Negara: Jerman

  • Panjang 6 Meter, Mirip Benteng Berjalan

    Panjang 6 Meter, Mirip Benteng Berjalan

    Jakarta

    Sedan sepanjang 6,3 meter sudah menanti Presiden Prancis Emmanuel Macron. Begini spesifikasi sedan Jerman tersebut.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron sudah tiba di Indonesia pada Selasa (27/5/2025) malam. Macron dan istrinya mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma dan disambut Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin dan Menteri Luar Negeri Sugiono. Tak cuma itu, sudah ada sedan sepanjang 6,3 meter berkelir hitam yang menanti di bawah tangga pesawat.

    Bila diperhatikan, mobil serupa juga sebelumnya sempat ditumpangi Perdana Menteri Australia Anthony Albanese saat berkunjung ke Indonesia pada pertengahan Mei lalu. Sedan mewah itu adalah Mercedes-Benz S600 Pullman Guard yang disematkan pelat nomor merah dengan huruf putih bertuliskan ‘France’. Sedan mewah ini memang lekat dengan para petinggi negara.

    Tak heran, Mercedes-Benz S600 Pullman Guard menawarkan keamanan tingkat tinggi. Soalnya, mobil memiliki perlindungan berupa VR6/VR7. Layaknya benteng berjalan yang dibekali pelapis baja, mobil bisa memproteksi sopir dan penumpangnya dari ancaman senjata api hingga bom.

    Fitur keselamatannya juga jempolan. Misalnya terdapat ban run-flat tyre yang memungkinkan mobil tetap berjalan meski kondisinya kempis. Ada juga tangki bahan bakar self-sealing yang bisa mencegah kebocoran. Tak cuma itu, sistem pemadaman api pun sudah tersedia.

    Mercedes-Benz S600 Pullman Guard juga mendukung kenyamanan pemimpin selama berada di dalam mobil. Mobil ini punya interior yang luas berkat jarak sumbu roda 4.315 milimeter, atau 115 sentimeter lebih panjang dari versi panjang S-Class Guard. Panjangnya 6,356 meter.

    Di balik kap mesinnya, terdapat mesin biturbo 12 silinder berkapasitas 5.513 cc. Berbekal mesin itu, mobil bisa menyemburkan tenaga 517 daya kuda dan torsi 830 Nm. Adapun mobil yang digunakan Macron kali ini berbeda dari kunjungan sebelumnya ke Indonesia. Sebagai informasi, pada tahun 2022, Macron pernah mengunjungi Indonesia untuk menghadiri KTT G20 di Bali.

    Menariknya, Macron kala itu justru menumpangi SUV Mercedes-Benz G-Class. SUV kekar itu justru mirip mobil yang digunakan Paspampres. Mercedes-Benz G-Class merupakan mobil 4WD yang siap digunakan jelajah ke mana saja. Mobil ini memang dirancang sebagai kendaraan taktis untuk melibas medan berat.

    (dry/rgr)

  • India Gencarkan ‘Serangan’ Diplomasi Usai Serangan di Kashmir

    India Gencarkan ‘Serangan’ Diplomasi Usai Serangan di Kashmir

    New Delhi

    Minggu lalu, India mengirimkan delegasi parlemen ke 33 negara dalam sebuah misi diplomatik untuk menggalang dukungan melawan kelompok-kelompok militan teroris yang berbasis di Pakistan, yang menurut Delhi adalah dalang di balik serangan-serangan lintas negara yang terjadi baru-baru ini.

    Ketegangan India dan Pakistan masih memuncak pasca penembakan turis India wilayah Kashmir yang dikelola India pada tanggal 22 April 2025. Serangan ini menewaskan setidaknya 26 orang dan menyebabkan kemarahan massal.

    Para pejabat India mengatakan bahwa Kelompok Militan Islam Lashkar-e-Taiba (LeT) yang berbasis di Pakistan adalah dalang dari serangan tersebut. Pada tanggal 7 Mei, militer India melancarkan Operasi Sindoor, serangan yang menargetkan infrastruktur teroris di Pakistan dan wilayah Kashmir yang dikelola Pakistan.

    Pakistan merespons serangan itu, dan selama empat hari terjadi saling serang dengan pesawat nir awak dan rudal, hingga kedua belah pihak sepakat melakukan gencatan senjata pada tanggal 10 Mei.

    Perang diplomasi India-Pakistan di tingkat global

    Setelah serangan tersebut dan perseteruan yang kian meningkat, baik India maupun Pakistan berusaha membentuk narasi tersendiri atas konflik tersebut.

    Delegasi India, yang diwakili beberapa partai politik, melengkapi narasi itu dengan dokumen-dokumen khusus negara yang merinci sejarah Pakistan yang diduga telah mendukung terorisme sejak lama, kebijakan “nol toleransi” India terhadap terorisme serta bukti-bukti pendukung yang mengaitkan serangan bulan April tersebut dengan kelompok-kelompok teroris yang berbasis di Pakistan.

    “Ini adalah misi politik. Kami ingin melakukan penjangkauan yang kuat kepada dunia, menyampaikan tekad kami dalam memerangi terorisme,” kata Randhir Jaiswal, juru bicara Kementerian Luar Negeri India.

    Pemerintah Pakistan membantah keras memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok militan dan bersikeras bahwa pemerintah Pakistan tidak ada kaitannya dengan serangan di bulan April itu.

    Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, menyebut serangan yang dilancarkan India sebagai serangan yang “tidak beralasan” dan “agresif”. Kementerian Pertahanan Pakistan mengatakan bahwa serangan India menghantam lokasi-lokasi sipil, membantah bahwa India menargetkan kamp-kamp teroris.

    Islamabad juga telah melakukan penjangkauan diplomatik, dipimpin oleh ketua Partai Rakyat Pakistan, Bilawal Bhutto Zardari.

    Delegasi ini, meskipun lebih sedikit dibandingkan delegasi India, menghendaki hal yang serupa, melibatkan dukungan pemangku kepentingan-kepentingan internasional, termasuk anggota Dewan Keamanan PBB untuk memastikan keamanan Pakistan.

    Pakistan fokus membahas isu-isu pelanggaran gencatan senjata oleh India, ancaman India untuk mengurangi pasokan air Sungai Indus, serta menjelaskan posisi negara tersebut dalam sengketa Kashmir.

    Pada hari Minggu, Sharif mengunjungi sekutu Pakistan, Turki, sebagai bagian dari kunjungan diplomatiknya selama lima hari.

    India mencari dukungan untuk ‘perang melawan teror’

    Para ahli kebijakan dan diplomat yang berbicara dengan DW mengatakan bahwa ‘serangan’ diplomatik India akan melegitimasi negara tersebut menyerang Pakistan dengan alasan sah ‘membela diri’ di bawah hukum internasional.

    “Keikutsertaan anggota parlemen oposisi India sebagai delegasi menandakan persatuan, memberikan kredibilitas pada posisi India dan menarik negara-negara demokrasi yang menghargai konsensus dua partai politik yang berbeda,” kata Anil Wadhwa, mantan diplomat India, kepada DW.

    Wadhwa menambahkan bahwa para delegasi “akan melawan narasi palsu Pakistan” yang tidak mengakui keterlibatannya dalam serangan Kashmir.

    “Meskipun pemerintah India telah dengan tegas merespons kasus ini tanpa perlu meyakinkan konstituen domestik, mungkin masih ada beberapa keraguan di kalangan mitra internasional akibat narasi palsu yang dikeluarkan oleh Pakistan. Hal itu akan diatasi dengan upaya-upaya ini,” tambah Wadhwa.

    Penjangkauan mitra global India juga disorot oleh kunjungan Menteri Luar Negeri S Jaishankar baru-baru ini ke Belanda, Denmark dan Jerman.

    Dalam sebuah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul minggu lalu, Jaishankar menegaskan kembali sikap New Delhi dalam memerangi terorisme.

    “India tidak memiliki toleransi terhadap terorisme. India tidak akan pernah menyerah pada ancaman nuklir. India akan berurusan dengan Pakistan secara bilateral. Seharusnya tidak ada kebingungan sedikitpun,” kata Jaishankar dalam sebuah konferensi pers bersama.

    India tingkatkan diplomasi internasional

    Ini bukan kali pertama India mengirimkan delegasi parlemen ke luar negeri untuk menjaring dukungan diplomatik dan menjelaskan posisi kebijakan luar negerinya, terutama terkait konflik yang melibatkan Pakistan.

    Sebelumnya, setelah serangan terhadap parlemen India pada bulan Desember 2001, pemerintah dibawah pimpinan mantan Perdana Menteri Atal Bihari Vajpayee mengirimkan delegasi multi-partai untuk memberikan pengarahan kepada para pemimpin dunia mengenai dugaan campur tangan kelompok-kelompok militan yang berbasis di Pakistan dalam melakukan serangan tersebut.

    Namun delegasi saat ini lebih menonjol karena skala dan cakupannya lebih besar dibandingkan dengan kejadian-kejadian sebelumnya.

    “Hal ini didukung lanskap geopolitik, di mana India merupakan negara ekonomi utama G20, anggota Quad dan pemain kunci dalam forum-forum global. Misi Pakistan bukanlah tandingan dalam hal skala dan cakupannya,” kata Wadhwa.

    Ajay Bisaria, mantan komisaris tinggi India untuk Pakistan, mengatakan kepada DW bahwa narasi India “akan beresonansi secara lebih global dengan para mitra dan organisasi multilateral.”

    Bisaria mengatakan bahwa delegasi India juga mewakili konsensus nasional yang kuat, ini memberikan India kesempatan untuk membangun dukungan internasional dalam perang global baru melawan terorisme.

    “Sangat penting bagi India untuk meningkatkan diplomasi globalnya, memanfaatkan pendekatan-pendekatan inovatif seperti delegasi parlemen untuk melawan narasi paksa militer Pakistan dan menunjukkan tanggapan terukur India terhadap tantangan-tantangan keamanan negara,” tambahnya.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Hendra Pasuhuk

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Mobil 6,3 Meter Jemput Presiden Emmanuel Macron Setibanya di Indonesia

    Mobil 6,3 Meter Jemput Presiden Emmanuel Macron Setibanya di Indonesia

    Jakarta

    Presiden Prancis Emmanuel Macron tiba di Indonesia. Setibanya di Lanud Halim Perdanakusuma, dia dijemput mobil mewah sepanjang 6 meter itu.

    Emmanuel Macron berkunjung ke Indonesia. Macron beserta istri dan rombongan itu tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta pukul 22.00 WIB. Di bawah tangga pesawat, Macron sudah dinanti Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin dan Menteri Luar Negeri Sugiono.

    Macron mengaku senang berada di Indonesia. Dia juga menyebut Indonesia negara yang indah dan terkenang saat berkunjung ke Bali.

    “Saya senang berada di sini, karena negara kalian indah. Saya ingat bertemu dengan Presiden Jokowi, dua tahun lalu di Bali dan sekarang saya istri saya dan delegasi saya, senang berada di sini di Indonesia,” kata Macron dilansir detikNews.

    Dalam video yang ditayangkan akun Youtube Sekretariat Presiden, Macron dan istri juga sudah dijemput mobil mewah Jerman yang punya panjang 6.356 milimeter. Mobil itu dipasangkan pelat nomor warna merah dengan huruf putih bertuliskan ‘France’. Terlihat mobil yang dimaksud adalah Mercedes-Benz S600 Pullman Guard. Mobil ini Mercedes-Benz S600 Pullman Guard biasa digunakan untuk mengantar tamu negara yang berkunjung di Indonesia.

    Mercedes-Benz S600 Pullman Guard memang menjadi langganan petinggi negara. Sebab mobil ini dibekali perlindungan tertinggi hingga level VR6/VR7. Layaknya benteng berjalan yang dibekali pelapis baja, mobil bisa memproteksi sopir dan penumpangnya dari ancaman senjata api hingga bom.

    Fitur keselamatan tambahan termasuk ban run-flat tyre (RFT), tangki bahan bakar self-sealing alias mencegah kebocoran jika mobil rusak, dan sistem pemadaman api. Selain aman, Mercedes-Benz S600 Pullman Guard juga mendukung kenyamanan pemimpin selama berada di dalam mobil. Mobil ini punya interior yang luas berkat jarak sumbu roda 4.315 milimeter, atau 115 sentimeter lebih panjang dari versi panjang S-Class Guard.

    Total panjang keseluruhan 6.356 milimeter, Mercedes-Benz S600 Pullman Guard adalah kendaraan dengan proporsi yang benar-benar megah yang menawarkan kenyamanan maksimal kepada penumpangnya.

    Soal dapur pacunya, Mercedez-Benz S600 Pullman Guard memiliki mesin biturbo 12 silinder dengan kapasitas 5.513 cc. Mesin itu mampu menyemburkan tenaga hingga 517 daya kuda dengan torsi 830 Nm.

    (dry/din)

  • Perang Gaza Bukan Lagi Lawan Hamas

    Perang Gaza Bukan Lagi Lawan Hamas

    Jakarta

    Jerman tiba-tiba melontarkan sindiran pedas terhadap Israel yang terus membombardir Gaza, Palestina. Jerman mengatakan perang di Jalur Gaza bukan lagi melawan Hamas.

    Dirangkum detikcom dilansir Al Arabiya, Selasa (27/5/2025) Kanselir Jerman Friedrich Merz menyebut rentetan serangan Israel baru-baru ini di Jalur Gaza yang memicu korban kemanusiaan pada warga sipil, tidak dapat lagi dibenarkan sebagai perang melawan Hamas.

    Merz juga mengakui dirinya tidak lagi memahami apa yang saat ini dilakukan oleh militer Tel Aviv di Jalur Gaza, yang mengalami kehancuran besar dan dilanda krisis kemanusiaan akibat perang berkepanjangan selama dua tahun terakhir.

    “Membahayakan penduduk sipil hingga sedemikian rupa, seperti yang banyak terjadi dalam beberapa hari terakhir, tidak dapat lagi dibenarkan sebagai perang melawan terorisme Hamas,” tegas Merz dalam wawancara dengan televisi WDR.

    Dalam pernyataannya, Merz mengatakan dirinya tidak lagi memahami tujuan militer Israel di Jalur Gaza.

    “Sejujurnya, saya tidak lagi memahami apa yang sedang dilakukan militer Israel di Jalur Gaza, dengan tujuan apa,” ujarnya.

    Jerman Berencana Telepon Netanyahu

    Foto: Kanselir Jerman Friedrich Merz (Dok Reuters).

    Merz menambahkan bahwa dirinya berencana menelepon Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu pekan ini untuk memberitahunya “agar tidak berlebihan” dalam operasi militernya di daerah kantong Palestina tersebut.

    Dia mengatakan bahwa Berlin harus berhati-hati dalam memberikan nasihat publik kepada Israel, karena Jerman “tidak seperti negara lainnya di Bumi” — merujuk pada sejarah kelam Jerman dalam Perang Dunia II dan Holocaust.

    “Pertanyaannya adalah: Seberapa jelas kita menyuarakan kritikan sekarang, dan karena alasan historis, saya lebih menahan diri,” kata Merz dalam pernyataannya.

    Namun demikian, dia menambahkan bahwa “ketika batasan dilanggar, ketika hukum kemanusiaan internasional dilanggar… maka Kanselir Jerman juga harus angkat bicara”.

    Merz menegaskan dirinya ingin Jerman tetap menjadi “mitra terpenting Israel di Eropa”.

    “Tetapi pemerintah Israel tidak boleh melakukan apa pun yang tidak lagi mau diterima oleh sahabat-sahabatnya,” tegasnya mengingatkan Tel Aviv.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/isa)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kanselir Jerman Kecam Israel yang Bombardir Gaza

    Kanselir Jerman Kecam Israel yang Bombardir Gaza

    JAKARTA  – Kanselir Jerman Friedrich Merz menyampaikan teguran paling kerasnya terhadap Israel. Merz mengkritik serangan udara besar-besaran di Gaza karena tidak lagi dibenarkan oleh kebutuhan untuk memerangi Hamas dan “tidak lagi dapat dipahami”.

    Pesan tersebut mencerminkan perubahan yang lebih luas dalam opini publik tetapi juga kemauan yang lebih besar dari politikus Jerman tingkat atas untuk mengkritik tindakan Israel sejak serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas.

    Kritik serupa juga dilontarkan menteri luar negeri Merz, Johann Wadephul termasuk seruan dari mitra koalisi juniornya, Partai Sosial Demokrat. Mereka medensak menghentikan ekspor senjata ke Israel atau Jerman akan terlibat dalam kejahatan perang.

    Meskipun bukan perubahan total, perubahan nada ini signifikan di negara yang kepemimpinannya mengikuti kebijakan tanggung jawab khusus untuk Israel, yang dikenal sebagai Staatsraeson, karena warisan Holocaust Nazi.

    Jerman, bersama dengan Amerika Serikat, menjadi salah satu pendukung Israel yang paling gigih.

    Tetapi pernyataan Merz muncul saat Uni Eropa meninjau kembali kebijakannya terhadap Israel dan Inggris, Prancis, dan Kanada juga mengancam akan melakukan “tindakan konkret” atas Gaza.

    “Serangan militer besar-besaran oleh Israel di Jalur Gaza tidak lagi menunjukkan logika apa pun bagi saya. Bagaimana serangan itu melayani tujuan menghadapi teror. Dalam hal ini, saya memandangnya dengan sangat, sangat kritis,” kata Merz di Turku, Finlandia dilansir Reuters, Selasa, 27 Mei.

    “Saya juga bukan termasuk orang yang pertama kali mengatakannya. Namun, tampaknya dan bagi saya tampaknya sudah tiba saatnya saya harus mengatakan secara terbuka, (bahwa) apa yang sedang terjadi saat ini tidak lagi dapat dipahami,” tegas Merz.

    Pernyataan tersebut sangat mengejutkan mengingat Merz memenangkan pemilihan umum pada Februari dengan menjanjikan akan menjamu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di tanah Jerman, yang bertentangan dengan surat perintah penangkapan oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC).

    Merz juga menggantung gambar pantai Zikim di kantor kanselir, tempat para pejuang Hamas tiba dengan perahu selama aksi mereka pada tahun 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang.

     

    Kanselir berencana untuk berbicara dengan Netanyahu pekan ini, karena serangan terhadap Gaza telah menewaskan puluhan orang dalam beberapa hari terakhir dan populasinya yang berjumlah 2 juta jiwa terancam kelaparan.

    Ia tidak menjawab pertanyaan tentang ekspor senjata Jerman ke Israel. Sementara seorang pejabat pemerintah mengatakan hal ituadalah masalah yang harus diselesaikan oleh dewan keamanan yang diketuai oleh Merz.

    Duta Besar Israel untuk Berlin, Ron Prosor, mengakui kekhawatiran Jerman tetapi tidak memberikan komentar apa pun.

    “Ketika Friedrich Merz mengemukakan kritik ini terhadap Israel, kami mendengarkan dengan saksama karena ia adalah seorang teman,” kata Prosor kepada penyiar ZDF.

  • Apa yang Diincar Presiden Macron di Vietnam?

    Apa yang Diincar Presiden Macron di Vietnam?

    Jakarta

    Presiden Prancis Emmanuel Macron memulai tur Asia Tenggaranya dengan mengunjungi Vietnam, sebuah upaya memperkuat posisi strategis Uni Eropa di kawasan yang tengah berada di tengah persaingan AS dan Cina.

    Dalam pertemuan dengan pemimpin tertinggi Vietnam, To Lam, pada Senin (26/5), Macron memanfaatkan kekhawatiran yang muncul akibat perang dagang di era Donald Trump dan sikap agresif Cina dalam sengketa Laut Cina Selatan.

    “Bersama Prancis, Anda memiliki mitra yang sudah dikenal, aman, dan bisa diandalkan. Di masa seperti ini, hal itu sangat berharga,” ujar Macron kepada To Lam, Sekjen Partai Komunis Vietnam.

    Ini menjadi kunjungan pertama seorang presiden Prancis ke Vietnam dalam hampir satu dekade terakhir.

    Setelah dari Vietnam, Macron dijadwalkan mengunjungi Indonesia untuk bertemu Sekjen ASEAN Kao Kim Hourn dan diperkirakan akan ikut dalam pertemuan antara Presiden Indonesia Prabowo Subianto dengan Perdana Menteri Cina Li Qiang.

    Ia juga akan dijadwalkan akan melanjutkan perjalanan ke Singapura untuk menjadi pemimpin Eropa pertama yang menyampaikan pidato utama dalam forum keamanan bergengsi, Shangri-La Dialogue.

    Selain Macron, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga dijadwalkan akan mengunjungi kawasan Asia Tenggara dalam beberapa minggu ke depan.

    Prancis semakin mendekatkan diri ke Vietnam

    Namun, Vietnam juga menjalin kemitraan serupa dengan AS, Rusia, Cina, serta negara-negara lain seperti India, Australia, dan Singapura.

    “Vietnam lebih piawai dari negara mana pun di Asia Tenggara dalam mencari peluang dan memperluas mitra ekonomi maupun diplomatik. Prancis menjadi kunci strategi Vietnam di Eropa,” kata Zachary Abuza, dosen di National War College, Washington, kepada DW.

    Di sisi lain, banyak negara Barat kini mulai melihat Vietnam sebagai alternatif yang menjanjikan selain Cina, terutama dalam hal tenaga kerja murah dan akses ke pasar Asia.

    Vietnam saat ini menjadi mitra dagang ke-17 terbesar Uni Eropa secara global dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Menurut Komisi Eropa, perdagangan barang antara kedua pihak tumbuh 13% dan mencapai €67 miliar pada 2024.

    Pada hari Senin (26/05), Presiden Macron menyaksikan penandatanganan sejumlah kesepakatan ekonomi, termasuk pembelian 20 pesawat Airbus oleh maskapai berbiaya murah Vietnam, VietJet. Menurut firma analis Cirium, Airbus memasok sekitar 90% armada Vietnam.

    Langkah ini dilakukan di tengah tekanan dari AS agar Vietnam lebih memilih perusahaan Amerika, dibanding Eropa.

    Pada April lalu, AS mengumumkan tarif impor sebesar 46% terhadap produk-produk Vietnam, meski belakangan penerapannya ditunda hingga Juli. Di saat yang sama, Vietnam berjanji menurunkan tarif terhadap barang-barang AS dan menyetujui proyek-proyek yang terkait dengan bisnis keluarga Trump, termasuk percepatan proyek lapangan golf senilai $1,5 miliar di luar Hanoi.

    Selain itu, Vietnam juga berjanji membeli lebih banyak produk AS. Laporan terbaru menyebutkan Vietnam Airlines sedang mempertimbangkan pembelian lebih dari 200 pesawat dari Boeing. Namun, seperti dilaporkan Reuters, pejabat Eropa telah memperingatkan Vietnam bahwa berpaling dari Eropa ke AS bisa merusak hubungan Vietnam dengan Uni Eropa.

    Mampukah Prancis dan Jerman geser dominasi Rusia di bidang pertahanan?

    Khac Giang Nguyen, peneliti tamu di ISEAS–Yusof Ishak Institute, Singapura, mengatakan bahwa Vietnam memandang Prancis sebagai “penyeimbang terhadap Cina dan jembatan menuju pasar Eropa, hal yang makin penting di tengah ketidakpastian soal tarif AS.”

    “Perdagangan memang jadi fokus utama pembicaraan dengan Macron, tapi isu keamanan juga tak akan diabaikan,” tambahnya. “Yang menarik untuk diperhatikan adalah kemungkinan kerja sama energi nuklir dan pengadaan alat pertahanan, karena Vietnam ingin mengurangi ketergantungan pada senjata buatan Rusia.”

    Hingga tahun 2022, sekitar 90% persenjataan Vietnam berasal dari Rusia. Namun, sejak invasi penuh Rusia ke Ukraina, Hanoi mulai berupaya mendiversifikasi mitra pertahanannya.

    Negara-negara Asia Tenggara kini memang mulai mencari mitra keamanan baru di luar AS dan Rusia. Di sisi lain, Prancis dan Jerman makin aktif dalam menjalin diplomasi pertahanan.

    Prancis masih punya ‘taji’ di ASEAN

    Kunjungan Macron menjadi kesempatan untuk memperkuat hubungan pertahanan dengan Vietnam, yang telah lama bersitegang dengan Cina terkait wilayah di Laut China Selatan.

    Prancis secara rutin menggelar patroli kebebasan navigasi di wilayah tersebut, dan masih memiliki pangkalan militer di Indo-Pasifik melalui wilayah-wilayah seberang lautnya, seperti Reunion dan Mayotte.

    Dalam konferensi pers, Macron menyatakan bahwa kemitraan dengan Vietnam “mencakup kerja sama pertahanan yang diperkuat,” dengan berbagai proyek bersama di bidang pertahanan dan antariksa.

    Presiden Vietnam Luong Cuong, yang berdiri di samping Macron, menyebut kerja sama ini meliputi “berbagi informasi strategis” serta kolaborasi dalam bidang persenjataan, keamanan siber dan penanggulangan terorisme.

    Pengabaian isu HAM?

    Di tengah persaingan pengaruh antara Brussels, Beijing, dan Washington di Asia Tenggara, banyak yang khawatir isu hak asasi manusia dan demokrasi kini tak lagi jadi prioritas utama bagi mitra internasional kawasan ini.

    Menjelang kedatangan Macron, organisasi-organisasi HAM mendesaknya untuk menyoroti kondisi HAM di Vietnam yang makin memburuk sejak Perjanjian Perdagangan Bebas Uni Eropa-Vietnam disahkan pada 2021.

    “Penindasan besar-besaran terhadap kebebasan berbicara dan berkumpul di Vietnam bertolak belakang dengan janji yang dibuat pemerintah kepada Prancis dan Uni Eropa,” kata Benedicte Jeannerod dari Human Rights Watch.

    Ia menambahkan, “Otoritas Vietnam makin banyak memenjarakan pembela demokrasi dan menolak reformasi yang dibutuhkan untuk mematuhi komitmen HAM mereka,” tambahnya.

    Presiden Komite HAM Vietnam, Penelope Faulkner juga mengingatkan bahwa Macron “jangan sampai melupakan nilai-nilai dasar Prancis, termasuk hak asasi manusia.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Tezar Aditya

    Editor: Hendra Pasuhuk

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Jerman Izinkan Ukraina Gunakan Senjatanya untuk Serang Rusia

    Jerman Izinkan Ukraina Gunakan Senjatanya untuk Serang Rusia

    Jakarta

    Kanselir Friedrich Merz mengumumkan bahwa Jerman, bersama Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat, telah mencabut batasan jangkauan senjata yang dikirimkan ke Ukraina. Langkah ini memungkinkan Kyiv untuk menyerang target militer di wilayah Rusia.

    Ukraina sejatinya telah lama menuntut pencabutan larangan tersebut, namun selalu ditolak oleh negara-negara Barat dengan dalih tidak ingin dianggap terlibat perang.

    Kini “tidak ada lagi batasan jangkauan untuk senjata yang dikirim ke Ukraina — baik oleh Inggris, Prancis, kami, maupun Amerika Serikat,” kata Merz di konferensi digital re:publica di Berlin, Senin (27/5).

    “Dengan keputusan ini, Ukraina berarti diizinkan mempertahankan diri, misalnya, dengan menyerang posisi militer di Rusia… Sesuatu yang hingga kini nyaris tak dilakukan. Sekarang mereka bisa melakukannya,” lanjutnya.

    Merz menegaskan kembali komitmennya terhadap Ukraina lewat unggahan di platform X (dulu Twitter), dengan menulis, “kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk terus mendukung Ukraina.”

    Meski demikian, Merz tidak merinci negara mana yang terlebih dahulu membuat keputusan tersebut atau pada tahap mana keputusan itu diambil.

    Rusia: “Berbahaya” dan bertentangan dengan upaya perdamaian

    Kremlin mengecam keputusan tersebut sebagai langkah “berbahaya” dan bertentangan dengan tujuan penyelesaian damai.

    Rusia telah lama mengecam pengiriman senjata jarak jauh oleh negara-negara Barat ke Ukraina, dan secara khusus memperingatkan Jerman agar tidak mengirim sistem rudal Taurus kepada Ukraina, karena memiliki daya jelajah hingga 500 kilometer.

    Perubahan sikap Barat

    Pada awal invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada 2022, negara-negara Barat enggan mengirim senjata jarak jauh untuk mencegah eskalasi konflik. Namun, kebijakan itu mulai berubah. Inggris dan Prancis telah memasok rudal jelajah Storm Shadow/Scalp yang dapat menjangkau sekitar 250 kilometer.

    Pada November 2024, Presiden AS saat itu Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan sistem rudal ATACMS untuk menyerang target di Rusia. Pada bulan yang sama, Ukraina dikabarkan menembakkan rudal Storm Shadow ke wilayah Rusia setelah mendapat persetujuan dari Inggris. Prancis juga menegaskan bahwa serangan terhadap target militer di Rusia adalah opsi yang sah.

    Di bawah bekas Kanselir Olaf Scholz, Jerman memilih tidak mengirim sistem rudal Taurus demi menghindari provokasi terhadap Moskow. Sebaliknya, meski Merz pernah menyatakan dukungannya secara terbuka, dia tidak menyebutkan Taurus secara spesifik dalam pernyataannya hari Senin.

    Pemerintah baru Jerman kini memilih untuk tidak mengumumkan secara terbuka jenis senjata yang dikirim ke Ukraina, dengan alasan strategi ambiguitas.

    Rusia memperingatkan bahwa jika Ukraina menggunakan rudal Taurus buatan Jerman untuk menyerang infrastruktur transportasi, hal itu akan dianggap sebagai “keterlibatan langsung” Berlin dalam konflik.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh: Rizki Nugraha
    Editor: Hendra Pasuhuk

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Perang Gaza Bukan Lagi Lawan Hamas

    Jerman Bilang Serangan Israel di Gaza Bukan Lagi Perang Lawan Hamas

    Berlin

    Kanselir Jerman Friedrich Merz menyebut rentetan serangan Israel baru-baru ini di Jalur Gaza yang memicu korban kemanusiaan pada warga sipil, tidak dapat lagi dibenarkan sebagai perang melawan Hamas.

    Merz, seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (27/5/2025), juga mengakui dirinya tidak lagi memahami apa yang saat ini dilakukan oleh militer Tel Aviv di Jalur Gaza, yang mengalami kehancuran besar dan dilanda krisis kemanusiaan akibat perang berkepanjangan selama dua tahun terakhir.

    “Membahayakan penduduk sipil hingga sedemikian rupa, seperti yang banyak terjadi dalam beberapa hari terakhir, tidak dapat lagi dibenarkan sebagai perang melawan terorisme Hamas,” tegas Merz dalam wawancara dengan televisi WDR.

    Dalam pernyataannya, Merz mengatakan dirinya tidak lagi memahami tujuan militer Israel di Jalur Gaza.

    “Sejujurnya, saya tidak lagi memahami apa yang sedang dilakukan militer Israel di Jalur Gaza, dengan tujuan apa,” ujarnya.

    Merz menambahkan bahwa dirinya berencana menelepon Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu pekan ini untuk memberitahunya “agar tidak berlebihan” dalam operasi militernya di daerah kantong Palestina tersebut.

    Dia mengatakan bahwa Berlin harus berhati-hati dalam memberikan nasihat publik kepada Israel, karena Jerman “tidak seperti negara lainnya di Bumi” — merujuk pada sejarah kelam Jerman dalam Perang Dunia II dan Holocaust.

    Lihat Video ‘Israel Serang Sekolah Penampungan Warga Gaza, 20 Orang Tewas’:

    Namun demikian, dia menambahkan bahwa “ketika batasan dilanggar, ketika hukum kemanusiaan internasional dilanggar… maka Kanselir Jerman juga harus angkat bicara”.

    Merz menegaskan dirinya ingin Jerman tetap menjadi “mitra terpenting Israel di Eropa”.

    “Tetapi pemerintah Israel tidak boleh melakukan apa pun yang tidak lagi mau diterima oleh sahabat-sahabatnya,” tegasnya mengingatkan Tel Aviv.

    Lihat Video ‘Israel Serang Sekolah Penampungan Warga Gaza, 20 Orang Tewas’:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Jerman Tak Mau Ikut-ikutan Embargo Senjata Israel, Ini Alasannya

    Jerman Tak Mau Ikut-ikutan Embargo Senjata Israel, Ini Alasannya

    Jakarta

    Pemerintah Jerman menegaskan bahwa pihaknya akan terus memasok senjata ke Israel, meskipun serangan gencarnya di Gaza telah memicu kecaman internasional. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Johann Wadephul pada hari Senin (26/5) waktu setempat, mengabaikan seruan Spanyol untuk embargo.

    “Sebagai negara yang memahami keamanan dan keberadaan Israel sebagai prinsip inti, Jerman selalu berkewajiban untuk membantu Israel dalam menjamin keamanannya,” kata Wadephul dalam konferensi pers bersama Menlu Spanyol Jose Manuel Albares di Madrid, ibu kota Spanyol, dilansir kantor berita AFP, Selasa (27/5/2025).

    “Itu tentu saja termasuk kesediaan untuk memasok senjata di masa mendatang,” ujar Wadephul, menyinggung tanggung jawab unik Jerman terhadap Israel setelah Holocaust.

    Spanyol, yang telah lama menjadi pengkritik keras perang di Gaza, mendesak mitra-mitra Uni Eropa (UE) untuk mengikuti jejaknya dan berhenti menjual senjata ke Israel.

    Albares menyerukan larangan itu dan penangguhan segera kesepakatan kerja sama UE-Israel pada hari Minggu lalu, saat ia menjadi tuan rumah pertemuan 20 negara Eropa dan Arab untuk membahas cara-cara mengakhiri konflik Gaza.

    Wadephul menambahkan bahwa “kita tidak boleh mengabaikan nasib” warga Gaza serta mendesak pasokan bantuan kemanusiaan ke wilayah Palestina yang hancur akibat perang tersebut.

    Albares mengatakan serangan Israel “tidak memiliki tujuan militer” kecuali “mengubah Gaza menjadi kuburan besar”. Dia pun menuntut masuknya bantuan kemanusiaan segera dan tanpa hambatan setelah berbulan-bulan blokade Israel.

    Lihat juga Video: Horor Penikaman di Stasiun Jerman Buat Belasan Orang Terluka

    Serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 mengakibatkan kematian 1.218 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi.

    Para militan juga menyandera 251 orang, 57 orang di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 34 orang yang menurut militer Israel telah tewas.

    Serangan balasan Israel di Gaza kemudian telah menewaskan sekitar 54.000 orang, sebagian besar warga sipil, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas.

    Lihat juga Video: Horor Penikaman di Stasiun Jerman Buat Belasan Orang Terluka

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pembelaan Macron Soal Ditoyor Istri di Pesawat: Kami Sering Bercanda

    Pembelaan Macron Soal Ditoyor Istri di Pesawat: Kami Sering Bercanda

    Hanoi

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menjelaskan dirinya sedang bercanda dengan istrinya, Brigitte, setelah video yang menunjukkan dirinya ditoyor sang istri di dalam pesawat, usai mendarat di Vietnam, menjadi viral.

    Macron heran mengapa insiden kecil itu menjadi pembahasan besar. Meskipun, seperti dilansir AFP, Selasa (27/5/2025), Macron juga mencurigai keterlibatan jaringan yang melibatkan “Rusia” dan “para ekstremis Prancis” untuk berbagai komentar negatif yang muncul terkait insiden kecil tersebut.

    Insiden kecil ini terjadi setelah pesawat kepresidenan Prancis mendarat di Hanoi pada Minggu (25/5) malam. Video yang viral di internet menunjukkan Brigitte menjulurkan kedua tangannya dan menoyor wajah suaminya.

    Macron tampak sedikit terkejut. Namun, dia dengan cepat memulihkan ekspresi wajahnya dan membalikkan badannya untuk melambaikan tangan melalui pintu pesawat yang terbuka. Pada momen itu, Brigitte masih di dalam pesawat, sehingga mustahil untuk melihat ekspresi wajah atau bahasa tubuhnya.

    Usai insiden itu, Macron dan istrinya menuruni tangga pesawat untuk menyapa para pejabat tinggi Vietnam yang menyambut mereka. Namun, Brigitte tidak menyambut uluran tangan Macron saat keduanya bersama-sama menuruni tangga pesawat.

    Macron, dalam komentarnya, membantah secara tegas soal adanya “perselisihan rumah tangga” dengan istrinya. Dia menyebut dirinya dan sang istri hanya “bercanda seperti yang sering kami lakukan”.

    “Istri saya dan saya bertengkar kecil, kami sedikit bercanda, dan saya terkejut,” kata Macron dalam penjelasannya kepada wartawan di Hanoi.

    Lihat juga Video: Momen Presiden Macron Ditoyor Istri Saat Tiba di Vietnam

    Ini merupakan ketiga kalinya dalam sebulan terakhir, Macron menjadi subjek rekaman video viral ketika Prancis mengatakan negaranya menjadi target kampanye disinformasi berulang-ulang saat Rusia semakin meningkatkan serangan terhadap Ukraina.

    Dua video viral lainnya melibatkan tuduhan Macron memakai kokain saat melakukan perjalanan kereta ke Ukraina, bersama Perdana Menteri (PM) Keir Starmer dan Kanselir Jerman Friedrich Merz, beberapa waktu lalu, dan tuduhan Macron terlibat adu kekuatan lewat jabat tangan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

    Saat berbicara kepada wartawan di Hanoi, Macron menjelaskan bahwa benda yang dituding sebagai kokain itu hanyalah tisu. Dia juga membantah tudingan adu kekuatan dengan Erdogan.

    “Tidak ada satu pun dari ini yang benar,” tegasnya. “Semua orang perlu tenang,” cetus Macron.

    “Dalam tiga video ini, saya mengambil tisu, saya menjabat tangan seseorang, dan hanya bercanda dengan istri saya, seperti yang sering kami lakukan. Tidak lebih,” ucap Macron.

    Lebih lanjut, dia menyalahkan manipulasi yang muncul sebagai ulah “jaringan yang cukup dapat dilacak dengan baik”, bahkan menuding “orang-orang Rusia” dan “para ekstremis di Prancis”.

    Lihat juga Video: Momen Presiden Macron Ditoyor Istri Saat Tiba di Vietnam

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini