Negara: Jalur Gaza

  • Serangan Israel ke Sekolah di Gaza Tewaskan 31 Orang, Termasuk Anak-anak

    Serangan Israel ke Sekolah di Gaza Tewaskan 31 Orang, Termasuk Anak-anak

    Gaza

    Badan pertahanan sipil Gaza, Palestina, mengatakan sedikitnya 31 orang tewas dalam serangan Israel ke sebuah sekolah yang dijadikan tempat penampungan warga. Korban tewas termasuk anak-anak.

    Dilansir AFP, Jumat (4/4/2025), juru bicara badan tersebut, Mahmud Bassal, mengatakan perempuan dan anak-anak termasuk di antara korban tewas.Sementara, enam orang masih belum diketahui keberadaannya akibat serangan di Sekolah Dar al-Arqam di lingkungan Al-Tuffah, timur laut Kota Gaza.

    Bassal juga mengatakan lebih dari 100 orang lain terluka dalam serangan itu. Dia mengatakan salah satu warga yang hilang usai serangan itu adalah wanita hamil.

    “Salah satu yang hilang adalah seorang wanita hamil yang sedang mengandung anak kembar,” katanya.

    Militer Israel mengklaim lokasi yang mereka serang adalah ‘pusat komando dan kendali Hamas di wilayah Kota Gaza’. Israel juga beradali belum dapat memastikan apakah serangan tersebut telah mengenai sekolah.

    “Pusat komando dan kendali tersebut telah digunakan oleh para teroris untuk merencanakan dan melakukan serangan terhadap warga sipil Israel dan pasukan IDF,” kata militer tersebut.

    Hamas telah mengutuk serangan itu dan menuduh pemerintah Israel terus menargetkan warga sipil tak berdosa sebagai bagian dari genosida di Jalur Gaza.

    Sementara, serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 50.523 orang. Ratusan ribu orang terluka dan jutaan orang mengungsi akibat perang di Gaza.

    Gencatan senjata sempat berlaku di Gaza pada Januari 2025, namun kesepakatan berakhir pada 18 Maret 2025. Israel kembali meluncurkan serangan besar-besaran dan telah menewaskan lebih dari 1.000 orang sejak 18 Maret.

    Lihat juga Video Warga Gaza: Seluruh Dunia Rayakan Idul Fitri, Kami Malah Dibom

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Bom 3 Sekolah ‘Zona Aman’ Pengungsian di Gaza, 33 Orang Tewas 100 Lainnya Terluka

    Israel Bom 3 Sekolah ‘Zona Aman’ Pengungsian di Gaza, 33 Orang Tewas 100 Lainnya Terluka

    PIKIRAN RAKYAT – Setidaknya 33 warga Palestina tewas dan lebih dari 100 lainnya terluka dalam serangan udara Israel Penjajah yang menargetkan tiga sekolah lokasi pengungsian di kawasan Tuffah, Kota Gaza.

    Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan, 29 orang (termasuk 18 anak-anak di antaranya) tewas dan lebih dari 100 lainnya terluka ketika serangan udara Israel terjadi.

    Salah satu lokasinya ialah Sekolah Dar al-Arqam, yang sejak Kamis, sudah dialihfungsikan lagi menjadi tempat penampungan pengungsi. Menurut juru bicara Pertahanan Sipil, sekolah itu dihantam sedikitnya empat rudal.

    Sumber-sumber melaporkan kepada Al Jazeera, setidaknya empat orang juga tewas dalam serangan Israel di Sekolah Fahd tempat pengungsian lainnya di daerah serupa, di Kota Gaza.

    Israel dilaporkan pula menghantam sekolah Shaaban Alrayyes di Tuffah, meskipun jumlah korban jiwa belum diketahui.

    Zona Aman Semu

    Militer Israel menegaskan mereka menyerang pusat komando di Kota Gaza yang digunakan oleh pejuang Hamas untuk merencanakan dan melaksanakan serangan terhadap warga sipil dan tentara Israel. Tidak jelas apakah jawaban ini terkait dengan serangan yang menargetkan sekolah.

    Pasukan Israel telah secara rutin menargetkan tempat-tempat penampungan di Jalur Gaza yang menampung keluarga pengungsi yang tidak memiliki tempat untuk melarikan diri dan terjebak di dalam enklave yang terblokade dan sedang dibombardir berat.

    Hani Mahmoud dari Al Jazeera yang melaporkan dari Kota Gaza menyatakan bahwa rekaman dari lokasi pemboman di Sekolah Dar al-Arqam sangat mengerikan.

    “Beberapa rekaman terlalu grafis untuk ditayangkan – sangat mengerikan dan sangat mengganggu. Banyak yang tewas di tempat, sementara yang lainnya meninggal karena luka-luka mereka saat dibawa dengan ambulans atau kendaraan sipil ke Rumah Sakit al-Ahli,” kata Mahmoud.

    “Tragedi ini kembali menunjukkan bahwa apa yang disebut ‘zona aman’ menurut Israel sama sekali tidak aman,” ucapnya. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • PBB Kecam Penembakan Israel Tewaskan Tim Penyelamat dalam Ambulans di Gaza

    PBB Kecam Penembakan Israel Tewaskan Tim Penyelamat dalam Ambulans di Gaza

    Jakarta

    Kepala HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa Volker Turk mengecam penembakan dilakukan Israel yang menewaskan 15 orang petugas penyelamat dalam ambulans di Gaza. Volker menyebut serangan itu menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut tentang ‘kejahatan perang oleh tentara Israel’.

    “Saya terkejut dengan pembunuhan baru-baru ini terhadap 15 personel medis dan pekerja bantuan kemanusiaan, yang menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut atas dilakukannya kejahatan perang oleh militer Israel,” kata Volker Turk di hadapan Dewan Keamanan PBB, dilansir AFP, Jumat (4/4/2025).

    Sebelumnya diberitakan, Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan mereka telah menemukan jenazah 15 orang anggota tim penyelamat yang tewas seminggu lalu usai pasukan Israel menyerang ambulans di Jalur Gaza, Palestina. Jenazah itu kemudian dievakuasi untuk proses pemakaman.

    Dilansir AFP, Senin (31/3), jenazah delapan petugas medis dari Bulan Sabit Merah, enam anggota badan pertahanan sipil Gaza, dan satu karyawan badan PBB telah ditemukan pada Minggu (30/3) waktu setempat.

    Satu petugas medis dari Bulan Sabit Merah masih hilang. Kelompok tersebut mengatakan mereka yang tewas menjadi sasaran pasukan penjajah Israel saat menjalankan tugas kemanusiaan.

    “Mereka menuju ke daerah Hashashin di Rafah untuk memberikan pertolongan pertama kepada sejumlah orang yang terluka akibat penembakan Israel di daerah tersebut. Penargetan petugas medis Bulan Sabit Merah oleh penjajah hanya dapat dianggap sebagai kejahatan perang yang dapat dihukum berdasarkan hukum humaniter internasional, yang terus dilanggar oleh penjajah di depan mata seluruh dunia,” ujar Bulan Sabit Merah Palestina.

    Badan pertahanan sipil Gaza juga mengonfirmasi 15 jenazah telah ditemukan dan menyebut pegawai PBB yang tewas tersebut berasal dari badan PBB untuk pengungsi Palestina atau UNRWA.

    Dalam pernyataan terpisah yang dikeluarkan di Jenewa, Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) mengatakan mereka sangat marah atas kematian delapan petugas medis tersebut.

    “Mereka adalah pekerja kemanusiaan. Mereka mengenakan lambang yang seharusnya melindungi mereka; ambulans mereka ditandai dengan jelas. Mereka seharusnya memulangkan keluarga mereka; tetapi mereka tidak melakukannya,” kata Sekretaris Jenderal IFRC Jagan Chapagain.

    “Hukum Kemanusiaan Internasional tidak bisa lebih jelas lagi, warga sipil harus dilindungi, pekerja kemanusiaan harus dilindungi. Layanan kesehatan harus dilindungi,” sambungnya.

    (wnv/wnv)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Lancarkan Serangan Udara ke Sekolah di Gaza, 25 Orang Tewas

    Israel Lancarkan Serangan Udara ke Sekolah di Gaza, 25 Orang Tewas

    Jakarta

    Badan Pertahanan Sipil Gaza mengatakan sedikitnya 25 orang tewas usai serangan udara Israel pada hari Kamis (3/4) waktu setempat. Israel menyerang sebuah sekolah yang kini berfungsi sebagai tempat pengungsian bagi orang-orang akibat perang.

    Juru bicara Badan Pertahanan, Mahmud Bassal mengatakan jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 25 orang. Lebih dari 100 orang lainnya terluka dalam serangan di Sekolah Dar al-Arqam di lingkungan Al-Tuffah, timur laut Kota Gaza.

    Militer Israel belum memberikan tanggapan terkati hal tersebyt. Namun mereka mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa telah menyerang ‘pusat komando dan kendali Hamas di wilayah Kota Gaza’.

    “Pusat komando dan kendali tersebut telah digunakan oleh para teroris untuk merencanakan dan melaksanakan serangan terhadap warga sipil Israel dan pasukan IDF,” kata militer dilansir AFP, Jumat (4/4/2025).

    Tidak jelas apakah itu adalah serangan yang sama yang menargetkan sekolah tersebut. Militer mengatakan bahwa mereka tidak dapat memastikan apakah serangan telah mengenai sekolah tersebut.

    Hamas mengutuk serangan itu dan menuduh pemerintah Israel terus “menargetkan warga sipil tak berdosa sebagai bagian dari genosida yang sedang berlangsung di Jalur Gaza”.

    Kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan pada hari Kamis, bahwa 1.163 orang telah tewas di wilayah Palestina tersebut sejak Israel melanjutkan serangan skala besar pada 18 Maret. Sehingga jumlah korban tewas secara keseluruhan sejak perang dimulai menjadi 50.523.

    (wnv/wnv)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hamas: Jika Kami Akan Lenyap, Biarlah dalam Pertempuran Terhormat, Bukan dalam Pengasingan – Halaman all

    Hamas: Jika Kami Akan Lenyap, Biarlah dalam Pertempuran Terhormat, Bukan dalam Pengasingan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hamas kini disebut menghadapi dilema di tengah berlanjutnya serangan Israel di Jalur Gaza.

    Gerakan perlawanan Palestina itu menghadapi tekanan internal dan eksternal agar menyerah saja. Namun, Hamas menegaskan kata menyerah tidak pernah terpikirkan.

    Dikutip dari The Cradle, narasumber dari internal Hamas mengatakan beberapa kelompok persaudaraan muslim bahkan sudah mendesak Hamas untuk menyerah saja, mengingat besarnya kehancuran di Gaza.

    Disebutkan bahwa penolakan Hamas untuk menyerah bukan karena persoalan bertahan hidup atau keberlanjutan politik, melainkan karena persoalan menjaga setiap ide dan aksi perlawanan.

    Menerima pengasingan tidak hanya berarti bahwa Hamas telah berakhir, tetapi juga hancurnya perjuangan bersenjata rakyat Palestina di seluruh faksi.

    Di samping itu, menyerah tidak akan mencegah pengusiran massal warga Palestina dari Gaza, bahkan malah akan mempercepatnya.

    Menurut koresponden Palestina, menyerahnya Hamas akan mengguncang Tepi Barat dan Yerusalem Timur sehingga menandai perjuangan terakhir rakyat Palestina.

    “Jika kami akan lenyap, biarlah itu terjadi dalam pertempuran terhormat, bukan dalam pengasingan,” kata narasumber dari Hamas.

    Hamas menyinggung peristiwa pembantaian di kamp pengungsian Sabra dan Shatila di Lebanon. Para pengungsi di kamp itu dibunuh segera setelah Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) meninggalkan Lebanon, 

    Adapun perbedaan saat ini ialah Hamas berada di wilayahnya sendiri dan di tengah-tengah rakyat Palestina.

    Kini taktik Hamas juga sudah bergeser. Keberadaan pasukan Israel di Gaza telah mengikis medan tempur sehingga mengurangi ruang untuk bermanuver.

    Sekarang Brigade AL Qassam Hamas mengandalkan taktik penyergapan dengan cara menunggu pasukan Israel masuk ke area perkotaan. Al Qassam nantinya akan menembakkan roket untuk memberikan tekanan psikologis terhadap Israel.

    HARI QUDS INTERNASIONAL – Foto dari akun Telegram resmi Brigade Al-Qassam pada 1 Februari 2025, memperlihatkan proses pembebasan tahanan Israel gelombang keempat. Hamas menyerukan mobilisasi global pada Hari Quds, yang jatuh di hari Jumat terakhir pada bulan Ramadhan. (Telegram/qassambrigades)

    Hamas: Israel halangi usul gencatan senjata

    Hamas menuding Israel menghalangi usul gencatan senjata yang disodorkan oleh negara-negara yang menjadi juru penengah.

    Dua pejabat Hamas menyebut kelompok itu sebenarnya sudah menyepakati usul yang dirancang oleh Qatar dan Mesir guna melanjutkan gencatan senjata. Kini Hamas meminta dunia mendesak Israel agar menyetujuinya juga.

    Di sisi lain, Israel justru menyodorkan usul tandingan yang langsung ditolak oleh Hamas.

    “Hamas memutuskan untuk tidak menindaklanjuti usul terbaru Israel yang disampikan melalui juru penengah,” kata seorang pejabat Hamas dikutip dari The New Arab.

    Perang di Gaza kembali berlanjut setelah bulan kemarin Israel kembali menyerang Gaza. Israel menolak tahap kedua gencatan senjata dan mengklaim sandera di Gaza hanya bisa dibebaskan lewat aksi militer.

    Sementara itu, Mesir, Qatar, dan AS berupaya mewujudkan gencatan senjata baru dan mengamankan pembebasan warga Israel yang disandera Hamas.

    TAWARAN HAMAS DITOLAK – Hamas mengatakan pada Jumat (14/3/2025) bahwa pihaknya telah menerima usulan dari para mediator untuk membebaskan tawanan Amerika-Israel terakhir yang masih hidup dan jenazah empat tawanan berkewarganegaraan ganda. Akan tetapi, Israel telah menolak tawaran Hamas untuk membebaskan seorang warga negara ganda Amerika-Israel. (Telegram Quds News Network)

    Menurut salah satu pejabat Hamas, usul Mesir dan Qatar itu meliputi gencatan senjata 50 hari. Hamas nantinya akan membebaskan lima tentara Israel, salah satunya juga berkewarganegaraan AS.

    Sebagai gantinya, Israel akan membebaskan 250 warga Palestina yang dipenjara, termasuk 150 orang yang menjalani hukuman seumur hidup.

    Di samping itu, Israel juga akan membebaskan 2.000 warga Palestina yang ditangkap tentara Israel sejak perang di Gaza meletus tanggal 7 Oktober 2023.

    Israel mengatakan masih ada 58 warga Israel yang disandera Hamas. Sebanyak 34 di antaranya sudah meninggal.

  • Tolak Tangkap Netanyahu, Hungaria Pilih Keluar dari ICC, Gelar Karpet Merah untuk PM Israel – Halaman all

    Tolak Tangkap Netanyahu, Hungaria Pilih Keluar dari ICC, Gelar Karpet Merah untuk PM Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Hungaria menolak untuk menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat dia berkunjung ke Hungaria hari Kamis ini, (3/4/2025).

    Padahal, Hungaria adalah salah satu anggota Mahkamah Pidana Internasional (ICC). ICC sudah mengeluarkan surat perintah penangkapan Netanyahu karena kasus kejahatan perang di Jalur Gaza.

    ICC tidak memiliki aparat penegak hukum sehingga harus mengandalkan negara-negara anggotanya untuk menangkap tersangka kasus kejahatan dan menyeretnya ke markas ICC di Den Hague, Belanda.

    Dikutip dari CNN, sebagai negara yang menandatangani Statuta Roma tahun 2002, Hungaria berkewajiban memborgol Netanyahu.

    Namun, Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban justru menyambut Netanyahu dengan karpet merah. Netanyahu juga mendapat upacara penyambutan di Lion’s Courtyart, Kota Budapest.

    Sebelumnya Orban memang mengatakan negaranya tak akan menangkap Netanyahu. PM Israel itu dijadwalkan berada di Budapest selama empat hari untuk keperluan kunjungan.

    Hungaria menjadi salah satu sekutu terbesar Israel di Eropa. Banyak pula warga Hungaria yang mendukung Israel.

    NETANYAHU BERPIDATO – Foto ini diambil dari Instagram Netanyahu pada Minggu (23/3/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Instagram @b.netanyahu)

    Sekretaris Negara untuk Urusan Komunikasi dan Hubungan Internasional Hungaria Zoltan Kovacs menyebut negaranya mulai memproses pengunduran diri dari ICC hari ini.

    “Sejalan dengan konstitusi Hungaria dan kewajiban hukum internasional,” ujar Kovacs.

    Kunjungan Netanyahu ke Hungaria itu adalah kunjungannya ke luar negeri sejak ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap dia.

    Februari kemarin Netanyahu bertolak ke Wasington, AS, untuk bertemu dengan Presiden Donald Trump. AS dan Israel sama-sama bukan anggota ICC.

    Trump dan pendahulunya, Joe Biden, pernah mengecam surat penangkapan terhadap Netanyahu. Bahkan, Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada orang-orang yang bekerja di ICC.

    Di sisi lain, ICC mengkritik keputusan Hungaria yang tidak menangkap Netanyahu. Juru bicara ICC, Fadil Al Abdallah, menyebut negara anggota ICC berkewajiban menegakkan keputusan ICC.

    “Sengketa apa pun mengenai fungsi yudisial ICC seharusnya diselesaikan melalui keputusan ICC,” ujarnya dikutip dari Al Jazeera.

    HRW minta Hungaria tangkap Netanyahu

    Human Rights Watch (HRW) meminta Hungaria untuk tidak mengizinkan Netanyahu berkunjung ke Budapest. Di samping itu, HRW juga meminta untuk menangkap Netanyahu jika masuk ke Hungaria.

    “Netanyahu menjadi target surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh ICC tanggal 21 November 2024 ketika hakim ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap dia dan Yoav Gallant, Menteri Pertahanan Israel saat itu, atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan kemanusiaan di Jalur Gaza setidaknya sejak 8 Oktober 2023,” kata HRW di laman resminya pada hari Selasa lalu.

    “Kejahatan ini termasuk membuat warga sipil kelaparan, sengaja mengarahkan serangan kepawa warga sipil, pembunuhan, dan penganiayaan. HRW telah mendokumentasikan kejahatan perang, kejahatan kemanusiaa, dan tindakan genosida yang dilakukan oleh Israel di Gaza.”

    Liz Evenson, Direktur Keadilan Internasional di HRW, menyebut tindakan Orban mengundang Netanyahu untuk datang ke Hungaria merupakan penghinaan terhadap korban kejahatan besar.

    “Hungaria seharusnya mematuhi kewajiban hukumnya sebagai bagian dari ICC dan menangkap Netanyahu jika dia menginjakkan kaki di negara itu,” kata Evenson.

    Seperti Orban, para pejabat pemerintahan di negara-negara Uni Eropa lain seperti Prancis, Polandia, Italia, Romania, dan Jerman juga sudah mengatakan tidak akan menangkap Netanyahu.

    Adapun pada bulan Januari lalu sejumlah aktivis HAM berunjuk rasa untuk memprotes Polandia yang diduga akan bersedia menerima kunjungan Netanyahu ke negara itu.

    (*)

  • Media Israel Akui Houthi Tangguh: Tak Ada Tanda Akan Menyerah meski Digempur AS – Halaman all

    Media Israel Akui Houthi Tangguh: Tak Ada Tanda Akan Menyerah meski Digempur AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Houthi di Yaman tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyerah meski sudah digempur oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

    Houthi bahkan mengklaim akan terus menyerang kapal perang AS di Laut Merah. Serangan itu dimulai sejak perang di Jalur Gaza meletus tanggal 7 Oktober 2023.

    AS meminta Houthi untuk berhenti menyerang kapal-kapal terafiliasi Israel di Laut Merah. Namun, Houthi memilih mengabaikannya.

    Houthi terus menargetkan kapal dan bahkan meningkatkan serangan ke Israel dalam dua minggu terakhir dengan belasan rudal balistik.

    Media besar Israel The Jerusalem Post mengakui ketangguhan Houthi dan menyebutnya belum akan berhenti.

    “Pertanyaannya apa yang akan terjadi selanjutnya. Houthi tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Mereka berupaya memasang wajah berani dalam upaya mereka,” kata media itu.

    “Kenyataannya ialah bahwa Houthi tidak punya banyak senjata dan mereka tampaknya tidak bisa merusak kapal perang AS.”

    Media Israel itu mengatakan Houthi tidak perlu melakukan banyak hal agar bisa bertahan dari serangan AS.

    “Houthi bisa bersembunyi di gua dan bunker, dan tidak jelas bagaimana mereka akan dikalahkan dalam jangka panjang.”

    “Mereka bisa memilih untuk menuntut perdamaian dan sepakat untuk menghentikan serangan. Namun, tidak jelas apakah hal itu akan membuat malu mereka. Houthi sukses melawan Arab Saudi tahun 2015 hingg 2022.”

    Arab Saudi ikut campur dalam persoalan di Yaman dengan cara mendukung pemerintahan Yaman untuk melawan Houthi. Dengan bantuan Iran, Houthi lalu melawan Arab Saudi. Hal itu menunjukkan bahwa Houthi tidak mudah untuk ditundukkan.

    RUDAL BALISTIK – Tangkap layar Khaerni, Selasa (25/3/2025) menunjukkan peluncurkan rudal balistik kelompok Houthi dari Yaman yang menargetkan Tel Aviv, Israel. Houthi menegaskan, entitas Israel dan Israel menjadi sasaran serangan yang sah seiring dilakukannya lagi agresi militer Israel di Jalur Gaza. (Khaberni)

    Adapun tanggal 3 April kemarin Houthi dilaporkan melancarkan serangan besar terhadap kapal perang AS di Laut Merah. Salah satu yang kapal yang diserang adalah kapal induk USS Harry S. Truman.

    Houthi mengklaim serangan itu adalah balasan atas serangan AS di Yaman.

    “Serangan AS yang menargetkan bangunan manajemen air di Distrik Al Mansouriyah di Provinsi Hudaydah dengan beberapa serangan pada hari Kamis menyebabkan tiga orang tewas dan dua terluka, kebanyakan adalah pegawai,” kata Houthi,

    “Operasi militer kami untuk melawan AS akan berlanjut, menargetkan kapal perangnya di zona operasional yang dideklarasikan.”

    Menurut Houthi, pihaknya menggunakan sejumlah rudal penjelajah dan drone atau pesawat tanpa awak dalam serangan terhadap USS Harry S. Truman.

    Di samping itu, Houthi juga mengaku akan terus menargetkan kapal Israel yang berlayar di Laut Merah. Serangan itu baru akan berhenti jika perang di Gaza diakhiri.

    Kembali jatuhkan MQ-9 Reaper

    Tempo hari Houthi kembali berhasil menjatuhkan drone MQ-9 Reaper milik AS.

    Dalam pernyataanya pada hari Senin kemarin, Houthi menyebut drone itu merupakan MQ-9 ke-16 yang dijatuhkan pihaknya sejak perang di Jalur Gaza meletus tanggal 7 Oktober 2023.

    “Sebagai balasan atas agresi militer Amerika terhadap negara kami, sistem pertahanan udara kami berhasil menembak jatuh satu drone MQ-9 saat melanjakan misi permusuhan di langit Provinsi Ma’arib dengan rudal buatan lokal yang sesuai,” kata Houthi dikutip dari Press TV.

    Reaper adalah drone yang sangat mahal karena bernilai $32 juta atau sekitar setengah triliun rupiah. 

    PESAWAT TANPA AWAK – Sebuah MQ-9 Reaper menerbangkan misi pelatihan di atas Nevada Test and Training Range pada 15 Juli 2019. Houthi Yaman dilaporkan menembak jatuh drone AS pada 4 Maret 2025. (Foto Angkatan Udara AS oleh Prajurit Kelas 1 William Rio Rosado)

    Sudah ada enam belas Reaper yang dihancurkan Houthi. Oleh karena itu, kerugian AS mencapai Rp8 triliun.

    Reaper rawan dijatuhkan oleh musuh-musuh AS. Drone ini bahkan kerap menjadi korban Houthi.

    Reaper mampu terbang hingga ketinggian 15.240 meter dan terbang di udara selama 24 jam. Drone ini adalah aset yang sangat penting bagi militer AS dan operasi Intelijen.

    (*)

  • Hamas Dukung Proposal dari Mediator dan Abaikan Syarat Baru Israel – Halaman all

    Hamas Dukung Proposal dari Mediator dan Abaikan Syarat Baru Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Surat kabar Qatar, Al Jazeera, mengungkapkan rincian tanggapan Israel dan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) terhadap proposal dari mediator.

    Sebelumnya, proposal itu diajukan oleh mediator pada tanggal 27 Maret 2025 dan diterima oleh Hamas. 

    Al Jazeera melaporkan tanggapan Israel mencakup penolakan luas dan perubahan substansial pada sebagian besar klausul proposal.

    “Israel telah menetapkan pembebasan tentara Amerika Idan Alexander sebagai isyarat niat baik tanpa kompensasi sebelum kesepakatan apa pun dapat dilaksanakan,” lapor Al Jazeera, Rabu (2/4/2025) malam.

    Tanggapan Israel juga mencakup tuntutan untuk membebaskan, pada hari pertama perjanjian, 10 tentara Israel dengan imbalan pembebasan 120 tahanan Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup dan 1.111 tahanan Palestina dari Jalur Gaza.

    Pada hari ke-10 perjanjian, pendudukan Israel menetapkan Hamas harus melepaskan 16 jasad warga Israel dengan imbalan 160 jenazah warga Palestina.

    Pendudukan juga menetapkan jangka waktu perjanjian tidak lebih dari 40 hari. Hari kedua negosiasi mengenai prinsip-prinsip baru akan dimulai.

    Hal kontroversial lainnya dalam tanggapan Israel adalah dimasukkannya syarat yang mengharuskan pelucutan senjata perlawanan Palestina dan penolakan penarikan atau penempatan kembali pasukan pendudukan Israel di Jalur Gaza.

    Hamas menganggap ini pelanggaran nyata terhadap usulan awal yang disampaikan oleh mediator.

    Pendudukan Israel juga menetapkan pembentukan mekanisme ketat untuk memastikan bantuan kemanusiaan hanya sampai kepada warga sipil, tanpa memberikan penjelasan praktis tentang bagaimana ketentuan ini akan dilaksanakan.

    Hamas menegaskan pihaknya tidak akan menanggapi usulan terbaru Israel.

    Hamas menganggapnya sebagai pembalikan usulan mediator, dan memberitahukan hal ini kepada semua pihak terkait.

    Usulan Mediator

    Usulan mediator, yang diterima Hamas, mencakup usulan untuk membebaskan lima tentara Israel yang ditangkap dalam waktu 50 hari, termasuk Idan Alexander.

    Sebagai imbalan, Israel akan membebaskan 250 tahanan Palestina, termasuk 150 yang menjalani hukuman seumur hidup, dan 2.000 tahanan dari Gaza.

    Usulan tersebut juga menetapkan pengembalian ke situasi sebelum 2 Maret 2025, pembukaan penyeberangan, dan penerapan protokol kemanusiaan untuk memberikan bantuan segera, seperti diberitakan Al Araby.

    Perjanjian tersebut juga memuat klausul yang mengharuskan kedua belah pihak untuk memberikan perincian yang tepat mengenai status tahanan yang masih hidup dan yang sudah meninggal paling lambat pada hari ke-10 berlakunya perjanjian.

    Menurut dokumen tersebut, para mediator berjanji untuk segera memulai negosiasi dalam jangka waktu tidak lebih dari 50 hari untuk mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata permanen, penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza, dan pengaturan untuk hari berikutnya.

    Sebelumnya, Israel melanggar perjanjian gencatan senjata yang disepakati dengan Hamas pada 19 Januari 2025 dan meluncurkan serangan udara di Jalur Gaza sejak 18 Maret 2025.

    Serangan tersebut terjadi setelah kedua pihak saling tuduh telah menghambat perundingan gencatan senjata tahap kedua.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Netanyahu: Israel Memecah Belah Jalur Gaza, Wilayah Tel Al-Sultan Jadi Poros Philadelphia 2 – Halaman all

    Netanyahu: Israel Memecah Belah Jalur Gaza, Wilayah Tel Al-Sultan Jadi Poros Philadelphia 2 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan militer Israel membagi wilayah operasi militernya di Jalur Gaza.

    Selain itu, mereka mengambil alih kendali wilayah di sana untuk membebaskan tahanan yang ditahan oleh Gerakan Perlawanan Islam (Hamas).

    “Tentara memecah belah Jalur Gaza dan secara bertahap meningkatkan tekanan untuk membawa kembali tawanan kami dari Hamas,” kata Netanyahu pada Rabu (2/4/2025).

    Ia menambahkan dalam sebuah pernyataan, Israel menguasai wilayah, menyerang, dan menghancurkan infrastruktur kelompok perlawanan Palestina.

    “Kami mengendalikan poros Morag (wilayah Tel Sultan), yang akan menjadi poros Philadelphia kedua (perbatasan Rafah dan Sinai di Mesir),” katanya. 

    “Kami sekarang berupaya memecah belah Jalur Gaza dan kami meningkatkan tekanan selangkah demi selangkah hingga mereka menyerahkan para penculik kami,” lanjutnya.

    Ia menekankan, Israel akan meningkatkan serangan militernya.

    Ia mengklaim Israel akan melanjutkan serangannya sampai semua tujuan militernya tercapai.

    “Semakin mereka menolak memberi, semakin besar pula tekanan yang harus mereka berikan. Kami bertekad untuk mencapai tujuan perang, dan kami bekerja tanpa lelah, dengan garis yang jelas dan misi yang jelas,” kata Netanyahu, seperti diberitakan Al Jazeera.

    Poros Morag adalah koridor yang memisahkan Khan Yunis dari Rafah di Jalur Gaza selatan.

    Ini adalah jalan yang melewati tempat di mana pemukiman Morag sebelumnya berada, maka dari itu dinamakan demikian.

    Militer Israel Meningkatkan Serangan di Jalur Gaza Selatan

    Sebelumnya, surat kabar Haaretz, melaporkan militer Israel membuat koridor tambahan di Jalur Gaza.

    “Lembaga keamanan terkejut dengan pengumuman Netanyahu tentang pembentukan koridor tambahan di Jalur Gaza selatan,” lapor Haaretz pada hari Rabu.

    “Rencana tersebut belum disetujui dan belum diungkapkan untuk melindungi pasukan manuver di lapangan,” lanjutnya.

    Hal ini terjadi setelah pasukan pendudukan Israel menyelesaikan pengepungan terhadap lingkungan Tel al-Sultan di Rafah, Jalur Gaza selatan selama beberapa hari terakhir.

    “Pasukan sejauh ini telah menghancurkan puluhan senjata dan infrastruktur yang menjadi ancaman bagi pasukan kami, dan telah menewaskan puluhan orang,” kata militer Israel pada Rabu malam.

    Militer Israel juga mengklaim telah menemukan dua roket di sebuah gedung di daerah tersebut, serta landasan peluncuran roket.

    Israel kembali melanjutkan serangannya di Jalur Gaza sejak 18 Maret 2025, melanggar perjanjian gencatan senjata yang disepakati dengan Hamas pada 19 Januari 2025.

    Serangan Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 menewaskan lebih dari 50.399 warga Palestina dan melukai lebih dari 114.583 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, seperti diberitakan Anadolu Agency.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

  • Brigade Al-Quds Kembali ‘Tunjukkan Taring’, Tembakkan Roket ke Pemukim Ilegal Israel – Halaman all

    Brigade Al-Quds Kembali ‘Tunjukkan Taring’, Tembakkan Roket ke Pemukim Ilegal Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ), mengumumkan bahwa mereka telah meluncurkan serangan roket ke Israel, Rabu (2/4/2025).

    Brigade al-Quds menargetkan pemukiman Kota Sderot, Nir Am, dan Kfar Aza.

    Sirene berbunyi di permukiman ilegal Israel di wilayah Gaza.

    Termasuk Sderot, Ivim, Nir Am, dan Kfar Aza.

    Selain itu, media Israel mengklaim bahwa dua roket yang ditembakkan dari Gaza menuju pemukiman ini berhasil dicegat.

    Peluncuran roket tersebut terjadi setelah rezim Israel mengumumkan akan memperluas agresinya di Jalur Gaza.

    Israel juga diketahui berupaya menduduki wilayah tambahan. 

    Menteri Keamanan Israel, Israel Katz menyebut pasukan zionis akan maju untuk membersihkan wilayah Gaza dan merebutnya.

    “Wilayah luas yang akan ditambahkan ke wilayah keamanan Negara Israel,” ujarnya mengutip The Times of Israel, Kamis (3/4/2025).

    Pengumuman ini menyusul pengeboman hebat di berbagai wilayah di Jalur Gaza oleh pasukan Israel.

    Menurut media Israel, pasukan pendudukan Israel berupaya mengepung Kota Rafah dan memisahkannya dari Khan Younis.

    Tujuan yang dinyatakan untuk menambah tekanan pada Perlawanan Palestina agar membebaskan tawanan yang ditahannya sejak 7 Oktober 2023. 

    Israel Perluas Serangan 

    Diberitakan sebelumnya, Israel mengumumkan perluasan operasi militernya di Jalur Gaza dengan tujuan untuk merebut lebih banyak wilayah dalam rangka perang genosida di daerah kantong Palestina tersebut, Rabu (2/4/2025).

    Dalam sebuah pernyataan, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz mengklaim bahwa tentaranya memperluas serangannya terhadap kelompok Hamas, yang mana ia mengatakan bahwa tentaranya akan membersihkan wilayah itu.

    Katz menambahkan bahwa operasi militer tersebut akan diperluas dan mencakup evakuasi besar-besaran warga Palestina di wilayah operasi tentaranya.

    Dalam dua hari terakhir, tentara Israel mengeluarkan beberapa perintah evakuasi kepada warga Palestina dari wilayah di Gaza utara dan selatan, yang memperburuk kondisi kemanusiaan warga.

    Israel memulai operasi udara mendadak di Gaza pada tanggal 18 Maret dan telah menewaskan lebih dari 1.000 korban dan melukai lebih dari 2.000 orang, yang menghancurkan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada bulan Januari, mengutip Anadolu Agency.

    Sebelum dimulainya kembali genosida di Gaza, Israel juga menutup perlintasan Gaza pada awal Maret, mencegah masuknya bantuan dan barang kemanusiaan bagi orang-orang di daerah kantong Palestina tersebut.

    Lebih dari 50.300 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan militer Israel sejak Oktober 2023, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)