebut,” kata Bar’el.

    “Ketika, selama perang di Gaza, usulan agar ratusan ribu warga Gaza dideportasi ke Mesir dan negara-negara lain kembali diajukan, Yordania dan Mesir menerima jaminan Israel bahwa tidak ada niat untuk memulai pemindahan warga Palestina dari Gaza,” tambahnya.

    Middle East Eye melaporkan sebelumnya bahwa rencana apa pun untuk “membersihkan Gaza” akan menjadi pelanggaran hukum internasional. 

    Ardi Imseis, profesor hukum internasional di Universitas Queen dan mantan pejabat PBB, mengatakan bahwa keinginan Trump untuk merelokasi warga Palestina secara massal dari Jalur Gaza yang diduduki adalah ilegal sekaligus angan-angan semata.

    “Berdasarkan hukum humaniter internasional dan hukum pidana internasional, pemindahan paksa secara individu atau massal, serta deportasi orang-orang yang dilindungi dari wilayah pendudukan ke wilayah kekuasaan pendudukan atau ke wilayah negara lain mana pun, yang diduduki atau tidak, dilarang, apa pun motifnya,” katanya kepada MEE.

    Pernyataan Trump Memicu Kebingungan

    Yordania sudah menjadi rumah bagi lebih dari dua juta pengungsi Palestina, dan Mesir, yang berbatasan dengan Gaza, telah memperingatkan tentang implikasi keamanan dari pemindahan sejumlah besar warga Palestina ke Semenanjung Sinai di Mesir.

    Saat ini, ada 5,8 juta pengungsi Palestina terdaftar yang tinggal di puluhan kamp di Tepi Barat, Jalur Gaza, Yordania, Suriah, dan Lebanon.

    Sekitar 80 persen penduduk Gaza adalah pengungsi atau keturunan pengungsi yang mengungsi sejak Nakba tahun 1948, ketika Israel merebut 78 persen wilayah Palestina yang bersejarah.

    Di AS, bahkan beberapa anggota Partai Republik yang setia kepada Trump kesulitan memahami pernyataannya.

    “Saya benar-benar tidak tahu,” ujar Senator Lindsey Graham kepada CNN ketika ditanya apa yang dimaksud presiden dengan pernyataan “pembersihan” tersebut.

    “Gagasan bahwa semua warga Palestina akan pergi dan pergi ke tempat lain, menurut saya itu tidak terlalu praktis,” kata Graham.

    Ia menambahkan bahwa Trump harus terus berbicara dengan para pemimpin regional, termasuk Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan pejabat Emirat.

    Pemerintah Jerman juga menolak gagasan pemindahan massal warga Palestina.

    Pada hari Senin, juru bicara kementerian luar negeri Jerman mengatakan kepada wartawan di Berlin bahwa negaranya memiliki pandangan yang sama dengan Uni Eropa, mitra Arab, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    Penduduk Palestina tidak boleh diusir dari Gaza dan Gaza tidak boleh diduduki secara permanen atau dijajah kembali oleh Israel, ujar juru bicara tersebut.

    Kanselir Jerman Olaf Scholz pun menyatakan hal yang serupa.

    Ia mengatakan bahwa pengusiran warga Palestina dari Jalur Gaza “tidak dapat diterima”.

    “Mengingat pernyataan publik baru-baru ini, saya katakan dengan sangat jelas bahwa rencana relokasi apa pun, gagasan bahwa warga Gaza akan diusir ke Mesir atau Yordania, tidak dapat diterima,” kata Scholz dalam sebuah acara balai kota di Berlin, Selasa (28/1/2025), mengutip The New Arab.

    Warga Palestina Menolak untuk Dipindahkan

    Sebelumnya pada hari Senin, puluhan ribu warga Palestina membanjiri ke Gaza utara, daerah kantong yang paling parah hancur.

    Massa menyatakan bahwa mereka tidak akan diusir dari tanah mereka.

    Sami Saleh, yang telah mengungsi beberapa kali, mengatakan kepada MEE bahwa meskipun menghadapi periode pengungsian yang sangat sulit selama setahun terakhir, ia gembira bisa kembali ke rumah.

    “Saya tidak akan menyembunyikan perasaan ini, dan saya tidak melebih-lebihkan ketika saya mengatakan ini: Saya ingin terbang ke utara… perasaan ini sudah ada sejak awal.”

    “Terlepas dari semua rasa sakit dan kesulitan, saya harus kembali ke utara apa pun yang terjadi, bahkan jika saya harus berjalan ke sana tanpa alas kaki,” katanya.

    Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas berlaku sejak 19 Januari 2025.

    Pemerintahan Trump menjanjikan “dukungan yang tak tergoyahkan” untuk Israel tetapi belum menguraikan strategi Timur Tengah yang lebih luas.

    Pada Sabtu, Trump mengonfirmasi bahwa dia telah memerintahkan Pentagon untuk menyetujui pengiriman bom seberat 2.000 pon (907 kg) ke Israel.

    Pengiriman ini sebelumnya ditangguhkan di bawah pemerintahan Joe Biden.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Studi: Cina Makin Dominasi Bisnis Pelabuhan di Asia Tenggara – Halaman all

    Studi: Cina Makin Dominasi Bisnis Pelabuhan di Asia Tenggara – Halaman all

    Perusahaan-perusahaan Eropa bergantung pada kerja sama dengan Cina jika mereka ingin mengakses pasar di Asia Tenggara, menurut laporan “Barometer Transportasi & Logistik” dari firma PwC Jerman, yang dirilis hari Selasa (28/1).

    Salah satu alasannya adalah kendali Cina atas pelabuhan-pelabuhan di kawasan tersebut, menurut studi PwC Jerman yang meneliti merger dan akuisisi di sektor transportasi dan logistik global.

    André Wortmann, kepala pusat kompetensi maritim di PwC Jerman di Hamburg mengatakan, perkiraan bahwa investasi di Asia Tenggara akan mencapai kemandirian yang lebih besar dari Cina tidak benar. Menurut penelitian PwC, Cina justru memperkuat pengaruh strategis di Asia Tenggara mereka melalui investasi langsung, merger, dan akuisisi.

    Investasi besar di sektor pelabuhan dan logistik

    Salah satu contohnya adalah rencana untuk membangun pelabuhan laut dalam modern di Myanmar, yang sebagian besarnya berada di bawah kendali Cina.

    Pelabuhan yang direncanakan di Kyaukphyu, yang bertujuan untuk menyediakan akses ke Samudra Hindia, dikatakan menjadi proyek utama dalam strategi investasi besar-besaran “Belt and Road Initiative” yang dicanangkan Presiden Xi Jinping.

    Sebuah pelabuhan di Muara di Brunei juga sebagian besar dikuasai oleh Cina, kata penelitian tersebut. Selain itu, cina memegang saham minoritas di pelabuhan di Singapura, Malaysia, dan Thailand. Sedangkan di Vietnam, Kamboja, Indonesia dan Filipina, Cina juga berinvestasi di pelabuhan.

    Akuisisi dan merger di sektor logistik akan meningkat

    Studi PwC Jerman tidak hanya berfokus pada perkembangan di Asia Tenggara. Di sektor transportasi dan logistik global, laporan itu mencatat ada 199 merger dan akuisisi yang diumumkan tahun lalu, masing-masing bernilai minimal USD50 juta.

    Angka ini menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya. Walau ada peningkatan, jumlahnya tetap relatif rendah: Antara tahun 2018 dan 2022, setiap tahun ada sekitar 230 tranksasi yang dilakukan.

    Ingo Bauer, kepala transportasi dan logistik di PwC Jerman, memperkirakan bahwa merger dan akuisisi akan meningkat tahun ini. “Investor bertujuan untuk mengatasi masalah industri dengan transaksi ini, misalnya karena kekurangan pengemudi truk,” katanya.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    hp/yf (dpa)

  • NASA Luncurkan Misi Khusus ke Mars, Tak Sengaja Bunuh Alien

    NASA Luncurkan Misi Khusus ke Mars, Tak Sengaja Bunuh Alien

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Antariksa Amerika Serikat (AS), NASA, dilaporkan membunuh ‘alien’ di planet tetangga bumi. Hal itu disebut terjadi saat NASA sedang dalam misi mengirim dua pesawat ke Mars pada tahun 1976 lalu.

    Menurut peneliti Jerman Dirk Schulze-Makuch, dia menduga misi Viking 1 tanpa sengaja membunuh alien penghuni Mars lewat eksperimen mereka. Ahli astrobiologi dari Technische Universität Berlin di Jerman itu mengungkapkan bahwa NASA pada saat itu tengah menggelar eksperimen mencampur air, nutrien, dan sampel tanah di Mars.

    Menurutnya, NASA berasumsi bahwa makhluk hidup di Mars sama dengan makhluk hidup di Bumi yaitu membutuhkan air untuk hidup.

    Namun, karena percobaan ini, makhluk hidup di Mars justru tewas akibat percobaan tersebut. Ia berpendapat kehidupan di Mars bergantung kepada garam seperti organisme di Bumi yang hidup di wilayah kering kerontang. Salah satu organisme yang hidupnya bergantung dari garam adalah mikroba di Padang Pasir Atacama di Cile.

    “Di lingkungan hyper-kering, kehidupan bisa mendapatkan ‘air’ dari garam yang menyerap kelembaban dari atmosfer. Garam ini seharusnya menjadi fokus pencarian makhluk hidup di Mars,” katanya, dikutip Sabtu (28/12/2024).

    Dia menyatakan misi Viking tanpa sengaja membunuh organisme yang mereka angkut dengan mencampurkan terlalu banyak air.

    “Jika cara pandang soal cara organisme hidup di kondisi kering Mars ini benar, artinya daripada menjalankan strategi ‘mencari air’ yang selama ini digunakan NASA, lebih baik kita mengikuti garam untuk mencari mikroba,” kata Schulze-Makuch.

    Ia mengusulkan menggunakan cairan garam yang pas sebagai habitat bakteri untuk “mengangkut” kehidupan dari Mars.

    Schulze-Makuch memberikan contoh hujan badai yang membunuh 70-80 persen bakteria di Padang Pasir Atacama karena organisme tersebut tak sanggup tersiram begitu banyak air dalam waktu singkat.

    “Hampir 50 tahun setelah eksperimen biologi Viking, saatnya untuk mencoba misi pencarian kehidupan baru, dengan pemahaman lebih baik soal ekosistem Mars,” kata Schulze-Makuch.

    (luc/luc)

  • Coca-cola Tarik Peredaran Produk di Eropa karena Kadar Klorat Tinggi

    Coca-cola Tarik Peredaran Produk di Eropa karena Kadar Klorat Tinggi

    Jakarta, Beritasatu.com – Unit pembotolan Coca-Cola di Eropa mengumumkan telah melakukan penarikan besar-besaran terhadap produk Coke, Sprite, dan minuman lainnya. Keputusan ini diambil setelah ditemukan kadar klorat yang tinggi, yang berpotensi membahayakan kesehatan.

    Mengutip AFP, Rabu (29/1/2025), Coca-Cola menyatakan, kaleng dan botol kaca yang mengandung zat tersebut telah beredar di Belgia, Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, dan Luksemburg sejak November 2024. Informasi ini disampaikan oleh Coca-Cola Europacific Partners Belgia.

    “Kami tidak memiliki angka pasti, tetapi jumlahnya cukup signifikan,” ujar perusahaan.

    Menurut Otoritas Keamanan Pangan Eropa dalam laporan ilmiah 2015, paparan klorat dalam jangka panjang dapat menimbulkan risiko kesehatan, terutama bagi anak-anak yang mengalami kekurangan yodium ringan hingga sedang.

    “Kebanyakan produk yang terdampak dan belum terjual telah kami tarik dari peredaran, dan kami terus berupaya mengeluarkan seluruh produk yang tersisa dari pasar,” jelas Coca-Cola Europacific Partners Belgia dalam menanggapi produk Coca Cola yang ditarik di Eropa.

    Sementara itu, cabang perusahaan di Prancis menegaskan bahwa hasil analisis dari para ahli independen menunjukkan risiko yang sangat rendah terkait dengan temuan ini.

    “Hingga saat ini, kami belum menerima keluhan dari konsumen terkait masalah ini,” tambah perusahaan tersebut.

    Beberapa batch Coke dan Fuze Tea yang terdampak telah dikirim ke Prancis, tetapi saat ini belum ada instruksi penarikan untuk pasar negara tersebut.

    Coca-Cola Europacific Partners menyampaikan permintaan maaf atas insiden ini, yang terdeteksi melalui pemeriksaan rutin di fasilitas produksi mereka di Ghent. Produk yang terdampak memiliki kode produksi antara 328 GE hingga 338 GE, termasuk merek Minute Maid, Nalu, Royal Bliss, dan Tropico.

    “Kami terus berkoordinasi dengan otoritas terkait di setiap negara yang terkena dampak,” tutup pernyataan perusahaan terkait produk Coca Cola yang ditarik di Eropa.

  • Rencana Presiden Trump Bocor, Pemindahan Warga Palestina Bagian dari Pembersihan Etnis

    Rencana Presiden Trump Bocor, Pemindahan Warga Palestina Bagian dari Pembersihan Etnis

    GELORA.CO – Anggota DPR RI Hidayat Nur Wahid menolak keras usulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk merelokasi warga Gaza ke sejumlah negara tetangga, seperti Mesir dan Yordania. Di sisi lain, Wakil Ketua MPR yang kerap disapa HNW ini menilai langkah tersebut sebagai bentuk membantu Israel dalam mewujudkan misi penjajahan untuk mewujudkan ‘klaim’ negara Israel Raya. Termasuk, hal itu juga bagian dari pembersihan etnis (ethnic cleansing) yang wajib ditolak oleh semua pihak yang cinta kemanusiaan dan perdamaian.

    “Usulan merelokasi warga Gaza ke negara-negara lain, ternyata bukan lagi sekadar wacana tim transisi Donald Trump sebagaimana yang bocor ke publik, melainkan sikap Trump yang secara terbuka dinyatakan sendiri oleh Trump. Dan betapa seriusnya proposal ini, sehingga Trump mengaku bahwa dirinya berkomunikasi langsung dengan Presiden Mesir dan Raja Yordania, walau kemudian ditolak oleh kedua pemimpin negara tersebut,” kata HNW dalam keterangan tertulis dikutip di Jakarta, Rabu (28/1/2025).

    Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI 2009-2014 ini pun mengapresiasi sikap Presiden Mesir dan Raja Yordania yang menolak mentah-mentah usulan tersebut, apapun alasannya. Sikap Presiden Mesir itu juga sejalan dengan sikap Universitas Al Azhar yang menolak relokasi.

    “Penolakan juga datang dari sejumlah negara Eropa, seperti Inggris dan Jerman, serta Liga Arab. Memang sudah seharusnya ditolak karena relokasi tersebut bukan solusi yang tepat untuk menghadirkan keadilan dan perdamaian di Palestina, melainkan hanya dalih/kedok untuk memudahkan Israel melakukan pendudukan dan melanggengkan penjajahan terhadap Gaza/Palestina,” terang HNW.

    Lebih lanjut, HNW juga sependapat dengan Senator AS Bernie Sanders yang menyebut rencana dan tindakan Trump itu sebagai bentuk pembersihan etnis dan merupakan kejahatan perang. Secara bahasa, pembersihan etnis adalah upaya untuk menciptakan wilayah geografis yang homogen secara etnis melalui deportasi atau pemindahan paksa orang-orang yang termasuk dalam kelompok etnis tertentu.

    “Secara definisi, apa yang diusulkan oleh Trump jelas bentuk dari ethnic cleansing, walaupun dengan kedok relokasi,” kata politikus senior PKS ini.

    HNW menambahkan, daripada Donald Trump mengusulkan usulan yang kontraproduktif dan tidak menjadi solusi untuk mengakhiri perang dan menciptakan perdamaian seperti yang dia kampanyekan saat maju sebagai calon Presiden, akan lebih baik apabila AS sebagai sekutu Israel paling fanatik, untuk mendesak agar Israel mematuhi dan tidak melanggar semua butir perjanjian gencatan senjata.

    “Atau bila perlu, Trump mempertimbangkan usulan menerima semua warga Israel untuk direlokasi, dipindahkan dan diberikan tanah di AS yang sangat luas itu, dengan difasilitasi oleh AS. Itu akan jadi terobosan yang efektif mewujudkan janji kampanye Trump untuk mengakhiri perang dan menghadirkan perdamaian di Palestina,” lanjut HNW menegaskan.

    Selain itu, ujar dia, usulan solutif ini juga bermanfaat bagi warga AS, yang tidak perlu protes karena uang pajak yang mereka bayarkan justru digunakan untuk membantu Israel dalam melanjutkan kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan lainnya terhadap warga Gaza. Bahkan bisa membantu keuangan AS, yang telah membantu mendukung Israel sejak 7 Oktober 2023 sebesar 356,7 triliun Dolar AS. “Jumlah itu akan sangat membantu AS membangun kembali kawasan2 di AS yang hancur karena kebakaran seperti LA/California,” tambahnya.

    Anggota Komisi VIII DPR RI ini juga mengusulkan agar Presiden Prabowo Subianto yang baru saja bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim yang menegaskan kuatnya komitmen kedua negara dalam mendukung kemerdekaan Palestina, untuk lebih aktif dan efektif menggalang kebersamaan dengan negara-negara OKI, Liga Arab dan PBB, untuk bersama-sama memastikan dilaksanakannya semua butir gencatan senjata, dan menolak keras usulan Donald Trump untuk merelokasi warga Gaza ke luar Palestina.

    “Apalagi di awal munculnya proposal relokasi itu, nama Indonesia juga sempat disebut-sebut sebagai tujuan relokasi untuk warga Gaza/Palestina,” ujar HNW.

  • Eropa Tarik Besar-besaran Produk Coca-Cola, Ada Temuan Kadar Kimia Tinggi

    Eropa Tarik Besar-besaran Produk Coca-Cola, Ada Temuan Kadar Kimia Tinggi

    Jakarta

    Peredaran Coca-Cola di Eropa disetop sementara, minuman soda lain seperti Coke dan Sprite juga ditarik dari pasaran. Hal ini dikarenakan adanya temuan kadar klorat yang tinggi, berpotensi memicu gangguan kesehatan.

    Pihak Coca-Cola mengatakan kaleng dan botol kaca mereka yang mengandung kadar tinggi zat tersebut telah didistribusikan di Belgia, Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, dan Luksemburg sejak November. Demikian pengumuman Coca-Cola Europacific Partners Belgium kepada AFP.

    “Kami tidak memiliki angka pasti, tetapi jelas bahwa itu adalah jumlah yang cukup besar,” kata perusahaan tersebut, tentang berapa jumlah minuman yang memiliki zat klorat tinggi.

    Sebagai catatan, klorat dapat ditemukan dalam makanan karena berasal dari disinfektan klorin, banyak digunakan dalam pengolahan air dan pengolahan makanan.

    Dalam opini ilmiah pada 2015, Otoritas Keamanan Pangan Eropa mengatakan paparan klorat jangka panjang menimbulkan potensi masalah kesehatan bagi anak-anak, terutama mereka yang mengalami kekurangan yodium ringan atau sedang.

    “Mayoritas produk yang terdampak dan tidak terjual telah ditarik dari rak-rak toko dan kami terus mengambil langkah-langkah untuk menarik semua produk yang tersisa dari pasar,” kata Coca-Cola Europacific Partners Belgium.

    Namun, cabang perusahaan di Prancis mengatakan analisis oleh para ahli independen menyimpulkan kemungkinan risiko terkait konsumsi produk Cola, sangat rendah.

    “Kami belum menerima keluhan apa pun dari konsumen tentang masalah ini,” klaim perusahaan itu.

    Sejumlah produk Coke dan Fuze Tea yang terdampak telah dikirim ke Prancis, tetapi untuk saat ini perintah penarikan tidak berlaku untuk pasar Prancis, tambahnya.

    Coca-Cola Europacific Partners meminta maaf atas penarikan tersebut, yang menurutnya terungkap melalui pemeriksaan rutin di lokasi produksinya di Ghent.

    Produk-produk yang terdampak memiliki kode produksi mulai dari 328 GE hingga 338 GE, dan termasuk merek Minute Maid, Nalu, Royal Bliss, dan Tropico, kata perusahaan itu.

    “Kami sedang menghubungi otoritas terkait di masing-masing pasar yang terdampak,” kata firma tersebut.

    (naf/naf)

  • Game Changer, Iran Akuisisi Jet Tempur Sukhoi Su-35 Generasi 4,5 Rusia: Lawan Sepadan F-16 Israel? – Halaman all

    Game Changer, Iran Akuisisi Jet Tempur Sukhoi Su-35 Generasi 4,5 Rusia: Lawan Sepadan F-16 Israel? – Halaman all

    Pertama Kalinya, Iran Akuisisi Jet Tempur Sukhoi SU-35 Generasi 4,5 Rusia, Lawan Sepadan F-16 Israel?

     

    TRIBUNNEWS.COM  – Untuk pertama kalinya, pejabat senior Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengakui kalau negaranya telah mengakuisisi pesawat tempur Sukhoi Su-35 (Flanker-E) generasi 4,5 buatan Rusia.

    Langkah akuisisi Jet Sukhoi Su-35 ini dilakukan guna memodernisasi angkatan udara Iran yang selama ini masih bergantung pada pesawat tempur berumur.

    Akuisisi jet tempur Sukhoi Su-35 oleh Iran dibenarkan Wakil Koordinator Markas Besar Khatamul-Anbiya Iran, Ali Shamdani kepada Student News Network dan dikutip kantor berita internasional, Reuters.

    Sebagai informasi, Khatamul-Anbiya adalah nama untuk markas komando tempur terpadu Angkatan Bersenjata Iran.

    “Bila diperlukan, kami melakukan pembelian (peralatan) militer untuk memperkuat kekuatan udara, darat, dan laut kami. … Produksi peralatan militer juga telah dipercepat. Jika musuh bertindak tidak bijaksana, mereka akan menderita akibat pahit karena diserang oleh rudal kami, dan tidak ada kepentingan mereka di wilayah pendudukan yang akan aman,” katanya.

    Musuh yang dimaksud Shamdani adalah Israel, negara seteru Iran selama satu dekade terakhir yang beberapa kali sudah saling melancarkan serangan langsung ke wilayah satu sama lainnya sepanjang 2024 silam.

    Belakangan, akuisisi ini juga akan menjadikan Iran punya senjata yang tepat untuk meladeni jet tempur F-16 Israel yang selama ini merajalela melakukan operasi serangan jarak jauh ke wilayah Teheran.

    BERMANUVER – Jet tempur Israel Air Forces (IAF), Angkatan Udara Israel bermanuver dalam latihan gabungan Red Flag di pangkalan angkatan udara Nellis di Nevada, waktu tidak diketahui. Israel berencana meng-upgrade sistem perlindungan jet-jet F-16 mereka, memantik spekulasi kalau serangan ke Iran segera terjadi. (kredit foto: UNIT JURU BICARA IDF/Militer Israel)

     
    Meski begitu, Shamdani tidak mengungkapkan jumlah jet tempur Sukhoi Su-35 yang diperoleh Iran dari Rusia atau apakah jet tempur tersebut telah diterima oleh Iran.

    Pada November 2023, kantor berita Iran Tasnim melaporkan bahwa Teheran telah menyelesaikan persiapan untuk membeli jet tempur dari Rusia.

    Awal bulan ini, Iran dan Rusia menandatangani kemitraan strategis yang komprehensif, namun tidak menyebutkan transfer senjata.

    Namun disebutkan bahwa kedua negara akan mengembangkan ‘kerja sama militer-teknis’ mereka.

    BUATAN RUSIA: Jet tempur Su-35 Flanker-E buatan Rusia. Iran dilaporkan sudah mengakuisisi jet tempur model ini. (tangkap layar twitter)

    Game Changer di Kawasan Timur Tengah

    Awal bulan ini, situs Defense Security Asia melaporkan kalau jet tempur Sukhoi Su-35 yang diakuisisi Teheran akan mulai memasuki layanan dengan Angkatan Udara Iran tahun ini.

    Hal tersebut dibenarkan oleh laporan Iran Observer melalui akun di platform X miliknya.

    Pesawat tempur Sukhoi Su-35 merupakan pesawat tempur generasi 4,5 dan kehadirannya di Angkatan Udara Iran tentunya akan meningkatkan kemampuan angkatan udara negara tersebut yang selama ini berjuang dalam program modernisasi akibat sanksi ekonomi dan militer internasional.

    “Kehadiran pesawat tempur Sukhoi Su-35 dalam inventaris Angkatan Udara Iran juga akan mengubah keseimbangan kekuatan udara di Timur Tengah yang selama ini didominasi oleh negara-negara sekutu Amerika Serikat yang mengoperasikan pesawat tempur modern buatan Barat,”.
     
    Pesawat tempur modern Angkatan Udara Iran saat ini adalah MiG-29 yang diperoleh sepuluh tahun lalu serta pesawat tempur buatan Amerika Serikat seperti F-4 dan F-14 yang diperolehnya saat negara tersebut berada di bawah kekuasaan Shah Iran sebelum tahun 1979.
     
    Iran dilaporkan menerima dua jet tempur Sukhoi Su-35SE pertama buatan Rusia pada 18 November.

    LEPAS LANDAS – Tangkapan layar yang diambil dari situs Defense Security Asia Selasa (28/1/2025), menunjukkan jet tempur Sukhoi Su-35 (Flanker-E) lepas landas. Iran dilaporkan sudah mengakuisisi jet tempur jenis ini dari Rusia.

    Akusisi 50 Unit Jet

    Menurut laporan media Jerman “Flugrvue”, penyerahan kedua jet tempur tersebut dilakukan dalam upacara tertutup di fasilitas manufaktur pesawat Komsomolsk-on-Amur (KnAAPO) di wilayah timur jauh Rusia.

    “Kedua pesawat tempur Sukhoi Su-35 tersebut dibongkar (disassembled) menjadi beberapa bagian pesawat sebelum diterbangkan ke Bandara Mehrabad di Teheran menggunakan pesawat angkut Antonov An-124-100 Rusia,” demikian laporan tersebut.

    Setelah tiba di Bandara Mehrabad, bagian-bagian pesawat tempur tersebut akan dibawa ke Pangkalan Angkatan Udara di Hamadan untuk dirakit kembali, sehingga Iran dapat memiliki pesawat tempur generasi 4,5 pertamanya.

    Menurut laporan media Jerman, Iran ingin mengakuisisi pesawat tempur Su-35SE untuk menggantikan pesawat tempur F-14 Tomcat yang berbasis di Isfahan.
     
    Iran dilaporkan akan menerima hingga 50 jet tempur Su-35 dan bukan 24 seperti yang dinyatakan sebelumnya.
     
    Dengan bertambahnya jumlah pesawat tempur Su-35 oleh Iran menjadi 50 unit, maka akan memungkinkan angkatan udara negara tersebut untuk menghentikan operasional sebagian pesawat tempur F-4 Phantom yang saat ini bertugas di Skuadron Taktis ke-31 yang berbasis di Hamadan.

    Defense Security Asia melaporkan bahwa Iran akan menerima sebanyak enam jet tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia dalam waktu dekat, kemungkinan besar akan ditempatkan di Pangkalan Udara Hamadan seperti spekulasi sebelumnya.

    Enam jet tempur generasi 4,5 yang diberi nama “Super Sukhoi” akan diterbangkan oleh pilot Rusia ke pangkalan angkatan udara Iran, menurut informasi di platform media sosial.
     
    Keenam pesawat tempur Su-35 tersebut diyakini merupakan kelompok pertama dari beberapa kelompok pesawat tempur Su-35 yang kemungkinan besar akan dikirim Rusia ke Iran dalam beberapa bulan dan tahun mendatang.

    “Kehadiran jet tempur Sukhoi Su-35 di Pangkalan Udara Hamadan seiring dengan pembangunan beberapa shelter pesawat yang gencar dilakukan di Pangkalan Angkatan Udara Iran di Hamadan,” tulis laporan tersebut.

     

     

    (oln/DSA/*)

  • Coca Cola-Fanta-Sprite Ditarik dari Pasar Gegara Kadar Kimia Tinggi

    Coca Cola-Fanta-Sprite Ditarik dari Pasar Gegara Kadar Kimia Tinggi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Coca-Cola Europacific Partners telah menarik sejumlah minuman ringan – termasuk Coke, Fanta, dan Sprite – di Eropa karena kadar klorat kimianya yang tinggi.

    Berdasarkan sumber vendor pembotolan Coca-Cola kepada Agence France-Presse (AFP), kaleng dan botol yang mengandung kadar bahan kimia yang berlebihan telah didistribusikan di Belgia, Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, dan Luksemburg sejak November.

    Konsumen harus mengembalikan kaleng atau botol apa pun dengan kode produksi mulai dari 328 GE hingga 338 GE inklusif, kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan di situs web regulator Belgia.

    Saham perusahaan dibuka turun sekitar 1 persen pada perdagangan awal di London. Saham naik sekitar 16 persen dalam 12 bulan terakhir.

    Analis firma perbankan dan investasi Jefferies, Edward Mundy menilai dampak penarikan kembali produk kemungkinan tidak terlalu berpengaruh.

    “Kami yakin volumenya kecil, dan sebagian besar produk yang terpengaruh telah ditarik,” tulisnya dalam sebuah catatan dilansir dari The Straits Times dikutip Selasa (28/1/2025)

    Badan Standar Makanan Inggris sedang menyelidiki apakah ada produk yang terdampak di pasar Inggris, kata Anne Gravett dari Badan Standar Makanan Inggris.

    “Jika kami menemukan makanan yang tidak aman, kami akan mengambil tindakan untuk memastikannya disingkirkan dan memberi tahu konsumen,” katanya.

    (hoi/hoi)

  • Pakar Buka Suara Soal Donald Trump yang Ingin Relokasi Warga Palestina: Hanya Angan-angan

    Pakar Buka Suara Soal Donald Trump yang Ingin Relokasi Warga Palestina: Hanya Angan-angan

    PIKIRAN RAKYAT – Rencana yang diusulkan oleh Presiden AS, Donald Trump untuk apa yang disebutnya sebagai “membersihkan” Gaza di mana negara-negara dunia mengerima warga Palestina termasuk Indonesia, merupakan pelanggaran hukum internasional yang jelas.

    Hal itu diungkapkan oleh pakar yang menyebut bahwa deportasi atau pemindahan paksa penduduk sipil secara keseluruhan atau sebagian merupakan kejahatan perang menurut hukum humaniter internasional.

    Ketika dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematis terhadap warga sipil, hal itu merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan, berdasarkan Statuta Roma dari Mahkamah Pidana Internasional.

    ‘Hanya Angan-angan Trump’

    Ardi Imseis, profesor Hukum Internasional di Universitas Queen dan mantan pejabat PBB, mengatakan bahwa, keinginan Trump untuk ‘merelokasi’ warga Palestina secara massal dari Jalur Gaza yang diduduki adalah ilegal sekaligus hanya angan-angan.

    “Berdasarkan hukum humaniter internasional dan hukum pidana internasional, pemindahan paksa secara individu atau massal, serta deportasi orang-orang yang dilindungi dari wilayah pendudukan ke wilayah kekuasaan pendudukan atau ke wilayah negara lain mana pun, yang diduduki atau tidak, dilarang, apa pun motifnya,” katanya.

    “Menurut ICRC (Komite Palang Merah Internasional), alasan di balik larangan ini adalah untuk mencegah kekuasaan pendudukan merampas dan menjajah wilayah pendudukan melalui pembersihan etnis, seperti yang dilakukan oleh Nazi Jerman di wilayah-wilayah tertentu yang didudukinya selama Perang Dunia Kedua,” ia menambahkan.

    Demikian pula, pengacara hak asasi manusia Israel Michael Sfard mengatakan bahwa larangan pemindahan warga sipil sebagai akibat perang bermula dari perang saudara Amerika dan dianggap sebagai prinsip hukum perang yang mapan.

    Ilegal dan tidak bertanggung jawab

    Sejumlah pejabat di Israel mendukung usulan Trump, termasuk menteri keuangan sayap kanan Bezalel Smotrich, yang menyambut baik gagasan tersebut sebagai pemikiran yang tidak biasa untuk memungkinkan warga Palestina apa yang disebutnya sebagai membangun kehidupan yang baru dan baik di tempat lain.

    Namun pelapor khusus PBB untuk Palestina, Francesca Albanese, mengecam pernyataan Trump dan Smotrich.

    “Pembersihan etnis sama sekali bukan pemikiran luar biasa, tidak peduli bagaimana orang mengemasnya. Itu ilegal, tidak bermoral, dan tidak bertanggung jawab,” ia menegaskan.

    Ketika ditanya tentang pernyataan Trump, Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Wakil Presiden Komisi Eropa Kaja Kallas pada hari Senin mengatakan Uni Eropa mendukung solusi dua negara, tetapi menahan diri untuk tidak mengutip pernyataan Trump secara langsung.

    “Gaza dan rakyat Gaza telah banyak menderita. Saya pikir baik Palestina maupun Israel layak mendapatkan perdamaian dan itulah sebabnya kita benar-benar perlu beralih dari gencatan senjata ke perdamaian yang lebih permanen,” katanya.

    Ia menambahkan bahwa UE siap untuk memindahkan misinya ke perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir, untuk memfasilitasi pengangkutan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    Bagi warga Palestina, seruan untuk pemindahan massal mengingatkan pada pembersihan etnis mereka selama pembentukan Israel pada tahun 1948, yang dikenal sebagai Nakba, ketika 750.000 orang dipaksa meninggalkan rumah mereka dan pindah ke negara-negara tetangga.

    Pemukim Israel dan pejabat sayap kanan telah menganjurkan rencana untuk memindahkan secara paksa warga Palestina dari wilayah Gaza yang luas dan menggantinya dengan pemukim Israel.

    Sebagian besar dari 1,1 juta penduduk Gaza utara dipaksa ke selatan oleh perintah pengusiran Israel ketika perang pecah 15 bulan lalu.

    Namun, perjanjian gencatan senjata terbaru antara Israel dan Hamas telah menghentikan rencana ini, setidaknya untuk sementara.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Dunia Kecam Ide Trump Relokasi Penduduk Gaza, Niat Busuk Singkirkan Warga Palestina dari Tanah Air Mereka

    Dunia Kecam Ide Trump Relokasi Penduduk Gaza, Niat Busuk Singkirkan Warga Palestina dari Tanah Air Mereka

    PIKIRAN RAKYAT – Pengamat Hak Asasi Manusia Euro-Med menyatakan keprihatinan mendalam atas proposal Presiden AS Donald Trump untuk merelokasi kembali warga Gaza di Yordania dan Mesir.

    Donald Trump menggambarkan Gaza sebagai “situs pembongkaran”, dan mengatakan bahwa semua pihak harus membersihkan kantong Palestina serta merelokasi kembali warga Palestina di Yordania dan Mesir.

    Kelompok yang berbasis di Jenewa itu mengatakan bahwa pernyataan ini melanggar hukum internasional dengan melakukan genosida terhadap rakyat Palestina di Gaza.

    “Sangat memprihatinkan,” ucap Euro-Med dalam sebuah pernyataan.

    “Orang-orang Palestina, yang sudah menderita akibat dampak buruk dari upaya Israel untuk memusnahkan mereka, seharusnya tidak harus membayar harga lebih lanjut untuk genosida ini dengan dipindahkan secara paksa ke luar tanah air mereka,” katanya menambahkan.

    Mereka mengatakan bahwa Israel penjajah sebagai kekuatan pendudukan, adalah satu-satunya entitas yang harus bertanggung jawab moral dan hukum atas kejahatan yang telah dilakukannya di Jalur Gaza.

    “Membayar ganti rugi kepada Palestina, dan membangun kembali Jalur Gaza secepat mungkin,” ujar Euro-Med.

    Memperhatikan bahwa Konvensi Jenewa Keempat secara tegas melarang pemindahan paksa penduduk di bawah pendudukan, kelompok itu menekankan bahwa setiap rencana untuk melakukannya akan menjadi pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian ini.

    “Fasilitasi rencana ini juga akan melanggar hak rakyat Palestina yang tidak dapat dicabut untuk tinggal di tanah mereka dan di tanah air mereka, hak yang dilindungi oleh hukum internasional, dan akan menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang,” tutur Euro-Med.

    Mereka menekankan bahwa sikap regional dan global yang menentang proposal Donald Trump untuk mendeportasi penduduk Jalur Gaza “mutlak diperlukan”, dan mendesak masyarakat internasional untuk sepenuhnya menegakkan prinsip-prinsip hukum internasional dan mengadopsi solusi yang menghormati hak-hak Palestina.

    Indonesia Tegas Menolak

    Kementerian Luar Negeri (Kemlu) membantah isu mengenai pemindahan warga Gaza dengan menyatakan pemerintah Republik Indonesia tidak pernah memiliki rencana untuk merelokasi sebagian dari dua juta penduduk Gaza ke Indonesia.

    “Pemerintah RI tidak pernah memperoleh informasi apapun, dari siapapun, maupun rencana apapun terkait relokasi sebagian dari dua juta penduduk Gaza ke Indonesia sebagai salah satu bagian dari upaya rekonstruksi pasca konflik,” kata Kementerian Luar Negeri melalui keterangan resmi di Jakarta.

    Kemlu menegaskan bahwa pemerintah menghindari berspekulasi tentang isu tersebut tanpa adanya informasi yang lebih jelas.

    “Indonesia tetap tegas dengan posisi segala upaya untuk memindahkan warga Gaza tidak dapat diterima,” ucapnya.

    Senada, Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) juga dengan tegas menolak wacana dari tim Presiden Amerika Serikat Donald Trump, untuk merelokasi dua juta penduduk Gaza ke Indonesia. Hal itu dikatakan Sekretaris Umum (Sekum) PP Persis Ustaz Haris Muslim di Jakarta, Jumat, 24 Januari 2025.

    Ustaz Haris menilai, relokasi tersebut merupakan modus Donald Trump yang ingin mengusir warga Gaza. Merelokasi warga Gaza ke Indonesia merupakan modus Amerika yang seolah-olah sebagai pahlawan dan penyelamat warga Gaza.

    “Padahal semua itu intinya adalah modus, agar warga Palsetina dan Gaza keluar dari tanah-tanah kelahiran mereka,” ujarnya.

    Sekum Persis pun mempertanyakan, kalau warga Gaza direlokasi ke Indonesia, lantas Gaza mau dipakai oleh siapa. Ketika warga Gaza diusir dengan dalih relokasi, maka Gaza tidak lagi ada orang, sehingga menjadi kesempatan bagi Israel untuk melakukan okupasi pendudukan dan penguasaan di wilayah Gaza.

    Dia menegaskan, PP Persis sangat tegak lurus mendukung kemerdekaan rakyat Palestina serta mendukung agar warga Palestina bisa kembali ke tanah-tanah mereka.

    “Persis sangat istiqomah mendukung kemerdekaan rakyat Palestina,” katanya.

    Penentangan Liga Arab

    Liga Arab mengatakan bahwa upaya untuk mencabut rakyat Palestina dari tanah mereka, baik melalui pemukiman kembali, aneksasi atau perluasan permukiman.

    “Hal itu telah terbukti gagal di masa lalu,” ucap Liga Arab dalam sebuah pernyataan, Minggu 26 Januari 2025.

    “Menghindari prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan dan komitmen jangka panjang ini, yang telah mengumpulkan konsensus Arab dan internasional, hanya akan memperpanjang konflik dan membuat perdamaian semakin tidak dapat dicapai,” tuturnya.

    Liga Arab menegaskan bahwa upaya semacam itu ditolak, dan melanggar hukum internasional.

    “Memindahkan orang secara paksa dari tanah mereka hanya dapat digambarkan sebagai pembersihan etnis,” ujarnya.

    Liga Arab menekankan, fase saat ini membutuhkan upaya berkelanjutan dari semua pihak untuk memperkuat dan mempertahankan gencatan senjata sebagai pendahulu untuk segera memulai rekonstruksi Gaza dan mengatasi luka-luka rakyatnya, yang telah mengalami pembantaian brutal selama 15 bulan berturut-turut.

    “Infrastruktur Jalur Gaza telah mengalami kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah perang modern,” katanya.

    Liga Arab pun menyerukan semua negara yang percaya pada solusi dua negara sebagai jalan menuju perdamaian untuk bekerja dengan rajin dan segera untuk memulai proses yang kredibel untuk mencapai solusi ini dan menerapkannya di lapangan sesegera mungkin.

    “Ini adalah satu-satunya cara untuk memastikan keamanan dan perdamaian bagi Palestina, Israel, dan semua orang di kawasan dan dunia,” ucapnya.

    Penolakan Yordania

    Yordania memperbarui penolakannya terhadap pemukiman kembali Palestina, setelah Presiden AS Donald Trump menyerukan untuk “membersihkan” Jalur Gaza.

    “Semua berbicara tentang tanah air alternatif… tidak dapat diterima. Kami tidak menerimanya, kami belum menerimanya, dan kami akan terus menghadapinya dengan semua kemampuan kami,” tutur Menteri Luar Negeri, Ayman Safadi.

    “Yordania adalah untuk Yordania, Palestina adalah untuk Palestina, dan solusi untuk masalah Palestina ada di tanah Palestina,” katanya menambahkan, mengutip pernyataan Raja Abdullah II.

    Kritik dari Munich

    Kepala Konferensi Keamanan Munich juga mengkritik proposal Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza, mencirikan rencana itu sebagai pelanggaran hukum internasional.

    “Proposal yang dibuat oleh Trump ini telah ditolak oleh semua orang di wilayah ini, jadi saya tidak melihat bagaimana ini bisa terbang jika Yordania dan Mesir menentangnya,” ujar Duta Besar Christoph Heusgen kepada sekelompok jurnalis internasional di Berlin.

    “Mereka mengatakan Gaza adalah rumah Palestina, dan mereka ingin tinggal di sana, dan mereka memiliki hak untuk tinggal di sana, karena ini sesuai dengan hukum internasional,” ucapnya menambahkan.

    Christoph Heusgen menunjukkan bahwa Gaza harus menjadi bagian dari negara Palestina di masa depan, melalui penyelesaian diplomatik.

    “Di sinilah perbatasan sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan, dan saya pikir ini adalah sesuatu yang harus ditekankan dalam hal apa pun,” katanya.

    Slovenia Tak Terima

    Menteri Luar Negeri Slovenia mengkritik proposal Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza, menggambarkan rencana itu sebagai “tidak dapat diterima.”

    “Posisi Slovenia benar-benar jelas, kami tidak setuju untuk pengusiran paksa,” ucap Tanja Fajon dalam pidatonya, Senin 27 Januari 2025.

    Menggarisbawahi bahwa Slovenia mengakui Palestina sebagai negara yang berdaulat dan merdeka, dia mengatakan bahwa Palestina “memiliki hak” untuk berada di tanah mereka sendiri.

    “Segala jenis pemukiman paksa di Yordania atau Mesir, seperti yang telah berulang kali ditunjukkan kedua negara di masa lalu, sama sekali tidak dapat diterima,” kata Tanja Fajon.

    “Ini juga merupakan kasus pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional dan saya pikir kita harus mengambil sikap yang sangat kuat terhadap hal ini di Uni Eropa,” tuturnya menambahkan.

    Spanyol: Warga Gaza Harus Tetap Berada di Gaza

    Menteri Luar Negeri Spanyol turut menolak gagasan Donald Trump untuk “membersihkan” Gaza dan merelokasi penduduknya ke negara-negara Arab lainnya.

    “Posisi kami jelas: warga Gaza harus tetap berada di Gaza. Gaza adalah bagian dari negara Palestina masa depan, yang perlu dikendalikan oleh satu pemerintah,” kata Menteri Luar Negeri Spanyol, Jose Manuel Albares.

    “Sesegera mungkin, Gaza dan Tepi Barat harus diperintah oleh otoritas nasional Palestina tunggal,” ucapnya menambahkan.

    Inggris Tolak Usulan Kontroversial Trump

    Inggris menolak proposal kontroversial Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza ke negara-negara tetangga.

    “Warga sipil Palestina harus dapat kembali dan membangun kembali rumah dan kehidupan mereka,” kata juru bicara Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer.

    “Seperti yang dikatakan menteri luar negeri, bagi orang-orang Gaza, begitu banyak dari mereka telah kehilangan nyawa, rumah atau orang yang mereka cintai, 14 bulan terakhir konflik telah menjadi mimpi buruk yang hidup. Itulah mengapa Inggris terus ditekan untuk resolusi konflik di Gaza,” tuturnya menambahkan.

    Jerman: Penduduk Palestina Tak Bisa Diusir dari Gaza

    Jerman pada hari Senin menolak proposal Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan warga Palestina dari Gaza ke negara-negara terdekat – Mesir dan Yordania.

    Berbicara pada konferensi pers di Berlin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Christian Wagner mengatakan bahwa Jerman mempertahankan komitmennya terhadap konsensus internasional mengenai status Gaza.

    “Ada posisi bersama yang dibagikan oleh Uni Eropa, mitra Arab kami dan PBB, yang sangat jelas: Penduduk Palestina tidak dapat diusir dari Gaza, dan Gaza tidak boleh diduduki atau dimukimkan kembali secara permanen oleh Israel,” katanya.

    Christian Wagner menambahkan bahwa kelompok G7 dari ekonomi terkemuka dunia, termasuk AS, sejauh ini secara konsisten mendukung posisi ini dalam beberapa pernyataan bersama.

    “Pengusiran dari Gaza, dan mendirikan permukiman baru di sini tidak mungkin. Ini juga sesuatu yang kami jelaskan selama Pertemuan Menteri Luar Negeri G7 di Tokyo pada tahun 2023. Dalam hal ini, saya pikir posisi kami lebih dari jelas,” ujarnya.

    Christian Wagner  mencatat bahwa gagasan Donald Trump sudah ditolak oleh negara-negara di kawasan itu, dan menggarisbawahi bahwa fokus internasional tidak boleh tergelincir dari upaya berkelanjutan untuk gencatan senjata yang berkelanjutan di wilayah tersebut.

    “Anda mungkin juga telah mencatat komentar yang dibuat oleh menteri luar negeri Mesir dan Yordania. Dalam hal ini, saya ingin menunjukkan bahwa bagi kami yang penting saat ini adalah implementasi perjanjian gencatan senjata,” tuturnya.

    Mesir: Palestina Tak Cuma Kelompok, tapi Bangsa!

    Parlemen Mesir menegaskan kembali penolakan atas rencana apa pun yang bertujuan untuk merelokasi rakyat Palestina dari tanah mereka, memperingatkan bahwa tindakan semacam itu menimbulkan “ancaman serius” bagi keamanan dan stabilitas regional.

    “Kami tidak dapat mengabaikan bahaya signifikan yang ditimbulkan oleh proposal yang diedarkan mengenai relokasi warga Palestina dari tanah mereka,” ucap Ketua Parlemen Hanafi Gebali.

    “Ide-ide ini sama sekali mengabaikan fakta yang mapan bahwa perjuangan Palestina bukan hanya masalah kependudukan atau perselisihan geografis, tetapi penyebab rakyat yang berjuang untuk hak-hak sah dan historis mereka,” ujarnya.

    “Semua orang harus menyadari bahwa rakyat Palestina bukan hanya kelompok yang mencari perlindungan. Mereka adalah bangsa dengan sejarah yang kaya, tanah suci, dan hak yang tidak dapat dicabut yang tidak dapat dihapus seiring waktu. Mereka tidak akan pernah melepaskan hak-hak ini, begitu pula bangsa Arab di hadapan mereka,” tutur Hanafi Gebali menambahkan.

    Ketua parlemen Mesir memperingatkan bahwa setiap proposal yang melewati hak-hak Palestina menimbulkan ancaman serius bagi keamanan dan stabilitas regional.

    “Satu-satunya solusi untuk mencapai perdamaian abadi adalah menerapkan solusi dua negara, yang memastikan rakyat Palestina dapat mendirikan negara merdeka mereka di sepanjang perbatasan 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, sambil juga memastikan keamanan dan stabilitas seluruh wilayah,” kata Hanafi Gebali.

    “Mesir, yang telah menabur benih perdamaian di kawasan itu selama bertahun-tahun, menegaskan kembali hari ini bahwa mereka akan terus membela hak-hak rakyat Palestina dan dengan tegas menolak setiap upaya untuk melikuidasi perjuangan Palestina atau melanggar hak-hak rakyat besar ini,” ujarnya menambahkan.

    Warga Palestina: Tak Ada yang Bisa Paksa Kami Keluar dari Tanah Air!

    Kepresidenan Palestina juga menolak rencana yang bertujuan menciptakan “tanah air alternatif” bagi warga Palestina.

    “Proyek pemukiman kembali dan tanah air alternatif tidak dapat diterima dan hanya berfungsi untuk memperkuat ketidakstabilan dan kekacauan di wilayah tersebut,” ujar juru bicara kepresidenan Nabil Abu Rudeineh dalam sebuah pernyataan, Senin 27 Januari 2025.

    “Alternatifnya (opsi) adalah mencapai perdamaian yang adil berdasarkan legitimasi internasional dan Inisiatif Perdamaian Arab,” ucapnya menambahkan.

    Abu Rudeineh mengatakan bahwa kembalinya pengungsi Palestina ke Gaza utara mencerminkan keteguhan Palestina di tanah mereka.

    “Tidak ada yang bisa memaksa Palestina keluar dari tanah air mereka,” katanya.

    Nabil Abu Rudeineh pun menyerukan kepada pemerintah AS untuk mendukung solusi yang mengarah pada perdamaian dan stabilitas abadi bagi kawasan dan dunia.

    Senator AS: Trump Berniat Lakukan Pembersihan Etnis

    Senator AS Bernie Sanders pada hari Senin mengecam proposal Presiden Donald Trump untuk “membersihkan” Gaza dengan merelokasi jutaan warga Palestina, menyebutnya “pembersihan etnis” dan kejahatan perang, mendesak semua orang Amerika untuk mengutuknya.

    “Ada nama untuk ini, pembersihan etnis, dan itu adalah kejahatan perang. Gagasan keterlaluan ini harus dikutuk oleh setiap orang Amerika,” katanya.

    PBB: Kami Menentang!

    PBB pada hari Senin mengatakan bahwa mereka menentang proposal Presiden AS Donald Trump untuk merelokasi warga Palestina di luar Gaza.

    “Kami akan menentang rencana apa pun yang akan mengarah pada pengungsian paksa orang, atau akan mengarah pada segala jenis pembersihan etnis,” ucap juru bicara PBB Stephane Dujarric.

    Menanggapi pertanyaan tentang Tepi Barat yang diduduki menjadi Gaza baru di tengah meningkatnya serangan tentara Israel, dia mengaku prihatin.

    “Kami sangat prihatin dengan situasi yang memburuk di Tepi Barat. Kegiatan kekerasan yang tidak terkendali dari pemukim Israel terhadap penduduk sipil, penduduk Palestina di Tepi Barat,” kata Stephane Dujarric.

    Lebih lanjut, dia pun mendesak semua pihak untuk tidak “kehilangan fokus pada bagian lain” karena Gaza tetap menjadi fokus utama oleh semua pihak.

    Mengenai situasi terbaru di Tepi Barat yang diduduki, Stephane Dujarric menyampaikan peringatan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) atas memburuknya di Jenin dan kamp pengungsinya ketika operasi Israel penjajah yang sedang berlangsung oleh pasukan Israel penjajah memasuki hari ketujuh, yang mengakibatkan korban lebih lanjut dan penghancuran jalan dan infrastruktur.

    Dia mengingat pembunuhan seorang balita oleh Israel penjajah selama akhir pekan.

    “Sejak operasi di Jenin dimulai pada 21 Januari, 16 kematian telah dilaporkan,” kata Stephane Dujarric.

    “Sementara itu, hari ini, di kamp pengungsi Tulkarm, serangan udara dilaporkan menewaskan dua warga Palestina, meningkatkan kekhawatiran atas penggunaan kekuatan yang melebihi standar penegakan hukum,” tuturnya menambahkan, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Anadolu.

    Stephane Dujarric juga mengingatkan bhawa Rumah sakit bukan target, dan harus dilindungi setiap saat. Pernyataan itu disampaikan ketika Israel penjajah mengepung Rumah Sakit Pemerintah Tulkarm.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News